Professional Documents
Culture Documents
Studi Literatur: Kecemasan Saat Pandemi Covid-19:, Efri Widianti, Taty Hernawaty
Studi Literatur: Kecemasan Saat Pandemi Covid-19:, Efri Widianti, Taty Hernawaty
Hardiyati
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mamuju
Telp. 085242278240
Email: hardiyati.umar@yahoo.co.id
yang tidak pasti dapat meningkatkan tingkat atau tidak menguntungkan. Beberapa penelitian
kecemasan seseorang, terutama ketika ada telah mulai menyelidiki kecemasan dan gejala
potensi risiko kematian. Ini dapat menyebabkan emosional lainnya selama pandemi COVID-19
individu yang sehat dan rentan terlibat dalam saat ini (Jungmann, M. S., & Witthöft, M.
perilaku pelindung (Wenning, F., Wang, C., (2020); Troyer ,A. E., Jordan N., Kohn,N. et al
Zou, L., Yingying, G., Zuxun, L., Shijiao, Y., & (2020); Elbay, Y. R., Kurtulmus, A., et al
Jing, M. (2020). Penelitian Croll, L., Kurzweil, (2020).; Cameron, E. E., Joyce, et al (2020);
A., Hasanaj, L., Serrano, L., Balcer. J. L., & Croll, L., Kurzweil, A., Hasanaj, L., et al
Galetta, S. L (2020) menyatakan bahwa (2020); Temsah, H. M., AL, F., Alamro, et al
responden mengalami peningkatan ketakutan (2020).
(79%), kecemasan (83%) dan depresi (38) %) Respons kecemasan seseorang terhadap
selama pandemi COVID-19. Sementara, disisi epidemi/pandemi dapat bervariasi dari satu
lain ketakutan terhadap COVID-19 akan orang ke orang lain (Ahmad, A. R., & Murad,
memiliki dampak besar pada kesehatan mental H. R. (2020). Dalam tulisan ini akan menggali
masyarakat (Cortés-Álvarez, N. Y., Piñeiro- beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
Lamas, R., & Vuelvas-Olmos, C. (2020). perilaku kesehatan yaitu predisposing factors,
Shiina, A., Niitsu, T., et al, .(2020) melaporkan dan reinforcing factor. Investigasi faktor-faktor
bahwa keterlibatan dalam perilaku yang mempengaruhi dapat membantu untuk
perlindungan bervariasi dari orang ke orang, lebih memahami perkembangan dan
dan mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor pemeliharaan kecemasan serta untuk
Kecemasan. mengembangkan tindakan pencegahan dan
Kecemasan adalah kekhawatiran akibat intervensi terapeutik yang memungkinkan (Liu,
ancaman yang dirasakan terhadap kesehatan, K., Chen, Y., Wu, D., Lin, R., Wang, Z., & Pan,
(Jungmann, M. S., & Witthöft, M. (2020); L. (2020).; Ran, L., Wang, W., Ai, M., Kong,
Troyer ,A. E., Jordan N., Kohn,N. et al (2020); Y., Chen, J., & Kuang, L. (2020). Tujuan studi
Elbay, Y. R., Kurtulmus, A., et al (2020). literatur ini untuk mengidentifikasi secara dini
Kekhawatiran kesehatan dan kecemasan yang predisposing factors, dan reinforcing factor
terkait dengan epidemi atau pandemi dapat kecemasan pada masa pandemi COVID-19.
memiliki dampak psikologis yang signifikan
(misalnya, stres, pikiran negatif yang METODE
mengganggu, penghindaran), dapat dikaitkan Deskripsi artikel yang dimasukkan dalam
dengan perilaku preventif yang tidak efektif reviu
Hasil temuan diidentifikasi melalui Hasil temuan yang diidentifikasi
Identifikasi pencarian berdasarkan database (n=160) melalui tambahan sumber lain
(n=3)
Skrining
Hasil temuan setelah reduksi terhadap
duplikasi temuan (n=160)
Kelayakan
Inklusi
Gambar 1. PRISMA Flow Diagram of Trial Selection Process for the Literatur Review
daripada kesehatan fisik, (Termorshuizen, J. D., diindikasikan pada 33,16%, 42,55%, dan
Watson, H. J., Thornton, L. M., Borg, S., Flatt, 43,37% pada ibu yang memiliki anak-anak usia
R. E., MacDermod, C. M., Bulik, C. M, 2020). 0-18 bulan (Cameron, E. E., Joyce, K. M.,
Sebanyak 50,3% responden menilai tekanan Delaquis, P. C., Reynolds, K., Protudjer, P. L J.,
psikologis cukup berat; 15,7% melaporkan & Roos, E. L., (2020), demikian juga dalam
gejala depresi berat sedang; 22,6% melaporkan penelitianYang, S., Kwak, S. G., Ko, E. J., &
gejala kecemasan sedang berat; dan 19,8% Chang, M. C. (2020) menyatakan bahwa 12
melaporkan tingkat stres sedang berat. (18,5%) gejala kecemasan dan depresi pada
Menghabiskan >9 jam di rumah dikaitkan lebih masa pandemi ini karena memiliki anak bayi.
besar menyebabkan tekanan psikologis, tingkat Sementara, penelitian lain
stres, kecemasan, dan depresi yang lebih tinggi, menunjukkan bahwa mayoritas pemuda berusia
(Cortés-Álvarez, N. Y., Piñeiro-Lamas, R., & 18 – 35 tahun menghadapi kecemasan.70%
Vuelvas-Olmos, C, 2020). Hampir 85% responden menghadapi berbagai masalah yang
melaporkan khawatir tertular infeksi. Mayoritas berkaitan dengan kecemasan, depresi, karena
dari mereka (89,6%) melaporkan kekhawatiran konektivitas internet yang buruk dan
tentang masa depan profesional (Consolo, U., lingkungan belajar yang tidak menguntungkan
Bellini, P., Bencivenni, D., Iani, C., & Checchi, di rumah, (Kapasia, N., Paul, P., Roy, A., Saha,
V. 2020). J., Zaveri, A., Mallick, R., et al2020). Kerugian
Faktor lain yang mempermudah ekonomi secara signifikan terkait dengan
terjadinya kecemasan menurut penelitian tekanan emosi yang lebih tinggi pada orang tua
Jungmann, M. S., & Witthoft, M. (2020), dibandingkan dengan kelompok yang lebih
bahwa Gyberchondria Pandemic (yaitu muda pada masa pandemi covid, (Fernández, G.
pencarian informasi online yang berlebihan) L., Ferreiro, R. V., Roldán, L. D. P., et al2020).
menunjukkan korelasi positif dengan Disisi lain, (odds ratio (aOR) = 2,0; 95%
kecemasan akan adanya virus covid 19 saat ini interval kepercayaan (CI): 1,2-3,5), regresi
(r = 0,9 – 4,8), sejalan dengan yang dipaparkan logistik multivariabel menunjukkan bahwa
oleh Ahmad, A. R., & Murad, H. R. (2020) status mahasiswa yang sangat berpengaruh pada
bahwa media sosial memiliki dampak yang terjadinya kecemasan (Xiao, H., Shu, W., Li,
signifikan pada penyebaran ketakutan dan M., Li, Z., et al,2020).
kepanikan yang berhubungan dengan COVID-
19. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa Faktor Penguat (Reinforcing Factor)
semakin tinggi pengetahuan yang dirasakan Beberapa faktor penguat atau faktor
akurat oleh seseorang tentang COVID-19, maka yang dapat mengurangi terjadinya kecemasan
pada saat yang sama, mereka menunjukkan pada masa pandemi COVID 19, dalam
kekhawatiran yang lebih tinggi tentang menghadapi situasi yang tidak pasti dapat
COVID-19 untuk keluarga mereka (Germani, meningkatkan tingkat kecemasan seseorang,
A., Buratta, L., Delvecchio, E., & Mazzeschi, terutama ketika ada potensi risiko kematian. Ini
C. 2020). dapat menyebabkan individu yang sehat dan
Selanjutnya, dalam penelitian Stanton, rentan terlibat dalam perilaku perlindungan diri
R., To, Q. G., Khalesi, S., Williams, S. L., et al, yang berlebihan, sehingga beberapa orang
(2020) menyatakan bahwa skor yang jauh lebih menunjukkan setidaknya kecemasan ringan
tinggi dalam kecemasan lebih banyak karena wabah COVID-19 dan ketakutan
ditemukan pada wanita. Depresi juga dikaitkan terhadap COVID-19 yang akan memiliki
dengan siswa perempuan (Aor = 2,0; 95% CI: dampak besar pada kesehatan mental
1,2-3,3)(Xiao, H., Shu, W., Li, M., Li, Z., et masyarakat. Menurut Jungmann, M. S., &
al,2020). 27,5% mengalami kecemasan 29,3% Witthöft, M, (2020) bahwa regulasi emosi
mengalami depresi, 30,0% mengalami adaptif dapat dilakukan dalam masa pandemi
gangguan tidur, Perempuan memiliki faktor karena hal ini, dapat menjadi penghambat
risiko kecemasan (OR = 1,62) status menikah kecemasan selama pandemi COVID-19.
dikaitkan dengan kecemasan (OR = 1,75), Sementara, menurut Liu, K., Chen, Y., Wu, D.,
(Wenning, F., Wang, C., Zou, L., Yingying, G., Lin, R., Wang, Z., & Pan, L. (2020) bahwa
Zuxun, L., Shijiao, Y., & Jing, M, relaksasi otot progresif sebagai metode
2020).Pandemi covid 19 menyebabkan tambahan dapat mengurangi kecemasan, skor
kecemasan yang relevan secara klinis kecemasan rata-rata setelah intervensi secara
statistik signifikan (P <0,001). Adapun hasil sebagai faktor pelindung, (Carmassi, C., Foghi,
penelitian Shechter, A., Diaz, F., Moise, N., K, C., DellOste, V., Cordone, A., Bartelloni. A. B.,
et al, (2020), menyatakan bahwa aktivitas fisik Bui, E.,& DellOsso, L 2020). Membatasi
atau olahraga adalah perilaku koping yang paparan media dan meningkatkan coping agama
paling umum (59%) dapat menurunkan juga merupakan faktor yang dapat mengurangi
kecemasan. kecemasan yang muncul dari masa pandemi
Selanjutnya, faktor penguat yang lain COVID-19 (Munawar, K. & Choudhry, R. F,
adalah resiliensi, dimana resiliensi ini 2020). Hal ini dibenarkan oleh penelitian
merupakan kompetensi yang paling tepat dalam Shiina, A., Niitsu, T., et al, (2020) bahwa 8,1
menyikapi beratnya tantangan hidup (Olson dan persen warga merasa kurang cemas tentang
DefRain, 2003). Resiliensi adalah proses tetap status kesehatan selama pandemi karena
berjuang saat berhadapan dengan kesulitan, cenderung lebih jarang mengakses sumber
masalah, atau penderitaan (Wolin & Wolin, berita tentang COVID-19.
1993). Menurut Reivich and Shatte (2002)
resiliensi adalah kemampuan untuk beradaptasi KESIMPULAN DAN SARAN
dan tetap teguh dalam situasi sulit. Sementara, Dapat diuraikan bahwa terjadinya
Banaag (2002), menyatakan bahwa resiliensi kecemasan pada masa pandemi COVID 19
adalah suatu proses interaksi antara faktor dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
individual dengan faktor lingkungan. Faktor faktor predisposisi/predisposing factors
individual ini berfungsi menahan perusakan diri meliputi karena pandemi COVID 19,
sendiri dan melakukan konstruksi diri secara Menghabiskan >9 jam di rumah, pencarian
positif, sedangkan faktor lingkungan berfungsi informasi online yang berlebihan, lebih banyak
untuk melindungi individu dan “melunakkan” terjadi pada wanita, status ekonomi, memiliki
kesulitan hidup individu. bayi, status menikah, status mahasiswa,
Individu yang memiliki resiliensi lingkungan belajar dan jaringan internet. Faktor
mampu menghadapi tekanan dan perbedaan yang dapat mencegah atau mengurangi
dalam lingkungan. Individu yang resilien kecemasan dalam literatur ini merupakan faktor
merupakan individu yang mempunyai penguat/reinforcing factor adalah regulasi
intelegensi yang baik, mudah beradaptasi, emosi, resiliensi, intervensi suportif , coping
social temperament, dan berkepribadian yang agama, dukungan keluarga, membatasi paparan
menarik, yang pada akhirnya memberikan media informasi dan aktivitas fisik atau
kontribusi secara konsisten pada penghargaan olahraga.
diri sendiri, kompetensi, dan perasaan bahwa ia Kecemasan pada masa pandemi
beruntung (Banaag, 2002). Maka remaja yang COVID-19 dapat disebabkan oleh beberapa
resilien memiliki kecenderungan untuk lebih faktor. Dari hasil investigasi ini dapat
kuat dan tidak mudah jatuh sakit dan cemas. membantu untuk lebih memahami
Pragholapati, A. (2020). Dibuktikan dalam perkembangan dan pemeliharaan kecemasan
penelitian Song, L., Wang, Y., Li, Z., Yang, Y., serta untuk mengembangkan tindakan
& Li, H (2020), bahwa faktor protektif untuk pencegahan dan intervensi terapeutik yang
kecemasan dalam masa pandemi ini adalah memungkinkan.
resiliensi (OR, 0,52; 95% CI, 0,35-0,75; p =
0,001) dan optimisme (OR, 0,27; 95% CI, 0,15- DAFTAR PUSTAKA
0,47; p <0,01). Resiliensi psikologis berkorelasi Ahmad, A. R., & Murad, H. R. (2020). The
negatif dengan depresi (standar B = -0,490, P Impact of Social Media on Panic During
<0,001), kecemasan (standar B = -0,443, P the COVID-19 Pandemic in Iraqi
<0,001), Resiliensi psikologis merupakan target Kurdistan: Online Questionnaire Study.
penting untuk intervensi psikologis dalam Journal of Medical Internet Research, 22
keadaan darurat kesehatan masyarakat (Ran, L., (5), N.PAG. https://e-resources.
Wang, W., Ai, M., Kong, Y., Chen, J., & perpusnas.go.id:2111/10.2196/19556.
Kuang, L, 2020). Banaag, C. G. 2002. Reiliency, street Children,
Di sisi lain, Dukungan keluarga dan and substance abuse prevention.
sosial yang kuat dapat melindungi terhadap Prevention Preventif, Nov. 2002, Vol3.
stres akut pada masa pandemi ini, intervensi Cameron, E. E., Joyce, K. M., Delaquis, P. C.,
suportif, strategi koping positif dilaporkan juga Reynolds, K., Protudjer, P. L J., & Roos,