Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAN FRAKSI BIJI

PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP BAKTERI


Propionibacterium acnes
Antibacterial Activity Test Of Extract And Fraction Of Bitter Gourd (Momordica
charantia L.) Seed Against Propionibacterium acnes
1
Feresta Riferty, 2Endah Rismawati Eka Sakti, 3Undang Ahmad Dasuki
1
Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung,
Jl. Tamansari No.1 Bandung 40116
email: 1ferestariferty@yahoo.com, 2endah.res@gmail.com, 3undangdasuki@gmail.com

ABSTRACT

Bitter gourd (Momordica charantia L.) seeds is known to have efficacy in treating skin diseases, one of
which is acne. This study aimed to determine the potency of antibacterial activity, minimum inhibitory
concentration (MIC) and equality with comparator. The extraction process was carried out by
maceration method using ethanol 96%, then fractionation was performed by using liquid-liquid
extraction. The antibacterial activity of extract and fractions of bitter gourd seed against
Propionibacterium acnes were done by agar diffusion method. The results showed that the extract and
other fractions of bitter gourd seeds gave antibacterial activity against Propionibacterium acnes. The
extract and three fractions of bitter gourd seeds inhibited the growth of Propionibacterium acnes at
concentrations of 40%, 50% and 60%. The value of MIC of the extract was 30% with an 8,9 mm inhibit
zone. At concentration of 40%, the fraction of ethyl acetate of bitter gourd seeds gave the highest activity
in inhibiting Propionibacterium acnes compared to extract and other fractions. When it is compared with
clindamycin as comparison, 1 mg of bitter gourd seed extract is equivalent to 0,80 μg clindamycin.

Keywords: Bitter gourd seed, Momordica charantia L., Antibacterial, Propionibacterium acnes

ABSTRAK

Biji pare (Momordica charantia L.) diketahui memiliki khasiat dalam mengobati penyakit kulit, salah
satunya jerawat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan potensi aktivitas antibakteri, konsentrasi
hambat minimum (KHM) dan kesetaraan dengan pembanding. Proses ekstraksi dilakukan dengan cara
maserasi menggunakan pelarut etanol 96%, dilanjutkan dengan fraksinasi menggunakan ekstraksi cair-
cair. Aktivitas antibakteri ekstrak dan fraksi biji pare terhadap Propionibacterium acnes dilakukan
dengan metode difusi agar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak dan fraksi biji pare memiliki
aktivitas antibakteri terhadap Propionibacterium acnes. Ekstrak dan ketiga fraksi biji pare menghambat
pertumbuhan Propionibacterium acnes pada konsentrasi 40%, 50% dan 60%. Nilai KHM dari ekstrak
diperoleh 30% dengan zona hambat 8,9 mm. Pada konsentrasi 40%, fraksi etil asetat biji pare
memberikan aktivitas paling tinggi dalam menghambat Propionibacterium acnes dibandingkan ekstrak
serta fraksi lainnya. Dibandingkan dengan klindamisin, 1mg ekstrak biji pare setara dengan 0,80 µg
klindamisin.

Kata Kunci: Biji pare, Momordica charantia L., antibakteri, Propionibacterium acnes

1. PENDAHULUAN dengan adanya papul, pustul, nodul dan


kista. Penyebaran jerawat terutama pada
Jerawat atau Acne vulgaris
muka dan sedikit pada punggung, dada
adalah suatu penyakit kulit yang sering
dan bahu (Zaenglein et al., 2012: 897-
terjadi pada masa remaja diakibatkan
900). Faktor lain penyebab terjadinya
produksi kelenjar minyak secara
jerawat selain peningkatan produksi
berlebihan yang menyebabkan saluran
sebum adalah peluruhan keratinosit,
folikel pilosebasea tersumbat sehingga
menimbulkan peradangan yang ditandai
pertumbuhan bakteri dan inflamasi suku Cucurbitaceae, yang sudah
(Athikomkulchai et al., 2008: 109). lama digunakan sebagai
makanan dan obat, terutama
Prevalensi jerawat pada
bagian buahnya. Buah pare
masa remaja cukup tinggi, yaitu
berkhasiat untuk mengobati
berkisar antara 47-90%.
demam, infeksi cacing, batuk,
Munculnya jerawat pada
luka, bisul, sembelit, malaria
perempuan lebih awal daripada
dan sifilis. Kandungan pada
laki-laki karena masa pubertas
buah pare adalah saponin,
perempuan umumnya lebih dulu
flavonoid, steroid/triterpenoid,
daripada laki-laki (Cunliffe and
asam fenolat, alkaloid, vitamin
Gollnick, 2001). Perempuan ras
A, B dan C. Bagian lain dari
Afrika, Amerika dan Hispanik
pare yaitu daun, berkhasiat
memiliki prevalensi jerawat
untuk mengobati demam, batuk,
yang tinggi, yaitu 37% dan 32%,
malaria, disentri, rematik dan
sedangkan perempuan ras Asia
sariawan (Subahar, 2004: 11-
hanya mencapai 30%, Kaukasia
12). Kandungan pada daun pare
24% dan India 23% (Perkins et
adalah momordisin, momordin,
al., 2011: 1056).
resin, saponin, vitamin A dan C
Pengobatan jerawat yang (Depkes RI, 1989: 356).
masih sering digunakan salah
Selain buah dan daun,
satunya adalah antibiotik.
bagian lain dari tanaman pare
Namun antibiotik memiliki efek
yang masih bisa dimanfaatkan
samping dan reaksi toksik dalam
sebagai obat adalah biji pare.
penggunaannya, antara lain
Ekstrak biji pare dapat
iritasi, reaksi alergi dan
mengobati penyakit kulit. Hal
penggunaan jangka panjang
ini telah ditunjukkan oleh
dapat menimbulkan resistensi
beberapa penelitian sebelumnya,
serta hipersensitivitas
diantaranya penelitian mengenai
(Wattimena dkk., 1991: 31).
adanya kandungan metabolit
Trend back to nature salah
sekunder seperti alkaloid,
satunya menggunakan tanaman
saponin dan
tradisional, akhir-akhir ini
monoterpen/sesquiterpen dari
banyak dipilih oleh masyarakat
biji pare yang memiliki efek
untuk mengobati berbagai
antibakteri terhadap
penyakit dibandingkan obat
Staphylococcus aureus dengan
sintetis yang dapat menimbulkan
daya hambat yang lemah (<6
efek samping. Beberapa
mm) (Pujianti, 2016: 1).
tanaman telah digunakan untuk
Penelitian lain juga
pengobatan tradisional
menunjukkan aktivitas
mengobati jerawat, diantaranya
antibakteri dengan daya hambat
lidah buaya, mimba, kunyit dan
kuat (11-20 mm) terhadap S.
teh (Nasri et al., 2015: 5).
aureus dan S. epidermidis
Salah satu tanaman yang dengan diameter zona hambat 19
telah banyak dikenal dan mm dan 17 mm (Ahmad et al.,
digunakan secara luas oleh 2014: 87).
masyarakat Indonesia adalah
Berdasarkan paparan
pare (Momordica charantia L.).
diatas, ekstrak biji pare memiliki
Pare merupakan bagian dari
aktivitas antibakteri terhadap S.
aureus dan S. epidermidis penguap, pipet tetes, spatel,
sebagai penyebab gangguan tabung reaksi, rak tabung reaksi,
pada kulit. Jenis bakteri lain batang pengaduk, gelas ukur,
yang dapat menyebabkan corong kaca, hot plate,
gangguan pada kulit adalah mikroskop, labu bundar, alat
Propionibacterium acnes yang destilasi, bejana maserasi, batu
diketahui merupakan penyebab didih, mortar, stamper, krus
dari jerawat, namun sejauh ini porselen, oven, desikator,
penelitian terkait aktivitas piknometer, alat Rotary Vacuum
antibakteri ekstrak maupun Evaporator, gelas kimia, corong
fraksi biji pare terhadap P. pisah, vial, cawan petri, pipet
acnes belum diketahui. Oleh ukur, labu erlenmeyer, magnetik
karena itu, pada penelitian ini stirer, alat autoklaf, jarum ose,
akan dilakukan pengujian spektrofotometer UV-Vis,
aktivitas antibakteri terhadap P. bunsen, perforator, jangka
acnes sebagai salah satu bakteri sorong, alat vortex, mikropipet,
penyebab jerawat. Adapun pinset dan inkubator.
rumusan masalah pada Bahan yang digunakan
penelitian ini adalah apakah dalam penelitian ini adalah
ekstrak dan fraksi biji pare simplisia biji pare (Momordica
memiliki potensi antibakteri charantia L.), asam klorida,
terhadap P. acnes, berapa nilai asam nitrat, asam asetat
Konsentrasi Hambat Minimum anhidrat, natrium klorida,
ekstrak biji pare dan berapa nilai kalium iodida, akuades, merkuri
kesetaraan ekstrak biji pare iodida, serbuk magnesium, amil
terhadap pembanding. alkohol, natrium hidroksida,
Penelitian ini bertujuan gelatin 1%, larutan steasny,
untuk menentukan potensi natrium asetat, besi (III) klorida,
aktivitas antibakteri ekstrak dan eter, vanilin 10%, asam sulfat
fraksi biji pare terhadap P.acnes, pekat, n-heksana, I2KI,
menentukan nilai Konsentrasi floroglusinol, kloralhidrat,
Hambat Minimum (KHM) dan etanol 96%, etanol 95%, etanol
menentukan nilai kesetaraan 70%, toluen, kloroform, etil
ekstrak biji pare terhadap asetat, metanol, n-heksana,
pembanding. Penelitian ini BaCl2, Tryptocase Soy Agar
diharapkan dapat memberikan (TSA), Trypticase Soy Broth
informasi ilmiah kepada (TSB), Propionibacterium
masyarakat mengenai potensi acnes ATCC 11827,
antibakteri biji pare terhadap P. klindamisin, plat silika gel
acnes, sehingga dapat GF254, kapas berlemak dan
dimanfaatkan sebagai alternatif alumunium foil.
obat jerawat alami. Penelitian ini dilakukan
di Laboratorium Riset Prodi
2. METODE PENELITIAN Farmasi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Alat yang digunakan
Universitas Islam Bandung.
dalam penelitian ini adalah
Jenis penelitian ini
neraca analitik, lemari
menggunakan metode
pengering, termometer, cawan
eksperimental. Biji pare yang
digunakan pada penelitian ini, aktivitas antibakteri dengan zona
diambil dari buah pare segar hambat paling tinggi.
yang berasal dari Perkebunan di
desa Cipageran Kota
Administratif Cimahi, 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
selanjutnya dideterminasi di Penyiapan Bahan dan
Herbarium Bandungense, Determinasi Tanaman
Sekolah Ilmu dan Teknologi
Hayati (SITH), Institut Biji pare diperoleh dari
Teknologi Bandung. buah pare (Momordica
charantia L.) yang berasal dari
Rangkaian tahap penelitian Perkebunan di desa Cipageran
meliputi pengumpulan bahan, uji Kota Administratif Cimahi.
makroskopik dan mikroskopik serta Buah pare yang dipanen adalah
pembuatan simplisia kering. Penapisan buah yang biasa dikonsumsi
fitokimia meliputi pemeriksaan oleh masyarakat dengan umur
golongan alkaloid, flavonoid, saponin, 3,5 bulan. Hasil determinasi
kuinon, tanin, polifenolat, menunjukkan bahwa bahan yang
monoterpen/seskuiterpen serta digunakan pada penelitian ini
steroid/triterpenoid. Evaluasi parameter adalah Momordica charantia L.
simplisia non spesifik dilakukan dengan yang berasal dari suku
penetapan susut pengeringan, penetapan Cucurbitaceae, secara umum
kadar air dan penetapan kadar abu, dikenal sebagai tanaman pare.
sedangkan parameter spesifik meliputi
uji organoleptik, mikroskopik simplisia Pemeriksaan Makroskopik
dan penetapan kadar sari larut dalam Hasil pemeriksaan
pelarut tertentu. Proses ekstraksi makroskopik menunjukkan
dilakukan dengan metode maserasi bahwa biji pare berbentuk bulat
menggunakan pelarut etanol, memanjang, bagian ujung
selanjutnya pemekatan ekstrak dengan membulat, bagian pangkal
rotary vacuum evaporator, kemudian runcing, cembung, warna kuning
karakterisasi ekstrak dan pemantauan sampai coklat, permukaan licin
ekstrak dengan KLT. Karakterisasi dan menebal pada bagian tepi
ekstrak terdiri dari penapisan fitokimia biji, tekstur keras, ukurannya
dan penetapan parameter spesifik kecil dengan panjang biji 1,2 -
meliputi organoleptik dan non spesifik 1,25 cm, lebar biji 0,7 - 0,8 cm,
meliputi penetapan bobot jenis. dan tebal biji 0,25 - 0,3 cm.
Kemudian dilakukan pengujian aktivitas
antibakteri terhadap ekstrak melalui Pemeriksaan Mikroskopik
penentuan zona hambat dan uji KHM Hasil pemeriksaan
dengan metode difusi agar mikroskopik pada biji pare segar
menggunakan cara sumuran. terlihat penampang melintang
Selanjutnya dilakukan fraksinasi yang terdapat kutikula, jaringan
terhadap ekstrak menggunakan metode palisade, lapisan sel batu,
Ekstraksi Cair-Cair menggunakan tiga parenkim kulit biji, parenkim
pelarut yang berbeda dan dilakukan keping biji dan tetes minyak.
kembali pengujian aktivitas antibakteri Hasil pemeriksaan mikroskopik
terhadap ketiga fraksi, untuk serbuk simplisia biji pare
menentukan fraksi yang memiliki menunjukkan adanya fragmen
pengenal seperti tetes minyak,
jaringan palisade dengan simplisia sebanyak 58,94%.
kutikula, parenkim keping biji Sedangkan ekstrak etanol biji
dengan tetes minyak, lapisan sel pare yang dihasilkan sebanyak
batu dan parenkim kulit biji. 63,1532 g sehingga diperoleh
Hasil pengamatan tersebut rendemen ekstrak sebanyak
sesuai dengan pustaka buah pare 12,63%.
(Depkes RI, 1989: 87-88). Penapisan Fitokimia
Pembuatan Serbuk Simplisia Penapisan fitokimia
dilakukan untuk
Preparasi simplisia biji
mengidentifikasi kandungan
pare (Momordica charantia L.)
metabolit sekunder yang
dilakukan mulai dari tahap
terkandung dalam simplisia dan
pengumpulan bahan, sortasi
ekstrak biji pare. Dari data hasil
basah, pencucian, pengeringan
penapisan fitokimia simplisia
hingga sortasi kering. Hasil
dan ekstrak etanol biji pare
penelitian diperoleh simplisia
diketahui mengandung alkaloid,
kering sebanyak 633,68 g dari
saponin, steroid dan
1,7508 kg simplisia basah,
monoterpen/sesquiterpen.
sehingga diperoleh rendemen

Tabel 1. Hasil Penapisan Fitokimia Simplisia dan Ekstrak Biji Pare

Golongan Senyawa Simplisia Ekstrak

Alkaloid + +
Flavonoid - -
Tanin - -
Kuinon - -
Saponin + +
Polifenolat - -
Steroid/Triterpenoid + +
Monoterpen/Sesquiterpen + +
Keterangan: (+) = terdeteksi (-) = tidak terdeteksi

Pemantauan Ekstrak KLT ekstrak etanol biji pare


Pemantauan ekstrak dilakukan menggunakan fase
dengan KLT yang bertujuan diam silika gel GF254 dan fase
untuk mengetahui gambaran gerak kloroform dan n-heksana
banyaknya komponen senyawa (8:2).
metabolit sekunder yang
terkandung dalam ekstrak. Elusi
a) b)
Gambar 1. Pemantauan KLT ekstrak etanol biji pare a) Pengamatan dibawah sinar tampak, b)
Pengamatan dibawah lampu UV 254 nm.

Berdasarkan Gambar 1. bercak Fraksinasi


tidak terlihat pada pengamatan dibawah Hasil fraksinasi diperoleh fraksi
sinar tampak, namun bercak hanya n-heksana sebanyak 2,8347 g dengan
terlihat pada pengamatan di bawah rendemen 9,27%, fraksi etil asetat
lampu UV 254 nm sebanyak 5 bercak. sebanyak 0,7354 g dengan rendemen
Nilai Rf bercak dihitung dari atas ke 2,41% dan fraksi metanol sebanyak
bawah dimana bercak pertama memiliki 6,0994 g dengan rendemen 19,96%.
nilai Rf 0,74; bercak kerdua memiliki Pengujian Aktivitas Antibakteri
nilai Rf 0,68; bercak ketiga memiliki Ekstrak dan ketiga fraksi
nilai Rf 0,48; bercak keempat memiliki dilakukan pengujian aktivitas
nilai Rf 0,28; dan bercak kelima antibakteri terhadap bakteri
memiliki nilai Rf 0,11. Propionibacterium acnes dengan
metode difusi agar cara sumuran.

Tabel 2. Hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji pare terhadap P. acnes

Diameter Zona Hambat (mm)


Sampel Konsentrasi (% b/v)
Propionibacterium acnes

40 10,2 ± 0
Ekstrak etanol 50 11 ± 0,45
60 12 ± 0,25
Klindamisin 0,1 16,5 ± 0,68
Etanol 0

Keterangan : 0 = Tidak ada diameter hambat


Diameter zona hambat ditulis dalam hasil rata-rata ± SD

Berdasarkan Tabel 2. hasil acnes. Hal ini dibuktikan dengan


pengujian aktivitas antibakteri adanya zona hambat bening disekitar
menunjukkan bahwa ekstrak biji pare sumur pada setiap ekstrak dengan
memiliki potensi aktivitas antibakteri konsentrasi 40%, 50% dan 60%.
terhadap bakteri Propionibacterium
Tabel 3. Hasil pengujian aktivitas fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi metanol biji pare

Diameter Zona Hambat (mm)


Sampel Konsentrasi (% b/v)
Propionibacterium acnes

40 9,55 ± 0,35
Fraksi n-heksana 50 10,83 ± 0,11
60 11,59 ± 0,37
40 13,1 ± 0,86
Fraksi etil asetat 50 14,5 ± 0,47
60 16,9 ± 0,84
40 8,06 ± 0,36
Fraksi metanol 50 8,76 ± 0,25
60 9,13 ± 0,49
Klindamisin 0,1 16,57 ± 0,59
Etanol 0

Hasil pengujian aktivitas menunjukkan fraksi memberikan


antibakteri ketiga fraksi biji pare aktivitas antibakteri terhadap
Propionibacterium acnes, dimana fraksi dengan fraksi lainnya yaitu diatas 13
etil asetat memiliki kekuatan daya mm pada konsentrasi 40%.
hambat yang paling kuat dibandingkan

Tabel 4. Hasil pengujian KHM ekstrak etanol biji pare terhadap Propionibacterium acnes

Diameter Zona Hambat (mm)


Sampel Konsentrasi (% b/v)
Propionibacterium acnes

20 0
25 0
Ekstrak etanol
30 8,9 ± 0,86
35 9,73 ± 0,89

Hasil pengujian KHM Propionibacterium acnes yaitu


menunjukkan bahwa konsentrasi konsentrasi 30% dengan diameter zona
terendah dari ekstrak biji pare yang hambat sebesar 8,9 mm.
dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Tabel 5. Hasil pengujian aktivitas klindamisin terhadap Propionibacterium acnes

Konsentrasi Konsentrasi Diameter Zona Hambat (mm)


Log C
Klindamisin (%) Klindamisin (ppm) Propionibacterium acnes

0,1 1000 3 16,21 ± 1,00


0,08 800 2.90 13,84 ± 0,84
0,06 600 2.78 12,74 ± 1,66
0,04 400 2.60 11,42 ± 0,52

Berdasarkan Tabel 5. terdapat pada konsentrasi paling rendah


konsentrasi klindamisin yang yaitu 0,04%. Kemudian dibuat kurva
memberikan diameter zona hambat antara log konsentrasi dengan diameter
paling besar yaitu 0,1% sedangkan hambat ekstrak biji pare terbesar.
diameter zona hambat paling kecil

Kurva Klindamisin antara Log Konsentrasi


Terhadap
18 Diameter Hambat
16
14 f(x) = 11.3 x − 18.33
Diameter hambat

12 R² = 0.92
10
8
6
4
Linear ()
2
0
2.55 2.60 2.65 2.70 2.75 2.80 2.85 2.90 2.95 3.00 3.05
Log konsentrasi

Gambar 2. Kurva aktivitas klindamisin terhadap Propionibacterium acnes

Berdasarkan kurva diatas, nilai pare setara dengan 0,80 µg klindamisin,


kesetaraan aktivitas 1 mg ekstrak biji sehingga ekstrak etanol biji pare
memiliki potensi sebagai antibakteri yang lebih rendah jika dibandingkan
dengan antibiotik klindamisin.

4. KESIMPULAN asuwan,P.,Karnsomkiet, P., Sae-


Jong, P., Ruangrungsi, N.
Hasil penelitian yang
(2008). ‘The Development of
telah dilakukan menunjukkan
Anti-Acne Products from
bahwa ekstrak etanol dan fraksi
Eucalyptus globulus and
biji pare memiliki aktivitas
Psidium guajava Oil’, Health
antibakteri terhadap bakteri
Res Journal, 22(3): 109-113.
Propionibacterium acnes.
Aktivitas antibakteri ekstrak dan Cunliffe, W. J. and Gollnick, H. P. M.
ketiga fraksi dapat dilihat dari (2001). Clinical features of acne.
zona hambat pada konsentrasi In: Cunliffe, W. J. and Gollnick,
40%, 50% dan 60%. Ekstrak biji H. P. M., (eds). Acne diagnosis
pare memiliki aktivitas and management. Martin Dunitz
antibakteri dengan nilai KHM Ltd, London, pp: 49-68.
pada konsentrasi 30%. Fraksi
Departemen Kesehatan Republik
etil asetat biji pare memiliki Indonesia. (1989). Materia
diameter zona hambat yang Medika Indonesia. Jilid V.
lebih besar dibandingkan fraksi Direktorat Jendral Pengawasan
n-heksana dan fraksi metanol. Obat dan Makanan, Jakarta.
Penentuan kesetaraan aktivitas
antibakteri ekstrak etanol biji Nasri, H., Bahmani, M., Shahinfard, N.,
pare terhadap klindamisin Nafchi, A. M., Saberianpour, S.
diperoleh nilai kesetaraan and Kopaei, M. R. (2015).
aktivitas 1 mg ekstrak etanol biji ‘Medicinal Plants for the
pare setara dengan 0,80 µg Treatment of Acne Vulgaris: A
klindamisin. Review of Recent Evidences’
Jundishapur J Microbiol, 8(11):
255- 280.
5. UCAPAN TERIMAKASIH
Perkins, A.C., Cheng, C.E., Hillebrand,
Terimakasih banyak G.G., Miyamoto, K., Kimball,
kepada dosen pembimbing, orang A. B. (2011). ‘Comparison of
tua tercinta dan teman-teman the epidemiology of acne
seperjuangan yang telah turut vulgaris among Caucasian,
membantu serta mendukung Asian, Continental Indian and
selesainya penelitian ini hingga African American women’, J
akhir. Eur Acad Dermatol Venerol.
25(9): 1054-1060.
DAFTAR PUSTAKA Pujianti, E. (2016). Perbedaan
Efektivitas Ekstrak Biji Pare
Ahmad, K., Shireen, F., Mehreen and
(Momordica charantia L.)
Bahar, S. (2014). Phytochemical
Sebagai Antibakteri Terhadap
and Medicinal Investigations of
Staphylococcus aureus dan
Momordica charantia, Society
Shigella dysenteriae Secara In
for Plant Research, 27(1):86-89.
Vitro dengan Metode difusi
Athikomkulchai,S.,Watthanachaiyingch [Abstract], Fakultas Kedokteran
aroen,R.,Tunvichien,S.,Vayumh UPN Veteran Jakarta, Jakarta.
Subahar, T. S. (2004). Khasiat dan
Manfaat Pare: si pahit
pembasmi penyakit. Cetakan
Pertama. AgroMedia Pustaka,
Jakarta.
Wattimena, J. R., Sugiarso, N. C.,
Widianto, M. B., Sukandar, E.
Y., Soemardji, A. A., Setiadi, A.
R. (1991). Farmakodinamika
dan Terapi Antibiotik, Gadjah
Mada University Press,
Yogyakarta.
Zaenglein, A. L., Graber, E. M., and
Thiboutot, D. M. (2012). Acne
vulgaris and acneiform eruption.
In: Goldsmith, L. A., Katz, S. I.,
Gilchrest, B. A., Paller, A. S.,
Leffell,D.J., Wolff,K.(Editors):
Fitzpatrick’s Dermatology In
General Medicine, Eighth
Edition, Volume One. McGraw-
Hill, New York, pp: 897-917.
Zainab, Gunanti, F., Astuti, H.,
Witasari, Edityaningrum, C. A.,
Mustofa dan Murrukmihadi, M.
(2016). Penetapan Parameter
Standarisasi Non Spesifik
Ekstrak Etanol Daun Belimbing
Wuluh (Averrhoa bilimbi L.).
Prosiding Rakernas dan
Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia, e-
ISSN: 2541-0474

You might also like