Utilissima: Puslitbang, Kemendesa, PDT Dan Transmigrasi Email: Azhar - Fbrgs@yahoo - Co.id

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

POTENSI MODEL ZERO WASTE DENGAN INTEGRASI

SAPI PERAH DAN UBI KAYU DI JAWA BARAT

(The Potency of Zero Waste Model through an Integration of


Dairy Cattleand Cassava Plants)

Azhar Amir

Puslitbang, Kemendesa, PDT dan Transmigrasi


email: azhar_fbrgs@yahoo.co.id

ABSTRACT

The aim of this paper is to discuss integrated farming system between cassava plants (Manihot
utilissima) and dairy cattle. This model is directed to extend the production cycle by optimum
utilization of waste. The main product of dairy cattle is milk while feces as a byproduct. The feces
is processed to produce biogas and fertilizer for cassava plants. The main product of the cassava is
tubers and its byproduct such as bark and leaves can be further processed into animal feed in form
of concentrates and silage for dairy cattle. Discussion is based on the principles of integrated farming
system. The main principles cover food, feed, fuel, and fertilizer. Data used in this experiment are
secondary data and primary data which are related to productivity of cassava plant and dairy cattle
using SWOT analysis. The results of study indicated cassava and dairy cattle meet the concept of
the integrated farming system. Milk and cassava are food products having good nutrition. Such
cassava byproducts as tapioka, gaplek, onggok meal and and cassava leave silage can be utilized as
animal feeding. Biogas technology can produce alternative energy and fertilizer for soil fertility. The
analysis showed the strengths, weaknesses, opportunities and threats. The strength is that West Java
Province has the second highest population of dairy cows after East Java with total population reach
135,345 heads. In addition, it has 85,288 ha of cassava plantation area producing 2,000,224 tons/year.
The weakness of the integrated system can be seen on the issue of low productivity of dairy cows
and a longer cassava harvest time compared with that of rice and corn. This model has opportunity
in terms of additional economic value for the farmer’s income with an environmentally friendly
concept. The threats faced are adoption rate, knowledge of human resources, and land to implement
the integrated farming system. The strategy that should be implemented is harmonization and
coordination among stake holders which should focusing on the farmer development in terms of
increasing their welfare.
Key words: potential, zero waste, cassava, dairy cows, SWOT.

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk membahas sistem pertanian terpadu antara tanaman ubi kayu
(Manihot utilissima) dengan sapi perah. Model zero waste ini diarahkan pada upaya memperpanjang
siklus produksi dengan mengoptimalkan pemanfaatan hasil ikutannya. Sapi perah mempunyai
produk primer harian yaitu susu dan hasil ikutannya berupa kotoran ternak. Kotoran ternak diolah
menjadi biogas dan pupuk bagi tanaman singkong. Ubi kayu memiliki produk utama dengan
umbi dengan hasil lain seperti kulit dan daun yang dapat diolah menjadi pakan sapi perah berupa
konsentrat dan silase. Metode pembahasan berdasarkan pada konsep siklus model pertanian terpadu
yaitu pada prinsip 4 (empat) F yaitu Food, Feed, Fuel dan Fertilizer. Jenis data yang digunakan adalah
data sekunder dan observasi produktivitas tanaman singkong dan sapi perah di Jawa Barat dengan
analisis SWOT tentang potensi model integrasi ini. Hasil menunjukkan bahwa singkong dan sapi
perah memenuhi konsep sistem pertanian terpadu. Susu dan umbi ubi kayu merupakan produk
pangan yang memiliki sumber nutrisi yang baik. Limbah singkong dapat dijadikan pakan ternak
berupa tepung tapioka, gaplek, onggok dan silase daun. Energi dan kesuburan tanah dapat diperoleh
dari pemanfaatan teknologi biogas. Kelebihan di Jawa Barat, populasi sapi perah tertinggi kedua
setelah Jawa Timur mencapai 135.345 ekor. Begitu halnya produksi singkong di Jawa Barat, mencapai
2.000.224 ton/tahun dengan luas panen 85.288 ha. Kelemahan terletak pada masalah produktivitas
17
Ashar Amir

sapi perah dan masa panen singkong yang pertanian terpadu selain padi dan jagung
lebih lama dibanding padi dan jagung. Model adalahubi kayu. Permasalahan utama dalam
ini mempunyai peluang pada tambahan nilai model integrasi ini adalah masa panennya yang
ekonomis bagi pendapatan peternak dengan lebih lama dari tanaman lain. Umur tanaman
konsep yang ramah lingkungan. Tantangan yang ini berkisar antara 9-10 bulan sedangkan
dihadapi pada tingkat adopsi dan pengetahuan jagung 2-3 bulan dan padi berkisar antara 3-5
sumber daya manusia serta lahan untuk bulan. Meskipun demikian, singkong memiliki
menerapkan sistem pertanian terpadu. Strategi nilai ekonomis yang sama baiknya. Produk
yang dapat dilakukan adalah harmonisasi dan utamanya adalah umbi dan limbahnya memiliki
koordinasi dari stakeholder yang berpusat pada nilai tambah seperti kulit umbi, daun sebagai
pembangunan peternak dengan meningkatkan pakan ternak serta batang yang dapat dijadikan
kesejahteraan dan keluarganya. bibit tanam. Selain itu singkong mampu
tumbuh dengan baik di musim kemarau serta
Kata kunci: Potensi, zero waste, singkong, sapi
penanaman dan pemeliharaan yang mudah.
perah, SWOT
Beberapa penelitian telah dilakukan
tentang sistem pertanian terpadu seperti sapi
PENDAHULUAN potong dengan padi, sapi potong dengan tebu
dan sapi potong dengan jagung. Sedangkan
Sapi perah FH yang berasal dari iklim integrasi sapi perah dengan singkong jarang
temperate cenderung mengalami penurunan dilaporkan. Padahal model tersebut memiliki
performans produksi ketika dipelihara di iklim potensi yang baik di pulau Jawa. Jawa Timur,
tropis Indonesia. Pengaruh interaksi faktor Jawa Tengah dan Jawa Barat memiliki populasi
genetik dan lingkungan diperkirakan sebagai sapi perah dan produksi ubi kayu yang tinggi
faktor pembatas yang nyata. Hal ini terlihat dalam skala nasional. Berdasarkan hal tersebut,
jelas pada kondisi di peternakan rakyat dengan perlu dilakukan kajian model integrasi sapi
kendala permodalan, produksi, kualitas perah dan ubi kayu dengan pendekatan zero
pakan dan sebagainya. Beberapa referensi dan waste di Jawa Barat.
pengalaman membuktikan bahwa usaha sapi
perah dengan skala peternakan rakyat kurang
METODE PENELITIAN
menguntungkan bagi masyarakat. Dalam usaha
skala ini, pendapatan hanya diperoleh dari
Tulisan ini merupakan kajian untuk
penjualan susu. Dan seringkali hasil penjualan
membahas sistem pertanian terpadu antara sapi
tersebut hanya menutupi biaya produksi
perah dan tanaman singkong. Kajian bersifat
pemeliharaan sapi perah seperti biaya pakan
deskriptif dengan menggunakan data sekunder.
hijauan dan konsentrat.
Pengamatan dilakukan pada produktivitas sapi
Hijauan kurang memiliki nilai tambah
perah dan singkong di Jawa Barat. Beberapa
ekonomi bagi peternak. Untuk itu diperlukan
studi literatur digunakan untuk mengamati
cara agar dapat meningkatkan produksi
konsep siklus model pertanian terpadu yaitu
secara efesien. Hal yang dimaksud adalah
pada prinsip 4 (empat) F yaitu Food, Feed,
integrasi tanaman-ternak. Pasandaran,dkk.
Fuel dan Fertilizer. Untuk mengetahui potensi
(2006) bahwa Ciri utama dari pengintegrasian
model integrasi terpadu antara sapi perah dan
tanaman dengan ternak adalah terdapatnya
singkong di Jawa Barat maka dilakukan analisis
keterkaitan yang saling menguntungkan antara
SWOT.
tanaman dengan ternak. Keterkaitan tersebut
terlihat dari pembagian lahan yang saling
terpadu dan pemanfaatan limbah dari masing HASIL DAN PEMBAHASAN
masing komponen. Saling keterkaitan berbagai
komponen sistem integrasi merupakan faktor Sistem pertanian terpadu
pemicu dalam mendorong pertumbuhan Pasandaran dkk (2006) menyatakan bahwa
pendapatan masyarakat tani dan pertumbuhan sistem usahatani terpadu (integrated farming
ekonomi wilayah yang berkelanjutan. Pola system), ialah suatu sistem usahatani yang
yang didapatkan akan memberikan gambaran didasarkan pada konsep daur ulang biologis
bagaimana manajemen pemeliharaan yang (biological recycling) antara usaha pertanaman,
tepat agar produktivitas sapi perah FH menjadi perikanan dan peternakan. Usaha tani,
lebih tinggi. perikanan dan peternakan mendapatkan hasil
Tanaman yang berpotensi dalam sistem

18
JITP Vol. 5 No. 1, Juli 2016

samping berupa pakan dari usaha tani berbasis Produktivitas sapi perah di Jawa Barat
tanaman. Demikian pula sebaliknya, usaha
Peningkatan produksi susu akan dapat
tani tanaman mendapatkan hasil sampingan
diperoleh dengan meningkatkan populasi sapi
berupa pupuk dari usaha tani perikanan dan
perah, meningkatkan produktivitas individu
peternakan. Usaha perikanan menghasilkan
sapi, memperbaiki manajemen pemeliharaan
pakan bagi peternakan, sedangkan usaha
GDQ GLYHUVLÀNDVL DWDX SHQJDQHNDUDJDPDQ
peternakan menghasilkan pupuk dan pakan
produk olahan ternak perah. Peningkatan
untuk perikanan.
populasi sapi perah dan produksi susu di
Cukup banyak contoh-contoh praktek
Jawa Barat menunjukkan tren positif. Data
sistem usaha tani terpadu dengan berbagai
5 tahun terakhir dari BPS (2015) menyajikan
ragam usaha, baik dalam bentuk variasi on
pertumbuhan 5,39% populasi dan 4,15%
farm maupun off farm. seperti hasil penelitian
produksi susu. Data populasi sapi perah dan
osak dkk, (2015) menyatakan bahwa integrasi
produksi susu di Jawa Barat dibandingkan
tanaman holtikultura dan sapi perah bahwa
dengan wilayah lainnya disajikan pada Tabel
penerimaan usaha sapi perah merupakan
1.
penerimaan terbesar (46,54%) dan usahatani
Tabel 1 menunjukkan bahwa populasi
tanaman hijauan makanan ternak (HMT)
sapi perah dan produksi susu nasional tahun
menduduki penerimaan kedua terbesar
2015 mencapai 525.171 ekor dan 0,8 juta ton.
(24,67%) diikuti penerimaan usahatani tanaman
Populasi sapi perah dan produksi susu ini
hortikultura (19,99%). Kontribusi penerimaan
masih terkonsentrasi di Jawa Barat, Jawa Timur
dari komponen produksi biogas dan pupuk
dan Jawa Tengah yang mencapai 97 % dari
organik dalam sistem integrasi masing-masing
total produktivitas nasional. Kementan (2015)
hanya 2,17% dan 3,46% yang berarti hanya
bahwa pada tahun 2020 negara Indonesia
kecil secara ekonomi, namun memberikan
merencanakan target produksi susu dalam
kontribusi cukup berarti secara pertanian
negeri lebih tinggi dan dapat memenuhi 50%
ramah lingkungan dan berkelanjutan.
dari kebutuhan konsumsi dalam negeri dengan
Keuntungan menerapkan usaha tani
penduduk yang juga bertambah.
terpadu (integrasi antara ternak-tanam) yaitu
Tabel 1 menunjukkan bahwa wilayah
produk limbah dari satu komponen berfungsi
populasi sapi perah dan produksi susu
sebagai sumber daya untuk komponen
tertinggi dalam skala nasional adalah Jawa
lainnya. Misalnya, pupuk digunakan untuk
Timur. Namun dalam segi produktivitas yang
meningkatkan tanaman produksi, sisa
terbaik berada di Jawa Barat. Pada tahun 2015,
tanaman dan hasil sebagai sumber pakan
produktitivitas berdasarkan jumlah produksi
hewan, melengkapi pasokan pakan yang tidak
per populasi, Jawa Timur dengan 1,7 ton/
memadai, sehingga berkontribusi terhadap
ekor/tahun sedangkan Jawa Barat dengan
peningkatan gizi hewan dan produktivitas.

Tabel 1. Populasi sapi perah dan produksi susu di Indonesia Tahun 2013-2015

Populasi (ekor) Produksi Susu Segar (Ton)


Propinsi
2013 2014 2015 2013 2014 2015
Sumatera Utara 1.901 1.088 1.147 1.369 783 826
Sulawesi Selatan 1.410 1.464 1.624 1.671 2.635 2.923
Yogyakarta 4.326 3.990 4.504 4.912 5.870 6.626
DKI Jakarta 2.686 2.638 2.820 5.265 5.170 5.528
Jawa Tengah 103.794 122.566 123.365 97.579 98.994 99.577
Jawa Timur 222.910 245.246 253.380 416.419 426.254 426.557
Jawa Barat 103.832 123.140 135.345 255.548 258.999 260.823
Indonesia 444.266 502.516 525.171 786.849 800.749 805.363
Sumber: Badan Pusat Statistik (2015)

19
Ashar Amir

rataan yang lebih baik yaitu 2 ton/ekor/tahun. Bila ditelaah berdasarkan subsektor, maka
Meskipun begitu, Produktivitas Sapi Perah kondisi perdagangan komoditas tanaman
di Jawa Barat mengalami tren penurunan SDQJDQ ,QGRQHVLD GDODP SRVLVL GHÀVLW DWDX
dengan nilai pada tahun 2013 berada pada dengan kata lain bahwa Indonesia menjadi
2,5 ton/ekor/tahun dan 2014 dengan 2,1 ton/ negara net importer. Komoditas pangan
ekor/tahun. Sebenarnya angka pada Tabel 1 yang menyumbang impor terbesar adalah
tersebut bukan merupakan nilai mutlak untuk gandum, kedelai diikuti oleh jagung dan beras.
menggambarkan produktivitas sapi perah di Sebaliknya komoditas penyumbang ekspor
Indonesia. Karena belum ada data yang jelas terbesar adalah ubi kayu (Kementan, 2015).
berapa jumlah sapi laktasi, pedet, sapi dara, sapi Indonesia merupakan penghasil singkong
jantan dan sapi yangmemasuki masa kering. terbesar di kawasan Asia Tenggara dan
Beberapa referensi menyatakan bahwa menduduki urutan ketiga di dunia. Produksi
produktivitas sapi perah di Indonesia sangat singkong Indonesia pada tahun 2015 mencapai
rendah. Faktor penyebab yang umum adalah 21,7 juta ton pada luas areal tanam 949 ribu
ketersediaan hijauan, replacement stock, hektar yang disajikan pada Tabel 2 (BPS dan
infrasruktur, cekaman panas dari iklim tropis Dirjen Tanaman Pangan 2015).
di Indonesia. Cekaman panas telah dapat Tabel 2 menunjukkan bahwa terjadinya
diatasi dengan manipulasi iklim mikro dengan tren penurunan luas panen dan produksi
perbaikan struktur kandang, penambahan kipas singkong. Produksi singkong pada tahun 2013
angin, bahan atap yang tahan radiasi panas dan yang mencapai 23.936.921 ton mengalami
usaha lainya agar sapi perah berada di kondisi penurunan sebesar 9% di tahun 2015. Produksi
yang nyaman sehingga mampu meningkatkan singkong terbesar dalam skala nasional berada
konsumsi pakannya. Ketersediaan hijauan di Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur dan
juga merupakan masalah yang sering dihadapi Jawa Barat. Populasi sapi perah di Lampung
oleh peternak. Sehingga solusinya pemberian kurang berkembang, sehingga Pulau Jawa
hijauan dilengkapi dengan memanfaatkan memiliki potensi ubi kayu yang surplus sebagai
limbah tanaman pangan seperti jerami padi, pakan sapi perah.
jagung dan singkong. Produksi yang tinggi tersebut
menyebabkan limbah pengolahan ubi kayu
Produksi singkong dan limbah untuk pakan juga meningkat sehingga berpotensi digunakan
sapi perah sebagai pakan sapi perah. Bahan pakan yang
berasal dari limbah pascapanen tanaman ubi
Salah satu langkah untuk mengantisipasi
kayu antara lain pucuk ubi kayu, batang ubi
masalah keterbatasan hijauan adalah mencari
kayu, kulit ubi kayu, bonggol ubi kayu, gaplek
bahan pakan baru berupa limbah hasil pertanian
afkir, singkong afkir, gaplek dan gamblong
yang selama ini belum banyak dimanfaatkan.
atau onggok tergolong sebagai pakan sumber
Beberapa limbah tanaman pangan yang dapat
karbohidrat mudah dicerna (Mariyono et al.,
digunakan sebagai sumber pakan adalah jerami
2008).
padi, jerami jagung, jerami kedele, jerami
Secara umum, semua bagian dari tanaman
kacang tanah, ubikayu atau singkong

Tabel 2. Luas panen dan produksi singkong di Indonesia

Luas lahan (ha) Produksi Singkong (Ton)


Propinsi
2013 2014 2015 2013 2014 2015
Sumut 47.141 42.062 47.387 1.518.221 1.383.346 1.619.495
Lampung 318.107 304.468 279.226 8.329.201 8.034.016 7.384.099
Jabar 95.505 93.921 85.288 2.138.532 2.250.024 2.000.024
Jateng 161.783 153.201 150.874 4.089.635 3.977.810 3.571.954
Jatim 168.194 157.111 146.787 3.601.074 3.635.454 3.161.573
NTT 79.164 63.836 60.557 811.166 677.577 630.715
Sulawesi Selatan 24.720 22.083 26.785 433.399 478.486 565.958
Indonesia 1.065.752 1.003.494 949.253 23.936.921 23.436.384 21.790.956
Sumber: Badan Pusat Statistik (2015)

20
JITP Vol. 5 No. 1, Juli 2016

ubi kayu dapat dimanfaatkan sebagai pakan. dimanfaatkan sebagai pupuk organik oleh
Bagian daun dapat dijadikan sebagai sumber sebagian besar peternak. Namun kebanyakan
protein, pemberiannya dalam bentuk kering dari mereka langsung membawanya ke kebun
atau silase. Batang dapat dicampurkan dengan tanpa melakukan pengomposan terlebih
daun sebagai bahan dalam pakan penguat. dahulu. Padahal feses tersebut masih bersifat
Umbi dapat diubah bentuknya menjadi pelet, panas dan bisa mengganggu pertumbuhan
sedangkan bagian kulit umbi dan onggok tanaman. Dari kebiasaan ini sebenarnya kita
dapat dikeringkan terlebih dahulu sebelum bisa mengembangkan instalasi biogas. Dengan
digunakan atau dapat digunakan sebagai instalasi ini, peternak akan mendapatkan gas
substrat untuk produksi protein sel tunggal sebagai bahan bakar, pupuk organik padat, dan
(Antari dan Umiyasih, 2009) pupuk organik cair dari sisa fermentasi bahan
Beberapa hasil penelitian tentang organik dalam digester biogas. Selain itu, dapat
pemanfaatan tanaman ubi kayu sebagai pakan mengurangi pencemaran akibat tumpukan
ternak ruminansia telah banyak dilakukan baik feses.
ruminansia kecil maupun besar, khususnya Persepsi peternak dan kebersediaan
sapi potong. Pemanfaatan ubi kayu dalam mengadopsi teknologi biogas di Indonesia
bentuk gaplek dan onggok kering yang paling sangat baik. Seperti yang dilaporkan oleh
umum digunakan sebagai bahan konsentrat Asmara dkk (2013) yang melakukan penelitian
baik untuk sapi potong maupun untuk sapi di Kab. Bogor. Hasil menunjukkan bahwa
perah. Daun ubi kayu kering dan silase persepsi dan dukungan masyarakat setempat
dapat dipakai sebagai sumber protein untuk untuk pengembangan produksi biogas berbasis
menggantikan bungkil kapas sampai 24% kotoran ternak juga sangat kondusif. Dalam
di dalam konsentrat tanpa mempengaruhi pandangan mereka, pengolahan kotoran sapi
konsumsi dan produksi susu (Khang et al., tidak hanya akan menghasil biogas yang dapat
2000). Begitu pula pemakaian onggok sebagai digunakan oleh masyarakat setempat memasak,
sumber energi di dalam campuran konsentrat juga perlu untuk mengatasi polusi udara dan
sampai 45% untuk menggantikan jagung tidak banyak penyakit yang timbul dari serakan
mempengaruhi produksi susu sapi mencapai kotoran sapi yang selama ini tidak terolah.
14,2 kg/hari dibanding perlakuan kontrol Proses pembuatan biogas menurut Widodo
sebesar 14,1 kg/hari (Suksombat et al., 2006). dan Asari (2011) dimulai dengan menginput
Hal ini akan sangat menguntungkan peternak limbah ternak berupa kotoran, sisa pakan, air
kecil karena harga onggok lebih murah dari OLPEDK XULQ GDQ EHNDV PDQGL EHNDV ÁXVKLQJ
harga jagung. ke dalam reaktor. Ilustrasi teknologi biogas
dapat dilihat pada Gambar 1 serta dengan
Limbah ternak sebagai energi alternatif tahapan sebagai berikut:
a. Bahan input biogas (berupa limbah organik/
Simamora dkk (2006) bahwa selama
kotoran ternak segar) dicampur dengan air,
ini, limbah berupa feses dan urin banyak

Penampung gas

Gambar 1. Alur Biogas untuk kompor dan sludge

21
Ashar Amir

perbandingan 1 bagian kotoran dan 1 bagian disusul di Kabupaten Sumedang (400 unit),
air. Kabupaten Bandung Barat (252 unit), Kabupaten
b. Campuran tersebut diaduk, kemudian Tasikmalaya (241 unit), dan Kabupaten Bogor
dialirkan ke dalam reaktor biogas sampai (100 unit).
batas optimal lubang pengeluaran.
c. Didiamkan selama 2-3 minggu, dengan Bioslurry untuk pemupukan tanaman
posisi kran gas control dan kran gas
pengeluaran ke kompor dalam keadaan Lumpur keluaran dari instalasi biogas
tertutup. yang disebut bioslurry dapat dimanfaatkan
d. Hasil proses fermentasi terlihat pada akhir menjadi pupuk organik dalam bentuk padat
minggu ke 2, karena sifatnya ringan biogas dan cair. Padatan dalam bentuk basah atau
akan terkumpul di bagian atas kubah kering dapat dimanfaatkan langsung untuk
reaktor. pupuk karena sudah mengalami dekomposisi
e. Gas pertama yang terbentuk dikeluarkan selama proses fermentasi di dalam digester/
sampai keluar bau khas biogas. reaktor, bahkan mikroorganisme yang bersifat
f. Apabila pemakaian biogas setiap hari, maka pathogen hanya dalam jumlah yang sangat
pengisian bahan input biogas setiap hari. kecil sehingga padatan ini sangat baik untuk
g. Produksi biogas akan berlangsung secara media tanam jamur atau pembibitan tanaman
terus menerus, tergantung pengisian dan (Widodo dan Asari, 2011). Proses pembuatan
pemeliharaan instalasi. pupuk organik cair, adalah sebagai berikut:
h. Menghindari masuknya pestisida,
desinfektan, larutan deterjen/sabun/ a. Lumpur hasil keluaran dari reaktor biogas
shampoo ke dalam reaktor biogas. disaring dengan saringan halus airnya dita-
mpung dalam drum plastik. Untuk mening-
Biogas dapat dimanfaatkan sebagai sumber katkan kualitas, perlu ditambahkan tepung
energi pada kompor gas, lampu petromak, tulang, tepung cangkang telur dan tepung
darah, kemudian dibiarkan selama 7 hari.
menggerakkan motor bakar (energi mekanis/
b. Selanjutnya cairan disaring lagi dengan
listrik) dengan kebutuhan biogas seperti pada
menggunakan kain bekas (bekas kantung
Tabel 3.
tepung terigu) kemudian kain diperas.
Berdasarkan data Dinas ESDM Jawa Barat Cairan ditampung dalam drum plastik dan
(2015), implementasi program pengembangan didiamkan selama 3-4 hari dan diaduk-aduk
biogas di Jawa Barat selama kurun waktu atau dipasang aerator untuk membuang
2006-2015 telah dilaksanakan di 14 kabupaten gas-gas sisa.
dengan jumlah mencapai 2.350 unit digester. c. Cairan didiamkan tanpa pengadukan sela-
Program pengembangan terbesar terdapat ma 2 hari agar partikel-partikel mengendap
di Kabupaten Bandung (695 unit), kemudian dan cairan menjadi lebih jernih.

Tabel 3. Pemanfaatan biogas

Pemanfaatan Biogas Referensi Hasil Pengukuran


Lampu Penerangan (m3/jam) 0.11-0,15 0.15-0.3
(penerangan setara dengan Tekanan 30-60 mm H2O
60 W lampu bohlam 100
candle 620 lumen)
Tekanan 70-85 mm H2O
0.2-0.45
Kompor Gas (m3/jam) 0.3 m3/orang/hari 0.2-0.4
Tekanan 75-90 mm H2O Tekanan 60-85 mm H2O
Energi listrik
Algen gas generator (700 W) 0.5 m3 biogas/kwh 0.55 m3 biogas/kwh
Algen gas generator (1500 W) 0.35 m3 biogas/kwh 0.4 m3 biogas/kwh
0RGLÀNDVL GLHVHO HQJLQH +3 Perbandingan solar: biogas 100 ml solar
(3000 W) = 10:90 0.39 m3 biogas/kwh

Sumber: Widodo dan Asari, 2011

22
JITP Vol. 5 No. 1, Juli 2016

d. Cairan tersebut sudah siap dikemas dalam tepung tulang sekitar 100 mikrogram per kg
botol/jerigen plastic dan siap dijual (Elizabeth dan Rosdiana 2011). Rajendran et
al. (2012) menyatakan limbah biogas dapat
Limbah pembuatan biogas yang berupa
digunakan untuk pakan itik dan ikan.
cairan ataupun padatan dapat digunakan
Belum banyak laporan tentang
sebagai pupuk organik (Rajendran et al. 2012).
pemanfaatan bioslurry pada tanaman ubi
Pupuk organik dari limbah biogas memiliki
kayu. Namun secara prinsip, bioslurry mampu
kandungan N total, amonium, dan pH lebih
memperbaiki kesuburan tanah sehingga
tinggi daripada limbah pertanian yang
dapat meningkatkan produksi tanaman.
dikomposkan, sedangkan rasio C/N menurun
Sesuai laporan dari Tim Biru dan Yayasan
dari 10,7 menjadi 7 sehingga memiliki kualitas
Rumah Energi (2013) bahwa Pengaruh Bio-
yang baik (Insam et al. 2015). Aktivitas mikroba
slurry terhadap produksi tanaman beragam
distimulasi setelah aplikasi limbah biogas
tergantung kepada jenis dan kondisi tanah,
yang berkontribusi terhadap peningkatan
kualitas benih, iklim, dan faktor-faktor lain.
ketersediaan C dan hara lain (Frac et al., 2012).
Namun, pada dasarnya pemakaian Bio-slurry
Nkoa et al. (2014) menyatakan bahwa limbah
akan memberi manfaat sebagai berikut:
biogas merupakan sumber N dengan risiko
kehilangan N rendah. x 0HPSHUEDLNL VWUXNWXU ÀVLN WDQDK VHKLQJJD
Sementara Dianawati (2014) melaporkan tanah menjadi lebih gembur.
bahwa limbah biogas merupakan media tanam x Meningkatkan kemampuan tanah mengikat
terbaik untuk kentang, Tanaman petai yang atau menahan air lebih lama yang bermanfaat
dipupuk limbah biogas basah maupun kering saat musim kemarau.
memiliki produksi lebih tinggi daripada yang x Meningkatkan kesuburan tanah. Tanah
diberi pupuk kandang ayam dan kotoran sapi. menjadi lebih bernutrisi dan lengkap
Menurut Minde et al. (2013), pertumbuhan kandungannya.
tanaman yang lebih baik setelah dipupuk x Meningkatkan aktivitas cacing dan
limbah biogas karena serangan hama penyakit mikroorganisme “Pro-Biotik” tanah yang
serta gulma lebih sedikit daripada yang diberi bermanfaat untuk tanah dan tanaman.
pupuk kandang yang difermentasi. Limbah
Penelitian di Indonesia pada pertanian
biogas mengandung vitamin B12 sehingga
dengan Bio-slurry juga memperoleh rata-rata
berpotensi digunakan sebagai pakan ternak.
kenaikan hasil yang sama. Bio-slurry sebagai
Kandungan vitamin B12 pada limbah biogas
pupuk organik telah banyak digunakan di
mencapai 3.000 mikrogram per kg limbah
areal pertanian di Indonesia untuk komoditi
biogas kering. Sebagai perbandingan, tepung
sayur-sayuran daun dan buah, umbi, pohon
ikan dalam ransum pakan ternak hanya
buah-buahan dan tanaman pangan (padi,
mengandung 200 mikrogram per kg, sedangkan
jagung, singkong, dll). Sedangkan penelitian

Gambar 2. Model integrasi sapi perah dan ubi kayu

23
Ashar Amir

Tabel 4. Analisis SWOT

Eksternal KEKUATAN KELEMAHAN


‡ Populasi dan produksi susu ‡ Cekaman panas pada sapi perah
yang baik yang mengganggu produksinya
‡ Luas panen dan produksi ubi ‡ Masa panen ubi kayu yang lama
kayu yang baik sekitar 8-11 bulan
‡ Potensi limbah ubi kayu yang ‡ Terdapatnya zat anti nutrisi pada
berlimpah saat panen ubi kayu seperti asam sianida
‡ Umumnya tenaga kerja ‡ Ketersediaan hijauan dan harga
berasal dari kalangan konsentrat semakin mahal
keluarga sehingga tidak perlu ‡ Kekhawatiran tentang SDM
mengeluarkan biaya untuk dan daya dukung lahan untuk
Internal pekerja perkembangan model integrasi
‡ Minat adopsi yang tinggi ‡ Harga produk susu dan umbi yang
akan teknologi Biogas rendah di tingkat peternak
‡ Kelembagaan peternak
melalui Koperasi sehingga
pasar produksi yang jelas
Strategi Strengh Opportunity Strategi Weakness Opportunity
PELUANG
(SO) (WO)
‡ Pertumbuhan Industri Koperasi susu yang merupakan Memperhatikan nilai aspek sosial
Pengolahan Susu (IPS) di wadah lembaga bagi peternak dan budaya di kelompok ternak
Jabodetabek hendaknya memperhatikan yang tergabung dalam koperasi.
‡ Permintaan konsumsi kebutuhan anggotanya. Keterbatasan lahan dapat diatasi
produk susu dan ubi kayu Permintaan konsumsi susu dan dengan penggunaan lahan bersama
yang tinggi pangan ubi kayu yang tinggi untuk menanam ubi kayu dengan
‡ Terdapatnya beberapa in- menjadi motivasi bagi peternak. bagi hasil yang adil. Peternak dengan
dustri pengolahan Ubi Kayu Sehingga lebih bergairah untuk pengetahuan yang baik dapat bertukar
‡ Harga onggok, gaplek yang meningkatkan produksi susu informasi ke peternak lainnya dalam
lebih rendah dari bungkil sapi perah, hasil panen ubi manajemen integrasi sapi perah dan
kedelai dan tepung jagung kayu, subtitusi jagung/kedele ubi kayu. Manajemen ini diharapkan
‡ Dukungan pemerintah dan dengan onggok dan gaplek serta juga dapat mengatasi cekaman panas
stakeholder untuk Instalasi pembuatan silase, pengelolaan melalui perbaikan kandang, TDN
Biogas lingkungan melalui biogas yang Pakan yang tepat, efesiensi biaya
‡ Permintaan kebutuhan pu- dapat mengurangi gangguan sehingga harga susu di peternak lebih
puk organik untuk tanaman pencemaran dan memperoleh wajar
‡ Pemeliharaan yang mudah nilai ekonomi bagi peternak
serta ubi kayu dapat tum-
buh dengan di lingkungan
tropis

TANTANGAN Strategi Strengh Treat (ST) Strategi Weakness Treat (WT)


‡ Kesehatan ternak kurang Dukungan pemerintah pada Pengembangan usaha sapi perah
terkontrol peningkatan populasi sapi lak- rakyat memerlukan dukungan kebi-
‡ Lemahnya posis tawar tasi melalui importasi dana atau jakan pemerintah menyangkut pen-
peternak dalam penentuan manajemen reproduksi usaha ingkatan konsumsi susu, daya serap
harga sapi rakyat dengan singkronisasi, susu dipeternakan rakyat, pembinaan
‡ Skala usaha rakyat yang sexing sperma X dan inseminasi kepada koperasi susu, pengembangan
rendah sekitar 3-4 ekor serta buatan. Selain itu juga berfokus kemitraan peternakan rakyat dengan
rendahnya keterampilan pada peningkatan pengetahuan koperasi susu dan IPS. Adopsi inovasi
peternak peternak dengan pendampingan dapat dicapai dengan menumbuhkan
‡ Dukungan pemerintah dari perguruan tinggi/badan kesadaran kebutuhan peternak melalui
kurang memadai litbang baik menyangkut aspek pelatihan dan penyuluhan Good Dairy
‡ Lahan pertanian yang se- hulu, budidaya, produk hilir, Farming Practices (GDFP) tentang
makin berkurang manajemen limbah secara sosial manajemen produksi, kesehatan,
‡ Keberlanjutan Biogas ekonomi dan lingkungan yang reproduksi dan pengolahan limbah
karena rendahnya pengeta- dapat meningkatkan kesejahter- WHUQDN GDQ GLYHUVLÀNDVL XVDKD GHQJDQ
huan tentang pemeliharaan aan peternak dan keluarganya tanaman pangan
operasioanal dan ternak
yang dijual

24
JITP Vol. 5 No. 1, Juli 2016

di luar negeri memperlihatkan pemakaian Dari analisis SWOT tersebut, strategi yang
Bio-slurry pada padi, gandum, dan jagung perlu dikembangkan adalah berpusat pada
dapat meningkatkan produksi masing-masing kebutuhan peternak sebagai pelaku utama dalam
sebesar 10%, 17%, dan 19%. Dengan pemakaian usaha integrasi ini. Fasilitasi dari dukungan
Bio-slurry, produksi meningkat sebesar 21% pemerintah pada peningkatan populasi
pada kembang kol, 19% pada tomat, dan 70% melalui perkawinan, bimbingan pelatihan dan
pada buncis. penyuluhan pada arah GDFP, pendampingan
perguruan tinggi, pengembangan kemitraan
Analisis Potensi Model Integrasi dengan harga susu yang adil, efesiensi biaya
SDNDQ GDQ GLYHUVLÀNDVL XVDKD 6WUDWHJL \DQJ
Model integrasi antara tanaman dan ternak
terpusat pada peternak diharapkan dapat
atau yang sering disebut dengan pertanian
meningkatkan pengetahuan, pendapatan,
terpadu, adalah memadukan antara kegiatan
kesejahteraan peternak dan keluarganya.
peternakan dan pertanian. Model ini sering
disebut pola peternakan tanpa limbah karena
limbah peternakan digunakan untuk pupuk, KESIMPULAN
dan limbah pertanian digunakan untuk pakan
ternak. Interaksi antara ternak dan tanaman Model integrasi sapi perah dan ubi kayu
haruslah saling melengkapi, mendukung berpotensi diterapkan di Jawa Barat. Penerapan
dan saling menguntungkan, sehingga dapat ini didukung oleh populasi sapi perah dan
PHQGRURQJ SHQLQJNDWDQ HÀVLHQVL SURGXNVL produksi ubi kayu dengan potensi limbahnya.
dan meningkatkan keuntungan hasil usaha Model zero waste dengan limbah dari sapi perah
taninya. dan ubi kayu didaur ulang dan dimanfaatkan
Beberapa referensi menyatakan bahwa kembali ke dalam siklus produksi. Dari siklus
dari model mengarahkan pada konsep produk produksi bersih tersebut mengarah pada konsep
pangan (food), sumber pakan ternak (feed), food, feed, fuel dan fertilizer. Konsep tersebut
energi terbarukan (fuel) dan kesuburan tanah menurunkan biaya produksi seperti efesiensi
(fertilizer). Konsep integrasi sapi perah dan ubi pakan ternak, mengurangi biaya pembelian
kayu disajikan pada Gambar 2. gas LPG dan energi listrik, meningkatkan
Gambar 2 dengan model zero waste ini produktivitas lahan tanpa introduksi pupuk
diarahkan pada produksi bersih sebagai upaya kimia yang mendorong pada peningkatan
memperpanjang siklus produksi dengan pendapatan peternak. Pengalaman yang lalu
mengoptimalkan hasil ikutannya. Sapi perah bahwa intervensi pemerintah berupa program
mempunyai produk primer harian yaitu susu bantuan menghambat kreativitas peternak.
dan hasil ikutannya berupa kotoran ternak. Sehingga arahnya terfokus pada kebutuhan
Kotoran ternak diolah menjadi biogas dan peternak (people centered). Peningkatan SDM
pupuk bagi tanaman ubi kayu. Ubi kayu peternak melalui pengetahuan, keterampilan
memiliki produk utama dengan umbi dengan dan perilakunya diharapkan memajukan
hasil lain seperti kulit dan daun yang dapat usaha ternaknya sehingga dapat meningkatkan
diolah menjadi pakan sapi perah berupa pendapatan dan kesejahteraan keluarganya.
konsentrat dan silase. Untuk penerapan model
integrasi ini bukanlah perkara yang mudah di DAFTAR PUSTAKA
Jawa Barat. Untuk melihat potensi model yang
berkelanjutan maka dilakukan analisis SWOT Antari, R. dan U. Umiyasih. 2009. Pemanfaatan
yang tercantum pada Tabel 4. tanaman ubi kayu dan limbahnya secara
Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan optimal sebagai pakan ternak ruminansia.
analisis SWOT model integrasi sapi perah Wartazoa 19(4): 191-200.
dan ubi kayu yang berkelanjutan dengan Badan Pusat Statistik (BPS). 2015. Tabulasi Populasi
aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Usaha Sapi Perah, Produksi Susu, Luas Panen Ubi
peternakan dan pertanian pasti menghasilkan kayu dan Produksi Ubi Kayu. (bps.go.id, 20
limbah disamping produk utamanya. Dengan Mei 2016).
pendekatan zero waste, limbah ini dapat
Asmara, A, M. P. Hutagaol dan Salundik. 2013.
dimanfaatkan dan diolah sehingga mempunyai
Analisis potensi produksi dan persepsi
nilai ekonomis bagi peternak dan mengatasi
masyarakat dalam pengembangan biogas pada
gangguan sosial dan pencemaran lingkungan sentra usaha ternak sapi perah di Kab. Bogor.
bagi masyarakat sekitar. Jurnal Agribisnis Indonesia. 1(1): 71-80.

25
Ashar Amir

Dianawati, M. 2014. Penggunaan limbah organik Minde, G. P., S. S. Magdum, and V. Kalyanraman.
biogas sebagai media tanam pada produksi 2013. Biogas as a sustainable alternative for
benih kentang (Solanum tuberosum L.) G1. current energy need of India. J. Sust. Energy
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Environ. 4: 121-132.
dan Pemanfaatan IPTEK untuk Kedaulatan
1NRD 5 $JULFXOWXUDO EHQHÀWV DQG
Pangan. Fakultas Pertanian Universitas
environmental risks of soil fertilization with
Gadjah Mada, Yogyakarta.
anaerobic digestates: A review. Agron. Sust.
Elizabeth, R. dan S. Rosdiana. 2011. Efektivitas Dev. 34: 473-492.
pemanfaatan biogas sebagai sumber bahan
Osak, R.E.M.F, B. Hartono, Z. Fanani, H.D. Utami.
bakar dalam mengatasi biaya ekonomi
3URÀO VLVWHP LQWHJUDVL XVDKD VDSL SHUDK
rumah tangga di pedesaan. Prosiding
dengan tanaman hortikultura di Nangkojajar
Seminar Nasional Era Baru Pembangunan
Kec. Tutur Kab. Pasuruan. Jurnal Ilmu-Ilmu
Pertanian: Strategi Mengatasi Masalah
Peternakan. 25(2): 49-61.
Pangan, Bioenergi dan Perubahan Iklim. hlm.
220-234. http:// pse.litbang.pertanian.go.id Pasandaran, E, A. Djajanegara, K. Kariyasa dan F.
[2 April 2016]. Kasryno. 2006. Kerangka Konseptual Integrasi
Tanaman-Ternak di Indonesia. Dalam:
Frac, M., K. Oszust, and J. Lipiec. 2012. Community
Integrasi Tanaman-Ternak di Indonesia.
OHYHO SK\VLRORJLFDO SURÀOHV &/33
Badan Penelitian dan Pengembangan
characterization and microbial activity of soil
Pertanian. 11-31.
amended with dairy sewage sludge. Sensors
12: 3253-3268. Rajendran, K., S. Aslanzadeh, and M. J. Taherzadeh.
2012. Household biogas digesters-A review.
Insam, H., M. Gomez-Brandon, and J. Ascher.
Energies 5: 2911-2942.
2015. Manure-based biogas fermentation
residues: Friend or foe of soil fertility? Soil Simamora, S., Salundik, Sri W, dan Surajudin.
Biol. Biochem. 84: 1-14. 2006. Membuat Biogas, Pengganti Bahan
Bakar Minyak dan Gas dari Kotoran Ternak.
Kementerian Pertanian RI. 2015. Renstra Kementan
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Tahun 2015-2019. Jakarta
Sukosambat, W., L. Pipat and N. Piturnart. 2006.
Khampa, S. and M. Wanapat. 2006. Supplementation
(QHUJ\ DQG SURWHLQ HYDOXDWLRQ RI ÀYH
levels of concentrate containing high level of
feedstuffs used in diet in which cassava as
cassava chip on rumen ecology and microbial
main energy source for lactating dairy cows.
protein synthesis in cattle. Pakistan J. Nut.
J. Sci. Technol. 14(1): 99 – 107.
5(6): 501 – 506.
Tim Biru dan Yayasan Rumah Energi. 2013.
Khang, D. N., N. V. Man and H. Wiktorsson. 2000.
Pedoman Pengguna dan Pengawas. Jakarta:
Substitution of cotton seed meal with cassava
Tim Biru.
leaf meal in Napier grass (Pennisetum
purpureum) diets for dairy cows. Proc. Widodo, T.W. dan A. Asari. 2011. Inovasi
National Workshop-Seminar Sustainable Mekanisasi Mendukung Penyediaan Energi
Livestock Production on Local Feed Rumah Tangga Petani. Agronovasi. Sinartani.
Resources. www.pdf-search-engine.com/ Edisi 1-7 Juni no. 3408 Tahun XLI.
ruminantnutrition-pdf.html. (2 Desember
2015).
Mariyono, Y. N. Anggraeny dan L. Kiagega. 2008.
Teknologi alternatif pemberian pakan sapi
potong untuk wilayah industri bagian Timur.
Pros. Seminar Nasional Sapi Potong. Palu, 24
November 2008. BPTP Sulawesi Tengah. hlm.
151 – 159.

26

You might also like