Jurnal Analisis Input Output Sektor Perekonomian Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

ANALISIS INPUT OUTPUT SEKTOR PEREKONOMIAN PROVINSI

KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2010

( PENDEKATAN ANALISIS INPUT-OUTPUT MODEL LEONTIEF )

Oleh : 1. Muhammad Alfa Resya ( 201701007 )

2. Muhammad Reza Maulana ( 201901023 )

Dosen Pembimbing : Mayer Abadi Siregar, SE

Jurusan Business Economic

Unisadhuguna Business School

2020

Abstract

Each province in Indonesia has its natural resources, including Central Borneo.The available
natural resources can then be processed into a product in the form of goods and services which is
part of the economic sector. Central Borneo Province in 2010 had 54 kinds of economic sectors.
Furthermore, all sectors are classified into 3 sub-sectors, namely the primary sector, secondary
sector, and the tertiary sector. Between sectors have a relationship with each transaction output-
input value. The value of the input-output sector of the Kalimantan economy The Central is then
analyzed using the Leontief model, to obtain the total output value transactions for each sector are
(million) IDR 22,121,725.16, IDR 21,200,024.79 and Rp. 52,698,480.29. The dominant sector is
the tertiary sector, as well as linkages between sectors, which shows that the sector that has the
highest direct relationship to value input is a secondary sector with a linkage value of 1.72. This
shows that if on In the province of Central Borneo, an increase in the value of secondary sector
inputs must be balanced with the increase in output from other sectors, because the value of
secondary sector inputs is derived from the value of other sector output. Meanwhile, the sector that
has the highest direct relationship to the output value is the primary sector with a linkage value of
1.3. This shows that if in the province of Central Borneo, an increase in the output value of the
primary sector will encourage other sectors to develop because the output value of the primary
sector is then used as input to other sectors

Keywords : Economic system , Central Borneo Province , Leontief Model

PENDAHULUAN
Pada tahun 2010 provinsi Kalimantan Tengah memiliki berbagai macam sektor
perekonomian yang terdiri dari komoditi, produk/barang dan jasa unggulan dengan jumlah 54
sektor . Setiap sektor mempunyai hubungan yang saling berkaitan untuk setiap nilai input dan
output yang dihasilkan. Untuk mengetahui nilai keterkaitan antarsektor dan nilai output yang
dihasilkan dari transaksi antarsektor tersebut dapat dianalisis menggunakan model Leontif.

Pada model Leontif, sistem perekonomian suatu daerah/negara dapat dibagi ke dalam
beberapa sektor, dimana antarsektor memiliki nilai keterkaitan yang berarti bahwa setiap sektor
memerlukan input dari sektor lainnya untuk menghasilkan output. Kemudian, output ini juga
diperlukan sebagai input oleh sektor lainnya untuk menghasilkan output sektor .

Pada penelitian ini dibahas tentang bagaimana menganalisis nilai input-output sektor
perekonomian provinsi Kalimantan Tengah menggunakan model Leontif. Tahapan pengerjaan
dimulai dengan melakukan pengamatan berupa data mentah dari BPS Kalimantan Tengah yang
merupakan data transaksi perdagangan di Kalimantan Tengaht, kemudian diolah menjadi matriks
transaksi dan matriks koefisien teknologi. Selanjutnya dilakukan analisis nilai input output
menggunakan model Leontif untuk mengetahui nilai output total transaksi, sektor yang dominan
dan nilai keterkaitan antar sektor.

LANDASAN TEORI

 Model Leontief

Salah satu kegunaan penerapan aljabar matriks dalam bidang ekonomi adalah analisis input-
output yang pertama kali dikenalkan pleh Wassily W.Leontief tahun 1936 dari Harvard University.
Analisis ini merupakan model matematis untuk menelaah berbagai sektor kegiatan ekonomi.
Sebagai ilustrasi perekonomian suatu Negara yang dibagi menjadi beberapa sektor, antara lain:
pertanian, industri, jasa dan lain sebagainya. Output dari suatu sektor tertentu selain digunakan
oleh sektor itu sendiri, dipergunakan pula oleh sektor-sektor lainnya sebagai input-nya.

Model Leontif merupakan salah satu metode untuk mengkaji struktur perekonomian makro,
nasional dan regional dengan menerapkan model matematis untuk menyederhanakan suatu
permasalahan. Model ini dipakai untuk menentukan agar setiap “n” sektor dalam sistem ekonomi
dapat memproduksi sejumlah barang/komoditi secara tepat untuk memenuhi permintaan

 Tabel Input – Output

Tabel Input - Output adalah suatu uraian statistik dalam bentuk matriks yang menggambarkan
transaksi penggunaan barang dan jasa antar berbagai kegiatan ekonomi. Sebagai metode
kuantitatif, Tabel Input - Output memberikan gambaran menyeluruh mengenai :

a. Struktur perekonomian negara/ wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-
masing sektor,
b. Struktur input antara, berupa transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektor-sektor
produksi,

c. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri (produksi Provinsi
Kalimantan Tengah), maupun barang impor atau yang berasal dari Kabupaten/ Kota / Negara
lain,

d. Struktur permintaan barang dan jasa, meliputi permintaan dari berbagai sektor produksi di
Kalimantan Tengah dan permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor keluar Kalimantan
Tengah.

Dalam penyusunan Tabel Input-Output itu sendiri, bagi pengguna akan memberikan gambaran
tentang seberapa jauh konsistensi antar berbagai data yang digunakan. Oleh karena itu,
penghayatan tentang proses tersebut bermanfaat untuk menilai mutu keserasian data statistik
dan kemungkinannya untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan di masa yang akan
datang.

Contoh Tabel Input - Output

Input atau Konsumsi


Antara
Alokasi

Konsumsi
Output
atau Total
Struktur Kegiatan Ekonomi
Permintaan
1 2 3 Output
Input
Akhir

1 x11 x12 x13 F1 X1

Kegiatan 2 x21 x22 x23 F2 X2

Ekonomi

3 x31 x32 x33 F3 X3

Jumlah Input V1 V2 V3
Primer atau Nilai
Tambah

Total Input X1 X2 X3

Pada garis horizontal atau baris, isian-isian angkanya memperlihatkan alokasi penggunaan
barang dan jasa yang tersedia sebagian untuk memenuhi permintaan antara (intermediate
demand), sebagian lagi dipakai untuk memenuhi permintaan akhir (finaldemand) yang terdiri
dari konsumsi, investasi dan ekspor. Isian angka menurut garis vertikal atau kolom,
menunjukkan struktur pemakaian input antara dan input primer (nilai tambah bruto) yang
disediakan oleh sektor-sektor lain untuk pelaksanaan kegiatan produksi.
Tabel Input Output secara keseluruhan dibagi dalam tiga bagian, dan disebut sebagai kuadran
I, II, dan III. Kuadran I terdiri dari kotak-kotak (sel-sel) yang berisi angka-angka transaksi
antara yaitu barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Sel adalah tempat
pertemuan antara baris dan kolom dalam kerangka Tabel Input Output. Isian sepanjang baris
pada kuadran I memperlihatkan alokasi penyediaan suatu sektor yang digunakan oleh sektor
lain dan disebut permintaan antara. Isian menurut kolom menunjukkan pemakaian barang dan
jasa oleh suatu sektor yang berasal dari sektor-sektor lain dan disebut dengan input antara.
Transaksi antara ini dinyatakan dengan symbol Xij dalam Tabel 1, dan menunjukkan jumlah
komoditas I yang dipakai oleh sektor j. Kuadran ini merupakan kuadran input, yaitu
perbandingan antara masing-masing input antara dengan output yang mempergunakannya.
Demikian juga, yang lebih penting lagi ialah matriks kebalikan dari koefisien input tersebut,
sangat berguna untuk berbagai analisis dengan menggunakan tabel Input Output.

Kuadran II berisi angka-angka transaksi permintaan akhir yang berasal dari output berbagai
sektor produksi maupun impor yang dirinci dalam berbagai jenis penggunaan. Dengan kata
lain, mencatat transaksi menurut sektor yang sesuai dengan komponen pengeluaran dalam
Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Kuadran III berisi penggunaan input primer atau nilai tambah (value added) yang terdiri dari:
upah dan gaji, surplus usaha, pajak tak langsung neto, dan penyusutan. Penjumlahan seluruh
nilai tambah ini akan menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto, yang merupakan
penjumlahan semua produksi barang dan jasa akhir (netto) di wilayah domestik yang
bersangkutan. Selanjutnya PDRB ini akan sama dengan seluruh permintaan akhir dikurangi
impor barang dan jasa dari kuadran II

 METODE PENELITIAN
Definisi dari masing-masing variabel yang digunakan, yaitu :
1. Keterkaitan ke belakang (backward linkages), adalah keterkaitan suatu sector
terhadap sektor-sektor lain yang menyumbang input kepadanya. Ukuran untuk melihat
keterkaitan ke belakang sektor ekonomi digunakan indeks daya penyebaran.

2. Keterkaitan ke depan (forward linkages), adalah keterkaitan suatu sektor yang


menghasilkan output untuk digunakan sebagai input bagi sektor lain. Ukuran untuk
melihat keterkaitan ke depan sektor ekonomi digunakan indeks derajat kepekaan.

3. Output, adalah seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi
dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu wilayah (negara, provinsi, dan
sebagainya) dalam periode tertentu (biasanya satu tahun) tanpa memperhatikan asal-usul
pelaku produksi maupun bentuk usahanya. Sepanjang kegiatan produksinya dilakukan di
wilayah yang bersangkutan maka produksinya dihitung sebagai bagian dari output wilayah
tersebut. Oleh karena itu output tersebut sering dikatakan sebagai produk domestik. (dalam
Rupiah)

4. Input Antara, adalah seluruh biaya yang dike;uarkan untuk barang dan jasa yang
digunakan yang habis dalam melakukan proses produksi. Komponen input antara terdiri
dari barang tidak tahan lama (habis sekali pakai dan pada umumnya kurang dari setahun)
baik dari produk wilayah maupun impor dan jasa.

5. Input Primer, adalah biaya yang timbul karena menggunakan faktor produksi dalam
suatu kegiatan ekonomi. Faktor produksi tersebut terdiri atas tenaga kerja, tanah, modal dan
kewiraswastaan. Bentuk input primer adalah upah/gaji, surplus usaha, penyusutan barang
modal, dan pajak tidak langsung netto. Input primer disebut juga nilai tambah bruto yang
diperoleh dari hasil pengurangan output dengan input antara.

6. Permintaan Akhir , permintaan akan barang dan jasa selain permintaan untuk sektor-
sektor produksi, untuk proses produksi sebagai permintaan antara juga permintaan oleh
konsumen akhir (permintaan akhir). Permintaan akhir atas barang dan jasa untuk keperluan
konsumsi, bukan untuk proses produksi. Permintaan akhir dalam penyusunan Tabel Input-
Output terletak pada kuadran II

 METODE ANALISIS

Input atau Konsumsi


Antara
Alokasi

Konsumsi
Output
atau Total
Struktur Kegiatan Ekonomi
Permintaan
1 2 3 Output
Input
Akhir

1 x11 x12 x13 F1 X1

Kegiatan 2 x21 x22 x23 F2 X2

Ekonomi

3 x31 x32 x33 F3 X3

Jumlah Input V1 V2 V3
Primer atau Nilai
Tambah

Total Input X1 X2 X3

merupakan tabel transaksi input output 3 sektor secara umum dan menunjukan nilai
transaksi yang terjadi di sektor perekonomian provinsi Kalimantan Tengah . Nilai dari Xij
dengan i , j = 1,2,3 pada Tabel 1 mempunyai arti yaitu banyaknya output dari sektor yang
digunakan sebagai input pada sektor Total output atau Xi merupakan jumlahan dari
banyaknya output dari sektor i yang digunakan sebagai input pada sector j dengan
permintaan akhir. Dari Tabel tersebut dapat dibentuk persamaan sebagai berikut:
X11 + X12 + X13 + F1 = X1
X21 + X22 + X23 + F2 = X2
X31 + X32 + X33 + F3 = X3
Secara umum bentuk Persamaan (1) dapat dituliskan kembali menjadi :
3
∑ Xij + Fi = Xi
𝑗=1

untuk I , j = 1,2,3 dengan :

Xij = banyaknya output sector I yang digunakan sebagai input oleh sector j (Rp)

Fi = permintaan akhir terhadap sector i (Rp)

Xi= total input sector j (Rp)

Jika nilai setiap transaksi dibagi dengan nilai jumlah kolom (total input sektor) maka diperoleh
suatu rasio yang disebut koefisien teknologi . Koefisien teknologi ini menunjukan jumlah unit
output suatu sektor yang diperlukan untuk memproduksi satu unit output sektor lainnya.
Koefisien teknologi sector i yang berasal dari sector j dapat dinyatakan dengan:

Xij
aij = Xj

untuk i = 1,2,3 dengan :

𝑎ij = koefisien teknologi sector i yang berasal dari sector j

Xij = total input sector j dengan Xj > 0 (Rp)

Xj = banyaknya output sector i yang digunakan sebagai input oleh sector j (Rp)

Dari persamaan diatas diperoleh matriks koefisien teknologi ( A ) sebagai berikut :

𝑎11 𝑎12 𝑎13


𝑎
A = [ 21 𝑎22 𝑎23 ; ]
𝑎31 𝑎32 𝑎33

Untuk menentukan nilai output total transaksi digunakan persamaan berikut:

X = (I-A)-1 F

Dengan :

I = matriks identitas

I – A = matriks permintaan antara dengan asumsi bahwa matriks I - A invertible

F = permintaan akhir (Rp)


Matriks X yang terbentuk dari Persamaan diatas disebut sebagai matriks kebalikan Leontif.
Matriks ini mengandung informasi penting tentang bagaimana kenaikan produksi dari suatu
sektor akan menyebabkan berkembangnya sektor lain . Perkembangan suatu sektor dapat dilihat
dari meningkatnya nilai input maupun nilai output sektor yang terjadi pada sektor perekonomian
di provinsi Kalimantan Tengah tahun 2010.

 ANALISIS KETERKAITAN

Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa antarsektor memiliki hubungan keterkaitan
untuksetiap nilai input dan output transaksi. Dengan menggunakan model Leontif dapat
dianalisis hubungan keterkaitan total antar sektor (total sector linkage effect) yang terdiri dari:

1.Indeks Keterkaitan Langsung ke Belakang, yaitu nilai keterkaitan suatu sektor terhadap nilai
input dari sektor lain. Misal sektor j jika terjadi peningkatan nilai input pada sektor j maka
harus diimbangi dengan meningkatnya nilai output sektor lainnya (misal sektor i), karena input
sector j diperoleh dari output dari sektor i.

2.Indeks Keterkaitan Langsung ke Depan, yaitu nilai keterkaitan suatu sektor terhadap nilai
output dari sektor lain. Misal sektor i, jika terjadi peningkatan nilai output pada sector i , maka
output tersebut selanjutnya akan digunakan secara langsung sebagai input oleh sektor lain
(misal sektor j ) sehingga jika nilai output sector i meningkat, maka nilai input sektor j juga
akan meningkat.

Jika nilai indeks keterkaitan suatu sektor lebih dari satu, maka hal ini menunjukan bahwa sektor
tersebut memiliki nilai keterkaitan yang tinggi terhadap nilai input atau output yang dihasilkan
sehingga akan berpengaruh langsung terhadap sektor lainnya .

Adapun perhitungan Indeks Keterkaitan Langsung ke Belakang sector t dan Indeks Keterkaitan
Langsung ke Depan sector t sebagai berikut:

𝑛 ∑𝑛𝑡=1 ait
𝐼𝐾𝐵𝐿𝑡 = 𝑛
∑𝑡=1 ∑𝑛𝑗=1 𝑎𝑖𝑗

𝑛 ∑𝑛𝑗=1 atj
𝐼𝐾𝐷𝐿𝑡 = 𝑛
∑𝑡=1 ∑𝑛𝑗=1 𝑎𝑖𝑗

untuk i , j , t = 1,2,3 dengan :

IKDLt = Indeks Keterkaitan Langsung ke Depan sektor

IKBLt = Indeks Keterkaitan Langsung ke Belakang sektor

aij = koefisien teknologi (input)

n = banyak sector
Selanjutnya 54 sektor perekonomian di provinsi Kalimantan Tengah tahun 2010
diklasifikasikan menjadi 3 sub sektor yaitu:

1. Sektor Primer, terdiri dari sektor Padi, Jagung, Kacang Kedelai, Ketela Pohon, Tanaman
Pangan, Jasa Pertanian dan Perburuan, Jeruk, Holtikutura, Karet, Kelapa, Kelapa Sawit, Kopi,
Lada, Tanaman Perkebunan, Unggas dan Hasilnya, Peternakan, Kayu, Hasil Hutan, Perikanan
Tangkap, Perikanan Budidaya, dan Pertambangan.

2. Sektor Sekunder, terdiri dari sektor Industri Minyak Kelapa Sawit, Industri Makanan dan
Minuman, Industri Tekstil, Industri Kayu, Industri Kertas, Industri Kimia, Industri Karet,
Industri Barang Galian, Industri Barang dari Logam, Industri Furnitur, Industri Lainnya,
Listrik, Pengadaan Air, dan Konstruksi.

3. Sektor Tersier, terdiri dari sektor Perdagangan Besar, Pengangkutan Darat, Pengangkutan
Laut, Pengangkutan Sungai, Pengangkutan Udara, Pergudangan, Penyedia Akomodasi,
Penyediaan Perusahaan, Administrasi Pemerintahan, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan, Jasa
Lainnya dan Kegiatan yang Tak Jelas Batasannya.

Berdasarkan 54 sektor perekonomian yang telah diklasifikasikan, selanjutnya dapat dibentuk


tabel transaksi input output yang menunjukan nilai transaksi yang terjadi antarsektor pada
sektor perekonomian di provinsi Kalimantan Tengah. Nilai transaksi input output sektor
perekonomian diperoleh dari data BPS provinsi Kalimantan Tengah tahun 2010. Dengan
menggunakan tabel transaksi input output dapat diketahui seluruh nilai transaksi yang meliputi
permintaan antara (nilai produksi), input antara, nilai tambah, output primer, permintaan akhir
dan nilai total input maupun output dari setiap sektor. Seluruh nilai transaksi dinyatakan dalam
satuan juta rupiah. Nilai transaksi input output dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2 Transaksi Input Output Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010 (juta rupiah):

Output Permintaan Total


Sektor Primer Sekunder Tersier
Primer Akhir Output

Primer 1.707.447 9.722.842 1.631.249 13.061.538 13.777.234 30.822.961

Sekunder 923.421 1.762.597 2.449.734 5.135.752 17.656.466 34.600.130

Tersier 2.199.670 5.121.703 6.589.087 13.910.460 31.776.887 52.139.172

Input Antara 4.830.538 16.607.142 10.670.070 63.210.587

Nilai Tambah 24.104.359 17.306.179 37.831.138

Total Input 30.822.961 34.600.130 52.139.172


Dari Tabel 2 diketahui bahwa nilai total output/total input sektor primer, sekunder dan tersier
berturut-turut adalah sebesar Rp.30.822.961, Rp.34.600.130, Rp. 52.139.172. Nilai
Rp.9.722.842 menunjukan output dari sektor primer yang digunakan sebagai input pada sektor
sekunder sedangkan nilai Rp. 5.121.703 menunjukan nilai output sektor tersier yang digunakan
sebagai input pada sektor sekunder. Untuk interpretasi nilai pada baris dan kolom selanjutnya
menggunakan asumsi yang sama. Berdasarkan Tabel 2, selanjutnya dapat ditentukan nilai
koefisien teknologi dengan menggunakan Persamaan (3), sehingga diperoleh matriks koefisien
teknologi ( A ) sebagai berikut :
0,055 0,281 0,031
A = [ 0,03 0,051 0,047; ]
0,071 0,15 0,127
Selanjutnya dengan mudah diperoleh nilai invers dari matriks ( I – A ) yaitu:
1,06 0,325 0,056
[0,035 1,069 0,058; ]
0,027 0,21 1,53
Dengan menggunakan Persamaan X = (I-A)-1 F , diperoleh nilai output total transaksi untuk X1 , X2 , X3
adalah dalam (juta rupiah):
X1 1,06 0,325 0,056 13.777.234
X
[ 2 ] = [0,035 1,069 0,058; ] . [17.656.466]
X3 0,027 0,21 1,53 31.776.887
X1 22.121.725,16
[X 2 ] = [ 21.200.024,79 ]
X3 52.698.480,29
Jadi, nilai output total dari sektor primer, sekunder dan tersier berturut-turut adalah sebesar
Rp.22.121.725,16, Rp.21.200.024,79 dan Rp.52.698.480,29. Hal ini menunjukan bahwa sector
tersier memberi dampak yang sangat besar terhadap nilai output transaksi pada sistem
perekonomian di provinsi Kalimantan Tengah dan merupakan sektor yang paling dominan.
Untuk mengetahui nilai keterkaitan antarsektor dapat dianalisis dengan menggunakan indeks
keterkaitan langsung ke belakang dan indeks keterkaitan langsung ke depan
A. Indeks Keterkaitan Langsung ke Belakang
Keterkaitan ini merupakan keterkaitan nilai input suatu sektor terhadap sektor lain. Adapun
.perhitungannya sebagai berikut:
𝑛 ∑𝑛𝑡=1 𝑎it
𝐼𝐾𝐵𝐿𝑡 = 𝑛
∑𝑡=1 ∑𝑛𝑗=1 𝑎𝑖𝑗

Untuk t = 1 , diperoleh :
3(𝑎11 + 𝑎21 + 𝑎31 )
𝐼𝐾𝐵𝐿1 =
(𝑎11 + 𝑎12 + 𝑎13 +. . . +𝑎33 )
3 ( 0,5 + 0,03 + 0,071 )
=
(0,055 + 0,281 + 0,031 + ⋯ + 0,15 + 0,127 )
0,47
=
0,84
= 𝟎, 𝟓𝟔
Untuk t = 2 , diperoleh :
3(𝑎12 + 𝑎22 + 𝑎32 )
𝐼𝐾𝐵𝐿2 =
(𝑎11 + 𝑎12 + 𝑎13 +. . . +𝑎33 )
3 ( 0,281 + 0,051 + 0,15 )
=
(0,055 + 0,281 + 0,031 + ⋯ + 0,15 + 0,127 )
1,45
=
0,84
= 𝟏, 𝟕𝟐

Untuk t = 3 , diperoleh :
3(𝑎13 + 𝑎23 + 𝑎33 )
𝐼𝐾𝐵𝐿3 =
(𝑎11 + 𝑎12 + 𝑎13 +. . . +𝑎33 )
3 ( 0,031 + 0,047 + 0,127 )
=
(0,055 + 0,281 + 0,031 + ⋯ + 0,15 + 0,127 )
0,615
=
0,84
= 𝟎, 𝟕𝟑
Berdasarkan hasil perhitungan indeks keterkaitan langsung ke belakang, diketahui bahwa 𝑰𝑲𝑩𝑳𝟐
mempunyai nilai keterkaitan yang paling tinggi dan lebih besar dari 1 yaitu sebesar 1,72. Hal ini
menunjukan bahwa keterkaitan langsung ke belakang terhadap nilai input dari sektor sekunder
sangat tinggi. Sehingga jika terjadi peningkatan terhadap nilai input pada sektor sekunder di
provinsi Kalimantan Tengah maka harus diimbangi dengan meningkatnya nilai output pada sektor
lainnya. Hal ini dikarenakan nilai input pada sektor sekunder juga diperoleh dari nilai output sektor
primer dan sektor tersier. Sedangkan untuk 𝑰𝑲𝑩𝑳𝟏 dan 𝑰𝑲𝑩𝑳𝟑 yang nilai keterkaitannya kurang
dari satu menunjukan bahwa pengaruh nilai input dari sektor primer dan tersier terhadap transaksi
yang terjadi tidak terlalu tinggi.

B. Indeks Keterkaitan Langsung ke Depan


Keterkaitan ini merupakan keterkaitan nilai output suatu sektor terhadap sektor lain. Adapun
perhitungannya sebagai berikut:
𝑛 ∑𝑛𝑗=1 𝑎𝑡𝑗
𝐼𝐾𝐷𝐿𝑡 =
∑𝑛𝑡=1 ∑𝑛𝑗=1 𝑎𝑖𝑗

Untuk t = 1 dapat diperoleh :


3(𝑎11 + 𝑎12 + 𝑎13 )
𝐼𝐾𝐷𝐿1 =
(𝑎11 + 𝑎12 + 𝑎13 +. . . +𝑎33 )
3 ( 0,055 + 0,281 + 0,031 )
=
(0,055 + 0,281 + 0,031 + ⋯ + 0,15 + 0,127 )
1,1
=
0,84
= 𝟏, 𝟑

Untuk t = 2 dapat diperoleh :


3(𝑎21 + 𝑎22 + 𝑎23 )
𝐼𝐾𝐷𝐿2 =
(𝑎11 + 𝑎12 + 𝑎13 +. . . +𝑎33 )
3 ( 0,03 + 0,051 + 0,047 )
=
(0,055 + 0,281 + 0,031 + ⋯ + 0,15 + 0,127 )
0,38
=
0,84
= 𝟎, 𝟒𝟔

Untuk t = 3 dapat diperoleh :


3(𝑎31 + 𝑎32 + 𝑎33 )
𝐼𝐾𝐷𝐿3 =
(𝑎11 + 𝑎12 + 𝑎13 +. . . +𝑎33 )
3 ( 0,071 + 0,15 + 0,127 )
=
(0,055 + 0,281 + 0,031 + ⋯ + 0,15 + 0,127 )
1,04
=
0,84
= 𝟏, 𝟐𝟑
Berdasarkan hasil perhitungan indeks keterkaitan langsung ke depan, telah diketahui bahwa 𝐼𝐾𝐷𝐿1
mempunyai nilai keterkaitan yang paling tinggi yaitu sebesar 1,3. Hal ini menunjukan bahwa
keterkaitan langsung ke depan terhadap nilai output sektor primer sangat tinggi, sehingga jika
terjadi peningkatan pada nilai output sektor primer akan memicu terjadinya pertumbuhan pada
sektor lainnya. Hal ini dikarenakan output dari sektor primer selanjutnya digunakan sebagai input
pada sektor sekunder dan sektor tersier sehingga jika sektor primer mempunyai nilai output sektor
yang tinggi (meningkat) maka secara langsung nilai input untuk sektor sekunder dan sektor tersier
juga akan tinggi (meningkat). Sedangkan untuk 𝐼𝐾𝐷𝐿3 yang juga memiliki nilai keterkaitan lebih
dari satu menunjukan bahwa sektor primer juga akan mempengaruhi terhadap nilai output namun
nilai pengaruhnya dibawah sektor tersier dan untuk 𝐼𝐾𝐷𝐿2 yang nilai keterkaitannya kurang dari
satu menunjukan bahwa pengaruh nilai output dari sektor sekunder terhadap transaksi yang terjadi
tidak terlalu tinggi.
 ANALISIS 54 SEKTOR
Dengan menggunakan model Leontif, 54 sektor perekonomian dapat dianalisis lebih lanjut tanpa
klasifikasi. Hasil dari analisis input output yaitu nilai output total transaksi, sektor dominan serta
nilai keterkaitan antarsektor dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Nilai Output Total, Keterkaitan Langsung ke Depan dan Belakang

Output Total Output Total

Kode Sektor 𝐼𝐾𝐵𝐿𝑡 𝐼𝐾𝐷𝐿𝑡 Kode Sektor 𝐼𝐾𝐷𝐿𝑡 𝐼𝐾𝐷𝐿𝑡


(Juta Rp) (Juta Rp)

4.954.811,2 0.59 3.39 504.524,3 0.29 0.6


1 Padi 2 Jagung

8.711,1 0.94 0.15 315.226,5 1.45 0.24


3 Kacang Kedelai 4 Ketela Pohon

275.552,8 1.7 0.11 442.352,1 1.44 1.12


5 Tanaman Pangan 6 Jasa Pertanian

698.574,9 0.84 0.71 1.423.070,4 0.62 1.24


7 Jeruk 8 Hortikutura

966.899,9 0.34 0.88 4.445,9 0.73 0.009


9 Karet 10 Kelapa

1.790.019,2 0.88 2.51 41.618,1 0.22 0.04


11 Kelapa Sawit 12 Kopi

267.283,6 0.36 0.19 Tanaman 231.904,8 0.35 0.08


13 Lada 14
Perkebunan

923.489,9 1.21 0.33 306.975,0 1.14 0.24


15 Unggas dan Hasilnya 16 Peternakan

855.171,8 1.88 1.67 613.945,8 1.74 0.79


17 Kayu 18 Hasil Hutan

1.115.155,7 0.19 0.06 1.536.618,5 0.68 0.43


19 Perikanan Tangkap 20 Perikanan

1.654.264,5 0.28 1.18 Industri 121.267,2 2.91 0.004


21 Pertambangan 22
Minyak
Industri Makanan & 3.462.795,4 3.62 2.09 2.600,7 1.78 0.002

23 24 Industri Tekstil
Minuman

248.643,1 2.13 1.72 7.996,2 0.62 0.007


25 Industri Kayu 26 Industri Kertas

198.516,1 1.2 0.39 1.343.052.3 1.73 0.77


27 Industri Kimia 28 Industri Karet

Industri Barang 13.362,1 1.1 0.0005 Industri Barang 188.492.9 0.89 0.02
29 30
Galian dari Logam

7.060 1.38 0.0006 40.802,2 1.52 0.08


31 Industri Furnitur 32 Industri Lainnya

872.240,9 0.93 1.76 113.393.8 0.24 0.23


33 Ketenagalistrikan 34 Pengadaan Air

13.205.315,7 1.07 2.91 Perdagangan 13.216.744,9 0.69 8.71


35 Konstruksi 36
Besar Eceran

3.029.116,5 0.84 4.93 Pengangkutan 452.460,6 0.94 0.66


37 Pengangkutan Darat 38
Laut

727.858,8 1.06 4.07 Pengangkutan 85.675,0 0.78 1.46


39 Pengangkutan Sungai 40
Udara

713.512,8 0.58 1.19 Penyediaan 268.106,2 1.28 0.13


41 Pergudangan 42
Akomodasi

Penyediaan Makan 4.005.589,1 2.32 0.45 Informasi 2.043.077,6 0.46 1.39


43 44
dan Minum Komunikasi

1.579.583,5 0.62 1.29 390.916,9 0.25 0.3


45 Bank 46 Asuransi

402.830,5 0.23 0.87 4.165,6 1.67 0.001


47 Jasa Keuangan 48 Real Estate

Jasa Perusahaan 374.920,1 0.68 0.79 Administrasi 7.308.026,5 0.68 0.98


49 50
Pemerintahan

4.855.013,8 1.18 0.27 1.647.419,9 0.63 0.06


51 Jasa Pendidikan 52 Jasa Kesehatan
768.227,8 0.08 0.38 Kegiatan yg Tak 31,1 0 0.0004
53 Jasa Lainnya 54
Jelas Batasannya

Dengan menggunakan Persamaan X = (I-A)-1 F maka dari Tabel 3 diketahui bahwa sektor
yang memiliki nilai output total transaksi terbesar adalah sektor Perdagangan Besar Eceran,
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan nilai sebesar (juta) Rp.13.216.744,9. Sektor
tersebut juga merupakan sektor dominan. Hal ini menunjukan bahwa sektor Perdagangan
Besar Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor di provinsi Kalimantan Tengah memberikan
pengaruh yang sangat besar terhadap nilai pertukaran arus barang dan jasa sehingga harus ada
upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas sektor tersebut agar nilai transaksi
yang terjadi di sektor perekonomian provinsi Kalimantan Tengah tidak menurun bahkan bisa
meningkat.

Selain nilai output total transaksi yang dihasilkan, dapat diketahui pula nilai keterkaitan dari
54 sektor tanpa klasifikasi dengan menggunakan Persamaan 𝐼𝐾𝐵𝐿𝑡 dan 𝐼𝐾𝐷𝐿𝑡 ..Dari tabel 3
diketahui bahwa sektor yang memiliki nilai keterkaitan langsung ke belakang paling tinggi
adalah sektor Industri Makanan dan Minuman dengan nilai keterkaitan sebesar 3,62. Hal ini
menunjukan bahwa jika terjadi peningkatan terhadap nilai input pada sektor Industri Makanan
dan Minuman di provinsi Kalimantan Tengah maka akan berpengaruh kepada sektor lain
khususnya pada sektor pertanian dan peternakan, yang harus memenuhi permintaan input
sektor Industri Makanan dan Minuman. Hal ini dikarenakan untuk memenuhi peningkatan nilai
input yang terjadi, sektor Industri Makanan dan Minuman membutuhkan output dari sektor lain
sebagai input.

Kemudian sektor yang memiliki nilai keterkaitan langsung ke depan paling tinggi adalah sektor
Perdagangan Besar Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan nilai keterkaitan sebesar
8,71. Hal ini menunjukan bahwa jika terjadi peningkatan terhadap nilai output pada sektor
Perdagangan Besar Eceran di provinsi Kalimantan Tengah maka dapat mendorong sektor lain
untuk berkembang khususnya untuk sektor pengangkutan, jasa dan pergudangan. Hal ini
dikarenakan nilai output pada sektor Perdagangan Besar Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor selanjutnya akan digunakan sebagai input pada sektor lainnya.
PENUTUP

 KESIMPULAN

Dari hasil analisis input output dengan menggunakan model Leontif diperoleh bahwa nilai
output total transaksi dari sektor primer, sekunder dan tersier di provinsi Kalimantan Tengah
tahun 2010 berturut-turut adalah sebesar (juta) Rp.22.121.725,16, Rp.21.200.024,79 dan
Rp.52.698.480,29. Hal ini menunjukan bahwa sektor tersier merupakan sektor yang dominan
dengan nilai output total transaksi yang paling besar. Berdasarkan nilai indeks keterkaitan
diperoleh bahwa sektor sekunder memiliki nilai keterkaitan ke belakang yang paling tinggi
terhadap nilai input dengan nilai keterkaitan sebesar 1,72 dan sektor primer memiliki nilai
keterkaitan ke depan yang paling tinggi terhadap nilai output dengan nilai keterkaitan sebesar
1,3. Jika dianalisis lebih lanjut untuk setiap sektor, maka diperoleh bahwa sektor Perdagangan
Besar Eceran merupakan sektor yang paling mendominasi dengan nilai output total (juta)
Rp.13.216.744,92 dan sektor Industri Makanan dan Minuman memiliki nilai keterkaitan
lansung ke belakang yang paling tinggi dengan nilai keterkaitan sebesar 3,52 serta sektor
Perdagangan Besar Eceran memiliki nilai keterkaitan langsung ke depan yang paling tinggi
dengan nilai keterkaitan sebesar 8,71.

 SARAN
1. Di sector industri terdapat beberapa sector yang terlihat tidak seimbang nilainya dengan
sector lainnya dimana scontoh sector industry kertas , barang galian , furnitur dan tekstil
yang nilainyi sangat kecil jika dibandingkan dengan sector industry karet serta makanan
dan minuman . semoga di masa kedepan sector industry ini dapat seimbang dan
menyebabkan naiknya nilai dari sector industry tersebut
2. Kelapa dan kopi disbanding dengan hasil pertanian dan perkebunan yang lain sangatlah
rendah , diharapkan kedepannya sector ini dapat lebih dioptimalkan dalam hal
produksinya agar bisa mempengaruhi dan meningkatkan nilai dari sector pertanian
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.bps.go.id/publication/2015/12/30/eb1ce54ade495db2654b85e2/tabel-
input---output-indonesia-2010.html
2. Badan Pusat Statistik (BPS). 2010. Tabel Input-Output Kalimantan Tengah Tahun
2010.

3. Chiang C.A, Wainwright. K. Fundamental Methods of Mathematical Economics


[Sudigno S dan Nartanto, trans]. Jakarta: Erlangga; 2005.

4. Dumatubun, Pius Izak. Matematika: Aplikasi Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta: Andi;
1999.

5. Dumairy. Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta: PT BPFE; 2004.

6. Subandi, Hakim. Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara: Pendekatan Sektor Basis
dan Analisis Input Output. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan.2009

You might also like