Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Seminar Nasional Sistem Informasi 2019, 19 September 2019

Fakultas Teknologi Informasi – UNMER Malang

MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE, MELALUI PENGUATAN DEMOKRASI


DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA

Harianto1), Mudji Rahardjo2)


1,2)
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Merdeka Madiun
Email: harianto@unmer-madiun.ac.id

Abstrak
Good governance dalam kinerja pemerintahan desa masih dinilai rendah, belum sesuai
dengan harapan masyarakat, banyak kasus kebijakan pembangunan desa yang
dihasilkan pemerintahan desa kurang sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan
masyarakat, akibatnya masyarakat desa kurang merespon secara positip dalam
pelaksanaan pembangunan desa. Praktek good governance sangat dibutuhkan
komitmen dan integritas kepemimpinan kepala desa yang diwujudkan melalui
program pembangunan desa dan orientasi tindakan selalu ditujukan untuk melayani
kepentingan warga desa. Idealisme kepemimpinan kepala desa tersebut, dapat
dihasilkan melalui proses pemilihan kepala desa, yang sementara banyak diwarnai
politik uang. Oleh karena itu, perlu penguatan demokrasi desa untuk menghasilkan
kepemimpinan kepala desa yang aspiratif, sehingga mampu mewujudkan good
governance dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan desa.
Kata Kunci: Pemerintahan Desa, Good Governance, Pemilihan Kepala Desa,
Demokratisasi

Abstract
Good governance in the performance of village governance is still considered low, not
in line with community expectations, many cases of village development policies
produced by the village government are not in accordance with the aspirations and
needs of the community, consequently the village community does not respond
positively in the implementation of village development. Good governance practices
are highly needed commitment and integrity of the leadership of the village head
which is realized through the village development program and action orientation is
always aimed at serving the interests of the villagers. The idealism of the village head's
leadership can be generated through the village head election process, which while
being tinged up with a lot of money politics. Therefore, it is necessary to strengthen
village democracy to produce aspirational village leadership, so that it can realize
good governance in the implementation of village government functions.
Keywords: Village Governance, Good Governance, Village Head Election,
Democratization

Copyright © SENASIF 2019 ISSN : 2598-0076


1791
Seminar Nasional Sistem Informasi 2019, 19 September 2019
Fakultas Teknologi Informasi – UNMER Malang

I. PENDAHULUAN penyelenggaraan pemilihan kepala desa,


Good governance menjadi impian dan sehingga mempengaruhi kualitas pilihan
harapan masyarakat luas, karena dengan politik warga desa, dan kualitas demokrasi
praktik good governance akan mendorong desa. Dodorikus (2011), studi kasus Desa
terwujudnya pemerintahan yang Bani Amas: Faktor dominan yang
berwibawa dan bersih dari unsur KKN menghambat implementasi kebijakan
(Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
Harapan dan keinginan masyarakat 2005 di Desa Bani Amas adalah masih
tersebut, tidak hanya terbatas pada berkembangnya budaya politik uang.
penyelenggaraan pemerintahan pusat, dan Demikian pula Tomoning, Y (2015), hasil
daerah saja, melainkan juga sampai pada penelitiannya menunjukan adanya
tingkatan pemerintahan desa. Banyak kecurangan sejak berlangsungnya
kasus mengemukakan diberbagai desa Pemilihan Kepala Desa Minton tahun 2013
yang kepala desanya terjerat kasus korupsi, secara langsung, seperti diantaranya: dari
mulai dari kasus penggelembungan pihak panitia meloloskan berkas salah satu
anggaran, sampai dengan pelaksanaan kandidat calon kepala desa walaupun
proyek pembangunan desa yang fiktif. sebenarnya tidak lengkap untuk ikut
Penyelenggaraan pemerintahan desa yang sertakan dalam pencalonan kepala desa,
sebagian besar masih ditempati oleh aparat adanya kampanye hitam, adanya
desa yang rendah integritasnya maka dapat kampanye money politik, serta
menjadi hambatan terwujudnya mengabaikan peraturan pemerintah No 72
kesejahteraan dan kemakmuran warga Tahun 2005 tentang Desa yang di
desa. Program pembangunan desa yang keluarkan pemerintah pusat. Dalam
dimaksudkan sebagai solusi untuk realitas politik, bahwa sebagian besar calon
mengatasi permasalahan sosial, ternyata kepala desa mempercayai bahwa politik
tidak tepat sasarannya karena banyak uang merupakan media politik yang efektif
program pembangunan yang dihasilkan untuk mempengaruhi masyarakat pemilih
bukan merupakan kebutuhan masyarakat dalam menentukan pilihan politiknya.
desa melainkan keinginan dari sebagian Menurut Alexander (2003), uang dalam
kecil elit-elit desa. Masyarakat desa hanya perspektif politik merupakan: Instrumen
ditempatkan sebagai obyek pembangunan atau alat, yang memiliki arti penting untuk
bukan sebagai subyek dan pelaku mengetahui bagaimana ia digunakan orang
pembangunan desa, akibatnya pelaksanaan untuk mencoba mendapat pengaruh, atau
pembangunan desa kurang mendapat di ubah menjadi sumberdaya-sumberdaya
respon yang positip dari masyarakat desa. yang lain, atau dipergunakan secara
Untuk itu, dibutuhkan kepemimpinan berkombinasi dengan sumberdaya yang
kepala desa yang memiliki integritas yang lain dalam rangka meraih kekuasaan.
tinggi, dan diwujudkan melalui kebijakan- Karena sifat universalnya, uang pun
kebijakan pembangunan desa, dan segala menjadi elemen penjeja (tracer element)
tindakan senantiasa diorientasikan untuk dalam mempelajari kekuasaan politik.
kepentingan masyarakat desa. Nassmacher dalam Abisono (2012)
Idealisme dari kepemimpinan kepala menegaskan, bahwa uang memperkuat
desa tersebut, tidak dapat terlepas dari pengaruh politik bagi mereka yang
proses pemilihan kepala desa yang memilikinya atau mereka yang memiliki
berlangsung kurang demokratis. Di banyak wewenang untuk mendistribusikannya.
tempat, pemilihan kepala desa selalu Dengan demikian uang menjadi alat politik
diwarnai dengan praktik politik uang. Hasil untuk meraih kemenangan dalam proses
temuan penelitian Harianto, dkk (2017) pemilihan yang berlangsung.
bahwa: politik uang (money politic) dan Yusrill.M (1999), mengingatkan
konflik harisontal masih mewarnai bahwa: demoralisasi yang diakibatkan oleh
Copyright © SENASIF 2019 ISSN : 2598-0076
1792
Seminar Nasional Sistem Informasi 2019, 19 September 2019
Fakultas Teknologi Informasi – UNMER Malang

money politics akan sangat berbahaya baik mengembalikan biayanya dalam pemilihan
dipandang dari sisi deontologis (maksud) tersebut.
maupun teologis (konsekwensi). Karena Sementara dalam upaya mewujudkan
sifatnya yang destruktif, yakni bermaksud pemilihan kepala desa yang demokratis,
mempengaruhi pilihan politik seseorang masih terdapat kendala yang cukup berat,
dengan imbalan tertentu, atau karena dalam tradisi masyarakat desa
mempengaruhi visi dan misi suatu partai bahwa politik uang dalam pemilihan
sehingga pilihan politik kebijakannya tidak kepala desa adalah hal yang wajar, dan
lagi dapat dipertanggungjawabkan untuk bahkan secara normatif dianggap syah-
kepentingan rakyat. Alfonso dalam Ismail syah saja. Menurut Umam, (2006),
bahwa: Politik Uang akan menimbulkan menegaskan bahwa: perilaku money
dampak negatif yang sangat merugikan politics, dalam konteks politik sekarang,
seluruh lapisan masyarakat. "Karena seringkali diatasnamakan sebagai bantuan,
kekuasaan yang semestinya diberikan infaq, shadaqah dan lain-lain. Pergeseran
melalui suatu trust telah dibeli dengan istilah money politics ke dalam istilahan
uang. Dampaknya, pembangunan menjadi moral ini secara tidak langsung telah
tidak lancar dan kompetisi internasional menghasilkan perlindungan secara sosial
tidak terkejar,". Sehingga masyarakat melalui norma kultural masyarakat yang
seharusnya berfikir dua kali jika menerima memang melazimkan tindakan itu terjadi.
uang dari para kandidat yang Tatkala masyarakat telah menganggapnya
menginginkan dirinya agar bisa terpilih. sebagai tindakan lumrah, maka kekuatan
Politik uang dalam norma hukum dinilai legal formal hukum akan kesulitan untuk
sebagai bagian dari korupsi yaitu terjadi menjangkaunya. Demikian pula dari
transaksi suap menyuap dari pihak proses pemilihan kepala desa, politik uang
berkepentingan untuk mendapatkan diidentikkan sebagai bentuk penggantian
keuntungan dalam pemilihan. Ditegaskan waktu masyarakat yang harus menyisakan
pula dari Undang Undang No. 3 tahun waktunya untuk memberikan hak pilihnya.
1999 berbunyi: "Barang siapa pada waktu Untuk itu, dibutuhkan penafsiran yang
diselenggarakannya pemilihan umum tepat untuk memahami makna di balik
menurut undang-undang ini dengan perilaku politik (political behaviour)
pemberian atau janji menyuap seseorang, sehingga dapat memudahkan dalam
baik supaya orang itu tidak menjalankan pemisahan secara analitik antara
haknya untuk memilih maupun supaya ia pemberian yang sarat dengan nuansa suap,
menjalankan haknya dengan cara tertentu, dan pemberian dalam arti sesungguhnya
dipidana dengan pidana hukuman penjara sebagai bantuan. Dalam perspektif
paling lama tiga tahun. Pidana itu moralitas masih menjadi pertentangan
dikenakan juga kepada pemilih yang apakah money politics itu haram atau
menerima suap berupa pemberian atau tidak, sementara penilaian beberapa
janji berbuat sesuatu" (Ismail). Dengan agamawan bahwa money politics itu harap,
demikian politik uang, akan merusak dan ada pula penilaian agamawan yang
mental masyarakat, dengan uang segala tidak seekstrem itu. Hal ini seperti
sesuatunya dapat mudah diraih atau diungkapkan oleh Ismawan, (1999),
dicapainya termasuk dalam pemilihan kesulitan mengambil persepsi yang tegas
umum. Disadari atau tidak, dengan adanya di kalangan pemimpin masyarakat cukup
politik uang dapat mendorong suburnya membingungkan masyarakat. Ketika
praktek korupsi, karena seseorang terpilih beberapa agamawan menyatakan bahwa
dalam menduduki jabatan publik melalui money politics itu haram, penilaian
uang maka kemungkinan besar mereka beberapa agamawan yang lain tidak
akan berorientasi bagaimana untuk seekstrem itu. Menteri Agama Malik
Fadjar, seperti yang dikutip oleh Ismawan
Copyright © SENASIF 2019 ISSN : 2598-0076
1793
Seminar Nasional Sistem Informasi 2019, 19 September 2019
Fakultas Teknologi Informasi – UNMER Malang

dalam money politics Pengaruh Uang program kerja pemerintahan dan


dalam Pemilu, tidak mau secara tegas pembangunan desa yang kurang berpihak
mengatakan hukum praktik money politics pada kepentingan masyarakat desa.
haram. Dia mengaku sulit mengatakan Banyak program pembangunan desa hanya
hukumnya dengan dalil-dalil yang jelas merupakan referensi kepentingan elit desa
berkaitan langsung dengan soal ini. dibandingkan dengan kepentingan warga
Kondisi inilah yang menjadi sebab desa, akibatnya dalam implementasi
maraknya praktek politik uang, hingga program pembangunan desa kurang
sampai saat ini masih terjadi praktik money mendapat respon positip oleh sebagian
politics dalam setiap pemilihan tidak besar warga desa.
terkecuali dalam pemilihan kepala desa. Usaha pemerintah dalam rangka
Namun demikian praktik politik uang mewujudkan good governance telah
dalam proses pemilihan kepala desa akan banyak kemajuan yang dicapainya,
menghasilkan kepemimpinan kepala desa walaupun sejauh ini belum terlihat upaya
yang rendah legitimasinya di mata yang maksimal dan sistematis untuk
masyarakat desa. Pada hal dalam mewujudkan praktik governance dalam
menyelenggaraan fungsi pemerintahan penyelenggaraan pemerintahan. Menurut
dibutuhkan legitimasi dan dukungan Dwiyanto et.al (2006:2), Pemerintah
masyarakat, tanpa ada dukungan menghadapi berbagai kendala untuk
masyarakat tidak mungkin menyusun kebijakan dan program
penyelenggaraan fungsi pemerintahan desa perbaikan praktik governance. Pertama,
dapat berjalan dengan lancar. Untuk itu, praktik governance memiliki dimensi yang
dalam rangka mewujudkan good luas sehingga terdapat banyak aspek yang
governance pada penyelenggaraan harus diintervensi apabila kita ingin
pemerintahan desa masih jauh dari harapan memperbaiki praktik governance. Kedua,
masyarakat sepanjang proses pemilihan belum banyak tersedia informasi mengenai
kepala desa tidak berlangsung secara aspek strategis yang perlu memperoleh
demokratis. prioritas untuk dijadikan sebagai entry
point dalam memperbaiki kinerja
II. KAJIAN LITERATUR governance. Ketiga, kondisi antar daerah
Good Governance (tata pemerintahan di Indonesia yang sangat beragam
yang baik) sudah lama menjadi impian membuat setiap daerah memiliki
banyak masyarakat. Kendati pemahaman kompleksitas masalah governance yang
mereka mengenai good governance berbeda. Keempat, komitmen dan
berbeda-beda, sebagian besar dari mereka kepedulian dari berbagai stakeholder
membayangkan bahwa dengan good mengenai reformasi governance berbeda-
governance mereka akan dapat memiliki beda dan pada umumnya masih rendah.
kualitas pemerintahan yang lebih baik, Demikian pula dalam mewujudkan good
dengan praktik gorvernance maka kualitas governance pada tingkat pemerintah desa,
pelayanan publik akan menjadi semakin memiliki kompleksitas permasalahan yang
baik, angka korupsi menjadi semakin beragam dan berbeda-beda kondisinya, hal
rendah, dan pemerintah menjadi semakin ini menyangkut aspek budaya, tradisi, adat
peduli dengan kepentingan masyarakat. istiadat, serta kondisi sosial, ekonomi, dan
Impian dan harapan tersebut, tidak hanya politik. Berbagai kendala itu menjadi
terbatas pada penyelenggaraan pelayanan faktor pendorong untuk melakukan
publik ditingkat pusat atau daerah saja, perbaikan kinerja pemerintahan desa.
melainkan juga dapat diwujudkan sampai Selama ini untuk memperbaiki kinerja
pada tataran pemerintahan desa, sebab governance hanya bersifat sporadis dan
masyarakat juga masih menilai rendahnya tidak terintegrasi dengan tepat sehingga
kinerja pemerintahan desa tercermin dari hasilnya belum banyak dirasakan oleh
Copyright © SENASIF 2019 ISSN : 2598-0076
1794
Seminar Nasional Sistem Informasi 2019, 19 September 2019
Fakultas Teknologi Informasi – UNMER Malang

masyarakat luas. Kebijakan pemerintah mengelola berbagai urusan Negara pada


untuk mengalokasikan dana desa masing- setiap tingkatannya dan merupakan
masing kurang lebih satu milyard instrument kebijakan negara untuk
(Rp1.000.000.000-) diharapkan dapat mendorong terciptanya kondisi
mendorong dan mempercepat kemajuan kesejahteraan integritas dan kohesitas
desa, sehingga problem sosial dapat diatasi social dalam masyarakat). Dengan
sesuai dengan tingkat persoalan yang demikian dapat dimaknai suatu
dihadapi oleh masing-masing warga desa. pemerintahan yang baik (good
Namun alokasi dana tersebut belum governance) adalah menyangkut baik
nampak hasilnya yang dapat dirasakan proses maupun hasilnya. Sebagai suatu
oleh sebagian besar warga desa, karena proses berkaitan dengan penggunaan
orientasi program kerja kurang sesuai kedudukan dan kewenangan pemerintah
dengan aspirasi dan kebutuhan warga desa. desa dalam berbagai bidang kehidupan
Fenomena diatas, menunjukkan bahwa masyarakat baik menyangkut bidang
belum ada strategi yang bersifat ekonomi, sosial, politik, dan administratif
menyeluruh dalam pengembangan good sehingga dapat mendayagunakan segenap
governance pada umumnya. Kepedulian potensi masyarakat desa untuk mendukung
pemerintah untuk secara sungguh-sungguh penyelenggaraan fungsi pemerintahan
merancang pembaharuan praktik desa. Sedangkan sebagai hasil berkaitan
governance menuju yang lebih baik masih dengan kinerja pemerintahan desa yang
rendah. Pada hal pengembangan good mampu menghasilkan berbagai program
governance merupakan suatu keharusan pembangunan desa yang dapat dirasakan
dalam kondisi saat ini, era globalisasi telah manfaatnya bagi kepentingan warga desa.
menyentuh berbagai aspek kehidupan Untuk itu, dalam upaya mewujudkan good
masyarakat, dan bahkan terjadinya governance dibutuhkan kepala desa yang
interkonektifitas antar wilayah harus dapat memiliki komitmen, dan integritas yang
berlangsung semakin efisien. Dalam era tinggi untuk menjalankan fungsi
globalisasi dibutuhkan daya saing dalam pemerintahan desa yang baik. Kepala desa
proses pelayanan masyarakat, mutu sebagai figur kepemimpinan desa yang
kecepatan, dan kepastian kebijakan dihasilkan melalui proses pemilihan kepala
menjadi kunci kesuksesan. Salah satu desa. Melalui mekanisme pemilihan kepala
prasyarat yang perlu dikembangkan adalah diharapkan dapat menghasilkan kepala
komitmen yang tinggi untuk menerapkan desa yang aspiratif dan peduli terhadap
prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan kepentingan warga desa. Maka dari itu,
yang baik (good governance). United pemilihan kepala desa harus mampu
Nations Development Program (UNDP) menjamin berlangsung suksesi
dalam dokumen kebijakannya yang kepemimpinan desa secara demokratis,
berjudul “Governance for Sustainable agar dapat dihasilkan kepala desa yang
Human Development” (1977), memiliki komitmen yang kuat untuk
mendefinisikan kepemerintahan mewujudkan kehidupan masyarakat desa
(governance) sebagai berikut : lebih maju dan lebih baik. Namun
“Governance is the exercise of economic, demikian, dalam banyak kasus proses
political, and administrative authority to a pemilihan kepala desa selama ini masih
country’s affairs at all levels and means by diwarnai politik uang, dan bahkan
which states promote social cohesion, cenderung menimbulkan konflik
integration, and ensure the wellbeing of horisontal antar pendukungnya. Politik
their population” (Tata Kelola uang selalu menjadi modus yang efektif
Pemerintahan adalah pelaksanaan dalam upaya mempengaruhi dan
kewenangan/kekuasaan dalam bidang menggalang massa untuk memberikan
ekonomi, politik, dan administratif untuk dukungan kepada calon pemimpin. Praktek
Copyright © SENASIF 2019 ISSN : 2598-0076
1795
Seminar Nasional Sistem Informasi 2019, 19 September 2019
Fakultas Teknologi Informasi – UNMER Malang

politik uang dianggap efektif untuk sehingga pemilih menyerahkan hak


memobilisasi massa, karena rendahnya pilihnya untuk mendukung kepada
kepercayaan terhadap sistem politik, dapat pembeli suara. Praktek money politic
menjadi alat politik yang efektif untuk tersebut hadir dalam dua bentuk yakni vote
mempengaruhi masyarakat dalam buying (pembeli suara) dan pork barrel
menentukan pilihan politiknya. Menurut (penyaluran barang/materi). Lebih lanjut
Mohamad Amanu (2015), ditemukan bukti Stokes (2007) dalam Sumarto (2014)
bahwa praktik politik uang dalam menjelaskan secara sederhana praktek
pemilihan kepala desa dilakukan oleh pembelian suara diartikan sebagai
expert agen (kandidat calon kepala desa, pertukaran antara uang dengan suara
tim sukses) dan lay agen yaitu pemilih pemilih. Pembelian suara melalui
selain tim sukses. Adapun cara yang pertukaran sejumlah uang dalam pemilihan
dilakukan oleh agen dalam praktik politik seringkali terjadi dalam fenomena politik
uang yaitu melalui kegiatan kampanye. dimana terjadi transaksi antara pembeli
Sedangkan wujud dari politik uang sebagai suara (kandidat) dan penjual suara (rakyat).
sarana antara interaksi pada expertagen Transaksi jual beli suara ini dapat dimaknai
dan lay agen berupa uang tunai, barang dan sebagai praktek penyimpangan dalam
pemberian janji-janji politik seperti politik, karena dasar terbentuknya
pembangunan infrastruktur dan ziarah wali dukungan suara bukan terletak pada
lima. gagasan, ide yang dituangkan dalam visi,
Sementara itu, perilaku politik tersebut misi, dan program kerjanya melainkan
oleh sebagian besar warga desa dinilai karena penyuapan atas hak pilih dalam
sebagai suatu hal yang wajar dan bahkan pemilihan. Transaksi pembelian suara
cenderung menjadi tradisi berdemokrasi di tersebut, terjadi kedua belah pihak
desa. Situasi ini, dimanfaatkan oleh calon memiliki tanggungjawabnya, sebagaimana
kepala desa untuk menggunakan uang dikemukakan oleh Schaffer dan Schadler
dalam berebut simpati dari warga desa. dalam Schaffer, ed. (2007) tidak semua
Melalui kader-kader elitnya secara fulgar transaksi komersial dapat diartikan sebagai
(terang-terangan) melakukan politik uang praktek pembelian suara, akan tetapi
dengan membagi-bagikan uang kepada terdapat dua logika transaksi yang dapat
warga desa dan atau dilakukan melalui dikatakan sebagai praktek pembelian suara
berbagai modus seperti bantuan atau infaq. yakni: (1) para aktor yang terlibat (penjual
Uang sebagai sumber daya politik dalam dan pembeli) terlibat dalam pertukaran
mencapai sebuah kekuasaan, berbentuk yang efektif antara uang dengan suara, jika
dalam berbagai aspek dalam pemilihan. pembeli tidak membayar penjual tidak
Menurut Schaffer & Schadler (2007) akan memberikan suaranya; (2) pembeli
dalam Sumarto (2014) money politic dan penjual mengerti apa yang sedang
melibatkan “pasar dukungan politik” mereka lakukan, bahwa mereka memasuki
(electoral market) dengan “pembeli suara” hubungan timbal balik dari pertukaran
(vote buyers) memberikan uang baik dalam antara uang dengan suara.
bentuk utuh berdasarkan besaran Keadaan tersebut merupakan fenomena
nominalnya ataupun dalam bentuk barang kehidupan demokrasi di tingkat paling
dan jasa sesuai dengan apa yang diinginkan bawah (gross-roots level). Proses
oleh “penjual suara” (vote sellers), dan pemilihan yang diwarnai dengan perilaku
penjual suara menyerahkan suaranya politik yang opportunis, menjadikan
sebagai wujud imbalan atas uang atau proses pemilihan kepala desa tidak
barang dan jasa yang telah diterimanya. berjalan secara demokratis. Fenomena
Uang dapat dipakai sebagai sarana untuk diatas, harus mampu menjadi perhatian
mencari dukungan politik dari pertukaran semua pihak utamanya elemen masyarakat
uang kepada pemilih atau penjual suara, desa, agar proses pemilihan kepala desa
Copyright © SENASIF 2019 ISSN : 2598-0076
1796
Seminar Nasional Sistem Informasi 2019, 19 September 2019
Fakultas Teknologi Informasi – UNMER Malang

akan menghasilkan pemimpin desa yang interpretasi data, yang datanya bersifat
memiliki komitmen untuk melakukan ordinal maka diperlukan skala pengukuran
pembaharuan dalam mewujudkan tata likert, dan jawaban setiap item instrumen
pemerintahan yang baik (good mempunyai gradasi dari sangat positip
governance). sampai sangat negatip, yang berupa kata-
kata antara lain: Sangat setuju dengan skor
III. METODE PENELITIAN 5, b) Setuju dengan skor 4, c) Ragu-ragu
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan skor 3, d) Tidak setuju dengan skor
kuantitatif, dengan lokasi penelitian di 3 2, dan e) Sangat tidak setuju dengan skor 1.
(tiga) kecamatan, Kabupaten Magetan Dengan mendasarkan pada skala
dengan pertimbangan 3 kecamatan tersebut pengukuran tersebut, maka dalam
memiliki geografis, dan karakteristik interpretasi terhadap data yang diperoleh
masyarakat berbeda-beda baik dari aspek dilakukan melalui perhitungan median
budaya maupun kegiatan sosial ekonomi, yaitu menilai suatu distribusi frekuensi
sehingga dapat dipastikan survey yang dengan mengklasifikasikan kedalam 5
beragam dengan populasi tersebut dapat (lima) kategori nilai: Sangat baik, Baik,
menghasilkan data yang bervariasi. Dari 3 cukup baik, Tidak baik, dan sangat tidak
(tiga) kecamatan, untuk masing-masing baik.
kecamatan diwakili 2 (dua) desa, yang
dipilih berdasarkan tehnik ”Purposive IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampling”. Menurut Sugiyono (2002), Penyelenggaraan tata kelola
”purposive sampling adalah tehnik pemerintahan desa yang baik (good
penentuan sampel untuk tujuan tertentu governance)
saja”. Disamping itu, penentuan sampel Good governance sebagai suatu konsep
ditetapkan berdasarkan subyek yang untuk memperbaiki kinerja pemerintahan
berkompenten serta secara langsung desa yang selama ini masih dinilai belum
mengetahui, memahami, dan sekaligus berjalan sesuai dengan harapan masyarakat
terlibat didalamnya. Subyek penelitian luas. Pemerintahan desa merupakan suatu
masing-masing desa ditetapkan 20 orang sistem pemerintahan yang terendah yang
terdiri dari: panitia pemilihan 2 orang, secara langsung berhubungan dengan
calon kepala desa 2 orang, kader elit calon masyarakat, maka menjadi strategis untuk
kepala desa 5 orang dan warga desa yang mendorong perbaikan-perbaikan menuju
memiliki hak pilih 11 orang. terciptanya pemerintahan yang baik. Ada
Tehnik pengumpulan data, meliputi beberapa prinsip yang harus
observasi, wawancara, daftar pertanyaan, dikembangkan dalam praktik
dan doumentasi. Sedangkan analisa data penyelenggaraan kepemerintahan yang
menggunakan ”Statistik deskriptif”. baik, antara lain: partipasi (participation),
Menurut Sugiyono, ”Statistik deksriptif transparansi (transparency), daya tanggap
adalah statistik yang digunakan untuk (responsiveness), berkeadilan (equity),
menganalisa data dengan cara efektif dan efisien (effectivieness and
mendeskripsikan atau menggambarkan efficiency), akuntabilitas (accountability),
data yang telah terkumpul sebagaimana dan visi strategis (strategic holders).
adanya tanpa bermaksud membuat Partisipasi, menunjukkan adanya
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau keterlibatan warga masyarakat dalam
generalisasi”. Lebih lanjut dijelaskan proses pengambilan keputusan, baik
bahwa: dalam statistik deskriptif juga langsung maupun melalui lembaga
dapat dilakukan mencari kuat hubungan perwakilan, sesuai dengan kepentingan
antara variabel melalui analisis bandingan dan aspirasinya masing-masing.
dengan membandingkan rata-rata data Keterlibatan warga desa sangat penting
sampel atau populasi”. Untuk melakukan dalam proses penentuan program
Copyright © SENASIF 2019 ISSN : 2598-0076
1797
Seminar Nasional Sistem Informasi 2019, 19 September 2019
Fakultas Teknologi Informasi – UNMER Malang

pembangunan desa, agar sesuai dengan pertanggungjawaban anggaran


aspirasi dan kebutuhan warga desa. pembangunan desa melalui forum
Banyak program pembangunan desa yang musyawarah desa yang dihadiri oleh
dihasilkan pemerintah desa kurang sesuai perwakilan warga masyarakat, antara lain;
dengan harapan dan keinginan warga desa. RT/RW, LPMD, dan tokoh-tokoh
Dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa masyarakat. Dalam forum musyawarah
keterlibatan warga desa hanya semata- tersebut, banyak tanggapan warga
mata untuk memenuhi ketentuan masyarakat untuk mengkritisi beberapa hal
formalitas agar nampak adanya terkait dengan anggaran yang dibutuhkan
kelangsungan demokratisasi dalam dalam pembangunan desa, sehingga
pengambilan keputusan. Sebab tercipta komunikasi dua arah, dimana
keterlibatan warga desa dilakukan dalam pemerintah desa dapat memberikan
forum musyawarah desa, dan hanya penjelasan terkait dengan anggaran dan
sebatas menyampaikan saran dan usulan warga masyarakat dapat mengetahui dan
yang diharapkan, namun keputusan tetap memahami apa yang dilakukan oleh
berada pada pemerintahan desa. Praktek pemerintah desa. Dengan transparansi dan
keterlibatan warga semacam itu, dinilai akuntabilitas tersebut, dapat menghasilkan
kinerja pemerintahan desa kurang kinerja pemerintahan desa yang efektif dan
responsif terhadap kebutuhan warga desa. efisien, karena warga masyarakat ikut aktif
Seharusnya warga desa terlibat dalam melakukan pengawasan sebagai fungsi
setiap proses kebijakan mulai dari kontrol sosial, sehingga pelaksanaan
identifikasi masalah dan penyusunan program pembangunan desa harus benar-
perencanaan sampai dengan keterlibatan benar sesuai dengan ketentuan dalam
dalam pelaksanaan dan pemanfaatan hasil- anggaran yang ditetapkan. Dari
hasil pembangunan desa. Dengan rekapitulasi data penelitian dapat dipahami
keterlibatan warga desa diharapkan dapat upaya mewujudkan good governance
mendekatkan antara kepentingan dalam kinerja pemerintahan desa,
pemerintah desa dengan kepentingan sebagaimana tabel berikut ini.
warga desa.
Transparansi kinerja pemerintahan desa
harus dikembangkan agar
penyelenggaraan fungsi pemerintahan desa
mendapatkan respon positip dari warga
masyarakat. Transparansi menunjukkan
keterbukaan akses informasi yang terkait
dengan kinerja pemerintahan desa.
Masyarakat harus diberikan kemudahan
mendapatkan informasi yang terkait
dengan pelaksanaan program
pembangunan desa. Dengan terwujudnya
transparansi dapat menumbuhkan
trust/kepercayaan warga masyarakat
terhadap kinerja pemerintahan desa. Dari
hasil penelitian, menunjukkan bahwa
keterbukaan kinerja pemerintahan desa
sudah berlangsung dengan baik, hal ini
terlihat dari pertanggungjawaban
pemerintah desa dari pelaksanaan program
pembangunan desa. Setiap akhir tahun
anggaran, pemerintah desa menyampaikan
Copyright © SENASIF 2019 ISSN : 2598-0076
1798
Seminar Nasional Sistem Informasi 2019, 19 September 2019
Fakultas Teknologi Informasi – UNMER Malang

Tabel 1. Good governance dalam kinerja pemerintahan desa

No. Kategori/Interval Frekuensi (f) Prosentase (%)


Nilai Variabel
1 Sangat baik 6 5
2 Baik 28 23,33
3 Cukup Baik 61 50,84
4 Tidak baik 21 17,50
5 Sangat tidak baik 4 3,33
JUMLAH 120 100
Sumber: Data primer diolah.
dukungan warga masyarakat desa untuk
Good governance dalam kinerja menentukan kepemimpinan kepala desa.
pemerintahan desa, menunjukkan 5 % Oleh karena itu, pemilihan kepala desa
cenderung terjadi sangat baik, 23,33 % memiliki fungsi strategis untuk mewujudkan
dengan kecenderungan baik, 50,84 % legitimasi kepemimpinan kepala desa dalam
dengan kecenderungan cukup baik, 17,50 % menjalankan fungsi pemerintahan desa. Oleh
kecenderungan tidak baik, dan 3,33 % karena itu, pemilihan kepala desa harus
kecenderungan sangat tidak baik. Dengan berlangsung dengan demokratis. Bagi warga
demikian kecenderungannya sudah berjalan desa, pemilihan kepala desa bukan lagi
dengan cukup baik terwujudnya good sebagai peristiwa politik yang asing sebab
governance dalam kinerja pemerintahan pemilihan kepala desa sudah berlangsung
desa. Namun demikian, masih perlu sejak lama bahkan telah menjadi tradisi
ditingkatkan lagi karena masih ada beberapa turun temurun sebagai sarana untuk
kendala yang ada, khususnya terkait dengan menentukan pemimpin desanya. Pemilihan
rendahnya keterlibatan warga desa dalam kepala desa atau disingkat dengan Pilkades
proses penyusunan program pembangunan sebagai sarana untuk menampung aspirasi
desa agar program pembangunan desa politik warga desa dalam menentukan kepala
kedepan lebih memberikan manfaat bagi desa yang diharapkan mampu memenuhi
warga desa. keinginan dan harapan masyarakat desa.
Demokratisasi pemilihan kepala desa Pilkades merupakan representase wujud
Demokrasi sebagai suatu sistem politik sistem pemerintahan demokrasi, melalui
yang memberikan ruang dan kesempatan mekanisme dalam pemilihan kepala desa
yang luas untuk mencalonkan diri sebagai warga desa dapat menentukan secara bebas
kepala desa, melalui mekanisme pemilihan pemimpin yang diinginkan sesuai dengan
kepala desa. Ada tiga hal tujuan pemilihan kriteria masing-masing, dan atau sebagai
kepala desa, yaitu: Pertama, sebagai bentuk perwujudan keterlibatan masyarakat
mekanisme untuk menentukan calon kepala ikut menentukan pejabat publik. Namun
desa sesuai dengan kehendak masyarakat. dalam implementasinya, proses pemilihan
Kedua, pemilihan kepala desa juga dapat kepala desa sulit menghindari terjadinya
dikatakan sebagai mekanisme memindahkan penyimpangan dari nilai-nilai demokrasi,
konflik kepentingan, sebab dengan seperti praktek politik uang, adanya bobotoh,
mekanisme pemilihan kepala desa sebagai dan berbagai kampanye hitam. Sementara,
sarana legalitas dalam menentukan ketentuan yang menyangkut berbagai hal
kepemimpinan kepala desa. Ketiga, terkait dengan pemilihan kepala desa tidak
pemilihan kepala desa merupakan sarana dapat berjalan dengan efektif dalam
memobilisasikan dan/atau menggalang implementasinya, karena menyangkut

Copyright © SENASIF 2019 ISSN : 2598-0076


1799
Seminar Nasional Sistem Informasi 2019, 19 September 2019
Fakultas Teknologi Informasi – UNMER Malang

dengan tradisi dan adat istiadat masing- Dalam pemilihan yang demokratis,
masing desa. seharusnya panitia pemilihan harus tegas
Pemilihan kepala yang demokratis bagi setiap calon kepala desa yang
terdapat sejumlah persyaratan, antara lain; melanggar ketentuan harus dilakukan
ada pengakuan terhadap hak pilih warga penindakan untuk mengantisipasi gejolak
desa. Semua warga desa yang telah sosial yang terjadi. Panitia pemilihan harus
memenuhi ketentuan tanpa pengecualian bersikap netral dalam memberlakukan
diberikan hak untuk memilih dan dipilih, masing-masing calon kepala desa, seperti
serta diberikan ruang yang bebas untuk pelaksanaan kampanye dari masing-masing
mendiskusikan berbagai alternatif pilihan calon kepala desa harus diberikan ruang
politiknya. Dari hasil penelitian, yang seluas-luasnya sesuai dengan jadwal
menunjukkan; sebagian besar warga desa yang telah disepakati bersama. Dari hasil
merasakan adanya ketakutan dan penelitian, menunjukkan bahwa: panitia
kekhawatiran untuk menyatakan pendapat pemilihan sudah cukup baik sikap netralitas
ditempat umum, karena adanya intimidasi khususnya dalam memberikan kesempatan
yang dilakukan oleh kader-kader elit kepala kepada masing-masing calon kepala desa
desa. Kondisi ini sangat membatasi warga untuk melakukan kampanye. Kejujuran dan
desa untuk bertukar pendapat dengan warga integritas sangat diperlukan dari panitia
lain dalam rangka mempertimbangkan pemilihan agar hasil dari proses pemilihan
pilihan politiknya. Banyaknya kader elit kepala desa dapat menghasilkan kepala desa
politik kepala desa, melakukan kampanye yang aspiratif. Dari hasil penelitian
hitam melalui isu-isu yang dikembangkan menunjukkan; panitia pemilihan cukup baik
untuk meniadakan eksistensi calon kepala dalam bersikap ketika pemungutan suara
desa membuat semakin mencekam situasi dalam pemilihan, hal ini terlihat ketegasan
saat menjelang penentuan suara pemilihan panitia pemilihan untuk tidak
kepala desa. Sementara, pihak panitia memperkenankan kepada warga desa yang
pemilihan kurang memiliki ketegasan dalam datang melebihi waktu pemungutan suara
mengambil sikap terhadap kampanye hitam yang telah disepakatinya. Demikian halnya,
yang dilakukan oleh kader-kader elit kepala dengan penghitungan suara berjalan cukup
desa. Ketidaktegasan panitia pemilihan baik dan demokratis serta bersikap netral
tersebut, dimanfaatkan oleh kader-kader elit dalam menyikapi penghitungan suara.
untuk melakukan upaya memobilisasi secara Dari rekapitulasi data, menunjukkan nilai
bebas, seperti maraknya praktek politik uang demokratisasi pemilihan kepala desa dapat
dan bahkan secara terang-terangan atau diikuti tabel berikut ini.
fulgar dilakukan kader elit membagi-
bagikan sejumlah uang kepada warga desa.
Tabel 2. Nilai demokratisasi pemilihan kepala desa
No. Kategori/Interval Frekuensi (f) Prosentase (%)
Nilai Variabel
1 Sangat baik 8 6,66
2 Baik 23 19,17
3 Cukup Baik 32 26,67
4 Tidak baik 51 42,50
5 Sangat tidak baik 6 5
JUMLAH 120 100
Sumber: Data primer diolah

Copyright © SENASIF 2019 ISSN : 2598-0076


1800
Seminar Nasional Sistem Informasi 2019, 19 September 2019
Fakultas Teknologi Informasi – UNMER Malang

Nilai demokratisasi pemilihan kepala tingkat pemerintahan desa.


desa, menunjukkan 6,66 % cendrung terjadi Berlangsungnya pemilihan kepala desa
sangat baik, 19,17 % dengan kecenderungan yang demokratis akan menghasilkan
baik, 26,67 % dengan kecenderungan cukup kepemimpinan kepala desa yang memiliki
baik, 42,50% kecenderungan tidak baik, dan integritas, kompetensi, dan sesuai dengan
5 % kecenderungan sangat tidak baik. harapan dan keinginan warga desa,
Dengan demikian Nilai demokrasi dalam sehingga kepala desa memiliki legitimasi
pemilihan kepala desa cenderung tidak baik yang kuat dukungan warga desa dalam
atau dengan kata lain pemilihan kepala desa menjalankan fungsi pemerintahan desa.
kurang berjalan demokratis. Ada persoalan Dengan kepemimpinan kepala desa yang
yang harus menjadikan perhatian bagi memiliki integritas dan kompetensi yang
pemerintah desa dan pihak terkait dalam baik, akan mendorong terwujudnya good
rangka penguatan demokrasi desa agar governance dalam kinerja pemerintahan
kelangsungan sistem politik di desa dapat desa. Salah satu aspek penting dalam good
berjalan lebih baik lagi yaitu masih diwarnai governance adalah transparansi, dan
terjadi politik uang, dan bahkan oleh akuntabilitas publik, artinya dengan
sebagian besar warga desa dianggap hal intergritas yang tinggi dari kepala desa
yang wajar karena telah berlangsung sejak akan mampu mendorong terwujudnya tata
turun temurun. kelola pemerintahan desa yang lebih baik.
Hubungan demokrasi pemilihan kepala Dengan demikian, ada hubungan antara
desa terhadap penyelenggaraan tata demokrasi pemilihan kepala desa terhadap
kelola pemerintahan desa yang baik (good penyelenggaraan tata kelola pemerintahan
governance). desa yang baik (good governance). Dari
Demokrasi pemilihan kepala desa, hasil penelitian dapat disejajarkan atau
sebagai suatu nilai-nilai fundamental dibandingkan nilai kedua variabel tersebut,
berlangsungnya suksesi kepemimpinan di adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Nilai Demokrasi Pemilihan Kepala Desa Dan Good Governance Dalam Kinerja Pemerintahan Desa
No. Kategori Variabel-Variabel Penelitian
Nilai Variabel Nilai Demokrasi Good governance dalam
pemilihan kepala desa kinerja pemerintahan desa
(%) (%)
1 Sangat baik 6,66 5
2 Baik 19,17 23,33
3 Cukup baik 26,67 50,84
4 Tidak baik 42,50 17,50
5 Sangat tidak baik 5 3,33
JUMLAH 100 100
Sumber: Data primer diolah

Copyright © SENASIF 2019 ISSN : 2598-0076


1801
Seminar Nasional Sistem Informasi 2019, 19 September 2019
Fakultas Teknologi Informasi – UNMER Malang

Dari tabel diatas, menunjukkan cukup baik. Dengan demikian dapat


prosentase tertinggi pada nilai demokrasi diinterpretasikan bahwa: “semakin baik
pemilihan kepala desa berada pada nilai demokrasi pemilihan kepala desa,
kategori tidak baik yaitu 42,50 %. maka semakin baik penyelenggaraan
Sedangkan prosentase tertinggi pada pemerintahan desa (good governance)”.
nilai good governance dalam kinerja Untuk lebih jelasnya dapat diikuti grafik
pemerintahan desa berada pada kategori berikut ini.
Grafik 1. Perbandingan Nilai Demokrasi Pemilihan Kepala Desa Dan Good Governance Dalam Kinerja Pemerintahan
Desa

Chart Title
70
60 61
50 51
40 Nilai demokrasi pemilihan
30 32 kepala desa
28
20 23 21 Good governance dalam
kinerja pemerintahan desa
10 8
6 6
5
0
Sangat baik Baik Cukup baik Tidak baik Sangat tidak
baik

Dari grafik diatas, menunjukkan masyarakat, program pembangunan desa


penguatan demokrasi desa kecenderungan yang dihasilkan pemerintahan desa kurang
prosentase terbesar pada nilai tidak baik, sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan
ini berarti penguatan demokrasi desa masyarakat, akibatnya kurang adanya
sangat efektif sebagai upaya mendorong dukungan warga desa dalam pelaksanaan
dan menumbuhkan kesadaran warga desa pembangunan desa. Praktek good
arti pentingnya terlibat dalam proses governance sangat dibutuhkan komitmen
pemerintahan. Salah satu diantaranya dan integritas kepemimpinan kepala desa
dalam proses pemilihan kepala desa untuk yang ditunjukkan melalui kebijakan-
menggunakan hak politiknya sesuai kebijakan yang dihasilkan dan orientasi
dengan aspirasi dan kepentingan politik tindakan selalu ditujukan untuk melayani
secara mandiri. Dengan proses pemilihan kepentingan warga desa. Idealisme
kepala desa yang berlangsung secara kepemimpinan kepala desa dimaksud,
demokratis akan menghasilkan dapat dihasilkan melalui proses pemilihan
kepemimpinan kepala desa yang aspiratif, kepala desa yang demokratis, namun
sehingga kepala desa memiliki legitimasi demikian selama ini masih diwarnai
dalam menjalankan fungsi pemerintahan terjadinya praktek politik uang dan bahkan
desa dalam mewujudkan tata pemerintahan oleh sebagian besar warga desa dianggap
desa yang baik (good governance) sebagai hal yang wajar dan telah menjadi
tradisi dalam setiap pemilihan kepala desa.
V. KESIMPULAN DAN SARAN Untuk itu, perlu penguatan demokrasi desa
Good governance dalam untuk menghasilkan kepemimpinan kepala
penyelenggaraan pemerintahan desa masih desa yang aspiratif, sehingga mampu
belum sesuai dengan ekspektacy mewujudkan good governance dalam

Copyright © SENASIF 2019 ISSN : 2598-0076


1802
Seminar Nasional Sistem Informasi 2019, 19 September 2019
Fakultas Teknologi Informasi – UNMER Malang

penyelenggaraan fungsi pemerintahan Sugiyono. 2002. Metode Penelitian


desa. Administrasi. Penerbit: CV Alfabeta,
Bandung.
REFERENSI Sumarto, M 2014, Perlindungan Sosial Dan
Abisono, F 2012, Money in Political Klientelisme Makna Politik Bantuan
Contestation: An Etnographic Study Tunai Dalam Pemilihan Umum,
in Monet Politics Practise in Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta’s Local Election 2011, Yogayakarta
Tesis Program Politik, Fakultas Schaffer (ed.) 2007. “Election For Sale The
Sosial dan Politik UGM, Causes and Consequenses of Vote
Yogyakarta. Buying”. London: Lynne Reinner
Alexander, H, 2003, Financing Politics: Publisher.
Politik Uang Dalam Pemilihan Tomoning, Yeremias, 2015, POLITIK
Presiden Secara Langsung LOKAL di TINGKAT DESA1
Pengalaman Amerika Serikat. (Studi Kasus Pelaksanaan Peraturan
Penerbit Narasi, Yogyakarta. Pemerintah No 72 Tahun 2005
Dodorikus, 2011, studi kasus Desa Bani Amas Tentang Desa dalam Pemilihan
Faktor dominan yang menghambat Kepala Desa di Desa Minton Tahun
implementasi kebijakan Peraturan 2013 Kecamtan Taliabu Utara
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 di Kabupaten Pulau Taliabu Propinsi
Desa Bani Amas, Maluku Utara), Politico: Jurnal Ilmu
www.pustaka.ut.ac.id/.../index.php?. Politik , Sam Ratulangi University,
..pemilihan-kepala- https://www.neliti.com/journals/poli
desa...desa...desa..., diakses tanggal. tico-jurnal-ilmu-
6 April 2019 politik?page=5,diakses tanggal. 5
Dwiyanto et.al, 2006, Mewujudkan Good April 2019.
Governance Melayani Publik. Umam, Ahmad Khoirul, 2006, Kiai dan
Penerbit: Gadjah Mada University, Budaya Korupsi di Indonesia,
Yogyakarta. Penerbit: Rasail, Semarang
Harianto, 2017, Money Politics and Horizontal United Nations Development Program
Conflict in The Vehiclech, Jounal of (UNDP), 1997. Governance for
Developing Country Studies IISTE, sustainable human development.
Volume 7 Agustus 2017.
Ihza Mahendra, Yusril, 1999. Modernisme dan
Fundamentalisme dalam Politik.
Penerbit: Paramadina, Jakarta.
Ismail, Pengaruh Money Politis Terhadap
Daya Pilih Masyarakat, Di
Kabupaten Tabolong,
https://kpu.go.id/koleksigambar/Tab
along Kalses money politic.pdf,
diakses tanggal. 10 April 2019
Ismawan, Indra, 1999, Money Politics
Pengaruh Uang Dalam Pemilu,
Penerbit Media Presindo,
Yogyakarta.
Mohamad Amanu, 2015, Politik Uang dalam
Pemilihan Kepala Desa (Studi Kasus
di Desa Jatirejo Kecamatan
Banyakan Kabupaten Kediri),
jmsos.studentjournal.ub.ac.id/index.
php/jmsos/article/.../60/87, diakses
tanggal. 10 April 2019

Copyright © SENASIF 2019 ISSN : 2598-0076


1803

You might also like