Professional Documents
Culture Documents
10180-Article Text-33092-1-10-20180513
10180-Article Text-33092-1-10-20180513
PEMBUATAN KONSENTRAT PROTEIN DARI BIJI KELOR (Moringa oleifera L.) DAN
ANALISIS PROFIL ASAM AMINO
[The Production of Protein Concentrate from Moringa Seed (Moringa oleifera L.) and
its Amino Acid Profile Analysis]
ABSTRACT
A reasearch about the production of protein concentrate from moringa seeds and analysis of amino
acid profiles have been conducted. The aim of the reasearch is to determine the degree of saturation
of ammonium sulphate with high rendament and protein content, ti determine the ratio of ammonium
sulphate toward moringa seeds with high rendament and also high protein content, and to determine
the amino acid profile of moringa seed protein concentrate. The completely randomized design (CRD)
was used in the reasearch, with 6 variations of ammonium sulphate saturation degree and 5
variations of the ratio of moringa seed flour toward ammonium sulphate (50%, 60%, 65%, 70%, 75%,
80% and 1:2, 1:3, 1:4, 1:5, and 1:6 (w/v) respectively). Each treatment was done in triplo. The best
degree of saturation of ammonium sulphate was 65% with 46.56% of the rendament and 72.19% of
protein content. The best ratio of moringa seed flour toward ammonium sulphate was 1:6. It has
70.96% of rendament and 74.16% of protein content. The amino acid profile consist of essential
amino acid and non essential amino acids. The components of those amino acids were arginine (77.3
mg/g), phenylalanine (27.61 mg/g), leucine (27.39 mg/g), valine (15.19 mg/g), isoleucine (13.16
mg/g), histidine (13,16 mg/g), threonine (11,29 mg/g), methionine (10.67 mg/g) lysine (7.57 mg/g),
triptofan (3.49 mg/g) and glutamc acid (97.2 mg/g), proline (26.3 mg/g), glysine (24.74 mg/g), alanine
(17.57 mg/g), aspartic acid (17.45 mg/g), serine (15.16 mg/g), tyrosine (11.29 mg/g), cystein (5,9
mg/g) respectively.
Keywords : Amino acids profile, moringa seeds, protein concetrate.
ABSTRAK
Penelitian tentang pembuatan konsentrat protein dari biji kelor dan analisis profil asam amino telah
dilakukan, dengan tujuan untuk menentukan tingkat kejenuhan amonium sulfat yang menghasilkan
konsentrat protein dengan rendemen dan kadar protein tertinggi, rasio tepung biji kelor terhadap
amonium sulfat yang menghasilkan konsentrat protein dengan rendemen dan kadar protein tertinggi,
dan mengetahui profil asam amino konsentrat protein biji kelor. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dengan variasi tingkat kejenuhan amonium sulfat
50%, 60%, 65%, 70%, 75%, 80% dan variasi rasio tepung biji kelor terhadap amonium sulfat 1:2, 1:3,
1:4, 1:5, dan 1:6 (b/v), setiap perlakuan dilakukan sebanyak 2 kali. Tingkat kejenuhan amonium sulfat
terbaik diperoleh pada 65% dengan rendemen sebesar 46,56% dan kadar protein 72,18%. Rasio
amonium sulfat terhadap tepung biji kelor diperoleh rasio terbaik 1:6 dengan rendemen sebesar
70,96% dan kadar protein sebesar 74,16%. Profil asam amino konsnentrat protein biji kelor yaitu
asam amino essensial berupa arginin (77,3 mg/g), fenilalanin (27,61 mg/g), leusin (27,39 mg/g), valin
(15,19 mg/g), isoleusin (13,16 mg/g), threonin (11,29 mg/g), metionin (10,67 mg/g), lisin (7,57 mg/g),
dan triptofan (3,49 mg/g). Asam amino non essensial berupa asam glutamat (97,2 mg/g), prolin (26,3
mg/g), glisin (24,74 mg/g), alanin (17,57 mg/g), asam aspartat (17,45 mg/g), serina (15,16 mg/g),
tirosin (11,29 mg/g), dan sistina (5,9 mg/g).
Kata kunci : Asam amino essensial biji kelor, Biji kelor, Konsentrat protein, Profil asam amino
Nurhayati dkk.. 24
KOVALEN, 4(1):24-32, April 2018 e-ISSN: 2477-5398
Nurhayati dkk.. 25
KOVALEN, 4(1):24-32, April 2018 e-ISSN: 2477-5398
Nurhayati dkk.. 26
KOVALEN, 4(1):24-32, April 2018 e-ISSN: 2477-5398
dibiiloas dengan aquades. Konsentrat selama 22 jam pada suhu 110 oC, setelah
suhu 60 oC selama 12 jam, setelah itu labu ukur 50 mL, kemudian ditambahkan
kemudian dihaluskan. Konsentrat protein kemudian disaring dengan filter 0,45 µm.
tersebut dimasukkan dalam wadah dan Filtrat yang dihasilkan, diambil sebanyak
Nurhayati dkk.. 27
KOVALEN, 4(1):24-32, April 2018 e-ISSN: 2477-5398
AccQ-Flour Borate kemudian divortex, getah biduri pada tingkat kejenuhan 55%
setelah itu ditambahkan 20 µL reagen (Rahmawati, 2009).
flour A, divortex dan didiamkan selama 1 50
Rendemen (%)
menit. Larutan itu diinkubasi selama 10 40
o
menit pada suhu 55 C, kemudian 30
disuntikan pada injektor KCKT. 20
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
0
Konsentrat Protein pada Berbagai 50% 60% 65% 70% 75% 80%
Tingkat Kejenuhan Amonium Sulfat
Tingkat Kejenuhan Amonium Sulfat
Pemisahan protein dilakukan
Gambar 1 Grafik hubungan pengaruh tingkat
dengan metode salting out. Hasil yang kejenuhan terhadap rendemen
konsentrat protein
diperoleh (Gambar 1) menunjukkan
rendemen semakin meningkat seiring Hasil uji sidik ragam menunjukkan
bertambahnya tingkat kejenuhan amonium bahwa tingkat kejenuhan amonium sulfat
sulfat sampai pada tingkat kejenuhan berpengaruh nyata pada rendemen
65%. Namun rendemen menurun pada konsentrat protein tepung biji kelor yang
tingkat kejenuhan setelahnya. Menurut dihasilkan. Hasil analisis lanjut
Nooralabettu (2014), peningkatan tingkat menggunakan BNJ menunjukkan masing-
kejenuhan amonium sulfat dapat masing tingkat kejenuhan 50%, 60%,
meningkatkan koagulasi protein karena 70%, dan 75% mempunyai rendemen
beberapa bagian hidrofilik terkoagulasi yang berbeda tidak nyata, sementara
pada tingakt kejenuhan amonium sulfat pada tingkat kejenuhan 65% dan 80%
yang lebih rendah dan beberapa protein rendemennya berbeda sangat nyata.
dengan bagian hidrofilik terkoagulasi pada Kadar Protein Konsentrat Protein Biji
tingkat kejenuhan yang lebih tinggi. Kelor dari Berbagai Tingkat Kejenuhan
Amonium Sulfat
Tingkat kejenuhan untuk koagulasi
Kadar protein pada suatu
protein itu berbeda-beda, bergantung
konsentrat protein sangat berpengaruh
pada jenis bahan dasar yang digunakan.
pada kualitas konsentrat tersebut.
Tingkat kejenuhan untuk mengkoagulasi
Konsentrat protein harus memiliki minimal
enzim amilase dari kecambah biji jagung
kadar protein 50%. Jumlah kadar protein
ketan tingkat kejenuhan terbaik yaitu pada
dalam suatu bahan pangan, menentukan
65% (Bahri, et al., 2012), sementara
kepadatan protein pangan tersebut
tingkat kejenuhan amonium sulfat terbaik
(Tejasari, 2005).
untuk enzim lipase dari dua bahan
Berdasarkan hasil yang diperoleh
berbeda yaitu dedak padi pada 65%
(Gambar 2) menunjukkan kadar protein
(Hutomo, 2004) dan koagulasi protein dari
meningkat seiring bertambahnya tingkat
Nurhayati dkk.. 28
KOVALEN, 4(1):24-32, April 2018 e-ISSN: 2477-5398
kejenuhan amonium sulfat sampai pada Hasil uji sidik ragam menunjukkan
65%, sedangkan pada tingkat kejenuhan bahwa kadar protein dari tingkat
selanjutnya kadar protein menurun. kejenuhan amonium sulfat berpengaruh
sangat nyata. Hasil analisis lanjut
Kadar Protein (%)
80
70 menggunakan BNJ menunjukkan rasio
60
50 65% memiliki nilai tertinggi dan berbeda
40
nyata dengan perlakuan lainnya.
30
20
10 Konsentrat Protein dari Berbagai Rasio
0 Tepung Biji Kelor terhadap Amonium
50% 60% 65% 70% 75% 80% Sulfat Tingkat Kejenuhan 65%
Tingkat Kejenuhan Amonium Sulfat
Pembuatan konsentrat protein
Gambar 2 Grafik hubungan tingkat kejenuhan dipengaruhi oleh beberapa factor,
amonium sulfat terhadap kadar
diantaranya jumlah pengkoagulan untuk
protein
mengkoagulasi protein. Semakin banyak
Kenaikan kadar protein protein
jumlah pengkoagulan maka
seiring seiring dengan peningkatan
kemampuannya untuk mengkoagulasi
rendemen. Pada proses salting out yang
protein akan semakin besar (Kurniati,
diinginkan adalah terjadi koagulasi protein
2009).
yang ditambahkan suatu larutan garam
80
sehingga terjadi peningkatan daya
Rendemen (%)
70
kelarutan (salting in) sampai titik 60
50
maksimumnya, kemudian terjadi 40
30
penurunan daya larutnya (salting out). 20
10
Saat proses ini terjadi kompetisi diantara 0
protein dan garam dalam menarik molekul 1:2 1:3 1:4 1:5 1:6
Rasio Tepung Biji Kelor Terhadap
air untuk proses pelarutan, maka interaksi Amonium Sulfat 65% (b/v)
antara protein dengan protein menjadi Gambar 3 Grafik hubungan rasio tepung biji
kelor : amonium sulfat terhadap
lebih penting (Bintang, 2010). Hal ini rendemen konsentrat protein
menyebabkan terjadinya proses koagulasi
protein hingga menghasilkan konsentrat Gambar 3 menunjukkan semakin
protein. Menurut Witono, et al. (2006), besar rasio tepung biji kelor terhadap
semakin banyak rendemen yang amonium sulfat yang digunakan, maka
dihasilkan, maka kadar protein yang ada rendemen konsentrat protein yang
pada rendemen konsentrat protein dihasilkan semakin tinggi. Jumlah
tersebut semakin banyak. Hal ini pengkoagulan yang semakin besar
diakibatkan jumlah protein yang banyak membuat interaksi antara tepung
terkoagulasi semakin banyak. biji kelor dengan larutan amonium sulfat
Nurhayati dkk.. 29
KOVALEN, 4(1):24-32, April 2018 e-ISSN: 2477-5398
Nurhayati dkk.. 30
KOVALEN, 4(1):24-32, April 2018 e-ISSN: 2477-5398
Tabel 1 Profil asam amino biji kelor (27,39), valin (15,19), isoleusin (13,16),
Kadar treonin (11,29) metionin (10,67), lisin
Jenis Asam Amino
(mg/g)
(7,57), lisin (7,57), triptopan (3,49). Asam
Arginin (arg) 77,33
Fenilalanin (phe) 27,61 amino non esensial (mg/g) berupa asam
Leusin (leu) 27,39 glutamat (97,19), prolin (26,3), glisin
Valin (val) 15,19
Isoleusin (ile) 15,29 (24,74), alanin (17,57), asam aspartat
Essensial
Histidin (his) 13,16 (17,45), serin (15,16), tirosin (11,29), dan
Threonin (thr) 11,29
sisitein (5,9).
Metionin (met) 10,67
Lisin HCl (lys) 7,57 Rasio maksimum untuk memperoleh
Triptofan (try) 3,49 konsentrat protein belum diperoleh, kadar
Asam glutamat (glu) 97,19
Prolin (pro) 26,3
protein yang cukup tinggi serta asam
Glisin (gly) 24,74 amino esensial yang lengkap pada biji
Non Alanin (ala) 17,57
kelor dapat dipertimbangkan untuk
essensial Asam aspartat (asp) 17,45
Serin (ser) 15,16 dilakukan penelitian lanjutan dalam
Tirosin (tyr) 11,29 pemanfaatan konsentrat protein tersebut.
Sistein (cys) 5,9
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 1 menunjukkan asam amino Bahri, S., Mirzan, M., Hasan, M. (2012).
essensial yang lengkap pada konsentrat Karakteristik Enzim Amilase dari
Kecambah Biji Jagung Ketan
protein biji kelor. Namun jika dibandingkan (Zae mays ceratine L.). Jurnal
dengan pola asam amino baku FAO/WHO Natural Sciences, 1(1) : 132-143
belum memenuhi jumlah asam amino Bintang, M. (2010). Biokimia Tehnik
Penelitian Jakarta : Erlangga.
yang dibutuhkan dalam setiap bahan
Elfita, L. (2014). Analisis Profil Protein dan
pangan. Asam Amino Sarang Burung
Walet (Collocalia Fuchiphaga)
KESIMPULAN Asal Painan. Jurnal Sains
Farmasi dan Klinis. 1(1) : 27-37
Tingkat kejenuhan amonium sulfat
Hardi, J., & Diharnaini, D. (2014).
terbaik diperoleh pada tingkat kejenuhan Penggunaan Protease dari Getah
65% dengan rendemen sebesar 46,56% Biduri dalam Produksi Flavor
Udang Windu (Penaeus
dan kadar protein sebesar 72,19%. Rasio monodon). Natural Science:
tepung biji kelor terhadap amonium sulfat Journal of Science and
Technology, 3(2).
tingkat kejenuhan terbaik diperoleh rasio
Hermiastuti, M. (2013). Analisis Kadar
terbaik diantara rasio yang diterapkan Protein dan Identifikasi Asam
pada rasio 1:6 (b/v), dengan rendemen Amino Ikan Patin (Pangasius
djambal). Skripsi. Jember:
70,96% dan kadar protein 74,16%. Profil Jurusan Kimia FMIPA Jember.
asam amino konsentrat protein biji kelor Hutomo, G.S. (2004). Optimasi Ekstraksi
yaitu asam amino esensial (mg/g) berupa Lipase dari Dedak Padi Varietas
arginin (77,3), fenilalanin (27,61), leusin
Nurhayati dkk.. 31
KOVALEN, 4(1):24-32, April 2018 e-ISSN: 2477-5398
Nurhayati dkk.. 32