Professional Documents
Culture Documents
Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap Kepuasan Pasien Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Daerah Kalisat Kabupaten Jember
Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap Kepuasan Pasien Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Daerah Kalisat Kabupaten Jember
Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap Kepuasan Pasien Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Daerah Kalisat Kabupaten Jember
Abstract
Excellent service is best service to patients based on quality standards to meet the needs and
desires of patients so that patients can get satisfaction. The objectives of this study was to
analyze the impact of excellent service on patient satisfaction in the inpatient installation at
Kalisat State Hospital in Jember Regency. These was an observational analytic with cro/ss
sectional study design. The samples was 75 respondents, by systematic random sampling. The
results showed that the majority of respondents rated excellent service at the inpatient
installation as quite excellent (73.3%). Each component of excellent service was in the quite
good category, including the attitude component (74.7%), appearance (85.3%), attention
(69.3%), actions (69.3%), and responsibility (72%). Based on patient satisfaction, the majority
of respondents rated it unsatisfactory (80%). There are 3 dimensions that were in the
dissatisfied category, namely the dimensions of reliability, responsiveness, and physical
evidence. While the other 2 dimensions, that were uarantee and empathy are in the satisfied
category. The result of research shows that there is influence between excellent service and
patient satisfaction. The hospital must provide training about excellent service, and should also
carry out regular internal supervision so that every service carried out will be in accordance
with the procedures and professional standards.
Keywords: service excellent, patient satisfaction, inpatient installation
Abstrak
Pelayanan prima (service excellent) adalah pelayanan yang sangat baik atau yang terbaik kepada
pasien berdasarkan standar mutu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien sehingga
pasien dapat memperoleh kepuasan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
pelayanan prima terhadap kepuasan pasien di instalasi rawat inap RSD Kalisat Kabupaten
Jember. Metode penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan desain studi
cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 75 responden, dimana pengambilan sampel
menggunakan teknik systematic random sampling. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian
besar responden menilai pelayanan prima di instalasi rawat inap cukup prima (73,3%). Masing-
masing komponen pelayanan prima termasuk dalam kategori cukup, antara lain komponen sikap
(74,7%), penampilan (85,3%), perhatian (69,3%), tindakan (69,3%), dan tanggung jawab (72%).
Berdasarkan kepuasan pasien, mayoritas responden menilai tidak memuaskan (80%). Terdapat 3
dimensi termasuk dalam kategori tidak puas yaitu dimensi kehandalan, ketanggapan, dan bukti
fisik. Sedangkan 2 dimensi lainnya yaitu, jaminan dan empati termasuk dalam kategori puas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh antara pelayanan prima dan kepuasan
pasien. Rumah sakit perlu menyediakan pelatihan mengenai pelayanan prima, serta melakukan
27
28 Jurnal Ikesma Volume 16 Nomor 1 Maret 2020
pengawasan internal secara rutin agar setiap pelayanan yang dilakukan tetap sesuai dengan
prosedur dan standar profesinya.
Kata kunci: pelayanan prima, kepuasan pasien, instalasi rawat inap
Pengaruh Pelayanan Prima terhadap prima memiliki nilai t hitung = 2,018 > t
Kepuasan Pasien tabel = 1,993 dan nilai signifikansi = 0,047 <
Data hasil penelitian yang diperoleh 0,05. Sehingga disimpulkan bahwa H0
melalui wawancara menggunakan kuesioner ditolak dan H1 diterima, maka terdapat
mengenai pelayanan prima dan kepuasan pengaruh antara pelayanan prima terhadap
pasien di instalasi rawat inap Rumah Sakit kepuasan pasien di instalasi rawat inap RSD
Daerah Kalisat, kemudian dianalisis Kalisat.
menggunakan uji regresi linier sederhana. Sedangkan pada uji F, dikatakan
Setelah data dinyatakan telah memenuhi signifikan apabila nilai F hitung > F tabel
persyaratan uji asumsi klasik, hasil uji atau apabila nilai signifikansi < 0,05.
regresi linier sederhana diperoleh persamaan Pengujian hipotesis menggunakan uj F
sebagai berikut : menunjukkan bahwa variabel pelayanan
𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑋 prima memiliki nilai F hitung = 4,070 > F
𝑌 = −39,396 + 0,396𝑋 tabel = 3,970 dan nilai signifikansi = 0,047 <
Keterangan : 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0
Y : variabel terikat (dependent) ditolak yang artinya terdapat pengaruh
a : nilai koefisien antara pelayanan prima terhadap kepuasan
b : koefisien regresi pasien di instalasi rawat inap RSD Kalisat,
X : variabel bebas (independent) dan model regresi yang digunakan
Berdasarkan persamaan tersebut dinyatakan layak untuk digunakan.
diketahui bahwa nilai koefisien a sebesar -
39,396 menunjukkan apabila variabel PEMBAHASAN
pelayanan prima diabaikan, maka nilai
kepuasan pasien akan menurun sebesar Pelayanan Prima di Instalasi Rawat Inap
39,396. Nilai bX merupakan besarnya RSD Kalisat
kontribusi pelayanan prima yang Pelayanan prima (service excellent)
mempengaruhi kepuasan pasien. Nilai bX menurut pengertian pelayanan yang berarti
sebesar 0,396 menunjukkan pengaruh usaha melayani kebutuhan orang lain,
pelayanan prima yang positif terhadap dengan prima yang berarti bermutu tinggi
kepuasan pasien, setiap penambahan 1% dan memuaskan (Wijono, 2000).
pada variabel pelayanan prima maka akan Berdasarkan hasil penelitian diketahui
meningkatkan nilai kepuasan pasien sebesar bahwa sebagian besar responden menilai
0,396. Hal ini berarti bahwa semakin baik bahwa pelayanan di instalasi rawat inap
tingkat pelayanan prima maka semakin baik Rumah Sakit Daerah Kalisat Kabupaten
pula tingkat kepuasan pasien yang Jember sudah cukup prima yaitu sebesar
dihasilkan, dan begitu juga sebaliknya. 73,3%. Apabila dilihat dari penilaian tiap-
Selain itu juga diperoleh nilai R sebesar tiap komponen pada pelayanan prima,
0,230 (23%). Nilai ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien rawat inap RSD
terdapat pengaruh antara variabel pelayanan Kalisat menilai bahwa masing-masing
prima terhadap variabel kepuasan pasien, komponen pelayanan prima tersebut dalam
namun pengaruh tersebut tidak cukup kuat kategori cukup. Dari kelima komponen
yakni hanya sebesar 23%, sedangkan tersebut, komponen perhatian dan tindakan
sisanya dipengaruhi oleh variabel yang lain. menjadi komponen pelayanan prima yang
memperoleh jumlah nilai tertinggi yaitu
Hipotesis Penelitian masing-masing sebesar 173, dan komponen
Uji hipotesis dilakukan untuk penampilan memperoleh jumlah nilai
membuktikan hipotesis yang diajukan dalam terendah yaitu sebesar 161.
penelitian ini dengan menggunakan uji t Perhatian adalah kepedulian penuh
(parsial) dan uji F (simultan). Pada uji t, yang dimiliki petugas terhadap pasiennya
dikatakan signifikan apabila nilai t hitung > t baik yang menyangkut dengan perhatian
tabel sehingga H0 ditolak, artinya variabel akan keinginan dan kebutuhan pasien
bebas secara parsial memiliki pengaruh maupun yang berkaitan dengan pemahaman
nyata terhadap variabel terikat atau apabila petugas atas kritik dan sarannya (Barata,
nilai signifikansi < 0,05. Berdasarkan hasil 2014). Berdasarkan wawancara yang
uji t diketahui bahwa variabel pelayanan dilakukan, petugas di instalasi rawat inap
Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap Kepuasan ....... 33
sudah memiliki rasa peduli yang cukup baik pasien serta menunjukkan kepantasan
terhadap pasien. Petugas seringkali tampilan pada saat berinteraksi dan melayani
menanyakan keluhan pasien, dan selalu pasien.
berusaha untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Hal ini tentu saja membuat pasien merasa Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat Inap
senang dan merasa sangat diperhatikan dan RSD Kalisat
dipentingkan segala kebutuhan dan Secara sederhana kepuasan pelanggan
keinginannya. Akan tetapi, tidak semua merupakan keadaan dimana kebutuhan,
petugas memiliki rasa perhatian yang tinggi keinginan, dan harapan pelanggan dapat
sehingga masih ada pasien yang menilai terpenuhi melalui produk yang dikonsumsi
petugas yang kurang peduli dan bersikap (Nasution, 2001). Pasien akan puas apabila
acuh terhadap pasien. Menurut Ulfa dan layanan yang didapatkannya sekurang-
Azlina (2016:88), sebagai seorang petugas kurangnya sama atau melampaui harapan
pada jasa pelayanan harus senantiasa pasien. Sedangkan ketidakpuasan akan
mencermati dan memperhatikan keinginan timbul apabila hasil tidak memenuhi harapan
dan kebutuhan pasien. Apabila pasien sudah pasien. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan minatnya untuk membeli jasa diperoleh bahwa mayoritas responden
yang ditawarkan. Dalam hal ini sebaiknya menilai pelayanan di instalasi rawat inap
petugas dapat bersikap lebih aktif terhadap RSD Kalisat tidak memuaskan yaitu sebesar
apa saja informasi yang dibutuhkan pasien. 80%. Penilaian ini diperoleh dari
Tindakan adalah perbuatan atau sesuatu perbandingan nilai kenyataan dan harapan
yang dilakukan untuk mencapai tujuan pasien. Apabila dilihat dari masing-masing
tertentu. Berdasarkan wawancara yang dimensi, diperoleh tiga dimensi yang
dilakukan, tindakan yang dilakukan petugas termasuk tidak puas yaitu dimensi
dalam melayani pasien sudah cukup baik. kehandalan, ketanggapan dan bukti fisik.
Pasien merasa bahwa petugas sudah cepat Sedangkan dimensi jaminan dan empati
dalam memenuhi panggilan pasien dan termasuk dalam kategori puas.
dengan sigapnya dapat membantu pasien Kehandalan (Reliability) merupakan
yang sedang mengalami kesulitan. Namun, kemampuan untuk memberikan pelayanan
penilaian yang cukup ini dikarenakan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan
informasi-informasi yang disampaikan oleh (Herlambang, 2016). Pasien merasa tidak
petugas kurang jelas sehingga terkadang puas terhadap kehandalan petugas
pasien masih tidak mengerti. Dalam hal ini dikarenakan masih terdapat pasien yang
alangkah baiknya apabila petugas mau merasa pemindahan pasien ke kamar rawat
menyampaikan informasi dengan sabar, yang dilakukan cukup lama. Biasanya pasien
runtut, dan menggunakan bahasa yang dapat diharapkan untuk menunggu sampai
mudah dimengerti oleh pasien. beberapa jam sampai kamar rawat siap
Konsep pelayanan prima berdasarkan untuk digunakan.
penampilan berkaitan dengan sikap Ketanggapan (Responsiveness) adalah
seseorang dalam mengekspresikan diri respon atau kesigapan karyawan dalam
dalam keserasian berbusana. Seringkali membantu pasien dan memberikan
penampilan seseorang dikaitkan dengan pelayanan yang cepat dan tanggap, yang
cerminan kepribadian dan citra diri orang meliputi kesigapan petugas dalam melayani
tersebut (Barata, 2014). Berdasarkan pasien, dan menangani keluhan pasien
wawancara, pasien rawat inap menilai (Herlambang, 2016). Pasien merasa tidak
bahwa penampilan petugas sudah cukup puas terhadap ketanggapan petugas karena
baik. Hal ini terlihat dari penampilan pelaksanaan visite dokter kepada pasien
petugas yang berpakaian rapi, bersih, serta yang seringkali dokter datang tidak tepat
memakai seragam dan atribut yang sesuai. waktu sehingga pasien harus menunggu dan
Penampilan yang baik ini harus tetap merasa pelayanan yang diberikan tidak
dipertahankan sehingga pasien dapat sesuai dengan harapannya. Menurut pasien,
meilihat citra diri yang baik pada petugas. visite oleh dokter biasanya dilaksanakan di
Dengan penampilan yang baik petugas dapat pagi hari yaitu antara pukul 09.00-10.00.
menunjukkan sikap penghargaan terhadap Namun, akibat kurangnya informasi yang
34 Jurnal Ikesma Volume 16 Nomor 1 Maret 2020
diterima pasien mengenai SOP jadwal visite persamaan regresi linier sederhana diketahui
mengakibatkan pasien tidak mengetahui bahwa pelayanan prima berpengaruh positif
kepastian jadwal visite yang seharusnya. terhadap kepuasan pasien, artinya semakin
Bukti fisik (Tangible) adalah wujud baik pelayanan prima yang dilakukan maka
nyata secara fisk yang meliputi tampilan dan semakin baik pula tingkat kepuasan pasien
kelengkapan fasilitas fisik seperti gedung yang dihasilkan, dan begitu juga sebaliknya.
bangunan dan ruang perawatan, kelengkapan Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
peralatan medis dan nonmedis, serta yang dilakukan oleh Kelana (2015) yang
kerapihan dan kenyamanan ruang perawatan menunjukkan terdapat pengaruh antara
dan ruang tunggu (Herlambang, 2016). variabel pelayanan prima perawat terhadap
Pasien merasa tidak puas terhadap bukti tingkat kepuasan pasien. Selain itu, hasil
fisik dikarenakan tidak tersedianya papan penelitian ini juga sesuai dengan penelitian
petunjuk ruangan yang mengakibatkan oleh Suroso et al. (2015) yang menyatakan
pasien dan keluarganya sulit untuk adanya pengaruh yang bermakna terhadap
menemukan tempat ruang perawatannya. tingkat kepuasan pasien setelah perawat
Namun demikian, ruang perawatan yang mendapatkan pelatihan pelayanan prima.
terdapat di instalasi rawat inap ini dirasa Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa
sudah cukup memberikan kenyamanan bagi tingkat kepuasan pasien terhadap perawat
pasien. terjadi peningkatan jika dibandingkan antara
Jaminan (Assurance) adalah sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan.
kemampuan petugas dalam memberikan Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
keyakinan kepada pasien untuk merasa aman teori yang dikemukakan oleh Barata
terhadap jasa pelayanan yang diterimanya. (2014:27), yang menyebutkan bahwa
Pasien sudah merasa puas akan jaminan pelayanan prima merupakan pelayanan yang
yang diberikan karena pasien merasa aman optimal untuk menghasilkan kepuasan
terhadap tindakan yang diberikan oleh pelanggan. Pelaksanaan pelayanan prima
dokter dan perawat dalam menangani merupakan wujud kepedulian terhadap
pasien. Pasien juga merasa bahwa petugas di pelanggan atau pasien dengan memberikan
instalasi rawat inap dapat menjaga layanan yang terbaik untuk memfasilitasi
kerahasiaan diagnosis penyakit pasien. Hal kemudahan pemenuhan kebutuhan pasien
ini telah sesuai dengan Undang-Undang RI dan mewujudkan kepuasannya. Dalam
Nomor 44 Tahun 2009, yang menyatakan memberikan pelayanan yang prima bagi
bahwa pasien berhak mendapatkan pasien, hal yang paling penting ialah
kerahasiaan dan privasi mengenai penyakit pelayanan tersebut haruslah berorientasi
yang dideritanya termasuk juga data-data kepada kepentingan pasien sehingga
medisnya. memungkinkan petugas untuk mampu
Pasien juga telah merasa puas akan memberikan kepuasan yang optimal.
empati petugas yang diterima oleh pasien Upaya memberikan pelayanan prima ini
karena pasien merasa selalu dilayani dengan dapat diwujudkan apabila dapat
adil, tidak memandang status sosial pasien, menonjolkan kemampuan, sikap,
dan tidak membeda-bedakan. Hal ini telah penampilan, perhatian, tindakan, dan
sesuai dengan Permenkes RI Nomor 4 tanggung jawab yang baik dan terkoordinasi.
Tahun 2018, yang menyatakan bahwa pasien Menurut Valentino, (2012), komponen
berhak memperoleh layanan yang kemampuan, sikap, penampilan, perhatian,
manusiawi, adil, jujur, dan tanpa tindakan, dan tanggung jawab secara
diskriminasi. simultan berpengaruh terhadap kepuasan
pelanggan. Komponen-komponen dalam
Pengaruh Pelayanan Prima terhadap pelayanan prima tersebut membuktikan
Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat Inap bahwa kepuasan pelanggan berkaitan
RSD Kalisat dengan pelayanan yang diberikan oleh
Berdasarkan hasil analisis data karyawan kepada pelanggannya. Walaupun
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kepuasan pasien cenderung tidak dapat
pelayanan prima terhadap kepuasan pasien bersifat tetap, karena ukuran kepuasan
di instalasi rawat inap Rumah Sakit Daerah pasien terhadap pelayanan pada dasarnya
Kalisat Kabupaten Jember. Berdasarkan merupakan hasil yang bersifat subjektif dan
Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap Kepuasan ....... 35