Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap Kepuasan Pasien Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Daerah Kalisat Kabupaten Jember

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

PENGARUH PELAYANAN PRIMA TERHADAP KEPUASAN

PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH


KALISAT KABUPATEN JEMBER

THE IMPACT OF EXCELLENT SERVICE ON PATIENT


SATISFACTION IN THE INPATIENT INSTALLATION OF THE
KALISAT STATE HOSPITAL IN JEMBER REGENCY
Febri Diah Perwita1*, Christyana Sandra2, Ragil Ismi Hartanti3
1,2
Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Jurusan S1 Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember
3
Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Jurusan S1 Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember
*email: febriperwita@gmail.com

Abstract
Excellent service is best service to patients based on quality standards to meet the needs and
desires of patients so that patients can get satisfaction. The objectives of this study was to
analyze the impact of excellent service on patient satisfaction in the inpatient installation at
Kalisat State Hospital in Jember Regency. These was an observational analytic with cro/ss
sectional study design. The samples was 75 respondents, by systematic random sampling. The
results showed that the majority of respondents rated excellent service at the inpatient
installation as quite excellent (73.3%). Each component of excellent service was in the quite
good category, including the attitude component (74.7%), appearance (85.3%), attention
(69.3%), actions (69.3%), and responsibility (72%). Based on patient satisfaction, the majority
of respondents rated it unsatisfactory (80%). There are 3 dimensions that were in the
dissatisfied category, namely the dimensions of reliability, responsiveness, and physical
evidence. While the other 2 dimensions, that were uarantee and empathy are in the satisfied
category. The result of research shows that there is influence between excellent service and
patient satisfaction. The hospital must provide training about excellent service, and should also
carry out regular internal supervision so that every service carried out will be in accordance
with the procedures and professional standards.
Keywords: service excellent, patient satisfaction, inpatient installation

Abstrak
Pelayanan prima (service excellent) adalah pelayanan yang sangat baik atau yang terbaik kepada
pasien berdasarkan standar mutu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien sehingga
pasien dapat memperoleh kepuasan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
pelayanan prima terhadap kepuasan pasien di instalasi rawat inap RSD Kalisat Kabupaten
Jember. Metode penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan desain studi
cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 75 responden, dimana pengambilan sampel
menggunakan teknik systematic random sampling. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian
besar responden menilai pelayanan prima di instalasi rawat inap cukup prima (73,3%). Masing-
masing komponen pelayanan prima termasuk dalam kategori cukup, antara lain komponen sikap
(74,7%), penampilan (85,3%), perhatian (69,3%), tindakan (69,3%), dan tanggung jawab (72%).
Berdasarkan kepuasan pasien, mayoritas responden menilai tidak memuaskan (80%). Terdapat 3
dimensi termasuk dalam kategori tidak puas yaitu dimensi kehandalan, ketanggapan, dan bukti
fisik. Sedangkan 2 dimensi lainnya yaitu, jaminan dan empati termasuk dalam kategori puas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh antara pelayanan prima dan kepuasan
pasien. Rumah sakit perlu menyediakan pelatihan mengenai pelayanan prima, serta melakukan

27
28 Jurnal Ikesma Volume 16 Nomor 1 Maret 2020

pengawasan internal secara rutin agar setiap pelayanan yang dilakukan tetap sesuai dengan
prosedur dan standar profesinya.
Kata kunci: pelayanan prima, kepuasan pasien, instalasi rawat inap

PENDAHULUAN dengan kinerja yang diharapkan (Wijono,


Semakin meningkatnya pengetahuan 2000). Artinya, tingkat kepuasan yang
masyarakat saat ini turut mendorong dirasakan pasien bergantung pada
peningkatan tuntutan masyarakat untuk kesesuaian antara harapan kinerja yang
mendapatkan haknya dalam berbagai bidang diinginkan pasien dengan hasil kinerja yang
pelayanan kesehatan. Masyarakat diterimanya. Jika kinerja yang diterima
mengharapkan terdapat sebuah fasilitas pasien telah sesuai dengan harapannya,
pelayanan kesehatan (Faskes) yang dapat maka pasien akan merasa puas terhadap
memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat pelayanan yang diberikan. Namun
untuk mendapatkan kualitas pelayanan sebaliknya, jika kinerja yang diterima pasien
kesehatan yang baik (Azwar, 2010). tidak sesuai dengan harapannya, maka
Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk pasien akan merasakan kecewa dan tidak
meningkatkan kemudahan akses pelayanan puas.
kesehatan masyarakat dengan mengadakan RSD Kalisat merupakan rumah sakit
program Jaminan Kesehatan Nasional milik pemerintah Kabupaten Jember yang
(JKN). Era JKN ini mengakibatkan akses ke termasuk dalam kelas C. dalam kurun 3
pelayanan kesehatan terus meningkat karena tahun terakhir, perolehan nilai kepuasan
masyarakat mulai mengerti bahwa untuk pasiennya terus mengalami penurunan.
mengakses pelayanan kesehatan sudah Berdasarkan data Indeks Kepuasan
semakin terbuka. Tujuan diberlakukannya Masyarakat (IKM) RSD Kalisat, diketahui
program JKN ini untuk memenuhi bahwa nilai kepuasan pasien RSD Kalisat
kebutuhan kesehatan masyarakat yang layak mengalami penurunan dari tahun 2016 -
dan mampu menjangkau seluruh lapisan 2018. Pada tahun 2016, nilai IKM diperoleh
masyarakat (Hadiyati et al., 2017). sebesar 80. Pada tahun 2017 mengalami
Di Indonesia terdapat Faskes yang penurunan menjadi 73,49. Selanjutnya, pada
pengelolaannya bersifat padat modal, padat tahun 2018 kembali mengalami penurunan
karya, dan padat teknologi yakni rumah menjadi 63,01. Dilihat dari data tersebut
sakit. Rumah sakit merupakan mata rantai menunjukkan bahwa semakin banyak pasien
rujukan pelayanan kesehatan yang memiliki yang merasa belum puas akan pelayanan
peran strategis dalam meningkatkan derajat yang diterima di RSD Kalisat. Hal ini juga
kesehatan masyarakat, dan dianggap mampu dapat menunjukkan bahwa pelaksanaan
memberikan kualitas pelayanan terbaik pelayanan di RSD Kalisat belum berjalan
karena rumah sakit memiliki banyak sumber secara optimal, sehingga pasien sebagai
daya manusia atau staf profesional, pengguna jasa pelayanan merasa kecewa
menyediakan peralatan dengan teknologi karena tidak mendapatkan pelayanan sesuai
yang lebih canggih, dan lebih sempurnanya dengan apa yang ia harapkan.
sistem administrasi rumah sakit Berbanding terbalik dengan nilai
(Herlambang and Murwani, 2012). Namun, kepuasan pasien yang terus mengalami
pada kenyataannya masih saja terdapat penurunan, jumlah kunjungan pasien di
masyarakat yang memiliki keluhan atas instalasi rawat inap justru mengalami
buruknya pelayanan yang diterima pada peningkatan. Pada tahun 2016, jumlah
sebuah pelayanan rumah sakit. Sebagian kunjungan pasien di instalasi rawat inap
besar keluhan tersebut menyatakan bahwa RSD Kalisat mencapai 6.653. Pada tahun
pelayanan yang dilaksanakan tidak prima 2017 mengalami kenaikan kunjungan
dan masih belum sesuai dengan harapan menjadi sebesar 7.582 pasien. Kenaikan
masyarakat atau tidak memuaskan kunjungan pasien ini dikarenakan adanya
(Cahyono, 2012). sistem zonasi dalam rujukan berjenjang bagi
Kepuasan merupakan perasaan pasien peserta BPJS. Sehingga kenaikan
seseorang berupa suka atau kecewa atas kunjungan pasien di instalasi rawat inap
perbandingan kinerja yang dipikirkan didominasi dengan pasien peserta BPJS.
Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap Kepuasan ....... 29

Sistem zonasi rujukan berjenjang ini METODE PENELITIAN


memang mampu meningkatkan jumlah Jenis penelitian yang digunakan ialah
kunjungan pada perawatan rawat inap. Akan analitik dengan desain studi cross sectional,
tetapi, jika dilihat dari data IKM RSD dilaksanakan di instalasi rawat inap Rumah
Kalisat yang semakin menurun Sakit Daerah Kalisat Kabupaten Jember
menunjukkan bahwa masih banyak pasien pada November 2018 – Desember 2019
yang merasa belum puas akan pelayanan yang diawali dengan studi dokumentasi
yang diterimanya. Walaupun demikian, sebelum melakukan wawancara kepada
sistem zonasi rujukan berjenjang membuat responden. Populasi penelitian ini adalah
pasien tidak dapat memilih beralih ke Faskes pasien peserta BPJS di instalasi rawat inap
lain yang mampu memberikan pelayanan RSD Kalisat tahun 2017 yang berjumlah
yang lebih prima. 4.495 dan dikurangi dengan pasien di ruang
Untuk menghindari rasa ketidakpuasan perinatologi, menjadi 3.885 pasien (rata-rata
pasien, maka rumah sakit perlu menerapkan pasien per bulan = 324). Sampel penelitian
pelayanan prima. Pelayanan prima (service berjumlah 75 responden, dan pengambilan
excellent) adalah pelayanan yang sangat baik sampel menggunakan teknik systematic
atau yang terbaik kepada pasien berdasarkan random sampling. Penelitian ini
standar mutu untuk memenuhi kebutuhan menggunakan data primer yang diperoleh
dan keinginan pasien sehingga pasien dapat melalui wawancara dengan kuesioner, dan
memperoleh kepuasan (Daryanto and data sekunder yang diperoleh RSD Kalisat.
Setyobudi, 2014). Sesuai dengan Keputusan Data hasil penelitian yang diperoleh akan
Menteri (Kepmen) Pendayagunaan Aparatur dianalisis menggunakan uji regresi linier
Negara Nomor 63 tahun 2003 menyebutkan sederhana.
bahwa hakikat pelayanan publik seperti
rumah sakit ialah pemberian pelayanan HASIL PENELITIAN
prima kepada masyarakat. Karena,
pelayanan yang dilaksanakan secara tidak Karakteristik Responden
prima dapat menimbulkan rasa kecewa dan Karakteristik responden yang
ketidakpuasan pasien. RSD Kalisat telah memanfaatkan pelayanan rawat inap di
melakukan berbagai upaya untuk Rumah Sakit Daerah Kalisat Kabupaten
memberikan pelayanan yang lebih optimal. Jember selama dilakukannya penelitian ini
Upaya tersebut yaitu menyediakan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan
pelayanan spesialistik, melengkapi pekerjaannya. Distribusi karakteristik
kebutuhan sarana dan prasarana. Namun, responden dapat dilihat pada Tabel 1.
dalam pelaksanaannya masih banyak Tabel 1 menunjukkan bahwa
ditemukan kendala, terutama dalam karakteristik responden paling banyak
pemenuhan penyediaan tenaga spesialis adalah perempuan yaitu 40 responden
yang purna waktu masih terbatas serta (53,3%) sedangkan laki-laki berjumlah 35
penyediaan alat-alat kesehatan dan responden (46,7%). Berdasarkan usia, paling
kedokteran yang kurang karena keterbatasan banyak berada pada usia 26-35 tahun yaitu
dalam penyediaan anggaran. Melalui 23 responden (30,7%) yang dikategorikan
pelaksanaan pelayanan prima di instalasi sebagai usia dewasa awal. Berdasarkan
rawat inap RSD Kalisat, diharapkan dapat pendidikan terakhir, paling banyak
menghasilkan tingkat kepuasan pasien yang responden berpendidikan tamat SD/MI yaitu
lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk sebanyak 24 responden (32%). Sedangkan
menganalisis pengaruh pelayanan prima berdasarkan pekerjaannya, paling banyak
terhadap kepuasan pasien di instalasi rawat responden berstatus sebagai ibu rumah
inap RSD Kalisat Kabupaten Jember. tangga yaitu 34 responden (45,3%),
Hipotesis yang diajukan ialah adanya sedangkan sisanya bekerja sebagai petani
pengaruh pelayanan prima terhadap (38,7%), wiraswasta (10,7%), dan buruh
kepuasan pasien di instalasi rawat inap RSD (5,3%).
Kalisat.
30 Jurnal Ikesma Volume 16 Nomor 1 Maret 2020

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Tabel 3. Distribusi Nilai Komponen


Karakteristik
n
Presentase Pelayanan Prima
Responden (%) Komponen n Persentase (%)
Jenis Kelamin Sikap
Laki-laki 35 46,7 Kurang 3 4,0
Perempuan 40 53,3 Cukup 56 74,7
Usia Baik 16 21,3
0-5 tahun 5 6,7 Tanggung Jawab
6-11 tahun 2 2,7 Kurang 0 0,0
12-16 tahun 1 1,3 Cukup 54 72,0
Usia Baik 21 28,0
17-25 tahun 10 13,3 Penampilan
26-35 tahun 23 30,7 Kurang 0 0,0
36-45 tahun 7 9,3 Cukup 64 85,3
46-55 tahun 12 16,0 Baik 11 14,7
56-65 tahun 8 10,7 Perhatian
> 65 tahun 7 9,3 Kurang 0 0,0
Pendidikan Terakhir Cukup 52 69,3
Tidak Sekolah 8 10,7 Baik 23 30,7
Tamat SD/MI 24 32,0 Tindakan
Tamat SMP/MTS 23 30,7 Kurang 0 0,0
Tamat Cukup 52 69,3
19 25,3
SMA/SMK/MA Baik 23 30,7
Tamat PT 1 1,3
Pekerjaan Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian
Wiraswasta 8 10,7 besar responden menilai bahwa sikap
Petani 29 38,7 petugas di instalasi rawat inap RSD Kalisat
Buruh 4 5,3 sudah cukup prima yaitu sebanyak 56
Lainnya 34 45,3 responden (74,7%). Penampilan petugas
termasuk cukup prima yaitu 64 responden
Distribusi Pelayanan Prima (85,3%). Perhatian petugas termasuk dalam
Pelayanan prima merupakan suatu rasa kategori cukup prima yaitu 52 responden
peduli yang diberikan oleh instansi kepada (69,3%). Tindakan yang dilakukan petugas
pelanggannya melalui pemberian pelayanan termasuk cukup prima yaitu 52 responden
yang terbaik agar kebutuhan pelanggan (69,3%). Dan tanggung jawab petugas
terpenuhi dan tercipta rasa puas. termasuk cukup prima yaitu 54 responden
Tabel 2. Distribusi Pelayanan Prima di (72%).
Instalasi Rawat Inap RSD Kalisat
Pelayanan Persentase Distribusi Kepuasan Pasien
n Kepuasan adalah perasaan senang atau
Prima (%)
Tidak Prima 0 0,0 kecewa seseorang karena membandingkan
Cukup Prima 55 73,3 kinerja yang dipersepsikan produk (hasil)
Prima 20 26,7 terhadap ekspektasi (harapan) mereka
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian (Kotler dalam Wijono, 2000). Tingkat
besar responden menilai pelayanan prima di kepuasan pasien didapatkan melalui
instalasi rawat inap RSD Kalisat termasuk perbandingan antara harapan dan kenyataan
cukup prima yaitu 55 responden (73,3%) pasien atas pelayanan yang diterima di
dan 20 responden lainnya (26,7%) menilai instalasi rawat inap Rumah Sakit Daerah
pelayanan prima di instalasi rawat inap Kalisat Kabupaten Jember. Penilaian
RSD Kalisat sudah prima. Pelayanan prima kepuasan pasien terdiri dari 5 dimensi yaitu
terdiri dari lima komponen yaitu komponen dimensi kehandalan, ketanggapan, jaminan,
sikap, penampilan, perhatian, tindakan, dan empati, dan bukti fisik. Distribusi penilaian
tanggung jawab. Distribusi penilaian dari responden terhadap tingkat kenyataan dan
tiap-tiap komponen ditunjukkan oleh Tabel harapan pada pelayanan di instalasi rawat
3 berikut: inap RSD Kalisat berdasarkan masing-
masing dimensi dapat dilihat pada Tabel 4.
Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap Kepuasan ....... 31

Tabel 4 menunjukkan bahwa, penilaian cukup yakni sebanyak 39 responden (52%).


berdasarkan kenyataan pelayanan yang Harapan pada ketanggapan petugas
diterima responden di instalasi rawat inap termasuk baik yaitu 40 responden (53,3%).
RSD Kalisat yaitu mayoritas responden Harapan pada jaminan yang diberikan
menilai kehandalan petugas termasuk cukup petugas termasuk dalam kategori cukup
yaitu sebanyak 60 responden (80%). yaitu 40 responden (53,3%). Harapan
Ketanggapan petugas termasuk cukup yaitu responden pada empati petugas termasuk
61 responden (81,3%). Jaminan yang cukup yaitu 43 responden (57,3%). Dan
diberikan petugas termasuk dalam kategori harapan responden pada bukti fisik di
baik yaitu sebanyak 44 responden (58,7%). instalasi rawat inap RSD Kalisat termasuk
Empati petugas termasuk baik yaitu 42 baik yaitu 54 responden (72%). Dari nilai
responden (56%). Dan bukti fisik di RSD kenyataan dan harapan responden pada
Kalisat termasuk cukup yaitu sebanyak 54 kepuasan pasien tersebut, selanjutnya akan
responden (72%). dilihat perbandingannya untuk memperoleh
Sedangkan penilaian berdasarkan tingkat kepuasan pasien di instalasi rawat
harapan responden atas pelayanan yaitu inap RSD Kalisat. Hasil tingkat kepuasan
responden paling banyak menilai harapan pasien disajikan oleh Tabel 5.
pada kehandalan petugas dalam kategori
Tabel 4. Distribusi Tingkat Kenyataan dan Harapan Responden
Kenyataan Harapan
Dimensi
Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)
Kehandalan
Kurang 0 0,0 0 0,0
Cukup 60 80,0 39 52,0
Baik 15 20,0 36 48,0
Ketanggapan
Kurang 0 0,0 0 0,0
Cukup 61 81,3 35 46,7
Baik 14 18,7 40 53,3
Jaminan
Kurang 0 0,0 0 0,0
Cukup 31 41,3 35 46,7
Baik 44 58,7 40 53,3
Empati
Kurang 0 0,0 0 0
Cukup 33 44,0 43 57,3
Baik 42 56,0 32 42,7
Bukti Fisik
Kurang 0 0,0 0 0,0
Cukup 54 72,0 21 28,0
Baik 21 28,0 54 72,0

Tabel 5. Distribusi Tingkat Kepuasan Pasien


Jumlah Nilai Jumlah Nilai
No. Dimensi Gap Tingkat Kepuasan
Kenyataan Harapan
1. Kehandalan 1316 1425 -109 Tidak Puas
2. Ketanggapan 896 973 -77 Tidak Puas
3. Jaminan 1687 1658 29 Puas
4. Empati 1219 1205 14 Puas
5. Bukti Fisik 1552 1693 -141 Tidak Puas
Total 6670 6954 -284 Tidak Puas
Tabel 5 menunjukan bahwa dari 5 77), dan bukti fisik (-141). Sedangkan dua
dimensi kepuasan pasien hanya terdapat tiga dimensi lainnya termasuk dalam kategori
yang diperoleh hasil tidak puas yaitu puas, yaitu dimensi jaminan (29), dan
dimensi kehandalan (-109), ketanggapan (- empati (14).
32 Jurnal Ikesma Volume 16 Nomor 1 Maret 2020

Pengaruh Pelayanan Prima terhadap prima memiliki nilai t hitung = 2,018 > t
Kepuasan Pasien tabel = 1,993 dan nilai signifikansi = 0,047 <
Data hasil penelitian yang diperoleh 0,05. Sehingga disimpulkan bahwa H0
melalui wawancara menggunakan kuesioner ditolak dan H1 diterima, maka terdapat
mengenai pelayanan prima dan kepuasan pengaruh antara pelayanan prima terhadap
pasien di instalasi rawat inap Rumah Sakit kepuasan pasien di instalasi rawat inap RSD
Daerah Kalisat, kemudian dianalisis Kalisat.
menggunakan uji regresi linier sederhana. Sedangkan pada uji F, dikatakan
Setelah data dinyatakan telah memenuhi signifikan apabila nilai F hitung > F tabel
persyaratan uji asumsi klasik, hasil uji atau apabila nilai signifikansi < 0,05.
regresi linier sederhana diperoleh persamaan Pengujian hipotesis menggunakan uj F
sebagai berikut : menunjukkan bahwa variabel pelayanan
𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑋 prima memiliki nilai F hitung = 4,070 > F
𝑌 = −39,396 + 0,396𝑋 tabel = 3,970 dan nilai signifikansi = 0,047 <
Keterangan : 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0
Y : variabel terikat (dependent) ditolak yang artinya terdapat pengaruh
a : nilai koefisien antara pelayanan prima terhadap kepuasan
b : koefisien regresi pasien di instalasi rawat inap RSD Kalisat,
X : variabel bebas (independent) dan model regresi yang digunakan
Berdasarkan persamaan tersebut dinyatakan layak untuk digunakan.
diketahui bahwa nilai koefisien a sebesar -
39,396 menunjukkan apabila variabel PEMBAHASAN
pelayanan prima diabaikan, maka nilai
kepuasan pasien akan menurun sebesar Pelayanan Prima di Instalasi Rawat Inap
39,396. Nilai bX merupakan besarnya RSD Kalisat
kontribusi pelayanan prima yang Pelayanan prima (service excellent)
mempengaruhi kepuasan pasien. Nilai bX menurut pengertian pelayanan yang berarti
sebesar 0,396 menunjukkan pengaruh usaha melayani kebutuhan orang lain,
pelayanan prima yang positif terhadap dengan prima yang berarti bermutu tinggi
kepuasan pasien, setiap penambahan 1% dan memuaskan (Wijono, 2000).
pada variabel pelayanan prima maka akan Berdasarkan hasil penelitian diketahui
meningkatkan nilai kepuasan pasien sebesar bahwa sebagian besar responden menilai
0,396. Hal ini berarti bahwa semakin baik bahwa pelayanan di instalasi rawat inap
tingkat pelayanan prima maka semakin baik Rumah Sakit Daerah Kalisat Kabupaten
pula tingkat kepuasan pasien yang Jember sudah cukup prima yaitu sebesar
dihasilkan, dan begitu juga sebaliknya. 73,3%. Apabila dilihat dari penilaian tiap-
Selain itu juga diperoleh nilai R sebesar tiap komponen pada pelayanan prima,
0,230 (23%). Nilai ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien rawat inap RSD
terdapat pengaruh antara variabel pelayanan Kalisat menilai bahwa masing-masing
prima terhadap variabel kepuasan pasien, komponen pelayanan prima tersebut dalam
namun pengaruh tersebut tidak cukup kuat kategori cukup. Dari kelima komponen
yakni hanya sebesar 23%, sedangkan tersebut, komponen perhatian dan tindakan
sisanya dipengaruhi oleh variabel yang lain. menjadi komponen pelayanan prima yang
memperoleh jumlah nilai tertinggi yaitu
Hipotesis Penelitian masing-masing sebesar 173, dan komponen
Uji hipotesis dilakukan untuk penampilan memperoleh jumlah nilai
membuktikan hipotesis yang diajukan dalam terendah yaitu sebesar 161.
penelitian ini dengan menggunakan uji t Perhatian adalah kepedulian penuh
(parsial) dan uji F (simultan). Pada uji t, yang dimiliki petugas terhadap pasiennya
dikatakan signifikan apabila nilai t hitung > t baik yang menyangkut dengan perhatian
tabel sehingga H0 ditolak, artinya variabel akan keinginan dan kebutuhan pasien
bebas secara parsial memiliki pengaruh maupun yang berkaitan dengan pemahaman
nyata terhadap variabel terikat atau apabila petugas atas kritik dan sarannya (Barata,
nilai signifikansi < 0,05. Berdasarkan hasil 2014). Berdasarkan wawancara yang
uji t diketahui bahwa variabel pelayanan dilakukan, petugas di instalasi rawat inap
Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap Kepuasan ....... 33

sudah memiliki rasa peduli yang cukup baik pasien serta menunjukkan kepantasan
terhadap pasien. Petugas seringkali tampilan pada saat berinteraksi dan melayani
menanyakan keluhan pasien, dan selalu pasien.
berusaha untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Hal ini tentu saja membuat pasien merasa Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat Inap
senang dan merasa sangat diperhatikan dan RSD Kalisat
dipentingkan segala kebutuhan dan Secara sederhana kepuasan pelanggan
keinginannya. Akan tetapi, tidak semua merupakan keadaan dimana kebutuhan,
petugas memiliki rasa perhatian yang tinggi keinginan, dan harapan pelanggan dapat
sehingga masih ada pasien yang menilai terpenuhi melalui produk yang dikonsumsi
petugas yang kurang peduli dan bersikap (Nasution, 2001). Pasien akan puas apabila
acuh terhadap pasien. Menurut Ulfa dan layanan yang didapatkannya sekurang-
Azlina (2016:88), sebagai seorang petugas kurangnya sama atau melampaui harapan
pada jasa pelayanan harus senantiasa pasien. Sedangkan ketidakpuasan akan
mencermati dan memperhatikan keinginan timbul apabila hasil tidak memenuhi harapan
dan kebutuhan pasien. Apabila pasien sudah pasien. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan minatnya untuk membeli jasa diperoleh bahwa mayoritas responden
yang ditawarkan. Dalam hal ini sebaiknya menilai pelayanan di instalasi rawat inap
petugas dapat bersikap lebih aktif terhadap RSD Kalisat tidak memuaskan yaitu sebesar
apa saja informasi yang dibutuhkan pasien. 80%. Penilaian ini diperoleh dari
Tindakan adalah perbuatan atau sesuatu perbandingan nilai kenyataan dan harapan
yang dilakukan untuk mencapai tujuan pasien. Apabila dilihat dari masing-masing
tertentu. Berdasarkan wawancara yang dimensi, diperoleh tiga dimensi yang
dilakukan, tindakan yang dilakukan petugas termasuk tidak puas yaitu dimensi
dalam melayani pasien sudah cukup baik. kehandalan, ketanggapan dan bukti fisik.
Pasien merasa bahwa petugas sudah cepat Sedangkan dimensi jaminan dan empati
dalam memenuhi panggilan pasien dan termasuk dalam kategori puas.
dengan sigapnya dapat membantu pasien Kehandalan (Reliability) merupakan
yang sedang mengalami kesulitan. Namun, kemampuan untuk memberikan pelayanan
penilaian yang cukup ini dikarenakan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan
informasi-informasi yang disampaikan oleh (Herlambang, 2016). Pasien merasa tidak
petugas kurang jelas sehingga terkadang puas terhadap kehandalan petugas
pasien masih tidak mengerti. Dalam hal ini dikarenakan masih terdapat pasien yang
alangkah baiknya apabila petugas mau merasa pemindahan pasien ke kamar rawat
menyampaikan informasi dengan sabar, yang dilakukan cukup lama. Biasanya pasien
runtut, dan menggunakan bahasa yang dapat diharapkan untuk menunggu sampai
mudah dimengerti oleh pasien. beberapa jam sampai kamar rawat siap
Konsep pelayanan prima berdasarkan untuk digunakan.
penampilan berkaitan dengan sikap Ketanggapan (Responsiveness) adalah
seseorang dalam mengekspresikan diri respon atau kesigapan karyawan dalam
dalam keserasian berbusana. Seringkali membantu pasien dan memberikan
penampilan seseorang dikaitkan dengan pelayanan yang cepat dan tanggap, yang
cerminan kepribadian dan citra diri orang meliputi kesigapan petugas dalam melayani
tersebut (Barata, 2014). Berdasarkan pasien, dan menangani keluhan pasien
wawancara, pasien rawat inap menilai (Herlambang, 2016). Pasien merasa tidak
bahwa penampilan petugas sudah cukup puas terhadap ketanggapan petugas karena
baik. Hal ini terlihat dari penampilan pelaksanaan visite dokter kepada pasien
petugas yang berpakaian rapi, bersih, serta yang seringkali dokter datang tidak tepat
memakai seragam dan atribut yang sesuai. waktu sehingga pasien harus menunggu dan
Penampilan yang baik ini harus tetap merasa pelayanan yang diberikan tidak
dipertahankan sehingga pasien dapat sesuai dengan harapannya. Menurut pasien,
meilihat citra diri yang baik pada petugas. visite oleh dokter biasanya dilaksanakan di
Dengan penampilan yang baik petugas dapat pagi hari yaitu antara pukul 09.00-10.00.
menunjukkan sikap penghargaan terhadap Namun, akibat kurangnya informasi yang
34 Jurnal Ikesma Volume 16 Nomor 1 Maret 2020

diterima pasien mengenai SOP jadwal visite persamaan regresi linier sederhana diketahui
mengakibatkan pasien tidak mengetahui bahwa pelayanan prima berpengaruh positif
kepastian jadwal visite yang seharusnya. terhadap kepuasan pasien, artinya semakin
Bukti fisik (Tangible) adalah wujud baik pelayanan prima yang dilakukan maka
nyata secara fisk yang meliputi tampilan dan semakin baik pula tingkat kepuasan pasien
kelengkapan fasilitas fisik seperti gedung yang dihasilkan, dan begitu juga sebaliknya.
bangunan dan ruang perawatan, kelengkapan Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
peralatan medis dan nonmedis, serta yang dilakukan oleh Kelana (2015) yang
kerapihan dan kenyamanan ruang perawatan menunjukkan terdapat pengaruh antara
dan ruang tunggu (Herlambang, 2016). variabel pelayanan prima perawat terhadap
Pasien merasa tidak puas terhadap bukti tingkat kepuasan pasien. Selain itu, hasil
fisik dikarenakan tidak tersedianya papan penelitian ini juga sesuai dengan penelitian
petunjuk ruangan yang mengakibatkan oleh Suroso et al. (2015) yang menyatakan
pasien dan keluarganya sulit untuk adanya pengaruh yang bermakna terhadap
menemukan tempat ruang perawatannya. tingkat kepuasan pasien setelah perawat
Namun demikian, ruang perawatan yang mendapatkan pelatihan pelayanan prima.
terdapat di instalasi rawat inap ini dirasa Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa
sudah cukup memberikan kenyamanan bagi tingkat kepuasan pasien terhadap perawat
pasien. terjadi peningkatan jika dibandingkan antara
Jaminan (Assurance) adalah sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan.
kemampuan petugas dalam memberikan Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
keyakinan kepada pasien untuk merasa aman teori yang dikemukakan oleh Barata
terhadap jasa pelayanan yang diterimanya. (2014:27), yang menyebutkan bahwa
Pasien sudah merasa puas akan jaminan pelayanan prima merupakan pelayanan yang
yang diberikan karena pasien merasa aman optimal untuk menghasilkan kepuasan
terhadap tindakan yang diberikan oleh pelanggan. Pelaksanaan pelayanan prima
dokter dan perawat dalam menangani merupakan wujud kepedulian terhadap
pasien. Pasien juga merasa bahwa petugas di pelanggan atau pasien dengan memberikan
instalasi rawat inap dapat menjaga layanan yang terbaik untuk memfasilitasi
kerahasiaan diagnosis penyakit pasien. Hal kemudahan pemenuhan kebutuhan pasien
ini telah sesuai dengan Undang-Undang RI dan mewujudkan kepuasannya. Dalam
Nomor 44 Tahun 2009, yang menyatakan memberikan pelayanan yang prima bagi
bahwa pasien berhak mendapatkan pasien, hal yang paling penting ialah
kerahasiaan dan privasi mengenai penyakit pelayanan tersebut haruslah berorientasi
yang dideritanya termasuk juga data-data kepada kepentingan pasien sehingga
medisnya. memungkinkan petugas untuk mampu
Pasien juga telah merasa puas akan memberikan kepuasan yang optimal.
empati petugas yang diterima oleh pasien Upaya memberikan pelayanan prima ini
karena pasien merasa selalu dilayani dengan dapat diwujudkan apabila dapat
adil, tidak memandang status sosial pasien, menonjolkan kemampuan, sikap,
dan tidak membeda-bedakan. Hal ini telah penampilan, perhatian, tindakan, dan
sesuai dengan Permenkes RI Nomor 4 tanggung jawab yang baik dan terkoordinasi.
Tahun 2018, yang menyatakan bahwa pasien Menurut Valentino, (2012), komponen
berhak memperoleh layanan yang kemampuan, sikap, penampilan, perhatian,
manusiawi, adil, jujur, dan tanpa tindakan, dan tanggung jawab secara
diskriminasi. simultan berpengaruh terhadap kepuasan
pelanggan. Komponen-komponen dalam
Pengaruh Pelayanan Prima terhadap pelayanan prima tersebut membuktikan
Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat Inap bahwa kepuasan pelanggan berkaitan
RSD Kalisat dengan pelayanan yang diberikan oleh
Berdasarkan hasil analisis data karyawan kepada pelanggannya. Walaupun
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kepuasan pasien cenderung tidak dapat
pelayanan prima terhadap kepuasan pasien bersifat tetap, karena ukuran kepuasan
di instalasi rawat inap Rumah Sakit Daerah pasien terhadap pelayanan pada dasarnya
Kalisat Kabupaten Jember. Berdasarkan merupakan hasil yang bersifat subjektif dan
Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap Kepuasan ....... 35

dinamis. Namun, cara terbaik yang dapat


dilakukan ialah menjadikan perbedaan-
2] Barata, A.A. 2014. Dasar-Dasar
perbedaan yang terjadi sebagai masukan
Pelayanan Prima. Elex Media
bagi pihak rumah sakit dan untuk menggali
Komputindo, Jakarta.
lebih dalam lagi fenomena yang terjadi
sampai diperoleh solusi terbaik dan tentunya 3] Cahyono, U. 2012. Kajian Mutu
berdasarkan dengan pelayanan prima yang Pelayanan Rumah Sakit Bhineka Bakti
diberikan. Husada Yang Telah Lulus Akreditasi
Ditinjau Dari Kriteria Malcolm
KESIMPULAN DAN SARAN Baldrige. Universitas Indonesia.
Kesimpulan 4] Daryanto, S. 2014. Konsumen dan
Kesimpulan pada penelitian ini Pelayanan Prima. Gava Media,
adalah sebagian besar pasien menilai Yogyakarta.
pelayanan di instalasi rawat inap Rumah 5] Hadiyati, I., Sekarwana, N., Sunjaya,
Sakit Daerah Kalisat Kabupaten Jember D.K., Setiawati, E.P. 2017. Konsep
cukup prima dan masing-masing Kualitas Pelayanan Kesehatan berdasar
komponen pelayanan prima termasuk atas Ekspektasi Peserta Jaminan
dalam kategori cukup baik. Selain itu, Kesehatan Nasional.
dimensi kepuasan pasien yang termasuk 6] Herlambang, S. 2016. Manajemen
dalam kategori puas yaitu dimensi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit.
jaminan dan empati. Sedangkan yang Yogyakarta: Gosyen Publishing 18.
termasuk dalam kategori tidak puas ialah
7] Herlambang, S., Murwani, A. 2012.
dimensi kehandalan, ketanggapan, dan Cara Mudah Memahami Manajemen
bukti fisik. Hasil analisis regresi linier Kesehatan dan Rumah Sakit. Gosyen
sederhana menunjukkan adanya Publishing, Yogyakarta.
pengaruh pelayanan prima terhadap
8] Kelana, M.T. 2015. Pengaruh
kepuasan pasien di instalasi rawat inap Penerapan Pelayanan Prima (Service
Rumah Sakit Daerah Kalisat Kabupaten Excellence) Perawat Terhadap Tingkat
Jember. Kepuasan Pasien di Rumah Sakit
Universitas Tanjungpura Kota
Saran Pontianak. Jurnal ProNers 3.
Berdasarkan kesimpulan penelitian,
maka saran yang dapat diberikan untuk 9] Nasution, M.N. 2001. Manajemen Mutu
rumah sakit yaitu menyediakan pelatihan Terpadu (Total Quality Management).
mengenai pelayanan prima dan memberikan Ghalia Indonesia, Yogyakarta.
kesempatan kepada seluruh karyawan yang 10] Suroso, S., Haryati, R.T.S., Novieastari,
secara bergiliran untuk mengikuti pelatihan E. 2015. Pelayanan Keperawatan Prima
tersebut, petugas sebaiknya berperan lebih Berbasis Budaya Berpengaruh terhadap
aktif dalam memenuhi kebutuhan pasien Tingkat Kepuasan Pasien di Rumah
seperti dalam memberikan informasi yang Sakit. Jurnal Keperawatan Indonesia
dibutuhkannya, dokter harus lebih mematuhi 18, 38–44.
jadwal visite sesuai dengan SOP yang telah 11] Valentino, J. 2012. Pengaruh Pelayanan
ditetapkan, serta melakukan pengawasan Prima (Service Excellence) Terhadap
internal secara rutin agar setiap pelayanan Kepuasan Pelanggan di Prima
yang dilakukan tetap sesuai dengan prosedur Swalayan Cabang Nganjuk. Jurnal
dan standar profesinya Ilmiah Mahasiswa FEB 1.
DAFTAR RUJUKAN 12] Wijono, D., 2000. Manajemen Mutu
Pelayanan Kesehatan. Airlangga
1] Azwar, A., 2010. Pengantar University Press, Surabaya.
Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga.
Binarupa Aksara, Jakarta.

You might also like