Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Hubungan antara Persepsi Dukungan Sosial dengan

Tingkat Kecemasan pada Penderita Leukemia

Yatni Amylia
Endang Surjaningrum
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Abstract.
The purpose of this study was to empirical examine there is significant correlation between per-
ceived social support and anxiety among leukemia. Anxiety is a feeling of uneasiness whose felt
someone causes fear or worry about any threat or danger is coming. Restless is an expression
of unpleasant emotions experienced by someone with a different level. Perceived social support
is positive or negative assessment of the presence social support which organized as emotional
support, informative support, esteem support, and instrumental support. Participants were 56
patients with leukemia who were outpatient at RSU Dr. Soetomo Surabaya. The sampling tech-
nique used was purposive sampling. Data collection devices are questionnaire perceived social
support scale and anxiety scale developed by researcher. The reliability of the perceived social
support scale is 0,911 and the reliability of anxiety scale is 0,868. Data analysis was performed
using the statistical technique of non-parametric correlation Speraman’s rho, with SPSS 16.0
for windows. Result showed that correlation significant between perceived social support and
anxiety was p = 0,100 and correlation coefficient ρ = -0,342. It showed that there is a significant
negative correlation between perceived social support and anxiety among leukemias, which is
positive or higher perceived social support that the lower levels of anxiety, conversely.

Key word: Perceived Social Support; Anxiety; Leukemia.

Abstrak.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris ada atau tidaknya hubungan antara per-
sepsi dukungan sosial dengan tingkat kecemasan pada penderita leukemia. Kecemasan yang
dimaksud adalah perasaan gelisah yang dirasakan oleh seseorang karena takut atau khawatir
terhadap adanya ancaman atau bahaya yang datang. Gelisah merupakan ungkapan emosi yang
tidak menyenangkan dialami oleh seseorang dengan tingkat yang berbeda-beda. Persepsi du-
kungan sosial adalah penilaian positif atau negatif akan hadirnya dukungan sosial yang berupa
dukungan emosional, dukungan informatif, dukungan penghargaan, dan dukungan isntrumen-
tal. Penelitian ini dilakukan pada 56 pasien leukemia yang sedang melakukan rawat jalan di
RSU Dr. Soetomo Surabaya. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Alat
pengumpul data berupa kuesioner skala persepsi dukungan sosial dan skala kecemasan yang
disusun oleh peneliti. Reliabilitas skala persepsi dukungan sosial adalah 0,911 dan reliabilitas
skala kecemasan adalah 0,868. Analisis data dilakukan menggunakan teknik statistik korelasi

Korespondensi:
Yatni Amylia, e-mail: amyamylia102@gmail.com
Endang Surjaningrum, e-mail: endang.surjaningrum@psikologi.unair.ac.id
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 79


Vol. 03 No. 02, Agustus 2014
Hubungan Antara Persepsi Dukungan Sosial dengan Tingkat Kecemasan pada Penderita Leukemia

non-parametrikSperaman’s rho, dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Berdasar-
kan hasil analisis data penelitian diperoleh nilai korelasi antara persepsi dukungan sosial den-
gan kecemasan sebesar p = 0,100 dan nilai koefisien korelasi ρ = -0,342. Hasil analisis tersebut
menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara persepsi dukungan sosial
dengan tingkat kecemasan pada penderita leukemia, yang mana semakin positif/ tinggi per-
sepsi dukungan sosial maka tingkat kecemasan akan semakin rendah, begitupula sebaliknya.

Kata kunci : Persepsi Dukungan Sosial; Kecemasan; Leukemia.

PENDAHULUAN sumsum tulang, tranfusi sel darah merah atau


mengkonsumsi obat-obatan. Dampak dari pen-
Leukemia merupakan salah satu jenis pe- anganan penyakit kanker, yaitu kerusakan pada
nyakit kanker yaitu kanker darah yang tergolong beberapa bagian tubuh akibat dari proses radiasi
dalam penyakit kronis. Leukemia salah satu jenis atau obat-obatan yang digunakan untuk mem-
kanker yang banyak diderita oleh anak-anak den- bunuh sel kanker dapat menyebabkan penderita
gan prevalensi 2,8 dari 100.000. Pada tahun 2000, menjadi merasa tertekan atau stres (Burish, 1987).
terdapat sekitar 256.000 anak dan dewasa di se- Dalam penelitian yang dilakukan oleh
luruh dunia menderita penyakit sejenis leukemia, Maeland & Havick, 1987; Marks dkk, 1986 (dalam
dan 209.000 orang diantaranya meninggal karena Taylor, 1991) menyatakan bahwa kecemasan yang
penyakit tersebut, hampir 90% dari semua pen- dialami penderita penyakit kronis dapat ditu-
derita yang terdiagnosa adalah dewasa. Pada ta- runkan dengan adanya dukungan sosial. Dukun-
hun 2006 jumlah penderita leukemia rawat inap gan sosial diperlukan dalam menurunkan stres
di Rumah Sakit di Indonesia sebanyak 2.513 orang yang dapat memicu kecemasan yang dialami
(Lumban, 2010). pasien. Pasien yang menerima dukungan sosial
Individu yang menderita penyakit kronis yang tinggi menunjukkan prognosa dan penye-
seperti leukemia, secara langsung maupun tidak suaian yang lebih baik (Bootzin, dkk, 1983). Na-
langsung juga mengalami gangguan pada kon- mun, penerimaan dukungan sosial tergantung
disi psikologisnya, disebut dengan psikofisiologis pada interpretasi pasien terhadap dukungan sos-
yang berarti bahwa psike atau pikiran memiliki ial tersebut. Interpretasi dukungan sosial terjadi
efek terhadap tubuh begitupula sebaliknya (Davi- karena adanya proses persepsi.
son, 2006). Taylor (1988) ketika individu didiag- Pasien yang mempersepsi dukungan so-
nosis penyakit kronis, ia akan mengalami keadaan sial yang diperoleh dari lingkungan secara positif
krisis yang ditandai dengan ketidakseimbangan akan menganggap peristiwa yang dialami menjadi
kondisi fisik, sosial, maupun psikologis, yang sesuatu hal yang tidak terlalu mendatangkan stres
mengakibatkan pasien sering mengalami per- dan merasa aman serta nyaman karena merasa di-
asaan yang disorganisasi, cemas, takut, dan emosi perhatikan, dicintai dan dirinya dapat diterima di
lainnya. Terdapat tiga bentuk respon emosional lingkungan dengan baik. Sehingga, pasien dapat
yang mungkin muncul, yaitu penolakan (denial), bertahan terhadap konsekuensi penyakitnya, me-
kecemasan (anxiety), dan depresi (depression). ningkatkan harga diri, serta mempunyai perasaan
Kecemasan merupakan salah satu respon dan pemikiran yang positif terhadap dirinya send-
emosional yang sering muncul saat individu didi- iri. Namun, jika dukungan sosial yang diperoleh
agnosis menderita penyakit kronis (Lubis, 2009). dari lingkungan diinterpretasi sebagai hal yang
Kecemasan akan meningkat tidak hanya disebab- biasa saja tanpa ada respon yang positif, maka du-
kan oleh penyakit itu sendiri, tetapi juga disebab- kungan tersebut menjadi tidak efektif dan pasien
kan oleh pemeriksaan dan penanganannya. Pen- merasa tidak nyaman karena tidak dapat memba-
anganan pada penyakit leukemia dapat dilakukan las dukungan yang diberikan atau percaya bahwa
dengan cara kemoterapi, radiasi, transplantasi kontrol pribadinya dibatasi oleh dukungan sosial

80 Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental


Vol. 03 No. 02, Agustus 2014
Yatni Amylia, Endang Surjaningrum

yang diberikan. Sehingga pasien merasa dukun- kungan sosial berperan dalam meningkatkan kes-
gan tersebut seperti sebuah tuntutan yang diberi- ehatan, kesejahteraan, peningkatan produktivitas
kan kepadanya. dan pengaruh positif lainnya. Dukungan sosial
yang diberikan oleh keluarga, teman, ataupun
Leukemia, Tingkat Kecemasan, dan Persepsi lingkungan baik dalam bentuk dukungan emo-
Dukungan Sosial sional, penghargaan, instrumental, dan informa-
Telah dijelaskan sebelumnya, leukemia tif, dapat memberikan rasa aman, tenang dan me-
merupakan salah satu penyakit kronis. Leukemia ningkatkan harga diri pasien.
merupakan penyakit kanker darah yang meny- Namun, efektifitas peran dukungan sos-
erang sel-sel darah putih yang diproduksi sum- ial tersebut tergantung persepsi pasien terhadap
sum tulang (bone marrow). Penyakit leukemia dukungan sosial yang diterima. Persepsi tersebut
dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu: 1) Acute Lym- akan mempengaruhi interpretasi pasien terhadap
phoblastic Leukemia (ALL) sering terjadi pada dukungan sosial dan akan berdampak pada kon-
anak-anak sekitar 75%, 2) Chronic Lymphocytic disi fisik maupun psikologis pasien. Jika pasien
Leukemia (CLL) sangat umum pada usia dewa- mempersepsi dukungan sosial secara positif maka
sa, 3) Acute Myeloblastic Leukemia (AML) lebih dukungan sosial tersebut akan dirasakan sebagai
banyak diderita oleh orang dewasa dibanding- hal yang bermanfaat bagi diri pasien. Sebaliknya,
kan anak-anak, 4) Chronic Myelocytic Leukemia jika pasien mempersepsi dukungan sosial sebagai
(CML) umumnya terjadi pada usia dewasa yang hal yang biasa saja tanpa ada respon positif, maka
memiliki 3 fase penyakit : fase kronis, fase aksel- dukungan sosial menjadi tidak bermanfaat bagi
erasi, dan fase Crisies Blastic (Bozzone, 2009). pasien.
Pasien yang didiagnosis menderita leuke- Berdasarkan uraian diatas, peneliti be-
mia akan mengalami gangguan psikologis seperti rasumsi bahwa dengan mempersepsikan dukun-
kecemasan. Kecemasan adalah pengalaman sub- gan sosial secara positif, maka pasien akan lebih
jektif mengenai ketegangan mental yang mengge- mudah beradaptasi dengan penyakitnya, sehing-
lisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmam- ga akan berdampak pada kondisi fisik maupun
puan menghadapi masalah atau tidak adanya psikologis pasien yaitu berkurangnya kecemasan
rasa aman (Taylor, 1995). Tingkat kecemasan yang dan pasien dapat mengelola penyakitnya dengan
dirasakan setiap pasien berbeda-beda. Hal ini baik. Untuk itu peneliti ingin mengetahui ada
tergantung cara pasien dalam merespon kecema- atau tidaknya hubungan antara persepsi dukun-
san. Menurut Menurut Stuart & Sundeen (1998) gan sosial dengan tingkat kecemasan yang diala-
respon dari manifestasi cemas meliputi respon mi pasien leukemia.
fisiologis dan psikologis. Respon fisiologis meru-
pakan mekanisme adaptif dalam memelihara kes- METODE PENELITIAN
eimbangan tubuh. Mekanisme tersebut
Tipe penelitian ini adalah penelitian
mengakibatkan peningkatan fungsi sitem organ
penjelasan (explanatory research) yang menguji
vital. Sedangkan respon psikologis merupakan
hubungan antara variabel bebas (persepsi dukun-
respon yang berkaitan dengan kondisi psikologis
gan sosial) dan variabel terikat (tingkat kecema-
pasien dan dapat diamati melalui proses kognitif,
san). Metode penelitian yang digunakan adalah
tingkah laku dan afektif pasien. Kecemasan, san-
survey yang mengambil sampel dari suatu popu-
gat umum terjadi pada pasien leukemia karena
lasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
adanya rasa tidak nyaman atau rasa gelisah karena
pengumpul data.
rasa sakit atau penyakit yang dialami (Henderson,
Subyek penelitian ini adalah penderita
1990).
leukemia dengan tipe AML, CLL, dan CML yang
Dukungan sosial merupakan cara yang
sedang menjalani perawatan medis di Unit Rawat
efektif untuk mengurangi kecemasan yang di-
Jalan Poli Onkologi Satu Atap RSU Dr. Soetomo
rasakan pasien leukemia. Menurut Rook, 1985
Surabaya dan berusia dewasa ≥ 20 tahun. Sub-
(dalam Smet, 1994) dukungan sosial berfungsi
yek penelitian yang dijadikan sampel penelitian
sebagai pertalian sosial yang menggambarkan
sebanyak 56 penderita leukemia terdiri dari laki-
kualitas dari hubungan interpersonal yang akan
laki N = 28 dan perempuan N = 28 dengan rent-
melindungi individu dari konsekuensi stres. Du-
ang usia dominan antara 40-49 (N = 15) disusul

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 81


Vol. 03 No. 02, Agustus 2014
Hubungan Antara Persepsi Dukungan Sosial dengan Tingkat Kecemasan pada Penderita Leukemia

dengan rentang usia 50-59 (N = 14). Tidak banyak aitem setelah melalui uji validitas aitem. Reliabili-
penderita leukemia yang dapat bertahan lebih dari tas pada skala ini tergolong baik yaitu α = 0,911.
5 tahun yaitu lama diagnosa 5.5–7 tahun (N = 3) Skala kecemasan pada penelitian ini dis-
dan ≥ 7 tahun (N = 4). Rata-rata Pendidikan tera- usun berdasarkan teori Stuart & Sundeen (1998)
khir yang dominan adalah SMA (N = 22). Adapun yang terdiri dari dua dimensi antara lain respon
pekerjaannya sebagai wiraswasta dan ibu rumah fisiologi dan respon psikologis. Jumlah aitem pada
tangga (N = 19). skala kecemasan sebanyak 24 aitem setelah me-
Teknik sampling yang digunakan adalah lalui uji validitas aitem. Reliabilitas skala kecema-
purposive sampling dengan memilih sekelompok san tergolong baik yaitu α = 0,868.
subyek yang dijadikan sampel berdasarkan ciri- Karakteristik demografis juga disajikan
ciri atau sifat-sifat tertentu. dalan kuesioner penelitian, diantaranya: jenis
Alat pengumpulan data yang digunakan kelamin, usia, lama diagnosa, pekerjaan, pendi-
pada penelitian ini terdiri dari dua skala kon- dikan terakhir, dan tipe leukemia ( AML, CLL, dan
struk psikologis, yaitu skala persepsi dukungan CML).
sosial dan skala kecemasan. Kedua skala konstruk Analisis data statistik pada penelitian
psikologis tersebut dibuat sendiri oleh peneliti ini menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for
dengan alasan alat ukur disesuaikan dengan kon- windows untuk melakukan uji korelasional teknik
disi subyek penelitian. Skala tersebut berisi aitem- statistik non-parametrik Spearman’s Rho.
aitem dalam bentuk skala likert yang dibedakan
menjadi aitem yang mendukung atribut yang diu-
kur (item favourable) dan aitem yang tidak men- HASIL PENELITIAN
dukung atribut yang diukur (item unfavourable).
Setiap aitem memiliki empat interval skala respon Hasil uji korelasi menggunakan teknik
diantaranya “sangat tidak sesuai”, “tidak sesuai”, Spearman’s Rho dengan sampel N = 56 diketahui
“sesuai”, atau “sangat sesuai” dengan rentang pe- nilai p = 0,010 atau p < 0,05 yang berarti bahwa
nilaian 1-4 untuk jawaban “sangat tidak sesuai” terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi
– “sangat sesuai” sesuai dengan tipe favourable- dukungan sosial dengan tingkat kecemasan yang
unfavourable. dialami penderita leukemia. Selain itu, diketahui
Skala persepsi dukungan sosial disusun juga koefisien korelasi bernilai negatif ρ = -0,342,
berdasarkan teori Sarafino, 1990 (dalam Smet, yang menunjukkan terdapat hubungan yang nega-
1994) yang terdiri dari empat dimensi, yaitu du- tif antara kedua variabel tersebut, yaitu semakin
kungan emosional, dukungan penghargaan, du- tinggi persepsi dukungan sosial penderita leuke-
kungan instrumental, dan dukungan informatif. mia, maka tingkat kecemasannya akan semakin
Skala persepsi dukungan sosial terdiri dari 27 rendah (Tabel 1).

Tabel 1. Hasil Uji Korelasi Spearman’s Rho


Skala Kecemasan
Spearman’s rho Skala Persepsi Dukun- Correlation Coefficient - 0,342
gan Sosial Sig. (2-tailed) 0,010
N 56
P < 0,05 maka hubungan signifikan

82 Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental


Vol. 03 No. 02, Agustus 2014
Yatni Amylia, Endang Surjaningrum

PEMBAHASAN kan menyebabkan pasien mengalami insomnia


dan menarik diri dari lingkungan umum.
Hasil analisis uji korelasional menunjuk- Namun, kecemasan yang dirasakan oleh
kan bahwa terdapat hubungan yang signifikan penderita leukemia akan semakin berkurang den-
antara persepsi dukungan sosial dengan tingkat gan kemampuan mempersepsi dukungan sosial
kecemasan pada penderita leukemia di RSU secara positif. Persepsi dukungan sosial yang posi-
Dr.Soetomo Surabaya. Hubungan negatif antara tif membuat kondisi pasien menjadi lebih baik
kedua variabel tersebut membuktikan asumsi dan pasien dapat beradaptasi dengan kondisi yang
yang sebelumnya dibuat oleh peneliti bahwa den- dialaminya. Menurut Haluska dkk., 2002 (dalam
gan mempersepsikan dukungan sosial secara posi- Corey, 2008) persepsi dukungan sosial merupak-
tif, maka penderita leukemia dapat beradaptasi an salah satu faktor terpenting dan efektif dalam
dengan penyakitnya. Sehingga, akan berpengaruh membantu pasien untuk melakukan coping dan
pada kondisi fisik maupun psikologis pasien ter- beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada
kait berkurangnya kecemasan yang dirasakan oleh hidupnya. Penelitian ini mendukung penelitian
penderita leukemia dan dapat mengelola penya- sebelumnya yang dilakukan oleh Saygili dan Bozo,
kitnya dengan baik. (2011) menyatakan bahwa rendahnya tingkat ge-
Penderita leukemia ketika pertama kali jala psikologis yang ditimbulkan dari adanya suatu
didiagnosa, timbul rasa kecewa, shock, dan rasa stressor, terjadi karena persepsi dukungan sosial
tidak percaya. Perasaan tersebut merupakan salah yang positif.
satu bentuk penolakan (denial) yang dirasakan Pada sampel penelitian ini, persepsi ter-
penderita leukemia. Kondisi inilah yang menye- hadap bentuk dukungan emosional paling domi-
babkan penderita merasa tertekan atau stres dan nan daripada bentuk dukungan yang lainnya. Du-
muncul rasa cemas. kungan emosional membuat penderita leukemia
Kecemasan yang dirasakan oleh masing- merasa nyaman, berharga dan disayangi. Dengan
masing penderita leukemia sangatlah beragam. adanya dukungan tersebut, permasalahan yang di-
Kecemasan pada penderita leukemia dengan tipe hadapi oleh individu tidak dianggap sebagai suatu
AML (acute myeloblastic leukemia) memiliki stressor. Sehingga, kecemasan dapat diatasi. Hal
tingkat kecemasan yang lebih tinggi jika diband- ini terjadi, karena individu tidak merasa sendiri
ingkan tingkat kecemasan CML (chronic myelo- dalam menghadapi permasalahannya, ada orang
cytic leukemia) dan CLL (chronic lymphocytic leu- disekelilingnya yang peduli dengan dirinya.
kemia). Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh gejala Dari penelitian ini diketahui bahwa
dan pengobatan yang berbeda pada penderita leu- tingkat kecemasan yang dialami penderita leu-
kemia akut dan leukemia kronis. Pada penderita kemia memiliki kekuatan hubungan yang se-
leukemia akut pengobatan yang dilakukan adalah dang dengan persepsi dukungan sosial. Kekuatan
dengan kemoterapi melalui intravena ataupun hubungan yang sedang tersebut dikarenakan tidak
melakukan transplantasi stem cell yang tentunya hanya persepsi dukungan sosial yang mempenga-
disertai adanya rasa sakit atau nyeri saat pengo- ruhi tingkat kecemasan penderita leukemia tetapi
batan berlangsung. Sedangkan, pada penderita ada faktor lain yang memiliki kaitan erat dengan
leukemia kronis cukup melakukan kemoterapi kecemasan penderita leukemia, seperti penyakit
melalui oral kemoterapi, karena penderita leuke- leukemia itu sendiri dan proses pengobatan yang
mia kronis berada pada fase “watch and wait” yang dijalani penderita leukemia, serta efek dari pengo-
artinya menunggu dan waspada (Mughal, 2006). batan tersebut.
Proses pengobatan kemoterapi secara psikologis
membuat pasien merasa tertekan (stress) yang SIMPULAN
mengakibatkan kecemasan meningkat, yang ke-
mudian diperparah dengan efek samping yang Berdasarkan hasil analisis data pada
seperti mual dan muntah, rambut yang rontok, penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat
kulit yang menghitam, infeksi akibat pengobatan hubungan yang signifikan antara persepsi dukun-
dan mempengaruhi kesuburan (fertility). Sehing- gan sosial dengan tingkat kecemasan pada pen-
ga, beberapa pasien sering merasa gelisah, bin- derita leukemia di RSU Dr. Soetomo Surabaya.
gung, dan khawatir dengan keadaan dirinya, bah- Kekuatan hubungan antara kedua variabel terse-

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 83


Vol. 03 No. 02, Agustus 2014
Hubungan Antara Persepsi Dukungan Sosial dengan Tingkat Kecemasan pada Penderita Leukemia

but tergolong sedang. Hal ini membuktikan bah- mia dapat membantu dalam mengurangi dampak
wa persepsi yang positif terhadap dukungan sosial psikologis yang dialami pasien. Selain itu, bentuk
yang diterima penderita leukemia cukup efektif perhatian yang diberikan dokter, perawat ataupun
dalam mengurangi kecemasan yang dialaminya. petugas kesehatan lainnya diyakini mampu men-
Berdasarkan korelasi antar variabel dapat gurangi atau menurunkan kecemasan pasien. Un-
disarankan pada penderita leukemia untuk men- tuk melengkapi kekurangan pada penelitian ini,
cari dukungan sosial yang tepat agar dukungan disarankan untuk peneliti selanjutnya yang me-
tersebut dapat diterima dan dipersepsi secara posi- miliki kesamaan topik, sebaiknya menggali lebih
tif. Bagi pihak Rumah Sakit dengan menyediakan mendalam mengenai penyebab atau faktor yang
peran non-konvensional (terapis kanker, konselor mempengaruhi tingkat kecemasan yang dirasakan
atau psikolog, dan survivor) bagi penderita leuke- penderita leukemia tipe AML

PUSTAKA ACUAN

Bootzin, R.R., Loftus, E.F., & Zajonc, R.B. (1983). Psychology today an introduction 5th edition. New
York: Random Hoose. Inc.
Bozzone, D. M. (2009). Leukemia. New York: Chelsea House Publishers.
Burish. T.G., Carey, M.P., Krozey, M.G. & Greco, F.A. (1987). Conditioned side effects induced by cancer
chemotherapy: Prevention through behavioral treatment. Journal of Consulting and Clinical
Psychology, 55, 42-48.
Corey, A.L., Haase, J.E., Azzouz, F., & Monahan, P.O. (2008). Social support and symptom distress in
adolescents/ young adults with cancer. Journal of Pediatric Oncology Nursing, 25 (5), 275-284.
Davison, G. C., & Neale, J. M., (2006). Psikologi abnormal. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Henderson, E. S. (1990). Leukemia. US America: Saunders Company.
Lubis, N. L. (2009). Depresi: Tinjauan psikologis. Jakarta: Kencana.
Lumban, M. (2010). Laporan kasus leukemia [on-line]. Diakses pada tanggal 25 Maret 2012 dari http://
ml.scribd.com/doc/39053172/Laporan-kasus-leukemia
Mughal, T.I., Goldman, J.M., & Mughal, S.T. (2006). Understanding leukemias, lymphomas and myelo
mas. London and New York: Taylor & Francis.
Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo.
Stuart, G.W., & Sundeen, J.S. (1998). Keperawatan jiwa (terjemahan), alih bahasa: Achir Yani edisi III.
Jakarta: EGC.
Taylor. S.E., & Dakof. (1988). Social Support and The Cancer Patient. In S.Spacapan & S. Oskamps,
New burry park. CA. Sage. The Social Psychology of Health. 95-116.
Taylor, S.E. (1991). Health psychology 2nd edition. US America: McGraw-Hill, Inc.
Taylor, S. E. (1995). Health psychology 4th edition. Singapore: McGraw-Hill, Inc.

84 Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental


Vol. 03 No. 02, Agustus 2014

You might also like