26537-Article Text-91448-2-10-20200206

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 10 No.

1 Mei 2019: 61-68_______________________ISSN 2087-4871

TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA BEBERAPA UNIT PENGOLAHAN


IKAN ASAP PINEKUHE DI KABUPATEN SANGIHE

LEVEL OF MICROBIAL CONTAMINATION IN SEVERAL PINEKUHE SMOKED


FISH PROCESSING UNITS IN SANGIHE DISTRICT

Ely John Karimela1, Jeffri A Mandeno1


1
Jurusan Perikanan dan Kebaharian,
Politeknik Negeri Nusa Utara, Tahuna
Korespondensi: karimelaelyjohn@gmail.com

ABSTRACT

One of the products processed by smoked fisheries owned by fishermen regency of Sangihe Island is Pinekuhe. This
research aims to determine the level of microbial contamination in the smoked fish Pinekuhe processed fishermen
regency of Sangihe Islands. Sampling was taken randomly in some of the fish processing units of Pinekuhe smoke.
Observation of the deterioration of the quality of fish products Pinekuhe, observed through the test of Total Plate
Count (TPC), total mould, and total of Staphylococcus sp. The results showed that the TPC value of all processors meets
SNI standards. TPC value of A, B, C, and D processors, respectively, 1,3 x 104 CFU/G, 2,6 x 104 CFU/G, 6,9 x 104,
and 1,2 x 104 CFU/g. The total observation of Staphylococcus sp. on processor A and processor B generates a value
of 0, while processor C has a total value of 1.1 x 102 TVC/G and processor D has a total value of Staphylococcus sp. 1,2
x 102 TVC/g. The total number of bacteria, the total amount of mould, and the total number of Staphylococcus sp. Still
qualify SNI, except Staphylococcus sp. on processor C and processor D exceeds the amount required by the Indonesian
National Standard on the limits of contamination microbes in smoked fish.

Keywords: Pinekuhe, total bacteria, total fungi, total Staphylococcus sp.

ABSTRAK

Salah satu produk hasil olahan perikanan asap yang dimiliki oleh nelayan Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah
Pinekuhe. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kontaminasi mikroba pada ikan asap Pinekuhe hasil olahan
nelayan Kabupaten Kepulauan Sangihe. Pengambilan sampel diambil acak dibeberapa unit pengolah ikan asap Pinekuhe.
Pengamatan kemunduran mutu produk ikan asap Pinekuhe, diamati melalui uji Total Plate Count (TPC), total kapang, dan
total Staphylococcus sp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai TPC pada semua pengolah memenuhi standar SNI.
Nilai TPC pada pengolah A, B, C, dan D, berturut-turut sebesar 1,3 x 104 CFU/g, 2,6 x 104 CFU/g, 6,9 x 104, dan 1,2 x
104 CFU/g. Hasil pengamatan total Staphylococcus sp. pada pengolah A dan pengolah B menghasilkan nilai 0, sedangkan
pengolah C memiliki nilai total yaitu 1,1 x 102 TVC/g dan pengolah D memiliki nilai total Staphylococcus sp. 1,2 x 102
TVC/g. Jumlah total bakteri, jumlah total kapang, dan jumlah total Staphylococcus sp. masih memenuhi syarat SNI,
kecuali Staphylococcus sp. pada Pengolah C dan Pengolah D melebihi jumlah yang dipersyaratkan oleh Standar Nasional
Indonesia mengenai batas cemaran mikroba pada ikan asap.

Kata kunci : Pinekuhe, total bakteri, total kapang, total Staphylococcus sp.

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan, IPB__________________________ E-mail: jurnalfpik.ipb@gmail.com


PENDAHULUAN olahan nelayan Kabupaten Kepulauan
Sangihe yang dilihat dari uji total bakteri,
Indonesia kaya akan berbagai jenis total Staphylococcus sp, dan total kapang.
produk tradisional yang memiliki kekhasan
atau keunikan dari segi bentuk, bau, dan
rasa. Produk tradisional dari suatu daerah METODE PENELITIAN
sulit untuk ditemukan di daerah lain, kecuali
untuk produk tertentu yang sudah dikenal Bahan dan alat
secara luas, seperti ikan asap (Sulistijowati et
al. 2011). Pengasapan ikan ditujukan untuk Bahan yang digunakan dalam
pengawetan, akan tetapi peran tersebut kini penelitian ini yaitu ikan asap Pinekuhe.
telah bergeser ke arah pembentukan flavour, Bahan kimia yang digunakan untuk analisis
warna, dan aroma khas ikan asap (Prasetyo yaitu, nutrient agar (Himedia), akuades,
et al. 2015). Pengasapan ikan merupakan manitol salt agar (Merck), potato dextroce
salah satu metode pengawetan dan agar (Merck). Alat yang digunakan yaitu
pengolahan yang telah banyak dimanfaatkan micropippete (Dummo), cawan petri, tabung
oleh masyarakat di Sulawesi Utara termasuk reaksi, inkubator (YCO-N01), magnetic stirer
di daerah Sangihe. (Wina Type 206), desikator, laminary flow
Salah satu produk hasil olahan (Panasonic), dan autoclave (Midnif).
perikanan asap yang dimiliki oleh nelayan
Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah Metode penelitian
Pinekuhe. Pinekuhe adalah nama lokal atau
sebutan untuk produk ikan layang asap Sampel yang digunakan adalah ikan
Decapterus sp, yang merupakan produk asap Pinekuhe (Gambar 1), yang diperoleh
olahan lokal yang memiliki rasa dan aroma dari unit pengolahan ikan asap yang ada
asap yang khas. Ikan asap tersebut disebut di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Jumlah
Pinekuhe karena bentuknya yang unik, setiap pengambilan sampel pada masing-
dibentuk dengan cara ditekuk atau dilipat. masing pengolah berjumlah 6 ekor ikan
Ikan asap Pinekuhe ini juga disebut ikan asap Pinekuhe sehingga total setiap kali
kodok karena bentuknya yang menyerupai pengambilan sampel pada pengolah A,
kodok (Karimela et al. 2013). Produk ini diolah B, C, dan D ada sebanyak 24 sampel uji.
dengan cara pengasapan tradisional dalam Setiap pengujian sampel tiap-tiap pengolah
industri skala rumah tangga, dengan pelaku dilakukan 3 kali pengambilan. Pengamatan
usaha kebanyakan adalah nelayan dan ibu dan pengujian sampel ikan asap Pinekuhe
rumah tangga, yang pemasarannya hanya dilakukan terhadap daging ikan. Daging
ada di pasar tradisional. Selain bentuknya selanjutnya dihaluskan dan ditimbang 25 g
yang unik, ada beberapa faktor kemunduran untuk uji Total Plate Count (TPC), 10 g untuk
mutu, baik dari faktor mutu ikan itu sendiri uji Staphylococcus sp. dan 25 g untuk uji
maupun dari orang yang menanganinya. total kapang.
Kemunduran mutu secara mikrobiologis
merupakan bentuk kerusakan yang sangat Analisis total bakteri (Ijong 2015)
merugikan terhadap hasil perikanan serta
dapat menimbulkan penyakit dan racun Sampel ikan asap Pinekuhe ditimbang
(Teurupun et al. 2013). sebanyak 25 g, dimasukan ke dalam 225 ml
Kekurangan dari para pengolah larutan NaCl 0,9% steril dan dihomogenkan
ikan khususnya ikan asap Pinekuhe adalah dengan menggunakan blender steril ±3-5
kurangnya cara penanganan yang baik menit, kemudian diambil 1 ml suspensi
sehingga mempengaruhi mutu dan daya yang terbentuk (tingkat pengenceran 10-
simpan. Karimela et al. (2013) menyatakan 1
) dan dimasukan ke dalam 9 ml larutan
bahwa total bakteri dan total Staphylococcus NaCl 0,9% steril dan dihomogenkan dan
sp merupakan bakteri yang paling dominan seterusnya untuk pengenceran selanjutnya.
(85,22 %) mengkontaminasi produk ikan Media Nutrient Agar (NA) yang sudah
Pinekuhe asap. disterilisasikan didinginkan hingga suhu
Penelitian tentang total bakteri, total ±40ºC dan sejumlah 15 ml dituang ke dalam
Staphylococcus sp dan total kapang pada tiap cawan petri, kemudian diputar 3 kali ke
ikan Pinekuhe asap sangat penting dalam kiri, 3 kali ke kanan, didorong ke belakang
menyatakan suatu mutu produk Pinekuhe. satu kali, ke depan satu kali, selanjutnya
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan didiamkan hingga media menjadi padat/
mutu produk ikan asap Pinekuhe hasil keras. Semua cawan petri dimasukan ke

62 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 10 No. 1 Mei 2019: 61-68
ISSN 2087-4871

dalam inkubator dengan posisi terbalik ambil 1 ml suspensi yang terbentuk, lalu
(permukaan agar menghadap ke bawah). dimasukan ke dalam 9 ml larutan NaCl
Inkubasi dilakukan pada suhu 37ºC selama 0,9% steril dan dihomogen dengan cara
24 dan 48 jam. Jumlah koloni yang terbentuk mengocok tabung tersebut (suspensi yang
pada masing-masing cawan petri setelah terbentuk memiliki tingkat pengenceran 10-
inkubasi selama 24 jam dan 48 jam dihitung 2
). Demikian seterusnya untuk pengenceran
secara langsung, untuk mendapatkan hasil selanjutnya. Dari setiap pengenceran ambil
yang baik, maka setiap pengenceran dibuat masing-masing 0,1 atau 1,0 ml suspensi
duplo. Koloni bakteri dalam cawan petri dan pindahkan ke dalam media MSA yang
dihitung setelah masa inkubasi berakhir. telah diberi label jenis sampel dan tingkat
Jumlah koloni bakteri yang dihitung yaitu pengencerannya. Dengan menggunakan
antara 30-300 koloni bakteri. batang penyebar gelas steril, disebarkan
suspensi bakteri di seluruh permukaan
Analisis total koloni Staphylococcus sp (Ijong media secara merata, sementara penyebaran
2015) suspensi dilakukan, cawan petri diputar
perlahan-lahan. Masukan semua cawan
Tujuan dari analisa total petri ke dalam inkubator dengan posisi
Staphylococcus sp ini adalah menentukan terbalik (permukaan agar menghadap ke
secara kuantitatif koloni bakteri yang bawah). Inkubasi pada suhu 37ºC selama 24
tumbuh pada Manitol Salt Agar. Prosedur dan 48 jam. Jumlah koloni yang terbentuk
analisis total Staphylococcus sp, sebagai pada masing-masing cawan petri dihitung
berikut: sampel ditimbang masing-masing pada 24 jam dan 48 jam inkubasi. Untuk
10 gram dalam wadah steril. Secara aseptik, mendapatkan hasil yang baik, maka setiap
dimasukan ke dalam 90 ml larutan NaCl pengenceran dibuat duplo.
0,9% steril dan dihomogenkan dengan
menggunakan blender ±3-5 menit (suspensi
yang terbentuk akan memiliki tingkat
pengenceran 10-1). Dengan pipet steril,

Gambar 1. Ikan asap Pinekuhe

Analisis total koloni kapang (Modifikasi sebanyak 10 gram dan dimasukkan ke


Fardiaz 1993) dalam erlemeyer 250 ml berisi 90 ml larutan
NaCL 0,9% steril. Sampel ini merupakan
Semua peralatan yang akan pengenceran 10-1. Kemudian dari larutan
digunakan dalam analisis mikrobiologi tersebut diambil 1 ml dan dipindahkan
disterilkan dengan menggunakan autoklaf ke tabung reaksi I dengan cara dipipet
pada suhu 121ºC selama 15 menit dengan untuk mendapatkan pengenceran 10-2.
tekanan 15 psi. PDA disiapkan sebagai Dari tabung reaksi I dipipet lagi 1 ml dan
berikut: sejumlah 3,9 gram Potato Dextro demikian seterusnya untuk pengenceran
Agar (PDA) ditambahkan pada 100 ml selanjutnya. Dari setiap pengenceran
akuades kemudian didihkan. Setelah itu diambil masingmasing 1 ml larutan secara
disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121ºC aceptic dimasukkan dalam dua cawan petri
selama 15 menit dengan tekanan 15 psi. steril. Selanjutnya dimasukkan PDA steril
Siapkan tabung reaksi yang diberi kode I-III (suhu 43–46ºC) sebanyak ± 15 ml, ke dalam
yang berisi masing-masing 9 ml NaCL 0,9% cawan petri lalu dihomogenkan dengan cara
kemudian disterilkan. Sampel diblender digoyang ke kiri, ke kanan, ke belakang, dan
sampai halus, kemudian ditimbang dibiarkan sampai membeku. Setelah media

Tingkat Kontaminasi Mikroba............................................................................................................(KARIMELA et al.) 63


membeku, petri disusun terbalik dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
inkubator bersuhu 25–30ºC dan diinkubasi
selama 24-48 jam. Kemudian dihitung Total bakteri
jumlah koloni kapang yang tumbuh pada
media agar di cawan petri. Koloni yang Hasil analisis mikrobiologis dari
dihitung berjumlah 30-300 koloni. Jumlah nilai angka lempeng total terhadap ikan
total koloni kapang yang dihitung, kemudian asap Pinekuhe yang diambil dari Pengolah
dikalikan dengan faktor pengenceran. A, Pengolah B, Pengolah C, dan Pengolah
D maka didapatkan hasil nilai dari analisis
total bakteri dengan menggunakan metode
angka lempeng total dapat dilihat pada
Gambar 2.
Hasil dari analisa ALT pada pengolah
Analisis data A pengambilan 1, 2, dan 3, memiliki nilai rata-
rata TPC yaitu 1,3 x 104 CFU/g. Sedangkan
Metode penelitian ini menggunakan untuk hasil analisa ALT pada Pengolah B
metode eksperimental yang memberikan pengambilan 1, 2, dan 3, memiliki nilai rata–
informasi berupa gambaran atau rata TPC 2,6 x 104 CFU/g. Untuk Pengolah
pengamatan. Data yang diperoleh dari analisa C hasil ALT pada pengambilan 1, 2, dan 3
laboratorium dipaparkan secara deskriptif. dengan rata – rata nilai TPC yaitu 6,9 x 104.
Hasil pengamatan dari perhitungan jumlah Sedangkan untuk Pengolah D pengambilan
total bakteri, total Staphylococcus sp, dan 1, 2, dan 3, dengan nilai rata-rata TPC 1,2
total kapang, disajikan dalam bentuk tabel x 104 CFU/g. Pertumbuhan koloni pada
dan grafik dan selanjutnya dibandingkan perhitungan angka lempeng total sampel
dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) ikan asap Pinekuhe pada media Nutrient
untuk produk ikan asap. Agar (NA) dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 2. Nilai rata–rata TPC ikan asap Pinekuhe hasil olahan tradisional nelayan
Kabupaten Sangihe

Gambar 3. Pertumbuhan koloni bakteri pada media NA

64 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 10 No. 1 Mei 2019: 61-68
ISSN 2087-4871

Hasil penelitian bahwa total bakteri yaitu dimulai dari tumbuhnya kapang
ikan asap Pinekuhe yang diambil dari pada permukaan kulit. Ini kemungkinan
Pengolah A dan Pengolah B, Pengolah oleh aspek lingkungan dimana ikan asap
C, dan Pengolah D dengan pengambilan Pinekuhe disimpan secara sembarangan
sampel 1, 2, 3 semuanya masih memenuhi dalam kas/keranjang di tempat pengolah
syarat. Berdasarkan persyaratan mutu yang maupun penjualan tanpa memperhatikan
dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional pertukaran udara yang menyebabkan
Indonesia (SNI 2725.1:2009) jumlah bakteri terjadinya pengembunan atau kelembaban
maksimum untuk ikan asap yaitu maksimal dan ini adalah salah satu kondisi yang sangat
1,0 x 105. Sehingga dapat disimpulkan bahwa baik hidupnya kapang pada ikan asap.
ikan asap layang Pinekuhe tersebut layak Sopandi dan Wardah (2014), menjelaskan
dikonsumsi secara langsung. Keberadaan bahwa kapang dianggap penting dalam
bakteri dalam suatu bahan pangan dapat pangan karena kapang dapat tumbuh pada
ditandai dari jumlah koloni per gram bahan berbagai kondisi, bahkan pada kondisi
pangan melalui uji TPC (Febriyanti et al. ketika beberapa bakteri tidak dapat tumbuh.
2015). Koloni yang tumbuh dapat juga Selain itu juga ada beberapa kapang yang
digunakan untuk isolasi serta identifikasi ditemukan dalam pangan merupakan
bakteri karena koloni yang terbentuk mikroorganisme yang merugikan, termasuk
mungkin berasal dari suatu bakteri yang perusak pangan.
mempunyai penampakan pertumbuhan Menurut Fardiaz (1993), kapang
spesifik. Perhitungan total bakteri dengan adalah fungi multiseluler yang mempunyai
metode hitungan cawan sel mikroba yang flamen, dan pertumbuhanya pada makanan
berkembang biak dan membentuk koloni mudah dilihat karena penampakannya
dapat dilihat langsung tanpa menggunakan yang bersarabut seperti kapas. Optimum
alat mikroskop (Nara 2013). pertumbuhan kapang 20–30ºC dengan
Bakteri merupakan mikroorganisme kisaran pH yang luas yaitu 2,0–8,5, tetapi
yang keberadaanya penting untuk kita biasanya pertumbuhan kapang akan
perhatikan terutama pada bahan pangan, lebih baik pada kondisi asam pH rendah.
disamping karena bakteri dapat berperan Menurut Siagian (2002), selain oleh bakteri,
sebagai agen pembusuk pada produk- kapang juga dapat menimbulkan penyakit,
produk olahan, juga beberapa di antaranya yaitu pertama infeksi oleh fungi yang
bakteri ada yang bersifat patogen terhadap disebut mikosis dan kedua keracunan yang
manusia. Menurut Buckle et al. (1987) disebabkan oleh tertelannya metabolik
menyatakan bahwa nilai TPC dipengaruhi beracun dari fungi atau mikotoksikosis.
oleh faktor ekstrinsik yaitu kondisi Sopandi dan Wardah (2014), menambahkan
lingkungan dan cara penanganan dan bahwa beberapa strain kapang juga dapat
penyimpanan produk. memproduksi mikotoksin dan terlibat dalam
keracunan pangan. Mikotoksikosis biasanya
Total kapang tersebar melalui makanan, sedangkan
mikosis tidak melalui makanan tetapi
Hasil dari analisis total kapang pada melalui kulit atau lapisan epidermis, rambut
Pengolah A, B, C, dan D. pengambilan 1, 2 dan kuku akibat sentuhan, pakaian, atau
dan 3, menghasilkan nilai 0. Pertumbuhan terbawa angin.
koloni pada perhitungan total kapang
sampel ikan asap Pinekuhe pada media Total stapilokoki
Potato Dextroce Agar (PDA) dapat dilihat
pada Gambar 4. Hasil analisis nilai total Stapilokoki
Hasil penelitian dapat dilihat bahwa pada ikan asap Pinekuhe yang diambil dari
ikan asap Pinekuhe yang diambil dari semua Pengolah A, Pengolah B, Pengolah C, dan
Pengolah masih memenuhi syarat untuk Pengolah. D dapat dilihat pada Gambar 5.
dikonsumsi. Berdasarkan persyaratan Hasil analisis total Staphylococcus
mutu yang dikeluarkan oleh Badan Standar pada pengolah A dan Pengolah B.
Nasional Indonesia (SNI 7388:2009) jumlah pengambilan 1, 2, dan 3 menghasilkan
total kapang maksimum untuk ikan asap nilai 0. Sedangkan Pengolah C hasil Total
yaitu maksimal <1,0 x 102 koloni/g. Dapat Stapilokoki pada pengambilan 1, 2, dan 3
disimpulkan bahwa ikan asap layang memiliki rata-rata nilai total Staphylococcus
Pinekuhe tersebut layak dikonsumsi yaitu 1,1 x 102 TVC/g. Sedangkan untuk
secara langsung. Salah satu penyebab Pengolah D pengambilan 1, 2, dan 3, nilai
kemunduran mutu pada produk ikan asap rata-rata total Stapilokoki 1,2 x 102 TVC/g.

Tingkat Kontaminasi Mikroba............................................................................................................(KARIMELA et al.) 65


Manitol Salt Agar (MSA) merupakan Pasar Pengolah D kandungan bakteri
medium padat selektif yang digunakan Staphylococcus bervariasi, dari total
dalam industri makanan untuk isolasi dan Staphylococcus ini tetapi masih memenuhi
identifikasi bakteri patogen Staphylococcus standar, dengan Standar Nasional
seperti S. aureus, yang ditemukan dalam Indonesia (SNI – 2725.1:2009) untuk
daging, susu, dan bahan makanan lainya Staphylococcus aureus yaitu Maksimal 1,0 x
(Safitri dan Novel 2010). Karakteristik koloni 103. Pertumbuhan bakteri ini kemungkinan
Staphylococcus aureus yang tumbuh pada dapat terjadi pada saat ikan diolah,
media MSA dapat dilihat pada Gambar 6. penyimpanan dan pada saat distribusi ke
Dari hasil analisis total konsumen, penjual tidak memperhatikan
Staphylococcus, dapat dilihat bahwa sanitasi dan higienis (Karimela et al. 2017).
sampel yang berasal dari Pengolah C dan

Gambar 4. Koloni kapang pada media PDA

Gambar 5. Nilai total Staphylococcus ikan Pinekuhe asap

Gambar 6. Pertumbuhan koloni Staphylococcus aureus pada media MSA diduga sebagai
koloni Staphylococcus yaitu koloni yang memiliki karakteristik warna kuning
keemasan

66 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 10 No. 1 Mei 2019: 61-68
ISSN 2087-4871

Pengawetan ikan dengan pengasapan merupakan salah satu kuman yang cukup
dapat mengurangi pertumbuhan bakteri. kebal di antara mikroorganisme lainya,
Namun selama dan setelah proses dan tahan pada pemanasan 60ºC selama
pengolahannya kemungkinan kontaminasi 30 menit. Pencegahan untuk menghindari
bakteri patogen dapat terjadi. Kehadiran kontaminasi bakteri Staphylococcus aureus
bakteri patogen di dalam ikan atau hasil pada makanan dapat dilakukan dengan
metabolismenya dapat menimbulkan penyimpanan makanan pada suhu di bawah
gangguan kesehatan berupa keracunan 4ºC. Hal ini yang tidak dapat diabaikan
(intoksikasi) dan infeksi. Salah satu bakteri ialah selalu menjaga kebersihan tubuh
yang dapat menyebabkan keracunan maupun lingkungan, karena manusia
dan dicurigai terdapat pada ikan asap merupakan reservoar yang baik untuk
adalah bakteri Staphylococcus aureus bakteri Staphylococcus aureus. Kontaminasi
(Ekawati et al. 2005). Gutiérrez et al. (2012) Staphylococcus aureus pada ikan asap
menjelaskan bahwa Staphylococcus aureus sangat dipengaruhi oleh faktor praktik
merupakan salah satu bakteri patogen yang higiene selama produksi. Kontaminasi
menyebabkan penyakit pada manusia yang semakin meningkat dengan semakin
ditularkan melalui makanan. panjangnya rantai distribusi, yaitu ketika
Menurut Fellows (2012), penyebab ikan asap dipasarkan. Oleh karena kontak
utama kontaminasi antara lain prosedur orang per orang dan ikan asap akan semakin
yang kurang higienis dan mikroorganisme terkontaminasi dengan bakteri patogen.
yang terbawa oleh udara selama
proses pengemasan produk. Selain itu
juga penyakit yang diakibatkan oleh KESIMPULAN DAN SARAN
mengkonsumsi pangan asap yang tidak
tepat disebabkan oleh Staphylococcus Kesimpulan
aureus, bakteri ini secara alami terdapat
pada ikan mentah dan sumber infeksinya Hasil total Staphylococcus, yang
adalah orang yang menangani ikan. Tangan berasal dari Pengolah C dan Pengolah D
manusia merupakan sumber pencemaran kandungan bakteri Staphylococcus relatif
bakteri yang berasal dari luka atau infeksi tinggi melebihi ambang batas cemaran, bila
kulit, dan salah satu bakteri yang berasal dibandingkan dengan Standar Nasional
dari tangan manusia, yaitu Staphylococcus Indonesia (SNI–2725.1:2009) untuk
aureus, dapat menyebabkan keracunan Staphylococcus aureus yaitu maksimal 1,0
pangan. Oleh karena itu orang tersebut x 103, sudah jelas bahwa ternyata sampel
dapat menjadi sumber pencemaran pangan ikan asap layang Pinekuhe pada kedua
jika ditugaskan menangani atau mengolah Pengolah tersebut yaitu Pengolah C dan
pangan. Tingginya tingkat cemaran S. Pengolah D tidak layak untuk di konsumsi
aureus pada olahan makanan sangat secara langsung. Hanya dapat dikonsumsi
erat hubunganya dengan manusia yang apabila ada pengolahan lebih lanjut seperti
menanganinya. pemanasan di atas 60ºC. Untuk Total
Staphylococcus aureus hidup bakteri dan Total Kapang masih memenuhi
sebagai saprofit di dalam saluran-saluran syarat. Berdasarkan persyaratan mutu yang
pengeluaran lendir dari tubuh manusia dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional
seperti hidung, mulut, dan tenggorokan Indonesia.
dan dapat dikeluarkan pada waktu batuk
atau bersin. Ijong (2015) menambahkan Saran
Staphylococcus biasanya hidup sebagai
parasit pada manusia dan hewan, kadang- Dilihat dari data yang ada
kadang dapat menyebabkan infeksi serius. bahwa, jumlah total Staphylococcus yang
S. aureus dapat memproduksi enterotoksin mendominasi ikan asap Pinekuhe cukup
yang menyebabkan keracunan makanan signifikan cemarannya sehingga disarankan
bagi manusia dan hewan. kepada pengolah agar memperhatikan
Sedangkan menurut Pratiwi (2008), sanitasi dan higienis pengolah maupun
bahwa bakteri Staphylococcus aureus, peralatan produksi yang digunakan selama
mengeluarkan toksin pada makanan proses pengolahan berlangsung mengingat
berprotein tinggi (daging, telur, susu, bakteri Staphylococcus merupakan bakteri
ikan). Bakteri Staphylococcus aureus, yang hidup normalnya pada manusia.

Tingkat Kontaminasi Mikroba............................................................................................................(KARIMELA et al.) 67


DAFTAR PUSTAKA Produk khas Sangihe. Jurnal Media
Teknologi Hasil Perikanan. 1(2): 59.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. Nara SM. 2013. Karakteristik Mutu
SNI. 2725. 1. Ikan Asap-Bagian 1. Mikrobiologis dan Biokimiawi
Spesifikasi. Jakarta (ID): Badan Produk Olahan Tradisional Ikan Asin
Standar Nasional. Basah (Ina Sua) dari Kepulauan
Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH, Wooton Maluku Tengah [Tesis]. Manado:
M. 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan Pascasarjana Unsrat.
Hari Purnomo. Universitas Indonesia. Prasetyo DYB, Darmanto YS, Swastawati
Press Jakarta. F. 2015. Efek Perbedaan Suhu dan
Ekawati P, Martini, Yuliawati S. 2005. Lama Pengasapan terhadap Kualitas
Kontaminasi Staphylococcus aureus Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk)
pada Ikan Asap di Tingkat Produsen Cabut Duri Asap. Jurnal Aplikasi
dan Penjual di Semarang. Jurnal Teknologi Pangan. 4(3): 94.
Kesehatan Masyarakat. 2: 4-5. Pratiwi TS. 2008. Mikrobiologi Farmasi.
Gutiérrez D, Delgado S, Sánchez DV, Martínez Jakarta (ID): Erlangga.
B, Cabo ML, Rodríguez A, Herrera Safitri R, Novel SS. 2010. Medium Analisis
JJ, García P. 2012. Incidence of Mikroorganisme (Isolasi dan Kultur).
Staphylococcus aureus and Analysis Jakarta (ID): Trans Info Media.
of Associated Bacterial Communities Sulistijowati S, Djunaedi OS, Nurhajati J,
on Food Industry Surfaces. Jurnal Afrianto E, Udin Z. 2011. Mekanisme
ASM. 78(24): 8547–8554. Pengasapan Ikan. ISBN 978-602-
Fardiaz S. 1993. Analisis Mikrobiologi 8743-86-0. Bandung (ID): Unpad
Pangan. Jakarta (ID): PT Raja Press.
Grafindo Persada. Siagian A. 2002. Mikroba Patogen
Febriyanti D, Rahayu SP, Khoiron. pada Makanan dan Sumber
2015. Total Plate Count and Pencemarannya. Fakultas Kesehatan
Staphylococcus aureus in Ariidae Masyarakat Universitas Sumatera
Salted Fish (Ariusthallasinus) in Fish Utara.
Auction Puger, Jember Regency. Sopandi T, Wardah. 2014. Mikrobiologi
Artikel Ilmiah. Fakultas Kesehatan Pangan [Teori dan Praktik].
Masyarakat. Universitas Jember. Yogyakarta (ID): CV. Andi Offset.
Fellows PJ. 2012. Teknologi Pengolahan Teurupun A, Timbowo SM, Palenewen JCV.
Pangan: Prinsip dan Praktik, 3rd Ed. 2013. Identifikasi Kapang pada
Jakarta (ID): Buku Kedokteran. Rumput Laut Eucheuma cottonii
Ijong FG. 2015. Mikrobiologi Perikanan dan (Kappaphycus alvarezii) Kering dari
Kelautan. Jakarta (ID): Rineka Cipta. Desa Rap Rap Arakan Kecamatan
Karimela EJ, Ijong FG, Agustin AG. 2013. Tatapaan Kabupaten Minsel. Jurnal
Staphylococcus sp. pada Ikan Layang Media Teknologi Hasil Perikanan.
(Decapterus russelii) Asap Pinekuhe 1(1): 12.

68 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 10 No. 1 Mei 2019: 61-68

You might also like