Jurnal Kepribadian ..

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 22

Jurnal

FENOMENA KENAKALAN REMAJA DAN KRIMINALITAS

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

Nama : NADIATUL ZAHARA


NPM : 2010101010027
Mata Kuliah : Antropologi
Kelas : 03
Dosen pengajar : Ahmad Nubli Gadeng, S.Pd, M.Pd
NIP : 19920208019031010

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIL


UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH
2020
FENOMENA KENAKALAN REMAJA DAN KRIMINALITAS
THE PHENOMENON OF JUVENILE DELINQUENCY AND CRIMINALITY

Abstract
For the last several years, the society has been frightened by the great number of
criminal actions in various areas, especially in the urban area. It cannot be disavowed
that the criminal actions within the society are caused by the juvenile delinquency which
used to be acceptable. Nonetheless, due to the era progress, the juvenile delinquency
has shown the shift in its quality that directs into criminal actions, such as stealing,
fighting, robbery, rape, and even, killing. Observing the phenomenon, the authors tried
to assess it based on a variety of studies and the literature related to the criminal
actions committed by the juveniles. This paper is a study of the literature of the various
existing references. Furthermore, the data were packaged as the data and information
materials that can give us the description of the condition of the current juvenile
delinquency. The goal is to identify recent juveniles and their psychological condition.
the factors causing the occurrence of juvenile delinquency and delinquency quality shift
committed by juveniles. Furthermore, to identify the role of parents, schools and
communities in tackling juvenile delinquency. Therefore, in dealing with juvenile
delinquency, there should be a cooperation of the various related elements, both the
goverment as law enforcers and the community leaders to make the people get used to
living serenely and peacefully in running everything according to the rules of law
prevailing in the community by considering the psychological side of individual
perpetrators, family parenting, community and the society broadly.
Keywords: juvenile delinquency, shift in quality, criminality.

Abstrak
Dalam beberapa tahun ini, masyarakat dikejutkan dengan sering terjadinya tindak
kriminalitas di berbagai daerah terutama di perkotaan. Tidak dipungkiri tindakan
kriminalitas yang terjadi di beberapa daerah dilakukan anak remaja, yang awalnya
hanya kenakalan remaja yang biasa saja. Namun dengan perkembangan jaman saat ini,
kenakalan remaja sudah menampakkan pergeseran kualitas kenakalan yang menjurus
pada tindak kriminalitas, seperti mencuri, tawuran, membegal, memperkosa bahkan
sampai membunuh. Mencermati fenomena tersebut, penulis mencoba mengkaji dari
berbagai kajian dan literatur yang berkaitan dengan tindak kriminalitas yang dilakukan
remaja.Tulisan ini merupakan studi literatur dari berbagai referensi yang ada,kemudian
data tersebut di kemas sebagai bahan data dan informasi yang dapat memberikan
gambaran mengenai kondisi kenakalan remaja saat ini. Adapun tujuannya adalah ingin
mengetahui remaja dan psikologis remaja, faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja
dan pergeseran kualitas kenakalan yang dilakukan remaja. Kemudian bagaimana peran
orang tua, sekolah dan masyarakat dalam menanggulangi kenakalan remaja. Oleh
karena itu, dalam menangani kenakalan remaja ini, perlu adanya kerjasama dari
berbagai elemen yang terkait, baik pemerintahan selaku penegak hukum dan tokoh-
tokoh masyarakat untuk membiasakan hidup tentram dan damai dalam melakukan
segala sesuatu sesuai dengan aturan hukum yang berlaku di masyarakat, dengan melihat
sisi psikologis individual pelaku, pola asuh keluarga, komunitas dan masyarakat secara
luas.
Kata Kunci: kenakalan remaja, pergeseran kualitas, kriminalitas
PENDAHULUAN sendiri (tawuran, aksi kriminal) ataupun
Seperti yang kita ketahui sekarang ini, oleh orang lain seperti pemerkosaan, tindak
demikian banyak berlangsung kejadian- kekerasan dan sebagainya. Roni memotret
kejadian tindak kenakalan remaja. Bermacam- data Pusat Pengendalian Gangguan Sosial
macam perbuatan negatif atau yang DKI Jakarta bahwa pada 2009 terdapat
menyimpang dilakukan oleh beberapa remaja, 0,08 persen atau 1.318 dari 1.647.835 siswa
yang kelihatannya dikira oleh mereka hanya SD, SMP, dan SMA di DKI Jakarta terlibat
biasa- biasa saja, apalagi ada yang tawuran, dan angka ini meningkat dari tahun-
menganggapnya sebagai sesuatu kebanggaan. tahun sebelumnya.
Mereka sering menyebutkan perilaku tersebut
hanyalah sebagai penunjukkan lambang Roni menilai ekskalasi “agresifitas”
sesuatu keberanian dirinya, namun perilaku remaja belakangan ini, sebenarnya
remaja yang negatif ini, banyak masyarakat “alamiah” dilakukan oleh remaja, mengingat
menganggap sebagai suatu perilaku yang amat remaja memiliki karakter yang labil, egois,
memprihatinkan bagi kalangan remaja di dan mengedepankan kesenangan di atas
Indonesia. tindakan produktif dan positif. Ini yang
kemudian sesuai dengan hasil penelitian
Disebutkan sudah memprihatinkan karena yang mengungkapkan bahwa remaja
kenakalan remaja saat ini, sudah mulai terlihat merupakan fase paling berbahaya dalam
ada pergeseran, semula hanya kenakalan anak kehidupan seseorang. Dan 65% memiliki
remaja yang biasa saja, sekarang masyarakat masalah di keluarga seperti masalah
telah mulai merasakan keresahan yang keuangan, masalah percerian orang tua dan
cenderung merambah segi-segi kriminal yang anggota keluarga meninggal.
secara yuridis menyalahi ketentuan-ketentuan
hukum pidana. Seperti contoh yang sedang Secara eksternal, faktor pendorong
terjadi saat ini, yaitu maraknya pembegalan tawuran massif ialah penduduk Jakarta
motor dan perampokan yang terjadi di Depok yang bertambah drastis dari tahun ke tahun,
dan Tangerang serta daerah lainnya, kemudian yang berarti pertambahan jumlah siswa dan
diketahui pula bahwa identitas beberapa orang pertambahan energi yang siap melakukan
pelaku pembegalan dan perampokan masih kekerasan antar sekolah.
berusia remaja. Untuk itu, Roni yang pernah menjabat
Kotak 1: Pernyataan keprihatinan sebagai Ketua OSIS saat duduk di bangku
dari masyarakat SMA menyarankan orang tua, sekolah
dan pemerintah memberikan “ruang” bagi
Ahmad Sahroni, Pemerhati Pemuda
remaja untuk menyalurkan energi tersebut
menyampaikan keprihatinan yang mendalam
di kegiatan-kegiatan yang positif. Perbanyak
atas berbagai tindakan kekerasan yang
ruang kota untuk berkreasi; Sekolah
dilakukan remaja belakangan ini seperti
memfasilitasi kegiatan-kegiatan ekskul yang
pelemparan air keras, pembajakan bus dan
tidak berbayar dan tidak menekan anak
sebagainya. Menurut Roni berdasarkan
hanya untuk mengejar prestasi semu; orang
statistik di berbagai belahan dunia,
tua pun mengembangkan komunikasi yang
diantaranya Data Badan Sensus Amerika
bersahabat dengan anaknya.
bahwa 60 persen dari populasi remaja
terpapar tindakan kekerasan baik yang
beranjak remaja, beberapa perubahan terjadi,
Pemidanaan serius serta ancaman bahwa
baik dari segi fisik maupun mental. Beberapa
catatan kriminal akan berdampak buruk
perubahan psikologis yang terjadi di antaranya
bagi masa depan para siswa sebaiknya
adalah para remaja cenderung untuk resisten
menjadi pilihan terakhir bagi anak. Justru
dengan segala peraturan yang membatasi
orang tua dan guru yang sebenarnya perlu
kebebasannya. Karena perubahan itulah
mendapatkan ganjaran hukum, karena tidak
banyak remaja melakukan hal-hal yang
mampu mendampingi sang anak sehingga
dianggap nakal. Meskipun karena faktor yang
anakpun menjadi korban.
sebenarnya alami, kenakalan remaja terkadang
Sumber: http://lampost.co/berita/60-persen- tidak bisa ditolerir lagi oleh masyarakat.
remaja-terpapar-kekerasan (9/02/2015) Karena itu, peran orangtua sangat berpengaruh
dalam membentuk kepribadian remaja ini.
Seperti yang dikatakan Kartono (2005),
(Kompas.com 2013)
pakar sosiologi “Kenakalan Remaja atau
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Sayangnya, tidak semua orangtua
juvenile delinquency merupakan gejala mengetahui bagaimana bersikap terhadap
patologis sosial pada remaja yang perubahan anaknya. Banyak orang tua
disebabkan oleh satu bentuk pengabaian berusaha untuk memahaminya, akan tetapi
sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan para orangtua justru membuat seorang
bentuk perilaku yang menyimpang”. remaja semakin nakal. Misalnya, dengan
semakin mengekang kebebasan anak tanpa
Masa remaja sering dikenal dengan istilah
memberikannya hak untuk membela diri.
masa pemberontakan. Pada masa-masa ini,
Akibatnya, para orangtua mengeluhkan
seorang anak yang baru mengalami pubertas
perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur,
seringkali menampilkan beragam gejolak
bahkan terkadang bertindak melawan mereka.
emosi, menarik diri dari keluarga, serta
Sehingga sering terjadi konflik keluarga,
mengalami banyak masalah, baik di rumah,
pemberontakan/perlawanan, depresi, dan
sekolah, atau di lingkungan rumah maupun di
galau/ resah. Munculnya tindakan berisiko ini,
lingkungan pertemanannya. Kenakalan remaja
sangat umum terjadi pada masa remaja
pada saat ini, seperti yang banyak diberitakan
dibandingkan pada masa-masa lain di
di berbagai media, sudah dikatakan melebihi
sepanjang rentang kehidupannya.
batas yang sewajarnya. Banyak anak remaja
dan anak dibawah umur sudah mengenal Inilah problem sosial yang menerpa
rokok, narkoba, free sex, tawuran beberapa remaja kita sekarang ini, yaitu
pencurian,dan terlibat banyak tindakan tingkah laku menyimpang yang dicap
kriminal lainnya yang menyimpang dari dimaksud sebagai kenakalan remaja. Adapun
norma-norma yang berlaku di masyarakat dan penyebab masalah kenakalan remaja
berurusan dengan hukum. diakibatkan dari berbagai macam persoalan,
bisa akibat dari salah orang tua didalam cara
Kenakalan remaja menurut beberapa
mendidik atau orangtua yang terlampau sibuk
psikolog, secara sederhana adalah segala
dengan pekerjaannya, juga dapat dikarenakan
perbuatan yang dilakukan remaja dan
tidak tepatnya saat memilih teman/lingkungan
melanggar aturan yang berlaku dalam
pergaulan hingga dapat mengakibatkan
masyarakat. Meskipun begitu, fenomena
terjerumusnya didalam pergaulan yang salah
kenakalan remaja adalah sesuatu yang normal.
ataupun akibat dari indivudunya sendiri karena
Ketika seseorang
krisis identitas.
Mencermati fenomena tersebut, penulis ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu: 1) 12-
mencoba mengkaji dari berbagai kajian 15 tahun, Masa remaja awal; 2) 15-18 tahun,
dan literatur yang berkaitan dengan tindak Masa remaja pertengahan; 3) 18-21 tahun,
kriminalitas yang dilakukan remaja. Tulisan Masa remaja akhir.
ini merupakan studi literatur dari berbagai
referensi yang ada, kemudian data tersebut Menurut para pakar psikologi, remaja
dikemas sebagai bahan data dan informasi adalah suatu periode transisi dari masa awal
yang dapat memberikan gambaran mengenai anak anak hingga masa awal dewasa, yang
kondisi kenakalan remaja saat ini. Adapun dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12
tujuannya adalah ingin mengetahui remaja dan tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga
psikologis remaja, faktor penyebab terjadinya 22 tahun. Masa remaja bermula pada
kenakalan remaja dan pergeseran kualitas perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat
kenakalan yang dilakukan remaja. Kemudian dan tinggi badan yang dramatis, perubahan
bagaimana peran orang tua, sekolah dan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik
masyarakat dalam menanggulangi kenakalan seksual seperti pembesaran buah dada,
remaja. perkembangan pinggang dan kumis, dan
dalamnya suara.
PEMBAHASAN
Pada perkembangan ini, pencapaian
Remaja kemandirian dan identitas sangat menonjol
Remaja adalah waktu manusia berumur (pemikiran semakin logis, abstrak, dan
belasan tahun. Pada masa remaja manusia idealistis) dan semakin banyak menghabiskan
tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak waktu di luar keluarga.
dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja
adalah masa peralihan manusia dari anak- Remaja memiliki tempat di antara anak-
anak menuju dewasa.Remaja merupakan anak dan orang tua karena sudah tidak
masa peralihan antara masa anak dan masa termasuk golongan anak tetapi belum juga
dewasa,seperti yang dikemukan Monks (2002) berada dalam golongan dewasa atau tua.
perkembangan kognisi remaja berimplikasi Adapun ciri- ciri remaja adalah remaja
pada perkembangan sosialnya. Dalam sosial tidak mesti dilihat dari satu sisi, tetapi dapat
remaja dapat dilihat adanya dua macam gerak dilihat dari berbagai segi. Misalnya dari segi
yaitu gerak meninggalkan diri dari keluarga usia, perkembangan fisik, phisikis, dan
dan gerak menuju teman sebaya. Gerak perilaku. Menurut Gayo (1990) yang ditulis
tersebut merupakan reaksi dari status interim Zahra (2010) dalam blogspotnya tentang
yang dialami remaja yang mengisyaratkan ”Remaja”, ciri-ciri remaja usianya berkisar 12-
usaha remaja untuk masuk kedalam lingkup 20 tahun yang dibagi dalam tiga fase yaitu;
sosial yang lebih luas.Hal senada diungkapkan Adolensi dini, adolensi menengah, dan
oleh Santrock (2003) bahwa remaja adolensi akhir. Penjelasan ketiga fase ini
(adolescence) diartikan sebagai masa sebagai berikut:
perkembangan transisi antara masa anak dan
masa dewasa yang mencakup perubahan a. Adolensi dini
biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Fase ini berarti preokupasi seksual yang
Batasan usia remaja yang umum digunakan meninggi yang tidak jarang menurunkan
oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 daya kreatif/ketekunan, mulai renggang
tahun. Rentang waktu usia remaja dengan orang tuanya dan membentuk
kelompok kawan atau sahabat karib,
tinggah
laku kurang dapat dipertanggungjawabkan. yang cepat sekali
Seperti perilaku di luar kebiasaan,
delikuen, dan akal atau defresif.
b. Adolensi menengah
Fase ini memiliki ciri umum:
Hubungan dengan kawan dari lawan jenis
mulai meningkat, pentingnya, fantasi
dan fanatisme terhadap berbagai aliran,
misalnya, mistik, musik, dan lain-lain.
Menduduki tempat yang kuat dalam
perioritasnya, politik dan kebudayaan
mulai menyita perhatiannya sehingga kritik
tidak jarang dilontarkan kepada keluarga
dan masyarakat yang dianggap salah dan
tidak benar, seksualitas mulai tampak
dalam ruang atau skala identifikasi, dan
desploritas lebih terarah untuk meminta
bantuan.
c. Adolesensi akhir
Pada masa ini remaja mulai lebih
luas, mantap, dari dewasa dalam ruang
lingkup penghayatannya. Ia lebih bersifat
‘menerima’dan ‘mengerti’ malahan sudah
mulai menghargai sikap orang/pihak lain
yang mungkin sebelumnya ditolak.
Memiliki karier tertentu dan sikap
kedudukan, kultural, politik, maupun
etikanya lebih mendekati orang tuanya.
Bila kondisinya kurang menguntungkan,
maka dalam masa adolesensi akhir ini,
akan mempengaruhi tahap kesulitan
jiwanya. Remaja dalam kondisi ini,
memerlukan bimbingan dengan baik dan
bijaksana, dari orang-orang di sekitarnya.
Argumen lain tentang ciri-ciri remaja
dari berbagai sudut pandang dikemukakan
oleh Mustaqim dan Abdul Wahid (1991),
menurutnya pada masa remaja umumnya telah
duduk dalam bangku sekolah lanjutan. Pada
permulaan periode anak mengalami
perubahan- perubahan jasmani yang berwujud
tanda-tanda kelamin sekunder seperti kumis,
jenggot, atau suara berubah pada laki-laki.
Lengan dan kaki mengalami pertumbuhan
sehingga anak-anak menjadi canggung dan umumnya telah mulai menemukan nilai-nilai
kaku. Kelenjar-kelenjar mulai tumbuh yang hidup, cinta, persahabatan, agama, kesusilaan,
dapat menimbulkan gangguan phisikis anak. kebenaran dan kebaikan. Masa ini biasa
disebut masa pembentukan dan menentuan
Disebutkan pula oleh Mustaqim dan Abdul nilai dan cita- cita.Lain dari pada itu anak
Wahid (1991), bahwa perubahan rohani juga mulai berfikir tentang tanggung jawab sosial,
sudah mulai timbul, remaja telah mulai berfikir agama moral, anak mulai berpandangan
abstrak ingatan logis makin lama makin lemah. realistik, mulai mengarahkan perhatian pada
Pertumbuhan fungsi-fungsi psikis yang satu teman hidupnya kelak, kematangan jasmani
dengan yang lain tidak dalam keadaan seimbang dan rohani, memiliki keyakinan dan pendirian
akibatnya anak sering mengalami pertentangan yang tetap serta berusaha mengabdikan diri
batin dan gangguan, yang biasa disebut dimasyarakat juga ciri remaja yang menonjol,
gangguan integrasi. Kehidupan sosial anak tetapi hanya remaja yang sudah hampir masuk
remaja juga berkembang sangat luas. Akibatnya dewasa.
anak berusaha melepaskan diri darikekangan
orang tua untuk mendapatkan kebebasan, Sedangkan menurut Hurlock (1999) ciri-
meskipun di sisi lain masih tergantung pada ciri masa remaja adalah sebagai berikut:
orang tua. Dengan demikian terjadi pertentangan
1. Masa remaja sebagai periode yang penting,
antara hasrat kebebasan dan perasan tergantung
karena perkembangan fisik, mental yang
dengan keinginan anak itu sendiri. cepat dan penting dan adanya penyesuaian
Lebih lanjut dikatakan Mustaqim dan mental dan pembentukan sikap, nilai dan
minat baru.
Abdul Wahid, pada masa remaja akhir
2. Masa remaja sebagai periode peralihan, harus membimbing dan mengawasi.
adanya suatu perubahan sikap dan perilaku 7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik.
dari anak-anak ke menuju dewasa. Karena remaja melihat dirinya sendiri dan
3. Masa remaja sebagai periode perubahan, orang lain sebagaimana yang diinginkan dan
karena ada 5 perubahan yang bersifat bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-
universal yaitu perubahan emosi, tubuh, cita.
minat dan pola perilaku, dan perubahan 8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa,
nilai. karena remaja mulai memusatkan diri pada
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah, perilaku yang dihubungkan dengan orang
karena pada masa kanak-kanak masalah- dewasa.
masalahnya sebagian besar diselesaikan
Pendapat lainnya dikatakan masa remaja
oleh guru dan orang tua sehingga
merupakan saat individu mengalami kesadaran
kebanyakan remaja kurang berpengalaman
akan dirinya tentang bagaimana pendapat orang
dalam mengatasi masalah.
lain tentang dirinya (Rosenberg dalam Demo &
5. Masa remaja sebagai masa mencari
Seven-Williams, 1984). Kemudian Conger (1977)
identitas, karena remaja berusaha untuk
mengatakan “Pada masa tersebut kemampuan
menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya.
kognitif remaja sudah mulai berkembang, sehingga
6. Masa remaja sebagai usia yang remaja tidak hanya mampu membentuk pengertian
menimbulkan ketakutan, karena adanya mengenai apa yang ada dalam pikirannya, namun
anggapan stereotip budaya bahwa remaja
remaja akan
adalah anak-anak yang tidak rapih, yang
tidak dapat dipercaya dan cenderung
merusak, menyebabkan orang dewasa
berusaha pula untuk mengetahui pikiran kemungkinan memiliki kecenderungan yang
orang lain tentang tentang dirinya”. lebih besar menjadi remaja nakal dibandingkan
remaja yang dibesarkan dalam keluarga
Oleh karena itu tanggapan dan harmonis dan memiliki konsep diri positif.
penilaian orang lain tentang diri individu
akan dapat berpengaruh pada bagaimana Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil
individu menilai dirinya sendiri. Conger kesimpulan bahwa ciri ciri masa remaja adalah
(dalam Mönks et.al, 1999) menyatakan merupakan periode yang penting, periode
bahwa remaja nakal biasanya mempunyai perubahan, peralihan, usia yang bermasalah,
sifat memberontak, ambivalen terhadap pencarian identitas, usia yang menimbulkan
otoritas, mendendam, curiga, implusif dan ketakutan, masa yang tidak realistik dan
menunjukan kontrol batin yang kurang. ambang masa kedewasaan.
Sifat–sifat tersebut mendukung
perkembangan konsep diri yang negatif. Psikologi Remaja
Gunarsa(2004) mengatakan bahwa remaja Ciri perkembangan psikologis remaja
yang didefinisikan sebagai anak nakal adalah adanya emosi yang meledak-ledak, sulit
biasanya mempunyai konsep diri lebih dikendalikan, cepat depresi (sedih, putus asa)
negatif dibandingkan dengan anak yang dan kemudian melawan dan memberontak.
tidak bermasalah. Emosi tidak terkendali ini disebabkan oleh
konflik peran yang sedang dialami remaja.
Dengan demikian remaja yang
Oleh karena itu, perkembangan psikologis ini
dibesarkan dalam keluarga yang kurang
ditekankan pada keadaan emosi remaja.
harmonis dan memiliki konsep diri negatif
Keadaan emosi pada masa remaja masih dilarang, remaja tidak mudah diyakinkan tanpa
labil karena erat dengan keadaan hormon. jalan pemikiran yang logis. Dengan
Suatu saat remaja dapat sedih sekali, dilain perkembangan psikologis pada remaja, terjadi
waktu dapat marah sekali. Emosi remaja lebih kekuatan mental, peningkatan kemampuan
kuat dan lebih menguasai diri sendiri daripada daya fikir, kemampuan mengingat dan
pikiran yang realistis. Kestabilan emosi remaja memahami, serta terjadi peningkatan
dikarenakan adanya pengaruh tuntutan orang keberanian dalam mengemukakan pendapat.
tua dan masyarakat, yang akhirnya mendorong
Menurut Mu’tadin (2002) remaja sering
remaja untuk menyesuaikan diri dengan situasi
mengalami dilema yang sangat besar antara
dirinya yang baru. Hal tersebut hampir sama
mengikuti kehendak orang tua atau mengikuti
dengan yang dikemukakan oleh Hurlock
kehendaknya sendiri. Situasi ini dikenal
(1990), yang mengatakan bahwa kecerdasan
dengan ambivalensi dan hal ini akan
emosi akan mempengaruhi cara penyesuaian
menimbulkan konflik pada diri remaja.
pribadi dan sosial remaja. Bertambahnya
Konflik ini akan mempengaruhi remaja dalam
ketegangan emosional yang disebabkan remaja
usahanya untuk mandiri, sehingga sering
harus membuat penyesuaian terhadap harapan
menimbulkan hambatan dalam penyesuaian
masyarakat yang berlainan dengan dirinya.
diri terhadap lingkungan sekitarnya, bahkan
Menurut Mappiare (dalam Hurlock, 1990) dalam beberapa kasus tidak jarang remaja
remaja mulai bersikap kritis dan tidak mau menjadi frustasi dan memendam kemarahan
begitu saja menerima pendapat dan perintah yang mendalam kepada orang tuanya dan
orang lain, remaja menanyakan alasan orang lain disekitarnya. Frustasi dan
mengapa sesuatu perintah dianjurkan atau kemarahan tersebut seringkali di
ungkapkan dengan perilaku perilaku yang tidak pembuat ribut, pengacau, dll.
simpatik terhadap orang tua maupun orang
Pengaruh sosial dan kultural memainkan
lain yang dapat membahayakan dirinya sendiri
peran yang besar dalam pembentukan atau
maupun orang lain disekitarnya.
pengkondisian tingkah laku criminal anak-
Kenakalan Remaja anak remaja. Perilaku anak-anak remaja ini
menunjukkan tanda-tanda kurang atau tidak
Kenakalan remaja (Juvenile Delinquency)
adanya konformitas terhadap norma-norma
ialah kejahatan / kenakalan yang dilakukan
sosial, mayoritas kenakalan remaja berusia 21
oleh anak-anak muda, yang merupakan gejala
tahun. Angka tertinggi tindakan kejahatan ada
sakit (Patologis) secara sosial pada anak-
pada usia 15–19 tahun, dan sesudah umur 22
anak dan remaja yang disebabkan oleh satu
tahun kasus kejahatan yang dilakukan oleh
bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka
remaja akan menurun.
itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang
menyimpang. Istilah kenakalan remaja (Juvenile
Delinquency) menurut Dryfoon yang dikutip
Juvenile berasal dari bahasa latin
Alit (2009) mengacu pada suatu rentang yang
“Juvenilis”, artinya anak-anak, anak muda,
luas, dari tingkah laku yang tidak diterima
cirri karakteristik pada masa muda, sifat khas
secara sosial (misal ; bersikap berlebihan di
pada periode remaja. Delinquent berasal dari
sekolah) sampai pelanggaran status (seperti
bahasa latin yaitu “delinquere”, yang berarti
melarikan diri) hingga tindak kriminal
terabaikan, yang kemudian diperluas menjadi
(misalnya pencurian). Untuk alasan hukum
jahat, a-sosial, kriminal, pelanggaran aturan,
dilakukan pembedaan antara pelanggaran digunakan bila sejumlah tingkah laku seperti
indeks dan pelanggaran status: Pelanggaran membolos, melarikan diri, melakukan
indeks (index offenses); adalah tindakan pembakaran, bersikap kejam terhadap binatang,
kriminal yang dilakukan oleh remaja maupun membobol dan masuk tanpa ijin, perkelahian yang
orang dewasa, seperti perampokan, tindak berlebihan ataupun tindakan yang menyimpang.
penyerangan, pemerkosaan, pembunuhan. Muncul dalam kurun waktu 6 bulan. Bila tiga atau
Pelanggaran status (Status offenses); adalah lebih tingkah laku tersebut muncul sebelum usia
tindakan yang tidak seserius pelanggaran 15 tahun dan anak atau remaja tersebut dianggap
indeks, seperti melarikan diri, membolos, tidak dapat diatur atau diluar kendali, diagnosis
minum minuman keras dibawah usia yang klinisnya adalah gangguan tingkah laku.
diperbolehkan, hubungan seks bebas dan anak
Myers & Burket (1992) yang dikutip Alit
yang tidak dapat dikendalikan. Tindakan ini
(2009) mengatakan bahwa kebanyakan anak-anak
dilakukan remaja dibawah usia tertentu yang
dan remaja pada suatu waktu akan melakukan
membuat mereka dapat digolongkan sebagai
hal-hal yang merusak atau mengakibatkan
pelaku pelanggaran remaja.
munculnya kesulitan bagi diri mereka sendiri
Selanjutnya Alit (2009) menyatakan selain ataupun bagi orang lain. Bila tingkah laku seperti
klasifikasi hukum dalam pelanggaran indeks ini sering terjadi di masa kecil ataupun di masa
dan pelanggaran status, banyak tingkah laku remaja awal, para psikiater mendiagnosis mereka
yang dianggap termasuk kenakalan dan sebagai
dimasukkan dalam penggolongan tingkah laku
abnormal yang digunakan secara
meluas.Gangguan tingkah laku (conduct
disorder) adalah istilah diagnosa psikiatri yang
conduct disorder. Bila tingkah laku dan menyalahi norma-norma agama.
demikian membuat para remaja melakukan
Kenakalan remaja boleh jadi berkaitan erat
tindakan ilegal, masyarakat menganggap
dengan hormon pertumbuhan yang fluktuatif
mereka pelaku kejahatan (delinquents).
sehingga menyebabkan perilaku remaja sulit
Tidak berbeda dengan yang dikatakan diprediksi, namun ini bukanlah jawaban
Sudarsono (2012), bahwa juvenile yang dapat menjadi justifikasi atas perilaku
delinquency sebagai kejahatan anak dapat remaja. Rasanya angapan sebagian orang yang
diinterpretasikan berdampak negatif secara menyatakan bahwa hormon berpengaruh
psikologis terhadap anak yang menjadi sangat besar, hal itu rasanya agak dilebih-
pelakunya, apalagi jika sebutan tersebut lebihkan, penulis sependapat dengan para
secara langsung menjadi semacam trade pengamat kriminalitas, bahwa nampaknya ada
mark. Selanjutnya Sudarsono (2012) faktor lain yang menyebabkan mengapa angka
menyebutkan dari beberapa kajian dan kriminalitas di kalangan remaja menjadi sangat
perumusan psikolog Dr. Fuad Hasan dan tinggi dan perbuatan kriminalitas tersebut
Drs. Bimo Walgito, menyatakan bahwa arti dianggap sangat meresahkan masyarakat
juvenile delinquency nampak ada secara luas.
pergeseran menegenai kualitas subyek,
Adapun bentuk kenakalan remaja menurut
yaitu dari kualitas anak menjadi
Sunarwiyati (1985), membagi kenakalan
remaja/anak remaja. Dalam pengertian
remaja kedalam tiga tingkatan, yaitu: 1)
lebih luasa tentang kenakalan remaja ialah
Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka
perbuatan/ kejahatan/pelanggaran yang
keluyuran, membolos sekolah, pergi dari
dilakukan oleh anak remaja yang bersifat
rumah
melawan hukum, anti sosial, anti susila,
tanpa pamit, 2) Kenakalan yang menjurus pada kesalahannya terbukti. Dari segi hukum
pelanggaran dan kejahatan seperti Singgih D Gunarsa (1988), mengatakan
mengendarai tanpa SIM, mengambil barang kenakalan remaja digolongkan dalam dua
orang tua atau orang lain tanpa ijin, 3) kelompok yang berkaitan dengan norma-
Kenakalan khusus seperti penyalahgunaan norma hukum, yaitu: 1) Kenakalan yang
narkotika, hubungan seks bebas, pencurian. bersifat amoral dan sosial serta tidak diatur
(dalam Masngudin, 2003) dalam undang-undang, sehingga tidak dapat
atau sulit digolongkan sebagai pelanggar
Pergeseran Kualitas Kenakalan Remaja hukum, 2) Kenakalan yang bersifat melanggar
Kriminalitas atau tindak kriminal segala hukum dengan penyelesaian sesuai dengan
sesuatu yang melanggar hukum atau sebuah undang-undang dan hukum yang berlaku
tindak kejahatan. Pelaku kriminalitas disebut sama dengan perbuatan melanggar hukum bila
seorang kriminal. Biasanya yang dianggap dilakukan orang dewasa.
kriminal adalah seorang maling atau pencuri,
Seperti yang dikatakan Kartono (2005)
pembunuh, perampok, pembegalan dan juga
bahwa kriminalitas atau kejahatan itu bukan
termasuk pemerkosaan.
merupakan peristiwa herediter (bawaan
Selama kesalahan seorang kriminal belum sejak lahir, warisan) juga bukan merupakan
ditetapkan oleh seorang hakim, maka orang ini warisan biologis. Tindakan kriminalitas
disebut seorang terdakwa. Sebab ini itu, bisa dilakukan oleh siapapun juga, baik
merupakan asas dasar sebuah negara hukum: wanita maupun pria; dapat berlangsung
seseorang tetap tidak bersalah sebelum pada usia anak, dewasa ataupun lanjut usia.
Tindak kejahatan bisa dilakukan secara sadar misalnya, didorong oleh impuls-impuls yang
hebat, didera oleh dorongan-dorongan paksaan
yang sangat kuat (kompulsi-kompulsi), dan
oleh obsesi-obsesi atau bahkan desakan
pemenuhan kebutuhan hidup. Kejahatan bisa
juga dilakukan secara tidak sadar sama sekali
atau tidak sengaja untuk melakukan karena
reflek naluri. Misalnya, karena terpaksa untuk
mempertahankan hidupnya, seseorang harus
melawan dan terpaksa membalas menyerang
untuk melindungi dirinya atau keluarganya,
sehingga terjadi peristiwa pembunuhan.

Kejadian-kejadian kriminalitas semakin


marak diberitakan, masyarakat dapat melihat
betapa brutalnya remaja jaman sekarang.
Meningkatnya tingkat kriminal di Indonesia
tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa,
tetapi banyak juga dari kalangan para remaja.
Tindakan kenakalan remaja yang dilakukan
beraneka ragam dan bervariasi, namun
tindakannya biasanya hanya terbatas dengan
apa yang dilakukannya sesuai desakan
kebutuhan dan keinginannya yang harus
dipenuhi saat itu, jika dibandingkan dengan
tindakan kriminal yang dilakukan oleh orang
dewasa yang sudah menjadi kebiasaan dan
menjadikan tindak kejahatan itu sebagai
profesi.

Sebetulnya motivasi para remaja dalam


tindak kriminalitas sering lebih sederhana
dan mudah dipahami misalnya: pencurian
yang dilakukan oleh seorang remaja, hanya
untuk memberikan hadiah kepada seseorang
yang disukainya dengan maksud untuk
memberikan perhatian cintanya, kemudian
keinginan untuk mendapatkan sesuatu seperti
ingin mempunyai telepon genggam. Contoh
lain adalah maraknya tawuran antar pelajar,
yang permasalahannya hanya sepele, seperti
saling ejek yang saling mempertahankan
dan membanggakan kelompoknya atau
bersenggolan dalam mengendarai motor,
bahkan hanya memperebutkan sang kekasih
yang berbeda sekolah. Akan tetapi kenakalan remaja yang dilakukannya sering melebihi batas
yang tak terkendali, sehingga menjadikan sedikit yang melibatkan anak usia remaja.
berurusan dengan aparat penegak hukum. Adapun kejahatan yang dilakukan anak remaja
yang saat ini lagi marak, adalah pembegalan
Seperti yang dirasakan beberapa tahun ini,
atau perampasan motor dan pencurian.
dengan berkembangnya jaman ke arah modern,
Kejahatan ini dilakukan dianggap mudah
kenakalan remaja sudah mulai meningkat dan
dipelajari dan mudah dilakukan oleh pelaku
bergeser, bukan hanya sekedar kenakalan
kejahatan usia remaja yang bermodalkan
biasa- biasa saja yang sering dilakukan oleh
keberanian dan nekat. Kemudian hasil dari
para remaja, akan tetapi kenakalan remaja saat
kejahatannya itu, mudah juga untuk di-
ini sudah pada tindakan kriminalitas. Seperti
uangkan atau dijual langsung, dan uang hasil
yang dikatakan para pengamat bahwa ada
aksi kejahatannya biasanya digunakan untuk
pergeseran kualitas kenakalan yang dilakukan
membeli kebutuhan dirinya sendiri, seperti beli
remaja. Dikatakan pula bahwa kenakalan
HP, beli sepatu, beli baju celana untuk bergaya,
remaja yang menjurus kriminalitas ini,
bermain sama temannya menghabiskan waktu
dipengaruhi oleh minuman keras dan narkoba,
sambil mabok-mabokan, bahkan untuk
selain itu di picu oleh pergaulan bebas dengan
membelikan sesuatu buat sang kekasih sebagai
teman sebayanya bahkan bergaul dengan
tanda cintanya.
orang dewasa yang tidak punya aturan hidup,
bebas se-enaknya dalam bertindak maupun Seperti contoh kasus yang sangat
perlakuannya, yang tidak mengindahkan aturan meresahkan warga Jabodetabek saat ini,
ataupun norma serta nilai-nilai yang berlaku di yang dilakukan remaja adalah seperti yang
masyarakat maupun di lingkungan sekolahnya. diberitakan di media:
Kejahatan memang bukan bawaan sejak
Kotak 2: Contoh kasus kriminalitas yang
lahir dan kejahatan bisa dilakukan oleh
dilakukan remaja
siapapun, dan kriminalitas nampaknya bisa
dipelajari oleh seseorang karena desakan “Keselamatan warga Jakarta masih
kebutuhan yang harus dipenuhi. Adapun terancam. Pasalnya, pelajar yang tawuran
kejahatan seperti menodong, perampasan, sudah berani menggunakan bahan kimia dan
perampokan bahkan yang lagi marak saat ini senjata tajam. Perilaku ini bukan fenomena
adalah pembegalan, dapat dipelajari seseorang biasa dan menjadi cermin kualitas
melalui film, berita di berbagai media, media kenakalan remaja yang semakin
sosial, pergaulan sehari-hari atau bahkan meningkat”. Hal ini sudah persoalan
langsung dari pelaku kriminalnya. kriminal yang dilakukan pelajar. Tingkat
kenakalannya sudah di luar batas pelajar.
Kriminalitas atau kejahatan sekarang ini, Mulai dari cara melakukan sampai
sudah dapat dikatakan kriminal murni yang melarikan diri setelah menyiramkan air
dilakukan oleh pelaku. Desakan kebutuhan keras, perbuatan itu seperti pelaku kriminal
hidup merupakan dalih yang sering jalanan,” kata Kepala Dinas Pendidikan
diungkapkan seorang pelaku dalam melakukan DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto.
aksinya. Saat ini kejahatan yang sedang terjadi
Sumber: Kompas.com Rabu (7/10/2013)
merupakan pergerakan sindikat secara
berkelompok, tak “Kasus pembegalan motor di jalan
Margonda Depok yang pelakunya masih
usia remaja”
“Kasus pembegalan yang marak tercatat dalam satu hari terdapat sampai tiga
saat ini terjadi, merupakan pergerakan perkelahian di tiga tempat sekaligus.
sindikat kejahatan secara berkelompok dan
merupakan kriminal murni yang dilakukan Selain kasus-kasus tindak kriminal yang
pelaku di kota-kota besar, dan sebagai dilakukan remaja tersebut di atas, ada yang
pelakunya diketahui masih berusia remaja” lebih memprihatinkan lagi sebagai bentuk
pergeseran kualitas kenakalan remaja, yaitu
Sumber: TV One (20 Maret 2015)
tentang kabar penyalahgunaan narkoba yang
“Pelaku pencuri sepeda motor di Serang mulai terbongkar di kalangan anak-anak dan
Banten tertangkap basah, ternyata pelaku remaja.
masih usia pelajar remaja”
Kotak 3: Kasus narkoba yang dilakukan
Sumber: Kompas TV (13/02/2015) oleh anak remaja
Saat ini yang sering di jumpai dan terjadi “Kasus narkoba ini, terungkap oleh
di jalanan, seperti penulis yang pernah melihat Satuan Reserse Narkoba (Satresnarkoba)
dan mengamati tindak kenakalan yang Polresta Samarinda di bulan November
dilakukan remaja, yaitu perkelahian antar tahun 2014 lalu di jalan Hasan Basri,
kelompok, atau yang sering disebut tawuran kelurahan Temindung Permai, kecamatan
antar pelajar. Bahkan bukan hanya antar Sungai Pinang Samarinda, berhasil
pelajar SMU, tapi juga sudah melanda sampai menciduk lima orang tersangka yang
ke kampus-kampus bahkan ke kampung- kedapatan tengah berpesta narkoba jenis
kampung atau sering disebut tawuran antar sabu-sabu. Yang mengejutkan tiga dari lima
warga. Peristiwa tawuran ini sering terjadi orang tersebut masih berusia belasan tahun
hanya masalah sepele, seperti dan masih termasuk dalam kategori anak
mempertahankan kelompoknya atau saling remaja”.
ejek antar kelompok, ada yang mengatakan Sumber: Majalah SOCIETA (Majalah Inspiratif
bahwa berkelahi adalah hal yang wajar pada Berwawasan Kesejahteraan Sosial.
remaja.

Menurut data dari KPAI yang di tayangkan Kasus narkoba ini, sebetulnya sudah
oleh Davit Setyawan (2014) di kota-kota besar terendus sejak tahun 2004, kala itu Badan
seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, tawuran Narkotika Nasioanal (BNN) melakukan servei
ini sering terjadi. Data di Jakarta misalnya terhadap 13.710 responden. Didapati anak usia
(Bimmas Polri Metro Jaya), tahun 1992 8 tahun yang menggunakan ganja dan anak
tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun usia 10 tahun menggunakan narkoba dengan
1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan jenis bervareasi berupa pil penenang, ganja dan
menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat morfin. Secara keseluruhan, penelitian BNN
194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar ini menyimpulkan rata-rata orang
dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998 menggunakan narkoba pertama kali pada usia
ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar 15 tahun.
serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya
korban meningkat dengan 37 korban tewas. Pada tahun 2006, BNN kembali malakukan
Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian penelitian, dari hasil penelitian terungkap
dan korban cenderung meningkat. Bahkan sebanyak 8.500 siswa sekolah dasar di
sering Indonesia mulai mengomsumsi bahkan sudah
kecanduan narkoba dalam satu tahun terakhir. sosiologis pada diri remaja memungkinkan
Dibandingkan tahun 2004, maka data tahun terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama,
2006 menunjukkan kanaikan kasus narkoba terbentuknya perasaan akan konsistensi
pada anak dan remaja lebih dari seratus persen. dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya
identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi
Sekarang ini kasus narkoba merupakan karena remaja gagal mencapai masa
pergeseran peningkatan kualitas kenakalan integrasi kedua.
yang dilakukan anak dan remaja yang sudah
2. Kontrol diri yang lemah: Remaja yang
sedemikian kompleks. Mereka sudah masuk tidak bisa mempelajari dan membedakan
pusaran bisnis jaringan pengedar narkoba yang tingkah laku yang dapat diterima dengan
terorganisir. Dari sisi hukum memang mereka yang tidak dapat diterima akan terseret
sudah jelas berada pada yang terhukum. pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi
Namun juga sesungguhnya anak dan remaja mereka yang telah mengetahui perbedaan
ini adalah korban yang sangat mungkin dua tingkah laku tersebut, namun tidak
sengaja dijebak atau dipengaruhi oleh bisa mengembangkan kontrol diri untuk
beberapa faktor yang tujuannya untuk bertingkah laku sesuai dengan
memuluskan jaringan narkoba internasional. pengetahuannya.
Faktor eksternal:
Terlebih kasus narkoba ini sudah sampai
tahap severe addiction, yaitu periode dimana 1. Keluarga dan Perceraian orangtua,
tidak adanya komunikasi antar anggota
individu hanya hidup dan berlaku untuk
keluarga, atau perselisihan antar anggota
mempertahankan ketergantungannya, sama
keluarga bisa memicu perilaku negatif
sekali tidak memperhatikan lingkungan sosial
pada remaja. Pendidikan yang salah di
dan dirinya sendiri, pada tahap ini biasanya keluarga pun, seperti terlalu memanjakan
sudah terlibat pada tindakan kriminal dan anak, memberikan pendidikan agama, atau
dilakukan demi memperoleh zat adiktif yang penolakan terhadap eksistensi anak, bisa
diinginkan. menjadi penyebab terjadinya kenakalan
remaja.
Sudah jelas dengan survei BNN ini,
memberi tahu kepada masyarakat dan 2. Teman sebaya yang kurang baik
pemerintah, bahwa bahaya narkoba sudah 3. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang
mengintai anak-anak dan remaja di Indonesia. kurang baik.
Tetapi sampai saat ini belum terlihat adanya Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh
program-program yang tersistematis untuk remaja berupa tindakan kriminal boleh jadi
melindungi anak-anak dan remaja dari membuat kita berpikir ulang mengenai integrasi
cengkraman bahaya narkoba dan kriminalitas dalam masyarakat. Kenakalan remaja berupa
bagi masa depan kehidupannya. tindak kriminal bisa memberikan pengaruh yang
besar dalam masyarakat, meskipun pengaruh
Penyebab Kenakalan Remaja mereka tidaklah diinginkan (unintended).
Perilaku ‘nakal’ remaja bisa Karena dengan maraknya pemberitaan
disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri kriminalitas di kalangan remaja mendorong
(internal) maupun faktor dari luar (eksternal). kita bertanya penyebab terjadinya tindakan
tersebut.
Faktor internal:
1. Krisis identitas: Perubahan biologis dan Salah satu tuduhan penyebab mengenai
tingginya angka kriminalitas remaja atau
lebih tepatnya kenakalan remaja adalah tidak berfungsinya keluarga dan/atau ketidak
berfungsian sosial masyarakat. Keluarga Salah satu faktor lainnya yang juga harus
di anggap gagal dalam mendidik remaja diperhatikan adalah peer group remaja
sehingga menyebabkan mereka melakukan tersebut. Teman sepermainan memegang peran
tindakan penyimpangan yang berujung dengan penting dalam meningkatnya angka
diberikannya sanksi sosial oleh masyarakat. kriminalitas di kalangan remaja. Sebagaimana
Dengan dalih keamanan dan ketertiban, sanksi yang dikatakan oleh Sutherland (1961), bahwa
yang diberikan justru menjadikan remaja tindakan kriminal bukan lah sesuatu yang
menjadi lebih sulit diatur. Dan hal ini pula alamiah namun dipelajari, hal ini lah yang
yang menyebabkan masyarakat di anggap menyebabkan pentingnya untuk melihat teman
gagal dalam melakukan tindakan pencegahan sepermainan remaja tersebut.
atas terjadinya perilaku menyimpang tersebut.
Sementara menurut Rauf (2002) perilaku
Keluarga memegang peranan yang penting, tindakan kriminalitas dapat dipengaruhi oleh
dan hal ini diakui oleh banyak pihak. Keluarga tiga kutub, yaitu:
merupakan elemen penting dalam melakukan
sosialisasi nilai, norma, dan tujuan-tujuan a. Kutub keluarga (rumah tangga), dalam
berbagai penelitian yang telah dilakukan
yang disepakati dalam masyarakat, dan
dikemukakan bahwa anak/remaja yang
tingginya angka kriminalitas remaja sebagai
dibesarkan dalam lingkungan sosial
konsekuensi dari tidak berjalannya aturan dan
keluarga yang kurang sehat/disharmonis
norma yang berlaku di masyarakat dianggap keluarga, maka resiko anak untuk
sebagai kesalahan keluarga. Jika melihat dari mengalami gangguan kepribadian menjadi
sisi teoritis, tentu saja bukan hanya keluarga kepribadian antisoasial dan berperilaku
yang dipersalahkan, masyarakat pun dapat menyimpang, lebih besar dibandingkan
dipersalahkan dengan tidak ditegakkan aturan dengan anak/ remaja yang dibesarkan
secara ketat atau membantu sosialisasi norma dalam keluarga yang sehat/harmonis
dan tujuan dalam masyarakat. (sakinah). Kriteria kondisi keluarga kurang
sehat tersebut menurut para ahli adalah,
Sarwono (1998), mengatakan bahwa antara lain: 1) keluarga tidak utuh (broken
keluarga merupakan lingkungan primer pada home by death, separation, divorce), 2)
setiap individu. Sebelum anak mengenal Kesibukan orang tua, ketidakberadaan dan
lingkungan yang luas, ia terlebih dahulu ketidakbersamaan orang tua dan anak di
mengenal lingkungan keluarganya. karena itu rumah, 3) Hubungan interpersonal antar
sebelum anak-anak mengenal norma-norma anggota keluarga (ayah- ibu-anak) yang
dan nilai-nilai masyarakat, pertama kali anak tidak baik (buruk), 4) Substitusi ungkapan
akan menyerap norma-norma dan nilai-nilai kasih sayang orang tua kepada anak, dalam
yang berlaku di keluarganya untuk dijadikan bentuk materi daripada kejiwaan
bagian dari kepribadiannya.Orang tua berperan (psikologis).
penting dalam emosi remaja, baik yang Selain daripada kondisi keluarga
memberi efek positif maupun negatif. Hal ini tersebut diatas, berikut adalah rincian
menunjukkan bahwa orang tua masih kondisi keluarga yang merupakan sumber
merupakan lingkungan yang sangat penting stres pada anak dan remaja:
bagi remaja. 1. Hubungan buruk atau dingin antara ayah
dan ibu
2. Terdapat gangguan fisik atau mental
dalam keluarga
3. Cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orang tua atau oleh kakek/nenek
4. Campur tangan atau perhatian yang kehidupan anak-anaknya, menurut Hirschi
berlebihan dari orang tua kepada anak (dalam Mussen dkk, 1994) orangtua dari
5. Sikap orang tua yang dingin dan tak remaja nakal cenderung memiliki aspirasi yang
acuh terhadap anak minim mengenai anak-anaknya, menghindari
6. Orang tua yang jarang di rumah atau keterlibatan keluarga dan kurangnya
terdapatnya isteri lain bimbingan orangtua terhadap remaja.
7. Kurang stimuli kognitif atau sosial Sebaliknya, suasana keluarga yang
menimbulkan rasa aman dan menyenangkan
8. Lain-lain misalnya menjadi anak
akan menumbuhkan kepribadian yang wajar
angkat, dirawat di rumah sakit,
kehilangan orang tua, dan sebagainya. dan begitu pula sebaliknya. Demikian juga
dengan Hurlock (1973) menyatakan banyak
b. Kutub sekolah, kondisi sekolah yang tidak
penelitian yang dilakukan para ahli
baik dapat mengganggu belajar-mengajar
menemukan bahwa remaja yang berasal dari
anak didik, yang pada gilirannya dapat
keluarga yang penuh perhatian, hangat, dan
memberikan peluang pada anak didik untuk
berperilaku menyimpang. Kondisi sekolah harmonis mempunyai kemampuan dalam
yang tidak baik tersebut, antara lain: menyesuaikan diri dan sosialisasi yang baik
dengan lingkungan disekitarnya.
1. Sarana dan prasarana sekolah yang
tidak Selanjutnya Tallent (1978) menambahkan,
memadai anak yang mempunyai penyesuaian diri
2. Kuantitas dan kualitas tenaga guru yang yang baik di sekolah, biasanya memiliki latar
tidak memadai belakang keluarga yang harmonis, menghargai
3. Kuantitas dan kualitas pengajar pendapat anak dan hangat. Hal ini disebabkan
ekstrakulikuler yang kurang memadai karena anak yang berasal dari keluarga yang
dalam hal membimbing dan membina harmonis akan mempersepsi rumah mereka
anak didiknya sebagai suatu tempat yang membahagiakan
4. Kesejahteraan guru yang tidak memadai karena semakin sedikit masalah antara
5. Kurikulum sekolah yang perlu ditinjau orangtua, maka semakin sedikit masalah yang
kembali dihadapi anak, dan begitu juga sebaliknya jika
anak mempersepsi keluarganya berantakan
6. Lokasi sekolah di daerah rawan, dan
lain atau kurang harmonis maka ia akan terbebani
sebagainya dengan masalah yang sedang dihadapi oleh
orangtuanya tersebut.
c. Kutub masyarakat (kondisi lingkungan
sosial), faktor kondisi lingkungan sosial Faktor lain yang juga ikut mempengaruhi
yang tidak sehat atau rawan dapat menjadi perilaku kenakalan pada remaja adalah konsep
faktor yang kondusif bagi anak/remaja diri yang merupakan pandangan atau
untuk berperilaku menyimpang. Faktor
keyakinan diri terhadap keseluruhan diri, baik
kutub masyarakat ini dapat dibagi dalam
yang menyangkut kelebihan maupun
dua bagian, yaitu faktor kerawanan
kekurangan diri, sehingga mempunyai
msyarakat dan faktor daerah rawan
(gangguan kamtibmas). pengaruh yang besar terhadap keseluruhan
perilaku yang ditampilkan. Shavelson & Roger
Memang tepat sekali, orang tua memegang (1982) menyatakan bahwa konsep diri
peranan penting bagi perkembangan perilaku terbentuk dan berkembang berdasarkan
pengalaman dan inteprestasi dari lingkungan,
penilaian orang
lain, atribut, dan tingkah laku dirinya. anaknya tapi tidak memberikannya kasih
Kemudian bagimana orang lain sayang. Hal ini sangat memicu kenakalan
memperlakukan individu dan apa yang remaja. Karena itu, luangkan waktu Anda
dikatakan orang lain tentang individu akan untuk anak, entah mendengarkan ceritanya
dijadikan acuan untuk menilai dirinya sendiri atau memberikan solusi atas masalah yang
( Mussen dkk, 1994). dialaminya. Kebiasaan ini harus dibangun
sejak dini.
Mengatasi Kenakalan Remaja 5. Temukan kesamaan
Bagaimana mengatasi kenakalan remaja Para orangtua juga harus mampu
terutama pada lingkungan dalam keluarga, temukan kesamaan dengan anak remaja
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan mereka. Dengan menemukan kesamaan,
seperti yang dilansir Helpguide.org, Rabu orangtua dan anak remaja dapat melakukan
(21/1/2015). kegiatan bersama sehingga dapat
1. Menerapkan aturan dan konsekuensi menghindari anak melakukan kegiatan
negatif. Misalnya, para ayah dapat mengajak
Pada saat Anda dan anak remaja Anda
anak lelakinya untuk melihat pertandingan
tenang, maka bicarakanlah tentang aturan
sepak bola, sedangkan ibu dan anak
di rumah beserta konsekuensinya. Ingat,
perempuannya dapat pergi belanja ke pusat
bicarakan dengan alasan yang masuk
perbelanjaan.
akal. Jika anak remaja Anda tidak sepakat,
maka berdiskusilah. Jadikan aturan dan 6. Mendengarkan tanpa memvonis
konsekuensi yang dibuat sebagai keputusan Ketika Anda sedang berbicara dengan
bersama. anak, hindarilah ucapan-ucapan yang
2. Mengungkap ada apa di balik kenakalan sifatnya menghakimi, mengejek, menyela
remaja. dan mengkritik. Sebab, seorang remaja
sangat mudah tersinggung, bahkan oleh
Para orangtua cenderung akan
hal- hal yang sifatnya remeh. Dengan
menghakimi anak remaja atas apa yang
melakukan ini, maka anak remaja Anda
dilakukannya tanpa mengetahui ada
akan merasa lebih dihargai.
masalah apa di baliknya. Bersikap seperti
itu tidaklah adil bagi anak. Jadi, sebelum Dikatakan Ayuningtyas (2011) usaha yang
menghakimi anak yang berbuat nakal, dilakukan dalam menanggulangi perilaku
tanya baik-baik apa yang sebenarnya kenakalan remaja dapat dikelompokkan
terjadi. menjadi tindakan pencegahan (preventif),
3. Temukan cara redakan marah pengentasan (curative), pembetulan
(corrective), dan penjagaan atau pemeliharaan
Karena perubahan hormon, remaja akan
cenderung cepat marah. Karena itu, salah (preservative). Usaha-usaha tersebut dapat
satu tugas orangtua adalah mengetahui dilakukan dengan cara:
bagaimana cara untuk meredakan marah 1. Usaha di lingkungan keluarga
pada anak tersebut. Banyak hal yang dapat
a. Menciptakan keluarga yang harmonis,
dilakukan, misalnya membiasakan mereka
terbuka dan jauh dari kekacauan.
dengan mendengarkan musik, menulis atau
Dengan keadaan keluarga yang seperti
bermain game. ini, mengakibatkan anak-anak remaja
4. Ada bersama anak lebih sering tinggal dirumah daripada
Terkadang, orangtua sibuk sendiri. keluyuran di luar rumah. Tindakan ini
Mereka hanya memberikan uang pada
lebih mendekatkan hubungan orang tua 3. Usaha di lingkungan masyarakat
dengan anaknya.
a. Menegur remaja-remaja yang sedang
b. Memberikan kemerdekaan kepada melakukan tindakan-tindakan yang
anak remaja untuk mengemukakan telah melanggar norma.
pendapatnya dalam batas-batas
b. Menjadi teladan yang baik bagi remaja-
kewajaran tertentu. Dengan tindakan
remaja yang tinggal di lingkungan
seperti ini, anak-anak dapat berani
tempat tinggal.
untuk menentukan langkahnya, tanpa
ada keraguan dan paksaan dari berbagai c. Mengadakan kegiatan kepemudaan di
pihak. Sehingga mereka dapat menjadi lingkungan tempat tinggal. Kegiatan
lebih bertanggung jawab terhadap apa ini dilakukan bersama-sama dengan
yang mereka kerjakan. melibatkan remaja-remaja untuk
berpartisipasi aktif.
c. Orang tua selalu berbagi pengalaman,
cerita dan informasi kepada anak-anak PENUTUP
remaja. Sehingga mereka dapat
Dari latar belakang dan beberapa kajian
memilih figure dan sikap yang cocok
yang sudah diuraikan diatas, dapat diambil
unutk dijadikan pegangan dalam
bertingkah laku. intisarinya bahwa kenakalan remaja,
sebenarnya “alamiah” atau normal-normal saja
d. Orang tua sebaiknya memperlihatkan
dilakukan oleh remaja, mengingat remaja
sikap-sikap yang pantas dan dapat
memiliki karakter yang labil, egois, dan
diteladani oleh anak-anak mereka.
mengedepankan kesenangan di atas tindakan
2. Usaha di lingkungan sekolah
produktif dan positif. Ini yang kemudian sesuai
a. Menegakkan disiplin sekolah yang dengan hasil penelitian yang mengungkapkan
wajar dan dapat diterima siswa dan bahwa remaja merupakan fase paling
penghuni sekolah. Disiplin yang baik berbahaya dalam kehidupan seseorang dan
dan wajar dapat diterapkan dengan 65% memiliki masalah di keluarga seperti
pembentukan aturan-aturan yang sesuai
masalah keuangan, masalah percerian orang
dan tidak merugikan berbagai pihak.
tua dan anggota keluarga meninggal.
b. Pelaksanaan peraturan dengan adil dan
tidak pandang bulu. Tindakan Pada masa remaja, hubungan sosial
dilakukan dengan cara memberikan memiliki peran yang sangat penting bagi
sangsi yang sesuai terhadap semua remaja. Remaja mulai memperluas pergaulan
siswa yang melanggar peraturan tanpa sosialnya baik dengan teman sebayanya
melihat keadaan orang tua siswa maupun bergaul dengan orang dewasa. Remaja
tersebut. Seperti siswa yang berasal dari lebih sering berada diluar rumah bersama
keluarga terpandang atau pejabat. teman teman sebayanya, karena itu dapat
c. Meningkatkan kerja sama dengan dipahami bahwa pengaruh dari teman
masyarakat yang tinggal di lingkungan sebayanya pada sikap, minat,
sekitar sekolah. Dengan cara ini, penampilan,kegiatan dan perilaku lebih besar
masyarakat dapat melaporkan langsung dari pada pengaruh orang tua. Untuk itu
penyimpangan-penyimpangan yang peranan orang tua dan lingkungan sekitar
dilakukan siswa di luar pekarangan
harus memberikan contoh-contoh yang baik
sekolah. Seperti bolos, tawuran,
kepada anak-anak khususnya pada anak
merokok dan minum minuman keras.
remaja, karena orang tua yang berperilaku dan
berkepribadian baik, maka akan baik pula yang
akan diserap oleh anak dan remaja.
Menurut informasi dari berbagai media tindak kriminal sebagai pembuktian atau
nasional bahwa pada masa sekarang ini, suatu kebanggaan dalam suatu komunitasnya
banyak dihadapkan persoalan yang dihadapi (contoh: geng motor), ditambah keterpaksaan
oleh masyarakat, terutama di kota besar dan mencari uang untuk memenuhi kebutuhan
bahkan sudah nampak sampai dipedesaan, yang diinginkan oleh dirinya sendiri, bahkan
yaitu mulai maraknya tindak kriminalitas yang tindakan kriminal lainnya adalah untuk
dilakukan oleh kalangan remaja. Tentu saja mengomsumsi narkoba sampai menjadi
tindakan kriminal yang dilakukan oleh remaja pengedar.Kemudian tindakan kriminalitas
sudah sangat bervariasi, mulai dari tawuran remaja ini, dipicu oleh pengaruh minuman
antarsekolah, perkelahian dalam sekolah, keras dan narkoba agar berani dan nekat dalam
pencurian, perampokan, pembegalan, pemakai melakukan aksi kriminalnya.
dan pengedar narkoba, hingga pemerkosaan
bahkan sampai pada pembunuhan. Tindakan kriminalitas bisa dilakukan
oleh siapapun juga, baik wanita maupun pria,
Kriminalitas atau tindak kriminal adalah dapat berlangsung pada usia anak remaja,
segala sesuatu yang melanggar hukum atau dewasa ataupun lanjut usia. Tindak kejahatan
sebuah tindak kejahatan. Pelaku kriminalitas bisa dilakukan secara sadar misalnya, karena
disebut seorang kriminal. Sementara itu, dorongan-dorongan paksaan yang sangat kuat,
kriminalitas yang akhir-akhir ini marak dan oleh obsesi-obsesi atau bahkan desakan
dilakukan oleh pelajar merupakan suatu pemenuhan kebutuhan hidup. Kejahatan bisa
fenomena yang membuat hati kita tercengang. juga dilakukan secara tidak sadar sama sekali
Para pelajar yang masih tergolong anak usia atau tidak sengaja untuk melakukan karena
remaja tersebut telah berani melakukan reflek naluri.
tindakan yang sangat tidak terpuji. Mereka
mencuri, merusak, memperkosa bahkan Kenakalan remaja sudah mulai meningkat
membunuh. Tindakan mereka ini sudah dan bergeser, bukan hanya sekedar kenakalan
merupakan hal yang melanggar hukum. biasa-biasa saja (normal) atau hanya sekedar
iseng-iseng, akan tetapi kenakalan remaja
Segala penyimpangan yang terjadi saat ini sudah pada tindakan kriminalitas.
diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya Kejahatan memang bukan bawaan sejak lahir
adalah faktor internal, yaitu krisis identitas dan kejahatan bisa dilakukan oleh siapapun,
dalam dirinya dan kontrol diri yang lemah, serta dan kriminalitas nampaknya bisa dipelajari
faktor eksternal dari keluarganya serta oleh seseorang karena desakan kebutuhan
masyarakat atau lingkungan sosialnya seperti yang harus dipenuhi. Adapun kejahatan seperti
lingkungan sekolah atau lingkungan masyarakat menodong, perampasan, perampokan bahkan
yang kurang kondusif, kemudian juga pengaruh yang lagi marak saat ini adalah pembegalan,
dari teman sebaya, kemudian diperparah dengan dapat dipelajari seseorang melalui film, berita
minimnya pengawasan lembaga/institusi di berbagai media, media sosial, pergaulan
sekolah dan kepolisian untuk menanggulangi atau bahkan langsung dari pelaku kriminalnya.
dan menindak pelaku kriminalitas di kalangan
remaja tersebut. Desakan kebutuhan hidup merupakan dalih
yang sering diungkapkan seorang pelaku
Tindakan kriminalitas yang dilakukan dalam melakukan aksinya. Saat ini kejahatan
remaja muncul karena ada pemaksaan yang yang sedang terjadi merupakan pergerakan
dipaksa oleh teman-temannya untuk sindikat
melakukan
secara berkelompok tak sedikit yang mencegah kenakalan dan kriminalitas di
melibatkan anak usia remaja. Adapun kalangan remaja, perlu kerjasama dari berbagai
kejahatan yang dilakukan anak remaja yang elemen yang terkait, baik dalam keluarga,
lagi marak saat ini, adalah pembegalan atau pemerintahan selaku penegak hukum dan
perampasan motor dan pencurian. Kejahatan tokoh-tokoh masyarakat untuk membiasakan
ini dilakukan dianggap mudah dipelajari dan hidup tentram dan damai dalam melakukan
mudah dilakukan oleh pelaku kejahatan usia segala sesuatu sesuai dengan aturan hukum
remaja, kemudian hasil dari kejahatannya itu yang berlaku di masyarakat.
mudah juga untuk diuangkan atau dijual
langsung. Dalam menyikapi fenomena kriminalitas
yang dilakukan remaja pada saat ini, yang
Adapun usaha yang dilakukan dalam semakin nekat, berani tanpa rasa takut dan
menanggulangi perilaku kenakalan remaja terus meningkat, harus dilihat sisi psikologis
dapat dikelompokkan menjadi tindakan individual pelaku, pola asuh keluarga,
pencegahan (preventif), pengentasan komunitas dan masyarakat secara luas.
(curative), pembetulan (corrective), dan Kriminalitas remaja tidak hanya merugikan
penjagaan atau pemeliharaan (preservative). pihak secara individu dan keluarganya, namun
Terkait dengan penanggulanngan kenakalan semua elemen masyarakat sangat dirugikan
remaja dan perlindungan anak mensyaratkan dengan banyaknya kerusakan fasilitas umum,
adanya komponen-komponen yang saling kehilangan harta benda, bahkan sampai
terkait yang meliputi sistem kesejahteraan kehilangan nyawa.
sosial bagi anak dan remaja serta keluarga,
sistem peradilan yang sesuai dengan standar Sebagai saran, bagaimana dalam mengatasi
internasional, dan mekanisme untuk kenakalan dan kriminalitas yang dilakukan
mendorong perilaku remaja yang tepat dalam anak remaja berdasarkan kajian, sebagai
masyarakat dan lingkungannya. berikut:

Selain itu diperlukannya kerangka hukum 1. Kegagalan mencapai identitas peran dan
lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau
dan kebijakan serta program-program yang
diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja
tersistematis guna mendukung sistem
harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin
peradilan dan perlindungan anak dan remaja
figur orang-orang dewasa yang telah
yang didukung oleh sistem data dan informasi. melampaui masa remajanya dengan baik
Kemudian pada tingkat masyarakat dibutuhkan juga mereka yang berhasil memperbaiki
berbagai komponen yang harus disatukan diri setelah sebelumnya mengalami hal ini.
dalam rangkaian kesatuan pelayanan
2. Adanya motivasi dan pengawasan dari
perlindungan anak remajauntuk mendorong keluarga, guru, teman sebaya untuk
kesejahteraan dan perkembangan dalam melakukan prinsip keteladanan dalam
kehidupannya, ditambah dengan meningkatkan pengembangan karakter yang dibarengi
kapasitas keluarga dan sekolah serta dengan pendalaman akhlak melalui
masyarakat untuk memenuhi tanggung jawab pendidikan agama.
mereka guna mencegah konflik lebih jauh. 3. Kemauan orangtua untuk membenahi
Dalam memberikan rasa nyaman dan kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga
yang harmonis, komunikatif, dan nyaman
perlindungan kepada anak remaja, serta dalam
bagi remaja, bila perlu orang tua dapat
memenuhi keinginan atau kebutuhan yang
diinginkan oleh anak remaja
4. Anak remaja agar pandai memilih teman Gunarsa, S,. D. (1988). Psikologi Remaja,
dan lingkungan yang baik, serta orangtua Jakarta: BPK. Gunung Mulia.
memberi arahan dengan siapa dan di
komunitas mana remaja harus bergaul. Gunarsa, S., & Yulia, S.G. (2004). Psikologi
5. Remaja membentuk ketahanan diri agar perkembangan anak dan remaja.
tidak mudah terpengaruh jika ternyata Jakarta: BPK Gunung Mulia.
teman sebaya atau komunitas yang ada
Hurlock, E., B. (1973). Adolescent
tidak sesuai dengan harapan.
Development (4th ed). Tokyo:
6. Perlu adanya kerjasama dari berbagai
McGraw- Hill Kogakusha Ltd.
elemen yang terkait, baik pemerintahan
selaku penegak hukum dan tokoh-tokoh Hurlock, E., B. ( 1979 ). An Introduction to
masyarakat untuk membiasakan hidup Theories of Learning. New Jersey
tentram dan damai dalam melakukan rentise Hall Inc.
segala sesuatu sesuai dengan aturan hukum
yang berlaku di masyarakat, dengan Hurlock, B., E. (1999). Psikologi
melihat sisi psikologis individual pelaku, Perkembangan: Suatu Pendekatan
pola asuh keluarga, komunitas dan Sepanjamg Rentang Kehidupan.
masyarakat secara luas. Jakarta: Erlangga
7. Perlunya kebijakan serta program-program
perlindungan kepada anak dan remaja yang Kurniasari, A., Gati, S., S., Harjanto., H., S.,
tersistematis untuk melindungi dari bahaya Sabarisman. M. (2009). Penelitian
narkoba bagi masa depannya. Kiranya Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak
semua perlu bertanggung jawab, secara di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP):
bersama-sama dalam memberantas narkoba Evaluasi Program Penanganan Anak
baik di lingkungan keluarga, sekolah, Nakal. Jakarta: P3KS Press.
masyarakat maupun lingkungan pergaulan
teman sebayanya. Kartini, Kartono. (2005). Patologi Sosial.
Jakarta: PT. RajaGrafindo.

DAFTAR PUSTAKA Kartini, Kartono. (2008). Patologi Sosial,


Kenakalan Remaja. Jakarta: PT. Raja
Ayuningtyas, N., Y. (2011) “Maraknya
Grafindo.
Kriminalitas Di Kalangan Pelajar”.
Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Masngudin., H., M., S. (2003), Kenakalan
Pendidikan. Yogyakarta: Universitas Remaja Sebagai Perilaku Menyimpang
Negeri Yogyakarta. Hubungannya Dengan Keberfungsian
Sosial Keluarga: Studi Kasus di
Conger, J.J. (1977). Adolescent and Youth.
Pondok Pinang Pinggiran Kota
New York: Harper and Row Publishers
Metropolitan Jakarta, Jakarta:
Inc.
Departemen Sosial RI.
Demo, D.H. & Seven-Williams, R.C. 1984.
Monks, F.J. (2002) Psikologi Perkembangan:
Devolopment Changing and Stability
Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya.
In Adolescent Self Concept. Journal of
Cet. 14.: Yogyakarta: Gajah Mada
Devolopment Psychology, Vol. 2, No.
University Press
6,
p. 1100-1110. Monks, F.J,K & Haditono, S..R. (1999).
Psikologi Perkembangan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. New York: Litton Educational. Pub. Inc.

Mussen, P.H.., Conger, J.J., Kagan, J & Zahra. (2010). Remaja. http//: Zahra-abcde.
Huston, C.A.(1994). Perkembangan blogspot.com/2010/04/remaja. html?
dan Kepribadian Anak. (terjemahan). m=1. diunduh 21 Januari 2015.
Edisi Enam. Jakarta: Arcan.
Anonim.(2013). Kenakalan Remaja makin
Mu’tadin, Z. (2002). Remaja dan rokok, Mencemaskan. http;//Megapolitan.
http//:www. e-psikologi.com. di unduh kompas.com. diunduh Kamis 22
tanggal 13 Januari 2015 Januari 2015.
Mustaqim dan Abdul Wahid. (1991). Psikologi Anonim, Mengatasi Kenakalan Remaja. http//:
Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. www. Helpguide.org, di unduhRabu 21
Januari 2015.
Rauf. (2002) Dampak Penyalahgunaan
Narkoba Terhadap Remaja Dan Anonim, Berbeda Peran Satu Tujuan: Capaian
Kamtibmas. Jakarta: Bp. Dharma Bagi Anak, Cerita dari Indonesia:
Bhakti. UNICEF 2012.
Setyawan., D. (2014). Tawuran Pelajar
Memprihatinkan Dunia Pendidikian.
http://www.kpai.go.id/artikel/tawuran-
pelajar-memprihatinkan-dunia-
pendidikan. di unduh tanggal 9 Januari
2015.

Santrock, J., W. (2003). ADOLESCENCE;


Perkembangan Remaja, edisi keenam,
Terjemahan. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, S., W. (2008). Psikologi Remaja.


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Shavelson, B., J. & Roger, B. (1982). Self-


Concept: The Interplay of Theory
Methods. Journal of educational
Psychology, Vol. 72, No. 1, p.3-17

Sudarsono. (2012). Kenakalan Remaja:


Prevensi, Rehabilitasi, dan
Resosialisasi. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Sutherland, E,.H. (1961). White Collar Crime.


New York, USA: Holt, Rinehart and
Winston, Inc.

Tallent, N. (1978). Psychology Of Adjusment:


Understanding Ourselves and of Hers.

You might also like