Professional Documents
Culture Documents
Mewujudkan Good Governance, Melalui Penguatan Demokrasi
Mewujudkan Good Governance, Melalui Penguatan Demokrasi
Mewujudkan Good Governance, Melalui Penguatan Demokrasi
Abstrak
Good governance dalam kinerja pemerintahan desa masih dinilai rendah, belum sesuai
dengan harapan masyarakat, banyak kasus kebijakan pembangunan desa yang
dihasilkan pemerintahan desa kurang sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan
masyarakat, akibatnya masyarakat desa kurang merespon secara positip dalam
pelaksanaan pembangunan desa. Praktek good governance sangat dibutuhkan
komitmen dan integritas kepemimpinan kepala desa yang diwujudkan melalui
program pembangunan desa dan orientasi tindakan selalu ditujukan untuk melayani
kepentingan warga desa. Idealisme kepemimpinan kepala desa tersebut, dapat
dihasilkan melalui proses pemilihan kepala desa, yang sementara banyak diwarnai
politik uang. Oleh karena itu, perlu penguatan demokrasi desa untuk menghasilkan
kepemimpinan kepala desa yang aspiratif, sehingga mampu mewujudkan good
governance dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan desa.
Kata Kunci: Pemerintahan Desa, Good Governance, Pemilihan Kepala Desa,
Demokratisasi
Abstract
Good governance in the performance of village governance is still considered low, not
in line with community expectations, many cases of village development policies
produced by the village government are not in accordance with the aspirations and
needs of the community, consequently the village community does not respond
positively in the implementation of village development. Good governance practices
are highly needed commitment and integrity of the leadership of the village head
which is realized through the village development program and action orientation is
always aimed at serving the interests of the villagers. The idealism of the village head's
leadership can be generated through the village head election process, which while
being tinged up with a lot of money politics. Therefore, it is necessary to strengthen
village democracy to produce aspirational village leadership, so that it can realize
good governance in the implementation of village government functions.
Keywords: Village Governance, Good Governance, Village Head Election,
Democratization
money politics akan sangat berbahaya baik mengembalikan biayanya dalam pemilihan
dipandang dari sisi deontologis (maksud) tersebut.
maupun teologis (konsekwensi). Karena Sementara dalam upaya mewujudkan
sifatnya yang destruktif, yakni bermaksud pemilihan kepala desa yang demokratis,
mempengaruhi pilihan politik seseorang masih terdapat kendala yang cukup berat,
dengan imbalan tertentu, atau karena dalam tradisi masyarakat desa
mempengaruhi visi dan misi suatu partai bahwa politik uang dalam pemilihan
sehingga pilihan politik kebijakannya tidak kepala desa adalah hal yang wajar, dan
lagi dapat dipertanggungjawabkan untuk bahkan secara normatif dianggap syah-
kepentingan rakyat. Alfonso dalam Ismail syah saja. Menurut Umam, (2006),
bahwa: Politik Uang akan menimbulkan menegaskan bahwa: perilaku money
dampak negatif yang sangat merugikan politics, dalam konteks politik sekarang,
seluruh lapisan masyarakat. "Karena seringkali diatasnamakan sebagai bantuan,
kekuasaan yang semestinya diberikan infaq, shadaqah dan lain-lain. Pergeseran
melalui suatu trust telah dibeli dengan istilah money politics ke dalam istilahan
uang. Dampaknya, pembangunan menjadi moral ini secara tidak langsung telah
tidak lancar dan kompetisi internasional menghasilkan perlindungan secara sosial
tidak terkejar,". Sehingga masyarakat melalui norma kultural masyarakat yang
seharusnya berfikir dua kali jika menerima memang melazimkan tindakan itu terjadi.
uang dari para kandidat yang Tatkala masyarakat telah menganggapnya
menginginkan dirinya agar bisa terpilih. sebagai tindakan lumrah, maka kekuatan
Politik uang dalam norma hukum dinilai legal formal hukum akan kesulitan untuk
sebagai bagian dari korupsi yaitu terjadi menjangkaunya. Demikian pula dari
transaksi suap menyuap dari pihak proses pemilihan kepala desa, politik uang
berkepentingan untuk mendapatkan diidentikkan sebagai bentuk penggantian
keuntungan dalam pemilihan. Ditegaskan waktu masyarakat yang harus menyisakan
pula dari Undang Undang No. 3 tahun waktunya untuk memberikan hak pilihnya.
1999 berbunyi: "Barang siapa pada waktu Untuk itu, dibutuhkan penafsiran yang
diselenggarakannya pemilihan umum tepat untuk memahami makna di balik
menurut undang-undang ini dengan perilaku politik (political behaviour)
pemberian atau janji menyuap seseorang, sehingga dapat memudahkan dalam
baik supaya orang itu tidak menjalankan pemisahan secara analitik antara
haknya untuk memilih maupun supaya ia pemberian yang sarat dengan nuansa suap,
menjalankan haknya dengan cara tertentu, dan pemberian dalam arti sesungguhnya
dipidana dengan pidana hukuman penjara sebagai bantuan. Dalam perspektif
paling lama tiga tahun. Pidana itu moralitas masih menjadi pertentangan
dikenakan juga kepada pemilih yang apakah money politics itu haram atau
menerima suap berupa pemberian atau tidak, sementara penilaian beberapa
janji berbuat sesuatu" (Ismail). Dengan agamawan bahwa money politics itu harap,
demikian politik uang, akan merusak dan ada pula penilaian agamawan yang
mental masyarakat, dengan uang segala tidak seekstrem itu. Hal ini seperti
sesuatunya dapat mudah diraih atau diungkapkan oleh Ismawan, (1999),
dicapainya termasuk dalam pemilihan kesulitan mengambil persepsi yang tegas
umum. Disadari atau tidak, dengan adanya di kalangan pemimpin masyarakat cukup
politik uang dapat mendorong suburnya membingungkan masyarakat. Ketika
praktek korupsi, karena seseorang terpilih beberapa agamawan menyatakan bahwa
dalam menduduki jabatan publik melalui money politics itu haram, penilaian
uang maka kemungkinan besar mereka beberapa agamawan yang lain tidak
akan berorientasi bagaimana untuk seekstrem itu. Menteri Agama Malik
Fadjar, seperti yang dikutip oleh Ismawan
Copyright © SENASIF 2019 ISSN : 2598-0076
1793
Seminar Nasional Sistem Informasi 2019, 19 September 2019
Fakultas Teknologi Informasi – UNMER Malang
akan menghasilkan pemimpin desa yang interpretasi data, yang datanya bersifat
memiliki komitmen untuk melakukan ordinal maka diperlukan skala pengukuran
pembaharuan dalam mewujudkan tata likert, dan jawaban setiap item instrumen
pemerintahan yang baik (good mempunyai gradasi dari sangat positip
governance). sampai sangat negatip, yang berupa kata-
kata antara lain: Sangat setuju dengan skor
III. METODE PENELITIAN 5, b) Setuju dengan skor 4, c) Ragu-ragu
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan skor 3, d) Tidak setuju dengan skor
kuantitatif, dengan lokasi penelitian di 3 2, dan e) Sangat tidak setuju dengan skor 1.
(tiga) kecamatan, Kabupaten Magetan Dengan mendasarkan pada skala
dengan pertimbangan 3 kecamatan tersebut pengukuran tersebut, maka dalam
memiliki geografis, dan karakteristik interpretasi terhadap data yang diperoleh
masyarakat berbeda-beda baik dari aspek dilakukan melalui perhitungan median
budaya maupun kegiatan sosial ekonomi, yaitu menilai suatu distribusi frekuensi
sehingga dapat dipastikan survey yang dengan mengklasifikasikan kedalam 5
beragam dengan populasi tersebut dapat (lima) kategori nilai: Sangat baik, Baik,
menghasilkan data yang bervariasi. Dari 3 cukup baik, Tidak baik, dan sangat tidak
(tiga) kecamatan, untuk masing-masing baik.
kecamatan diwakili 2 (dua) desa, yang
dipilih berdasarkan tehnik ”Purposive IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampling”. Menurut Sugiyono (2002), Penyelenggaraan tata kelola
”purposive sampling adalah tehnik pemerintahan desa yang baik (good
penentuan sampel untuk tujuan tertentu governance)
saja”. Disamping itu, penentuan sampel Good governance sebagai suatu konsep
ditetapkan berdasarkan subyek yang untuk memperbaiki kinerja pemerintahan
berkompenten serta secara langsung desa yang selama ini masih dinilai belum
mengetahui, memahami, dan sekaligus berjalan sesuai dengan harapan masyarakat
terlibat didalamnya. Subyek penelitian luas. Pemerintahan desa merupakan suatu
masing-masing desa ditetapkan 20 orang sistem pemerintahan yang terendah yang
terdiri dari: panitia pemilihan 2 orang, secara langsung berhubungan dengan
calon kepala desa 2 orang, kader elit calon masyarakat, maka menjadi strategis untuk
kepala desa 5 orang dan warga desa yang mendorong perbaikan-perbaikan menuju
memiliki hak pilih 11 orang. terciptanya pemerintahan yang baik. Ada
Tehnik pengumpulan data, meliputi beberapa prinsip yang harus
observasi, wawancara, daftar pertanyaan, dikembangkan dalam praktik
dan doumentasi. Sedangkan analisa data penyelenggaraan kepemerintahan yang
menggunakan ”Statistik deskriptif”. baik, antara lain: partipasi (participation),
Menurut Sugiyono, ”Statistik deksriptif transparansi (transparency), daya tanggap
adalah statistik yang digunakan untuk (responsiveness), berkeadilan (equity),
menganalisa data dengan cara efektif dan efisien (effectivieness and
mendeskripsikan atau menggambarkan efficiency), akuntabilitas (accountability),
data yang telah terkumpul sebagaimana dan visi strategis (strategic holders).
adanya tanpa bermaksud membuat Partisipasi, menunjukkan adanya
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau keterlibatan warga masyarakat dalam
generalisasi”. Lebih lanjut dijelaskan proses pengambilan keputusan, baik
bahwa: dalam statistik deskriptif juga langsung maupun melalui lembaga
dapat dilakukan mencari kuat hubungan perwakilan, sesuai dengan kepentingan
antara variabel melalui analisis bandingan dan aspirasinya masing-masing.
dengan membandingkan rata-rata data Keterlibatan warga desa sangat penting
sampel atau populasi”. Untuk melakukan dalam proses penentuan program
Copyright © SENASIF 2019 ISSN : 2598-0076
1797
Seminar Nasional Sistem Informasi 2019, 19 September 2019
Fakultas Teknologi Informasi – UNMER Malang
dengan tradisi dan adat istiadat masing- Dalam pemilihan yang demokratis,
masing desa. seharusnya panitia pemilihan harus tegas
Pemilihan kepala yang demokratis bagi setiap calon kepala desa yang
terdapat sejumlah persyaratan, antara lain; melanggar ketentuan harus dilakukan
ada pengakuan terhadap hak pilih warga penindakan untuk mengantisipasi gejolak
desa. Semua warga desa yang telah sosial yang terjadi. Panitia pemilihan harus
memenuhi ketentuan tanpa pengecualian bersikap netral dalam memberlakukan
diberikan hak untuk memilih dan dipilih, masing-masing calon kepala desa, seperti
serta diberikan ruang yang bebas untuk pelaksanaan kampanye dari masing-masing
mendiskusikan berbagai alternatif pilihan calon kepala desa harus diberikan ruang
politiknya. Dari hasil penelitian, yang seluas-luasnya sesuai dengan jadwal
menunjukkan; sebagian besar warga desa yang telah disepakati bersama. Dari hasil
merasakan adanya ketakutan dan penelitian, menunjukkan bahwa: panitia
kekhawatiran untuk menyatakan pendapat pemilihan sudah cukup baik sikap netralitas
ditempat umum, karena adanya intimidasi khususnya dalam memberikan kesempatan
yang dilakukan oleh kader-kader elit kepala kepada masing-masing calon kepala desa
desa. Kondisi ini sangat membatasi warga untuk melakukan kampanye. Kejujuran dan
desa untuk bertukar pendapat dengan warga integritas sangat diperlukan dari panitia
lain dalam rangka mempertimbangkan pemilihan agar hasil dari proses pemilihan
pilihan politiknya. Banyaknya kader elit kepala desa dapat menghasilkan kepala desa
politik kepala desa, melakukan kampanye yang aspiratif. Dari hasil penelitian
hitam melalui isu-isu yang dikembangkan menunjukkan; panitia pemilihan cukup baik
untuk meniadakan eksistensi calon kepala dalam bersikap ketika pemungutan suara
desa membuat semakin mencekam situasi dalam pemilihan, hal ini terlihat ketegasan
saat menjelang penentuan suara pemilihan panitia pemilihan untuk tidak
kepala desa. Sementara, pihak panitia memperkenankan kepada warga desa yang
pemilihan kurang memiliki ketegasan dalam datang melebihi waktu pemungutan suara
mengambil sikap terhadap kampanye hitam yang telah disepakatinya. Demikian halnya,
yang dilakukan oleh kader-kader elit kepala dengan penghitungan suara berjalan cukup
desa. Ketidaktegasan panitia pemilihan baik dan demokratis serta bersikap netral
tersebut, dimanfaatkan oleh kader-kader elit dalam menyikapi penghitungan suara.
untuk melakukan upaya memobilisasi secara Dari rekapitulasi data, menunjukkan nilai
bebas, seperti maraknya praktek politik uang demokratisasi pemilihan kepala desa dapat
dan bahkan secara terang-terangan atau diikuti tabel berikut ini.
fulgar dilakukan kader elit membagi-
bagikan sejumlah uang kepada warga desa.
Tabel 2. Nilai demokratisasi pemilihan kepala desa
No. Kategori/Interval Frekuensi (f) Prosentase (%)
Nilai Variabel
1 Sangat baik 8 6,66
2 Baik 23 19,17
3 Cukup Baik 32 26,67
4 Tidak baik 51 42,50
5 Sangat tidak baik 6 5
JUMLAH 120 100
Sumber: Data primer diolah
Chart Title
70
60 61
50 51
40 Nilai demokrasi pemilihan
30 32 kepala desa
28
20 23 21 Good governance dalam
kinerja pemerintahan desa
10 8
6 6
5
0
Sangat baik Baik Cukup baik Tidak baik Sangat tidak
baik