Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 4

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Profil Penelitian


3.1.1. Judul Penelitian :
Prehospital Cooling To Improve Successful Targeted Temperature Management
After Cardiac Arrest: A Randomized Controlled Trial

3.1.2. Pengarang / Author’s :


D. C. Scales; S. Cheskes; P. R. Verbeek; R. Pinto ; D. Austin; S. C. Brooks;
K. N. Dainty; K. Goncharenko; M. Mamdani; E. Thorpe, L. J. Morrison

3.1.3. Sumber / Source :


Elsevier/ Resuscitation. 121. (2017); 187–194
3.1.4. Major / Minor Subject (Key Word) :
Targeted temperature management; Out-of-hospital cardiac arrest; Quality
improvement; Randomized controlled trial; Knowledge translation; Critical care;
Prehospital intervention; Safety

3.1.5. Abstrak :

Rationale
Targeted temperature management (TTM) improves survival with good neurological
outcome after out-of-hospital cardiac arrest (OHCA), but is delivered inconsistently
and often with delay.
Objective
To determine if prehospital cooling by paramedics leads to higher rates of
‘successful TTM’, defined as achieving a target temperature of 32–34 °C within 6 h
of hospital arrival.
Methods
Pragmatic RCT comparing prehospital cooling (surface ice packs, cold saline
infusion, wristband reminders) initiated 5 min after return of spontaneous circulation
(ROSC) versus usual resuscitation and transport. The primary outcome was rate of
‘successful TTM’; secondary outcomes were rates of applying TTM in hospital,
survival with good neurological outcome, pulmonary edema in emergency
department, and re-arrest during transport.
Results
585 patients were randomized to receive prehospital cooling (n = 279) or control (n =
306). Prehospital cooling did not increase rates of ‘successful TTM’ (30% vs 25%;
RR, 1.17; 95% confidence interval [CI] 0.91–1.52; p = 0.22), but increased rates of
applying TTM in hospital (68% vs 56%; RR, 1.21; 95%CI 1.07–1.37; p = 0.003).
Survival with good neurological outcome (29% vs 26%; RR, 1.13, 95%CI 0.87–1.47;
p = 0.37) was similar. Prehospital cooling was not associated with re-arrest during
transport (7.5% vs 8.2%; RR, 0.94; 95%CI 0.54–1.63; p = 0.83) but was associated
with decreased incidence of pulmonary edema in emergency department (12% vs
18%; RR, 0.66; 95%CI 0.44–0.99; p = 0.04).
Conclusions
Prehospital cooling initiated 5 min after ROSC did not increase rates of achieving a
target temperature of 32–34 °C within 6 h of hospital arrival but was safe and
increased application of TTM in hospital.

3.1.6. Tanggal Publikasi :


2 Oktober 2017

3.2. Deskripsi penelitian berdasarkan metode PICO :


3.2.1. Tujuan Penelitian :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pendinginan pra-rumah
sakit oleh paramedis menyebabkan tingkat sukses Targeted Temperature
Management (32 – 34 oC) yang lebih tinggi dalam 6 jam setelah kedatangan pasien di
rumah sakit, setelah mengalami henti jantung (Cardiac Arrest).

3.2.2. Desain Penelitian :


A Randomized Controlled Trial

3.2.3. Analisis PICO :


3.2.3.1. Population :

Sebanyak 585 pasien diterima sebagai sampel penelitian ini, yang kemudian di
kelompokkan secara acak ke dalam dua kelompok. Sebanyak 279 sampel
dikelompokkan untuk menerima pendinginan Prehospital sebagai kelompok
Intervensi. Sedangkan 306 sampel tidak diberikan perlakuan khusus sebagai
kelompok kontrol.

3.2.3.2. Intervention :

Intervensi yang dilakukan peneliti adalah dengan memberikan metode pendinginan


yang meliputi pendinginan permukaan (kompres) dan infus saline dingin, kepada
pasien Cardiac Arrest yang dimulai 5 menit setelah kembalinya sirkulasi spontan
(ROSC) sebelum masuk rumah sakit kepada kelompok intervensi.

3.2.3.3. Comparator :

Sebagai data pembanding peneliti tidak memberikan perlakuan khusus pada


kelompok kontrol setelah kembalinya siskulasi spontan (ROSC) selain resusitasi
dan metode transportasi biasa sampai pasien masuk rumah sakit.

3.2.3.4. Outcome :

Hasil penelitian ini, menemukan hasil bahwa pendinginan Prehospital dimulai 5


menit setelah kembalinya siskulasi spontan (ROSC) tidak meningkatkan tingkat
pencapaian suhu target 32 – 34 °C dalam 6 jam kedatangan pasien di rumah sakit.
Tetapi pemberian terapi ini dikaitkan dengan penurunan insidensi edema paru di
unit gawat darurat pada kelompok intervensi yang diberikan pendinginan
Prehospital pada 5 menit setelah kembalinya siskulasi spontan (ROSC).

3.2.4. Kelebihan dan Kekurangan :


3.2.4.1. Kelebihan :

Tidak dijelaskan kelebihan dalam penelitian ini.

3.2.4.2. Kekurangan :

Dalam penelitian acak ini peneliti menyebutkan beberapa keterbatasan dalam


penelitaian, yaitu :

 Penelitian ini tidak mencapai ukuran sampel yang ditargetkan karena


pendaftaran lebih lambat dari yang diharapkan, dan mungkin kurang
kuat untuk mendeteksi perbedaan kecil pada hasil temuan.
 Tidak semua pasien memenuhi syarat untuk penelitian.
3.2.5. Manfaat :
3.2.5.1. Manfaat praktis :
Hasil penelitian ini dapat diaplikasikan sebagai alasan untuk tidak memberikan
terapi pendinganan pada pasien Cardiac Arrest setelah kembalinya siskulasi
spontan (ROSC) karena tidak memberi efek terhadap Targeted Temperature
Management.

3.2.5.2. Manfaat teoritis :


Hasil penelitian ini dapat memperbaiki anggapan bahwa pemberian terapi
pendinganan pada pasien Cardiac Arrest setelah kembalinya siskulasi spontan
(ROSC) dapat meningkatkan hasil Targeted Temperature Management adalah
hal yang keliru karena terapi ini sesungguhnya tidak memberi efek terhadap
Targeted Temperature Management dalam 6 jam setelah kedatangan pasien di
rumah sakit.

You might also like