Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

PENGARUH PRODUKSI ANIMASI TERHADAP DIPLOMASI EKONOMI JEPANG DI

HADAPAN GLOBAL
(Studi kasus berupa analisis produksi film animasi Studio Ghibli sebagai diplomasi ekonomi dan
dampaknya terhadap perkembangan ekonomi di Jepang)

Nadine Sherani Salsabila

Abstract

Talking about gross production, mass consumption, mass production, and all sorts of
things that boost Japan’s economy, it’d be ashamed if we skip how animation has been the semi-
ruler of it. Accordingly, if we zoom in to what has been produced in Japan, Studio Ghibli has
been one of the animation studio that contributes the economy and name for Japan. Many of the
films listed has been a great impact to the viewers, let alone the producers behind it. The film
“Spirited Away” was the golden buzzer, to be able to put tons of awards in recent years really
brings out the fact that Japan succeed to piqued foreign public’s interest.

Aside GDP, it is also important how the studio is able to maintain its sustainability and
able to compete time to time with other animation studios from outside the country. Research
was done so that we can analyze what has been done by Studio Ghibli to boost Japan’s
economy, what drove it, historical events and also the modern activities that are able to strive
for it. This research was also conducted so the readers are able to know how they maintain the
long-last production due to certain changes.

Economic diplomacy is a tool to analyze the event and to connect it with current
situation. This might be the perfect match to describe how Japan is able to market its product
and then increase its market potential while indulging the image of being a very prosper country
with vary incomes. By anime productions through Ghibli Studio, it can also be the tool to
describe how Japan engages with other partner countries.

Keywords : Japan’s Economy Development, Economy Sustainability, Ghibli Studio Productions,


Economic Diplomacy concept
Pendahuluan

Apabila ditelaah dari segi kawasan yakni Asia Timur, tak dapat dipungkiri bahwa Jepang
merupakan salah satu negara dengan perkembangan ekonomi yang cemerlang dan bertahan dari
tahun ke tahunnya. Ekspor utamanya berupa otomotif, manufaktur, mesin pembangkit listrik,
produk besi dan baja ke negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Tiongkok, Uni Eropa,
Korea Selatan, dan lain sebagainya pun menopang perekonomian Jepang yang tidak banyak
memiliki Sumber Daya Alam sebagai prospek utama [CITATION Adm19 \l 1033 ] . Di samping
masalahnya dengan Korea Selatan berupa perang dagang dan menyebabkan kualitas dan
kuantitas kemitraan antara kedua negara menurun, kegiatan ekonomi di Jepang tetap bertahan
dengan angkanya yang tidak jauh berbeda per kuartalnya hingga tahun 2019.

Kegiatan ekspor yang dilakukan berdasarkan data yang telah dipaparkan, memperlihatkan
bahwa tidak begitu ada keterkaitan dengan tema yang akan diangkat. Akan tetapi, mengingat
bahwa produksi animasi yang terus ada dari tahun ke tahunnya dengan mengangkat tema yang
bervariasi dan disajikan oleh beberapa teknik tertentu membuat pasar pecinta anime dan bentuk
animasi lainnya sustain. Terlebih lagi, salah satu studio yang menjadi senjata andalan utama
Jepang dalam memasarkan kebolehannya adalah Studio Ghibli, studio yang mampu
memproduksi puluhan animasi dengan storyline dan pembawaan suasana yang menarik
kemudian meningkatkan perekonomian Jepang dalam segi entertainment.

Melihat dari berapa lama studio tersebut telah dibentuk (sejak tahun 1980-an) dan
dibandingkan dengan trending-trending studio animasi baru lainnya di negara Jepang dan negara
lainnya, terlebih lagi negara yang sedang berkembang animasinya seperti Taiwan, Amerika
Serikat, bahkan Indonesia dan kawasan Asia Tenggara, serta melihat pergantian tim produksi,
konsistensi dari pembawaan film dan substansi yang dibawa tidak pernah turun dilihat dari
awards yang didapatkan beberapa kali dalam tahun yang berbeda-beda.

Film-film yang tidak pernah hilang dari pandangan masyarakat, khususnya masyarakat
pecinta animasi seperti “Spirited Away”, “Princess Mononoke”, “Porco Rosso”, dan “My
Neighbor Totoro” selalu menjadi film animasi yang mengalahkan film animasi modern lainnya
seperti “Kimi no Nawa” yang sempat menjadi trending topic pada tahun 2016.[ CITATION Mik17 \l
1033 ]. Bahkan, film produksi karya Ghibli pun mampu bersaing dengan grossing films dari
berbagai negara tahun ke tahun dan mampu memasarkannya secara konsisten sehingga apa yang
sudah diproduksi sejak 1980-an tetap bisa dilihat sampai saat ini. Selain itu, Studio Ghibli juga
merupakan studio yang mampu membuat acara expo dari tahun ke tahunnya seperti yang
dilakukan oleh studio-studio terkenal seperti Marvel Studios dan DC Entertainment. Terlebih
lagi, bukti bahwa acara Studio Ghibli ini adalah acara yang konsisten adalah saat acara dapat
diselenggarakan tahun ke tahun dan tersebar di berbagai negara di belahan dunia.

Menyangkut kepada tema yang diangkat, hasil dari pencapaian-pencapaian di atas tentu
membuahkan data yang bersifat kuantitatif berupa data statistik serta angka yang
memperlihatkan seberapa jauh anime dan film-film anime khususnya hasil karya Studio Ghibli
mampu mendorong dan menopang perekonomian Jepang per tahun maupun per bulan. Selain
angka atau hasil kuantitatif, adapula penjelasan berupa hasil kualitatif yang menggambarkan
bagaimana Jepang bisa sukses dengan hasil karyanya berupa film animasi. Salah satu jawaban
yang akan dipaparkan adalah tak hanya soft skill yang sangat memukau, namun diplomasi
ekonomi yang gencar dilakukan oleh Jepang. Diplomasi ekonomi berbentuk event,
penayangannya di bioskop sekitar negara sasaran, dan bentuk diplomasi ekonomi lainnya
kemudian menjelaskan bagaimana mereka memasarkan produk andalannya.

Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan data kuantitatif dan kualitatif yang kemudian
dibungkus dengan analisis berupa konsep diplomasi ekonomi. Data kuantitatif akan dikumpulkan
dalam bentuk angka dan statistik untuk memperlihatkan bukti konkret dari tema yang dibawa,
sedangkan kualitatif menjelaskan apa yang dipaparkan dari angka dan statistik terkait. Konsep
diplomasi ekonomi kemudian memaparkan proses ekonomi yang dilakukan sehingga
menciptakan sebuah penghasilan dan bisa memperluas pasar dengan maksimalisasi produk atau
sumber daya atau talent yang dimiliki.

Penjelasan mengenai diplomasi ekonomi sebenarnya berawal dari konsep diplomasi yang
dasar dimana terdapat kegiatan negosiasi atau upaya untuk mempertahankan kepentingan tanpa
campur tangan tindakan koersif di dalamnya serta untuk mendapatkan kepercayaan dari pihak
yang ditargetkan[ CITATION Has19 \l 1057 ]. Konsep ini kemudian diperpanjang menjadi beberapa
macam diplomasi modern karena dilihat dari cara untuk mendapatkan perhatian dan mencapai
kepentingan nasional yang semakin bervariasi. Salah satu tujuan negara adalah dengan
meningkatkan ekonominya dengan cara memperluas pasar di samping negaranya sendiri karena
ditakutkan ada tindakan jenuh dari konsumen. Tindakan ini kemudian mencerminkan bagaimana
sebuah negara berupaya sedemikian rupa agar bisa meyakinkan konsumen asing atau konsumen
luar negerinya agar bisa percaya dan mengonsumsi produk yang ditawarkan.

Selain itu, hal yang membedakan diplomasi tradisional dengan yang modern adalah
diplomasi modern cenderung memasukkan aktor-aktor Non-Government dalam mencapai
kepentingan nasionalnya. Dalam studi kasus ini, akan dijelaskan lebih lanjut bagaimana peran
individu dan perusahaan produksi film bisa membantu negara mencapai kepentingan
nasionalnya. Aktor yang signifikan kemudian mendorong adanya kerjasama internasional di
dalamnya untuk membantu kepentingan tersebut bisa berhasil.

Berdasarkan sumber yang dicantumkan, setiap kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
aktor non pemerintah akan berupaya untuk ikut serta mengontrol keuangan negara karena aktor
tersebut bertanggung jawab agar bisa mengetahui pengeluaran negara apa saja yang dikeluarkan
atau seberapa banyak cost yang dikeluarkan untuk mencapai benefit yang sedemikian rupa. Hal
ini kemudian bisa direstui oleh pemerintah negara terkait karena sifatnya membantu mencapai
apa yang menjadi rencana negara kedepannya. Salah satu hal yang mendorong terjadi diplomasi
ekonomi adalah adanya sumber daya yang patut untuk disebarluaskan berupa barang atau jasa
yang bisa menjadi alat tukar untuk mencapai kepentingan. [ CITATION Has19 \l 1057 ]

Apabila dipandang secara realis, diplomasi ekonomi juga menjadi salah satu upaya untuk
mengamankan ekonomi sebuah negara di kala sistem internasional yang ada saat ini. [ CITATION
Lee10 \l 1057 ]. Dalam hal perkembangan ekonomi, tidak ada yang tau siapa yang akan di atas, di
bawah, dan siapa yang bisa bertahan serta praktik apa yang dilakukan. Diplomasi ekonomi tidak
membahas perang karena menurutnya sudah tidak relevan, bahkan memberikan saran sebaiknya
antar negara mencukupi kebutuhan satu sama lain dengan mengadakan kerjasama internasional
agar apa yang diperdagangkan baik itu barang atau jasa bisa dipertahankan meskipun ada
beberapa dinamika ekonomi yang harus dilalui.[ CITATION Lee10 \l 1057 ]

Berkaitan kembali dengan pemikiran realistis yang dicantumkan oleh para pemikir
diplomasi ekonomi, perkembangan ekonomi akan terus berjalan ditambah lagi dengan adanya
perkembangan teknologi dan pengetahuan yang semakin memudahkan para aktor agar bisa
meng-engage satu dengan yang lainnya.
Hasil

Profil Studio Ghibli

Studio Ghibli pertama kali ditemukan pada tahun 1985 oleh Hayao Miyazaki, Toshio
Suzuki, da Isao Takahata. Nama Ghibli terinspirasi oleh bahasa Italia yang berarti ledakan
dahsyat di gurun sahara. Pada awalnya, mereka bertiga bertemu untuk membahas animasi
pertama yang akan dipublikasikan melalui majalah animasi animeju. Profil masing-masing tokoh
di atas sudah saling mengenal karena karyanya masing-masing. Takahata dengan produksi
animasinya berjudul “Horus: Prince of the Sun”, Hayao dengan pemikiran kreatifnya di bawah
naungan manajer Takahata, serta Suzuki yang berhasil menyatukan ide dua tokoh sebelumnya.
[ CITATION Nak14 \l 1057 ]

Ketiga tokoh tersebut setelah bertemu berhasil membuahkan film pertamanya berjudul
“Nausicca of the Valley of the Wind” pada tahun 1986. Kemudian dilanjutkan dengan karya
karya iconic-nya seperti “Castle in the Sky” pada tahun 1986, “Kiki’s Delivery Service” pada
tahun 1989, dan masih banyak karya lainnya bahkan sampai pada tahun 2016 pun masih lanjut
berkreasi dengan film berjudul “The Red Turtle”[ CITATION Nak14 \l 1057 ]. Tidak semua karya
diketahui secara mendalam oleh para penonton internasional, akan tetapi tidak bisa dihitung juga
seberapa banyak karya dari tiga penemu Ghibli ini mendapatkan penghargaan baik dari
negaranya sendiri maupun secara internasional. Sampai pada saat ini pun, film ”Spirited Away”
mendapatkan 30 miliar yen dan mendapatkan posisi yang cukup tinggi di Box Office[ CITATION
Ghi19 \l 1057 ]

Selain produksi film-film hampir setiap tahunnya sejak 1986, Studio Ghibli juga
mengalokasikan dananya untuk membuat acara-acara besar seperti exhibition di berbagai negara
mitranya seperti Indonesia pada tahun 2017, lalu ada pula museum mini seperti Mitaka City
Animation Museum yang digelar di Tokyo agar bisa lebih menarik pengunjung dan penonton
dan bisa menambah lagi konsumen untuk mengapresiasi semua karyanya.

Sayangnya, ketiga tokoh ini kemudian harus pensiun sejak tahun 2013 dan kemudian
dilanjutkan oleh generasi-generasi berikutnya. Pelatihan serta pelajaran yang diberikan kepada
penerus tiga tokoh sebelumnya tidak mengubah fakta bahwa Studio Ghibli tetap menjadi studio
yang dicintai oleh masyarakat pecinta animasi. Hal ini dibuktikan dengan tetap adanya beberapa
penghargaan yang didapatkan setelah tahun 2013 meskipun tidak sebanyak yang telah
dikontribusikan sebelum tahun tersebut.

Berikut merupakan beberapa penghargaan Internasional yang didaparkan oleh Studio


Ghibli selama beberapa tahun belakangan sebelum 2013.

Film Penghargaan Tahun


Spirited Away Berlin Film Festival: Golden 2002
Bear
New York Film Critics Circle: 2002
Best Animated Film
New York Film Critics 2002
Online: Best Animated
Feature
Boston Society of Film Critics 2002
Award: Special
Commendation
Academy Awards: Best 2003
Animated Feature
Amsterdam Fantastic Film 2003
Festival: Silver Scream Award
Howl’s Moving Castle Hollywood Film Awards: 2004
Animation of the Year
New York Film Critics Circle: 2005
Best Animated Film
Nebula Award: Best Script 2007

Berikut merupakan beberapa penghargaan Internasional yang didaparkan oleh Studio


Ghibli selama beberapa tahun belakangan saat dan setelah tahun 2013.

Film Penghargaan Tahun


The Wind Rises New York Film Critics Circle: 2013
Best Animated Film
Academy Awards: Best 2014
Animated Feature (nominasi)
Studio Ghibli (secara Governors Award: Academy 2015
keseluruhan) Honorary Award
World Fantasy Awards: Life 2019
Achievement

Pembahasan

Sebelum mengacu kepada Studio Ghibli, sepatutnya membahas bagaimana animasi


Jepang secara keseluruhan bisa mendapatkan banyak perhatian dari masyarakat global dan tidak
kalah bersaing dengan para pendukung Pop Korea atau yang biasa disingkat sebagai K-POP dan
kultur pop di bagian Barat. Singkatnya, setiap perusahaan akan melakukan analisis apa saja yang
menjadi daya tarik masyarakat dan kemudian dipublikasikan sedemikian rupa dengan caranya
masing-masing. Beberapa animasi yang bisa diakses melalui situs-situs online seperti gogoanime
dan lain sebagainya memperlihatkan bagaimana masing-masing produser bisa bersaing antar satu
dengan lain tema yang dibawa. [ CITATION MPA15 \l 1057 ]

Beberapa hal yang patut dicatat seperti sumber daya manusia yang bisa menopang
industri (bagian sorting data, tim animator, skrip, dan lain sebagainya) juga patut diperhatikan
karena bisa berpengaruh kepada apa yang bisa didapatkan oleh industri itu sendiri sebagai
evaluasi apa yang telah dikeluarkan olehnya. Hal ini pun bisa dilihat dari produksi anime
membagi ke beberapa sektor yang dinamai oleh berbagai musim di Jepang. Hal tersebut
kemudian diimplementasikan melalui apa saja yang sekiranya bisa cocok untuk ditayangkan
dalam musim tersebut. Hal tersebut bisa disamakan dengan film animasi Jepang yang bentuknya
tidak berseri seperti Anime. Dikarenakan film hanya berpaku pada satu episode dengan jangka
waktu yang biasanya tidak lebih dari dua setengah jam, diperlukan adanya riset lebih apa saja
yang bisa selling point dari film tersebut dibandingkan dengan anime yang bisa memunculkan
selling point dalam episode tertentu.[ CITATION MPA15 \l 1057 ]

Dana yang didapatkan untuk anime dan film pun juga pastinya berbeda. Tentu kedua
produksi harus membutuhkan dana yang banyak, akan tetapi untuk menggapai masa yang
banyak dan agar bisa mencapai skala internasional dan global, dibutuhkan cost lebih dari film
animasi yang dikeluarkan baik itu untuk kegiatan ekspor atau untuk keperluan produksi di bagian
tertentu[ CITATION MPA15 \l 1057 ]. Sebagai negara yang sudah memiliki stigma otaku atau
memiliki pemikiran yang isinya bersifat tidak realistis dan penggambaran animasi, Jepang
kemudian memanfaatkan hal ini sebagai poin untuk bisa menjual produknya dengan cara
memasarkan hasil-hasil karyanya berupa animasi.

Source: Quora.

Data di atas merupakan data yang mencerminkan bagaimana industri animasi berperan
pada perekonomian Jepang dari jangka tahun 2008 ke 2013. Data tersebut dikonversikan 80%
karya Jepang yang mampu diekspor ke luar negeri dan banyak diterima di berbagai kawasan di
dunia. Pada 2014, menurut sumber, angka tersebut kemudian juga meningkat sebesar 4,21% dari
tahun 2013. Angka yang tertera menunjukkan dalam besaran miliar yen per tahunnya di Jepang,
hasil yang didapatkan dari produksi animasi Jepang yang berhasil diekspor.

Masuk kepada studi kasus yakni Studio Ghibli, hal ini tentu tidak begitu diekspektasikan
lebih oleh para penemu studio ini. Para animator dan manajer yang telah bertemu pada awalnya
hanya sekedar mencari ide agar bisa mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat sekitar untuk
karya-karyanya. Namun, hal ini ternyata diperhatikan oleh pemerintah Jepang dan mendapatkan
banyak penghargaan nasional melalui filmnya “Spirtited Away”, “Howl’s Moving Castle”, dan
lain sebagainya yang tidak bisa disebutkan karena terdapat lebih dari dua puluh film yang telah
dibuat.

Berawal dari produksi kecil yang dilakukan, hal ini kemudian dipandang oleh pemerintah
dan berhasil diekspor ke negara-negara dengan kawasan tertentu seperti Asia, Amerika, lalu
masuk ke ranah Eropa. Riset yang dilakukan oleh beberapa produser tahun ke tahun setelah
lengsernya tiga penemu ini kemudian bertujuan untuk mempertahankan pasar dan berusaha
untuk memproduksi karya-karya baru yang temanya serupa.

Beberapa hal yang dilakukan oleh Studio Ghibli untuk mempertahankan pasar dengan
produksi animasi yang ada adalah dengan membuat gelar ekshibisi film dengan menayangkan
film-film yang berhasil masuk ke Box Office seperti “Spirited Away” seperti halnya yang telah
dilakukan di Indonesia pada tahun 2017 dan 2018 di Kuningan, Jakarta. Upaya ekshibisi tersebut
juga dengan mendatangkan beberapa orang yang memiliki peran khusus pada studio tersebut
dengan maksud memberikan apresiasi kepada para pelanggan dan penonton yang masih
mengikuti karya-karya film Studio Ghibli hingga saat ini dan melakukan sesi sharing juga. Hal
demikian rupa juga dilakukan kepada negara lain seperti Singapura, Amerika Serikat, dan
negara-negara besar lainnya.

Selain berupaya untuk mempertahankan pasar, hal ini juga dilakukan oleh orang-orang
yang berada di studio tersebut juga dalam rangka membentuk citra di hadapan masyarakat bahwa
Studio Ghibli juga mampu bersaing dengan karya animasi lainnya baik secara nasional maupun
internasional. Pada tahun 2016, film animasi terbaru “Kimi no Nawa” berhasil hampir
mengalahkan “Spirited Away” dengan art style dan musik yang lebih modern dibandingkan apa
yang dihasilkan oleh Studio Ghibli. Karya Makoto Shinkai ini kemudian bersaing setara dengan
“Spirited Away” dan kedua animasi tersebut justru tidak menjatuhkan produksi Jepang, akan
tetapi mendorong pasar dan menembus grossing film di ranah global

Source: Quartz
Data di atas menunjukkan kedua film yang berhasil menembus karya animasi lainnya di
ranah global dan mengalahkan karya barat lainnya seperti film “Star Wars”, “The Avengers”
yang bahkan pada masa itu juga mendapatkan perhatian yang banyak oleh masyarakat global.
Pencapaian ini kemudian mendorong Studio Ghibli untuk berhubungan dengan masif di hadapan
pasar global seperti menghubungkan dengan penjual merchandise anime di kawasan Global
khususnya Asia dan Amerika sebagai pangsa pasar utama dan membentuk barang yang
sedemikian rupa bisa mirip dengan beberapa karakter di Studio Ghibli.

Upaya diplomasi ekonomi yang dilakukan bukanlah terhadap masing-masing pemerintah


negara, melainkan warga yang selama ini menonton karya-karya dari studio tersebut. Dengan
adanya ekshibisi film, pergelaran studio dan agenda sharing dengan beberapa produser, serta
penjualan merchandise yang dilakukan secara rutin, konsisten, dan target yang masif, Studio
Ghibli dapat dikatakan dalam analisis ini berhasil mempertahankan citranya di ranah
internasional untuk produksinya yang masih berlanjut.

Tema yang diangkat oleh Studio ini juga disamakan dengan apa yang sedang trending
pada umumnya. Seperti pada tahun 1980 sampai 2000-an terdapat beberapa pergerakan wanita
secara global. Hal ini kemudian ditranformasikan menjadi ide terciptanya “Princess Mononoke”
dalam upaya mendorong wanita yang ditindas oleh kaum laki-laki dan diremehkan atas dasar
budaya patriarki. Tema yang merekat pada menjaga keharmonisan keluarga pun juga diangkat
seperti “My Neighbor Totoro” yang mengajarkan masing-masing peran keluarga dalam
kehidupan sehari-hari dan menimbukan kesadaran warga Jepang untuk selalu mengapresiasi apa
yang telah diperjuangkan orang tua kepada anak.

Penutup

Studio Ghibli merupakan studio yang banyak memproduksi karya animasi dengan
setting, tema, musik, dan pembawaan yang konsisten dari tahun ke tahunnya. Meskipun sudah
ada beberapa kali pergantian tim produksi, hal menarik yang perlu diketahui adalah bagaimana
mereka bisa mempertahankan konsistensi tersebut hingga sampai saat ini. Upayanya dalam
mempertahankan dan meningkatkan perekonomian Jepang bisa dibilang cukup besar melihat
hasil karya animasi Jepang 80% yang berhasil diekspor ke luar negaranya.
Diplomasi ekonomi yang dilakukan oleh Studio ini dilakukan secara masif hingga tidak
mengejutkan bahwa sampai tahun ini pun karya Studio Ghibli mendapatkan perhatian yang
bagus dari para penonton dan masih mendapatkan penghargaan Life Achievement di World
Fantasy Award pada tahun 2019. Salah satu film fenomenalnya yang berjudul “Spirited Away”
pun juga masih menjadi salah satu pemasukan dari studio ini dan dapat dilihat dari film tersebut
yang berhasil masuk ke Box Office dan mencetak sebesar miliaran yen.

Persaingan yang dihadapkan juga tidak berhasil untuk menjatuhkan semua yang telah
diproduksi oleh studio ini. Justru, lebih meningkatkan pemikiran untuk bisa menjaga pasar agar
tetap sustain dan mengaplikasikannya dengan berbagai hal seperti diadakannya ekshibisi,
penjualan merchandise, dan lain sebagainya yang sifatnya juga menjadikan ranah internasional
khususnya Asia dan Amerika sebagai pasar utama dari Studio Ghibli.

Referensi

Bahan Bacaan Jurnal

Lee, Dona dan Brian Hocking. 2010. Economic Diplomacy. The International Studies
Encyclopedia. Diakses pada 7 Desember 2019.
Mitsubishi Resarch Institute, Inc. 2015. Economic Contribution of the Japanese Film and
Television Industry. Motion Picture Association (MPA). Diakses pada 7 Desember 2019.

JETRO. 2005. Japan Animation Trends. Japan Economy Monthly. Diakses pada 7 Desember
2019.

Bahan Bacaan Website

Butler, Will. 2018. Every Studio Ghibli Film Ranked in Order of Greatness. Diakses pada 6
Desember 2019. https://www.nme.com/blogs/nme-blogs/films-of-studio-ghibli-ranked-2365718

D.S.K. 2014. The Tale of Studio Ghibli. Diakses pada 6 Desember 2019.
https://www.economist.com/prospero/2014/12/16/the-tale-of-studio-ghibli

Hale, Mike. 2017. All the Films of Studio Ghibli, Ranked. Diakses pada 6 Desember 2019.
https://www.nytimes.com/2017/10/12/movies/ranking-studio-ghibli-movies.html

Kurp, Josh. 2019. Spirited Away Might Become the Highest-Grossing Anime Film of All-Time
(Again). Diakses pada 6 Desember 2019. https://uproxx.com/movies/spirited-away-china-
release-highest-grossing-anime/

Satoshi, Nakago. 2014. Studio Ghibli, Best Known Animation Studio in Japan. Diakses pada 6
Desember 2019. https://matcha-jp.com/en/2181

Tallerico, Brian. 2019. Every Studio Ghibli Film, Ranked. Diakses pada 6 Desember 2019.
https://www.vulture.com/article/best-studio-ghibli-films-ranked.html

Trading Economics. 2019. Japan Exports. Diakses pada 6 Desember 2019.


https://tradingeconomics.com/japan/exports

Wijayati, Hasna. 2019. Sejarah Perkembangan Teori Diplomasi Ekonomi. Diakses pada 7
Desember 2019. https://portal-ilmu.com/sejarah-teori-diplomasi-ekonomi/

You might also like