Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

82 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016 Analisis Organoleptik Henry S.

Imbar,dkk

ANALISIS ORGANOLEPTIK BEBERAPA MENU BREAKFAST


MENGGUNAKAN PANGAN LOKAL TERHADAP PEMENUHAN
KEBUTUHAN GIZI SISWA SEKOLAH DASAR

Henry S. Imbar, Vera T. Harikedua, Rivolta G.M.Walalangi


1,2,3. Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Manado

ABSTRACK

School age children often skip breakfast for various reasons eg to rush off to school. Children who
do not eat breakfast, less task that requires concentration in class, often have values lower exam
results, have limited memory and often absent. Breakfast effect on concentration and learning
achievement of school children where there is a real difference of concentration ability using
symbol-digit test between ordinary child breakfast with unusual breakfast. Results of other studies
showed no significant relationship between energy intake breakfast with a concentration in school.
Diversification of food consumption will provide encouragement and incentives on the supply of
food products are more diverse and safe for consumption, including food products based on local
resources.
Organoleptic testing is a test that is based on sensing process. Sensing can also mean mental
reactions (sensation) if the senses receive stimuli (stimulus). Reaction or impression that is caused
due to the stimulation may be an attitude to toward or away from, liking or disliking objects will
cause stimulation.Formulation of the problem in this research is how the acceptance and
preference level of primary school students towards some kind of breakfast menu using local food
in North Sulawesi in order to fulfill nutritional needs.
The general objective of this study is to make local food in North Sulawesi as a basic ingredient in
making a breakfast menu with a variety favored by children in order to fulfill the nutritional needs of
elementary school.The benefits of this research provide understanding to the community in
particular who have children of primary school age that the fulfillment of nutrients on elementary
school children is not always synonymous with foodstuffs are expensive, must be imported, instant,
branded, but the quality and nutritional content is not very relevant to the needs child nutrition.
This type of research is quasy Experiment was conducted in a laboratory study Culinary Nutrition
Poltekkes Kemenkes Manado and Elementary School 06, which is located in Manado City.
Collecting data in this study is the result of tests performed on the organoleptic properties, which
consist of preference for appearance, flavor, texture, color and aroma. Hedonic data processing
using Kruskal Wallis test showed no significant difference from the third menu tested.
Conclusion statistically no significant difference between the three breakfast menu with a
conventional menu, but based on the average value of the hedonic score differences.

Key Words : Organoleptic. Breakfast Menu, Local Food, Elementary Student

PENDAHULUAN RI, 2004a). Upaya peningkatan Sumber


Daya Manusia diatur dalam Undang-
Salah satu modal dasar Undang Dasar (UUD) 1945 pasal 28 H
pembangunan di Indonesia adalah ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap
Sumber Daya Manusia (SDM) yang individu berhak hidup sejahtera, dan
potensial dan produktif. Keberhasilan pelayanan kesehatan adalah salah satu
pembangunan nasional suatu bangsa hak asasi manusia. Pemenuhan pangan
ditentukan oleh ketersediaan sumber daya dan gizi untuk kesehatan warga Negara
manusia, yaitu SDM yang memiliki fisik merupakan investasi untuk peningkatan
yang tangguh, mental yang kuat dan kualitas SDM (Depkes RI, 2005).
kesehatan yang prima di samping Syafruddin dkk. (2007) menyebutkan
penguasaan terhadap ilmu pengetahuan pangan merupakan kebutuhan dasar
dan teknologi. Kekurangan gizi dapat manusia. Pembangunan pangan kedepan
merusak kualitas SDM (Departemen dalam konteks otonomi daerah diharapkan
Kesehatan Republik Indonesia (Depkes mampu menyediakan pangan bagi
83 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016 Analisis Organoleptik Henry S. Imbar,dkk

penduduk terutama dari produksi dalam breakfast menggunakan pangan lokal


negeri, dalam jumlah dan keragaman yang yang ada di Sulawesi Utara dalam
cukup, aman dan terjangkau dari waktu ke upaya pemenuhan kebutuhan gizi
waktu (sustainable).
Anak Usia sekolah sering tidak B. Tujuan Penelitian
sarapan pagi karena berbagai sebab a. Tujuan Umum
misalnya terburu-buru berangkat ke Tujuan umum dari penelitian ini
sekolah. Hasil penelitian Rampersaud et al. adalah menjadikan bahan pangan
(2005) pada anak sekolah tahun di lokal yang ada di Sulawesi Utara
Amerika Serikat menunjukan bahwa sebagai bahan dasar dalam
sebesar 30% remaja tidak biasa sarapan membuat menu breakfast dengan
pagi. Para anak yang tidak sarapan pagi berbagai variasi yang disenangi
biasanya menunda waktu sarapannya oleh anak guna pemenuhan
hingga jam istirahat tiba, karena itu kualitas kebutuhan zat gizi anak sekolah
gizi makanan jajanan yang dikonsumsi dasar
penting untuk diperhatikan. A. Sarapan Pagi (Breakfast)
Penelitian yang dilakukan Sarapan sering dianggap remeh
Watanabe et al. (2005) di Vietnam oleh sebagian orang, namun efek
menunjukkan bahwa peranan stimulasi dan negatifnya cukup buruk. Makan pagi
intervensi gizi secara bersama-sama sangat penting dan bermanfaat bagi
sangat penting dalam meningkatkan semua orang. Semua zat gizi yang
kemampuan kognitif anak-anak yang diperoleh dari makan malam sudah
menderita gizi kurang. Anak-anak gizi diubah dan diedarkan ke seluruh
kurang yang diberikan intervensi gizi dan jaringan tubuh. Sementara jarak waktu
stimulasi memiliki kemampuan kognitif makan malam dan bangun pagi sekitar
yang lebih tinggi daripada anak yang 8 jam. Selama tidur metabolisme dalam
hanya diberikan intervensi gizi saja. tubuh tetap berlangsung, akibatnya
Berbagai penelitian membuktikan pada pagi hari perut sudah kosong
bahwa makan pagi berpengaruh pada (Rampersaud, et al; 2005).
konsentrasi dan prestasi belajar anak Soekirman (2000) menyatakan
sekolah Hasil penelitian Saidin (1991) pada bahwa anak yang tidak makan pagi,
anak sekolah dasar di kabupaten Bogor kurang dapat mengerjakan tugas di
menunjukkan ada perbedaan yang nyata kelas yang memerlukan konsentrasi,
kemampuan konsentrasi menggunakan uji sering mempunyai nilai hasil ujian yang
digit symbol antara anak yang biasa rendah, mempunyai daya ingat yang
sarapan dengan yang tidak biasa sarapan. terbatas dan sering absen (Soekirman,
Hasil penelitian Kurniasari (2005) pada 2000).
anak sekolah dasar di Yogyakarta Berbagai penelitian
menunjukkan ada hubungan yang nyata membuktikan bahwa makan pagi
antara asupan energi makan pagi dengan berpengaruh pada konsentrasi dan
konsentrasi di sekolah menggunakan uji prestasi belajar anak sekolah Hasil
digit symbol. penelitian Saidin (1991) pada anak
Hasil penelitian Sobaler, et al. sekolah dasar di kabupaten Bogor
(2003) pada 130 anak sekolah usia 6 – 13 menunjukkan ada perbedaan yang
tahun di Madrid menunjukkan bahwa ada nyata kemampuan konsentrasi
hubungan antara persentase asupan menggunakan uji digit symbol antara
energi sarapan terhadap total energi anak yang biasa sarapan dengan yang
dengan kemampuan intelektual anak. tidak biasa sarapan. Hasil penelitian
Kurniasari (2005) pada anak sekolah
A. Rumusan Masalah dasar di Yogyakarta menunjukkan ada
Rumusan masalah dalam penelitian ini hubungan yang nyata antara asupan
adalah bagaimana penerimaan dan energi makan pagi dengan konsentrasi
tingkat kesukaan siswa sekolah dasar di sekolah menggunakan uji digit
terhadap beberapa jenis menu symbol.
84 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016 Analisis Organoleptik Henry S. Imbar,dkk

Hasil penelitian Sobaler, et al. fisiologis dalam tubuh (Khomsan,


(2003) pada 130 anak sekolah usia 6 – 2003).
13 tahun di Madrid menunjukkan Kebiasaan makan pagi akan
bahwa ada hubungan antara memelihara kadar glukosa darah dalam
persentase asupan energi sarapan batas normal. Pemeliharaan kadar
terhadap total energi dengan glukosa darah merupakan faktor yang
kemampuan intelektual anak. amat penting, khususnya untuk
Membiasakan sarapan pagi menjaga fungsi sistem syaraf. Kadar
pada anak kadangkala terasa sulit, gula darah bervariasi tergantung status
adanya citra makan pagi sebagai suatu nutrisi. Kadar gula darah normal
kegiatan yang menjengkelkan perlu manusia, beberapa jam setelah makan
diubah menjadi salah satu kebiasaan sekitar 80 mg/dl, tetapi sesaat sehabis
yang disukainya. Cara membentuk makan meningkat sampai 120 mg/dl
kebiasaan makan pagi, antara lain: (Linder, 2006)
1. Anak lebih dibiasakan bangun lebih Menurut Apriyantono (2005),
pagi agar tersedia waktu yang konsumsi pangan dengan gizi yang
cukup untuk makan pagi. cukup serta seimbang merupakan
2. Peran orang tua hendaknya salah satu faktor penting yang
memberi contoh yang baik yaitu menentukan tingkat kesehatan dan
membiasan makan pagi intelegensia manusia. Tingkat
3. Pada saat makan pagi, anak kecukupan konsumsi pangan dan gizi
sebaiknya ditemani oleh salah seseorang akan mempengaruhi
seorang anggota keluarga keseimbangan perkembangan jasmani
4. Orang tua dan guru hendaknya dan rohani yang bersangkutan
tidak bosan mengingatkan anak Perkembangan kecerdasan
untuk selalu makan pagi dan selain dipengaruhi status gizi juga
memberi penjelasan manfaatnya dipengaruhi oleh stimulasi dari
5. Bagi anak yang tidak sempat lingkungan. Stimulasi memegang
makan pagi di rumah, makanan peranan penting dalam
bekal sebaiknya dibawa ke sekolah memaksimalkan kecerdasan anak.
6. Untuk membiasakan anak yang Stimulasi diperlukan agar hubungan
belum biasa makan pagi, perlu antar sel syaraf otak (sinaps) dapat
dilakukan secara bertahap. Mula- berkembang (Sophia, 2009).
mula makan pagi diberikan dengan Konsentrasi tidak dapat
porsi sedikit, kemudian secara dipisahkan dengan perhatian karena
bertahap porsi makanan ditambah merupakan bagian dari perhatian.
sehingga anak makan sesuai Konsentrasi identik dengan perhatian,
kebutuhan. yaitu kemampuan memilih salah satu
Ada dua manfaat yang bisa stimulus yang ada untuk diproses lebih
diambil dari sarapan pagi. Pertama, lanjut. Konsentrasi adalah kemampuan
sarapan pagi dapat menyediakan memusatkan pikiran atau kemampuan
karbohidrat yang siap digunakan untuk mental dalam penyortiran informasi
meningkatkan kadar gula darah. yang tidak diperlukan dan memusatkan
Dengan kadar gula darah yang terjamin perhatian hanya pada informasi yang
normal, maka gairah dan konsentrasi dibutuhkan (Rampersaud, et al., 2005).
kerja bisa lebih baik sehingga Konsentrasi belajar dapat
berdampak positif untuk meningkatkan didefinisikan sebagai pemusatan fikiran
produktivitas. Kedua, pada dasarnya terhadap suatu hal dengan
sarapan pagi akan memberikan menyampingkan semua hal yang tidak
kontribusi penting beberapa zat gizi ada hubungannya. Dalam belajar,
yang diperlukan tubuh, seperti protein, maka konsentrasi belajar berarti
lemak, vitamin, dan mineral. pemusatan fikiran terhadap suatu mata
Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat pelajaran dengan pelajaran tersebut.
juga untuk berfungsinya proses
85 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016 Analisis Organoleptik Henry S. Imbar,dkk

B. Kebutuhan Gizi Anak Sekolah Dasar pesat yaitu pada minggu ke -30 usia
Seorang anak yang sehat dan kehamilan sampai 18 bulan sesudah
normal akan tumbuh sesuai dengan lahir. Daya ingat kita ditentukan oleh
potensi genetik yang dimilikinya. Tetapi kemampuan dari kerja otak, yang mana
pertumbuhan ini juga akan dipengaruhi dipengaruhi oleh kecukupan suplai
oleh intake zat gizi yang dikonsumsi oksigen, glukosa, serta nutrisi lainnya,
dalam bentuk makanan. Anak–anak yang semuannya diangkut oleh darah
yang menderita gizi kurang ke otak (Khomsan,2003).
berpenampilan lebih pendek dengan Glukosa merupakan sumber
bobot badan lebih rendah dibandingkan energi utama untuk kerja otak. Apabila
rekan-rekannya sebaya yang sehat dan kadar glukosa turun, glukosa-6-fosfat di
bergizi baik. Bila defisiensi gizi hati akan diubah menjadi glukosa
berlangsung lama dan parah, maka sehingga kadar glukosa darah
pertumbuhan tinggi badan akan meningkat. Jaringan lain tidak
terpengaruh pula, bahkan proses mempunyai enzim glukosa-6-fosfatase
pendewasaan akan terganggu. sehingga tidak dapat mengubah
Pertumbuhan tinggi badan bisa glukosa-6-fosfat menjadi glukosa.
terhambat bila seorang anak Glukosa-6-fosfat akan mengalami
mengalami defisiensi protein (meskipun katabolisme melalui Embden-Meyerhof
konsumsi energinya cukup). Intake gizi Pathway dan Heksosamonofosfat-
yang baik berperanan penting di dalam shun. Apabila persediaan glukosa
mencapai pertumbuhan badan yang darah turun, hati akan mengubah
optimal mencakup pula pertumbuhan sebagian dari glikogen menjadi glukosa
otak yang sangat menentukan dan mengeluarkannya ke dalam aliran
kecerdasan seseorang. Dampak akhir darah. Glukosa ini akan dibawa oleh
dari konsumsi gizi yang baik dan darah ke seluruh bagian tubuh yang
seimbang adalah meningkatnya memerlukan, seperti otak, sistem
kualitas sumber daya manusia syaraf jantung dan organ tubuh lain.
(Khomsan,2003). Glikogen otot hanya digunakan sebagai
Faktor nutrisi berperan dalam sumber energi untuk keperluan otot
perkembangan otak, sejak masa saja dan tidak dapat dikembalikan
sebelum konsepsi maupun pasca natal. sebagai glukosa ke dalam aliran darah.
Bayi dengan berat lahir di bawah 2500 Tubuh hanya dapat menyimpan
g akan mengalami perkembangan glikogen dalam jumlah terbatas, yaitu
mental yang kurang baik dibandingkan untuk keperluan energi beberapa jam
dengan bayi yang lahir dengan berat (Almatsier, 2004)
badan normal atau lebih. Anak dengan Sarapan pagi sebaiknya
berat lahir rendah mempunyai nilai mengandung kandungan gizi yang
rata-rata IQ lebih rendah (89,5 ± 16,9) seimbang yaitu karbohidrat, protein,
dibandingkan dengan anak yang berat lemak, vitamin, dan mineral. Angka
lahir cukup (97,2 ± 14,1) Peran kecukupan makanan yang dianjurkan
malnutrisi terhadap kecerdasan adalah kecukupan makan untuk 1 hari.
didasarkan pada fakta bahwa anak Porsi makanan untuk makan pagi
dengan kekurangan energi protein adalah 1/5 atau 20% dari total kalori
(KEP), otaknya 15-20% lebih ringan sehari. Berikut ini adalah angka
dibandingkan bayi normal, bahkan bisa kecukupan gizi yang dianjurkan oleh
mencapai 40% bila KEP berlangsung Peraturan Menteri Kesehatan Republik
sejak janin (Andarwati,dkk.,2006). Indonesia Nomor 75 Tahun 2013
Faktor utama penentu Tentang Angka Kecukupan Gizi Yang
kecerdasan adalah kesehatan otak. Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia
Otak adalah salah satu organ penting khususnya pada pada anak usia
dalam tubuh yang berfungsi sebagai sekolah 6-12 tahun
pusat kontrol, berpikir, emosi dan
tingkah laku. Pertumbuhan otak yang
82 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016 Analisis Organoleptik Henry S. Imbar,dkk

Tabel. 1. Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Anak kelompok


usia 6-12 tahun berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013
Kebutuhan per hari
Jenis
Usia Energi Protein Lemak Karbohidrat Serat
Kelamin
(Kal) (gram) (gram) (gram) (gram)
Laki-laki dan
7-9 tahun 1850 49 72 254 26
Perempuan
10-12 Laki-laki 2100 56 70 289 30
tahun Perempuan 2000 60 67 275 28
Kemenkes, 2013.

C. Pangan Lokal meminimalkan risiko usaha pola


Lebih dari 90 persen masalah monokultur, meredam gejolak harga,
kesehatan terkait dengan makanan. mengurangi gangguan kehidupan
Faktor penentu mutu makanan biota di suatu kawasan,
adalah keanekaragaman jenis meningkatkan pendapatan petani,
pangan, keseimbangan gizi dan dan menunjang pelestarian sumber
keamanan pangan. daya alam. Upaya pengembangan
Ketidakseimbangan gizi akibat konsumsi pangan dapat pula
konsumsi pangan yang tidak dijadikan salah satu momentum bagi
beraneka ragam telah membawa Pemerintahan Daerah untuk
dampak pada munculnya masalah menstimulasi pusat-pusat
gizi ganda di Indonesia, yaitu gizi pertumbuhan ekonomi baru di
kurang maupun gizi lebih(Setneg, pedesaan. Di samping itu, jika dilihat
2009). dari kepentingan kemandirian
Penganekaragaman konsumsi pangan maka penganekaragaman
pangan merupakan upaya untuk konsumsi pangan dapat mengurangi
memantapkan atau membudayakan ketergantungan konsumen pada satu
pola konsumsi pangan yang beraneka jenis pangan. Dengan demikian,
ragam dan seimbang serta aman penganekaragaman konsumsi
dalam jumlah dan komposisi yang pangan merupakan fondasi dari
cukup guna memenuhi kebutuhan keberlanjutan ketahanan pangan dan
gizi untuk mendukung hidup sehat, memiliki dimensi pembangunan yang
aktif dan produktif. Indikator untuk sangat luas, baik dari aspek sosial,
mengukur tingkat keanekaragaman ekonomi, politik maupun kelestarian
dan keseimbangan konsumsi pangan lingkungan(Setneg, 2009).
masyarakat adalah dengan skor Pola
Pangan Harapan (PPH) yang D. Uji Organoleptik
ditunjukkan dengan nilai 95 dan Pengujian organoleptik adalah
diharapkan dapat dicapai pada tahun pengujian yang didasarkan pada
2015. proses pengindraan. Pengindraan
Penganekaragaman konsumsi diartikan sebagai suatu proses fisio-
pangan akan memberi dorongan dan psikologis, yaitu kesadaran atau
insentif pada penyediaan produk pengenalan alat indra akan sifat-sifat
pangan yang lebih beragam dan benda karena adanya rangsangan
aman untuk dikonsumsi, termasuk yang diterima alat indra yang berasal
produk pangan yang berbasis dari benda tersebut. Pengindraan dapat
sumber daya lokal. Dari sisi aktivitas juga berarti reaksi mental (sensation)
produksi, penganekaragaman jika alat indra mendapat rangsangan
konsumsi pangan dapat (stimulus). Reaksi atau kesan yang
83 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016 Analisis Organoleptik Henry S. Imbar,dkk

ditimbulkan karena adanya rangsangan gambaran dari sebaran atau cakupan


dapat berupa sikap untuk mendekati alat indra yang menerima rangsangan.
atau menjauhi, menyukai atau tidak Untuk melaksanakan penilaian
menyukai akan benda penyebab organoleptik diperlukan panel. Dalam
rangsangan. Kesadaran, kesan dan penilaian suatu mutu atau analisis sifat-
sikap terhadap rangsangan adalah sifat sensorik suatu komoditi, panel
reaksi psikologis atau reaksi subyektif. bertindak sebagai instrumen atau alat.
Pengukuran terhadap nilai / tingkat Panel ini terdiri dari orang atau
kesan, kesadaran dan sikap disebut kelompok yang bertugas menilai sifat
pengukuran subyektif atau penilaian atau mutu komoditi berdasarkan kesan
subyektif. Disebut penilaian subyektif subjektif. Orang yang menjadi anggota
karena hasil penilaian atau pengukuran panel disebut panelis.
sangat ditentukan oleh pelaku atau Dalam penilaian organoleptik
yang melakukan pengukuran. dikenal tujuh macam panel, yaitu panel
Jenis penilaian atau pengukuran perseorangan, panel terbatas, panel
yang lain adalah pengukuran atau terlatih, panel agak terlatih, panel
penilaian suatu dengan menggunakan konsumen dan panel anak-anak.
alat ukur dan disebut penilaian atau Perbedaan ketujuh panel tersebut
pengukuran instrumental atau didasarkan pada keahlian dalam
pengukuran obyektif. Pengukuran melakukan penilaianorganoleptik.
obyektif hasilnya sangat ditentukan 1. Panel Perseorangan
oleh kondisi obyek atau sesuatu yang Penel perseorangan adalah orang
diukur. Demikian pula karena yang sangat ahli dengan kepekaan
pengukuran atau penilaian dilakukan spesifik yang sangat tinggi yang
dengan memberikan rangsangan atau diperoleh karena bakat atau latihan-
benda rangsang pada alat atau organ latihan yang sangat intensif. Panel
tubuh (indra), maka pengukuran ini perseorangan sangat mengenal
disebut juga pengukuran atau penilaian sifat, peranan dan cara pengolahan
subyketif atau penilaian organoleptik bahan yang akan dinilai dan
atau penilaian indrawi. Yang diukur menguasai metode-metode analisis
atau dinilai sebenarnya adalah reaksi organoleptik dengan sangat baik.
psikologis (reaksi mental) berupa Keuntungan menggunakan panelis
kesadaran seseorang setelah diberi ini adalah kepekaan tinggi, bias
rangsangan, maka disebut juga dapat dihindari, penilaian efisien
penilaian sensorik. dan tidak cepat fatik. Panel
Bagian organ tubuh yang perseorangan biasanya digunakan
berperan dalam pengindraan adalah untuk mendeteksi jangan yang tidak
mata, telinga, indra pencicip, indra terlalu banyak dan mengenali
pembau dan indra perabaan atau penyebabnya. Keputusan
sentuhan. Kemampuan alat indra sepenuhnya ada pada seorang.
memberikan kesan atau tanggapan 2. Panel Terbatas
dapat dianalisis atau dibedakan Panel terbatas terdiri dari 3-5 orang
berdasarkan jenis kesan, intensitas yang mempunyai kepekaan tinggi
kesan, luas daerah kesan, lama kesan sehingga bias lebih di hindari.
dan kesan hedonik. Jenis kesan adalah Panelis ini mengenal dengan baik
kesan spesifik yang dikenali misalnya faktor-faktor dalam penilaian
rasa manis, asin. Intensitas kesan organoleptik dan mengetahui cara
adalah kondisi yang menggambarkan pengolahan dan pengaruh bahan
kuat lemahnya suatu rangsangan, baku terhadap hasil akhir.
misalnya kesan mencicip larutan gula Keputusan diambil berdiskusi
15 % dengan larutan gula 35 % diantara anggota-anggotanya.
memiliki intensitas kesan yang 3. Panel Terlatih
berbeda. Luas daerah kesan adalah Panel terlatih terdiri dari 15-25
orang yang mempunyai kepekaan
84 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016 Analisis Organoleptik Henry S. Imbar,dkk

cukup baik. Untuk menjadi terlatih boneka snoopy yang sedang sedih,
perlu didahului dengan seleksi dan biasa atau tertawa.
latihan-latihan. Panelis ini dapat Keahlian seorang panelis biasanya
menilai beberapa rangsangan diperoleh melalui pengalaman dan
sehingga tidak terlampau spesifik. latihan yang lama. Dengan keahlian
Keputusan diambil setelah data yang diperoleh itu merupakan
dianalisis secara bersama. bawaan sejak lahir, tetapi untuk
4. Panel Agak Terlatih mendapatkannya perlu latihan yang
Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 tekun dan terus-menerus.
orang yang sebelumya dilatih untuk
mengetahui sifat-sifat tertentu.. BAHAN DAN CARA
panel agak terlatih dapat dipilih dari
kalangan terbatas dengan menguji A. Jenis Penelitian
datanya terlebih dahulu. Jenis penelitian ini adalah quasy
Sedangkan data yang sangat experiment, menggunakan rancangan
menyimpang boleh tidak digunakan statik eksperimen, penelitian ini
dalam keputusannya dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri
5. Panel Tidak Terlatih 06, yang terletak di pusat Kota
Panel tidak terlatih terdiri dari 25 Manado.
orang awam yang dapat dipilih B. Populasi dan Sampel
berdasarkan jenis suku-suku Populasi dalam penelitian ini
bangsa, tingkat sosial dan adalah seluruh anak sekolah dasar
pendidikan. Panel tidak terlatih Negeri yang memenuhi kriteria inklusi
hanya diperbolehkan menilai alat antara lain bisa membaca dan menulis,
organoleptik yang sederhana bersedia dan menandatangani inform
seperti sifat kesukaan, tetapi tidak consent, berada ditempat saat
boleh digunakan dalam . untuk itu penelitian, kooperatif dan mengikuti
panel tidak terlatih biasanya dari proses penelitian sampai selesai.
orang dewasa dengan komposisi Sampel atau panelis dalam penelitian
panelis pria sama dengan panelis ini adalah anak-anak yang dipilih
wanita. dengan menilai hasil dari instrumen
6. Panel Konsumen pretest dimana semua anak yang bisa
Panel konsumen terdiri dari 30 membaca dan menulis diberikan
hingga 100 orang yang tergantung pertanyaan tertutup terkait dengan
pada target pemasaran komoditi. penilaian cita rasa (warna, rasa, aroma,
Panel ini mempunyai sifat yang tekstur, penampilan) menu breakfast.
sangat umum dan dapat ditentukan C. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
berdasarkan perorangan atau Pengumpulan data dalam
kelompok tertentu. penelitian ini adalah hasil dari
7. Panel Anak-anak pengujian yang dilakukan terhadap
Panel yang khas adalah panel yang sifat organoleptik, yang meliputi uji
menggunakan anak-anak berusia kesukaan terhadap penampilan,
3-10 tahun. Biasanya anak-anak citarasa, tekstur, warna dan aroma.
digunakan sebagai panelis dalam Untuk melaksanakan penilaian
penilaian produk-produk pangan organoleptik diperlukan panelis.
yang disukai anak-anak seperti Panelis ini terdiri dari siswa sekolah
permen, es krim dan sebagainya. dasar yang bertugas menilai sifat atau
Cara penggunaan panelis anak- mutu menu makanan berdasarkan
anak harus bertahap, yaitu dengan kesan subjektif. Dalam penilaian
pemberitahuan atau dengan organoleptik menu breakfast ini
bermain bersama, kemudian menggunakan panelis anak-anak.
dipanggil untuk diminta responnya Panelis anak-anak adalah panelis
terhadap produk yang dinilai yang khas menggunakan anak-anak
dengan alat bantu gambar seperti berusia 7-12 tahun. Anak-anak ini
85 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016 Analisis Organoleptik Henry S. Imbar,dkk

digunakan sebagai panelis dalam univariat (karakteristik dan distribusi


penilaian menu breakfast yang disukai. frekuensi variabel) untuk mengetahui
Menu breakfast yang disajikan proporsi/distribusi dan karakteristik
masing-masing dua jenis yaitu menu subjek penelitian, Hasil analisis dan
hasil modifikasi dan menu awal atau interpretasi dan selanjutnya disajikan
menu konvensional yang sudah sering dalam bentuk tabel, diagram dan
dinikmati sehari-hari. Kemudian pembahasan yang sesuai dengan
dilanjutkan dengan Uji kesukaan atau realita yang ada. Untuk mengetahui
disebut uji hedonik diamana panelis perbedaan antara menu breakfast
dimintakan tanggapan pribadinya konvensional denganmenu breakfast
tentang kesukaan atau sebaliknya yang dimodivikasi menggunakan uji
(ketidaksukaan). Disamping panelis beda dua kelompok berpasangan,
mengemukakan tanggapan senang, selanjutnya dilanjutkan dengan
suka atau kebalikannya, mereka juga analisis post hock jika hasil uji beda
mengemukakan tingkat kesukaannya. bermakna menunjukkan perbedaan
Tingkat–tingkat kesukaan ini disebut untuk mengetahui variabel menu
skala hedonik. Misalnya dalam hal “ breakfast mana yang paling
suka “ dapat mempunyai skala disukaiapakah menu breakfast yang
hedonik seperti : amat sangat suka, dimodifikasi atau yang konvensional
sangat suka, suka, agak suka. demikian pula untuk mengetahui
Sebaliknya jika tanggapan itu “ tidak karakteristik apa yang paling
suka “ dapat mempunyai skala berpengaruh terhdap tingkat kesukaan
hedonik seperti sangat tidak suka dan baik menu breakfast yang dimodifikasi
tidak suka dan terdapat tanggapan maupun yang konvensional dilakukan
yang disebut sebagai netral, yaitu analisis multivariat menggunakan
bukan suka tetapi juga bukan tidak regresi logistik terkait variabel-variabel
suka (neither like nor dislike). Skala yang secara langsung berpengaruh
hedonik direntangkan atau diurutkan terhadap menu breakfast antara lain,
menurut rentangan skala, kemudan rasa, warna tekstur, aroma,
Skala hedonik diubah menjadi skala penampilan.
numerik dengan angka mutu 0-5
menurut tingkat kesukaan. Dengan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
data numerik ini dapat dilakukan A.HASIL PENELITIAN
analisis secara statistik. Penggunaan 1. Karakteristik subjek penelitian
skala hedonik pada prakteknya dapat Penelitian ini dilaksanakan pada
digunakan untuk mengetahui SD Neg 6 Kota Manado yang terletak
perbedaan. di jalan Sarapung . Subjek penelitian
berjumlah 36 orang terdiri dari 29
D. Pengolahan dan Analisis Data orang siswa kelas 5 dan 7 orang
Pengolahan dan analisis data diawali siswa kelas 6. Dengan jenis kelamin
dengan melakukan editing, dan coding terdiri dari laki-laki 14 orang siswa dan
data untuk memudahkan proses perempuan 22 orang siswa.
pemasukan data kemudian dilanjutkan Karakteristik subjek penelitian
dengan mengentri data pada program berdasarkan jenis kelamin dan
software statistik, tahapan selanjutnya tingkatan kelas dapat dilihat pada tabel
adalah melakukan Analisis data 1.
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian
Variabel Kategori n %
Jenis Laki-laki 14 39
Kelamin Perempuan 22 61
Jumlah 36 100
Kelas Kelas 5 29 80
Kelas 6 7 20
Jumlah 36 100
83 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016 Analisis Organoleptik Henry S. Imbar,dkk

2. Analisis kandungan zat gizi menu breakfast per porsi

Tabel 2. Analisis Kandungan Zat Gizi Per porsi


No Zat Gizi per porsi Paket A Paket B Paket C
1 Energi (Kkal) 399 639 416
2 Lemak (g) 8,9 23,9 13
3 Protein (g) 30,7 34,4 28
4. Karbohidrat (g) 49,7 71,9 47,9

Penentuan komposisi zat gizi Dalam menentukan mutu suatu


dihitung berdasarkan jumlah bahan produk, sifat pertama kali yang
yang digunakan dan mengacu pada menentukan diterima atau ditolaknya
program nutrisurvey. Dari ketiga produk tersebut oleh konsumen
menu, paket B yang paling tinggi adalah sifat organoleptik yang dimiliki
komposisi nilai gizi perporsi kemudian seperti penampilan, citarasa, tekstur,
paket C dan paket A. Dari jumlah warna dan aroma. Untuk mengetahui
kandungan energi dan zat gizi lainnya tingkat kesukaan konsumen terhadap
sudah bisa memenuhi porsi makanan penampilan, citarasa, tekstur, warna
untuk makan pagi yaitu sekitar 1/5 dan aroma dilakukan uji organoleptik
atau 20% dari total kalori sehari , yaitu dengan uji hedonik. Rentang
yang didasarkan pada kecukupan gizi skala hedonik yang digunakan dalam
yang dianjurkan bagi anak kelompok penelitian ini berkisar dari ekstrim
usia 7-12 tahun (Kemenkes 2013). baik sampai ekstrim jelek, dan
3. Uji Organoleptik dengan skala rentang skala tersebut dapat dilihat
hedonik pada tabel berikut:

Tabel 3. Skala Hedonic dan Skala Numeric


Skala Hedonik Skala Numerik
Amat sangat suka 5
Amat suka 4
Suka 3
Tidak suka 2
Amat sangat tidak suka 1

3.1.Penampilan
Penampilan adalah tampilan keseluruhan paket menu yang disajikan.
Berdasarkan hasil uji hedonik yang dilakukan oleh 36 panelis, dapat dilihat
bahwa dari parameter penampilan menu yang paling banyak disukai adalah
paket Cada 22 sampel (61,1%) dengan nilai rerata 4,4167 atau berada pada
skala amat suka 4 dan amat sangat suka 5.

Tabel 4. Uji Hedonik Penampilan

Paket A Paket B Paket C Mns1 Mns2


Skala Hedonik
n % n % n % n % n %
Amat sangat suka 21 58,3 20 55,6 22 61,1 1 2,8 4 11,1
Amat suka 9 25,0 12 33,3 7 19,4 7 19,4 5 13,9
Suka 6 16,7 4 11,1 7 19,4 10 27,8 17 47,2
Tidak suka 0 0 0 0 0 0 15 41,7 9 25
Amat sangat tidak 0 0 0 0 0 0 3 8,3 1 2,8
suka
Jumlah 36 100 36 100 36 100 36 100 36 100
83 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016 Analisis Organoleptik Henry S. Imbar,dkk

Hasil uji statistic Kruskal Wallis 3.2. Cita Rasa


test pada parameter penampilan Rasa memegang peranan
dengan Mns 1 dan Mns2 terlihat penting dalam menentukan
bahwa nilai sig. sampel adalah 0,582 suatu produk diterima atau
(atau lebih besar dari =0,05) dan ditolak konsumen. Apalagi dalam
0,414 (atau lebih besar dari =0,05) pembuatan suatu produk baru,
sehingga dapat dinyatakan bahwa penilaian konsumen terhadap
pada tingkat α kepercayaan 95%, rasa sangat menentukan mutu
penampilan setiap menu yang diuji produk tersebut
tidak berbeda nyata.

Tabel 5. Uji Hedonik Cita Rasa

Paket A Paket B Paket C Mns1 Mns2


Skala Hedonik
n % n % n % n % n %
Amat sangat suka 17 47,2 18 50 20 55,6 8 22,2 8 22,2
Amat suka 10 27,8 15 41,7 7 19,4 7 19,4 15 41,7
Suka 9 25 3 8,3 9 25 12 33,3 11 30,6
Tidak suka 0 0 0 0 0 0 7 19,4 2 5,6
Amat sangat tidak 0 0 0 0 0 0 2 8,3 0 2,8
suka
Jumlah 36 100 36 100 36 100 36 100 36 100

3.3.Tekstur
Berdasarkan hasil uji hedonik yang Tekstur merupakan sensasi tekanan
dilakukan oleh 36 panelis, dapat yang dapat diamati dengan mulut
dilihat bahwa dari parameter cita ataupun perabaan dengan jari.
rasa menu yang paling banyak Tekstur juga dapat menentukan suatu
disukai adalah Paket C20 sampel produk dapat diterima atau tidak oleh
(55,6%) dengan nilai rerata 4,3056 konsumen. Tekstur suatu produk
atau berada pada skala amat suka dipengsruhi oleh komponen apa yang
4 dan amat sangat suka 5 terdapat dalam produk tersebut
Dari table uji statistic Kruskal Wallis (Kartika, 1988)
test pada parameter cita rasa Berdasarkan hasil uji hedonik yang
dengan Mns 1 dan MNS 2 terlihat dilakukan oleh 36 panelis, dapat
bahwa nilai sig. sampel adalah dilihat bahwa dari parameter tekstur
0,421 (atau lebih besar dari =0,05) menu yang paling banyak disukai
dan 0,325 (atau lebih besar dari adalah Paket C dengan nilai rerata
=0,05) sehingga dapat dinyatakan 3,722 atau berada pada skala amat
bahwa pada tingkatα kepercayaan suka 4 dan suka 3.
95%, cita rasa setiap menu yang
diuji tidak berbeda nyata.
83 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016 Analisis Organoleptik Henry S. Imbar,dkk

Tabel 6. Uji Hedonik Tekstur

Paket A Paket B Paket C Mns1 Mns2


Skala Hedonik
n % n % n % n % n %
Amat sangat suka 5 13,9 7 19,4 9 25 7 19,4 6 16,7
Amat suka 17 47,2 17 47,2 17 47,2 13 36,1 12 33,3
Suka 13 36,1 11 30,6 10 27,8 15 41,7 16 44,4
Tidak suka 1 2,8 1 2,8 0 0 0 19,4 2 5,6
Amat sangat tidak 0 0 0 0 0 0 1 2,8 0 0
suka
Jumlah 36 100 36 100 36 100 36 100 36 100

Dari table uji statistic Kruskal Warna memegang peranan


Wallis test pada parameter penting dalam menentukan mutu
tekstur dengan Mns 1 dan Mns2 suatu produk. Selain faktor yang
terlihat bahwa nilai sig. sampel menentukan mutu, warna juga
adalah 0,531 (atau lebih besar mempunyaimbanyak arti yang
dari =0,05) dan 0,05 (atau dapat digunakan sebagai
sama =0,05)sehingga dapat indikator kesegaran atau
dinyatakan bahwa pada tingkatα kematangan, indikator
kepercayaan 95%, cita rasa kerusakan, serta baik tidaknya
setiap menu yang diuji tidak cara pengolahan (Soekarno,
berbeda nyata. 1990).

3.4. Warna
Tabel 7. Uji Hedonik Warna

Paket A Paket B Paket C Mns1 Mns2


Skala Hedonik
n % n % n % n % n %
Amat sangat suka 9 25 9 25 12 33,3 6 16,7 3 8,4
Amat suka 12 33,3 12 33,3 14 38,9 9 25 7 19,4
Suka 12 33,3 13 36,1 9 25 14 38,9 19 52,8
Tidak suka 3 8,4 2 5,6 1 2,8 2 5,6 5 13,8
Amat sangat tidak 0 0 0 0 0 0 5 13,9 2 5,6
suka
Jumlah 36 100 36 100 36 100 36 100 36 100

Berdasarkan hasil uji hedonik lebih besar dari =0,05)sehingga


yang dilakukan oleh 36 panelis, dapat dinyatakan bahwa pada
dapat dilihat bahwa dari tingkatα kepercayaan 95%,
parameter warna menu yang warna setiap menu yang diuji
paling banyak disukai adalah tidak berbeda nyata.
Paket C dengan jumlah 9 sampel
(25%) dengan nilai rerata 4,02 3.5. Aroma
atau berada pada skala amat Berdasarkan hasil uji hedonik
suka 4 dan amat sangat suka 5. yang dilakukan oleh 36 panelis,
Dari table uji statistic Kruskal dapat dilihat bahwa dari
Wallis test pada parameter parameter aroma menu yang
warna dengan Mns 1 dan Mns paling banyak disukai adalah Mn
2 terlihat bahwa nilai sig. sampel 3 dengan nilai rerata 4,138 atau
adalah 0,84 (atau lebih besar berada pada skala amat suka 4
dari =0,05) dan 0,736 (atau dan amat sangat suka 5
82 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016 Analisis Organoleptik Henry S. Imbar,dkk

Tabel 8. Uji hedonic Aroma

Paket A Paket B Paket C Mns1 Mns2


Skala Hedonik
n % n % n % n % n %
Amat sangat suka 10 27,8 9 25 16 44,4 7 19,4 5 13,9
Amat suka 13 36,1 14 38,9 10 27,8 11 30,6 17 47,2
Suka 13 36,1 12 33.3 9 25 15 41,7 9 25
Tidak suka 0 0 1 2,8 1 2,8 3 8,3 4 11,1
Amat sangat tidak 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2,8
suka
Jumlah 36 100 36 100 36 100 36 100 36 100

Dari table uji statistic Kruskal Wallis test =0,05)sehingga dapat dinyatakan bahwa
pada parameter aroma dengan Mns 1 pada tingkatα kepercayaan 95%, cita
dan Mns2 terlihat bahwa nilai sig. sampel aroma menu yang diuji tidak berbeda
adalah 0,291 (atau lebih besar dari nyata.
=0,05) dan 0,630 (atau lebih besar dari

3.6. Nilai Rerata Uji Hedonik


Tabel 9. Rerata uji Hedonik
Penilaian Paket A Paket B Paket C
Penampilan 4,4 4,4 4,4
Cita rasa 4,2 4,4 4,3
Tekstur 3,7 3,8 3,9
Warna 3,7 3,7 4,2
Aroma 3,9 4,0 4,2
Rata-Rata 3,98 4,02 4,18

Dari keseluruhan parameter penilaian kategori suka (3) sampai sangat suka (4).
paket C memiliki Nilai rerata yang paling Dapat disimpulkan ketiga menu tersebut
tinggi, tetapi jika dilihat dari rerata masing- disukai konsumen tapi secara statistik
masing menu semuanya berada dalam tidak ada perbedaan.

B. PEMBAHASAN pengaruh lingkungan (Judarwanto,


1. Karakteristik Subjek Penelitian 2009)
Berdasarkan karakteristik subjek
penelitian menunjukkan bahwa jumlah 2. Komposisi Zat Gizi Menu Breakfast
responden 36 orang siswa, yang Sarapan pagi bagi anak sekolah
terdiri dari 29 orang siswa kelas 5 dan sangatlah penting, karena waktu
7 orang siswa kelas 6. Dengan jenis sekolah adalah penuh aktifitas yang
kelamin terdiri dari laki-laki 14 orang membutuhkan energy dan kalori yang
siswa dan perempuan 22 orang siswa. cukup besar.Untuk sarapan pagi bagi
Golongan 10-12 tahun merupakan anak membutuhkan ¼ kalori sehari
golongan usia siswa yang duduk di (Judarwanto, 2009). Berdasarkan
kelas 5 dan 6. Mereka pada umumnya hasil penelitian untuk penentuan
bisa menentukan makanan yang komposisi zat gizi dari ketiga paket
disukai karena mereka sudah menu A, B dan C, ternyata menu
mengenal lingkungan, untuk itu perlu paket B yang memiliki komposisi zat
pengawasan orang tua supaya tidak gizi tertinggi baik jumlah Kalori,
salah dalam memilih makanan karena Protein, Lemak maupun Karbohidrat,
83 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016 Analisis Organoleptik Henry S. Imbar,dkk

yang dihitung berdasarkan jumlah 0.582 (lebih besar dari = 0,05) yang
bahan yang digunakan dan mengacu berarti tidak ada perbedaan dengan
pada program nutrisurvey. Menu menu yang lain. Begitu juga halnya
breakfast merupakan salah satu dengan Mns 2 nampak bahwa nilai
pesan dalan Pedoman Umum Gizi sig. sampel adalah 0.414 (lebih
Seimbang yang dapat menyumbang besar dari =0.05) sehingga
450-500 kalori dengan 8-9 gram dinyatakan bahwa pada tingkat α
protein (Muhilal dan Damayanti, 2006) kepercayaan 95%, penampilan
Apabila dibandingkan dengan DKGA setiap menu yang diuji tidak berbeda
untuk anak usia 10-12 tahun untuk nyata. Hasil ini menunjukkan bahwa
kecukupam Energi, Protein, Lemak penampilan menu breakfast untuk
dan Karbohidrat, maka Menu paket B menu sekolah (Mns) 1 dan menu
yang tepat untuk menjadi menu sekolah (Mns) 2 yang disajikan
breakfast bagi anak usia sekolah agar dalam penelitian ini sama. Salah
terhindar dari masalah gizi kurang satu cara untuk membuat anak suka
yang dapat menyebabkan anak makan makanan yang disajikan
mudah lelah, tidak tahan melakukan adalah menyajikan makanan dengan
aktifitas fisik yang lama, tidak mampu penampilan yang menarik dan
berpikir dan berpartisipasi penuh bervariasi.
dalam proses belajar. Ungkapan“look good enough
3. Uji Mutu Heonik Paket Menu for food” bukanlah suatu ungkapan yang
Breakfast berlebihan. Makanan harus baik
a. Penampilan dilihat saat berada di piring, dimana
Dalam penelitian ini hal tersebut adalah salah satu faktor
penampilan menu juga sangat terpenting. Kesegaran dan
diperhatikan. Salah satu kebersihan dari makanan yang
permasalahan yang sering disajikan adalah contoh penting yang akan
dikeluhkan orang tua ketika memiliki mempengaruhi penampilan makanan
anak usia pertumbuhan adalah anak baik atau tidak untuk dinikmati.
susah makan sehingga menimbulkan
kekhawatiran bagi orang tua akan b. Rasa
asupan gizi yang masuk ke dalam Dari segi rasa menu yang
tubuh anak. Dalam penelitian ini paling banyak disukai adalah paket
penampilan juga sangat menu C dengan nilai rerata 4,3056
diperhatikan. Oleh sebab itu untuk berdasarkan uji mutu hedonik, dan
menilai penampilan menu berada pada skala amat suka dan
meggunakan Uji Organoleptik sangat suka. Berbeda dengan uji
dengan skala hedonik. Dan rentang statistik Kruskal Wallis test pada
skala hedonik berkisar dari ekstrim parameter cita rasa dengan Mns 1
baik sampai ekstrim jelek. Hasil uji terlihat bahwa nilai sig. sampel
hedonik untuk penampilan dari menu adalah 0,421 (atau lebih besar dari
breakfast A,B,dan C oleh 36 panelis =0,05) sehingga dapat dinyatakan
ternyata yang paling banyak di sukai bahwa pada tingkat α kepercayaan
dari segi penampilan menu oleh 95%, cita rasa setiap menu yang
panelis untuk adalah menu C. Ini diuji tidak berbeda nyata. Kemudian
dibuktikan dengan nilai rerata dari dari table uji statistic Kruskal Wallis
menu 3 adalah 4.4167 atau berada test pada parameter cita rasa
pada skala amat suka 4 dan skala dengan Mns 2 terlihat bahwa nilai
amat sangat suka 5. sig. sampel adalah 0,325 (atau lebih
besar dari =0,05) sehingga dapat
Selanjutnya pada table uji dinyatakan bahwa pada tingkat α
statistic Kruskal Wallis test pada kepercayaan 95%, cita rasa setiap
parameter penampilan mns 1 menu yang diuji tidak berbeda
menunjukkan nilai sig sampel adalah nyata. Hasil uji cita rasa ini
84 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016 Analisis Organoleptik Henry S. Imbar,dkk

menunjukkan bahwa semua menu sangat suka 9 orang siswa, amat


mempunyai cita rasa yang sama. suka 12 orang siswa dan suka 13
Cita rasa adalah suatu cara orang siswa. Akan tetapi setelah diuji
pemilihan makanan yang dibedakan dengan uji statistic Kruskal Wallis
dari rasa (taste) makanan tersebut. test untuk parameter warna menu
Cita rasa merupakan atribut sekolah (Mns) 1 diperoleh nilai sig.
makanan yang meliputi bau, rasa, sampel adalah 0.84 (atau lebih besar
tekstur dan suhu (Drummond & dari 0.05). Hasil ini menunjukkan
Brefere,2010). bahwa setiap warna menu yang diuji
tidak berbeda nyata. Demikian juga
c. Tekstur halnya dengan menu sekolah (Mns)
Tekstur atau konsistensi 2 setelah diuji dengan menggunakan
makanan yang dihidangkan uji Kruskal Wallis menunjukkan
hendaknya disesuaikan dengan bahwa warna menu yang diuji tidak
kemampuan fisiologis dan juga berbeda nyata.
umur. Berdasarkan hasil uji hedonik Warna makanan memiliki
tekstur paket menu yang paling peranan utama dalam penampilan
banyak disukai adalah menu C (3) makanan,meskipun makanan
dengan nilai rerata 3,722 atau tersebut lezat, tetapi bila penampilan
berada pada skala amat suka 4 dan tidak menarik waktu disajikan akan
suka 3. Penilaian tekstur makanan mengakibatkan selera orang yang
dapat dilakukan dengan jari, gigi, akan memakannya menjadi
dan langit-langit (palatum). Dari nilai hilang.Warna biasanya merupakan
yang diperoleh diharapkan dapat tanda kemasakan atau kerusakan
diketahui kualitas makanan.Faktor dari makanan, seperti perlakuan
tekstur diantaranya adalah rabaan penyimpanan yang memungkinkan
oleh tangan, keempukan, adanya perubahan warna. Oleh
kemudahan dikunyah serta karenaitu untuk mendapatkan warna
kerenyahan makanan. Untuk itu yang sesuai dan menarik harus
cara pemasakan bahan makanan digunakan tehnik memasak tertentu
dapatmempengaruhi kualitas tekstur atau dengan penyimpanan yang baik
makanan yang dihasilkan. (Meilgard, dkk.2000)
Selanjutnya pada uji statistic
Kruskal Wallis test untuk parameter d. Aroma
tekstur dengan Menu sekolah (Mns) Aroma adalah bau yang
1 terlihat bahwa nilai sig. sampel sangat subyektif serta sulit diukur,
adalah 0,531 (atau lebih besar dari karena setiap orang mempunyai
=0,05) sehingga dapat dinyatakan sensitifitas dan kesukaan yang
bahwa pada tingkat α kepercayaan berbeda. Meskipun mereka dapat
95%, tekstur setiap menu yang diuji mendeteksi, tetapi setiap individu
tidak berbeda nyata. Berbeda memiliki kesukaan yang berlainan.
dengan menu sekolah (Mns) 2 nilai Berdasarkan hasil uji hedonik
sig. sampel adalah 0.05 (atau sama yang dilakukan oleh 36 panelis,
= 0.05) sehingga dinyatakan pada dapat dilihat bahwa dari parameter
tingkat α kepercayaan 95%, tekstur aroma menu yang paling banyak
setiap menu yang diuji berbeda disukai adalah Mn 3 dengan nilai
nyata. Artinya ada perbedaan antara rerata 4,138 atau berada pada
menu sekolah 2 dengan paket menu skala amat suka 4 dan amat sangat
yang lain. Warna suka 5. Timbulnya aroma makanan
Berdasarkan uji kesukaan disebabkan oleh terbentuknya
dengan menggunakan skala hedonic senyawa yang mudah menguap.
terhadap warna ternyata Paket Aroma yang dikeluarkan setiap
menu C yang banyak disukai dimana makanan berbeda-beda. Selain
responden yang menyatakan amat itu,cara memasak yang berbeda akan
85 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016 Analisis Organoleptik Henry S. Imbar,dkk

menimbulkan aroma yang berbeda pula. menu breakfast dengan menu


Rasa makanan merupakan faktor konvensional, namun
kedua yang mempengaruhi citarasa berdasarkan nilai rata-rata dari
makanan setelah penampilan skor hedonik terdapat
makanan itu sendiri (Meilgaard, perbedaan.
dkk.2000)
Dari table uji statistic Kruskal B. SARAN
Wallis test pada parameter aroma Menu breakfast pangan lokal dapat
dengan menu sekolah (Mns) 1 dijadikan acuan dalam upaya
terlihat bahwa nilai sig. sampel meningkatkan asupan zat gizi dan
adalah 0,291 (atau lebih besar dari untuk membiasakan anak sekolah
=0,05) sehingga dapat dinyatakan sarapan pagi dengan menu yang
bahwa pada tingkat α kepercayaan seimbang.
95%, aroma menu yang diuji tidak
berbeda nyata. Selanjutnya untuk uji DAFTAR PUSTAKA
statistic Kruskal Wallis test pada 1. Depkes R.I.,2004. Analisis Situasi
parameter aroma dengan menu Gizi & Kesehatan Masyarakat.
sekolag (Mns) 2 terlihat bahwa nilai Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
sig. sampel adalah 0,630 (atau lebih Masyarakat. Direktorat Gizi
besar dari =0,05) sehingga dapat Masyarakat. Jakarta.
dinyatakan bahwa pada tingkat α 2. Syafruddin, Sutjahjo, S.H., Baliwati,
kepercayaan 95%, aroma setiap Y.F., Nurmalita.R. (2007) Starategi
menu yang diuji tidak berbeda Pengelolaan dan Analisis Status
nyata. Timbulnya aroma makanan Keberlanjutan Ketahanan Pangan di
disebabkan oleh terbentuknya Kabupaten Halmahera Tengah.Jurnal
senyawa yang mudah menguap. Pengkajian dan Pengembangan
Aroma yang dikeluarkan setiap Teknologi Pertanian. 10(1) Juni, pp.
makanan berbeda-beda. Selain 30-38.
itu,cara memasak yang berbeda akan 3. Gail C. Rampersaud., Marka
menimbulkan aroma yang berbeda pula. A.Pereira.,Beverly L.Girard.,Judi
Rasa makanan merupakan faktor Adams.,Jordan
kedua yang mempengaruhi citarasa D.Metzl.,(2005).Breakfast Habits,
makanan setelah penampilan Nutritional Status, Body Weight, anda
makanan itu sendiri. Academic Performance in children
and adolecents., Journal of The
KESIMPULAN DAN SARAN American Dietetic Association, 743 -
A. Simpulan 760
1. Menu yang dikembangkan : 4. Watanabe, K., Flores, R., Fujiwara,
a. Paket ubi berwarna dengan J., & Tran, L. (2005) Early Childhood
komposisi nilai gizi Energi Development Intervention and
399 Kaloril; Protein 30,7 gram; Cognitive Development of Young
Lemak 8,9 gram; Kharbohidrat Children in Rural Vietnam. J.Nutr,
49,7 gram 1918-1925.
b. Paket singkong goreng gurih 5. Khomsan, A. (2003) Pangan dan Gizi
dengan komposisi nilai gizi untuk Kesehatan. Raja Grafindo
Energi 639 Kalori; Protein 34,4 Persada, Jakarta.
gram; Lemak 23,9 gram; 6. Sukati Saidin, Y., Krisdinamurtirin.,
Kharbohidrat 71,9 gram Ance Murdiana.,
c. Steak kentang rebus dengan Moecherdiyatiningsih
komposisi nilai gizi Energi 416 Moecherdiyatiningsih., Lies Darwin
Kalori; Proten 28 gram; Lemak Karyadi., Sri Murni.Hubungan
13 gram ; Kharbohidrat47gram Kebiasaan Makan dengan
2. Secara statistik tidak ada Konsentrasi Belajar. Jurnal Penelitian
perbedaan nyata antara ketiga Gizi dan Makanan, 60 - 73
86 GIZIDO Volume 8 No. 1 Mei 2016 Analisis Organoleptik Henry S. Imbar,dkk

7. Kurniasari, R. (2005) Hubungan Available from:


Frekuensi dan Asupan Gizi Makan http://medicastore.com/ [Accessed 6
Pagi dengan Kadar Hemoglobin (Hb) November 2014)
Darah dan Konsentrasi di Sekolah 14. Andarwati,R. Prawirohartono,E.P. &
pada Murid Kelas V dan VI SDN Jetis Gamayanti,I.L. (2006) Hubungan
I dan SDN Jetishardjo I Yogyakarta. Berat Badan Lahir, Pemberian ASI
Tesis Pasca Sarjana Program Studi Eksklusif, Status Gizi Dan Stimulasi
IKM Minat Utama Gizi Kesehatan, Kognitif Dengan Kecerdasan Anak
UGM, Yogyakarta. Usia 5-6 Tahun. Jurnal Gizi Klinik
8. Sobaler, A.M.L., Ortega, R.M., Indonesia, 2 (3), 95-100.
Quintas, M.E., Navia, B. & Requejo, 15. Almatsier, S. (2004) Prinsip Dasar
A.M. (2003). Relationship between Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka
Habitual Breakfast and Intellectual Utama, Jakarta.
Performance (Logical Reasoning in 16. Sekretariat Negara, 2009. Peraturan
Well-Nourished Schoolchildren of Presiden Nomor 22 tahun 2009
Madrid (Spain). European Journal of tentang Kebijakan Percepatan
Clinical Nutrition, Suppl 1, S49-S53. Penganekaragaman Konsumsi
9. Soekirman. (2000) Ilmu Gizi dan Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal
Aplikasinya. Dirjen Dikti Depdiknas 17. Kartika,B. 1988.,Pedoman Uji
RI, Jakarta Inderawi Bahan Pangan Yogyakarta;
10. Soekirman (2004) Perlu Paradigma Pusat Antar Universitas Pangan dan
Baru untuk Menanggulangi Masalah Gizi UGM.
Gizi Makro di Indonesia, 18. Drummond, K.E., & Brefere, L.M.
http:www.gizinet. (Diakses 12 (2010) Nutrition for food service and
Pebruari 2015) culinary professionals., New Jersey;
11. Linder, M.C. (2006) Biokimia Nutrisi John Wiley & Sons,Inc
dan Metabolisme dengan Pemakaian 19. Soekarto, S. 1990. Dasar-Dasar
secara Klinis (Parakkasi, A.; Pengawasan dan Standarisasi Mutu
penerjemah). UI Press, Jakarta. Pangan IPB-Press, Bogor.
12. Apriyantono, A. (2005) Revitalisasi 20. Meilgaard, M., Civille G.V., Carr B.T.
Pertahanan dan Pemantapan Sensory Evaluation Techniques.
Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Boca Raton, Florida: CRC Press;
In: Sandjaya, Sumarno, I., Soekatri, 2000
M., Sofia, G., Kusindrati, Hartati, 21. Judarwanto, W. 2008. Perilaku
B.S.A., Kresnawan, T., Nursanyoto, Makan Anak Sekolah.
H. & Sudikno. ed. Prosiding Temu http://ludruk.com
Ilmiah, Kongres PERSAGI XIII dan 22. Muhilal & Damayanti, D. (2006) Gizi
Festival Gizi, November 20-24, 2005, seimbang untuk anak usia sekolah
Grand Inna, Bali Beach, Sanur-Bali. dasar. In : Soekirman, Susana, H.,
Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Giarno, M.H. & Lestari Y. eds. Hidup
Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)., sehat: Gizi seimbang dalam siklus
pp.11-20 Kehidupan Manusia: Primamedia
13. Sophia, E (2014) Maksimalkan Pustaka.
Potensi Anak dan Bayi.[Internet],

You might also like