Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BANGETAYU KOTA SEMARANG TAHUN 2016

Fatima Anggi Jayanti, Yudhy Dharmawan, Ronny Aruben


Peminatan Kesehatan Ibu dan Anak, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: fatimaanggi46@yahoo.com

ABSTRACT
Low birth weight (LBW) is one of causes to baby mortality throught the world
which reaches 20 times of world mortality. The aim of this research is analizing
factors which are in line with LBW in Public Health Centre of Bangetayu,
Semarang City. This is a descriptive research with unpaired case control design.
The samples of the research are 43 respondents of mothers bearing a low weight
birth baby as a case data and 43 respondents of matohers a normal birth weight
baby as control data. The data are analized by chi-square test. The result shows
that there is a significant relation between age (CI=1,922-11,891 ; OR=4,780);
wieght (CI=2,284-16,162 ; OR=6,076); and preterm gestational age (CI=1,647-
10,553 ; OR=4,168) and is also becoming risk factors. Moreover, the relation
between abortion report (CI=0,244-9,695 ; OR=1,538); distance of pregnancy
(CI=0,839-5,227 ; OR=2,095); upper arm circumference (LILA) (CI=0,989-7,672 ;
OR=2,755); family income (CI=0,454-2,714 ; OR=1,110); education (CI=0,542-
3,943 ; OR=1,462); and accupation (CI=0,935-9,255 ; OR=2,942) shows no
significant relation and is not becoming risk factors. This also happen to parity
(CI=0,263-1,621 ; OR=0,653); medical record (CI=0,197-1,902 ; OR=0,613);
systole blood pressure (CI=0,154-3,482 ; OR=0,731); and diastole blood
pressure (CI=0,103-4,101 ; OR=0,650) that show no significant relation and is not
becoming risk factors but protective factors with low birth weight. The researcher
recommends parents to take care of their pregnancy, especially those who are in
high-risk age, and weight increase. It is also suggested that parents intensively
do antenatal care to detect a complication in very early. The mothers with high-
risk pregnancy are also suggested to undergo a regularly medical check up for
monitoring the growth of the baby.
Keywords : Low Birth Weight; Mother’s Factors

PENDAHULUAN 2.500 gram dan memiliki mortalitas


Berat badan lahir merupakan alat 20 kali lebih tinggi dibandingkan
ukur yang paling penting untuk dengan bayi dengan berat badan
mengetahui status kesehatan lahir lebih dari 2.500 gram.1
seorang bayi. World Health Bayi yang memiliki berat badan lahir
Organization (WHO) menegaskan rendah (BBLR) merupakan masalah
bahwa bayi dengan berat badan yang sangat kompleks dan rumit
lahir rendah (BBLR) merupakan bayi karena memberikan kontribusi pada
yang lahir dengan berat kurang dari kesehatan yang buruk karena tidak

812
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

hanya menyebabkan tingginya METODE PENELITIAN


angka kematian, tetapi dapat juga Jenis penelitian ini termasuk
menyebabkan kecacatan, gangguan, penelitian deskriptif analitik dengan
atau menghambat pertumbuhan dan rancangan case control.
perkembangan kognitif, dan penyakit Pengumpulan data dilakukan melalui
kronis dikemudian hari, hal ini data sekunder dengan
disebabkan karena kondisi tubuh menggunakan buku KIA. Sampel
bayi yang belum stabil.2,3 penelitian menggunakan Simple
Beberapa hasil penelitian Random Sampling berjumlah 86 ibu
menunjukkan bahwa Berat Badan yang memiliki bayi BBLR (kasus)
Lahir Rendah (BBLR) sangat dan BBLN (kontrol) yang bertempat
menentukan kesehatan di masa tingal di wilayah kerja Puskesmas
yang akan datang. Bayi yang Bangetayu. Variabel bebas dalam
dilahirkan dengan berat badan penelitian ini adalah usia ibu, paritas,
kurang dari 2500 gram berhubungan penambahan berat badan, riwayat
erat dengan penyakit degeneratif di abortus, usia kehamian, jarak
usia dewasa. BBLR lebih rentan kehamilan, LILA, pendapatan
terhadap kejadian kegemukan dan keluarga, riwayat penyakit,
berisiko menderita NCD (Non pendidikan, pekerjaan, tekanan
Communicable Diseases) di usia darah systole dan tekanan darah
dewasa, oleh karena itu untuk diastole. Sedangkan variabel
meningkatkan kualitas kesehatan terikatnya ialah BBLR. Analisis data
seseorang harus dimulai sedini menggunakan uji statistik univariat
mungkin sejak janin dalam dan bivariat dengan chi square test
kandungan. Pemeriksaan rutin saat (α = 0,05).
hamil atau antenatal care salah satu
cara mencegah terjadinya bayi lahir HASIL PENELITIAN
dengan BBLR. Kunjungan antenatal Tabel 1. Hubungan Usia Ibu
care minimal dilakukan 4 kali selama dengan Kejadian BBLR
kehamilan.4 Berat Badan Lahir
OR (CI
Puskesmas Bangetayu merupakan Usia Ibu BBLR BBLN p value
95%)
salah satu puskesmas yang memiliki f % F %
kasus BBLR tinggi. Berdasarkan Berisiko 29 67,4 13 30,2
4,780
studi pendahuluan yang dilakukan Tidak
14 32,6 30 69,8 (1,922- 0,001
oleh peneliti di Puskesmas Berisiko
11,891)
Bangetayu tercatat bahwa terdapat Jumlah 43 100 43 100
peningkatan kasus BBLR pada
tahun 2014 hingga tahun 2016, Tabel 2. Hubungan Paritas dengan
dimana pada tahun 2014 sebesar Kejadian BBLR
Berat Badan Lahir
7,75%, tahun 2015 sebesar 3,13%, OR (CI
Paritas BBLR BBLN p value
dan pada tahun 2016 sebesar 95%)
f % f %
5,14%.
Berisiko 27 62,8 31 72,1
Berdasarkan latar belakang yang Tidak
0,653
telah diuraikan diatas, penulis 16 37,2 12 27,9 (0,263- 0,490
Berisiko
tertarik untuk melakukan penelitian 1,621)
Jumlah 43 100 43 100
tentang “Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian
Berat Bayi Lahir Rendah di Wilayah
Kerja Puskesmas Bangetayu Kota
Semarang Tahun 2016”.

813
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 3. Hubungan Penambahan Tabel 8. Hubungan Riwayat


Berat Badan dengan Kejadian Penyakit dengan Kejadian BBLR
BBLR Berat Badan Lahir
Riwayat OR (CI
Penamba Berat Badan Lahir BBLR BBLN p value
OR (CI pPenyakit 95%)
han Berat BBLR BBLN f % f %
95%) value
Badan f % f % Ada 6 14,0 9 20,9
0,613
Berisiko 35 81,4 18 41,9 Tidak
6,076 37 86,0 34 79,1 (0,197- 0,570
Tidak Ada
8 18,6 25 58,1 (2,284- 0,000 1,902)
Berisiko Jumlah 43 100 43 100
16,162)
Jumlah 43 100 43 100
Tabel 9. Hubungan Pendidikan
Tabel 4. Hubungan Riwayat dengan Kejadian BBLR
Abortus dengan Kejadian BBLR Berat Badan Lahir
OR (CI p
Berat Badan Lahir Pendidikan BBLR BBLN
Riwayat OR (CI p 95%) value
BBLR BBLN f % f %
Abortus 95%) value
f % f % Rendah 12 27,9 9 20,9 1,462
Abortus 3 7,0 2 4,7 Tinggi 31 72,1 34 79,1 (0,542- 0,616
1,538 3,943)
Tidak Jumlah 43 100 43 100
40 93,0 41 95,3 (0,244- 1,000
Abortus
9,695)
Jumlah 43 100 43 100 Tabel 10. Hubungan Pekerjaan
dengan Kejadian BBLR
Tabel 5. Hubungan Usia Berat Badan Lahir
OR (CI
Kehamilan dengan Kejadian BBLR Pekerjaan BBLR BBLN p value
95%)
Berat Badan Lahir f % f %
Usia OR (CI p
BBLR BBLN Bekerja 12 27,9 5 11,6
Kehamilan 95%) value 2,942
f % f % Tidak
31 72,1 38 88,4 (0,935- 0,104
Preterm 33 76,7 19 44,2 4,168 Bekerja
9,255)
Aterm 10 23,3 24 55,8 (1,647- Jumlah
0,004 43 100 43 100
Jumlah 43 100 43 100 10,553)
Tabel 11. Hubungan Jarak
Tabel 6. Hubungan LILA dengan Kehamilan dengan Kejadian BBLR
Kejadian BBLR Berat Badan Lahir
Jarak OR (CI
Berat Badan Lahir BBLR BBLN p value
OR (CI Kehamilan 95%)
LILA BBLR BBLN p value f % f %
95%)
F % f % Berisiko 18 41,9 11 25,6
2,095
KEK 15 34,9 7 16,3 Tidak
2,755 25 58,1 32 74,4 (0,839- 0,171
Tidak Berisiko
28 65,1 36 83,7 (0,989- 0,084 5,227)
KEK Jumlah 43 100 43 100
7,672)
Jumlah 43 100 43 100
Tabel 12. Hubungan Tekanan
Tabel 7. Hubungan Pendapatan Darah Systole dengan Kejadian
Keluarga dengan Kejadian BBLR BBLR
Berat Badan Lahir Berat Badan Lahir
Pendapatan OR (CI p Tekanan OR (CI
BBLR BBLN BBLR BBLN p value
Keluarga 95%) value Systole 95%)
f % f % f % f %
Dibawah Berisiko 3 7,0 4 9,3
6 14,0 9 20,9 1,110 0,731
UMR Tidak
(0,454- 1,000 40 93,0 39 90,7 (0,154- 1,000
Diatas UMR 37 86,0 34 79,1 Berisiko
2,714) 3,482)
Jumlah 43 100 43 100 Jumlah 43 100 43 100

814
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 13. Hubungan Tekanan tersebut organ repoduksi sudah


Darah Systole dengan Kejadian mengalami penurunan fungsi.6
BBLR Berdasarkan tabel 2, tidak ada
Berat Badan Lahir hubungan antara paritas dengan
Tekanan OR (CI p
BBLR BBLN
Diastole 95%) valuekejadian BBLR di Puskesmas
f % f % Bangetayu. Hal ini dapat dilihat pada
Berisiko 2 4,7 3 7,0 43 BBLR pada kelompok paritas
0,650
Tidak berisiko berjumlah 27 ibu (62,8%)
41 95,3 40 93,0 (0,103- 1,000
Berisiko dan pada kelompok paritas tidak
4,101)
Jumlah 43 100 43 100 berisiko berjumlah 16 ibu (37,2%).
Pada 43 BBLN pada kelompok
PEMBAHASAN paritas berisiko berjumlah 31 ibu
Berdasarkan tabel 1, terdapat (72,1%) dan pada kelompok paritas
hubungan antara usia ibu dengan tidak berisiko berjumlah 12 ibu
kejadian BBLR di Puskesmas (27,9%) dengan nilai p 0,490 dan
Bangetayu. Hal ini dapat dilihat pada nilai OR 0,653serta paritas bukan
43 BBLR pada kelompok usia ibu merupakan faktor risiko akan tetapi
berisiko berjumlah 29 ibu (67,4%) merupakan faktor protektif.
dan pada kelompok usia ibu tidak Hasil penelitian ini tidak sejalan
berisiko berjumlah 14 ibu (32,6%). dengan hasil penelitian Endriana et
Pada 43 BBLN pada kelompok usia al. (2012) bahwa terdapat hubungan
ibu berisiko berjumlah 13 ibu antara paritas dengan kejadian
(30,2%) dan pada kelompok usia ibu BBLR dengan nilai p sebesar 0,003.7
tidak berisiko berjumlah 30 ibu Paritas sering dihubungkan dengan
(69,8%) dengan nilai p 0,001 dan kejadian BBLR. BBLR terjadi karena
nilai OR 4,780. sistem reproduksi ibu sudah
Hasil penelitian ini sejalan dengan mengalami penipisan akibat dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh sering melahirkan. Hasil penelitian
Riska Restiani et al. (2013) bahwa ini tidak sesuai dengan teori
terdapat hubungan antara umur Manuaba dari sudut paritas terbagi
dengan kejadian BBLR dengan nilai atas: paritas satu tidak aman, paritas
p sebesar 0,005 (p <0,05) dan nilai 2-3 aman untuk hamil dan bersalin
OR sebesar 2,597.5 dan paritas lebih dari 3 tidak aman.
Usia ibu memiliki peranan penting Karena bayi dengan berat lahir
selama masa kehamilan. Menurut rendah sering terjadi pada paritas
Fortey dan Whitone, usia ibu yang diatas lima disebabkan pada saat ini
berisiko tinggi untuk terjadi sudah terjadi kemunduran fungsi
komplikasi kehamilan, keguguran pada alat-alat reproduksi. Paritas
dan melahirkan BBLR adalah usia yang tinggi akan berdampak pada
<20 tahun dan usia lebih dari 35 timbulnya berbagai masalah
tahun. Ibu hamil umur <20 tahun kesehatan baik bagi ibu maupun
berisiko melahirkan BBLR karena bayi yang dilahirkan. Salah satu
organ reproduksi ibu belum matang dampak kesehatan yang mungkin
secara biologis dan belum timbul dari paritas yang tinggi adalah
berkembang dengan baik. Hal yang berhubungan dengan kejadian
sama juga terjadi pada ibu hamil BBLR.8
pada usia > 35 tahun, dimana pada Berdasarkan tabel 3, ada hubungan
usia tersebut ibu rentan mengalami antara penambahan berat badan
komplikasi serta gangguan janin dengan kejadian BBLR di
selama kehamilan karena pada usia Puskesmas Bangetayu. Hal ini dapat

815
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dilihat pada 43 BBLR pada dan nilai ORsebesar 1,538 serta


kelompok penambahan berat badan riwayat abortus merupakan faktor
berisiko berjumlah 35 ibu (81,4%) protektif.
dan pada kelompok penambahan Hasil penelitian ini sejalan dengan
berat badan tidak berisiko berjumlah hasil penelitian yang dilakukan oleh
8 ibu (18,6%). Pada 43 BBLN pada Mahayana et al. (2015) bahwa tidak
kelompok penambahan berat badan ada hubungan antara riwayat
berisiko berjumlah 18 ibu (41,9%) abortus dengan kejadian BBLR
dan pada kelompok penambahan dengan nilai p sebesar 0,105.11
berat badan tidak berisiko berjumlah Kejadian keguguran pada kehamilan
25 ibu (58,1%) dengan nilai p sebelumnya meningkatkan
sebesar 0,000 dan nilai OR sebesar kemungkinan abortus, persalinan
6,076 serta penambahan berat prematur, gangguan pertumbuhan
badan merupakan faktor risiko. janin dan kematian janin dalam
Hasil penelitian ini sejalan dengan rahim pada kehamilan berikutnya.12
penelitian yang dilakukan oleh Adiba Berdasarkan tabel 5, ada hubungan
Fajrina (2012) bahwa terdapat antara usia kehamilan dengan
hubungan antara penambahan berat kejadian BBLR di Puskesmas
badan dengan kejadian BBLR Bangetayu. Hal ini dapat dilihat pada
dengan nilai p sebesar 0,000 dan 43 BBLR pada kelompok usia
nilai OR sebesar 7,556.9 kehamilan pretermberjumlah 33 ibu
Pertambahan berat badan ibu (76,7%) dan pada kelompok usia
merupakan pencerminan dari status kehamilan aterm berjumlah 10 ibu
gizi ibu hamil. Bertambahnya berat (23,3%). Pada 43 BBLN pada
badan ibu sangat berarti sekali bagi kelompok usia kehamilan
kesehatan ibu dan janin. pretermberjumlah 19 ibu (44,2%)
Penambahan berat badan ibu dan pada kelompok usia kehamilan
semasa kehamilan menggambarkan aterm berjumlah 24 ibu (55,8%)
laju pertumbuhan janin dalam dengan nilai p sebesar 0,004
kandungan.Status gizi ibu dikatakan (p<0,05) dan nilai OR sebesar 4,168
baik jika penambahan berat serta usia kehamilan merupakan
badannya selama hamil ≥10 kg dan faktor risiko.
dikatakan buruk apabila Hasil penelitian ini sejalan dengan
penambahan berat badannya hasil penelitian yang dilakukan oleh
selama kehamilan <10 kg.10 Nita Merzalia (2013) bahwa terdapat
Berdasarkan tabel 4, tidak ada hubungan antara usia kehamilan
hubungan antara riwayat abortus dengan kejadian BBLR dengan nilai
dengan kejadian BBLR di p sebesar 0,000 dan nilai OR
Puskesmas Bangetayu, serta sebesar 137,360.13
riwayat abortus bukan merupakan Usia kehamilan merupakan faktor
faktor risiko. Hal ini dapat dilihat penting yang mempengaruhi
pada 43 BBLR pada kelompok kejadian BBLR. Menurut teori Back
abortusberjumlah 3 ibu (7,0%) dan dan Rosenthal yang menyatakan
pada kelompok tidak abortus bahwa berat badan bayi bertambah
berjumlah 40 ibu (93,0%). Pada 43 sesuai dengan umur kehamilan,
BBLN pada kelompok faktor umur kehamilan
abortusberjumlah 2 ibu (4,7%) dan mempengaruhi kejadian BBLR
pada kelompok usia ibu tidak karena semakin pendek masa
berisiko berjumlah 41 ibu kehamilan maka semakin kurang
(95,3%)dengan nilai p sebesar 1,000 sempurna pertumbuhan organ

816
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dalam tubuhnya, sehingga akan berjumlah 28 ibu (65,1%). Pada 43


turut mempengaruhi berat lahir BBLN pada kelompok pendapatan
bayi.14 keluarga dibawah UMRberjumlah 14
Berdasarkan tabel 6, tidak ada ibu (32,6%) dan pada kelompok
hubungan antara LILA dengan pendapatan keluarga diatas UMR
kejadian BBLR di Puskesmas berjumlah 29 ibu (67,4%)dengannilai
Bangetayu, serta LILA bukan p sebesar 1,000 dan nilai OR
merupakan faktor risiko. Hal ini sebesar 1,110.
dapat dilihat pada 43 BBLR pada Hasil penelitian ini tidak sejalan
kelompok KEKberjumlah 15 ibu dengan penelitian yang dilakukan
(34,9%) dan pada kelompok tidak oleh Sandra Surya (2012), bahwa
KEK berjumlah 28 ibu (65,1%). Pada ada hubungan antara pendapatan
43 BBLN pada kelompok keluarga dengan kejadian BBLR
KEKberjumlah 7 ibu (16,3%) dan dengan nilai p sebesar 0,005 dan
pada kelompok tidak KEKberjumlah nilai OR sebesar 4,930.10
36 ibu (83,7%) dengan nilai p Secara tidak langsung penghasilan
sebesar 0,084 dan nilai OR sebesar keluarga akan mempengaruhi
2,755 serta LILA bukan merupakan kejadian BBLR karena umumnya
faktor risiko. ibu-ibudengan penghasilan keluarga
Hasil penelitian ini sejalan dengan rendah akanmempunyai asupan
hasil penelitian yang dilakukan oleh makanan yang lebihrendah baik
Framitasari et al. (2014) secara kualitas maupun kuantitas
diPuskesmas Kecamatan Kramat yang akan berakibat terhadap
Jati Jakarta Timur bahwa tidak ada rendahnya status gizi ibu hamil
hubungan antara LILA dengan tersebut. Ibu dengan tingkat sosial
kejadian BBLR dengan nilai p ekonomi rendahcenderung memiliki
sebesar 0,256. tingkat kunjungan ke fasilitas
Pengukuran lingkar lengan bagian kesehatan yang lebih rendah
atas (LILA) ibu pada saat hamil puladibandingkan dengan ibu hamil
sangat penting. Tujuan dilakukan dengantingkat sosial ekonomi yang
pengukuran LILA untuk mengetahui tinggi.
secara dini status gizi ibu hamil, Berdasarkan tabel 8, tidak ada
apabila ukuran LILA <23,5 cm maka hubungan antara riwayat penyakit
kemungkinan ibu hamil untuk ibu dengan kejadian BBLR di
melahirkan bayi dengan BBLR lebih Puskesmas Bangetayu, serta
besar. Sedangkan apabila ukuran riwayat penyakit merupakan faktor
LILA >23,5 cm maka ibu akan protektif. Hal ini dapat dilihat pada43
melahirkan bayi yang sehat, cukup BBLR pada kelompok ada riwayat
bulan dengan berat badan normal. penyakit berjumlah 6 ibu (14,0%)
Berdasarkan tabel 7, didapatkan dan pada kelompok tidak ada
bahwa tidak ada hubungan antara riwayat penyakit berjumlah 37 ibu
pendapatan keluarga dengan (86,0%). Pada 43 BBLN pada
kejadian BBLR di Puskesmas kelompok ada riwayat penyakit
Bangetayu, serta pendapatan berjumlah 9 ibu (20,9%) dan pada
keluarga bukan merupakan faktor kelompok tidak ada riwayat penyakit
risiko. Hal ini dapat dilihat pada 43 berjumlah 37 ibu (79,1%)dengan
BBLR pada kelompok pendapatan nilai p sebesar 0,570dan nilai OR
keluarga dibawah UMRberjumlah 15 sebesar 0,613.
ibu (34,9%) dan pada kelompok Hasil penelitian ini sejalan dengan
pendapatan keluarga diatas UMR penelitian yang dilakukan oleh

817
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Suryati (2014), bahwa tidak ada dilihat dari 43 BBLR pada kelompok
hubungan antara riwayat penyakit bekerjaberjumlah 12 ibu (27,9%) dan
ibu dengan kejadian BBLR dengan pada kelompok tidak bekerja
nilai p sebesar 0,754 dan nilai OR berjumlah 31 ibu (72,1%). Pada 43
sebesar 0,672. BBLN pada kelompok
Riwayat penyakit yang diderita ibu bekerjaberjumlah 5 ibu (11,6%) dan
selama hamil seperti hipertensi, pada kelompok tidak bekerja
preeklampsi, eklampsi, anemia, berjumlah 38 ibu (88,4%) dengan
dibetes mellitus dan penyakit kronik nilai p sebesar 0,104dan nilai OR
lainnya dapat berdampak pada sebesar 2,942.
kehamilan dan janin yang Hasil penelitian ini tidak sejalan
dikandungnya, seperti abortus, dengan penelitian yang dilakukan
persalinan prematur dan BBLR. oleh Sandra et al. (2012), bahwa
Berdasarkan tabel 9, tidak ada ada hubungan antara pekerjaan ibu
hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian BBLR dengan nilai
dengan kejadian BBLR di p sebesar 0,000 dan nilai OR
Puskesmas Bangetayu, serta sebesar 0,098.
pendidikan ibu bukan merupakan Ibu yang tidak bekerja dapat
faktor risiko. Hal ini dapat dilihat melakukan ANC dengan teratur
pada 43 BBLR pada kelompok karena ibu memiliki waktu lebih
pendidikan rendahberjumlah 12 ibu banyak dibandingkan dengan ibu
(27,9%) dan pada kelompok yang bekerja.
pendidikan tinggi berjumlah 31 ibu Berdasarkan tabel 11, tidak ada
(72,1%). Pada 43 BBLN pada hubungan antara jarak kehamilan
kelompok pendidikan dengan kejadian BBLR di
rendahberjumlah 9 ibu (20,9%) dan Puskesmas Bangetayu, serta jarak
pada kelompok pendidikan tinggi kehamilan bukan merupakan faktor
berjumlah 34 ibu (79,1%) dengan risiko. Hal ini dapat dilihat pada 43
nilai p sebesar 0,616 dan nilai OR BBLR pada kelompok jarak
sebesar 1,462. kehamilan berisiko berjumlah 18 ibu
Hasil penelitian ini tidak sejalan (41,9%) dan pada kelompok jarak
dengan penelitian yang dilakukan kehamilan tidak berisiko berjumlah
oleh Sandra et al. (2012), bahwa 25 ibu (58,1%). Pada 43 BBLN pada
ada hubungan antara pendidikan ibu kelompok jarak kehamilan berisiko
dengan kejadian BBLR dengan nilai berjumlah 11 ibu (25,6%) dan pada
p sebesar 0,000 dan nilai OR kelompok jarak kehamilan tidak
sebesar 19,190.10 berisiko berjumlah 32 ibu
Tingkat pendidikan berkaitan dengan (74,4%)dengan nilai p sebesar 0,171
luasnya wawasan yang dimiliki oleh dan nilai OR sebesar 2,095.
seorang ibu. Semakin tinggi tingkat Hasil penelitian ini tidak sejalan
pendidikan maka wawasan yang dengan hasil penelitian yang
dimiliki ibu akan semakin tinggi dan dilakukan oleh Nita Merzalia
memiliki pola pikir yang terbuka (2013)bahwa terdapat hubungan
untuk menerima pengetahuan baru antara jarak kehamilan dengan
yang dianggap bermanfaat dalam kejadian BBLR dengan nilai p
masa kehamilannya.10 sebesar 0,091.
Berdasarkan tabel 10, tidak ada Jarak kehamilan adalah jarak waktu
hubungan antara pekerjaan ibu antara kehamilan terakhir dengan
dengan kejadian BBLR di kehamilan sekarang. Jarak
Puskesmas Bangetayu. Hal ini dapat kehamilan <24 bulan dapat

818
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

menyebabkan kondisi kehamilan Hasil penelitian ini tidak sejalan


yang kurang baik, gangguan tumbuh dengan penelitian yang dilakukan
kembang anak danmempengaruhi oleh Faiqah (2015), yang
reproduksi. Jarak kehamilan menyatakan bahwa ada hubungan
<24bulan juga meningkatkan risiko antara tekanan darah systole
kematian bayisebesar 50%. dengan kejadian BBLR dengan nilai
Berdasarkan tabel 12, tidak ada p sebesar 0,001.
hubungan antara tekanan darah Tekanan darah ibu hamil yang tinggi
systole dengan kejadian BBLR di dapat mengakibatkan gangguan
Puskesmas Bangetayu, serta pertumbuhan janin intrauterin yang
tekanan darah systole merupakan tentunya akan berdampak terhadap
faktor protektif. Hal ini dapat dilihat berat badan lahir.Pada ibu yang
pada 43 BBLR pada kelompok tekanan darahnya normal, tidak
tekanan darah systole berisiko ditemukan kelainan-kelainan
berjumlah 3 ibu (7,0%) dan pada tersebut sehingga perfusi nutrisi dan
kelompok tekanan darah systole oksigen untuk pertumbuhan janin
tidak berisiko berjumlah 40 ibu menjadi adekuat.
(93,0%). Pada 43 BBLN pada
kelompok tekanan darah systole KESIMPULAN
berisiko berjumlah 4 ibu (9,3%) dan 1. Usia ibu tidak berisiko lebih
pada kelompok tekanan darah banyak terdapat pada kelompok
systole tidak berisiko berjumlah 39 BBLN (69,8%), paritas berisiko
ibu (90,7%) dengan nilai p sebesar lebih banyak terdapat pada
1,000 (p>0,05) dan nilai OR sebesar kelompok BBLN (72,1%), ada
0,731 serta tekanan darah systole riwayat penyakit lebih banyak
merupakan faktor protektif. terdapat pada kelompok BBLR
Hasil penelitian ini tidak sejalan (86,0%), tidak KEK lebih banyak
dengan penelitian yang dilakukan terdapat pada kelompok BBLN
oleh Faiqah (2015) bahwa ada (83,7%), pendapatan keluarga
hubungan antara tekanan darah diatas UMR lebih banyak
systole dengan kejadian BBLR terdapat pada kelompok BBLN
dengan nilai p sebesar 0,001. (67,4%), penambahan berat
Berdasarkan tabel 13, tidak ada badan berisiko lebih banyak
hubungan antara tekanan darah terdapat pada kelompok BBLR
diastole dengan kejadian BBLR di (81,4%).
Puskesmas Bangetayu, serta 2. Pendidikan tinggi lebih banyak
tekanan darah diastole merupakan terdapat pada kelompok BBLN
faktor protektif. Hal ini dapat dilihat (79,1%), ibu tidak bekerja lebih
43 BBLR pada kelompok tekanan banyak terdapat pada kelompok
darah diastole berisiko berjumlah 2 BBLN (88,4%), usia kehamilan
ibu (4,7%) dan pada kelompok pretermlebih banyak terdapat
tekanan darah diastole tidak berisiko pada kelompok BBLR (76,7%),
berjumlah 41 ibu (95,3%). jarak kehamilan tidak berisiko
Sedangkan pada 43 BBLN pada lebih banyak terdapat pada
kelompok tekanan darah diastole kelompok BBLN (74,4%),
berisiko berjumlah 3 ibu (7,0%) dan tekanan darah systoletidak
pada kelompok tekanan darah beresiko lebih banyak terdapat
diastole tidak berisiko berjumlah 40 pada kelompok BBLR (93,0%),
ibu (93,0%) dengan nilai p sebesar tekanan darah diastoletidak
1,000 dan nilai OR sebesar 0,650. beresikolebih banyak pada

819
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

kelompok BBLR (95,3%) dan 11. Ada hubungan antara usia


ibu yang tidak mengalami kehamilan dengan kejadian
abortus lebih banyak pada BBLR di Wilayah Kerja
kelompok BBLN (95,3%). Puskesmas Bangetayu serta
3. Ada hubungan antara usia ibu usia kehamilan merupakan
dengan kejadian Berat Badan faktor risiko.
Lahir Rendah di Wilayah Kerja 12. Tidak ada hubungan antara
Puskesmas Bangetayu serta jarak kehamilan dengan
usia ibu merupakan faktor risiko. kejadian BBLR di Wilayah Kerja
4. Tidak ada hubungan antara Puskesmas Bangetayu serta
paritas dengan kejadian Berat jarak kehamilan bukan
Badan Lahir Rendah di Wilayah merupakan faktor risiko.
Kerja Puskesmas Bangetayu 13. Tidak ada hubungan antara
serta paritas merupakan faktor tekanan darah systole dengan
protektif. kejadian BBLR di Wilayah Kerja
5. Tidak ada hubungan antara Puskesmas Bangetayu serta
riwayat penyakit dengan tekanan daah systole bukan
kejadian BBLR di Wilayah Kerja merupakan faktor risiko akan
Puskesmas Bangetayu serta tetapi faktor protektif.
riwayat penyakit merupakan 14. Tidak ada hubungan antara
faktor protektif. tekanan darah diastole dengan
6. Tidak ada hubungan antara kejadian BBLR di Wilayah Kerja
LILA dengan kejadian BBLR di Puskesmas Bangetayu serta
Wilayah Kerja Puskesmas tekanan darah diastole bukan
Bangetayu serta LILA bukan merupakan faktor risiko akan
faktor risiko. tetapi faktor protektif.
7. Tidak ada hubungan antara 15. Tidak ada hubungan antara
pendapatan keluarga dengan riwayat abortus dengan kejadian
kejadian BBLR di Wilayah Kerja BBLR di Wilayah Kerja
Puskesmas Bangetayu serta Puskesmas Bangetayu serta
pendapatan keluarga bukan riwayat abortus bukan
faktor risiko. merupakan faktor risiko.
8. Ada hubungan antara
penambahan berat badan SARAN
dengan kejadian BBLR di 1. Bagi Puskesmas
Wilayah Kerja Puskesmas Disarankan puskesmas lebih
Bangetayu serta penambahan intensif dalam melakukan
berat badan merupakan faktor pemantauan terhadap faktor-
risiko. faktor yang dapat berisiko
9. Tidak ada hubungan antara terhadap berat badan lahir rendah
pendidikan dengan kejadian terutama usia ibu pada saat
BBLR di Wilayah Kerja hamil, penambahan berat badan
Puskesmas Bangetayu serta dan usia kehamilan.
pendidikan bukan faktor risiko. 2. Bagi Peneliti Lain
10. Tidak ada hubungan antara a. Bagi peneliti yang ingin
pekerjaan dengan kejadian melakukan penelitian serupa
BBLR di Wilayah Kerja diharapkan mengkaji lebih
Puskesmas Bangetayu serta dalam lagi faktor-faktor yang
pekerjaan bukan faktor risiko. dapat beresiko terhadap berat
badan lahir rendah.

820
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

b. Apabila peneliti lain ingin 2013;(2):20-25.


melakukan penelitian yang
serupa menggunakan case 4. Departemen Kesehatan RI.
control study maka disarankan Sistem Kesehatan Nasional.
jumlah sampel kasus yang Jakarta: Departemen
diteliti lebih dari 100. Kesehatan RI; 2009.
3. Bagi Ibu 5. Restiani R, Arif A. Hubungan
a. Ibu hamil yang memiliki usia < Umur dan Paritas Dengan
20 atau > 35 tahun diharapkan Kejadian Berat Bayi Lahir
lebih sering melakukan Rendah (BBLR). E-Jurnal
kunjungan antenatal care guna Obstet. 2013;1(1):22-37.
untuk mengetahui kondisi ibu
dan juga janin sehingga 6. Purwanto DA, Wahyuni CU.
apabila terdapat komplikasi Hubungan Antara Umur
selama kehamilan dapat Kehamilan, Kehamilan
terdeteksi sejak dini. Ganda, Hipertensi dan
b. Ibu hamil yang memiliki Anemia dengan Kejadian Bayi
penambahan berat badan < 10 Berat Lahir Rendah (BBLR).
kg disarankan untuk lebih Berk Epidemiol.
sering mengkonsumsi 2016;4(3):349-359.
makanan bergizi dari porsi doi:10.20473/jbe.v4i3.
makan sebelum hamil.
7. Endriana SD, Indrawati ND,
c. Ibu hamil yang melahirkan
Rahmawati A. Hubungan
pada usia kehamilan < 37
Umur Ibu dan Paritas dengan
minggu disarankan untuk
Berat Bayi Lahir Rendah di Rb
sering melakukan check up ke
Citra Insani Semarang.
fasilitas kesehatan guna
2012;3:77-83.
memeriksakan bayi untuk
melihat tumbuh kembang bayi 8. Manuaba. Ilmu Penyakit
dan apabila terdapat gangguan Kebidanan, Kandungan Dan
dalam tumbuh kembang bayi Pelayanan KB Untuk
dapat terdeteksi sejak dini. Pendidikan Bidan. Jakarta:
EGC; 2007.

DAFTAR PUSTAKA 9. Fajrina A. Hubungan


Pertambahan Berat Badan
1. UNICEF. Global Database on Selama Hamil dan Faktor Lain
Low Birthweight. 2008. dengan Berat Badan Lahir di
Rumah Bersalin Lestari
2. Khatun S, Rahman M. Socio- Ciampea Bogor Tahun 2010-
economic determinants of low 2011. 2012.
birth weight in Bangladesh : A
multivariate approach. 10. Rini SS, Trisna I. Faktor –
2008;34:81-86. Faktor Risiko Kejadian Berat
doi:10.3329/bmrcb.v34i3.1857 Bayi Lahir Rendah Di Wilayah
. Kerja Unit Pelayanan Terpadu
Kesmas Gianyar II. Gianyar;
3. Pinontoan VM, Tombokan 2012.
SGJ. Hubungan Umur dan
Paritas Ibu dengan Kejadian 11. Mahayana SAS, Chundrayeti
Bayi Berat Lahir Rendah. E, Yulistini. Fakor Risiko yang

821
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Berpengaruh terhadap
Kejadian Berat Badan Lahir
Rendah di RSUP Dr. M.
Djamil Padang. Kesehat
Andalas. 2015;4(3):664-673.
12. Irayani F. Analisis Hubungan
Anemia Pada Kehamilan
dengan Kejadian Abortus di
RSUD Demang Sepulau Raya
Kabupaten Lampung Tengah.
J Kesehat. 2015;VI(2):190-
200.
13. Merzalia N. Determinan
Kejadian Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) di Kabupaten
Belitung Timur Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung
Tahun 2010-2011. 2012.
14. Sembiring SM. Karakteristik
Ibu Yang Melahirkan Bayi
Berat Badan Lahir Rendah di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Sri
Ratu Medan Tahun 1999-
2001. 2002.

822

You might also like