Inverse Distance Weighted Natural Neighbor Spline

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 19

Perbandingan Teknik Inteerpolasi......(Junita Monika Pasaribu et al.

PERBANDINGAN TEKNIK INTERPOLASI DEM SRTM DENGAN METODE


INVERSE DISTANCE WEIGHTED (IDW),
NATURAL NEIGHBOR DAN SPLINE
(COMPARISON OF DEM SRTM INTERPOLATION TECHNIQUES USING
INVERSE DISTANCE WEIGHTED (IDW), NATURAL NEIGHBOR AND
SPLINE METHOD)

Junita Monika Pasaribu, Nanik Suryo Haryani


Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh,
LAPAN email: junita.monika@lapan.go.id
Diterima 20 September 2012; Disetujui 15 November 2012

ABSTRACT

Flood simulation model requires input data, such as 10 meters spatial resolution
of DEM (Digital Elevation Model) which is higher than the available data DEM SRTM
(Shuttle Radar Topography Mission). Detail DEM can be made using interpolation
method of height points. The research has two purposes, first is to generate DEM with
10 meters spatial resolution and the second is to study the differences of the DEM
interpolation result by using Inverse Distance Weighted, Natural Neighbor and Spline.
Height points of DEM SRTM were extracted and converted into point format data, and
then it was used as the input data in interpolation process. The quality of DEM from
the interpolation result was influenced by weighting model used in the process,
therefore the effects of weighting model on height value obtained by the interpolation
result was also observed. The result indicates that the best DEM with 10 meters spatial
resolution can be produced using Natural Neighbor and Regularized Spline type
method. The DEMs have low error value, smooth surface and closer appearance to the
earth's surface observed visually from Google Earth. Another influential factor to
improve the quality of DEM in interpolation process, is the height points of the input
data should be evenly distributed over the study area.
Key word: DEM, Interpolation, Inverse Distance Weighted, Natural Neighbor, Spline

ABSTRAK

Model simulasi banjir membutuhkan input data berupa


Digital Elevation Model (DEM) dengan resolusi spasial 10 meter yang lebih tinggi
dibandingkan data DEM Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) yang tersedia
saat ini. Pembuatan DEM yang lebih detil dapat dilakukan dengan metode interpolasi
titik ketinggian. Pada penelitian ini dilakukan penurunan DEM dengan spasial 10 meter
dan kajian mengenai perbedaan hasil proses interpolasi dari DEM dengan menggunakan
metode Inverse Distance Weighted (IDW), Natural Neighbor, dan Spline. Titik-titik
ketinggian dari data DEM SRTM diekstrak dan dirubah menjadi data format point, yang
selanjutnya digunakan sebagai input data pada proses interpolasi. Kualitas DEM hasil
interpolasi dipengaruhi oleh nilai bobot yang digunakan dalam proses, sehingga
dilakukan juga kajian mengenai pengaruh perbedaan bobot terhadap nilai ketinggian
hasil interpolasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa DEM
dengan resolusi spasial 10 m yang terbaik dihasilkan dengan menggunakan metode
interpolasi Natural Neighbor dan tipe regularized spline. DEM yang dihasilkan
mempunyai nilai error rendah, permukaan yang halus dan lebih mendekati kenampakan
permukaan bumi yang diamati secara visual dari Google Earth. Faktor lain yang
1
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 9 No. 2 Desember 2012 : 126-139

berpengaruh untuk

2
meningkatkan kualitas DEM dalam proses interpolasi adalah titik-titik ketinggian
sebagai input data harus terdistribusi secara merata di daerah kajian.
Kata Kunci: DEM, Interpolasi, Inverse Distance Weighted, Natural Neighbor, Spline

yang tidak memiliki nilai. Interpolasi


1 PENDAHULUAN

Pengolahan citra merupakan


proses pengolahan dan analisis citra
secara visual dan berbagai proses secara
digital. Pengolahan citra digital tersebut
saat ini telah banyak dilakukan secara
digital dengan berbagai perangkat lunak
yang handal. Pengolah citra secara
digital dapat mengubah ukuran suatu
citra melalui pembesaran ukuran piksel
atau resolusi yang sering diperlukan
untuk memperlihatkan citra secara
detil. Dalam proses pengolahan citra
penginderaan jauh untuk menyamakan
ukuran piksel dalam citra dilakukan
cara yang disebut dengan interpolasi.
Interpolasi sering disebut dengan
resampling, dimana interpolasi
merupakan suatu metode
pencitraan untuk menambah
atau mengurangi jumlah
piksel dalam citra digital. Proses
interpolasi ini digunakan untuk
menghasilkan citra yang lebih detil.
Hampir semua perangkat lunak untuk
editing citra mendukung satu atau lebih
metode interpolasi. Bagaimana proses
interpolasi citra dapat menghasilkan
citra dengan piksel yang lebih halus,
tergantung dari algoritma interpolasi.
Salah satu permasalahan dalam
proses pengolahan data secara digital
adalah adanya perbedaan resolusi citra
antar data sehingga memberikan hasil
yang kurang akurat. Untuk itu
diperlukan teknik yang mampu
memberikan informasi resolusi citra
yang sama. Salah satu cara yang akan
digunakan adalah dengan cara
interpolasi. Interpolasi merupakan
sebuah metode atau fungsi matematika
yang mengestimasi nilai pada lokasi
m, dimana dalam hal ini DEM SRTM 30
spasial memperkirakan data atribut m diinterpolasi menjadi 10 m agar sesuai
yang kontinyu di lokasi kajian. Asumsi dengan resolusi penggunaan lahan yang
lainnya adalah atribut tersebut menggunakan data SPOT 5 yang
bergantung secara spasial yang mempunyai resolusi 10 m dengan
menandakan bahwa nilai yang saling daerah kajian adalah Kabupaten
berdekatan lebih memiliki kemiripan Sampang. Tujuan yang lain adalah
dibandingkan nilai yang berjauhan. untuk mempelajari kelebihan dan
Hasil akhir yang ingin dicapai dari kekurangan masing-masing metode
interpolasi spasial adalah untuk interpolasi yang digunakan.
menciptakan permukaan yang mampu Beberapa metode interpolasi
merepresentasikan keadaan yaitu Inverse Distance Weighted
empiriknya, sehingga harus (IDW), Natural Neighbor, dan Spline.
memperkirakan tingkat akurasi Metode IDW memiliki pengaruh yang
metode yang dipilih (Azpurua dan bersifat lokal yang berkurang terhadap
Ramos, 2010). jarak yang memberikan bobot yang lebih
Pada penelitian ini interpolasi besar pada sel yang terdekat
data DEM dilakukan untuk masukan dibandingkan dengan sel yang lebih jauh
pada penelitian lebih lanjut, yaitu (Watson dan Philip, 1985). Berdasarkan
permodelan simulasi banjir. Data penelitian yang dilakukan oleh Sibson R.
yang digunakan adalah Digital (1981), metode Natural Neighbor yang
Elevation Model-Shuttle Radar dikenal juga sebagai interpolasi Sibson
Topography Mission (DEM SRTM) 30 atau

“Area-Stealing” juga memiliki sifat


Weighted yang dirumuskan dalam
lokal, dimana hanya menggunakan nilai
formula berikut ini (Azpurua dan Ramos,
sampel yang berada disekitar titik yang
2010):
akan diinterpolasi. Metode lain yang
digunakan adalah metode spline, dimana
metode ini mengestimasi nilai dengan
menggunakan fungsi matematika yang
meminimalisir total kelengkungan
permukaan. Dimana merupakan
nilai ketinggian data yang ingin
2 KAJIAN PUSTAKA diinterolasi sejumlah N titik, dan bobot
2.1 Inverse Distance Weighted (IDW) (weight) yang dirumuskan sebagai:

Metode ini memiliki asumsi bahwa


setiap titik input mempunyai pengaruh
yang bersifat lokal yang berkurang
terhadap jarak. Metode mIDW
umumnya dipengaruhi oleh inverse adalah nilai positif yang dapat
jarak yang diperoleh dari persamaan diubah-ubah yang disebut dengan
matematika. Pada metode interpolasi ini parameter power (biasanya bernilai 2)
kita dapat menyesuaikan pengaruh dan merupakan jarak dari sebaran
relatif dari titik-titik sampel. Nilai power titik ke titik interpolasi yang dijabarkan
sebagai:
pada interpolasi IDW ini menentukan
pengaruh terhadap titik-titik masukan (input), dimana pengaruh akan lebih besar
pada titik-titik yang lebih dekat sehingga
menghasilkan permukaan yang lebih
detail. Pengaruh akan lebih kecil dengan ( ) adalah koordinat titik interpolasi
bertambahnya jarak dimana permukaan dan ( ) adalah koordinat untuk
yang dihasilkan kurang detail dan setiap sebaran titik. Fungsi peubah
terlihat lebih halus. Jika nilai power weight bervariasi untuk keseluruhan
diperbesar berarti nilai keluaran data sebaran titik sampai pada nilai
(output) sel menjadi lebih terlokalisasi yang mendekati nol dimana jarak
dan memiliki nilai rata-rata yang bertambah terhadap sebaran titik.
rendah. Penurunan nilai power akan Kelebihan dari metode interpolasi
memberikan keluaran dengan rata-rata IDW ini adalah karakteristik interpolasi
yang lebih besar karena akan dapat dikontrol dengan membatasi titik-
memberikan pengaruh untuk area yang titik masukan yang digunakan dalam
lebih luas. Jika nilai power diperkecil, proses interpolasi. Titik-titik yang
maka dihasilkan pemukaan yang lebih terletak jauh dari titik sampel dan yang
halus. Bobot yang digunakan untuk rata- diperkirakan memiliki korelasi spasial
rata adalah turunan fungsi jarak antara yang kecil atau bahkan tidak memiliki
titik sampel dan titik yang diinterpolasi korelasi spasial dapat dihapus dari
(Philip dan Watson, 1982 dalam perhitungan. Titik-titik yang digunakan
Merwade et al., 2006). Fungsi umum dapat ditentukan secara langsung, atau
pembobotan adalah inverse dari kuadrat ditentukan berdasarkan jarak yang
jarak, dan persamaan ini ingin diinterpolasi. Kelemahan dari
digunakan pada metode Inverse Distance interpolasi IDW adalah tidak dapat
mengestimasi nilai diatas nilai
maksimum dan dibawah nilai minimum

dari titik-titik sampel (Pramono, 2008). akan menjadi lebih besar dan beberapa
Efek yang terjadi jika interpolasi IDW bagian lain akan menjadi lebih kecil,
diaplikasikan pada elevasi permukaan tergantung pada kerapatan titik-titik
adalah terjadinya perataan (flattening) disekitar sel yang diinterpolasi.
puncak dan lembah, kecuali jika titik- b. Fixed search radius
titik tertinggi dan terendah merupakan Fixed search radius membutuhkan
bagian dari titik sampel. Karena nilai jarak lingkungan dan jumlah titik yang
estimasi merupakan nilai rata-rata, minimum. Besarnya radius yang
hasil permukaan tidak akan tepat digunakan dalam metode ini adalah
konstan untuk semua titik sel yang
melewati titik-titik sampel. Kelemahan
diinterpolasi.
lain dari metode interpolasi ini adalah
adanya efek bull-eye.
Terdapat dua metode penentuan
luas daerah yang dipengaruhi oleh titik
sampel (Watson dan Philip, 1985) yaitu:
a.Variable search radius
Titik-titik yang digunakan dalam
interpolasi ini ditentukan oleh user,
sehingga nilai search radius
bervariasi untuk setiap interpolasi. Hal
ini bergantung pada seberapa jauh titik
tersebut mencari sel-sel yang berada
disekitarnya, sehingga beberapa bagian
2.2 Natural Neighbor sampel yang digunakan sebagai nilai

Algoritma yang digunakan masukan proses interpolasi.

pada interpolasi Natural Neighbor ini Setiap titik dalam metode Natural
bekerja dengan mencari titik-titik Neighbor adalah titik-titik yang
yang ber- dekatan dengan titik sampel dihubungkan dengan diagram Voronoi
dan mengaplikasikan bobot (weight) (Thiessen Poligon). Proses pertama
pada titik-titik tersebut (Sibson,1981). yang terjadi adalah membangun poligon
Metode ini dikenal juga sebagai untuk semua titik-titik masukan yang
interpolasi Sibson atau “Area- digunakan dalam interpolasi. Berikutnya
Stealing”. Sifat dasar metode Thiessen Poligon yang baru akan dibuat
interpolasi ini adalah lokal, dimana dari sekitar titik-titik interpolasi. Metode
hanya menggunakan sampel yang Interpolasi Natural Neighbor mirip
berada disekitar titik yang ingin dengan metode IDW dalam menentukan
diinterpolasi, dan hasil yang diperoleh pembobotan (weight) untuk data dengan
akan mirip dengan ketinggian titik nilai yang berbeda-beda (Sibson,1981;
Mitas dan Mitasova, 1999).

Gambar 2-1: Diagram Vononoi (Thiessen Polygon) (Merwade et al., 2006)

Konsep dasar dari perhitungan


sedikit. Metode ini baik digunakan
elevasi dengan menggunakan Thiessen
dalam membuat permukaan seperti
Polygon dapat dilihat pada Gambar 2-
ketinggian permukaan bumi, ketinggian
1a. Tidak seperti IDW, nilai weight
muka air tanah, ataupun konsentrasi
dihitung berdasarkan luas area disekitar
polusi udara. Metode ini kurang baik
titik-titik yang akan diinterpolasi bukan
jika diaplikasikan untuk situasi dimana
berdasarkan jarak. Jika titik yang ingin
terdapat perbedaan nilai yang signifikan
diinterpolasi dimasukkan kedalam
pada jarak yang sangat dekat
data set, Thiessen Polygon untuk titik-
(Sibson,1981). Kekurangan dari metode
titik ( ) disekitar berkurang (Gambar
spline ini adalah ketika titik-titik sampel
2-1b.). Jika dan merupakan area
yang berdekatan memiliki perbedaan
Thiessen Polygon dari titik-titik sampel
nilai yang sangat besar, metode Spline
sebelum dan sesudah penambahan ,
tidak dapat bekerja dengan baik. Hal ini
maka bobot (weight) untuk titik sampel
disebabkan karena metode Spline
dirumuskan sebagai berikut (Merwade
menggunakan perhitungan slope yang
et al., 2006):
berubah berdasarkan jarak untuk
memperkirakan bentuk dari sebaiknya
permukaan. Untuk kasus tertentu
digunakan interpolasi Inverse Distance
Weighted (IDW) dimana mampu
menginterpolasi nilai dengan perbedaan
Untuk estimasi nilai untuk titik yang ketinggian yang cukup besar.
ingin diinterpolasi dihitung dengan Persamaan yang digunakan pada
menggunakan persamaan 1. metode Spline adalah dengan meng-
2.3 Spline gunakan formula interpolasi permukaan :

Metode Spline merupakan


metode yang mengestimasi nilai dengan
meng- gunakan fungsi matematika yang
meminimalisir total kelengkungan Keterangan:
permukaan. (Binh dan Thuy, 2008;
: 1,2,… n
Childs, 2004). Efek stretching yang
: jumlah titik
dimiliki Spline sangat berguna jika kita
: koefisien yang ditemukan dari
ingin memperkirakan nilai dibawah nilai
system persamaan linier.
minimum dan nilai diatas nilai
: jarak antara titik ke titik
maksimum yang mungkin ditemukan
dalam data set yang digunakan. Hal ini
dan didefinisikan secara
membuat metode interpolasi Spline
berbeda, berdasarkan cara seleksi.
merupakan metode yang baik untuk
Untuk tujuan komputasi, semua
mengestimasi nilai rendah dan tinggi
bagian keluaran raster dibagi menjadi
yang tidak terdapat pada sampel data.
beberapa bagian dengan ukuran yang
Pada metode Spline ini permukaan yang
sama. Jumlah bagian untuk arah dan
dihasilkan tepat melewati titik-titik
arah adalah sama dengan bentuk
sampel.
persegi. Jumlah bagian ditentukan
Kelebihan dari metode Spline ini
dengan membagi total jumlah titik
adalah kemampuan untuk menghasilkan
masukan dengan nilai yang ditentukan
akurasi permukaan yang cukup baik
untuk jumlah titik. Untuk data dengan
walaupun data yang digunakan hanya
distribusi yang kurang seragam, bagian-
bagian ini mungkin berisi jumlah titik permukaan. Nilai tau atau weight yang
yang berbeda secara signifikan, dan tinggi akan menghasilkan nilai permukaan
nilai yang dihasilkan menjadi kasar. yang halus. Nilai parameter ini harus lebih
Terdapat dua jenis metode dalam besar atau sama dengan nol. Biasanya nilai
interpolasi spline (Mitas dan Mitasova, yang digunakan adalah 0, 0.001, 0.01, 0.1
1988) yaitu: dan 0.5. Dengan menggunakan tipe
 Tipe Regularized Spline regularized
spline, permukaan yang halus dihasil-
Tipe regularized spline memodi-
fikasi kriteria minimum sehingga turunan
ketiga digabungkan menjadi kriteria
minimum. Parameter spesifik weight
menentukan bobot yang diambil dari
turunan ketiga selama proses minima-
lisasi, disebut sebagai (tau). Besarnya
nilai tau ini menentukan kemulusan
 Type Tension Spline besar atau sama dengan nol. Nilai yang
biasa digunakan adalah 0, 1, 5 dan 10.
Tipe tension spline ini
Persamaan yang digunakan
memodifikasi kriteria minimum,
dalam metode tension spline adalah
sehingga turunan pertama
sebagai berikut:
digabungkan ke dalam kriteria
minimum. Parameter spesifik weight
menentukan bobot yang diambil dari Keterangan:
turunan ketiga selama proses
minimalisasi, disebut sebagai (phi). : koefisien yang diperoleh dari
Semakin besar nilai weight, hasil persamaan linear
permukaannya akan lebih kasar. Nilai dan
masukan parameter ini harus lebih
kan untuk turunan pertama. Teknik ini
berguna juga untuk turunan kedua.
Persamaan yang digunakan Keterangan:
dalam metode regularized spline : jarak antara titik dan sampel.
adalah sebagai berikut: : Parameter Weight
: Fungsi Bessel
..................(2-6)
: konstanta yang memiliki nilai
0.577215
Keterangan:

ai : koefisien yang diperoleh dari 3 METODOLOGI PENELITIAN


persamaan linear
Penelitian ini mengkaji beberapa
dan
metode interpolasi terhadap citra DEM
SRTM 30 m (Gambar 3-1) dengan
menggunakan software ArcGIS versi
+ +ln 2 7 10.0 untuk memperoleh nilai ketinggian
dengan resolusi yang sama dengan data
lainnya yang akan digunakan dalam
model simulasi banjir untuk penelitian
dimana : berikutnya. Gambar 3-1 merupakan
r : merupakan jarak antara titik ke diagram alir penelitian interpolasi dengan
sampel. menggunakan data penginderaan jauh
: parameter weight DEM SRTM 30 m.
K0 : Fungsi Bessel Diagram alir penelitian metode
c : konstanta dengan nilai 0.577215 interpolasi menggunakan data peng-

inderaan jauh DEM SRTM 30 m pada untuk penentuan slope, arah aliran dan
Gambar 3-1 dapat diuraikan dengan akumulasi aliran. Beberapa nilai pembobotan
dilakukannya konversi nilai DEM yang berbeda juga dilakukan dalam kajian
daerah kajian ke dalam format point, ini untuk pemahaman dan analisa hasil.
kemudian dilakukan interpolasi beberapa Bobot (weight) memiliki pengaruh dalam
metode interpolasi yaitu metode Inverse penentuan nilai untuk setiap titik yang
Distance Wiehted (IDW), Natural diinterpolasi dalam satu wilayah. Jadi
Neighbor, dan Spline. Hasil yang dinilai setiap titik yang diinterpolasi dipengaruhi
lebih baik akan digunakan sebagai oleh titik-titik sampel yang ada
masukan dalam model simulasi banjir, disekitarnya.
yang dalam hal ini akan digunakan Nilai ketinggian permukaan hasil
interpolasi kemudian diekstraksi untuk
ektraksi ini dapat diperoleh nilai
setiap pembobotan, dimana dari hasil
maksimum, minimum, rata-rata, standar
deviasi ketinggian untuk setiap pem-
bobotan. Berikutnya dapat dilakukan
perhitungan statistik untuk menghitung
Root Mean Square Error (RMSE).
Perhitungan ini dilakukan dengan
memberikan masukan nilai ketinggian
daerah kajian, kemudian mengaplikasi-
kan metode interpolasi yang diinginkan,
sehingga perhitungan error ini diperoleh
dari nilai masukan awal DEM SRTM 30
m dan nilai hasil perkiraan setiap titik
yang ingin diinterpolasi yaitu DEM 10 m
(Merwade et al., 2006: Chaplot et al.,
2006). Pemilihan titik yang digunakan
sebagai masukan dalam perhitungan
RMSE dipilih secara random. Kemudian
hasil interpolasi beberapa metode ini
akan dibandingkan secara visual
dengan kenampakan muka bumi
dengan citra yang diperoleh dari Google
Earth tahun 2005 (Gambar 3-3).

DEM SRTM 30 m

Konversi DEM ke format titik ketinggian

Interpolasi IDW Interpolasi Natural Neighbor Interpolasi Spline

Perhitungan Error

Analisis
Gambar 3-1: Diagram alir penelitian
Waduk Waduk

Daerah Daerah
rendah rendah

Bukit

Bukit

Gambar 3-2: DEM SRTM 30 m untuk lokasi Gambar 3-3: Lokasi kajian di Kabupaten
kajian di Kabupaten Sampang Sampang dilihat dari citra Google
Earth Tahun 2005.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN


kajian pustaka yang ada yaitu semakin
Interpolasi yang dilakukan ter- besar nilai power yang digunakan, maka
hadap citra DEM SRTM 30 m ini, hasil yang diperoleh semakin terpusat
menghasilkan permukaan yang berbeda- dan memiliki perataan yang rendah.
beda tergantung pada pembobotan yang Terpusatnya sel-sel yang diinterpolasi
diberikan pada masing-masing proses ini menyebabkan perataan yang terjadi
interpolasi. Perbedaan ketinggian tidak lebih jauh dari radius pemusatan
permukaan hasil perkiraan yang sel-sel interpolasi tersebut. Hasil beberapa
diperoleh dari masing-masing metode metode interpolasi IDW variable
interpolasi ini cukup bervariasi. search radius dapat dilihat pada
Gambar 4-1a, Gambar 4-1b, Gambar 4-1c,
4.1 Interpolasi IDW dan Gambar 4-1d.
Pada metode interpolasi Inverse Nilai statistik ketinggian per-
Distance Weighted (IDW) digunakan mukaan yang mencakup nilai maksimum,
beberapa pembobotan untuk kedua minimum, rata-rata dan standar deviasi
jenis penentuan radius interpolasi yaitu untuk setiap pembobotan metode IDW
variable search radius dan fixed variable search radius dapat dilihat
search radius. Pembobotan yang pada Tabel 4-1. Perbedaan nilai ini cukup
dilakukan pada kajian ini adalah dengan besar pada nilai maksimum ketinggian,
penggunaan nilai power 0.5, 1, 2 dan 3. yang disebabkan semakin besar nilai
Penentuan nilai harus bernilai positif parameter power maka nilai maksimum
dan beberapa nilai power yang ketinggian lebih besar dibanding dengan
digunakan ini hanya dengan memilih nilai parameter power yang lebih kecil.
beberapa nilai untuk melihat perbedaan Hal ini berkaitan dengan luas daerah
yang dihasilkan. yang mempengaruhi titik yang diinter-
Berdasarkan hasil interpolasi polasi tersebut, dimana jika nilai power
dari pengolahan data ini diperoleh lebih besar, luas daerah yang ber-
pemahaman yang cukup mendukung pengaruh pada titik yang ingin
diinterpolasi tersebut lebih kecil
titik masukan yang berpengaruh pada
sehingga menghasilkan nilai perataan
titik interpolasi ini lebih sedikit.
yang besar. Dari hasil prediksi error
Sebaliknya jika nilai power kecil (nilai
yang diperoleh menunjukkan bahwa
power 0.5), maka diperoleh RMSE
nilai RMSE yang lebih besar (sebesar
sebesar 2.642.
0.279) diperoleh untuk nilai power yang
lebih besar (nilai power 3), karena titik-

a b

c d

Gambar 4-1: Interpolasi dengan menggunakan variable search radius


a. Power : 0.5, b. Power : 1, c. Power : 2 dan d. Power : 3

Tabel 4-1: Statistik Ketinggian metode IDW dengan Menggunakan Variable Search Radius

Power Max Min Rata-rata Std Dev RMSE


0.5 84.75 23.42 49.79 14.57 2.642
1 86.80 23.02 49.82 14.95 1.744
2 90.24 22.33 49.86 15.67 0.453
3 90.92 22.06 49.89 16.11 0.279
Hasil yang sama juga dapat nilai
diperhatikan untuk interpolasi IDW
yang menggunakan fixed search
radius. Apabila nilai power diperbesar
dengan nilai sebesar 3, maka hasil
yang diperoleh menjadi semakin
terpusat dengan perataan yang rendah
seperti diperlihatkan pada Gambar 4-
2d. Sebaliknya jika nilai power
diperkecil menggunakan fixed search
radius dengan power sebesar 0,5,
maka hasil permukaan interpolasi
menjadi lebih halus dengan perataan
nilai interpolasi yang lebih luas seperti
yang diper- lihatkan pada Gambar 4-
2a. Sedangkan penggunakan fixed
search radius dengan power
berturut-turut sebesar 1 dan 2
diperoleh seperti pada Gambar 4-2b dan
Gambar 4-2c.
Nilai statistik ketinggian per-
mukaan yang mencakup nilai maksimum,
minimum, rata-rata dan standar deviasi
untuk setiap pembobotan metode IDW
fixed search radius dapat dilihat pada
Tabel 4-2. Diperoleh perbedaan nilai
maksimum ketinggian yang cukup besar
jika nilai power diperbesar. Perbedaan
nilai maksimum ketinggian ini menun-
jukkan teori yang sama dengan nilai
maksimum ketinggian dengan meng-
gunakan variable search radius,
dimana pengaruh power lebih terpusat
dengan semakin besarnya nilai power.
Dari statistik ketinggian yang diperoleh
ditemukan juga bahwa nilai RMSE
menggunakan fixed search radius lebih
besar dibandingkan dengan RMSE yang
diperoleh dengan menggunakan
variable search radius, dimana jika
nilai power diperbesar (nilai power 3)
diperoleh RMSE sebesar 0.088, begitu
juga sebaliknya. Nilai minimum, rata-
rata dan standar deviasi ketinggian
untuk kedua jenis metode interpolasi
IDW ini tidak berbeda jauh untuk setiap
pem- bobotan, sedangkan pengaruh
perbedaan power lebih besar terhadap
maksimum ketinggian. Dari hasil berdasarkan luas area yang berpengaruh
ekstrasi nilai ketinggian ini ditemukan terhadap titik interpolasi tersebut.
bahwa akan lebih baik jika
menggunakan metode interpolasi
IDW variable search radius. Nilai
power yang biasa digunakan dalam
interpolasi IDW ini adalah sebesar 2.
Penggunaan metode interpolasi IDW
memberikan hasil yang mirip dengan
kondisi topografi daerah kajian, hal
ini dapat dilihat pada citra Google
Earth (Gambar 3-3).

4.2 Interpolasi Natural Neighbor


Sifat dasar yang dimiliki oleh
metode interpolasi Natural Neighbor
ini yaitu bersifat local, dimana hanya
menggunakan sampel yang berada
disekitar sel-sel yang akan
diinterpolasi, sehingga ketinggian
yang diinterpolasi akan mirip dengan
nilai ketinggian titik sampel yang
digunakan. Interpolasi ini
menghasilkan permukaan yang halus
seperti yang diperlihatkan oleh
Gambar 4-3.
Nilai maksimum ketinggian yang
diperoleh adalah sebesar 90.41 m,
dimana nilai ini tidak berbeda jauh
dengan nilai power yang biasa
digunakan dalam interpolasi IDW
yaitu sebesar 2. Nilai minimum
ketinggian yang diperoleh dengan
menggunakan metode natural
neighbor ini lebih rendah
dibandingkan nilai minimum
ketinggian interpolasi IDW. Diperoleh
juga nilai RMSE yang dapat dilihat
pada Tabel 4-3 yaitu sebesar 1.041.
Dengan mengguna- kan metode
interpolasi ini dihasilkan juga
permukaan dengan topografi yang
lebih landai dibandingkan dengan
kenampakan permukaan bumi
(Gambar 3-3), yang disebabkan oleh
teori yang terdapat pada metode
interpolasi, ini dimana digunakan
sistem Thiessen Polygon yang
menghitung nilai interpolasi titik
a b

c d

Gambar 4-2: Interpolasi Inverse Distance Weighted (IDW) dengan menggunakan fixed search radius.
a. Power : 0.5, b. Power : 1, c. Power : 2, dan d. Power : 3

Tabel 4-2: Statistik Ketinggian Metode IDW dengan Menggunakan Fixed Search Radius

Power Max Min Rata-rata Std Dev RMSE


0.5 85.77 22.80 49.88 15.24 2.354
1 87.35 22.56 49.88 15.49 1.547
2 90.37 22.18 49.89 15.96 0.468
3 90.93 22.04 49.89 16.24 0.088

Tabel 4-3: Statistik Ketinggian Metode Natural Neighbor

Max Min Rata-rata Std Dev RMSE


90.41 21.91 49.90 16.14 1.041
Gambar 4-3: Interpolasi dengan menggunakan Natural Neighbor

a b

c d

Gambar 4-4: Interpolasi dengan menggunakan Spline


. Regularized Spline dengan power : 0.1, b. Regularized Spline dengan power : 0.5, c. Tension Spline dengan
power : 0, dan d. Tension Spline dengan power : 5
4.3 Interpolasi Spline
Sedangkan untuk nilai minimum, rata-
Pada metode interpolasi spline rata dan standar deviasi ketinggian
digunakan beberapa pembobotan untuk untuk masing-masing tipe dan pem-
kedua jenis interpolasi spline ini yaitu bobotan memiliki perbedaan nilai yang
regularized spline dengan tidak terlalu jauh. Sedangkan nilai
menggunakan power sebesar 0.1 dan 0.5 RMSE yang diperoleh memperlihatkan
dan tension spline dengan rata-rata error yang kecil dibandingkan
menggunakan power sebesar 0 dan 5. rata-rata error yang dihasilkan dengan
Hasil yang diperoleh dari metode menggunakan interpolasi IDW dan
interpolasi Spline ini adalah permukaan natural neighbor dengan nilai error
interpolasi yang sama-sama halus untuk rata- rata 0.935. Hasil interpolasi pada
semua pembobotan. Hal ini disebabkan daerah kajian dimana memiliki
karena metode ini meng- gunakan fungsi permukaan dengan topografi yang lebih
matematika yang meminimalisir total halus dibandingkan dengan kenampakan
kelengkungan per- mukaan. Perbedaan permukaan bumi (Gambar 3-3). Hal ini
ketinggian masing- masing pembobotan dipengaruhi oleh persebaran titik-titik
tidak terlalu jauh berbeda. masukan yang merata yang diperoleh
Statistik ketinggian yang diperoleh dari ekstraksi DEM SRTM 30 m.
dari ekstraksi nilai ketinggian hasil Berdasarkan penelitian yang dilakukan
interpolasi dapat dilihat pada Tabel 4-4. oleh Sibson (1981), metode ini baik
Untuk hasil interpolasi dengan meng- digunakan untuk interpolasi per-
gunakan tipe tension spline nilai mukaan seperti ketinggian permukaan
maksimum ketinggian semakin besar bumi, ketinggian muka air tanah,
dengan bertambahkan nilai power, ataupun konsentrasi polusi udara. Metode
walaupun perubahan yang terjadi tidak ini kurang baik jika diaplikasikan untuk
terlalu besar. Namun berbeda dengan situasi dimana terdapat perbedaan nilai
tipe regularized spline, dimana yang signifikan pada jarak yang sangat
ketinggian maksimum akan berkurang dekat.
seiring bertambah besarnya nilai power.

Tabel 4-4: Statistik Ketinggian Metod Spline

Tipe Max Min Rata-rata Std Dev RMSE

Regularized
Spline Power 92 21.47 49.93 16.62 1.001
:
0.1
Regularized
Spline Power 91.89 21.51 49.93 16.62 0.889
: 0.5
Tension
Spline Power : 91.59 21.23 49.94 16.51 0.895
0
Tension
Spline Power 91.76 21.48 49.94 16.58 0.957
:
5
5 KESIMPULAN Methods for Estimation of Average
Electromagnetic Field Magnitude”,
Berdasarkan analisa hasil
pengolahan data dan nilai error yang
diperoleh, dapat disimpulkan bahwa
hasil interpolasi yang dinilai lebih baik
digunakan adalah metode interpolasi
IDW dengan power yang lebih besar
rata-rata RMSE yang diperoleh adalah
sebesar 1.197. Pen ggunaan metode
interpolasi IDW memberikan hasil yang
mirip dengan kondisi topografi daerah
kajian. Sedangkan rata-rata RMSE yang
diperoleh dengan menggunakan
interpolasi Spline diperoleh sebesar
0.935.
Hasil interpolasi yang baik pada
daerah kajian ini juga dipengaruhi oleh
distribusi titik-titik masukan (input),
dimana titik-titik masukan memiliki
persebaran yang merata, sehingga pada
saat proses interpolasi dilakukan akan
memetakan secara halus dengan
mengambil nilai diantara titik-titik
masukan tersebut. Sehingga untuk
penelitian berikutnya akan digunakan
hasil interpolasi DEM dengan meng-
gunakan metode interpolasi IDW dan
Spline, pemilihan ini juga disebabkan
karena kondisi topografi daerah kajian
memiliki perbedaan ketinggian permukaan
yang tidak terlalu signifikan dan
cenderung datar. Keterbatasan data
yang dimiliki yaitu tidak tersedianya
data lapangan sehingga analisis error
yang dilakukan pada kajian ini hanya
sebatas perhitungan nilai RMSE yang
diperoleh dengan membandingkan data
masukan dan estimasi nilai yang
dihasilkan dari proses interpolasi dimana
titik yang dipilih secara random.

UCAPAN TERIMA KASIH


Kami mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Ir. Mahdi Kartasasmita,
Ph.D., yang telah memberikan masukan
dan koreksinya dalam paper ini.

DAFTAR RUJUKAN
Azpurua, M., and K. D. Ramos, 2010, “A
Comparizon of Spatial Interpolation
Progress in Electromagnetics “A Refinement of Inverse Distance
Research M., Vol. 14, pp.135- Weighted Interpolation”, Geo-
145. processing, Vol.2, pp.315–327.
Binh, T. Q., and N. T. Thuy, 2008,
“Assessment of Influence of
Inter- polation Techniques on
The Accuracy of Digital
Elevation Model”, Journal of
Sciences, Vol.24, pp.176-183.
Chaplot, V., Darboux F., Bourennane
H., Leguédois S., Silvera N.,
and K. Phachomphon, 2006,
“Accuracy of Interpolation
Techniques for The Derivation
of Digital Elevation Models in
Relation to Landform Types
and Data Density”,
Geomorphology, Vol.77,
pp.126- 141.
Childs C., 2004, Interpolating Surface
in ArcGIS Spatial Analyst.
ESRI Educations Services.
Merwade V. M., Maidment D. R., and J.
A. Golff, 2006, “Anisotropic
Consi- derations while
Interpolating River Channel
Bathymetry”, Journal of
Hydrology, Vol.331, pp.731-
741.
Mitas, L., and H. Mitasova, 1988,
“General Variational Approach
to the Interpolation Problem”,
Computer and Mathematics
with Appllications, Great Britain.
Vol. 16, No. 12, pp.983–992.
Mitas, L., and H. Mitasova, 1999,
“Spatial Interpolation”, In:
Longley, P., K. F. Goodchild, D.
J. Maguire, D. W. Rhind (Eds.),
Geographical Information
Systems: Principles,
Management and Application.
Wiley, New York, pp.481-492.
Pramono G. H., 2008, “Akurasi Metode
IDW dan Krigging untuk
Interpolasi Sebaran Sedimen
Tersuspensi di Maros, Sulawesi
Selatan”, Forum Geografi, Vol.
22, No. 1, pp.145-158.
Sibson, R., 1981, “A Brief Description
of Natural Neighbor
Interpolation”, chapter 2 in
Interpolating Multivariate
Data. New York: John Wiley &
Sons, pp.21–36.
Watson, D. F., and G. M. Philip, 1985,
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 9 No. 2 Desember 2012 : 126-139

132

You might also like