Professional Documents
Culture Documents
Uji Efektivitas Ekstrak Daun Oleander (Nerium Oleander L.) Sebagai Biolarvasida Terhadap Aedes Aegypti
Uji Efektivitas Ekstrak Daun Oleander (Nerium Oleander L.) Sebagai Biolarvasida Terhadap Aedes Aegypti
Abstract
The use of herbal products is the best alternative in controlling mosquito populations. Many
species of plants are known to have biological activities, producing secondary metabolites that
could be potential as larvicides, one of them is oleander plant (Nerium oleander L.). This
research was aim to determined the effectiveness of oleander leaf extract as biolarvicides
againts Aedes aegypti larvae. This study used a completely randomized design (CRD) with
seven treatments and four replications. It was used 25 Ae. aegypti larvae of Bengkulu strain, 3rd
instar as sample in each cup. The oleander leaf extract was made by using maseration methods
with 96% ethanol as solvent and then concentrated by rotary evaporator. The concentration that
used for effectiveness test obtained from preliminary tests: 50 ppm, 200 ppm, 350 ppm, 500
ppm, and 650 ppm. Positive control used a 1000 ppm of temephos solution and negative control
was a distilled water. The effective concentration of oleander leaf extract determined with LC50
value and then analyzed by using analysis of variance (ANOVA). The result showed that the
mortality percentage of Ae. aegypti larvae highest at 650 ppm. The results of variance analysis
showed that there were significant differences between concentrations againts mortality of
larvae at 127,938 ppm. Oleander leaf extract has the effectiveness as biolarvicides against Ae.
aegypti larvae of Bengkulu strain.
Abstrak
Penggunaan produk herbal merupakan alternatif terbaik dalam mengendalikan populasi
nyamuk. Banyak jenis tanaman diketahui memiliki aktivitas biologi, yakni menghasilkan metabolit
sekunder yang berpotensi sebagai larvasida, salah satunya adalah tanaman oleander (Nerium
oleander L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun oleander
sebagai biolarvasida terhadap larva Aedes aegypti L. instar III. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tujuh perlakuan dan empat ulangan. Sampel
penelitian sebanyak 25 larva Aedes aegypti instar III strain lokal Bengkulu per gelas uji.
Pembuatan ekstrak daun oleander dilakukan dengan metode maserasi menggunakan etanol
96% yang dipekatkan dengan rotary evaporator. Konsentrasi ekstrak untuk uji efektivitas
didapatkan dari hasil uji pendahuluan: 50 ppm, 200 ppm, 350 ppm, 500 ppm, dan 650 ppm.
Kontrol positif menggunakan larutan temefos 1000 ppm dan kontrol negatif menggunakan
akuades. Penentuan efektivitas konsentrasi ekstrak daun oleander dengan mencari nilai LC50.
Selanjutnya data kematian larva Ae. aegypti dianalisis menggunakan analisis varian (ANOVA).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kematian larva terbanyak pada konsentrasi
650 ppm. Hasil analisis varian menunjukkan ada perbedaan nyata antar konsentrasi terhadap
kematian larva dengan konsentrasi efektif 127,938 ppm. Ekstrak daun oleander efektif sebagai
biolarvasida terhadap larva Ae.aegypti strain Bengkulu.
44
SPIRAKEL, Vol. 11 No.2, Tahun 2019: 44-52 Uji Efektivitas Ekstrak … (Ayu, Syalfinah, Milana)
DOI:https://doi.org/10.22435/spirakel.v11i2.1836
Kata Kunci: Daun Nerium oleander L., larva Aedes aegypti L., biolarvasida.
Naskah masuk: 23 Mei 2019; Review: 24 Juni 2019; Layak Terbit: 1 Desember 2019
PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue (DBD) Penggunaan insektisida sintetik juga dapat
merupakan masalah kesehatan masyarakat mengakibatkan terjadinya pencemaran
di dunia, terutama di negara-negara tropis lingkungan. Hal ini dikarenakan insektisida
dan sub tropis termasuk di Indonesia. tertentu dapat tersimpan di dalam tanah
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit selama bertahun-tahun, dapat merusak
menular yang mempengaruhi angka komposisi mikroba tanah, serta
kematian anak dan dewasa serta dapat mengganggu ekosistem perairan.3
menurunkan produktivitas. Penyebaran
Sehubungan dengan hal tersebut,
demam berdarah meluas hingga ke 34
maka perlu dilakukan suatu usaha untuk
provinsi di Indonesia.1 Jumlah kasus DBD
mendapatkan insektisida alternatif dengan
meningkat setiap tahunnya. Data dari
menggunakan bahan alami. Penggunaan
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian
produk herbal merupakan alternatif terbaik
Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik,
dalam mengendalikan populasi nyamuk.
Kementerian Kesehatan RI, mencatat
Banyak jenis tanaman diketahui memiliki
jumlah penderita DBD di Indonesia pada
aktivitas biologi, yakni menghasilkan
tahun 2016 sebanyak 202.314 kasus
metabolit sekunder secara rutin. Diantara
dengan jumlah kematian sebanyak 1.593
metabolit sekunder itu, minyak atsiri dan
jiwa. Kementerian Kesehatan RI
kandungan sejenisnya telah banyak diteliti
menyebutkan pada tahun 2016 terjadi
dalam rangka menemukan biopestisida baru.
kejadian luar biasa (KLB) DBD, dilaporkan
Beberapa diantaranya diketahui berpotensi
ada di 12 kabupaten dan 3 kota dari 11
sebagai insektisida. Penemuan mengenai
provinsi di Indonesia. Dari 11 provinsi
preparasi herbal dan kandungan senyawa
tersebut, diantaranya terdapat di Provinsi
murni yang tidak merugikan organisme non
Bengkulu pada tahun 2016 ditemukan
target dan ramah lingkungan menjadi
sebanyak 925 kasus dengan jumlah
prioritas utama bagi peneliti untuk
kematian 190 jiwa, sedangkan di tahun
mengembangkan langkah-langkah alternatif
sebelumnya yakni tahun 2015 ditemukan
pengendalian vektor.4
sebanyak 467 kasus dengan jumlah
kematian 93 jiwa.2 Diperkirakan ada sekitar 1.800 jenis
tanaman yang mengandung pestisida
Salah satu upaya pengendalian
nabati yang dapat digunakan untuk
penyakit DBD adalah dengan mengurangi
pengendalian hama. Di Indonesia, jenis
populasi vektor nyamuk Aedes aegypti,
tumbuhan penghasil pestisida nabati
serta memutus kontak antara vektor dan
tersebar dalam 235 famili dengan 2.400
manusia baik secara fisik, kimia, maupun
jenis tanaman. Walaupun hanya sekitar 10
biologi. Salah satunya adalah dengan
ribu jenis metabolit sekunder yang telah
menggunakan larvasida. Akan tetapi
teridentifikasi, jumlah bahan kimia pada
larvasida yang banyak digunakan saat ini
tumbuhan yang potensial sebagai
merupakan larvasida kimia yang dapat
pestisida nabati diperkirakan mencapai
mengakibatkan terjadinya pencemaran
400 ribu jenis. 5 Senyawa yang terkandung
lingkungan. Selain itu, setiap organisme
dalam tumbuhan dan diduga berfungsi
mempunyai kemampuan mengembangkan
sebagai insektisida diantaranya adalah
resistensi terhadap berbagai jenis pestisida,
golongan sianida, saponin, tanin, flavonoid,
insektisida maupun larvasida yang akan
alkaloid, polifenol, steroid, dan minyak
semakin meningkat apabila penggunaan
atsiri.5
insektisida tersebut tidak dikendalikan.
45
SPIRAKEL, Vol. 11 No.2, Tahun 2019: 44-52 Uji Efektivitas Ekstrak … (Ayu, Syalfinah, Milana)
DOI:https://doi.org/10.22435/spirakel.v11i2.1836
46
SPIRAKEL, Vol. 11 No.2, Tahun 2019: 44-52 Uji Efektivitas Ekstrak … (Ayu, Syalfinah, Milana)
DOI:https://doi.org/10.22435/spirakel.v11i2.1836
Gambar 1. Grafik hubungan antara perlakuan konsentrasi ekstrak Daun Oleander (Nerium
oleander L.) dengan mortalitas larva uji
Pemberian konsentrasi ekstrak daun nyata terhadap kematian larva Ae. aegypti,
oleander menunjukkan perbedaan yang dimana nilai Fhitung>Ftabel pada taraf 5%
47
SPIRAKEL, Vol. 11 No.2, Tahun 2019: 44-52 Uji Efektivitas Ekstrak … (Ayu, Syalfinah, Milana)
DOI:https://doi.org/10.22435/spirakel.v11i2.1836
Tabel 1. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) mortalitas larva Aedes aegypti L. instar III strain
lokal Bengkulu setelah 24 jam perlakuan
Sumber DB JK KT Fhitung Ftabel Ftabel
Varian (5%) (1%)
Perlakuan 6 1623,429 270,5714 57,24937** 2,572712 3,811725
Galat 21 99,25 4,72619
Total 27 1722,679
Catatan : **berbeda nyata
Tabel 2. Analisis uji lanjut Duncan terhadap selisih rata - rata mortalitas larva Aedes aegypti L.
instar III strain lokal Bengkulu
Selisih
Perlakuan Rata -
50 200 350 500 650 Notasi
Konsentrasi Rata K- K+
ppm ppm ppm Ppm ppm
K- 10 0 a
50 ppm 20,5 10,5 0 b
200 ppm 24,25 14,25 3,75 0 bc
350 ppm 24,25 14,25 3,75 0 0 bc
500 ppm 28,25 18,25 7,75 4 4 0 cd
650 ppm 32 22 11,5 7,75 7,75 3,75 0 de
K+ 35 25 14,5 10,75 10,75 6,75 3 0 e
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan α 1%.
Berdasarkan hasil dari uji Duncan paling efektif dalam membunuh larva Ae.
pada Tabel 2, terlihat bahwa setiap aegypti terletak pada konsentrasi antara
konsentrasi ekstrak daun oleander 200 ppm dan 350 ppm karena pada
berpengaruh terhadap mortalitas larva konsentrasi tersebut ekstrak sudah mampu
Aedes aegypti instar III. Pada Kontrol membunuh larva Ae. aegypti lebih dari 50%
negatif, hasil uji statistik berbeda nyata total seluruh larva uji yakni sebesar 57%.
dengan semua perlakuan konsentrasi Nilai LC50 ekstrak daun oleander dilihat
ekstrak daun oleander dan kontrol positif. dengan kurva persamaan regresi.
Perlakuan konsentrasi 650 ppm memiliki Berdasarkan kurva persamaan regresi linier
perbedaan yang nyata terhadap perlakuan (Gambar 2.) didapatkan persamaan y =
konsentrasi lainnya dan kontrol negatif, 2,354x + 0,04. Dari persamaan tersebut
akan tetapi tidak berbeda nyata dengan ditentukan nilai LC50 untuk larva Ae.
perlakuan konsentrasi ekstrak 500 ppm dan aegypti strain lokal Bengkulu adalah
kontrol positif. Hal ini menunjukkan bahwa 127,938 ppm atau 0,012%. Nilai LC50
pada konsentrasi 650 ppm, ekstrak N. tersebut menunjukkan bahwa biolarvasida
oleander sudah dapat membunuh lebih dari ekstrak daun oleander pada konsentrasi
50% total larva uji. Berdasarkan hasil uji 127,938 ppm dapat membunuh 50% larva
jarak Duncan tersebut dapat diketahui uji. Selain itu, persen kematian pada kontrol
bahwa konsentrasi ekstrak daun oleander
negatif (akuades) menunjukkan nilai 0%
(N. oleander) dengan pelarut etanol yang
sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada
xlviii
SPIRAKEL, Vol. 11 No.2, Tahun 2019: 44-52 Uji Efektivitas Ekstrak … (Ayu, Syalfinah, Milana)
DOI:https://doi.org/10.22435/spirakel.v11i2.1836
faktor lain penyebab kematian larva kecuali Pengukuran faktor abiotik penting
kandungan senyawa kimia dari zat uji. Hasil dilakukan sebagai data pendukung
ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kehidupan nyamuk. Adapun hasil
oleander (Nerium oleander L.) bersifat pengukuran faktor abiotik dapat dilihat
toksik dan dapat dikembangkan sebagai pada Tabel 3.
biolarvasida.
Gambar 12. Kurva persamaan regresi linier mortalitas larva Aedes aegypti
Dari hasil pengukuran faktor abiotik Alkaloid tersebut memiliki daya racun,
larva Aedes aegypti instar III yang dipelihara menghambat sistem respirasi,
selama masa uji di laboratorium didapatkan mempengaruhi sistem syaraf larva, dan
suhu udara, kelembaban udara, suhu air, dapat digunakan sebagai penolak serangga.
dan pH air masih dalam batas toleransi bagi Tanaman oleander juga mengandung
perkembangan larva nyamuk. senyawa polifenol sebanyak 61% dan asam
sinamat yang dapat digunakan sebagai
BAHASAN antioksidan.7 Komponen alkaloid hampir
terdeteksi pada semua tanaman yang diuji,
Hasil uji efektivitas menunjukkan
disamping juga ditemukan komponen
bahwa semua konsentrasi ekstrak
flavonoid lainnya yang berdampak langsung
menyebabkan kematian larva dengan
pada kehidupan serangga uji. Senyawa
persentase yang bervariasi. Hal ini
alkaloid ini sendiri berfungsi sebagai racun
membuktikan bahwa ekstrak daun N.
perut yang toksik ketika masuk ke dalam
oleander dengan berbagai variasi
saluran pencernaan larva.11 Pembagian
konsentrasi berpotensi dalam membunuh
segmen pada tubuh larva tidak lagi tampak
larva Ae. aegypti instar III. Ekstrak daun
jelas karena telah mengalami kerusakan
oleander mengandung senyawa beracun
eksoskeleton.
yakni oleandrin dan adynerin yang termasuk
ke dalam golongan alkaloid dari tanaman.
xlix
SPIRAKEL, Vol. 11 No.2, Tahun 2019: 44-52 Uji Efektivitas Ekstrak … (Ayu, Syalfinah, Milana)
DOI:https://doi.org/10.22435/spirakel.v11i2.1836
Pada kontrol negatif tidak ada larva uji menyatakan bahwa suhu udara rumah 20-
yang mati. Hal ini berarti kematian larva Ae. 30ºC merupakan suhu optimum bagi
aegypti disebabkan karena pengaruh perkembangan larva Ae. aegypti.
pemberian ekstrak daun oleander, dan Kelembaban rata-rata udara di 34 rumah di
bukan disebabkan faktor lain. Senyawa aktif Kelurahan Loktabat Utara yaitu 67,3% dan
yang terkandung dalam larvasida nabati memiliki hubungan yang bermakna secara
yang terakumulasi di dalam tubuh serangga statistik (p=0,037>0,05) untuk menunjang
akan berperan sebagai toksikan. Toksikan perkembangan larva.15 Diketahui bahwa
tersebut akan terdistribusi ke seluruh sel– larva tumbuh normal dalam air pada suhu
sel tubuh melalui peredaran darah serangga optimal 25-35ºC. Derajat keasaman (pH) air
(haemolimfa) yang mengakibatkan seluruh pemeliharaan dan pH air uji yakni 7, hal
sirkulasi dalam tubuh akan terganggu. tersebut sesuai dengan penelitian Lucia,
Apabila sekresi enzim terganggu, maka larva Ae. aegypti dapat hidup pada air
proses pencernaan makanan juga akan dengan pH 5,8 – 8,6.16
terganggu sehingga larva akan kekurangan
energi dan lama kelamaan mengalami KESIMPULAN
kematian.13
1. Ekstrak daun oleander (Nerium oleander
Hasil uji lanjut menunjukkan ada L.) memiliki efektivitas sebagai
perbedaan bermakna antara variasi biolarvasida terhadap larva Aedes
konsentrasi dengan mortalitas larva. aegypti L instar III.
Kematian larva nyamuk Ae. aegypti semakin 2. Konsentrasi letal ekstrak daun oleander
meningkat seiring dengan meningkatnya (Nerium oleander L.) yang efektif dalam
konsentrasi ekstrak daun N. oleander. mematikan 50% larva Aedes aegypti L
Sesuai dengan pendapat Prabowo,10 instar III yakni 127,938 ppm.
kematian pada perlakuan konsentrasi
ekstrak menunjukkan bahwa dengan SARAN
semakin meningkatnya konsentrasi, maka
akan meningkatkan persentase kematian 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
larva uji dikarenakan dengan meningkatnya mengenai senyawa yang terkandung
konsentrasi yang digunakan, maka senyawa pada bagian tanaman oleander (Nerium
toksik bersifat racun yang masuk ke dalam oleander L.) lainnya seperti bunga,
tubuh larva uji akan terakumulasi semakin batang, dan akar yang nantinya dalam
banyak sehingga mengakibatkan aktivitas bentuk minyak atsirinya diharapkan
hidup larva terganggu dan akhirnya dapat berfungsi sebagai biolarvasida.
menyebabkan kematian (mortalitas). 2. Penelitian uji fitokimia dapat dilakukan
terhadap senyawa yang terkandung
Pada konsentrasi ekstrak daun dalam daun oleander (Nerium oleander
oleander 650 ppm menunjukkan hasil yang L.) selain senyawa oleandrin, asam
tidak berbeda dengan kematian pada tanat (senyawa polifenol), dan
kontrol positif. Ini dapat menjadi hasil triterpenoid yang dapat berfungsi
alternatif larvasida potensial selain temefos sebagai biolarvasida dalam upaya
yang selama ini digunakan. Hal ini juga mengendalikan larva nyamuk Ae.
dapat menjadi solusi untuk mengatasi aegypti.
resistensi terhadap temefos. Larvasida atau 3. Perlu penelitian lanjutan, untuk menilai
senyawa dikatakan bersifat toksik apabila toksisitas daun oleander terhadap
memiliki nilai LC50 < 1000 ppm, sebaliknya hewan non target, misal ikan pada
apabila senyawa atau larvasida tersebut konsentrasi yang sama.
memiliki nilai LC50 > 1000 ppm, maka
senyawa dikatakan tidak bersifat toksik
dalam membunuh larva uji.14
Hasil pengukuran fisik saat pengujian KONTRIBUSI PENULIS
menunjukkan nilai yang masih berada dalam Kontribusi penulis pada artikel ini yaitu,
kisaran optimal perkembangan nyamuk. Hal kontributor utama adalah MS dan kontributor
ini sesuai dengan penelitian Ridha yang anggota adalah APP dan SM.
50
SPIRAKEL, Vol. 11 No.2, Tahun 2019: 44-52 Uji Efektivitas Ekstrak … (Ayu, Syalfinah, Milana)
DOI:https://doi.org/10.22435/spirakel.v11i2.1836
51
SPIRAKEL, Vol. 11 No.2, Tahun 2019: 44-52 Uji Efektivitas Ekstrak … (Ayu, Syalfinah, Milana)
DOI:https://doi.org/10.22435/spirakel.v11i2.1836
52