Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 27

Stefanus Reynold Andika

Penegakan Hukum
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018 Terhadap Pelaku Tindak Pidana Lintas Negara…

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA LINTAS


NEGARA MELALUI PERJANJIAN EKSTRADISI
(SUATU CATATAN MENARIK UNTUK DISKUSI)

Stefanus Reynold Andika


(Mahasiswa Program Pascasarjana, Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Meraih gelar Sarjana Hukum (S.H.) dari
Universitas Tarumanagara (2017))
(E-mail: stefanus.reynold@ui.ac.id)

Received: 27 April 2018; Accepted:18 Juni 2019; Published: 30 Juni 2019

Abstract:

The establishment of an extradition treaty between the Government of the Republic of Indonesia and
other countries is a strategic effort in order to increase cooperation in the field of law enforcement and
the implementation of justice. With the formation of the extradition treaty, the perpetrators of crimes
that are being sought and fleeing the country cannot escape easily from lawsuits. Although the
extradition issue is basically seen as part of international law, the discussion cannot be emphasized only
in terms of international law. Many things are not further regulated in extradition agreements, especially
if the problem is a domestic problem of each country. This article discusses Law Enforcement Against
Transnational Criminals through Extradition Agreements. This research is normative juridical and
prescriptive. The results of the study conclude that Law Enforcement Against Transnational Crime
Actors under the provisions of the United Nations Convention Against Transnational Organized Crime
(UNTOC) is not fully implemented in the Indonesian legal system. Based on data until the 2017 period,
it can be concluded that the implementation of extradition in Indonesia based on the provisions of
UNTOC is still not fully implemented.

Keywords: Extradition, Crime, Transnational, Law Enforcement.

kemajuan ilmu pengetahuan dan


I. Pendahuluan teknologi di samping memudahkan
lalu lintas manusia dari suatu tempat ke
A. Latar Belakang
tempat lain, dari satu negara ke negara
Seperti yang kita ketahui bersama
lain, juga menimbulkan dampak
bahwa tindak pidana transnasional
negative berupa tumbuh dan
yang terorganisir merupakan salah satu
meningkatnya beragam tindak pidana.
bentuk kejahatan yang mengancam
Tindak pidana tersebut saat ini telah
kehidupan sosial, ekonomi, politik,
1 berkembang menjadi tindak pidana
keamanan, dan perdamaian dunia.
yang terorganisir yang dapat dilihat
Selain itu, perkembangan dan

1
Paragraf Pertama Bagian Umum dari Transnational Organized Crime (Konvensi
Penjelasan atas Undang-Undang Republik Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Tindak
Indonesia Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Pidana Transnasional yang Terorganisasi).
Pengesahan United Nations Convention Against

322
Stefanus Reynold Andika
Penegakan Hukum
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018 Terhadap Pelaku Tindak Pidana Lintas Negara…

dari lingkup, karakter, modus negara, atau memiliki dampak pada


operandi, dan pelakunya.2 negara lain.3
Tindak pidana transnasional Bassiouni mengatakan bahwa
memiliki beberapa definisi, hal ini kejahatan transnasional atau
terkait dengan latar belakang transnational crime adalah kejahatan
pendidikan, pengalaman, serta yang mempunyai dampak lebih dari
kepentingan yang menyebabkan satu negara, kejahatan yang melibatkan
beberapa Ahli merumuskan definisi atau memberikan dampak terhadap
tindak pidana transnasional sangat warga negara lebih dari satu negara,
bervariasi, namun secara garis besar sarana dan prasarana serta metode-
terdapat kata kunci yang dapat metode yang dipergunakan melampaui
4
digunakan sebagai panduan dalam batas-batas teritorial suatu negara.
merumuskan pengertian tindak pidana Jadi, istilah kejahatan transnasional
transnasional, antara lain: dimaksudkan untuk menunjukkan
1. Suatu perbuatan sebagai suatu adanya kejahatan-kejahatan yang
kejahatan; sebenarnya bersifat nasional (di dalam
2. Terjadi antar negara atau lintas batas wilayah suatu negara), tetapi
negara. dalam beberapa hal terkait kepentingan
Menurut G.O.W. Mueller, negara-negara lain. Sehingga tampak
kejahatan transnasional adalah istilah adanya dua atau lebih negara yang
yuridis mengenai ilmu tentang berkepentingan atau yang terkait
kejahatan, yang diciptakan oleh dengan kejahatan itu. Kejahatan
perserikatan bangsa-bangsa bidang transnasional jelas menunjukkan
pencegahan kejahatan dan peradilan perbedaannya dengan kejahatan atau
pidana dalam hal mengidentifikasikan tindak pidana dalam pengertian
fenomena pidana tertentu yang semata. Demikian pula sifat
melampaui perbatasan internasional, internasionalnya mulai semakin kabur
melanggar hukum dari beberapa oleh karena aspek-aspeknya sudah

2 3
Paragraf Kedua Bagian Umum dari Franciszek Przetacznik, Protection of
Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Officials of Foreign States According to
Indonesia Nomor 5 Tahun 2009 Tentang International Law, (Netherlands: Martinus
Pengesahan United Nations Convention Against Nijhoff Publishers, 1983), hlm. 71.
4
Transnational Organized Crime (Konvensi Ibid., hlm. 73.
Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Tindak
Pidana Transnasional yang Terorganisasi).

323
Stefanus Reynold Andika
Penegakan Hukum
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018 Terhadap Pelaku Tindak Pidana Lintas Negara…

meliputi individu, negara, benda, kepentingan lebih dari satu negara.


5
publik, dan privat. Sifatnya yang Tindak pidana ini antara lain,
transnasional yang meliputi hampir perdagangan obat bius (drug
semua aspek nasional maupun trafficking), kejahatan terorganisasi
internasional, baik privat maupun lintas batas negara (transborder
publik, politik maupun bukan politik. organized criminal activity), pencucian
Perserikatan Bangsa-Bangsa uang (money laundering), kejahatan
sendiri telah menentukan karakteristik finansial (financial crimes), perusakan
apa saja yang termasuk dalam kategori lingkungan secara disengaja (willful
kejahatan transnasional, yaitu:6 damage to the environment), dan lain-
a) Dilakukan lebih dari satu negara; lain.
b) Dilakukan di suatu negara namun Sehingga berdasarkan hal tersebut
bagian penting dari persiapan, dapat dijelaskan bahwa transnational
perencanaan, pengarahan, atau crime merupakan suatu kejahatan yang
pengendalian dilakukan di negara terjadi dan bersifat lintas negara dalam
lain; pengertian bahwa suatu perbuatan
c) Dilakukan dalam suatu negara dapat dikategorikan sebagai kejahatan
namun melibatkan suatu apabila terdapat aspek hukum yang
kelompok kriminal terorganisasi dilanggar sehingga bisa saja terjadi
yang terlihat dalam aktifitas suatu perbuatan yang dirumuskan,
kejahatan lebih dari satu negara; dirancang, disiapkan, dan dilaksanakan
atau dalam suatu negara bisa saja bukan
d) Dilakukan dalam satu negara merupakan kejahatan namun ketika
namun memiliki efek penting hasil kejahatan yang diatur, disiapkan
dalam negara lainnya. dan dilakukan bersifat lintas batas
Tindak pidana transnasional negara untuk masuk ke yurisdiksi
hampir selalu berkaitan dengan tindak negara yang berbeda lantas dapat
pidana dengan motif finansial, yang dikategorikan sebagai kejahatan
membawa dampak terhadap transnasional (transnational crime).7

5
Patricia Biber, Transnational Crime (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Organized Crime and Terrorism: Colombia, a Menentang Tindak Pidana Transnasional yang
Case Study, (Journal of Comtemporary Criminal Terorganisasi).
7
Justice, 2001), hlm. 251. M. Irvan Oli, 2005, Sempitnya Dunia,
6
Pasal 3 ayat 2 United Nations Luasnya Kejahatan, Sebuah Telaah Ringkas
Convention Against Transnational Organized Tentang Transnational Crime, Jurnal

324
Stefanus Reynold Andika
Penegakan Hukum
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018 Terhadap Pelaku Tindak Pidana Lintas Negara…

Majelis umum PBB telah naskah perjanjian oleh wakil-wakil


memprakarsai penyelenggaraan dari negara-negara yang menghadiri
Konverensi Internasional tentang konverensi, sebagai naskah final dan
Kejahatan Transnasional Terorganisasi otentik. Namun, sampai tahap
di Palermo, Italia. Melalui perundingan penandatanganan ini, UNTOC masih
yang cukup alot dan melelahkan, belum berlaku atau belum mengikat
negara-negara peserta Konverensi sebagai hukum internasional yang
berhasil menyepakati United Nations positif.
Convention Against Transnational Untuk dapat berlaku atau mengikat
Organized Crime (UNTOC) atau sebagai hukum internasional positif,
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa berdasarkan Pasal 36 ayat 3, negara-
Menentang Tindak Pidana negara diberi kesempatan untuk
Transnasional yang Terorganisasi menyatakan persetujuannya untuk
melalui resolusi Perserikatan Bangsa- terikat pada (consent to be bound by)
Bangsa Nomor 55/25 sebagai Konvensi dengan cara melalukan
instrumen hukum dalam peratifikasian (ratification),
menanggulangi tindak pidana penerimaan (acceptance), persetujuan
transnasional yang terorganisasi. (approval) atau aksesi (accession). 9
Sesuai dengan Pasal 36 ayat 1, Selanjutnya, sesuai dengan ketentuan
UNTOC terbuka bagi semua negara Pasal 38 ayat 1, Konvensi ini akan
untuk penandatanganan dari tanggal mulai berlaku (entry into force) pada
12-15 Desember tahun 2000 di hari kesembilan puluh setelah tanggal
Palermo, Italia dan selanjutnya di penyimpanan instrument ratifikasi
Markas Besar PBB di New York (ratification), penerimaan
hingga tanggal 12 Desember tahun (acceptance), persetujuan (approval)
8
2002. Perlu diketahui, bahwa atau aksesi (accession) yang keempat
10
penandatanganan ini barulah tahap puluh. Dengan telah dipenuhinya
penerimaan dan persetujuan atas ketentuan Pasal 38 ayat 1 maka kini

Kriminologi Indonesia Vol. 4 No. 1 september Menentang Tindak Pidana Transnasional yang
2005, hlm. 20. Terorganisasi).
8 9
Pasal 36 ayat 1 Undang-Undang I Wayan Parthiana, Hukum
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2009 Perjanjian Internasional Bagian 2, (Bandung:
Tentang Pengesahan United Nations Mandar Maju, 2005), hlm. 261.
10
Convention Against Transnational Organized Pasal 38 ayat 1 Undang-Undang
Crime (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2009

325
Stefanus Reynold Andika
Penegakan Hukum
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018 Terhadap Pelaku Tindak Pidana Lintas Negara…

UNTOC sudah berlaku sebagai hukum Terorganisasi) pada tanggal 12 Januari


internasional positif. Akan tetapi, 2009 (Lembaran Negara Republik
sesuai dengan salah satu prinsip hukum Indonesia Nomor 4960). Dengan
perjanjian internasional, yakni pacta demikian, UNTOC secara yuridis
11
tertiis nec nosent nec prosunt, (formil) telah menjadi bagian dari
UNTOC hanya berlaku dan mengikat hukum nasional Indonesia. Sebagai
terhadap negara-negara yang sudah konsekuensi dari ratifikasi tersebut
menyatakan persetujuannya untuk maka Konvensi tersebut perlu
terikat, baik hal itu dilakukan dengan ditransformasikan ke dalam peraturan
peratifikasian, penerimaan, perundang-undangan nasional yaitu
persetujuan, ataupun pengaksesian. dengan membuat ketentuan-ketentuan
Indonesia sebagai anggota untuk menampung apa yang diatur di
masyarakat internasional yang sering dalam Konvensi yang telah diterima
menghadapi kasus-kasus kejahatan dan disahkan. Asas-asas hukum pidana
transnasional terorganisir yang terus internasional yang baru, sebagaimana
berkembang dengan segala akibatnya, dimuat dalam Konvensi, akan
juga telah meratifikasi Konvensi ini membuka wawasan baru dalam
sebagai perwujudan komitmen perkembangan penerapan hukum
memberantas tindak pidana pidana nasional.
transnasional yang terorganisir melalui Sebagai negara yang telah
kerangka kerja sama bilateral, regional, meratifikasi Konvensi tersebut
ataupun internasional dan selanjutnya disamping kewajiban-kewajiban untuk
memberlakukan (mengesahkan dan melaksanakan upaya kriminalisasi
mengundangkan) ke dalam hukum terhadap tindak pidana yang diatur oleh
nasionalnya dengan Undang-Undang Konvensi, Indonesia mendapatkan
Nomor 5 Tahun 2009 tentang kewajiban-kewajiban dalam hal
Pengesahan United Nations prosedur hukum yang harus dilakukan
Convention Against Transnational sebagai negara pihak. Adapun
Organized Crime (Konvensi PBB
Menentang Kejahatan Transnasional

Tentang Pengesahan United Nations Menentang Tindak Pidana Transnasional yang


Convention Against Transnational Organized Terorganisasi).
11
Crime (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa I Wayan Parthiana, Op,Cit., hlm.
261-263.

326
Stefanus Reynold Andika
Penegakan Hukum
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018 Terhadap Pelaku Tindak Pidana Lintas Negara…

kewajiban-kewajiban itu antara lain:12 negara pihak, Indonesia telah lebih


a. Tindakan penyitaan dan dulu mengatur masalah ekstradisi
penahanan (Pasal 12); dalam peraturan perundang-undangan
b. Kerjasama Internasional untuk nasionalnya. Adapun peraturan yang
tujuan perampasan (Pasal 13); mengatur mengenai ekstradisi yaitu
c. Penyerahan Harta Hasil Tindak Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1979
Pidana atau Kekayaan yang Disita tentang Ekstradisi yang saat ini sedang
(Pasal 14); direncanakan amandemennya di
d. Yurisdiksi (Pasal 15); Dewan Perwakilan Rakyat Republik
e. Ekstradisi (Pasal 16); Indonesia. Amandemen Undang-
f. Pemindahan Narapidana (Pasal Undang ini penting sebab peraturan
17); mengenai ekstradisi kita dirasa sudah
g. Bantuan Hukum Timbal Balik tidak sesuai dengan perkembangan
(Mutual Legal Assistance) (Pasal jaman dan perlu penyesuaian dengan
18); Konvensi-Konvensi Internasional saat
h. Penyelidikan Bersama (Pasal 19); ini, 13 sebagai salah satu contohnya
i. Teknik-Teknik Penyelidikan yaitu Konvensi Perserikatan Bangsa-
Khusus (Pasal 20); Bangsa Menentang Tindak Pidana
j. Pemindahan Proses Pidana (Pasal Transnasional yang Terorganisasi
21); (United Nations Convention Against
k. Penyusunan Data Tindak Pidana Transnational Organized Crime) ini.
(Pasal 22); Padahal kita tahu Undang-Undang ini
l. Perlindungan Saksi (Pasal 24); merupakan payung hukum dari
m. Bantuan dan Perlindungan berbagai macam perjanjian ekstradisi
Terhadap Korban (Pasal 25); yang dibuat oleh Indonesia dengan
n. Kerjasama Aparat antar Negara negara-negara lain maupun negara-
(Pasal 26, 27, 28, dan 29); negara sahabat.
o. Tindakan lain dan Pencegahan Pada masa sekarang dalam
(Pasal 30 dan 31). melaksanakan perjanjian ekstradisi,
Sebagai salah satu kewajiban negara-negara dalam penyerahan

12
Undang-Undang Republik Indonesia Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Tindak
Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Pengesahan Pidana Transnasional yang Terorganisasi).
13
United Nations Convention Against Catatan Perkuliahan di Fakultas
Transnational Organized Crime (Konvensi Hukum Universitas Indonesia, September 2018.

327
Stefanus Reynold Andika
Penegakan Hukum
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018 Terhadap Pelaku Tindak Pidana Lintas Negara…

pelaku tindak pidana (penjahat) United Nations Convention Against


pelarian tidak harus tergantung kepada Transnational Organized Crime dalam
adanya perjanjian antara negara-negara sistem hukum Indonesia berserta
tersebut. Kedua negara tersebut tidak kendalanya sebagai upaya untuk
memiliki perjanjian ekstradisi, namun penegakan hukum terhadap pelaku
mereka menyerahkan penjahat- tindak pidana lintas negara.
penjahat pelarian untuk diadili,
meskipun bukti-bukti untuk B. Permasalahan
menguatkan dugaan tentang kejahatan Berdasarkan latar belakang
belum dapat ditunjukan. Hal ini akan permasalahan sebagaimana yang telah
terjadi apabila diantara negara-negara diuraikan di atas, peneliti merumuskan
yang mempunyai hubungan baik. Jadi permasalahan penelitian ini sebagai
pelaksanaannya tidak hanya dengan berikut:
perjanjian bilateral (tertulis) melainkan 1. Bagaimanakah pengaturan
dilakukan atas dasar adanya hubungan mengenai kewajiban ekstradisi
baik antara kedua negara sudah negara pihak yang harus ditempuh
cukup.14 berdasarkan United Nations
Berdasarkan hal-hal di atas, Convention Against Transnational
menarik untuk dikaji tentang Organized Crime?
pengaturan mengenai kewajiban 2. Bagaimana penerapan pengaturan
ekstradisi negara pihak yang harus mengenai kewajiban ekstradisi
ditempuh berdasarkan United Nations negara pihak berdasarkan United
Convention Against Transnational Nations Convention Against
Organized Crime dan perlu juga Transnational Organized Crime?
dianalisis tentang bagaimana
penerapan pengaturan mengenai C. Kerangka Teori
kewajiban ekstradisi negara pihak Kejahatan transnasional secara

14
I Wayan Parthiana, dalam sejarah mengekstradisikan ini hanya sebatas pada
perkembangan pranata hukum ekstradisi bahwa negara-negara yang secara geografis saling
perjanjian antara Raja Ramses II dengan Raja berbatasan. Dikutip dari Siswanto Sunarso,
Hattusilli II, yang mana dalam perjanjian Ekstradisi & Bantuan Timbal Balik Dalam
tersebut kedua pihak sepakat akan saling Masalah Pidana Instrumen Penegakan Hukum
mengekstradisikan pelaku kejahatan yang Pidana Internasional, (Jakarta: Rineka Cipta,
melarikan diri ke/ atau yang ditemukan di dalam 2009), hlm. 2.
wilayahnya masing-masing. Kesediaan saling

328
Stefanus Reynold Andika
Penegakan Hukum
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018 Terhadap Pelaku Tindak Pidana Lintas Negara…

umum didefinisikan oleh Passas, crime atau kejahatan transnasional


sebagai:15 adalah tindak pidana atau kejahatan
“Kesalahan yang harus dihindari, yang melintasi batas negara. Konsep
yang menyebabkan bahaya cukup
ini diperkenalkan pertama kali secara
serius untuk menjamin intervensi
negara dan mirip dengan jenis lain internasional di tahun 1990-an dalam
dari tindakan kriminal di negara-
The Eight United Nations Congress on
negara yang bersangkutan atau
oleh hukum internasional. Apa the Prevention of Crime and the
yang membuat kejahatan
Treatment of Offenders.17
transnasional adalah bahwa pelaku
atau korban menemukan dirinya Istilah kejahatan transnasional
dalam atau beroperasi melalui
juga dimaksudkan untuk menunjukkan
yurisdiksi yang berbeda.”
adanya kejahatan-kejahatan yang
Definisi di atas bukanlah
sebenarnya nasional yang mengandung
sepenuhnya legal atau sosiologis.
aspek transnasional atau lintas batas
Dengan demikian, definisi ini
negara. Terjadinya kejahatan itu
menghindari kelemahan dari definisi
sendiri sebenarnya di dalam batas-
hukum semata, meskipun pada saat
batas wilayah negara (nasional) tetapi
yang sama tampaknya perlu untuk
dalam beberapa hal terkait dengan
memasukkan unsur moral atau politik.
kepentingan negara-negara lain,
Dalam karya Passas yang paling baru,
sehingga tampak adanya dua atau lebih
istilah kejahatan lintas batas digunakan
negara yang berkepentingan atau yang
sebagai pengganti kejahatan
terkait dengan kejahatan itu. Dalam
16
transnasional dengan definisi lain:
prakteknya, terdapat banyak faktor
“Kejahatan lintas batas adalah
yang menyebabkan terkaitnya
perilaku yang membahayakan
kepentingan yang dilindungi oleh kepentingan lebih dari satu negara
hukum di lebih dari satu yurisdiksi
dalam suatu kejahatan. Misalnya
nasional dan yang dikriminalisasi
dalam setidaknya salah satu dari kejahatan yang terjadi di suatu negara
negara yang bersangkutan.”
ternyata menimbulkan korban, tidak
Secara konseptual, transnational saja di dalam batas wilayah negara

15
Passas, N., 1998, “Transnational Illegal Actors”, Security Journal, Vol. 16 (1),
Crime: The Interface Between Legal and Illegal pp. 19-38., hlm. 20.
Actors” Presented at the NRC workshop on 17
John R. Wagley, Transnational
Transnational Organized Crime, Washington, Organized Crime: Principal Threatsand U.S.
D.C., hlm. 3. Responses, (Congressional Research Service,
16
Passas, N., 2003, “Cross Border The Library of Congress, 2006), hlm. 47.
Crime and The Interface Between Legal and

329
Stefanus Reynold Andika
Penegakan Hukum
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018 Terhadap Pelaku Tindak Pidana Lintas Negara…

yang bersangkutan tetapi juga di Transnational Organized Crime)


wilayah negara tetangganya. tindak pidana transnasional yang
Berdasarkan beberapa uraian di terorganisasi itu dikualifikasikan
atas, kejahatan transnasional pada antara lain:
hakekatnya merupakan kejahatan yang (a) Tindak pidana atas penyertaan
terjadi lintas batas negara yang dapat (partisipasi) dalam kelompok
dikategorikan sebagai kejahatan yang pelaku tindak pidana
terorganisasi dengan baik dan penuh terorganisasi;18
dengan perencanaan yang matang. (b) Tindak pidana atas pencucian hasil
Dalam setiap peristiwa kejahatan tindak pidana (termasuk dan tidak
transnasional aktornya tidak selalu terbatas pencucian uang);19
berkaitan dengan “nation state actor”, (c) Tindak pidana korupsi;20
melainkan individu atau kelompok. (d) Tindak pidana yang berkaitan
Dalam setiap aksinya mereka tidak dengan proses peradilan;21
hanya berperan sebagai pelaku tetapi Berdasarkan United Nations
juga sebagai penyumbang dana Convention Against Transnational
maupun ide atau pikiran untuk Organized Crime, tindak pidana adalah
melancarkan aksinya. Latar belakang bersifat transnasional, jika:22
kejahatan ini juga cukup luas, a) Dilakukan lebih dari satu negara;
menyangkut bidang politik, ekonomi, b) Dilakukan di suatu negara namun
sosial, budaya, agama, dan lain bagian penting dari persiapan,
sebagainya. banyak juga kejahatan perencanaan, pengarahan, atau
transnasional yang tidak terkait dengan pengendalian dilakukan di negara
latar belakang tersebut. lain;
Dalam konteks Konvensi c) Dilakukan dalam suatu negara
Perserikatan Bangsa-Bangsa namun melibatkan suatu
Menentang Tindak Pidana kelompok criminal terorganisasi
Transnasional yang Terorganisasi yang terlihat dalam aktifitas
(United Nations Convention Against kejahatan lebih dari satu negara;

18 21
Pasal 5 United Nations Convention Pasal 23 United Nations Convention
Against Transnational Organized Crime. Against Transnational Organized Crime.
19 22
Pasal 6 United Nations Convention Pasal 3 ayat 2 United Nations
Against Transnational Organized Crime. Convention Against Transnational Organized
20
Pasal 8 United Nations Convention Crime.
Against Transnational Organized Crime.

330
Stefanus Reynold Andika
Penegakan Hukum
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018 Terhadap Pelaku Tindak Pidana Lintas Negara…

atau Indonesia, tetapi deliknya (strafbaar


d) Dilakukan dalam satu negara feit) terjadi di wilayah Indonesia. 24
namun memiliki efek penting Demikian juga orang atau subyek
dalam negara lainnya. hukum yang melakukannya juga tidak
Dalam konteks hukum nasional terbatas hanya pada warga negara
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Indonesia.
Pidana (KUHP), mengenai tindak Pasal 3 KUHP:
pidana transnasional ini, KUHP “Ketentuan pidana dalam
perundang-undangan Indonesia
Indonesia sebenarnya sudah
berlaku bagi setiap orang yang di
mengaturnya. Hal ini terlihat dari bunyi luar wilayah Indonesia melakukan
delik di dalam perahu atau pesawat
ketentuan dalam beberapa pasal di
udara Indonesia”
dalamnya, yaitu antara lain:
Pasal 2 KUHP:23 Demikian juga ketentuan ini, selain
“Ketentuan pidana dalam menunjukkan penganutan asas
perundang-undangan Indonesia
teritorialitas dimana hukum Indonesia
diterapkan bagi setiap orang yang
melakukan sesuatu delik di berlaku di wilayah Indonesia termasuk
Indonesia”
di atas “perahu Indonesia” di luar
ketentuan ini selain menunjukkan Indonesia, tapi juga menunjukkan
penganutan terhadap asas teritorialitas bahwa keberlakuan hukum nasional
(wilayah) dimana hukum pidana juga bagi kejahatan-kejahatan yang
berlaku bagi siapa saja yang melintasi batas negara atau
melakukan tindak pidana di wilayah transnasional.
suatu negara tertentu dalam hal ini Demikian juga ketentuan-
Indonesia, juga berarti bahwa orang ketentuan lainnya yang terdapat dalam
yang melakukan kejahatan tidak harus KUHP, yaitu Pasal 4 KUHP 25 yang
secara fisik betul-betul berada di diperluas dengan Undang-Undang

23
Pasal 2 Kitab Undang-Undang ke 2 mengenai orang Indonesia yang berada di
Hukum Pidana (KUHP). luar wilayah Indonesia melakukan kejahatan
24
AZ. Abidin & Andi Hamzah, tentang mata uang, uang kertas negara, atau
Pengantar Hukum Pidana Indonesia, (Jakarta: uang kertas bank tentang materi atau merek
PT Yarsif Watampone, 2010), hlm. 84. yang dikeluarkan atau digunakan oleh
25
Pasal 4 KUHP mengenai orang pemerintah Indonesia , Pasal 4 ke 3 mengenai
Indonesia yang berada di luar wilayah Indonesia orang Indonesia yang melakukan pemalsuan
melakukan tindak pidana terhadap keamanan surat hutang atau sertifikat-sertifikat hutang
negara yang tersebut dalam Pasal 104, yang ditanggung pemerintah Indonesia.
106,107,108, 111, 127, dan 131 KUHP, Pasal 4

331
Stefanus Reynold Andika
Penegakan Hukum
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018 Terhadap Pelaku Tindak Pidana Lintas Negara…

Nomor 4 Tahun 1976 tentang pemerintah Indonesia sesuai dengan


Kejahatan Penerbangan menunjukkan ketentuan Pasal 9 KUHP. Bunyi
bahwa pengaturan tentang tindak ketentuan Pasal 9 KUHP tersebut
pidana yang melintasi batas negara mengandung makna yang mendalam
telah diatur sejak lama meskipun dan luas, dalam arti bahwa, praktisi
belum disebut tentang terminologi penegak hukum di Indonesia termasuk
transnasional. Pasal 5 KUHP pun juga pembentuk undang-undang harus
mengatur tentang berlakunya peraturan memahami sungguh-sungguh kekuatan
perundang-undangan Indonesia bagi hukum mengikat dari suatu perjanjian
warga negara Indonesia yang internasional yang telah diratifikasi
melakukan kejahatan di luar wilayah oleh Indonesia.28
Indonesia. Berbeda dengan perjanjian
Pengaturan tentang kejahatan internasional pada umumnya ataupun
transnasional sebagaimana yang perjanjian tentang kejahatan
dimuat dalam KUHP dilandasi oleh internasional pada khususnya yang
asas-asas berlakunya hukum pidana,26 memiliki sistematika yang sudah baku,
dalam hal ini empat asas berlakunya yakni terdiri dari preambul yang berisi
hukum pidana nasional, yaitu: 27 asas dasar-dasar pertimbangan dan maksud
teritorial (Pasal 2 & 3), asas nasional serta tujuan mengapa perjanjian itu
aktif (Pasal 5), asas nasional pasif dibuat, kemudian berlanjut dengan
(Pasal 4 ke 1, 2 dan 4), dan asas batang tubuh yang memuat
universal (Pasal ke 2 dan ke 4). substansinya yang terbagi menjadi
Namun demikian, asas-asas bab-bab dan bab-bab ini terdiri dari
berlakunya hukum pidana berdasarkan satu atau lebih pasal, sebaliknya
KUHP tersebut juga dibatasi UNTOC sama sekali tidak memuat
pemberlakuan ketentuan hukum preambul ataupun pembagian atas
internasional yang telah diakui oleh batang tubuhnya menjadi bab-bab

26 27
Jan Remeling, Hukum Pidana, Moeljatno, Asas-asas Hukum
(Jakarta: Gramedia, 2001), hlm. 355-389, Pidana, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), hlm. 38-
menggunakan istilah berlakunya hukum pidana 53.
dengan “keberlakuan hukum pidana” yang 28
Pasal 9 KUHP berbunyi: Berlakunya
dibedakan dalam 2 hal, yaitu keberlakuan yang Pasal 2 s/d 5 , 7 dan 8 dibatasi oleh
terkait dengan waktu tindak pidana (tempus pengecualian-pengecualian yang diakui oleh
delicti) dan keberlakuan yang terkait dengan hukum internasional.
tempat (locus delicti).

332
Stefanus Reynold Andika
Penegakan Hukum
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018 Terhadap Pelaku Tindak Pidana Lintas Negara…

melainkan langsung dijabarkan dalam tanggungjawab menurut hukum


bentuk pasal-pasal (dari pasal yang perdata dan hukum administrasi.
paling awal sampai yang paling akhir). Oleh karena itu, sanksi yang
UNTOC memuat asas-asas hukum diterapkan bukan hanya sanksi
pidana sejalan dengan perkembangan hukum pidana tetapi juga sanksi
asas-asas hukum internasional yang yang bersifat pelanggaran
secara langsung atau tidak langsung termasuk sanksi moneter (Pasal
akan mempengaruhi perkembangan 10).
hukum nasional, antara lain: c. Tenggang waktu daluwarsa
a. perlindungan kedaulatan negara ditentukan lebih panjang dan
sesuai dengan hak eksklusif suatu ditentukan lebih panjang lagi bila
negara yang ditentukan dalam tersangka menghindari
Pasal 4 Konvensi yaitu negara pelaksanaan proses peradilan
pihak wajib melaksanakan (Pasal 11).
kewajiban-kewajiban mereka d. Perluasan yurisdiksi kriminal
berdasarkan prinsip-prinsip dengan menerapkan asas estra-
kedaulatan yang sejajar dan territorial jurisdiction, perluasan
integritas wilayah negara-negara asas teritorial yang ditentukan
dan prinsip tidak melakukan dalam Pasal 15, yaitu:
intervensi terhadap masalah dalam 1) Hukum pidana dilakukan terhadap
negeri negara lain. Konvensi juga warga negara dari negara pihak
tidak memberikan hak kepada tersebut jika:
suatu negara pihak untuk a. tindak pidana dilakukan terhadap
mengambil tindakan dalam warga negara dari negara pihak
wilayah negara pihak lainnya tersebut;
untuk menerapkan yurisdiksi dan b. tindak pidana dilakukan oleh
melaksanakan fungsi-fungsi yang warga negara dari negara pihak
hanya dimiliki oleh pejabat yang bersangkutan atau oleh orang
berwenang negara pihak lain yang tidak memiliki
berdasarkan hukum nasionalnya. kewarganegaraan yang biasa
b. Pertanggungjawaban badan bertempat tinggal di dalam
hukum bukan hanya pidana saja wilayah negara yang
tetapi juga meliputi bersangkutan, atau;

333
Stefanus Reynold Andika
Penegakan Hukum
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018 Terhadap Pelaku Tindak Pidana Lintas Negara…

c. tindak pidananya adalah satu dari digunakan data sekunder sebagai


tindak pidana yang ditetapkan sumber penelitian, yang terdiri atas:
dalam Pasal 5 Ayat 1 dan
dilakukan di luar wilayahnya a. Bahan Hukum Primer
dengan tujuan melakukan tindak Undang-Undang yang ditelaah
pidana serius dalam wilayahnya; dalam penelitian ini adalah United
d. tindak pidananya adalah satu dari Nations Convention Against
tindak pidana yang ditetapkan Transnational Organized Crime yang
dalam Pasal 6 Ayat 1b (ii) telah diratifikasi oleh Indonesia
Konvensi, yang dilakukan di luar melalui UU No. 5 tahun 2009 dan UU
wilayah dengan tujuan untuk No. 1 tahun 1979 tentang Ekstradisi
melakukan tindak pidana dalam sebagai bentuk perwujudan komitmen
wilayahnya. memberantas tindak pidana
2) Memberlakukan yurisdiksi hukum transnasional secara khusus kejahatan
nasionalnya atas tindak pidana yang penyelundupan manusia melalui
diatur dalam Konvensi ketika kerangka kerja sama bilateral, regional
tersangka berada di wilayahnya dan maupun internasional.
tidak melakukan ekstradisi atas orang
tersebut dengan alasan semata-mata b. Bahan Hukum Sekunder
bahwa ia adalah warganegaranya. Bahan hukum sekunder yaitu
3) Memberlakukan yurisdiksi hukum termasuk di dalamnya buku-buku
nasionalnya ketika tersangka berada hukum, tesis/disertasi hukum, dan
dalam wilayahnya dan tidak jurnal hukum. 29 Dalam penelitian ini
melakukan ekstradisi atas orang penelusuran bahan hukum sekunder
tersebut. terdiri penelusuran dari literatur-
literatur, buku-buku, jurnal, tesis,
D. Metode Penelitian maupun disertasi dan catatan
Penelitian hukum ini merupakan perkuliahan30 yang disampaikan secara
penelitian hukum normatif, maka akan tertulis yang terkait dengan ekstradisi

29 30
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Ibid., hlm. 207.
Hukum Edisi Revisi, Cetakan ke-13, (Jakarta:
Kencana, 2017), hlm. 195-196.

334
Stefanus Reynold Andika
Penegakan Hukum
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018 Terhadap Pelaku Tindak Pidana Lintas Negara…

dan kejahatan transnasional dan yang Untuk kepentingan penelitian ini,


terkait dengannya. peneliti akan menggunakan dua jenis
pendekatan yaitu pendekatan undang-
c. Bahan Non Hukum undang dan pendekatan kasus.
Bahan non hukum yaitu termasuk Pendekatan undang-undang dilakukan
di dalamnya wawancara dengan dengan menelaah semua peraturan
lembaga yang terkait dengan perundang-undangan yang bersangkut
permasalahan yang sedang diteliti paut dengan permasalahan (isu hukum)
seperti Kejaksaan Agung, Kementerian yang sedang dihadapi,32 dalam hal ini
Hukum dan HAM, maupun dari perundang-undangan yang dimaksud
perkuliahan yang disampaikan secara adalah konvensi internasional
31
lisan di dalam kelas guna mengingat masalah yang sedang
mendapatkan informasi yang relevan diteliti adalah masalah yang
dengan kasus yang sedang diteliti. menyentuh aspek lintas negara dan
Teknik pengumpulan data yang beberapa perundang-undangan
dipergunakan dalam penelitian ini nasional. Pendekatan kasus dilakukan
adalah studi kepustakaan, yang mana dengan cara menelaah pada kasus-
studi kepustakaan itu sendiri adalah kasus yang berkaitan dengan isu
mencari data yang dapat menunjang hukum yang dihadapi.33
penelitian. Hal ini dilakukan untuk
memperoleh data yang dilakukan II. Pembahasan
melalui literatur atau referensi yang
berhubungan dengan masalah yang A. Pengaturan Mengenai

diteliti, seperti buku-buku, majalah, Kewajiban Ekstradisi Negara

artiket, surat-kabar, laporan lembaga Pihak Yang Harus Ditempuh

pemerintahan maupun non- Berdasarkan United Nations

pemerintah, serta data-data yang Convention Against

terdapat dalam website atau internet, Transnational Organized Crime

yang dapat menunjang pembahasan 1. Ketentuan Ekstradisi Dalam

penelitian. United Nations Convention


Against Transnational

31 33
Ibid., hlm. 208. Ibid., hlm. 158.
32
Ibid., hlm. 136-137.

335
Stefanus Reynold Andika
Penegakan Hukum
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018 Terhadap Pelaku Tindak Pidana Lintas Negara…

Organized Crime menyatakan UNTOC menjadi dasar


Pengaturan tentang pranata hukum berlakunya ekstradisi atas tindak
ekstradisi di dalam UNTOC cukup pidana transnasional yang terorganisasi
komprehensif yang pada hakekatnya apabila kedua negara yang hendak
pemadatan/pemampatan dari asas-asas melakukan ekstradisi tidak memiliki
dan kaidah-kaidah hukum perjanjian ekstradisi sebelumnya.
internasional tentang ekstradisi yang Sehingga menurut pasal ini membuka
sudah lazim dicantumkan di dalam kemungkinan negara yang tidak
perjanjian dan perundang-undangan memiliki perjanjian ekstradisi dapat
tentang ekstradisi. Beberapa asas melakukan ekstradisi berdasarkan
ekstradisi tersebut, antara lain dapat ketentuan UNTOC. 35 Pasal 16 ayat 5
dijumpai dalam Pasal 16 ayat 1 tentang memberikan kewajiban kepada negara
asas kejahatan ganda (double pihak untuk melaporkan kepada
criminality) yang berbunyi: Sekretaris Jenderal PBB apakah negara
“This article shall apply to the tersebut akan menggunakan UNTOC
offences covered by this
sebagai dasar hukum bagi kerja sama
Convention or in cases where an
offence referred to in article 3, ekstradisi dengan negara lain pihak
paragraph 1 (a) or (b), involves an
UNTOC atau lebih memilih untuk
organized criminal group and the
person who is the subject of the membuat perjanjian ekstradisinya
request for extradition is located
sendiri dengan negara lain pihak
in the territory of the requested
state party, provided that the UNTOC untuk melaksanakan
offence for which extradition is
ketentuan mengenai ekstradisi
sought us punishable under the
36
domestic law of both the tersebut. Selanjutnya di ayat 6
requesting state party and the
memberikan kewajiban bagi negara
requested state party.”34
pihak yang tidak membuat perjanjian
Selanjutnya Pasal 16 ayat 4
ekstradisi wajib mengakui tindak

34
Pasal 16 ayat 1 United Nations diminta untuk diekstradisikan dapat dihukum
Convention Against Transnational Organized berdasarkan hukum nasional dari kedua negara
Crime. Terjemahan: Pasal ini berlaku untuk pihak yang meminta dan negara pihak yang
tindak pidana yang tercakup oleh Konvensi ini diminta.
35
atau dalam kasus di mana suatu pelanggaran Pasal 16 ayat 4 United Nations
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 1 (a) Convention Against Transnational Organized
atau (b), melibatkan suatu kelompok tindak Crime.
36
pidana yang terorganisasi dan orang yang Pasal 16 ayat 5 United Nations
menjadi subyek dari permintaan ekstradisi Convention Against Transnational Organized
terletak di wilayah negara pihak yang diminta, Crime.
dengan ketentuan bahwa kejahatan yang

336
Stefanus Reynold Andika
Penegakan Hukum
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018 Terhadap Pelaku Tindak Pidana Lintas Negara…

pidana yang dinyatakan dalam tersebut sangat berbelit-belit dan


Konvensi ini sebagai tindak pidana birokratis, membutuhkan biaya yang
yang dapat diekstradisikan.37 cukup besar dan waktu yang cukup
Pasal 16 ayat 7 menyatakan bahwa lama. Pasal 16 ayat 10 tentang
ekstradisi harus tunduk pada kewajiban negara pihak yang diminta
persyaratan yang disediakan oleh yang menolak permintaan dari negara
hukum nasional negara pihak yang peminta untuk mengekstradisikan si
diminta atau dengan perjanjian pelaku dengan alasan bahwa dia adalah
ekstradisi, termasuk antara lain, warganegaranya sendiri, untuk
kondisi dalam hubungannya dengan mengajukan si pelaku yang adalah
persyaratan hukuman minimum untuk warganegaranya itu ke hadapan badan
ekstradisi dan dasar dimana negara yang berwenang untuk tujuan
40
pihak yang diminta dapat menolak penuntutan. Hal ini dimaksudkan
ekstradisi.38 Lebih lanjut, ternyata ada untuk menghindari orang yang
beberapa substansinya yang justru bersangkutan menikmati impunitas di
merupakan hal yang relatif baru yang wilayah negara pihak diminta.
tidak selalu ada di dalam perjanjian dan Ketentuan ini memang sudah
perundang-undangan nasional tentang dicantumkan di dalam beberapa
ekstradisi. Ketentuan tersebut perjanjian ekstradisi yang dibuat
misalnya, Pasal 16 ayat 8 yang belakangan. Akan tetapi ketentuan ini
mewajibkan negara-negara pihak baru bisa efektif dalam pelaksanaannya
untuk mempercepat prosedur ekstradisi apabila negara pihak diminta tersebut
dan menyederhanakan persyaratan memiliki yurisdiksi criminal atas
pembuktiannya dengan kejahatan atau tindak pidana yang
mempertimbangkan tindak pidananya dilakukan orang yang bersangkutan.
tanpa mengabaikan hukum nasional Jika negara pihak diminta itu tidak
39
masing-masing. Adanya ketentuan memiliki yurisdiksi kriminal, maka
ini dilatarbelakangi oleh kenyataan tetap saja orang itu akan menikmati
bahwa selama ini prosedur ekstradisi impunitas di wilayah tersebut. Hal ini

37 39
Pasal 16 ayat 6 United Nations Pasal 16 ayat 8 United Nations
Convention Against Transnational Organized Convention Against Transnational Organized
Crime. Crime.
38 40
Pasal 16 ayat 7 United Nations Pasal 16 ayat 10 United Nations
Convention Against Transnational Organized Convention Against Transnational Organized
Crime. Crime.

337
Stefanus Reynold Andika
Penegakan Hukum
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018 Terhadap Pelaku Tindak Pidana Lintas Negara…

terkait dengan luas atau sempitnya belakangan ini.


ruang lingkup substansi dari yurisdiksi Pasal 16 ayat 13 mengatur tentang
kriminal masing-masing negara, jaminan perlakuan yang adil dalam
khususnya negara pihak diminta. setiap tahapan proses ekstradisi
Sehingga bisa dikatakan bahwa Pasal tersebut. 42 Selanjutnya Pasal 16 ayat
16 ayat 10 berisi tentang hak untuk 14 tentang tidak menyerahkan pelaku
tidak menyerahkan warganegara (non kejahatan yang diakibatkan oleh jenis
extradition of nationals). kelamin, ras, agama, kebangsaan, suku,
Ketentuan baru lainnya adalah opini politik atau bahwa pemenuhan
pasal 16 ayat 12 tentang kewajiban permintaan tersebut akan merugikan
negara pihak diminta berdasarkan atas posisi orang tersebut (non extradition
permintaan dari negara pihak peminta, of political criminal).43
mempertimbangkan untuk Pasal 16 ayat 15 menyatakan
melaksanakan atau melanjutkan bahwa negara pihak tidak dapat
pelaksanaan hukuman atau sisa menolak permintaan ekstradisi hanya
hukuman dari orang yang diminta berdasarkan alasan bahwa tindak
(terhukum) yang sudah dijatuhkan oleh pidana tersebut juga dianggap
negara pihak peminta apabila negara melibatkan masalah fiskal. 44 Pasal 16
pihak diminta menolak permintaan ayat 16 menyatakan bahwa sebelum
ekstradisi dari negara pihak peminta.41 menolak ekstradisi, negara pihak
Sudah tentu pertimbangan negara diminta wajib untuk berkonsultasi
pihak diminta itu haruslah dengan tetap dengan negara pihak yang meminta
berdasarkan pada hukum nasionalnya untuk memberikan kesempatan yang
sendiri, tegasnya, sepanjang hukum cukup untuk mengajukan pendapatnya
nasionalnya memungkinkan hal ini. dan memberikan informasi yang
Ketentuan ini memang relatif baru dan relevan dengan dugaan tindak pidana
sangat jarang dijumpai di dalam
perjanjian-perjanjian ekstradisi baik
yang lama maupun yang dibuat

41 43
Pasal 16 ayat 12 United Nations Pasal 16 ayat 14 United Nations
Convention Against Transnational Organized Convention Against Transnational Organized
Crime. Crime.
42 44
Pasal 16 ayat 13 United Nations Pasal 16 ayat 15 United Nations
Convention Against Transnational Organized Convention Against Transnational Organized
Crime. Crime.

338
Stefanus Reynold Andika
Penegakan Hukum
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018 Terhadap Pelaku Tindak Pidana Lintas Negara…

tersebut. 45 Terakhir, Pasal 16 ayat 17 Indonesia melalui Menteri Kehakiman


menyatakan bahwa negara-negara (nomenklatur saat ini Menteri Hukum
pihak wajib mengupayakan untuk dan Hak Asasi Manusia) oleh pejabat
mengadakan perjanjian atau yang berwenang di negara asing
pengaturan bilateral dan multilateral dengan melalui saluran diplomatik.
untuk melaksanakan atau Keputusan tentang permintaan
meningkatkan efektivitas ekstradisi.46 ekstradisi adalah bukan keputusan
badan yudikatif tetapi merupakan
B. Penerapan Pengaturan keputusan badan eksekutif, yang
Mengenai Kewajiban Ekstradisi terletak di tangan Presiden Republik
Negara Pihak United Nations Indonesia setelah mendapat nasehat
Convention Against yuridis dari Menteri Hukum dan Hak
Transnational Organized Crime Asasi Manusia berdasarkan penetapan
1. Pelaksanaan Ekstradisi di pengadilan.
Indonesia Namun dalam prakteknya,
Menurut Pasal 1 Undang-Undang permintaan ekstradisi terbagi menjadi
Nomor 1 Tahun 1979 Tentang dua, yaitu: (1) permintaan ekstradisi
Ekstradisi, disebutkan bahwa dari Pemerintah RI kepada Pemerintah
ekstradisi adalah penyerahan oleh Asing (outgoing request); dan (2)
suatu negara kepada negara yang permintaan ekstradisi dari Pemerintah
diminta penyerahan seseorang yang Asing kepada Pemerintah RI
disangka atau dipidana karena (incoming request). Dalam keadaan
melakukan suatu kejahatan di luar yang sangat mendesak maka pengajuan
wilayah negara yang menyerahkan dan suatu permintaan ekstradisi juga dapat
di dalam yurisdiksi wilayah negara didahului dengan penyampaian
yang meminta penyerahan tersebut, permintaan penahanan sementara
karena berwenang untuk mengadili dan (provisional arrest) dari negara
memidananya. 47 Permintaan ekstradisi peminta (requesting state), maupun red
diajukan kepada Presiden Republik notice yang disampaikan melalui

45 46
Pasal 16 ayat 16 United Nations Pasal 16 ayat 17 United Nations
Convention Against Transnational Organized Convention Against Transnational Organized
Crime. Crime.
47
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1979 Tentang Ekstradisi.

339
Stefanus Reynold Andika
Penegakan Hukum
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018 Terhadap Pelaku Tindak Pidana Lintas Negara…

saluran Interpol, untuk menahan dasar untuk melakukan ekstradisi.


sementara orang yang dicari. Lebih lanjut, Kementerian Luar Negeri
Penyampaian permintaan penahanan memiliki tafsir bahwa perjanjian
sementara akan segera ditindaklanjuti internasional seperti UNTOC bukanlah
dengan penyampaian permintaan dianggap sebagai perjanjian menurut
ekstradisi sebagaimana ditentukan Pasal 39 Undang-Undang Ekstradisi.
dalam perjanjian bilateral. Dalam hal Dimana perjanjian yang dimaksud
tidak terdapat suatu perjanjian maka dalam pasal tersebut menurut
batas waktu penyampaiannya Kementerian Luar Negeri merupakan
ditentukan oleh negara diminta perjanjian bilateral.
(requested state). Meskipun Indonesia telah
Dalam pelaksanaannya, ketentuan meratifikasi UNTOC ke dalam
UNTOC yang mengatur mengenai undang-undang nasionalnya, faktanya
ekstradisi hampir tidak pernah undang-undang hasil ratifikasi
digunakan sebagai dasar untuk perjanjian internasional tidak pernah
melakukan ekstradisi terhadap negara- langsung dianggap sebagai peraturan
negara yang tidak memiliki perjanjian hukum yang mengikat. Untuk
bilateral. Sebagai contoh, penerapan melaksanakan undang-undang hasil
ekstradisi yang dilakukan pemerintah ratifikasi, perlu dibuat undang-undang
Indonesia kepada negara yang tidak nasional yang mengatur mengenai
memiliki perjanjian ekstradisi selalu permasalahan tersebut. Hal ini sesuai
menggunakan mekamisme non- dengan prinsip dualisme dalam hukum
perjanjian seperti yang diatur dalam internasional. Sebagai contoh lain,
Pasal 39 Undang-Undang Ekstradisi.48 perjanjian internasional lain seperti
Padahal, sebagaimana kita ketahui United Nations Convention Against
bahwa ketentuan Pasal 16 ayat 4 Corruption (UNCAC) maupun
UNTOC sebenarnya membuka ASEAN Mutial Legal Assistance
peluang kepada negara-negara yang Treaty juga mengalami nasib yang
tidak memiliki perjanjian ekstradisi serupa di mana dalam penerapannya
untuk menjadikan UNTOC sebagai pada akhirnya membutuhkan peraturan

48
Hasil diskusi dengan Kasubbag Kejaksaan Agung Republik Indonesia, Apreza
Ekstradisi dan Bantuan Hukum Timbal Balik Darul Putra.
pada Biro Hukum dan Hubungan Luar Negeri

340
Stefanus Reynold Andika
Penegakan Hukum
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018 Terhadap Pelaku Tindak Pidana Lintas Negara…

hukum nasional dari tiap-tiap negara.49 (tahun 2016) dan melakukan deportasi
Oleh karena itu, sampai saat ini, atas Musayev Samir, warga negera
penegak hukum khususnya penyidik Uzbekistan (tahun 2016) yang
dari Polri serta penuntut umum dari sebenarnya dimintakan ekstradisi
Kejaksaan Agung selalu berpegang berdasarkan UNTOC.
kepada Undang-Undang Ekstradisi dan 2. Permintaan Ekstradisi dari
perjanjian bilateral sebagai dasar Pemerintah RI Kepada
pelaksanaan ekstradisi di Indonesia.50 Pemerintah Asing (Outgoing
Perkembangan selanjutnya, Request)
UNTOC pernah digunakan oleh Pemerintah RI telah mengajukan
Indonesia sebagai dasar permohonan 28 (dua puluh delapan) permintaan
ekstradisi sebanyak lima kali yaitu ekstradisi kepada 14 (empat belas)
dalam perkara Maria Pauliene yurisdiksi asing, yaitu: Singapura,
Lumowa (kepada Belanda) tahun 2009, Inggris, Australia, Hong Kong, India,
Irawan Salim dan Rico Hendrawan Filipina, Belanda, Arab Saudi,
Imam Santoso (kepada Kanada) tahun Spanyol, Italia, Republik Rakyat
2009, Rafat Aku Rizvi (kepada Inggris) Tiongkok, Vietnam, Malaysia, dan
tahun 2009, Hesham Al Warraq Papua Nugini serta Serbia. Permintaan
(kepada Arab Saudi) tahun 2009, Imran ekstradisi ditindaklanjuti berdasarkan
Firasat (kepada Spanyol) tahun 2010. ketentuan dalam perjanjian bilateral
Meskipun permohonan tersebut belum atau berdasarkan hukum nasional
pernah ada yang dikabulkan oleh negara diminta. Respon Pemerintah
negera diminta. Asing atas permintaan ekstradisi yang
Namun, Indonesia pernah dua kali diajukan oleh pemerintah RI tersebut
mengabulkan permohonan ekstradisi adalah sebagai berikut. (sampai dengan
dari negara lain berdasarkan UNTOC Mei 2017)
yaitu Lim Yong Nam alias Steven Lim,
warga negara Singapura atas
permintaan dari Amerika Serikat

49
Hasil diskusi dengan Kepala Dr. Benny Jozua Mamoto, S.H., M.Si (Mantan
Penanganan Ekstradisi dan Pemindahan Wakil Sekretaris NCB Interpol Indonesia
Narapidana, Direktorat Otoritas Pusat dan (2007-2009), Kepala Program Studi Kajian
Hukum Internasional, Kementerian Hukum dan Terorisme dan Kajian Stratejik, Program
Hak Asasi Manusia, Henry Sulaiman. Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas
50
Hasil diskusi dengan Irjen Pol (Purn) Indonesia.

341
Stefanus Reynold Andika
Penegakan Hukum
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018 Terhadap Pelaku Tindak Pidana Lintas Negara…

berkekuatan hukum tetap berjumlah 9


Nega- Total Dipe- Dito- Dita Dipro- Depor
(Sembilan) permintaan. Adapun alur
ra Permint nuhi lak -rik ses -tasi
Dimin aan penyampaian permintaan ekstradisi
-ta dari Pemerintah RI kepada pemerintah
14 28 2 4 6 16 -
Asing secara singkat adalah sebagai

Tabel 1.
berikut:
Rekapitulasi Permintaan Ekstradisi Ke
Luar51
Kepolisian RI Kementerian
atau Kejaksaan Hukum dan Hak
Permintaan ekstradisi diajukan Agung Asasi Manusia RI
oleh Kepala Kepolisian RI dan Jaksa (Competent (Central
Authorities) Authority)
Agung RI. Dalam pelaksanaannya,
Kepala kepolisian Negera Republik
Indonesia mengajukan permintaan
Kementerian Luar
ekstradisi untuk kasus-kasus tindak Otoritas Asing Negeri
(Diplomatic
pidana yang sedang disidik oleh Channel)
penyidik Polri, sedangkan Jaksa Agung
mengajukan permintaan ekstradisi Gambar 1.
Alur Proses Ekstradisi dari Pemerintah RI52
untuk tindak pidana yang disidik oleh (Outgoing Request)
Kejaksaan, berkas perkara pidana yang
sudah diserahkan kepada jaksa Pemerintah RI telah berhasil
penuntut umum, sedang dalam proses memulangkan tersangka dan terpidana
pengadilan, sudah diputus oleh dari yurisdiksi asing melalui kerja
pengadilan dan orang yang sedang sama ekstradisi, khususnya antara

menjalani hukuman. Permintaan Indonesia dan Australia. Tercatat


ekstradisi yang berkaitan dengan bahwa Australia telah mengekstradisi 2

penyidikan dan penuntutan berjumlah (dua) orang ke Indonesia, yaitu WNI


18 (delapan belas), dan untuk terpidana korupsi atas nama Adrian

pelaksanaan putusan yang telah Kiki Ariawan pada tahun 2014 dan WN
Australia tersangka tindak pidana

51
Data dalam tabel di atas diambil dari berdasarkan hasil diskusi dengan Kasubbag
Direktorat Otoritas Pusat dan Hukum Ekstradisi dan Bantuan Hukum Timbal Balik
Internasional, Direktorat Jenderal Administrasi pada Biro Hukum dan Hubungan Luar Negeri
Hukum Umum, Kementerian Hukum dan Hak Kejaksaan Agung Republik Indonesia, Apreza
Asasi manusia Republik Indonesia. Darul Putra.
52
Data dalam bagan di atas dibuat

342
Stefanus Reynold Andika
Penegakan Hukum
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018 Terhadap Pelaku Tindak Pidana Lintas Negara…

pencabulan atas nama Peter Dundas


Walbran pada tahun 2011. Ne- Total Dipe- Dito- Dita- Dipro- Depor-
gara Permintaan nuhi lak rik ses tasi
Pemin
3. Permintaan Ekstradisi dari -ta
Pemerintah Asing kepada 18 43 11 6 6 15 5

Pemerintah RI (Incoming Request)


Pemerintah RI telah menerima Tabel 2
Rekapitulasi Permintaan Ekstradisi Ke
43 (empat puluh tiga) permintaan Dalam53
ekstradisi dari 18 (delapan belas)
yurisdiksi asing, yaitu: Belgia, Adapun alur penyampaian

Perancis, Republik Korea Selatan, permintaan ekstradisi dari Pemerintah

Australia, Filipina, Hungaria, Turki, Asing kepada Pemerintah RI secara

Rumania, Republik Rakyat Tiongkok, singkat adalah sebagai berikut:

Republik Ceska, Hong Kong,


Uzbekistan, Italia, Slovenia, Yunani,
Amerika Serikat, Jerman, dan Brazil. KKementerian
KKementerian jOtoritas
Hukum &
Luar Negeri Asing
Permintaan ekstradisi ditindaklanjuti HAM

berdasarkan ketentuan dalam


perjanjian bilateral maupun
Kejaksaan Pengadilan
berdasarkan Undang-Undang Kepolisian Agung Negeri
Presiden

Ekstradisi. Respon Pemerintah RI atas


permintaan ekstradisi yang diajukan
oleh Pemerintah Asing tersebut adalah Gambar 2.
Alur Proses Ekstradisi dari Pemerintah
sebagai berikut. (sampai dengan Mei Asing54
(Incoming Request)
2017).

53
Data dalam tabel di atas diambil dari berdasarkan hasil diskusi dengan Kasubbag
Direktorat Otoritas Pusat dan Hukum Ekstradisi dan Bantuan Hukum Timbal Balik
Internasional, Direktorat Jenderal Administrasi pada Biro Hukum dan Hubungan Luar Negeri
Hukum Umum, Kementerian Hukum dan Hak Kejaksaan Agung Republik Indonesia, Apreza
Asasi manusia Republik Indonesia. Darul Putra.
54
Data dalam bagan di atas dibuat

343
Stefanus Reynold Andika
Penegakan Hukum
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018 Terhadap Pelaku Tindak Pidana Lintas Negara…

III. PENUTUP mempertimbangkan tindak


pidananya tanpa mengabaikan
A. Kesimpulan hukum nasional masing-masing.
Berdasarkan penjabaran yang Adanya ketentuan ini
telah disebutkan di atas, maka dapat dilatarbelakangi oleh kenyataan
ditarik beberapa kesimpulan, yaitu: bahwa selama ini prosedur
1. Indonesia sebagai negara peserta ekstradisi tersebut sangat panjang
UNTOC telah memiliki dan birokratis, membutuhkan
pengaturan mengenai ekstradisi biaya yang cukup besar dan waktu
melalui Undang-Undang Nomor 1 yang cukup lama. Pasal 16 ayat 10
Tahun 1979 tentang Ekstradisi. tentang kewajiban negara diminta
Selain itu, Indonesia memiliki 9 yang menolak permintaan dari
(Sembilan) perjanjian ekstradisi negara pihak peminta untuk
yang telah diratifikasi, yaitu mengekstradisikan si pelaku
dengan Malaysia, Filipina, dengan alasan bahwa dia adalah
Thailand, Australia, Hong Kong, warganegaranya sendiri, untuk
Korea Selatan, India, Vietnam, mengajukan si pelaku yang adalah
dan Papua Nugini, serta tiga warganegaranya itu ke hadapan
perjanjian ekstradisi yang belum badan yang berwenang untuk
diratifikasi, yaitu dengan tujuan penuntutan. Hal ini
Singapura, Tiongkok, dan Uni dimaksudkan untuk menghindari
Emirat Arab. Apabila dilihat lebih orang yang bersangkutan
jauh, terdapat beberapa ketentuan menikmati impunitas di wilayah
baru mengenai ekstradisi dalam negara pihak diminta. Ketentuan
UNTOC yang tidak diatur dalam ini memang sudah mulai
perjanjian-perjanjian ekstradisi dicantumkan di dalam beberapa
pada umumnya. Ketentuan perjanjian ekstradisi yang dibuat
tersebut misalnya, Pasal 16 ayat 8 belakangan ini. Akan tetapi
yang mewajibkan negara-negara ketentuan ini baru dapat efektif
pihak untuk mempercepat dalam pelaksanaannya apabila
prosedur ekstradisi dan negara pihak diminta tersebut
menyederhanakan persyaratan memiliki yurisdiksi kriminal atas
pembuktiannya dengan kejahatan atau tindak pidana yang

344
Stefanus Reynold Andika
Penegakan Hukum
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018 Terhadap Pelaku Tindak Pidana Lintas Negara…

dilakukan oleh orang yang Polri, Kejaksaan, Pengadilan,


bersangkutan. Kementerian Hukum dan HAM
2. Dalam pelaksanaannya, ketentuan maupun Kementerian Luar
UNTOC yang mengatur mengenai Negeri, baik tingkat pusat maupun
ekstradisi hampir tidak pernah daerah menjadikan pelaksanaan
digunakan sebagai dasar untuk ekstradisi menjadi kurang
melakukan ekstradisi terhadap diprioritaskan oleh penegak
negara-negara yang tidak memiliki hukum. Sejak diratifikasi pada
perjanjian bilateral. Padahal, tahun 2009, UNTOC pernah
sebagaimana kita ketahui bahwa digunakan oleh pemerintah
ketentuan Pasal 16 ayat 4 UNTOC Indonesia sebagai dasar
sebenarnya membuka peluang permohonan ekstradisi sebanyak
kepada negara-negara yang tidak lima kali yaitu dalam perkara
memiliki perjanjian ekstradisi Maria Pauliene Lumowa (kepada
untuk menjadikan UNTOC Belanda) tahun 2009, Irawan
sebagai dasar untuk melakukan Salim dan Rico Hendrawan Imam
ekstradisi. Meskipun Indonesia Santoso (kepada Kanada) tahun
telah meratifikasi UNTOC ke 2009, Rafat Aku Rizvi (kepada
dalam undang-undang Inggris) tahun 2009, Hesham Al
nasionalnya, namun faktanya Warraq (kepada Arab Saudi) tahun
undang-undang hasil ratifikasi 2009, Imran Firasat (kepada
perjanjian internasional tidak Spanyol) tahun 2010. Meskipun
pernah langsung dianggap sebagai permohonan tersebut belum
peraturan hukum yang mengikat. pernah ada yang dikabulkan oleh
Untuk melaksanakan undang- negera diminta. sebaliknya,
undang ratifikasi perlu dibuat Indonesia pernah dua kali
undang-undang nasional yang mengabulkan permohonan
mengatur mengenai permasalahan ekstradisi dari negara lain
tersebut. Hal ini sesuai dengan berdasarkan UNTOC yaitu Lim
prinsip dualisme dalam hukum Yong Nam alias Steven Lim,
internasional. Selain itu, warga negara Singapura atas
kurangnya pemahaman dan permintaan dari Amerika Serikat
pengalaman aparat pelaksana di (tahun 2016) dan melakukan

345
Stefanus Reynold Andika
Penegakan Hukum
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018 Terhadap Pelaku Tindak Pidana Lintas Negara…

deportasi atas Musayev Samir, dengan negara-negara sahabat


warga negera Uzbekistan (tahun lainnya. Hal ini penting untuk
2016) yang sebenarnya melancarkan upaya penegakan
dimintakan ekstradisi berdasarkan hukum di bidang ekstradisi.
UNTOC. Dapat disimpulkan 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun
bahwa penggunaan UNTOC 1979 tentang Ekstradisi sebaiknya
sebagai dasar pelaksanaan dicabut dan diganti dengan
ekstradisi dalam hal penanganan Undang-Undang tentang
tindak pidana transnasional yang Ekstradisi yang baru. Setiap
terorganisasi masih dapat perundang-undangan pidana di
dikatakan gagal atau berjalan tidak luar KUHP baik yang sudah ada
sebagaimana mestinya. sebelumnya ataupun yang akan
diundangkan pada masa yang akan
B. Saran datang supaya di dalam salah satu
Adapun saran-saran yang dapat pasalnya ada penegasan tentang
diberikan, antara lain: “tindak pidana yang diatur dalam
1. Pemerintah Indonesia perlu undang-undang ini tergolong
meningkatkan praktek-praktek sebagai extraditable crime”.
kerjasama internasional dalam Indonesia dalam membuat
rangka penegakan hukum tindak Undang-Undang Ekstradisi yang
pidana transnasional yang baru juga sebaiknya mengacu pada
terorganisir. Kerjasama-kerjasama United Nations Model Treaty on
yang bersifat teknis haruslah Extradition, 1990. UN Model
diprioritaskan. Hal ini penting, Treaty on Extradition ini sudah
sebab Indonesia sebagai negara diikuti oleh negara-negara dalam
yang memiliki letak strategis membuat perjanjian dan undang-
sangat rawan menjadi sasaran undang tentang ekstradisi. Selain
berkembangnya tindak pidana itu, dalam pembuatan undang-
transnasional yang terorganisir. undang ekstradisi yang baru
Selanjutnya, di ranah perjanjian sebagai pengganti dari Undang-
ekstradisi bilateral, pemerintah Undang Nomor 1 Tahun 1979
Indonesia sebaiknya segera tentang Ekstradisi maupun dalam
menyusun perjanjian ekstradisi perjanjian-perjanjian ekstradisi

346
Stefanus Reynold Andika
Penegakan Hukum
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018 Terhadap Pelaku Tindak Pidana Lintas Negara…

dengan negara-negara sahabat, di Peter Mahmud Marzuki. Penelitian


Hukum Edisi Revisi. Cetakan ke-
dalamnya agar dicantumkan
13. Jakarta: Kencana, 2017.
tentang prosedur ekstradisi yang
Siswanto Sunarso. Ekstradisi &
sederhana/singkat (simplified
Bantuan Timbal Balik Dalam
extradition procedure). Masalah Pidana Instrumen
Penegakan Hukum Pidana
Internasional. Jakarta: Rineka
Daftar Pustaka Cipta, 2009.
A. Buku
B. Jurnal
AZ. Abidin & Andi Hamzah.
Passas N. Cross Border Crime and The
Pengantar Hukum Pidana
Interface Between Legal and
Indonesia. Jakarta: PT Yarsif
Illegal Actors, Security Journal,
Watampone, 2010.
Vol. 16 (1), 2003.
Andi Hamzah. KUHP dan KUHAP.
M. Irvan Oli. 2005. Sempitnya Dunia,
Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Luasnya Kejahatan, Sebuah
Telaah Ringkas Tentang
I Wayan Parthiana. Hukum Perjanjian
Transnational Crime. Jurnal
Internasional Bagian 2.
Kriminologi Indonesia Vol. 4
Bandung: Mandar Maju, 2005.
No. 1 september 2005.
John R. Wagley. Transnational
Patricia Biber. Transnational
Organized Crime: Principal
Organized Crime and Terrorism:
Threatsand U.S. Responses.
Colombia, a Case Study. (Journal
Congressional Research Service.
of Comtemporary Criminal
The Library of Congress, 2006.
Justice, 2001).
Jan Remeling. Hukum Pidana. Jakarta:
C. Perundang-undangan
Gramedia, 2001.
Undang-Undang Negara Republik
Moeljatno. Asas-Asas Hukum Pidana.
Indonesia Nomor 5 Tahun 2009
Jakarta: Bina Aksara, 1987.
Tentang Pengesahan United
Nations Convention Against
Przetacznik. Franciszek. Protection of
Transnational Organized Crime,
Officials of Foreign States
(Lembaran Negera Republik
According to International Law.
Indonesia Tahun 2009 Nomor 5,
Netherlands: Martinus Nijhoff
Tambahan Lembaran Negara
Publishers, 1983.
Republik Indonesia Nomor
4960).
Passas, N. Transnational Crime: The
Interface between Legal and
United Nations Convention Against
Illegal Actors. Presented at the
Transnational Organized Crime
NRC Workshop on
General Assembly Resolution
Transnational Organized Crime.
55/25 of 15 November 2000
Washington. D.C, 1998).
(Konvensi Perserikatan Bangsa-

347
Stefanus Reynold Andika
Penegakan Hukum
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018 Terhadap Pelaku Tindak Pidana Lintas Negara…

Bangsa Menentang Tindak


Pidana Transnasional yang
Terorganisasi).

Undang-Undang Negara Republik


Indonesia Nomor 1 Tahun 1979
Tentang Ekstradisi (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor Tahun 1961, Nomor 254,
Tambahan Lembaran Negera
Republik Indonesia Nomor
3130).

348

You might also like