Jurnal Ilmiah Kohesi Vol. 3 No.2 April 2019

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 5

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 3 No.

2 April 2019

DEVELOPMENT OF SBAR COMMUNICATION AMONG NURSES IN APPLYING NURSING


DOCUMENTATION TO IMPROVE PATIENT SATISFACTION AT H. SAHUDIN KUTACANE
GENERAL HOSPITAL

Endara Susanti1, Indah Nur’Aini2


1STIKes Nurul Hasanah Kutacane, 2STIKes Kepanjen, Malang

ABSTRACT

Communication nurses using SBAR technique is an effective way to improve patient satisfaction and
development of Nursing Care Documentation. The objective of this research is to know the application of
SBAR communication among nurses on nursing documentation to improve patient's satisfaction. This study
used quasi experimental design with Pre and Post- test without control. Besides, this research used simple
random sampling technique with 97 respondents from nurses and 91 respondents from patient. The data
were analysed by using Mc Nemarp application of nursing care documentation = 0,010 (p value <0,05, and,
patient satisfaction = 0.004 (p value <0,05). The result shows that communication using SBAR technique
influence patient satisfaction and execution of documentation of nursing care at Tanjung Pura General
Hospital.In conclusion, this study shows that there is a positive impact of the implementation of SBAR
communication in the documentation of nursing care which proves that an effective method to improve patient
satisfaction. The researchers hope this SBAR communication technique can be a fixed procedure in
communication and application of nursing care documentation, so it can improve patient satisfaction and will
indirectly enhance quality of service in the hospital.

Keywords: Communication, SBAR, documentation, patient satisfaction

Latar Belakang
Perawat merupakan tenaga kesehatan yang sangat penting hal ini disebabkan karena perawat
berada di sisi pasien 24 jam selama pasien dirawat di rumah sakit (Supriyanto & Ernawaty, 2010). Perawat
dan dokter sebagai bidang profesional di bidang kesehatan yang bekerja untuk memberikan perawatan
terbaik bagi pasien, komunikasi sangat penting dalam komponen perawatan pasien dengan kualitas yang
baik. tugas perawat adalah memberikan asuhan keperawatan, ini merupakan hal sangat penting bagi
seorang perawat Morgan, (2013). Kemampuan pemberian pelayanan yang baik serta secara efektif dapat
terdapat tiga komponen penting yang berperan dalam pembuatan dokumentasi asuhan keperawatan yaitu
Sarana komunikasi, Dokumentasi proses keperawatan, dan Standar keperawatan Menurut Häyrinena
(2010).Salah satu komunikasi yang efektif dalam lingkungan perawatan kesehatan membutuhkan
pengetahuan, keterampilan dan empati. Salah satu cara komunikasi dengan menggunakan teknik SBAR
(situation, background, assessment, recommendation).. Vardaman (2012). Kepuasan merupakan perasaan
senang seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesenangan terhadap aktivitas suatu produk
dengan harapannya (Nursalam; 2011). Beberapa penelitian yang di lakukan oleh peneliti sebelumya yaitu
Farida Marjani (2015) melakukan penelitian dengan hasil analisisya Mc Nemarp = 0,016 ( p value < 0,05)
menunjukan adanya pengaruh antara pemakaian dokumentasi timbang terima pasien dengan metode SBAR
terhadap Insiden Keselamatan Pasien di Ruang Medikal Bedah RS. Panti Waluyo Surakarta.

6
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 3 No.2 April 2019

Penelitian yang di lakukan oleh Ani Suprapta dan Made (2013) dengan hasil didapatkan bahwa
Berdasarkan analisis korelasi Kendal Tau Test adanya korelasi yang signifikan antara metoda komunikasi
SBAR pada handover keperawatan dengan kinerja perawat dalam melaksanakan proses keperawatan
dengan tingkat kemaknaan p=0.000 dan nilai koefesien korelasi (r) = 0,485. Di RSUD H. Sahudin Kutacane
pada bulan juli 2016 di dapat hasil observasi peneliti pada 50 pasien atau 18,9% dari 264 pasien perbulannya
didapat bahwa pelaksanaan asuhan keperawatan dengan pengkajian hanya 24% yang terlaksana dan 76%
tidak terlaksana, diagnosa keperawatan hanya 38% terlaksana dan 62% tidak terlaksana, intervensi hanya
48% terlaksana dan 52% tidak terlaksana, implementasi keperawatan 60% terlaksana dan 40% tidak
terlaksana sementara evaluasi keperawatan hanya 26% terlaksana dan 74% tidak terlaksana sesuai dengan
standart asuhan keperawatan (SAK) dalam hal ini nampak kinarja perawat Di RSUD H. Sahudin Kutacane
sangat rendah dan kinerja ini sangat erat hubunganya dengan kepuasan kepuasan pasien, yang akan
berdampak dengan mutu pelayanan Di RSUD H. Sahudin Kutacane itu sendiri.

TINJAUAN TEORITIS
Dokumentasi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang rumit dan sangat beragam serta
memerlukan waktu yang cukup banyak mencapai 35-40 menit, hal ini dikarenakan seringnya perawat
melakukan pencatatan yang berulang-ulang atau duplikatif, dalam hal ini komponen dalam dokumentasi
keperawatan berisi tentang data keadaan pasien yang dilihat tidak saja dari tingkat kesakitan akan tetapi
juga dilihat dari jenis, kualitas dan kuantitas dari layanan yang telah diberikan perawat dalam memenuhi
kebutuhan pasien (Ali, 2010).

KOMUNIKASI SBAR
Komunikasi SBAR adalah alat komunikasi dalam melakukan identifikasi terhadap pasien sehingga
mampu meningkatkan kemampuan komunikasi antara perawat, pasien dan dokter, perawat bekerja lebih
cepat dan mengkomunikasikan masalah dengan jelas serta dapat memberi kesempatan
menyampaikan saran kolaborasi, dengan ini keselamatan pasien dan kepuasan pasien akan lebih di
utamakan, dalam hal ini SBAR di gunakan sebagai alat komunikasi yang spesifik dari model yang harus
disesuaikan ke konteks yang relevan (Ko CH, Turner, & Finnigan, 2011).

Kepuasan Pasien
Depkes RI Tahun 2005 (dalam Nursalam; 2011) juga menyebutkan bahwa kepuasan pasien
berhubungan dengan mutu pelayanan rumah sakit. Dengan mengetahui tingkat kepuasan pasien,
manajemen rumah sakit dapat melakukan peningkatan mutu pelayanan. Memberikan kepuasan kepada
pasien hanya dapat diperoleh kalau perusahaan memperhatikan apa yang diinginkan oleh pasien.

METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan deskriptif korelatif dengan pendekatan potong silang (cross
sectional) untuk melihat mana yang lebih dominan berhubungan antara penerapan komunikasi SBAR dan
pengembangan pendokumentasian dengan kepuasan pasien (Notoatmojdo, 2010)., Pendekatan yang
digunakan dalam Quashi Eksperimental dengan menggunakan Pre dan post test without control dimana
pada desain ini peneliti hanya melakukan intervensi pada kelompok pembanding (Dharma, 2013). Penelitian
dilaksanakan Di RSUD H. Sahudin Kutacane dengan pertimbangan Di RSUD H. Sahudin Kutacanesatu
satunya rumah sakit pemerintah yang berada di Kabupaten Langkat. Peneliti melakukan survey awal
ditemukan bahwa perawat Di RSUD H. Sahudin Kutacanetidak menerapkan komunikasi SBAR dan

7
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 3 No.2 April 2019

Pengembangan Dokumentasi Asuhan Keperawatan yang akan berdampak kepada kepuasan pasien, Waktu
penelitian dilaksanakan Februari sampai Juni pada tahun 2017.

HASIL PENELITIAN
Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Hubungan penerapan komunikasi dan pengembangan pendokumentasia asuhan keperawatan dengan
kepuasan pesien menggunakan uji regresi logistik. Koefisien determinasi ini digunakan untuk mengetahui
seberapa besar hubungan variabel-variabel bebas memiliki hubungan terhadap variabel terikatnya. Dari hasil
analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan pasien menunjukkan nilai R (kekuatan pengaruh)
0,892a dan koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,084. Hal ini berarti seluruh variabel bebas yakni
penerapan komunikasi dan pengembangan pendokumentasia asuhan mempunyai kontribusi terhadap
kepuasan pasien.
Tabel 11. Hasil Koefisien Determinasi

Model Summary
Model R R sguare Adjusted R sguare Std. error Of the estimate

1 , 892a ,084 ,054 ,425


a. Predictors:(Constant), Komunikasi SBAR
Uji Parsial (Uji t)
Variabel yang paling dominan memengaruhi kepuasan pasien adalah variable penerapan
komunikasi nilai α > Sig (nilai α (0,05) > Sig (0,002) dan nilai t hitung sebesar 3,173, dan pengembangan
pendokumentasia asuhan keperawatan dengan nilai α > Sig (nilai α (0,05) > Sig (0,035) dan nilai t hitung
sebesar 0,587. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel penerapan komunikasi dan
pengembangan pendokumentasia asuhan keperawatanyang paling dominan berhubungan dengan
kepuasan pasien Di RSUD H. Sahudin Kutacane adalah penerapan komunikasi SBAR perawat.
Tabel 13. Hasil Uji Parsial (Uji t)

Coefficientsa
Model Unstandrdized Standardized t Sig
Coefficients Coefficients
B Std. Beta
Error
1. (Constant) 1,482 ,467 ,107 3,173 ,002
Komunikasi SBAR
2. Pendokumentasian ,280 ,477 ,250 ,587 ,035
Asuhan Keperawatan

a. Dependent Variable: Kepuasan Pasien

8
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 3 No.2 April 2019

PEMBAHASAN.
Hasil yang di dapat menggunakan uji regresi logistik, dari hasil analisis faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepuasan pasien menunjukkan nilai R (kekuatan pengaruh) 0,892 a dan koefisien
determinasi (R Square) sebesar 0,084. Hal ini berarti seluruh variabel bebas yakni penerapan komunikasi
dan pengembangan pendokumentasia asuhan mempunyai kontribusi terhadap kepuasan pasien dan Hasil
perhitungan Uji F ini dapat dilihat pada tabel berikut yaitu penerapan komunikasi dan pengembangan
pendokumentasia asuhan keperawatan dengan kepuasan pasien dengan nilai F hitung = 2,824 dengan
signifikansi sebesar 0,043 < 0,05 (5%). Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa variabel penerapan
komunikasi dan pengembangan pendokumentasia asuhan keperawatan mempunyai hubungan yang
signifikan terhadap kepuasan pasien dinyatakan diterima.
Hasil uji t pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa variabel yang paling dominan memengaruhi
kepuasan pasien adalah variable penerapan komunikasi nilai α > Sig (nilai α (0,05) > Sig (0,002) dan nilai t
hitung sebesar 3,173, dan pengembangan pendokumentasia asuhan keperawatan dengan nilai α > Sig (nilai
α (0,05) > Sig (0,035) dan nilai t hitung sebesar 0,587. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel
penerapan komunikasi dan pengembangan pendokumentasia asuhan keperawatanyang paling dominan
berhubungan dengan kepuasan pasien Di RSUD H. Sahudin Kutacane adalah penerapan komunikasi SBAR
perawat.
Hal ini dibuktikan oleh penelitian Sudresti, Nyoman, 2015 di Ruang Ratna RSUP Sanglah Denpasar,
dengan hasil pelaksanaan metode komunikasi SBAR kriteria cukup menempati urutan tertinggi yaitu
sebanyak 4 responden (50%) dengan komponen situation tertinggi yaitu 39,53% dan komponen terendah
yaitu background yaitu 10,47% Dengan hubungan yang kuat dan arah korelasi hubungan positif dengan p
value sebesar 0,032
Hasil penelitian Ika Dewi Kartika 2013 juga menunjukkan bahwa nilai Sig.= 0,00 dengan koefisien
korelasi = 0,694. Maka diketahui nilai Sig.< α. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak maka H1 diterima,
Maka ada Hubungan Komunikasi Antar pribadi Perawat Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien RSIA Pertiwi
Makassar, dengan pengaruh yang kuat, karena korelasi 0,694 pada α = 0,01. Pelayanan keperawatan di
Rumah Sakit memberikan pelayanan kepada pasien sesuai dengan keyakinan profesi dan standar yang
ditetapkan yang bertujuan untuk pelayanan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pasien.
Perawat diharapkan perannya untuk selalu berada di samping tempat tidur klien, siap setiap saat
ketika diperlukan, cepat tanggap terhadap berbagai keluhan, dan turut melaksanakan apa yang klien sedang
alami. pasien menginginkan perawat yang melayaninya memiliki sikap baik, murah senyum, sabar, mampu
berbahasa yang mudah difahami.(Meyers & Gray, 2001). .
Untuk dapat melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik seorang perawat perlu memiliki
kemampuan untuk (1) berhubungan dengan klien dan keluarga, serta berkomunikasi dengan anggota tim
kesehatan lain; (2) mengkaji kondisi kesehatan klien baik melalui wawancara, pemeriksaan fisik maupun
menginterpretasikan hasil pemeriksaan penunjang; (3) menetapkan diagnosis keperawatan dan memberikan
tindakan yang dibutuhkan klien; (4) mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan serta
menyesuaikan kembali perencanaan yang telah dibuat. Dalam hal ini memang yang utama adalah
komunikasi yang baik baik antar tim, dokter, pasien dan juga keluarga pasien itu sendiri.

9
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 3 No.2 April 2019

KESIMPULAN DAN SARAN


1. Sebelum dilakukan intervensi hasil penerapan komunikasi SBAR dan pengembangan dokumentasi
asuhan keperawatan tidak baik dan kepuasan pasien menurun Di RSUD H. Sahudin Kutacane.
2. Setelah dilakukan intervensi hasil penerapan komunikasi SBAR dan pengembangan dokumentasi
asuhan keperawatan baik dan kepuasan pasien meningkat Di RSUD H. Sahudin Kutacane.
3. Ada hubungan penerapan komunikasi SBAR dan pengembangan dokumentasi asuhan
keperawatan terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana Di RSUD H. Sahudin Kutacane.
4. Hubungan yang paling dominan antara penerapan komunikasi SBAR dan pengembangan
dokumentasi asuhan keperawatan dengan kepuasan pasien adalah penerapan komunikasi SBAR

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. 2010. Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. EGC. Jakarta

Depkes, R.I. 1997.Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.

Ko CH, H., Turner, T. J., & Finnigan, M. A. (2011). Systematic review of safety checklists for use by medical
care teams in acute hospital setting - limited evidence of effectivnes. BMC Health Services Research,
11:211.

Marjani Farida (2015):Pengaruh Dokumentasi Timbang Terimapasien Dengan Metode Situation


Background Assessment Recomendation (Sbar) Terhadapinsiden Keselamatan Pasien Di
Ruangmedikal Bedah Rs. Panti waluyosurakarta.https://www.scribd.com/document/31837
402/SBAR.

Muninjaya, Gde AA, 2013, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Jakarta, EGC.

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta :
Salemba Medika

Novac, K., & Fairchild, R. (2012). Bedside reporting and SBAR: Improving patient communication and
satisfaction. . Journal of Pediatric Nursing, 27, 760 -762.

Notoatmodjo, S. (2010). Pengantar Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta,Andi offset, 2003.

10

You might also like