Professional Documents
Culture Documents
Analisis Input Output Sektor Perekonomian Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010
Analisis Input Output Sektor Perekonomian Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010
2020
Abstract
Each province in Indonesia has its natural resources, including Central Borneo.The available
natural resources can then be processed into a product in the form of goods and services which
is part of the economic sector. Central Borneo Province in 2010 had 54 kinds of economic
sectors. Furthermore, all sectors are classified into 3 sub-sectors, namely the primary sector,
secondary sector, and the tertiary sector. Between sectors have a relationship with each
transaction output-input value. The value of the input-output sector of the Kalimantan economy
The Central is then analyzed using the Leontief model, to obtain the total output value
transactions for each sector are (million) IDR 22,121,725.16, IDR 21,200,024.79 and Rp.
52,698,480.29. The dominant sector is the tertiary sector, as well as linkages between sectors,
which shows that the sector that has the highest direct relationship to value input is a secondary
sector with a linkage value of 1.72. This shows that if on In the province of Central Borneo, an
increase in the value of secondary sector inputs must be balanced with the increase in output
from other sectors, because the value of secondary sector inputs is derived from the value of
other sector output. Meanwhile, the sector that has the highest direct relationship to the output
value is the primary sector with a linkage value of 1.3. This shows that if in the province of
Central Borneo, an increase in the output value of the primary sector will encourage other
sectors to develop because the output value of the primary sector is then used as input to other
sectors
PENDAHULUAN
Pada tahun 2010 provinsi Kalimantan Tengah memiliki berbagai macam sektor
perekonomian yang terdiri dari komoditi, produk/barang dan jasa unggulan dengan jumlah 54
sektor . Setiap sektor mempunyai hubungan yang saling berkaitan untuk setiap nilai input dan
output yang dihasilkan. Untuk mengetahui nilai keterkaitan antarsektor dan nilai output yang
dihasilkan dari transaksi antarsektor tersebut dapat dianalisis menggunakan model Leontif.
Pada model Leontif, sistem perekonomian suatu daerah/negara dapat dibagi ke dalam
beberapa sektor, dimana antarsektor memiliki nilai keterkaitan yang berarti bahwa setiap sektor
memerlukan input dari sektor lainnya untuk menghasilkan output. Kemudian, output ini juga
diperlukan sebagai input oleh sektor lainnya untuk menghasilkan output sektor .
Pada penelitian ini dibahas tentang bagaimana menganalisis nilai input-output sektor
perekonomian provinsi Kalimantan Tengah menggunakan model Leontif. Tahapan pengerjaan
dimulai dengan melakukan pengamatan berupa data mentah dari BPS Kalimantan Tengah yang
merupakan data transaksi perdagangan di Kalimantan Tengaht, kemudian diolah menjadi matriks
transaksi dan matriks koefisien teknologi. Selanjutnya dilakukan analisis nilai input output
menggunakan model Leontif untuk mengetahui nilai output total transaksi, sektor yang dominan
dan nilai keterkaitan antar sektor.
LANDASAN TEORI
Model Leontief
Salah satu kegunaan penerapan aljabar matriks dalam bidang ekonomi adalah analisis input-
output yang pertama kali dikenalkan pleh Wassily W.Leontief tahun 1936 dari Harvard
University. Analisis ini merupakan model matematis untuk menelaah berbagai sektor kegiatan
ekonomi. Sebagai ilustrasi perekonomian suatu Negara yang dibagi menjadi beberapa sektor,
antara lain: pertanian, industri, jasa dan lain sebagainya. Output dari suatu sektor tertentu selain
digunakan oleh sektor itu sendiri, dipergunakan pula oleh sektor-sektor lainnya sebagai input-
nya.
Model Leontif merupakan salah satu metode untuk mengkaji struktur perekonomian makro,
nasional dan regional dengan menerapkan model matematis untuk menyederhanakan suatu
permasalahan. Model ini dipakai untuk menentukan agar setiap “n” sektor dalam sistem ekonomi
dapat memproduksi sejumlah barang/komoditi secara tepat untuk memenuhi permintaan
Tabel Input - Output adalah suatu uraian statistik dalam bentuk matriks yang menggambarkan
transaksi penggunaan barang dan jasa antar berbagai kegiatan ekonomi. Sebagai metode
kuantitatif, Tabel Input - Output memberikan gambaran menyeluruh mengenai :
a. Struktur perekonomian negara/ wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-
masing sektor,
b. Struktur input antara, berupa transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektor-sektor
produksi,
c. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri (produksi
Provinsi Kalimantan Tengah), maupun barang impor atau yang berasal dari Kabupaten/
Kota / Negara lain,
d. Struktur permintaan barang dan jasa, meliputi permintaan dari berbagai sektor produksi di
Kalimantan Tengah dan permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor keluar Kalimantan
Tengah.
Dalam penyusunan Tabel Input-Output itu sendiri, bagi pengguna akan memberikan
gambaran tentang seberapa jauh konsistensi antar berbagai data yang digunakan. Oleh karena
itu, penghayatan tentang proses tersebut bermanfaat untuk menilai mutu keserasian data
statistik dan kemungkinannya untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan di masa yang
akan datang.
Output Konsumsi
Ekonomi
Jumlah Input V1 V2 V3
Primer atau Nilai
Tambah
Total Input X1 X2 X3
Pada garis horizontal atau baris, isian-isian angkanya memperlihatkan alokasi penggunaan
barang dan jasa yang tersedia sebagian untuk memenuhi permintaan antara (intermediate
demand), sebagian lagi dipakai untuk memenuhi permintaan akhir (finaldemand) yang terdiri
dari konsumsi, investasi dan ekspor. Isian angka menurut garis vertikal atau kolom,
menunjukkan struktur pemakaian input antara dan input primer (nilai tambah bruto) yang
disediakan oleh sektor-sektor lain untuk pelaksanaan kegiatan produksi.
Tabel Input Output secara keseluruhan dibagi dalam tiga bagian, dan disebut sebagai kuadran
I, II, dan III. Kuadran I terdiri dari kotak-kotak (sel-sel) yang berisi angka-angka transaksi
antara yaitu barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Sel adalah tempat
pertemuan antara baris dan kolom dalam kerangka Tabel Input Output. Isian sepanjang baris
pada kuadran I memperlihatkan alokasi penyediaan suatu sektor yang digunakan oleh sektor
lain dan disebut permintaan antara. Isian menurut kolom menunjukkan pemakaian barang dan
jasa oleh suatu sektor yang berasal dari sektor-sektor lain dan disebut dengan input antara.
Transaksi antara ini dinyatakan dengan symbol Xij dalam Tabel 1, dan menunjukkan jumlah
komoditas I yang dipakai oleh sektor j. Kuadran ini merupakan kuadran input, yaitu
perbandingan antara masing-masing input antara dengan output yang mempergunakannya.
Demikian juga, yang lebih penting lagi ialah matriks kebalikan dari koefisien input tersebut,
sangat berguna untuk berbagai analisis dengan menggunakan tabel Input Output.
Kuadran II berisi angka-angka transaksi permintaan akhir yang berasal dari output berbagai
sektor produksi maupun impor yang dirinci dalam berbagai jenis penggunaan. Dengan kata
lain, mencatat transaksi menurut sektor yang sesuai dengan komponen pengeluaran dalam
Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Kuadran III berisi penggunaan input primer atau nilai tambah (value added) yang terdiri dari:
upah dan gaji, surplus usaha, pajak tak langsung neto, dan penyusutan. Penjumlahan seluruh
nilai tambah ini akan menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto, yang merupakan
penjumlahan semua produksi barang dan jasa akhir (netto) di wilayah domestik yang
bersangkutan. Selanjutnya PDRB ini akan sama dengan seluruh permintaan akhir dikurangi
impor barang dan jasa dari kuadran II
METODE PENELITIAN
Definisi dari masing-masing variabel yang digunakan, yaitu :
1. Keterkaitan ke belakang (backward linkages), adalah keterkaitan suatu sector
terhadap sektor-sektor lain yang menyumbang input kepadanya. Ukuran untuk melihat
keterkaitan ke belakang sektor ekonomi digunakan indeks daya penyebaran.
3. Output, adalah seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor
produksi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu wilayah (negara,
provinsi, dan sebagainya) dalam periode tertentu (biasanya satu tahun) tanpa
memperhatikan asal-usul pelaku produksi maupun bentuk usahanya. Sepanjang kegiatan
produksinya dilakukan di wilayah yang bersangkutan maka produksinya dihitung sebagai
bagian dari output wilayah tersebut. Oleh karena itu output tersebut sering dikatakan
sebagai produk domestik. (dalam Rupiah)
4. Input Antara, adalah seluruh biaya yang dike;uarkan untuk barang dan jasa yang
digunakan yang habis dalam melakukan proses produksi. Komponen input antara terdiri
dari barang tidak tahan lama (habis sekali pakai dan pada umumnya kurang dari setahun)
baik dari produk wilayah maupun impor dan jasa.
5. Input Primer, adalah biaya yang timbul karena menggunakan faktor produksi dalam
suatu kegiatan ekonomi. Faktor produksi tersebut terdiri atas tenaga kerja, tanah, modal
dan kewiraswastaan. Bentuk input primer adalah upah/gaji, surplus usaha, penyusutan
barang modal, dan pajak tidak langsung netto. Input primer disebut juga nilai tambah
bruto yang diperoleh dari hasil pengurangan output dengan input antara.
6. Permintaan Akhir , permintaan akan barang dan jasa selain permintaan untuk sektor-
sektor produksi, untuk proses produksi sebagai permintaan antara juga permintaan oleh
konsumen akhir (permintaan akhir). Permintaan akhir atas barang dan jasa untuk
keperluan konsumsi, bukan untuk proses produksi. Permintaan akhir dalam penyusunan
Tabel Input-Output terletak pada kuadran II
METODE ANALISIS
Output Konsumsi
Ekonomi
Jumlah Input V1 V2 V3
Primer atau Nilai
Tambah
Total Input X1 X2 X3
merupakan tabel transaksi input output 3 sektor secara umum dan menunjukan nilai
transaksi yang terjadi di sektor perekonomian provinsi Kalimantan Tengah . Nilai dari Xij
dengan i , j = 1,2,3 pada Tabel 1 mempunyai arti yaitu banyaknya output dari sektor yang
digunakan sebagai input pada sektor Total output atau Xi merupakan jumlahan dari
banyaknya output dari sektor i yang digunakan sebagai input pada sector j dengan
permintaan akhir. Dari Tabel tersebut dapat dibentuk persamaan sebagai berikut:
X11 + X12 + X13 + F1 = X1
X21 + X22 + X23 + F2 = X2
X31 + X32 + X33 + F3 = X3
Secara umum bentuk Persamaan (1) dapat dituliskan kembali menjadi :
3
∑ X ij + Fi= Xi
j=1
Xij = banyaknya output sector I yang digunakan sebagai input oleh sector j (Rp)
Jika nilai setiap transaksi dibagi dengan nilai jumlah kolom (total input sektor) maka diperoleh
suatu rasio yang disebut koefisien teknologi . Koefisien teknologi ini menunjukan jumlah unit
output suatu sektor yang diperlukan untuk memproduksi satu unit output sektor lainnya.
Koefisien teknologi sector i yang berasal dari sector j dapat dinyatakan dengan:
X ij
a ij=
Xj
X j = banyaknya output sector i yang digunakan sebagai input oleh sector j (Rp)
a11 a 12 a13
[
A = a21 a 22 a23 ;
a31 a 32 a33 ]
Untuk menentukan nilai output total transaksi digunakan persamaan berikut:
X = (I-A)-1 F
Dengan :
I = matriks identitas
Matriks X yang terbentuk dari Persamaan diatas disebut sebagai matriks kebalikan Leontif.
Matriks ini mengandung informasi penting tentang bagaimana kenaikan produksi dari suatu
sektor akan menyebabkan berkembangnya sektor lain . Perkembangan suatu sektor dapat dilihat
dari meningkatnya nilai input maupun nilai output sektor yang terjadi pada sektor perekonomian
di provinsi Kalimantan Tengah tahun 2010.
ANALISIS KETERKAITAN
Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa antarsektor memiliki hubungan keterkaitan
untuksetiap nilai input dan output transaksi. Dengan menggunakan model Leontif dapat
dianalisis hubungan keterkaitan total antar sektor (total sector linkage effect) yang terdiri dari:
1.Indeks Keterkaitan Langsung ke Belakang, yaitu nilai keterkaitan suatu sektor terhadap
nilai input dari sektor lain. Misal sektor j jika terjadi peningkatan nilai input pada sektor j
maka harus diimbangi dengan meningkatnya nilai output sektor lainnya (misal sektor i),
karena input sector j diperoleh dari output dari sektor i.
2.Indeks Keterkaitan Langsung ke Depan, yaitu nilai keterkaitan suatu sektor terhadap nilai
output dari sektor lain. Misal sektor i, jika terjadi peningkatan nilai output pada sector i ,
maka output tersebut selanjutnya akan digunakan secara langsung sebagai input oleh sektor
lain (misal sektor j ) sehingga jika nilai output sector i meningkat, maka nilai input sektor j
juga akan meningkat.
Jika nilai indeks keterkaitan suatu sektor lebih dari satu, maka hal ini menunjukan bahwa
sektor tersebut memiliki nilai keterkaitan yang tinggi terhadap nilai input atau output yang
dihasilkan sehingga akan berpengaruh langsung terhadap sektor lainnya .
n
n ∑ ait
t =1
IKBLt= n n
∑ ∑ aij
t=1 j=1
n
n ∑ a tj
j=1
IKDLt= n n
∑ ∑ aij
t=1 j=1
n = banyak sector
Selanjutnya 54 sektor perekonomian di provinsi Kalimantan Tengah tahun 2010
diklasifikasikan menjadi 3 sub sektor yaitu:
1. Sektor Primer, terdiri dari sektor Padi, Jagung, Kacang Kedelai, Ketela Pohon, Tanaman
Pangan, Jasa Pertanian dan Perburuan, Jeruk, Holtikutura, Karet, Kelapa, Kelapa Sawit, Kopi,
Lada, Tanaman Perkebunan, Unggas dan Hasilnya, Peternakan, Kayu, Hasil Hutan, Perikanan
Tangkap, Perikanan Budidaya, dan Pertambangan.
2. Sektor Sekunder, terdiri dari sektor Industri Minyak Kelapa Sawit, Industri Makanan dan
Minuman, Industri Tekstil, Industri Kayu, Industri Kertas, Industri Kimia, Industri Karet,
Industri Barang Galian, Industri Barang dari Logam, Industri Furnitur, Industri Lainnya,
Listrik, Pengadaan Air, dan Konstruksi.
3. Sektor Tersier, terdiri dari sektor Perdagangan Besar, Pengangkutan Darat, Pengangkutan
Laut, Pengangkutan Sungai, Pengangkutan Udara, Pergudangan, Penyedia Akomodasi,
Penyediaan Perusahaan, Administrasi Pemerintahan, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan, Jasa
Lainnya dan Kegiatan yang Tak Jelas Batasannya.
Tabel 2 Transaksi Input Output Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010 (juta rupiah):
[
A = 0,03 0,051 0,047 ;
0,071 0,15 0,127 ]
Selanjutnya dengan mudah diperoleh nilai invers dari matriks ( I – A ) yaitu:
[ ][ X2
X3
= 0,035 1,069 0,058
0,027 0,21 1,53
; .
][
17.656.466
31.776.887 ]
X1 22.121.725,16
[ ][
X 2 = 21.200 .024,79
X3 52.698 .480,29 ]
Jadi, nilai output total dari sektor primer, sekunder dan tersier berturut-turut adalah sebesar
Rp.22.121.725,16, Rp.21.200.024,79 dan Rp.52.698.480,29. Hal ini menunjukan bahwa sector
tersier memberi dampak yang sangat besar terhadap nilai output transaksi pada sistem
perekonomian di provinsi Kalimantan Tengah dan merupakan sektor yang paling dominan.
Untuk mengetahui nilai keterkaitan antarsektor dapat dianalisis dengan menggunakan indeks
keterkaitan langsung ke belakang dan indeks keterkaitan langsung ke depan
A. Indeks Keterkaitan Langsung ke Belakang
Keterkaitan ini merupakan keterkaitan nilai input suatu sektor terhadap sektor lain. Adapun
.perhitungannya sebagai berikut:
n
n ∑ ait
t =1
IKBLt= n n
∑ ∑ aij
t=1 j=1
Untuk t = 1 , diperoleh :
3 (a11 + a21+ a31)
IKBL1 =
(a11 + a12+ a13+ ...+ a33)
3(0,5+0,03+ 0,071)
¿
(0,055+0,281+ 0,031+ …+0,15+0,127)
0,47
¿
0,84
¿ 0,56
Untuk t = 2 , diperoleh :
3 (a12 +a22 +a32)
IKBL2=
(a11 + a12+ a13+ ...+ a33 )
3(0,281+0,051+0,15)
¿
(0,055+0,281+ 0,031+ …+0,15+0,127)
1,45
¿
0,84
¿ 1,72
Untuk t = 3 , diperoleh :
3(a13 +a23 +a33 )
IKBL3 =
(a11 + a12 + a13 +...+a33 )
3 (0,031+0,047+0,127)
¿
(0,055+0,281+ 0,031+ …+0,15+0,127)
0,615
¿
0,84
¿ 0,73
Berdasarkan hasil perhitungan indeks keterkaitan langsung ke belakang, diketahui bahwa IKBL2
mempunyai nilai keterkaitan yang paling tinggi dan lebih besar dari 1 yaitu sebesar 1,72. Hal ini
menunjukan bahwa keterkaitan langsung ke belakang terhadap nilai input dari sektor sekunder
sangat tinggi. Sehingga jika terjadi peningkatan terhadap nilai input pada sektor sekunder di
provinsi Kalimantan Tengah maka harus diimbangi dengan meningkatnya nilai output pada
sektor lainnya. Hal ini dikarenakan nilai input pada sektor sekunder juga diperoleh dari nilai
output sektor primer dan sektor tersier. Sedangkan untuk IKBL1 dan IKBL3 yang nilai
keterkaitannya kurang dari satu menunjukan bahwa pengaruh nilai input dari sektor primer dan
tersier terhadap transaksi yang terjadi tidak terlalu tinggi.
∑ ∑ aij
t=1 j=1
3 (0,03+0,051+0,047)
¿
(0,055+0,281+ 0,031+ …+0,15+0,127)
0,38
¿
0,84
¿ 0,46
3 (0,071+0,15+0,127)
¿
(0,055+0,281+ 0,031+ …+0,15+0,127)
1,04
¿
0,84
¿ 1,23
Berdasarkan hasil perhitungan indeks keterkaitan langsung ke depan, telah diketahui bahwa
IKDL1 mempunyai nilai keterkaitan yang paling tinggi yaitu sebesar 1,3. Hal ini menunjukan
bahwa keterkaitan langsung ke depan terhadap nilai output sektor primer sangat tinggi, sehingga
jika terjadi peningkatan pada nilai output sektor primer akan memicu terjadinya pertumbuhan
pada sektor lainnya. Hal ini dikarenakan output dari sektor primer selanjutnya digunakan sebagai
input pada sektor sekunder dan sektor tersier sehingga jika sektor primer mempunyai nilai output
sektor yang tinggi (meningkat) maka secara langsung nilai input untuk sektor sekunder dan
sektor tersier juga akan tinggi (meningkat). Sedangkan untuk IKDL3 yang juga memiliki nilai
keterkaitan lebih dari satu menunjukan bahwa sektor primer juga akan mempengaruhi terhadap
nilai output namun nilai pengaruhnya dibawah sektor tersier dan untuk IKDL2yang nilai
keterkaitannya kurang dari satu menunjukan bahwa pengaruh nilai output dari sektor sekunder
terhadap transaksi yang terjadi tidak terlalu tinggi.
ANALISIS 54 SEKTOR
Dengan menggunakan model Leontif, 54 sektor perekonomian dapat dianalisis lebih lanjut tanpa
klasifikasi. Hasil dari analisis input output yaitu nilai output total transaksi, sektor dominan serta
nilai keterkaitan antarsektor dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Nilai Output Total, Keterkaitan Langsung ke Depan dan Belakang
23 24 Industri Tekstil
Minuman
Industri Barang 13.362,1 1.1 0.0005 Industri Barang 188.492.9 0.89 0.02
29 30
Galian dari Logam
Dengan menggunakan Persamaan X = (I-A)-1 F maka dari Tabel 3 diketahui bahwa sektor
yang memiliki nilai output total transaksi terbesar adalah sektor Perdagangan Besar Eceran,
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan nilai sebesar (juta) Rp.13.216.744,9. Sektor
tersebut juga merupakan sektor dominan. Hal ini menunjukan bahwa sektor Perdagangan
Besar Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor di provinsi Kalimantan Tengah memberikan
pengaruh yang sangat besar terhadap nilai pertukaran arus barang dan jasa sehingga harus ada
upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas sektor tersebut agar nilai transaksi
yang terjadi di sektor perekonomian provinsi Kalimantan Tengah tidak menurun bahkan bisa
meningkat.
Selain nilai output total transaksi yang dihasilkan, dapat diketahui pula nilai keterkaitan dari
54 sektor tanpa klasifikasi dengan menggunakan Persamaan IKBL t dan IKDLt ..Dari tabel 3
diketahui bahwa sektor yang memiliki nilai keterkaitan langsung ke belakang paling tinggi
adalah sektor Industri Makanan dan Minuman dengan nilai keterkaitan sebesar 3,62. Hal ini
menunjukan bahwa jika terjadi peningkatan terhadap nilai input pada sektor Industri
Makanan dan Minuman di provinsi Kalimantan Tengah maka akan berpengaruh kepada
sektor lain khususnya pada sektor pertanian dan peternakan, yang harus memenuhi
permintaan input sektor Industri Makanan dan Minuman. Hal ini dikarenakan untuk
memenuhi peningkatan nilai input yang terjadi, sektor Industri Makanan dan Minuman
membutuhkan output dari sektor lain sebagai input.
Kemudian sektor yang memiliki nilai keterkaitan langsung ke depan paling tinggi adalah
sektor Perdagangan Besar Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan nilai keterkaitan
sebesar 8,71. Hal ini menunjukan bahwa jika terjadi peningkatan terhadap nilai output pada
sektor Perdagangan Besar Eceran di provinsi Kalimantan Tengah maka dapat mendorong
sektor lain untuk berkembang khususnya untuk sektor pengangkutan, jasa dan pergudangan.
Hal ini dikarenakan nilai output pada sektor Perdagangan Besar Eceran, Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor selanjutnya akan digunakan sebagai input pada sektor lainnya.
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari hasil analisis input output dengan menggunakan model Leontif diperoleh bahwa nilai
output total transaksi dari sektor primer, sekunder dan tersier di provinsi Kalimantan Tengah
tahun 2010 berturut-turut adalah sebesar (juta) Rp.22.121.725,16, Rp.21.200.024,79 dan
Rp.52.698.480,29. Hal ini menunjukan bahwa sektor tersier merupakan sektor yang dominan
dengan nilai output total transaksi yang paling besar. Berdasarkan nilai indeks keterkaitan
diperoleh bahwa sektor sekunder memiliki nilai keterkaitan ke belakang yang paling tinggi
terhadap nilai input dengan nilai keterkaitan sebesar 1,72 dan sektor primer memiliki nilai
keterkaitan ke depan yang paling tinggi terhadap nilai output dengan nilai keterkaitan sebesar
1,3. Jika dianalisis lebih lanjut untuk setiap sektor, maka diperoleh bahwa sektor
Perdagangan Besar Eceran merupakan sektor yang paling mendominasi dengan nilai output
total (juta) Rp.13.216.744,92 dan sektor Industri Makanan dan Minuman memiliki nilai
keterkaitan lansung ke belakang yang paling tinggi dengan nilai keterkaitan sebesar 3,52 serta
sektor Perdagangan Besar Eceran memiliki nilai keterkaitan langsung ke depan yang paling
tinggi dengan nilai keterkaitan sebesar 8,71.
SARAN
1. Di sector industri terdapat beberapa sector yang terlihat tidak seimbang nilainya
dengan sector lainnya dimana scontoh sector industry kertas , barang galian , furnitur
dan tekstil yang nilainyi sangat kecil jika dibandingkan dengan sector industry karet
serta makanan dan minuman . semoga di masa kedepan sector industry ini dapat
seimbang dan menyebabkan naiknya nilai dari sector industry tersebut
2. Kelapa dan kopi disbanding dengan hasil pertanian dan perkebunan yang lain
sangatlah rendah , diharapkan kedepannya sector ini dapat lebih dioptimalkan dalam
hal produksinya agar bisa mempengaruhi dan meningkatkan nilai dari sector pertanian
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.bps.go.id/publication/2015/12/30/eb1ce54ade495db2654b85e2/tabel
-input---output-indonesia-2010.html
2. Badan Pusat Statistik (BPS). 2010. Tabel Input-Output Kalimantan Tengah Tahun
2010.
4. Dumatubun, Pius Izak. Matematika: Aplikasi Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta: Andi;
1999.
5. Dumairy. Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta: PT BPFE; 2004.