Professional Documents
Culture Documents
26537-Article Text-91448-2-10-20200206
26537-Article Text-91448-2-10-20200206
26537-Article Text-91448-2-10-20200206
ABSTRACT
One of the products processed by smoked fisheries owned by fishermen regency of Sangihe Island is Pinekuhe. This
research aims to determine the level of microbial contamination in the smoked fish Pinekuhe processed fishermen
regency of Sangihe Islands. Sampling was taken randomly in some of the fish processing units of Pinekuhe smoke.
Observation of the deterioration of the quality of fish products Pinekuhe, observed through the test of Total Plate
Count (TPC), total mould, and total of Staphylococcus sp. The results showed that the TPC value of all processors meets
SNI standards. TPC value of A, B, C, and D processors, respectively, 1,3 x 104 CFU/G, 2,6 x 104 CFU/G, 6,9 x 104,
and 1,2 x 104 CFU/g. The total observation of Staphylococcus sp. on processor A and processor B generates a value
of 0, while processor C has a total value of 1.1 x 102 TVC/G and processor D has a total value of Staphylococcus sp. 1,2
x 102 TVC/g. The total number of bacteria, the total amount of mould, and the total number of Staphylococcus sp. Still
qualify SNI, except Staphylococcus sp. on processor C and processor D exceeds the amount required by the Indonesian
National Standard on the limits of contamination microbes in smoked fish.
ABSTRAK
Salah satu produk hasil olahan perikanan asap yang dimiliki oleh nelayan Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah
Pinekuhe. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kontaminasi mikroba pada ikan asap Pinekuhe hasil olahan
nelayan Kabupaten Kepulauan Sangihe. Pengambilan sampel diambil acak dibeberapa unit pengolah ikan asap Pinekuhe.
Pengamatan kemunduran mutu produk ikan asap Pinekuhe, diamati melalui uji Total Plate Count (TPC), total kapang, dan
total Staphylococcus sp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai TPC pada semua pengolah memenuhi standar SNI.
Nilai TPC pada pengolah A, B, C, dan D, berturut-turut sebesar 1,3 x 104 CFU/g, 2,6 x 104 CFU/g, 6,9 x 104, dan 1,2 x
104 CFU/g. Hasil pengamatan total Staphylococcus sp. pada pengolah A dan pengolah B menghasilkan nilai 0, sedangkan
pengolah C memiliki nilai total yaitu 1,1 x 102 TVC/g dan pengolah D memiliki nilai total Staphylococcus sp. 1,2 x 102
TVC/g. Jumlah total bakteri, jumlah total kapang, dan jumlah total Staphylococcus sp. masih memenuhi syarat SNI,
kecuali Staphylococcus sp. pada Pengolah C dan Pengolah D melebihi jumlah yang dipersyaratkan oleh Standar Nasional
Indonesia mengenai batas cemaran mikroba pada ikan asap.
Kata kunci : Pinekuhe, total bakteri, total kapang, total Staphylococcus sp.
62 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 10 No. 1 Mei 2019: 61-68
ISSN 2087-4871
dalam inkubator dengan posisi terbalik ambil 1 ml suspensi yang terbentuk, lalu
(permukaan agar menghadap ke bawah). dimasukan ke dalam 9 ml larutan NaCl
Inkubasi dilakukan pada suhu 37ºC selama 0,9% steril dan dihomogen dengan cara
24 dan 48 jam. Jumlah koloni yang terbentuk mengocok tabung tersebut (suspensi yang
pada masing-masing cawan petri setelah terbentuk memiliki tingkat pengenceran 10-
inkubasi selama 24 jam dan 48 jam dihitung 2
). Demikian seterusnya untuk pengenceran
secara langsung, untuk mendapatkan hasil selanjutnya. Dari setiap pengenceran ambil
yang baik, maka setiap pengenceran dibuat masing-masing 0,1 atau 1,0 ml suspensi
duplo. Koloni bakteri dalam cawan petri dan pindahkan ke dalam media MSA yang
dihitung setelah masa inkubasi berakhir. telah diberi label jenis sampel dan tingkat
Jumlah koloni bakteri yang dihitung yaitu pengencerannya. Dengan menggunakan
antara 30-300 koloni bakteri. batang penyebar gelas steril, disebarkan
suspensi bakteri di seluruh permukaan
Analisis total koloni Staphylococcus sp (Ijong media secara merata, sementara penyebaran
2015) suspensi dilakukan, cawan petri diputar
perlahan-lahan. Masukan semua cawan
Tujuan dari analisa total petri ke dalam inkubator dengan posisi
Staphylococcus sp ini adalah menentukan terbalik (permukaan agar menghadap ke
secara kuantitatif koloni bakteri yang bawah). Inkubasi pada suhu 37ºC selama 24
tumbuh pada Manitol Salt Agar. Prosedur dan 48 jam. Jumlah koloni yang terbentuk
analisis total Staphylococcus sp, sebagai pada masing-masing cawan petri dihitung
berikut: sampel ditimbang masing-masing pada 24 jam dan 48 jam inkubasi. Untuk
10 gram dalam wadah steril. Secara aseptik, mendapatkan hasil yang baik, maka setiap
dimasukan ke dalam 90 ml larutan NaCl pengenceran dibuat duplo.
0,9% steril dan dihomogenkan dengan
menggunakan blender ±3-5 menit (suspensi
yang terbentuk akan memiliki tingkat
pengenceran 10-1). Dengan pipet steril,
Gambar 2. Nilai rata–rata TPC ikan asap Pinekuhe hasil olahan tradisional nelayan
Kabupaten Sangihe
64 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 10 No. 1 Mei 2019: 61-68
ISSN 2087-4871
Hasil penelitian bahwa total bakteri yaitu dimulai dari tumbuhnya kapang
ikan asap Pinekuhe yang diambil dari pada permukaan kulit. Ini kemungkinan
Pengolah A dan Pengolah B, Pengolah oleh aspek lingkungan dimana ikan asap
C, dan Pengolah D dengan pengambilan Pinekuhe disimpan secara sembarangan
sampel 1, 2, 3 semuanya masih memenuhi dalam kas/keranjang di tempat pengolah
syarat. Berdasarkan persyaratan mutu yang maupun penjualan tanpa memperhatikan
dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional pertukaran udara yang menyebabkan
Indonesia (SNI 2725.1:2009) jumlah bakteri terjadinya pengembunan atau kelembaban
maksimum untuk ikan asap yaitu maksimal dan ini adalah salah satu kondisi yang sangat
1,0 x 105. Sehingga dapat disimpulkan bahwa baik hidupnya kapang pada ikan asap.
ikan asap layang Pinekuhe tersebut layak Sopandi dan Wardah (2014), menjelaskan
dikonsumsi secara langsung. Keberadaan bahwa kapang dianggap penting dalam
bakteri dalam suatu bahan pangan dapat pangan karena kapang dapat tumbuh pada
ditandai dari jumlah koloni per gram bahan berbagai kondisi, bahkan pada kondisi
pangan melalui uji TPC (Febriyanti et al. ketika beberapa bakteri tidak dapat tumbuh.
2015). Koloni yang tumbuh dapat juga Selain itu juga ada beberapa kapang yang
digunakan untuk isolasi serta identifikasi ditemukan dalam pangan merupakan
bakteri karena koloni yang terbentuk mikroorganisme yang merugikan, termasuk
mungkin berasal dari suatu bakteri yang perusak pangan.
mempunyai penampakan pertumbuhan Menurut Fardiaz (1993), kapang
spesifik. Perhitungan total bakteri dengan adalah fungi multiseluler yang mempunyai
metode hitungan cawan sel mikroba yang flamen, dan pertumbuhanya pada makanan
berkembang biak dan membentuk koloni mudah dilihat karena penampakannya
dapat dilihat langsung tanpa menggunakan yang bersarabut seperti kapas. Optimum
alat mikroskop (Nara 2013). pertumbuhan kapang 20–30ºC dengan
Bakteri merupakan mikroorganisme kisaran pH yang luas yaitu 2,0–8,5, tetapi
yang keberadaanya penting untuk kita biasanya pertumbuhan kapang akan
perhatikan terutama pada bahan pangan, lebih baik pada kondisi asam pH rendah.
disamping karena bakteri dapat berperan Menurut Siagian (2002), selain oleh bakteri,
sebagai agen pembusuk pada produk- kapang juga dapat menimbulkan penyakit,
produk olahan, juga beberapa di antaranya yaitu pertama infeksi oleh fungi yang
bakteri ada yang bersifat patogen terhadap disebut mikosis dan kedua keracunan yang
manusia. Menurut Buckle et al. (1987) disebabkan oleh tertelannya metabolik
menyatakan bahwa nilai TPC dipengaruhi beracun dari fungi atau mikotoksikosis.
oleh faktor ekstrinsik yaitu kondisi Sopandi dan Wardah (2014), menambahkan
lingkungan dan cara penanganan dan bahwa beberapa strain kapang juga dapat
penyimpanan produk. memproduksi mikotoksin dan terlibat dalam
keracunan pangan. Mikotoksikosis biasanya
Total kapang tersebar melalui makanan, sedangkan
mikosis tidak melalui makanan tetapi
Hasil dari analisis total kapang pada melalui kulit atau lapisan epidermis, rambut
Pengolah A, B, C, dan D. pengambilan 1, 2 dan kuku akibat sentuhan, pakaian, atau
dan 3, menghasilkan nilai 0. Pertumbuhan terbawa angin.
koloni pada perhitungan total kapang
sampel ikan asap Pinekuhe pada media Total stapilokoki
Potato Dextroce Agar (PDA) dapat dilihat
pada Gambar 4. Hasil analisis nilai total Stapilokoki
Hasil penelitian dapat dilihat bahwa pada ikan asap Pinekuhe yang diambil dari
ikan asap Pinekuhe yang diambil dari semua Pengolah A, Pengolah B, Pengolah C, dan
Pengolah masih memenuhi syarat untuk Pengolah. D dapat dilihat pada Gambar 5.
dikonsumsi. Berdasarkan persyaratan Hasil analisis total Staphylococcus
mutu yang dikeluarkan oleh Badan Standar pada pengolah A dan Pengolah B.
Nasional Indonesia (SNI 7388:2009) jumlah pengambilan 1, 2, dan 3 menghasilkan
total kapang maksimum untuk ikan asap nilai 0. Sedangkan Pengolah C hasil Total
yaitu maksimal <1,0 x 102 koloni/g. Dapat Stapilokoki pada pengambilan 1, 2, dan 3
disimpulkan bahwa ikan asap layang memiliki rata-rata nilai total Staphylococcus
Pinekuhe tersebut layak dikonsumsi yaitu 1,1 x 102 TVC/g. Sedangkan untuk
secara langsung. Salah satu penyebab Pengolah D pengambilan 1, 2, dan 3, nilai
kemunduran mutu pada produk ikan asap rata-rata total Stapilokoki 1,2 x 102 TVC/g.
Gambar 6. Pertumbuhan koloni Staphylococcus aureus pada media MSA diduga sebagai
koloni Staphylococcus yaitu koloni yang memiliki karakteristik warna kuning
keemasan
66 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 10 No. 1 Mei 2019: 61-68
ISSN 2087-4871
Pengawetan ikan dengan pengasapan merupakan salah satu kuman yang cukup
dapat mengurangi pertumbuhan bakteri. kebal di antara mikroorganisme lainya,
Namun selama dan setelah proses dan tahan pada pemanasan 60ºC selama
pengolahannya kemungkinan kontaminasi 30 menit. Pencegahan untuk menghindari
bakteri patogen dapat terjadi. Kehadiran kontaminasi bakteri Staphylococcus aureus
bakteri patogen di dalam ikan atau hasil pada makanan dapat dilakukan dengan
metabolismenya dapat menimbulkan penyimpanan makanan pada suhu di bawah
gangguan kesehatan berupa keracunan 4ºC. Hal ini yang tidak dapat diabaikan
(intoksikasi) dan infeksi. Salah satu bakteri ialah selalu menjaga kebersihan tubuh
yang dapat menyebabkan keracunan maupun lingkungan, karena manusia
dan dicurigai terdapat pada ikan asap merupakan reservoar yang baik untuk
adalah bakteri Staphylococcus aureus bakteri Staphylococcus aureus. Kontaminasi
(Ekawati et al. 2005). Gutiérrez et al. (2012) Staphylococcus aureus pada ikan asap
menjelaskan bahwa Staphylococcus aureus sangat dipengaruhi oleh faktor praktik
merupakan salah satu bakteri patogen yang higiene selama produksi. Kontaminasi
menyebabkan penyakit pada manusia yang semakin meningkat dengan semakin
ditularkan melalui makanan. panjangnya rantai distribusi, yaitu ketika
Menurut Fellows (2012), penyebab ikan asap dipasarkan. Oleh karena kontak
utama kontaminasi antara lain prosedur orang per orang dan ikan asap akan semakin
yang kurang higienis dan mikroorganisme terkontaminasi dengan bakteri patogen.
yang terbawa oleh udara selama
proses pengemasan produk. Selain itu
juga penyakit yang diakibatkan oleh KESIMPULAN DAN SARAN
mengkonsumsi pangan asap yang tidak
tepat disebabkan oleh Staphylococcus Kesimpulan
aureus, bakteri ini secara alami terdapat
pada ikan mentah dan sumber infeksinya Hasil total Staphylococcus, yang
adalah orang yang menangani ikan. Tangan berasal dari Pengolah C dan Pengolah D
manusia merupakan sumber pencemaran kandungan bakteri Staphylococcus relatif
bakteri yang berasal dari luka atau infeksi tinggi melebihi ambang batas cemaran, bila
kulit, dan salah satu bakteri yang berasal dibandingkan dengan Standar Nasional
dari tangan manusia, yaitu Staphylococcus Indonesia (SNI–2725.1:2009) untuk
aureus, dapat menyebabkan keracunan Staphylococcus aureus yaitu maksimal 1,0
pangan. Oleh karena itu orang tersebut x 103, sudah jelas bahwa ternyata sampel
dapat menjadi sumber pencemaran pangan ikan asap layang Pinekuhe pada kedua
jika ditugaskan menangani atau mengolah Pengolah tersebut yaitu Pengolah C dan
pangan. Tingginya tingkat cemaran S. Pengolah D tidak layak untuk di konsumsi
aureus pada olahan makanan sangat secara langsung. Hanya dapat dikonsumsi
erat hubunganya dengan manusia yang apabila ada pengolahan lebih lanjut seperti
menanganinya. pemanasan di atas 60ºC. Untuk Total
Staphylococcus aureus hidup bakteri dan Total Kapang masih memenuhi
sebagai saprofit di dalam saluran-saluran syarat. Berdasarkan persyaratan mutu yang
pengeluaran lendir dari tubuh manusia dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional
seperti hidung, mulut, dan tenggorokan Indonesia.
dan dapat dikeluarkan pada waktu batuk
atau bersin. Ijong (2015) menambahkan Saran
Staphylococcus biasanya hidup sebagai
parasit pada manusia dan hewan, kadang- Dilihat dari data yang ada
kadang dapat menyebabkan infeksi serius. bahwa, jumlah total Staphylococcus yang
S. aureus dapat memproduksi enterotoksin mendominasi ikan asap Pinekuhe cukup
yang menyebabkan keracunan makanan signifikan cemarannya sehingga disarankan
bagi manusia dan hewan. kepada pengolah agar memperhatikan
Sedangkan menurut Pratiwi (2008), sanitasi dan higienis pengolah maupun
bahwa bakteri Staphylococcus aureus, peralatan produksi yang digunakan selama
mengeluarkan toksin pada makanan proses pengolahan berlangsung mengingat
berprotein tinggi (daging, telur, susu, bakteri Staphylococcus merupakan bakteri
ikan). Bakteri Staphylococcus aureus, yang hidup normalnya pada manusia.
68 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 10 No. 1 Mei 2019: 61-68