Penerapan Model Hands On Activity Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Pembelajaran Fisika MTSN IV Koto Aur Malintang

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

383 NATURAL SCIENCE JOURNAL, Volume 3, Nomor 1, Maret 2017, Hal.

383-390

Penerapan Model Hands On Activity untuk


Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta
Didik pada Pembelajaran Fisika MTSN IV Koto Aur
Malintang
Murni Puji Erti Abstract - This research is motivated by the lack of critical thinking
Jurusan Tadris IPA Fisika, Fakultas skills of learners in the learning process of physics in MTsN IV Koto
Tarbiyah dan KeguruanUIN Imam Aur Malintang. This leads to physics learning outcomes learners are
Bonjol Padang still under KKM set is 75. Among the causes is the lack of an
opportunity for learners to develop thinking skills, especially critical
thinking skills, students are less active in developing her potential, as
well as the learning process used is more teacher-centered. Businesses
that can be done to improve the critical thinking skills of learners is to
implement a model of hands on activity. This study aims to determine
the increase in critical thinking skills of learners by applying the
model of hands on activity on learning physics MTsN IV Koto Aur
Malintang.This study is a quasi-experimental research (quasy-
exsperimental research) research design is randomized control group
only design. The population in this study were all students of class
VII MTsN IV Koto Aur Malintang Academic Year 2016/2017. The
sampling in this class using cluster random sampling technique.
Retrieved class as a class experiment VII.1 and VII.2 class as the
control class. The instrument used in this study is a test of learning
outcomes in the form of an objective test to use traditional indicators
of critical thinking. The technique used to test the hypothesis is by
using t-test. T tests were performed for normal distribution of data
and data group has a homogeneous variance.Based on data analysis
averages the critical thinking skills of students in the experimental
class was 69.15 and in control group was 62.89. The results of the
analysis of data obtained through t test t = 2.63 and 1.66 t table, where
t count> t table (2.63> 1.66). His decision is H0 and H1 accepted.
This means learning model application hands on activity in the
learning of physics can improve critical thinking skills of students in
learning physics MTsN IV Koto Aur Malintang. So it can be
concluded that the application of the model hands-on activity can
improve critical thinking skills of students in learning physics MTsN
IV Koto Aur Malintang at level of 95%.

Kata Kunci: Hands On Activity, critical think

PENDAHULUAN yang dimiliki, berpikir secara cerdas,


berpikir secara kritis, kreatif dan inovatif.
UU No 20 tahun 2003 pasal 3 Pembaharuan di bidang pendidikan
menjelaskan tentang sistem pendidikan merupakan salah satu upaya meningkatkan
nasional, yaitu pendidikan nasional kualitas pendidikan. Salah satuyang
berfungsi mengembangkan kemampuan berperan penting dalam pendidikan serta
dan membentuk watak serta peradaban perlu diperbarui demi meningkatkan
bangsa yang bemartabat, dalam rangka kualitas pendidikan yaitu kurikulum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan kurikulum memegang kedudukan kunci
mengembangkan manusia Indonesia dalam pendidikan. Kurikulum memberikan
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman pegangan bagi pelaksanaan pengajaran di
dan bertakwa kepada Allah SWT kelas. Namun, dalam penjelasan dan
(Depdiknas, 2003). Pendidikan menuntut penjabaraan adalah tugas dan tanggung
manusia untuk dapat meningkatkan jawab seorang pendidik. Seorang pendidik
kualitas diri, mengembangkan kompetensi harus bisa menyusun perencanaan
ISSN 2477– 6181Murni Puji Erti: Penerapan Model Hands On Activity untuk Meningkatkan …..
MURNI PUJI ERTI. PENERAPAN MODEL HANDS ON ACTIVITY UNTUK MENINGKATKAN KEM…384

pembelajaran serta menggunakan strategi, umum terbatas pada gejala-gejala alam,


metode, dan model pembelajaran sehingga lahir dan berkembang melalui metode
peserta didik termotivasi untuk belajar ilmiah seperti observasi dan eksperimen
serta aktif dalam proses pembelajaran serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa
sehingga dapat mengembangkan ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.
kemampuan berpikir kritis peserta didik. Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar
Pembelajaran merupakan dampak produksi ilmiah, proses ilmiah, dan sikap
dari berpikir. Retensi, pemahaman dan ilmiah (Trianto, 2012:136).
penggunaan aktif pengetahuan bisa tercipta Secara umum IPA meliputi tiga
hanya dengan pengalaman pembelajaran bidang ilmu dasar yaitu biologi, fisika dan
dimana peserta didik berpikir tentang, dan kimia. Fisika merupakan salah satu cabang
berpikir dengan apa yang mereka pelajari dari IPA, dan merupakan ilmu yang lahir
(Perkins, 1993 dalam Paull, dkk 2012: dan berkembang lewat langkah-langkah
110). Belajar berpikir menekankan kepada observasi, perumusan masalah,
proses mencari dan menemukan penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis
pengetahuan melalui interaksi antara melalui eksperimen, penarikan kesimpulan,
individu dan lingkungan. serta penemuan teori dan konsep. Dapat
Sanjaya (2008: 219) Belajar adalah dikatakan bahwa hakikat fisika merupakan
proses berpikir. Dalam pembelajaran ilmu pengetahuan yang mempelajari
berpikir proses pendidikan disekolah tidak gejala-gejala melalui serangkaian proses
hanya menekankan kepada akumulasi yang dikenal dengan proses ilmiah yang
pengetahuan materi pelajaran, akantetapi dibangun atas dasar sikap ilmiah dan
yang diutamakan adalah kemampuan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah
murid untuk memperoleh pengetahuannya yang tersusun atas tiga komponen
sendiri (self regulated). Asumsi yang terpenting berupa konsep, prinsip dan teori
mendasari pembelajaran berpikir adalah yang berlaku secara universal (Trianto,
bahwa pengetahuan itu tidak datang dari 2008:137-138).
luar, akan tetapi dibentuk oleh individu itu Salah satu prinsip dasar fisika yang
sendiri dalam struktur kognitif yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari
dimilikinya. Atas dasar asumsi itulah adalah hukum newton tentang gravitasi.
pembelajaran berpikir memandang bahwa Penerapan hukum newton tentang gravitasi
mengajar itu bukanlah memindahkan ini dapat dilihat dari bagaimana pergerakan
pengetahuan dari pendidik ke peserta didik, planet yang mengililingi matahari dengan
melainkan suatu aktivitas yang perputaran dan mataharipun berotasi
memungkinkan peserta didik dapat berputar mengelilingi sistem yang lebih
membangun sendiri pengetahuannya. besar tata surya yaitu galaksi bimasakti
Semakin berkembang penuh keterampilan dalam lintasan yang berbentuk lingkaran.
berpikir peserta didik, semakin sering Bulan mengintari bumi dalam lintasan
mereka belajar. Kemudian, semakin sering yang menyerupai lingkaran pula.
mereka belajar maka semakin baik mereka Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS.
mampu berpikir kritis tentang materi yang Yasin ayat 40 yang artinya: “Tidaklah
mereka pelajari. mungkin bagi matahari mendapatkan bulan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan malampun tidak dapat mendahului
merupakan ilmu yang mempelajari tentang siang. dan masing-masing beredar pada
alam semesta, benda- benda yang ada garis edarnya.” (Kementerian Agama RI:
dipermukaan bumi, didalam perut bumi QS Yasin: 40).
dan diluar angkasa, baik yang diamati Ayat diatas menjelaskan bahwa
indera maupun yang tidak diamati dengan matahari tidak mungkin akan mendapatkan
indera. IPA merupakan suatu kumpulan bulan. Demikian juga malam tidak akan
teori yang sistematis, penerapannya secara dapat mendahului siang, masing-masing

ISSN 2477– 6181Murni Puji Erti: Penerapan Model Hands On Activity untuk Meningkatkan …..
385 NATURAL SCIENCE JOURNAL, Volume 3, Nomor 1, Maret 2017, Hal. 383-390

sudah ada garis edarnya tempat ia bergerak, kemampuan berpikir kritis peserta didik.
sehingga yang satu tidak mengambil garis Pertama, pendidikan di sekolah ini masih
edar yang lainnya. Karena, masing-masing bersifat teacher centered. Kedua,
mengelilingi pada orbit-orbit yang jari- pendidikannya bersifat menghafal, padahal
jarinya berbeda-beda dengan waktu edar dalam fisika kunci utama untuk menguasai
yang berbeda-beda pula. Kesesuaian itu pelajaran adalah memahami, bukan
terdapat pada gerakan kedua benda dan menghafal teorinya. Ketiga, kurang
kecepatan masing-masing. Kesesuaian ini tersedianya media pembelajaran fisika
mustahil terjadi, tanpa gaya tarik (gravitasi) yang seharusnya dapat dijadikan sebagai
yang menjadi penahannya sehingga suatu bahan untuk memahamkan konsep
masing-masingnya beredar menurut fisika secara langsung kepada peserta
orbitnya (Baiquni, 1996: 89-90). didik,ditambah lagi konsep fisika selama
Dalam memahami materi ini lebih sering disampaikan sebagai fakta,
pembelajaran terutama materi tentang bukan dilihat sebagai suatu peristiwa alam
fisika, perlunya bagi peserta didik untuk yang diamati, diukur, didiskusikan dan bisa
berpikir secara kritis bagaimana hal ini menarik kesimpulan. Akibatnya, peserta
bisa terjadi tentang keajaiban planet, bukti- didik tidak mengerti akan materi dan
bukti penciptaan di langit beserta bentuk- otomatis hasil belajar tidak memuaskan
bentuk, sifat-sifat, ciri-ciri, akibat yang dan peserta didiksulit menghadapi
ditimbulkan serta manfaatnya dalam masalah-masalah yang menuntut pemikiran
kehidupan sehari-hari. dan pemecahan masalah yang lebih
Dalam menyajikan pembelajaran kompleks.
fisika pendidik dianjurkan memadukan Dalam memahami materi fisika,
antara pengalaman proses sains dan perlu kesabarandan semangat yang timbul
pemahaman produk sains serta dari diri mereka. Dengan adanya semangat
pembelajaran yang diterapkan mampu mereka dalam mempelajari suatu materi
menumbuhkan kemampuan berpikir logis, maka akan timbul rasa ingin tahu dan
kritis, dan kreatif serta dapat berargumen terbentuk yang namanya proses berpikir.
secara benar (Depdiknas 2003).Dalam Berpikir adalah memanipulasi atau
suatu pembelajaran terutama pembelajaran mengelola dan mentransformasi informasi
fisika kemampuan berpikir kritis sangat dalam memori. Ini sering digunakan untuk
penting karena keterkaitan kemampuan membentuk konsep, bernalar dan berpikir
berpikir kritis dalam pembelajaran fisika secara kritis, membuat keputusan, berpikir
adalah menghubungkan antara apa yang kreatif, dan memecahkan masalah
dipelajari dengan bagaimana (Santrock, 2008: 357). Berpikir kritis dapat
memanfaatkannya dalam kehidupan sehari- digunakan sebagai acuan dalam proses
hari, seperti kaitan antara individu dengan pembelajaran untuk mencapai hasil belajar
lingkungannya sehingga pemahaman yang diharapkan. Semakin berkembang
tentang materi lebih dikuasai dengan penuh keterampilan berpikir murid,
maksimal maka pembelajaran fisika yang semakin sering mereka belajar. Kemudian,
dikatakan sulit dan membosankan akan semakin sering mereka belajar maka
terasa lebih menyenangkan. semakin baik mereka mampu berpikir
Kenyataannya, menurut informasi kritis tentang materi yang mereka pelajari.
dari pendidik fisika di MTsN IV Koto Aur Apabila pemahaman mendalam tentang
Malintang ini peserta didik kurang materi (konten) menjadi tujuan, maka
semangat untuk belajar. Karena, minimnya penekanan pada berpikir haruslah juga
pemberian kesempatan kepada peserta demikian (Nasution 2008 dalam
didik untuk mengembangkan kemampuan Dwijananti 2010:111).
berpikir terutama kemampuan berpikir Berdasarkan hasil wawancara
kritis. Faktor penyebab rendahnya pendidik fisika MTsN IV Koto Aur
ISSN 2477– 6181Murni Puji Erti: Penerapan Model Hands On Activity untuk Meningkatkan …..
MURNI PUJI ERTI. PENERAPAN MODEL HANDS ON ACTIVITY UNTUK MENINGKATKAN KEM…386

Malintang, pada tanggal 13 September dapat menerapkan konsep fisika dalam


2016 diperoleh informasi bahwa kehidupan sehari-hari. Pembelajaran fisika
banyaknya peserta didik yang mengalami dengan model hands on activity
kesulitan dalam belajar fisika, hal ini inimemberikan kebebasan kepada peserta
terlihat dari rendahnya hasil belajar fisika didik dalam mengkonstruk pemikiran dan
peserta didik pada nilai ujian Semester 1 temuan selama melakukan aktivitas
fisika kelas VII MTsN IV Koto Aur sehingga peserta didik melakukan sendiri
MalintangTahun Ajaran2016/2017. tanpa beban, menyenangkan dan motivasi
yang tinggi.
Tabel 1. Persentase Ketuntasan Ujian Semester 1 Fisika Peserta
Didik Kelas VII MTsN IV Koto Aur Malintang Tahun Melalui pembelajaran hands on
Ajaran 2016/2017 activity peserta didik akan dilibatkan
dalam pengalaman belajar yang mampu
Jumlah KKM Peserta Didik Peserta Didik Yang meningkatkan kemampuan berpikir,
Kelas Peserta Yang Tuntas Tidak Tuntas
Didik memberikan keterampilan kepada peserta
Jumlah % Jumlah % didik menggunakan alat, merancang
VII-1 26 75 0 0% 26 100%
VII-2 27 75 0 0% 27 100% percobaan, berkomunikasi, bertanya,
VII-3 27 75 0 0% 27 100% berhipotesis, observasi dan berpendapat.
Sumber: Pendidik Fisika MTsN IV Koto Aur Malintang
Model ini sangat baik untuk peserta didik
SD dan SMP.mereka dapat asyik
Tabel diatas menunjukkan bahwa
melakukan sesuatu sehingga fisika sangat
hasil belajar fisika peserta didik kelas
mengasyikkan dan menarik. Apalagi
MTsN IV Koto Aur Malintang Tahun
dengan melakukan sesuatu, mereka dapat
Ajaran 2016/2017 masih rendah. Tabel
melihat dengan mata dan inderanya bahwa
diatas juga menunjukkan bahwa 80 orang
yang dilakukan terjadi. Hal tersebut akan
peserta didik memperoleh nilai belum
lebih menyakinkan peserta didik dan
mencapai KKM yang telah ditetapkan
pembelajaran fisika lebih bermakna.
yaitu 75. Untuk itu, pendidik perlu
Konsep-konsep materi pelajaran
melakukan berbagai usaha serta memiliki
dalam fisika seharusnya ditemukan sendiri
kreatifitas yang tinggi dalam mengajar.
oleh peserta didik melalui kegiatan mereka
Oleh sebab itu, perlu diterapkan
dalam proses belajar mengajar. Dengan
suatu model pembelajaran yang
hands on activitypeserta didik
memberikan kesempatan bagi peserta didik
mendapatkan pengalaman dan
untuk menemukan sendiri pengetahuannya
penghayatanterhadap konsep-konsep
serta berperan aktif dalam pembelajaran
dalam pembelajaran. Selain untuk
sehingga mampu mengembangkan
membuktikan fakta dan konsep, hands on
kemampuan berpikir kritis dengan baik
activity juga mendorong rasa ingin tahu
yaitudengan menggunakan model hands on
peserta didik secara lebih mendalam
activity. Pembelajaran fisika dengan model
sehingga cenderung untuk membangkitkan
hands on activity merupakan suatu model
peserta didik mengadakan penelitian untuk
yang dirancang agar dapat membantu
mendapatkan pegamatan dan pengalaman
peserta didik untuk belajarfisika atau
melalui proses ilmiah.
prinsip-prinsip fisika dengan melalui
Melalui hands on activity peserta
kreativitas membuat suatu benda, peralatan,
didik juga dapat memperoleh manfaat
atau hal yang didasari dengan prinsip fisika.
antara lain: menambah minat, motivasi,
Model ini menekankan
menguatkan ingatan, dapat mengatasi
pembelajaran yang membiasakan peserta
masalah kesulitan belajar, menghindarkan
didik aktif membuat atau menciptakan
salah paham, mendapatkan umpan balik
sesuatu peralatan yang menggunakan
dari peserta didik, serta menghubungkan
prinsip fisika (Suparno, 2013:132). Melalui
yang konkrit dan yang abstrak sehingga
pembuatan alat tersebut peserta didik
menjadi lebih paham konsep fisika serta

ISSN 2477– 6181Murni Puji Erti: Penerapan Model Hands On Activity untuk Meningkatkan …..
387 NATURAL SCIENCE JOURNAL, Volume 3, Nomor 1, Maret 2017, Hal. 383-390

kemampuan berpikir kritis peserta didik nt penelitian. Selain dilakukan uji coba,
terangsang. instrumen juga divalidasi oleh ahli.
Berdasarkan uraian latar belakang Analisisdatapadapenelitianini meng-
masalah diatas peneliti mengambil fokus gunakan uji t. Uji prasyarat meliputi
penelitian dengan judul “Penerapan Model ujinormalitasyangbertujuan untuk melihat
Hands On Activity untuk Meningkatkan apakah data sampel berdistribusi normal
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik atau tidak dan Uji homogenitas variansi
pada Pembelajaran Fisika MTsN IV Koto dilakukan dengan menggunakan uji F. Uji
Aur Malintang”. homogenitas bertujuan untuk melihat
apakah pada sampel mempunyai varians
METODE yang homogen atau tidak.
Hasil belajar peserta didik pada
Penelitiandilaksanakandi MTsN IV kelas eksperimen dan kelas kontrol
Koto Aur Malintang tahun ajaran terdistribusi normal dan kedua kelas
2016/2017.Jenis penelitian ini adalah mempunyai variansi yang homogen.
penelitian quasy eksperimen dengan Teknik analisis data yang digunakan untuk
rancangan penelitian Randomized Control menguji hipotesis adalah dengan
Group OnlyDesign. menggunakan uji t karena data ter-
Tabel 2. Rancangan Penelitian (Random Control Group Only
distribusi normal dan kelompok data
Design) mempunyai variansi yang homogen.
Kelas Treatment
Postest HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelas Eksperimen X
T
Kelas kontrol -
Hasilpenelitian penerapan
T modelHands On Activitypada pembelajaran
(Sumber: Suryabrata, 2006:104)
fisika meliputi aspek kompetensi
Keterangan: pengetahuan.Berdasarkan hasil analisis
X: Model Pembelajaran Hands On Activity data diperoleh bahwa hasil belajar peserta
T : Tes kemampuan berpikir kritis didik diambil selama proses pembelajaran
dan setelah pembelajaran berupa hasil
Populasi dalam penelitian ini adalah penilaian dari kemampuan berpikir kritis
seluruh peserta didik kelas VII MTsN IV peserta didik melalui tes akhir berupa soal
Koto Aur Malintang tahun ajaran tes objektif sebanyak 30 butir soal. Tes
2016/2017 yang terdiri dari 3 kelas,yang hasil belajar pada kelas eksperimen diikuti
berjumlah 80 orang peserta didik. Dari oleh 26 orang peserta didik dan kelas
populasi yang ada diambil dua kelompok kontrol 27 orang peserta didik pada pokok
sampel sebagai kelas eksperimen dan kelas bahasan suhu dan perubahannya.
kontrol. Untuk mendapatkan dua kelas
sampel ini digunakan teknik clusster Tabel 3. Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Peserta
DidikKelas Sampel
random sampling. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah melalui Frekuensi
teshasil belajar dengan menggunakan NO Interval Nilai
Eksperimen Kontrol
indikator berpikir kritis. 1 51-60 7 11
Bentuktesdalampenelitianini
2 61-70 7 8
berupasoalobjektif. Teknik observasi
3 71-80 7 5
dalampenelitianinidigunakanuntuk
melihatketerlaksanaanmodelyang 4 81-90 5 3

diterapkan di kelas. 5 91-100 - -


Tesujicobadilakukanuntuk N 26 27
mengetahuivaliditasdanreliabilitasinstrume Nilai Min 50 42

ISSN 2477– 6181Murni Puji Erti: Penerapan Model Hands On Activity untuk Meningkatkan …..
MURNI PUJI ERTI. PENERAPAN MODEL HANDS ON ACTIVITY UNTUK MENINGKATKAN KEM…388

Frekuensi atau kemampuan berpikir kritis peserta


NO Interval Nilai
Eksperimen Kontrol
didikdi kelas eksperimen lebih meningkat
Nilai Max 85 83 dibandingkan pada kelas kontrol. Untuk
KKM 75 75
melihat perbedaan yang terdapat pada
kemampuan berpikir kritis peserta didik
% Jumlah Tuntas(≥ 75) 11 (42,3%) 5 (18,5%)
tersebut dapat dianalisa melalui gambar
% Jumlah tidak Tuntas (≥ 75) 15 (57,6%) 22 (81,4%)
dibawah ini.
69,15 62,89
S 11,56 12,70 Gambar 1. Grafik Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Peserta
Didik KelasSampel
133,65 161,48
20
Tabel.3 memperlihatkan bahwa
10

Frekuensi
kemampuan berpikir kritis peserta didik Eksperimen
kelas eksperimen dengan menerapkan
model hands on activitymemiliki nilai rata- 0 Kontrol

51-60
61-70
71-80
81-100
rata 69,15 dengan nilai tertinggi 85 dan
nilai terendahnya adalah 50. Pada kelas
eksperimen 11 orang peserta didiksudah Interval Nilai
mencapai kriteria ketuntasan minimal atau
42,3 % peserta didik yang telah tuntas Model pembelajaran hands on
belajar. Sedangkan peserta didik yang activity merupakan model pembelajaran
belum mencapai kriteria ketuntasan yang direncanakan untuk membantu
minimal dengan persentase 57,6 % peserta peserta didik mengembangkan kemampuan
didik yang belum tuntas. Simpangan baku berpikir tingkat tinggi, dalam artian bahwa
atau standar deviasi (s) adalah 11,56 selama proses pembelajaran peserta didik
beserta ragamnya adalah ( ) adalah dilibatkan secara aktif dan mendorong
133,65. kemampuan peserta didik untuk
Tabeldi atas juga memberikan memahami materi yang disampaikan atau
informasi bahwa pada kelas kontrol mereka yang akan memikirkan sendiri
memiliki nilai rata-rata 62,89 dengan nilai terhadap apa yang telah mereka alami
tertinggi 83 dan nilai terendahnya adalah dalam kehidupan sehari-harinya, sehingga
42. Kemudian nilai Kriteria Ketuntasan kemampuan berpikir kritis peserta didik
Minimal (KKM) yaitu 75. Pada kelas bisa meningkat.
kontrol 5 orang peserta didiksudah Model hands on activity adalah
mencapai kriteria ketuntasan minimal atau suatu proses dalam berpikir yang
18,5 % peserta didik yang telah tuntas berlangsung dari khusus menuju ke yang
belajar. Sedangkan 22 orang peserta didik umum.Menurut Suparno (2013)
yang belum mencapai kriteria ketuntasan mengatakan bahwa Pembelajaran fisika
minimal dengan persentase 81,4 % peserta dengan model hands on activitymerupakan
didik yang belum tuntas. Simpangan baku suatu model yang dirancang agar dapat
atau standar deviasi (s) adalah 12,70 membantu peserta didik untuk belajar
beserta ragamnya adalah ( ) adalah fisika atau prinsip-prinsip fisika dengan
161,48. melalui kreativitas membuat suatu benda,
Nilai rata-rata hasil belajar fisika peralatan, atau hal yang didasari dengan
kedua kelas sampel, terlihat kelas prinsip fisika. Kadang peralatan itu
eksperimen memiliki rata-rata lebih tinggi sungguh alat yang dapat digunakan dalam
dari pada kelas kontrol. Jadi dapat kehidupan nyata, tetapi kadang lebih
disimpulkan bahwa kelas eksperimen permainan, atau juga penemuan konsep
memiliki kemampuan berpikir kritis lebih fsika sendiri. Hasil test akhir pada kedua
tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol kelas sampel terlihat bahwapada kelas
eksperimen dapat memberikan kemampuan
ISSN 2477– 6181Murni Puji Erti: Penerapan Model Hands On Activity untuk Meningkatkan …..
389 NATURAL SCIENCE JOURNAL, Volume 3, Nomor 1, Maret 2017, Hal. 383-390

berpikir kritis peserta didik mengalami 1. Model hands on activitydapat


penigkatan dibandingkan dengan kelas memberikan kemampuan berpikir kritis
kontrol. Ini berarti terdapat perbedaan dari peserta didik pada pembelajaran
hasil belajar IPA fisika antara menerapkan fisika.Ini bisa digunakan sebagai salah
model hands on activity dengan satu alternatif bagi pendidik dalam
pembelajaran konvensional pada peserta usahanya meningkatkan kemampuan
didik MTsN IV Koto Aur Malintang. peserta didik untuk berpikir tingkat
Analisis data yang telah dilakukan tinggi dan berpikir kritis terhadap
diperoleh data kedua kelas sampel pembelajaran fisika.
terdistribusi normal, dan memiliki varians 2. Diharapkan pada penelitian lebih lanjut
yang homogen, maka untuk menguji lebih dilakukan penilaian terhadap aspek
tingginya kemampuan berpikir kritis lainnyayaituaspek psikomotor,
peserta didikyang telah dirumuskan pada danafektif.
hipotesis didapatkan nilai t(0,95)(51) = 1,66 3. Bagi calon peneliti untuk dapat
sedangkan dari perhitungan diperoleh t = mengembangkan model pembelajaran
2,63. Jadi t hitung> t tabel = 2,63> 1,66 , Maka hands on activity dengan menggunakan
H0 ditolak dan Hi diterima, berarti thitung> metode, mediapembelajaran yang sesuai
ttabel. dandikembangkan bidangilmu yang
Jadi dapat disimpulkan bahwa laindansoaltes yang
Penerapan model pembelajaran hands on digunakanuntukmelihatpeningkatankem
activity dalam pembelajaran fisika dapat ampuanberpikirkritispesertadidiksebaik
meningkatkan kemampuan berpikir kritis nyasoal essay.
peserta didik pada pembelajaran fisika
MTsN IV Koto Aur Malintang.
REFERENSI
KESIMPULAN
Amin, M. 2007. Pembelajaran sains
Hasil analisis data dan pembahasan kontekstual melalui hands on activity.
pada bab sebelumnya didapatkan Tersedia pada
kesimpulan bahwa, hasil belajar fisika http://lubisgrafura.worsdpress.com/2
peserta didik pada kelas eksperimen yang 007/09/09
memiliki nilai tertinggi 85, nilai terendah Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar
50, dan rata-ratanya 69,15, sedangkan Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
kelas control memiliki nilai tertinggi 83, aksara.
nilai terendah 42, dan rata-ratanya 62,89. Baiquni, Achmad. 1997. Al-qur’an dan
Hal ini juga dapat dilihat dari pengujian Ilmu Pengetahuan Kealaman.
hipotesis dengan menggunakan uji t dari Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima
uji analisis di dapatkan nilai ttabel (0,95)(51)= Yasa
1,66 sedangkan dari perhitungan diperoleh D.Yulianti dkk. 2011. “Pembelajaran
thitung = 2,63. Jadi thitung>ttabel= 2,63 > 1,66. Fisika Berbasis Hands On Activities
Ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi untuk Menumbuhkan Kemampuan
dapat disimpulkan, penerapan model hands Berfikir Kritis dan Meningkatkan
on activity dapat meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP”. Tersedia
kemampuan berpikir kritis peserta didik di http://journal.unnes.ac.id
pada pembelajaran fisika MTsN IV Koto Dwijananti Dkk. 2010. “Pengembangan
Aur Malintang. Kemampuan Berpikir Kritis
Kesimpulan penelitian di atas, maka Mahasiswa Melalui Pembelajaran
peneliti menyarankan beberapa hal sebagai Problem Based Instruction pada
berikut Mata Kuliah Fisika Lingkungan”.
Tersedia di http://journal.unnes.ac.id
ISSN 2477– 6181Murni Puji Erti: Penerapan Model Hands On Activity untuk Meningkatkan …..
MURNI PUJI ERTI. PENERAPAN MODEL HANDS ON ACTIVITY UNTUK MENINGKATKAN KEM…390

Jufri Wahab. 2013. Belajar dan Suparno, Paul. SJ. 2013. Metodologi
Pembelajaran sains.Bandung : Reka Cipta Pembelajaran Fisika Konstruktivistik
Suryabrata, Sumadi. 2006. Metodologi & Menyenangkan. Gejayan
Penelitian. Jakarta: Grafinda Persada. Yogyakarta: Universitas Sanata
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Dharma.
Pembelajaran: Teori dan Praktik Paul Eggen. Dkk. 2012. Strategi dan
Pengembangan Kurikulum Tingkat Model Pembelajaran Mengajarkan
Satuan (KTSP). Jakarta: Kencana. Konten dan Keterampilan Berfikir.
Jakarta: Permata Puri Media

ISSN 2477– 6181Murni Puji Erti: Penerapan Model Hands On Activity untuk Meningkatkan …..

You might also like