Professional Documents
Culture Documents
Eksplorasi Mikroalga Di Sungai Mesat Kota Lubuklinggau
Eksplorasi Mikroalga Di Sungai Mesat Kota Lubuklinggau
2 Juli 2018
p-ISSN: 1907-087X; e-ISSN: 2527-4562
ABSTRACT
The Mesat River is one of the rivers that cross the City of Lubuklinggau. Community activities around
the river Mesat less maintain the river can disrupt the river ecosystem Mesat itself. The purpose of this
study is to explore the microalgae in the Mesat River Lubuklinggau City. This research uses survey
method, carried out on three stations with three repetitions in the waters of the Mesat River Kecamatan
Lubuklinggau Timur II Lubuklinggau Town and identified in the Biology Laboratory STKIP-PGRI
Lubuklinggau. Data were analyzed descriptively qualitative. The results of the study found microalgae
in the Mesat River of Lubuklinggau City consisting of 4 Divisions, 6 Classes, 15 Orders, 19 Famili, 27
Genus and 32 Species. Mesi Abiotik Factor Measurement Results: mean temperature value 250C,
average PH value 7.2, average brightness value 18.2 cm and Average Dissolved Oxygen Value 4.64
mg/L. Based on the results of this study it can be concluded that the type of microalgae found in the
Mesat River consists of: Ankistrodesmus sp, Micrasterias radiata, Coelastrum sp, Zygnema sp,
Chroococus sp, Xanthidium sp, Dictyosphaerium sp, Chlamydomonas sp, Carteria sp, Lyngbya sp,
Rhizoclonium hieroglyphicum, Cylotella sp, Surirella elegans, Spyrogira sp, Eunothia sp,
Gonatozygon sp Chlorella sp, Oscillatoria limosa, Oscillatoria sp, Tabellaria sp, Pediastrum singulex,
Pediastrum duplex, Closterium sp, Cosmarium sp, Mougeotia sp, Phacus triqueter, Phacus
lomgicauda, Euglena viridis, Euglena mutabilis, Scenedesmus sp, Scenedesmus acuminatus, and
Scenedesmus opaliensis.
19
Biodidaktika: Jurnal Biologi dan Pembelajarannya Vol. 13 No. 2 Juli 2018
p-ISSN: 1907-087X; e-ISSN: 2527-4562
20
Biodidaktika: Jurnal Biologi dan Pembelajarannya Vol. 13 No. 2 Juli 2018
p-ISSN: 1907-087X; e-ISSN: 2527-4562
Tabel 1
Perbandingan Mikroalga Pada Setiap Stasiun Sungai Mesat
Kota Lubuklinggau
21
Biodidaktika: Jurnal Biologi dan Pembelajarannya Vol. 13 No. 2 Juli 2018
p-ISSN: 1907-087X; e-ISSN: 2527-4562
digunakan sebagai bioindikator perairan yang terdiri dari adalah pH air, suhu air,
(Harmoko & Yuni, 2018). oksigen terlarut dan intensitas cahaya dan
Mikroalga divisi Cyanobacteria saat dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini:
dilakukan penelitian di Sungai Mesat hanya
sedikit sekali ditemukan, yaitu berjumlah 3 Tabel 2
genus mikroalga. Divisi Cyanobacteria adalah Hasil Rata-rata Pengukuran Parameter
mikroalga hijau-biru, bersifat unisesuler, Kualitas Air Sungai Mesat Kota
berfilamen atau berkoloni, tidak memiliki Lubuklinggau
membran internal, tidak memiliki Parameter Stasiun
organel/nukleus, dan warna mikroalga ini I II III
hijau-biru, hijau-hijau, ungu, cokelat, merah- Suhu (ºC) 26 25 25
jingga tergantung pada konsentrasi pigmen pH 7,34 7,07 7,39
klorofil, fikosianin, dan fikoeritin (Pratiwi, Kecerahan (Cm) 23 16,3 15,3
2008). Divisi Cyanobacteria kelimpahanya DO (mg/L) 5,1 4,36 4,47
pada titik stasiun II dan III begitu banyak,
seperti pada Spesies Oscillatoria limosa yang Suhu air sungai Mesat Kota
hampir selalu ditemukan ketika dilakukan Lubuklinggau berkisar antara 25-260C. Suhu
penelitian. Hal ini disebabkan komposis tersebut termasuk rendah karena pengambilan
mikroalga tidak selalu merata di setiap lokasi sampel dilakukan pagi hari, dan beberapa
dalam suatu ekosistem, pada suatu ekosistem stasiun memiliki tempat yang rimbun sehingga
tertentu jenisnya melimpah, namun yang lain membuat suhu lingkungan juga rendah. Suhu
tidak (Fachrul, et.al, 2008). Keberadaan tersebut merupakan suhu yang ideal bagi
mikroalga sangat tergantung pada kondisi pertumbuhan mikroalga. Batas suhu optimum
lingkungan perairan yang sesuai dengan pertumbuhan alga adalah sekitar 20-30ºC
hidupnya dan dapat menunjang kehidupannya. (Hajoeningtijas, 2012); (Pratiwi, 2008);
Mikroalga divisi Euglenopyta saat (Pelczar & Chan, 2010). Suhu lingkungan bisa
dilakukan penelitian di Sungai Mesat adalah berubah dan berbeda tergantung pada lokasi,
yang paling sedikit ditemukan dan berjumlah 2 komposisi media perairan, cadangan makanan
genus saja. Divisi Euglenophyta adalah yang terkandung, pigmen, dan sifat fisiologis
mikroalga unisesuler, bergerak aktif, yang dimiliki mikroalga.
reproduksinya dengan pembelahan biner, Tingkat keasaman air sungai Mesat
memiliki sista dorman dan memiliki bintik berada pada kisaran normal yaitu pada rata-rata
mata yang jelas (Pratiwi, 2008). Divisi 7,26. pH opimum pertumbuhan mikroalga
Eugelnophyta mendominasi atau yang paling berkisar 4-11 (Pelczar & Chan, 2010). Derajat
sering ditemukan di titik stasiun I dan II, hal keasaman merupakan nilai yang menunjukan
ini disebabkan lokasi titik I dan II itu berada aktivitas ion hidrogen dalam air. Nilai pH
dekat pada aliran tambak ikan atau kolam ikan suatu perairan dapat mencerminkan
dan kondisi lokasi tersebut memenuhi syarat keseimbangan antar asam dan basa perairan
pertumbuhan divisi tersebut. Mikroalga divisi tersebut (Winahyu, et.al, 2013). Penyerapan
Euglenophyta banyak ditemukan dan CO2 bebas dan bikarbonat oleh mikroalga
melimpah, sesekali mewarnai air kolam menyebabkan penurunan konsentrasi CO2
berwarna hijau tua, atau membentuk filamen terlarut dan mengakibatkan peningkatan nilai
hijau di permukaan. Euglena berenang bebas di pH (Prihantini,et.al, 2008).
berbagai habitat, dapat ditemukan di hampir Kecerahan air di Sungai Mesat Kota
semua lokasi di mana ada air tawar atau payau, Lubuklinggau dengan rata-rata 18,2 cm. Hal
berkembang dengan baik di lingkungan yang ini disebabkan kondisi air di Sungai Mesat
tercemar atau diperkaya, terutama bila ada yang berkurang/surut. Kebutuhan cahaya
banyak limbah organik (Vuuren, et.al, 2006). diperlukan untuk pertumbuhan mikroalga,
beberapa jenis mikroalga bahkan jarang
2. Hasil Pengukuran Faktor Lingkungan ditemukan pada perairan dekat kutub utara
Yang Mempengaruhi pada kedalaman 45,7 sampai 54,9 m namun
Berdasarkan hasil penelitian yang pada daerah perairan tropis yang lebih jernih
dilakukan di Sungai Mesat Kota Lubuklinggau jenis-jenis mikroalga dapat ditemukan pada
di dapatkan hasil pengukuran faktor abiotik, kedalaman 183 m, hal ini disebabkan
22
Biodidaktika: Jurnal Biologi dan Pembelajarannya Vol. 13 No. 2 Juli 2018
p-ISSN: 1907-087X; e-ISSN: 2527-4562
diperairan tropis sinar mataharinya lebih Harmoko & Yuni, K. (2018). Mikroalga Divisi
langsung serta mempunyai periode harian rata- Bacillariophyta yang Ditemukan di
rata lebih panjang (Pelczar & Chan, 2010). Danau Aur Kabupaten Musi Rawas.
Nilai oksigen terlarut di Sungai Mesat Jurnal Biologi Universitas Andalas, 6(1),
dengan nilai rata-rata 4,64 mg/L. DO 30–35.
(Dessolved oxigen) merupakan faktor penting Fachrul, M.F., Setijati, H.E & Monika, W.
dalam pertumbuhan mikroalga salah satunya (2008). Komposisi dan Model
yaitu membantu dalam proses oksidasi nutrisi Kemelimpahan Fitoplankton di Perairan
yang masuk ke dalam sel organisme (Giasi, Sungai Ciliwung, Jakarta. Biodiversitas,
2015). Rendahnya DO menunjukkan 9(4), 296–300.
sedikitnya jumlah oksigen yang terlarut https://doi.org/10.13057/biodiv/d090412.
(sebagai inhibitor penyerapan karbondioksida) Prihantini, N.B., Wisnu, W., Dian, H., Arya,
sehingga mendukung proses fotosintesis W., Yuni, A, & Ronny, R. (2008).
mikroalga (Andriansyah, et.al, 2014). Biodiversitas Cyanobacteria dari
Beberapa Situ/Danau di Kawasan
KESIMPULAN Jakarta-Depok-Bogor, Indonesia. Makara
Berdasarkan pembahasan di atas maka Sains, 12(1), 44–54.
dapat disimpulkan bahwa mikroalga yang Hajoeningtijas, O.D. (2012). Mikrobiologi
teridentifikasi di perairan Sungai Mesat Pertanian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kecamatan Lubuklinggau Timur II Kota Pratiwi, S. T. (2008). Mikrobiologi Farmasi.
Lubuklinggau terdiri dari 4 Divisi, 6 Kelas, 15 Jakarta: Erlangga.
Ordo, 19 Famili, 27 Genus, dan 32 Spesies. Winahyu, A.D., Yulistia, A., Elly, L.R., Jani,
M., & Andi, S. (2013). Studi Pendahuluan
DAFTAR PUSTAKA Mengenai Keanekaragaman Mikroalga di
Andriansyah., Tri, R.S & Irwan, L. (2014). Pusat Konservasi Gajah, Taman Nasional
Kualitas Perairan Kanal Sungai Jawi dan Way Kambas. In Semirata FMIPA
Sungai Raya Dalam Kota Pontianak Universitas Lampung, 2013 Studi (pp. 93–
Ditinjau dari Struktur Komunitas 98).
Mikroalga Perifitik. Protobiont, 3(1), 61–
70. Semiden, S., Tri, R.S & Mukarlina. (2013).
Pelczar, M.J.P & E.C.S.Chan,. (2010). Dasar- Keanekaragaman Rheofitoplankton
dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press. Sebagai Bioindikator Kualitas Air Sungai
Tjitrosoepomo, G. (2011). Taksonomi Kapuas di Kabupaten Sanggau.
Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press. Protobiont, 2(2), 63–69.
Giasi, C. (2015). Identifikasi Mikroalga Sulisetijono. (2009). Mikrobiologi Air Tawar
Epilitik sebagai Biomonitoring dan Laut. Jakarta: Rineka Cipta.
Lingkungan Perairan Sungai Bone. Vuuren, S.J.V., Jonathan.T, Carin.V.G &
Universitas Negeri Gorontalo. Annelise, G. (2006). Easy Identification
Harmoko., Eka, L & Solinda, M. (2017). Of The Most Common Freshwater Algae.
Eksplorasi Mikroalga di Air Terjun South African: North-West University
Watervang Kota Lubuklinggau. Noorowes-Universitiet.
Bioedukasi, 8(1), 75–82.
23