Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 30
Hand Book BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH . Oleh: Ary Setyadi FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2010 BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH, Oleh: Ary Setyadi Fakultas flmu Budaya Universitas Diponegoro }. Pendahuluan Woajud mgam praktik berbahasa dibedakan menjadi dua, yaitu 1. ragam lisan, dan 2. ragam tulis, Kedua ragam tersebut berfungsi sama, yaitu sebagai wujud nyata berkomunikasi, | sebab keberadaan bahasa sebagai alat komunikasi berlaku paling sempurna apabila dibanding | dengan alat komunikasi lain, misalnya dengan memanfaat simbol/gambar/tanda sebagaimana E~ berlaku pada rambu-rambu Lalu Tintas jalan; dan Semacamnya, Beda antara ragam lisan dengan ragam tulis terletak pada banyak-tidaknya sistem kaidah tata bahasa yang harus dipatuhi, Dalam ragam lisan relatif tidak banyak bersinggungan dengan | sistem kaidah tata bahasa, sebab dalam ragam lisan lebih banyak dibantu oleh kemampuan gerak B | artitifisial Akibat dalam ragam lisan relatif tidak banyak bersinggung dengan sistem kaidah tata |bahasa, maka keberadaannya lebih mudah dilakukan oleh setiap penutur bahasa. Sebaliknya dalam ragam tulis banyak bersinggungan dengan sistem kaidah tata bahasa, ebab persoalan gerak artifisial dalam ragam tulis tidak tampak; keberadaannya digantikan oleh seperangkat sistem kaidah tata bahasa. Seperangkat sistem yang dimaksud adalah: sistem tulis ‘kata, dan penggunaan tanda baca sebagaimana diberlakukan dalam buku jaan yang \Disempurnakan (EYD). Dengan demikian, siapa pun orangnya yang akan menulis, maka jRepadanys harus memahami sistem kaidah tata bahasa yang diberlakukan, sehingga sangat fistnana jika seorang penulis mempunyai buku Ejaan yang Disempurnakan (EYD), Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Sebab ketiga buku yang ‘dimaksud relatif membantu penulis dalam memahami beberapa sistem kaidah tata bahasa bahasa oalan penomoran halaman dan sistem penulisan daftar referensi dan daftar pustaka, Dengan i + dalam gain tulis-menulis ragam_ilmiah mencakup pemahaman: 1. EYD; 2. | dan daftar pustaka; dan 6, penomoran halaman, Masing-masing permasalahan yang dimaksud dibahas tersendiri sebagaimana sajian berikut. 2. Ejaan yang Disempurnalan (EYD) Sistem kaidah tata bahasa yang diberlakukan dalam EYD mencakup masalah pokok, yaitu sistem tulis : ejaan dan kata, dan pemakaian tanda baca. Sajian bahasan contoh tentang sistem tulis ejaan dan kata dan pemakaian tanda baca dapat dijelaskan dengan data, antara lain, sebagai berikut (1) ...., yang ini bagus! (la) ..., yang ini Bagus! (2) Banyak anggota DPR (MPR) yang tertidur saat bersidang, (3) Ibu berkata, “Dik, tolong Ibu dibacakan surat ini!” (4) Masuklah kalian ke ruang kuliah satu per satu! (3) (6) Adik membaca novel berjudul Bekisar Merah (7) Bapak menulis makalah berjudul “Sistem Manajemen Kerja” Saya tinggal di Jalan Semeru_nomor 7. (8) Koperasi Simpan-Pinjam banyak berdiri di mana-mana (9) Adik duduk di atas batu, di depan rumah, di antara bukit sambil menghadap ke Selatan. (10) Di pagi hari banyak orang berjalan-jalan di kawasan Simpang Lima. (11) Dan masih banyak lagi. Data (1 dan 1a) tersebut berhubungan dengan kasus pemakaian huruf besar atau kecil. Huruf 6 pada kata bagus (1) ditulis keeil, sebab mengacu pada kata bukan nama orang; sedang, hurufb pada kata Bagus (1a) ditulis dengan huruf besar, sebab mengacu pada nama orang, g Data (2) berkait dengan sistem penulisan singkatan, sehingga singkatan DPR dan MPR, bisoa terdiri atas huruf besar harus ditulis dengan huruf besar dengan tanpa tanda baca titik (.). halnya jika berkait dengan singkatan gelar (akademik), misalnya Zulaikah, S.H. Sistem tulis SH. (Sarjana Hukum) harus ditulis di antara tanda baca titik (). Sistem tulis gelar S.H. t berbeda dengan penulisan gelar, misalnya Dra, pada Dra. Zulaikah, Bata G) gare dengan sistem tulis kalimat langsung, Sistem tulis kalimat langsung dengan tanda Kor 6) } dan bagiankalimat langsungnya ditulis di antara tanda baca | petk dua (*...). Tanda petik dua (“..") juga berlaku untuk penulisan kata yang mengacu makna luas, dan penggunaan kata (-kata) asing yang diterima secara apa adanya misalnya pada kata | mapping. (12) Maaf, adik perempuanku terpaksa tidak melanjutkan sekolah, sebab sebelum fulus sekolah dia terkena musibah “kecelakaan” akibat pergaulan bebas, (13) Pegawai kecamatan itu sedang melakukan “mapping” daerah-daerah rawan longsor saat musim penghujan tiba, Data (4) sistem penulisan bentuk per pada satu per satu, Sistem tulis bentuk per yang ditulis dipisah, berlaku sama dengan sistem tulis bentuk di, ke, dan pun, Contoh: (14) Adik duduk di atas batu, di atastepian parit, di depan rumah. (15) Ibu berjalan ke arah orang peminta-minta (16) Siapa pun tahu perihal yang sedang diperguncingan oleh warga. Adapun dasar alasan sistem tulis bentuk per, di, ke, dan pun di atas ditulis dipisah dapat dijelaskan sebagai berikut. Sistem tulis keempat bentuk di atas ketika bertemu dengan kata/bentuk lain berlaku dua cara, yaitu 1. bilakah ditulis serangkai, dan 2, bilakah ditulis dipisah. Ditulis serangkai jika | keempat bentuk yang bersangkutan berstatus atau dapat disejajarkan sebagai afiks/imbuhan, dan | ditulis dipisah jika keempat bentuk tersebut berstatus atau dapat disejajarkan dengan partikel atau ‘kata depan. | Bentuk per ditulis serangkai jika keberadaannya berstatus atau dapat disejajarkan sebagai | afiks/imbuhan, contoh: perjudian, perjuangan, perdamaian, dll. Ketiga contoh tersebut berbeda | dengan kata: perjaka, persegi, pertama, dl, meskipun sama-sama berunsur per. Sedangkan | bentuk per ditulis dipisah jika berstatus sebagai partikel dan mengacu pada makna: 41. ‘demi’, contoh: satu per satu dapat diubah satu demi satu: “tiap; tiap-tiap; setiap’, contoh: per mahasiswa dapat diubah menjadi tiap; tiap-tiap; setiap mahasiswa. ai jika keberadaannya berstatus sebagai imbuhan penanda pasif, tent di-yang_ bersanghatan dapat diubah menjadi aktif meN-; contoh: dicubit = cinta, digoreng Leer dil. Sedangkan bentuk di ditulis dipisah r f tidak berpasangan | jika berstatus sebagai kata depan dan mengacu makna ‘tempat, sehingga > dengan bentuk meN-. Contoh: di kampus, di perpustakaan, di jalan, dil, | Bentuk ke ditulis serangkai jika keberadaannya berstatus seb: ke yang ditulis serangkai pada agai imbuhan, contoh’ | ketua, kekasih, kehendak, kedinginan, kedalaman, dil. Bentuk | skan bentuk umumnya bergabung dengan imbuhan ~an, sehingga berbentuk ke-an + .. Sedang} | ke ditulis dipisah berlaku sebagaimana bentuk di di tas, yaitu berstatus sebagai kata depan dan | mengacu makna ‘tempat’; contoh: ke kantor, ke halaman, Bentuk pun ditulis serangkai jika keberadaannya berstatus sebagai imbuhan, contol kendatipun, dll. Keberadaan pun pada beberapa contoh tersebut ke warnet, dll. walaupun, meskipun, ataupun, berlaku opsional, sehingga dapat ditanggalkan dan berbentuk: walaw...._meski | kendati.. . Sedangkan bentuk pun ditulis dipisah jika mengacu makna ‘juga/jua, pula’. Contoh + atau... saya pun tahu hal itu = saya jugafjua, pula tahun hal itu. Data (5) kelompok kata Jalan Semeru meskipun di tengah kalimat harus ditulis dengan huruf besar, sebab kelompok kata yang bersangkutan disejajarkan “nama diri’. Sistem tulis kata yang mengacu “nama dir’, huruf awal kata harus ditulis dengan huruf besar. Contoh lain: | Departemen Agama ...,... berjalan ke Timur, ... Semarang Tengah ..., d Data (6) berhubungan dengan penulisan judul buku/karangan yang dijadikan sumber acuan/rujukan harus ditulis/dicetak miring, Ditulis/dicetak miring jika berkait dengan penulisan | judul sua buku/karangan (yang telah dipublikasikan). Judul bukwkarangan, di samping | ditulis/cetak miring, temyata huruf awal kata harus ditulis dengan huruf besar, kecuali huruf | awal kata tugas (depan, sambung, seru, partikel). Contoh: Buku Panduan Radio Komunikasi; | Seni Wawancara Radio; Pembangunan Nasional dengan Pendekatan Nasional; Radio Siaran dan Demokrasi, dll. Data (7) bersangkut-paut dengan sistem tulis (judul) “artikel” (termasuk tulisan/karya ilmiah yang belum dipublikasikan dan/atau makalah). Sistem tulis “artikel” jika dijadikan ‘Sumber acuan/rujukan harus ditulis di antara tanda baca petik dua (“...") dengan huruf tegak; {huruf awal kata ditulis besar, kecuali kata tugas (sebagaimana sajian bahasan data (6) di atas) Conteh: “Menjadi Penyiar Radio, Siapa Takut?”; “Produksi Siaran Radio”; “Dunia Teknologi Data @ vernbungan dengan sistem tulis kelompok kata/frasa (endosentrik) koordinatif, masalah ‘tersebut angen: evenness tanda baca penghubung (-) di antara kata | tanpa jarak (spasi). Contoh: jual-beli; tukar-tambah; tua-muda; dll. kelompok kata/frasa yang | bersangkutan mengacu makna ‘dan atau atau’ atau ‘dan dan atau’. Dengan demikian, beberapa I contoh tersebut secara eksplisit dapat juga berbentuk: jual aiau beli, atau jual dan beli; tukar Fem tambah, atau tukar dan tambah; tua atau muda ,atau tua dan muda, Data (9) berkait dengan pemakaian tanda baca koma (). ‘Tanda baca tersebut dipakai | sebagai pemisah antarbagian kalimat penjelas/keterangan dan befungsi sebagai penanda jeda © antarbagian kalimat, Keberadaan tanda baca koma (,) juga dipakai untuk rincian bagian kalimat, » contoh: (17) Di pasar ibu membeli beras, gula, sayuran, dan buah-buahan. Data (10) berhubungan dengan sistem tulis kata ulang/reduplikasi. Sistem tulis kata ulang sebagaimana sistem tulis frasa koordinatif di atas, yaitu ditulis dengan menyelipkan tanda baca hubung (-) tanpa jarak/spasi. Contoh lain: berjalan-jalan, bersalam-salaman; jalan-jalan, buku- buku; cumi-cumi, kura-kura, a Sajian bahasan beberapa permasalahan sistem tulis ejaan dan kata dan pemakaian tanda baca di atas merupakan bagian permasalahan yang sering ditemui dalam tulis-menulis karya ilmiah, schingga keberadaannya relatif perlu mendapat perhatian yang mendalam/seksama. | 3. Kosakata dan Diksi |Bahasan kosakata berkait langsung dengan diksi, sebab antarkeduanya merupakan bagian | permasalahan kebahasaan yang bersifat eklektis. Adapun pengertian kosakata berkait dengan “perbendaharaan kata yang dimiliki oleh penutur bahasa, sedang pengertian diksi bersangkut-paut dengan kemampuan penutur bahasa dalam memilih dan menggunakan kata secara tepat sistem peeidet tata bahasa dan konteks kalimat/tuturan. Permasalahan kosakata dan diksi dibahas secara pertan kosakata, sibhtina telah disinggung di atas, dijelaskan berkait dengan a 2 kata yang dimiliki oleh penutur bahasa, Dengan demikian, persoalan kosakata cosakata yang dimiliki oleh seorang penutur bahasa dapat dilihat dari fakta saat berpraktik ahasa/berkomunikasi (baik lisan maupun tulis). Cara efektif pengayaan kosakata, yaitu dengan banyak membaca. Sebab apa pun sumber bacaan (populer atau ilmiah), di samping memberi informasi pengetahuan, ternyata sebenarnya | secara Jangsung memuat sekian banyak kata/kosakata; terlebih sumber bacaan yang berwujud koran atau majalah. Dengan demikian, saat dilakukan kegiatan membaca, pihak pembaca sudah | semestinya memperhatikan/mencatat kosakata yang dianggap baru, sebab keberadaan koran atau majalah sering atau selalu menawarkan kosakata (yang relatif baru). Cara lain pengayaan kosakata dapat dilihat pada kamus bahasa, misalnya Kamus Besar Bahasa Indonesia atau Lembar Komunikasi yang dikeluarkan pihak Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. sebab keberadaan kamus, di samping memuat kosakata yang telah ada, | ternyata juga selalu dilakukan revisi/penambahan kosakata. Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika keberadaan kamus selalu diperbaharui. Sehubungan keberadaan kedua sumber yang dimaksud, terutama kamus bahasa, maka sudah sepatutnya jika dimiliki oleh (setiap) penutur bahasa (Indonesia); terutama bagi yang berkecimpung di perguruan tinggi. Macam wujud kosakata (bahasa Indonesia) dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. kosakata asli bahasa Indonesia (sebagaimana yang kita pakai schari-hari); 2. kosakata hasil pinjaman/serapan/pungutan (dari bahasa asing), dan 3. kosakata hasil bentukan baru (yang | diprakarsai oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa) Woujud kosakata asli bahasa Indonesia (sebagaimana yang kita pakai sehari-hari), bagi | kebanyakan para penutur bahasa bukan merupakan masalah; sebab kepadanya hampir selalu | mempraktikkan saat berkomunikasi antarsesama. Bahkan berbadasarkan kenyataan yang ada, champir semua warga masyarakat dengan ragam lisan: pemah, bahkan selalu, berbahasa Indonesia saat berkomunikasi dengan pihak lain. Eb Wujud kosakata hasil pinjaman/serapan/pungutan (dari bahasa asing) yang masuk dalam | Dahasa Indonesia cara/proses dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. diterima apa adanya (secara “Sputt-bulat ); dan 2. iterima dengan “penyesuaian”” Pengerian diterima apa adanya (scsara ts -bulat”) Borsanpltpant dengan: sistem am tulis harus fF i roses yang dimaksud di ata, jika dipakai dalam rag »), sebagaimana telah sertai terjemahannya Kosakata dengan cara/pi | ditulis/dicetak miring atau ditulis di antara tanda baca petik dua (“ | disinggung di depan; dan jika dalam pemakaian kata yang bersangkutan dis | alam bahasa Indonesia), maka ditulis dengan cara sebagaimana contoh berikut: ... marketing, I | pemasaran, . Pengertian diterima dengan “penyesuaian”” bersangkut-paut dengan: | tulis (jaan), pelafalan (ejaan), tetapi persoalan makna/arti yang dikandung berlaku sebagaimana cara/ proses diterima apa adanya (secara “bulat-bulat"). Contoh: efekif, solusi, reformast, smdi, ode, dll; beberapa kata tersebut dipinjanvdiserap/dipungut dari: effective, solution, reformation, penyesuaian sistem study, code. | ——-Wujud-kosakata hasil bentukan baru, yang Pengembangan Bahasa, bertujuan untuk membatasi kosakata kala pinjaman/serapan/pungutan an upaya menghidupkan/menawarkan kembali kata yang diprakarsai oleh Pusat Pembinaan dan “(dari bahasa asing); sekaligus merupak pemah ada, atau yang bersifatarkais (kuno), Contoh: gayu, kudapan, pias, aras, pembalakan liar, merupakan padan kata dari: relevant, snack, margin, level, illegal loging. Sistem tulis kata hasil bentukan baru dalam ragam tulis ditulis tegak sebagaimana sistem tulis pada kata | pinjaman/serapan/ pungutan yang dierima dengan “penyesuaian” di atas. 3.2 Diksi : Pengertian diksi atau pilihan kata, sebagaimana telah dijelaskan di atas, yaitu kemampuan © penutur bahasa dalam memilih dan menggunakan kata secara tepat sistem kaidah tata bahasa dan _ konteks kalimat/tuturan, sehingga diksi bersangkut-paut dengan: kemampuan memakai dan e ‘memilih sekian banyak kata yang berpadan katw/sinonim; proses morfologis (bentuk kata); t proses sintaksis (urutan kata), dan ketepatan/kebenaran konteks kalimat/tuturan. Diksi dikatakan berkait dengan kemampuan memakai dan memilih sekian banyak kata berpadan kata, sebab penamaan atau penyebutan satu benda sangat mungkin mempunyai ‘dari satu katwistilah. Penamaan/penyebutan benda yang mempunyai lebih dari satu istilah merupakan beberepa wujud kata yang saling bersiononim (berpadan kata). Contoh: raut paras fampang - } Beberapa katwistlah di atas mengacu pada satu (gambar) benda, sehingya seharusnya saling j aapa bersubstitusi dalam satu konstruksi kalimat. Tetapi akibat (tuntutan) konteks | kalimat/tuturan, ternyata beberapa kata tersebut tidak dapat saling bersubtitusi, Sebagai bukts, | tatkala penutur (bahasa) sedang meluapkan amarahnya, dia/mereka tidak mungkin memilih dan | menggunakan kata paras atau raut, misalnya dalam konstruksi (18,19) sebayai akibat tuntutan _ konteks kalimat/tuturan. (18) (Paras, raut)mu sanggat memuakkan! Demikian sebaliknya, tatkala penutur (bahasa) sedang menyuarakan rayuannya, dia/mereka tidak | mungkin memilih dan menggunakan kata muka atau tampang, misalnya dalam konstruksi } (19) Malam ini (muka, tampang) adik bagaikan bidadari. |Kalimat (18) justra scharusnya berbentuk (18a); demikian pula sebaliknya, kalimat (19) | scharusnya berbentuk (19a) (18a) (Muka, rampang)mu sangat memuakkan! (19a) Malam ini (paras, raut) adik bagaikan bidadari | Akibat tuntutan konteks, kalimat (18, 19) minimalnya akan berbentuk (18b, 19b) ie (18b) Wajahmu sangat memuakkan! ke (19b) Malam ini wajah adik bagaikan bidadari, _ Contoh lain misalnya dapat dilihat sinonimi kata: saya, aku, gua, bet. Beberapa kata | berlaku sebagaimana kasus kalimat (18, 19), yaitu meskipun saling bersinonimi tetapi dapat saling mensubstitusi. Misalnya, tatkala ada Scorang mahasiswa tidak dapat kulian dan $ membuat surat izin, maka ‘yang bersangkutan sebelum membubuhkan tanda tangannya i ‘menulis: “(Hormat Aku, Hormat Gua, atau Hormat Beta). Dia past: menuliskan: ‘Sebab surat yang dibuat ene resmi. Sebaliknya, jika din berkirim surat kepada

You might also like