Background, Assesment, Recommendation) Terhadap Pengetahuan Dan

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No. 2, Oktober 2019, (Hal.

92-102)

Pengaruh Pelatihan Komunikasi ISOBAR (Identify, Situation, Observations,


Background, Assesment, Recommendation) Terhadap Pengetahuan dan
Kualitas Pelaksanaan Timbang terima di RSUD Padang Pariaman

Candra Deni Mairosaa, Rizanda Machmudb , Jafrilc


a
RSUD Padang Pariaman, Pariaman, 25584, Indonesia
b
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas, Kota Padang, 25163, Indonesia
c
RSUP M Djamil Padang, Kota Padang, 25171, Indonesia
e-mail korespondensi: candradeni290581@gmail.com

Abstract
Handover communication is the transfer of information related to the patient for the continuity of care provided.
Errors in the transfer of patient information can result in negligence of treatment, inadequate care and death,
for this reason a communication framework is needed so that the information conveyed is fast, precise and
accurate. ISOBAR is an operative communication framework that is more structured, complete and accurate so
that it can support patient safety. This study aims to identify the effect of ISOBAR communication training for the
knowledge and quality of handover in Padang Pariaman District Hospital. This research used a quasy
experimental Pre-Post Test with Control Group design. The technique of taking samples was systematic random
sampling. The sample in this study was the team leader and the person in charge of the shift with a total of 23
intervention groups and 18 control groups. Data collection is done by questionnaire and observation. Analysis
of the data used is the Mann-Whitney statistical test to see differences in the intervention and control groups.
The results of this study prove that there is an influence of ISOBAR communication training on knowledge (p =
0,000) and the quality of handover (p = 0,000) in the intervention group. It is expected that the Hospital can use
ISOBAR communication in handover to improve the quality of human resources and make policies regarding the
application of ISOBAR communication in an effort to improve patient safety

Keywords: Communication, documentation completeness, handover quality,ISOBAR

Abstrak
Komunikasi timbang terima merupakan transfer informasi terkait pasien untuk kesinambungan asuhan yang
diberikan. Kesalahan dalam transfer informasi pasien dapat mengakibatkan kelalaian pengobatan, asuhan tidak
tepat dan kematian, untuk itu perlu kerangka komunikasi agar informasi yang disampaikan cepat, tepat dan
akurat. ISOBAR merupakan kerangka komunikasi timbang terima yang lebih terstruktur, lengkap dan akurat
sehingga menunjang keselamatan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh pelatihan
komunikasi ISOBAR terhadap pengetahuan dan kualitas pelaksanaan timbang terima di RSUD Padang
Pariaman. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain quasy experimental Pre – Post Test with
Control Group. Teknik pengambilan sampel adalah systematik random sampling. Sampel pada penelitian ini
adalah ketua tim perawat dan penanggung jawab shift dengan jumlah 23 kelompok intervensi dan 18 kelompok
kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner dan observasi. Analisa data yang digunakan adalah uji
statistik Mann-Whitney untuk melihat perbedaan kelompok intervensi dan kontrol. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa terdapat pengaruh pelatihan komunikasi ISOBAR terhadap pengetahuan (p=0,000) dan
kualitas pelaksanan timbang terima (p=0,000) pada kelompok intervensi. Diharapkan pihak Rumah Sakit dapat
menggunakan komunikasi ISOBAR untuk meningkatkan proses timbang terima perawat dan membuat kebijakan
tentang penerapan komunikasi ISOBAR dalam upaya meningkatkan keselamatan pasien

Kata kunci: ISOBAR, komunikasi, kualitas timbang terima, kelengkapan dokumentasi

92
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No. 2, Oktober 2019, (Hal. 92-102)

terima merupakan proses menyampaikan


PENDAHULUAN informasi pasien dan transfer tanggung
Komunikasi efektif merupakan hal jawab antar pemberi layanan. Timbang
penting dalam upaya meningkatkan terima dapat dilakukan seperti : timbang
keselamatan pasien. Dalam Standar terima antar shift, timbang terima antar
Nasional Akreditasi Rumah Sakit unit keperawatan, timbang terima antar
(SNARS) edisi I tahun 2018, Sasaran unit rawatan dengan unit pemeriksaaan
Keselamatan Pasien yang kedua adalah diagnostik, timbang terima dengan bagian
meningkatkan komunikasi yang efektif obat-obatan dan timbang terima antar
(KARS, 2017). Komunikasi tidak efektif fasilitas kesehatan. Jadi timbang terima
dapat menyebabkan terjadinya insiden merupakan transfer informasi dan
keselamatan pasien (Lee, 2015). Data dari tanggung jawab antar pemberi layanan,
IOM (Institute of Medicine) ditemukan antar profesi dan antar unit layanan.
98.000 orang meninggal akibat kesalahan Dari beberapa penelitian
medis dan 2,9% - 3,7% pasien rawat inap menunjukkan bahwa komunikasi SBAR
mengalami insiden keselamatan pasien dapat meningkatkan efektivitas
(Güneş, et. all, 2016). Data KKPRS pelaksanaan serah terima dan keselamatan
(Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit) pasien. Eggins & Slade (2015)
Insiden keselamatan pasien yang mengemukakan kerangka komunikasi
ditemukan di Indonesia pada tahun 2006 – pelaksanaan timbang terima yang
2011 sebanyak 911 insiden (Putra, 2013). direkomendasikan adalah SBAR, ISBAR
Hal ini menunjukkan masih tingginya dan ISOBAR. Dan Porteous et al, (2009)
insiden keselamatan pasien yang salah mengemukakan bahwa kerangka ISOBAR
satunya dapat disebabkan karena merupakan pengembangan dari kerangka
komunikasi yang tidak efektif. SBAR agar kerangka komunikasi menjadi
lebih lengkap.
Salah satu bentuk komunikasi efektif Compton et al, (2012) mengemukakan
adalah komunikasi saat melaksanakan bahwa komunikasi SBAR hanya
timbang terima yang merupakan transfer berdasarkan situation, background,
informasi dan tanggung jawab profesional assessment, recommendation, dan
untuk kelanjutan perawatan pasien. ISOBAR terdiri dari identify, situation,
Komunikasi efektif saat timbang terima observations, background, assessment,
dapat meningkatkan kolaborasi, waktu recommendation. Oleh karena itu
pelaksanaan dapat diminimalkan dan Australian Commission on Safety and
informasi yang disampaikan lebih akurat. Quality in Healthcare, (2012)
Hal ini sejalan dengan penelitian Sohi et mengemukan bahwa ISOBAR merupakan
al, (2015) dimana komunikasi efektif kerangka timbang terima yang lebih
mengurangi durasi pelaksanaan timbang lengkap dan diikuti dengan pemeriksaaan
terima. Dengan demikian penggunaan keselamatan pasien pada akhir pelaksanaan
komunikasi efektif dalam pelaksanaan timbang terima
timbang terima, dapat menghemat waktu Penelitian ini menggunakan kerangka
dan informasi yang disampaikan menjadi komunikasi ISOBAR dalam pelaksanaan
lebih lengkap untuk kontinuitas perawatan timbang terima yang terdiri dari I (identify
dan pengobatan pasien. untuk mengidentifikasi pasien), S
(Situation menyampaikan kondisi terkini
Timbang terima (handover)
pasien), O (Observations yaitu
merupakan transfer informasi dan
mengobservasi keadaan pasien), B
tanggung jawab dari satu penyedia layanan
(Backgroud menjelaskan penyebab
ke penyedia layanan lain Dalam
masalah dan riwayat penyakit), A
Abdurrahman and Garcia, (2016) timbang
(Assesment yaitu penilaian terhadap
93
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No. 2, Oktober 2019, (Hal. 92-102)

kondisi pasien) R (Recomendation kejadian, dan KTC (kejadian tidak cidera)


merupakan penyampaian saran/ tindakan sebanyak 76 kejadian. Dan dari wawancara
yang akan dilakukan dan mengkonfirmasi peneliti dengan sepuluh perawat di RSUD
informasi yang disampaikan). Dan metode Padang Pariaman, insiden keselamatan
pelatihan yang digunakan berupa seminar, pasien disebakan oleh sarana prasarana
role-play dan bimbingan yang merupakan yang tidak memadai salah satunya sarana
penggabungan tiga metode pelatihan dalam pelaksanaan timbang terima pasien,
sehingga responden lebih paham dan dimana belum adanya SPO (Standar
mampu dalam mengaplikasikan Prosedur Operasional) dan kerangka
komunikasi ISOBAR dalam pelaksanaan komunikasi dalam timbang terima.
operan. Pelaksanaan timbang terima antar
Timbang terima bertujuan untuk shift di rawat inap RSUD Padang Pariaman
menjaga kontinuitas asuhan dan menjamin dilakukan berdasarkan tradisi yang sudah
mutu layanan. Joint Communication ada dan belum memiliki kerangka timbang
International (JCI) mewajibkan standar terima. Informasi yang tidak lengkap
komunikasi dalam pelaksanaan timbang dalam timbang terima dapat menyebabkan
terima dan rumah sakit bebas menetapkan terjadi beberapa kesalahan seperti lupa
standar sesuai dengan kondisinya masing- memberikan terapi, tindakan keperawatan
masing (Wheeler, 2015). Timbang terima yang tidak sesuai rencana yang
yang tidak efektif dapat menimbulkan mengakibatkan masalah pasien tidak
beberapa masalah dalam pelayanan teratasi, kelalaian dan kesalahan sehingga
keperawatan di rumah sakit seperti kesinambungan perawatan pasien tidak
kurangnya informasi yang disampaikan, berjalan sesuai prosedur. Hal ini dapat
salah persepsi, isi yang disampaikan tidak menimbulkan menimbulkan insiden
fokus terhadap masalah pasien, kesalahan keselamatan pasien. Untuk mengatasi
dan keterlambatan pengobatan, kematian, dampak tersebut perlu ditetapkan acuan
infeksi nosokomial, penundaan pelaporan dan format timbang terima untuk
kritis, ketidaksinambungan asuhan, memperbaiki pola timbang terima di rawat
perawatan yang tidak tepat dan inap RSUD Padang Pariaman
penambahan waktu perawatan (AHRQ,
2014, Mardis et al, 2015). Sementara Tujuan penelitian ini adalah untuk
National Clinical Effectiveness Commitee, mengetahui pengaruh pelatihan
(2014) meyampaikan Informasi yang komunikasi ISOBAR terhadap
kurang tepat saat timbang terima dapat pengetahuan dan kualitas pelaksanaan
menyebakan potensial terjadinya cidera, timbang terima di RSUD Padang Pariaman
untuk itu perlu ditetapkan kerangka
METODE
komunikasi efektif dalam timbang terima.
RSUD Padang Pariaman merupakan Desain penelitin ini quasy
satu-satunya rumah sakit di kabupaten eksperimental pre test - post test with
Padang Pariaman. Rumah Sakit rujukan control group, yang menggambarkan
dari 25 puskesmas yang ada di wilayah pengaruh pelatihan komunikasi ISOBAR
Kabupaten Padang Pariaman, dengan terhadap kelompok intervensi yang
empat pelayanan dasar rawat inap yaitu diberikan pelatihan dan kelompok kontrol
rawat inap bedah, non bedah, kebidanan yang tidak diberikan pelatihan. Penelitian
dan anak. Data indikator mutu pelayanan ini dilakukan dengan cara :
selama tiga tahun terakhir didapatkan
parameter keselamatan pasien dengan 1. Pada kelompok intervensi : dilakukan
angka kejadian KTD (kejadian tidak Pengambilan data pre test kualitas
diharapkan) sebanyak 15 kejadian, KNC pelaksanaan operan tanggal 25 april – 2
(kejadian nyaris cidera) sebanyak 41 mei 2019, sedangkan pengetahuan
94
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No. 2, Oktober 2019, (Hal. 92-102)

tentang komunikasi ISOBAR tanggal mendapatkan pelatihan komunikasi


04 mei 2019 sebelum pelatihan ISOBAR. (Tabel 1)
diberikan. Pelatihan diberikan dengan
cara seminar, role play. Kemudian
dilanjutkan dengan bimbingan tanggal Tabel 1 Karakteristik Responden
6 – 21 mei 2019 pada setiap Karakteristik Kelompok Kelompok
pergantiang shift dinas pagi – siang – Intervensi Kontrol
malam. Dalam satu hari peneliti f % f %
melakukan bimbingan kepada tiga Usia
responden. Setelah proses bimbingan a. Dewasa 23 100 2 88,9
kemudian peneliti melakukan post-test Muda
(observasi) pelaksanaan operan sesuai (18-40)
dengan jadwal dinas responden tanggal b. Dewasa Tua 0 0 0 11,1
21-28 mei 2019. Pengambilan data post (> 40)
test pengetahuan dilakukan setelah Jenis Kelamin
pelatihan berakhir tanggal 04 mei 2019 a. Laki–laki 1 4,3 0 0
2. Pada Kelompok kontrol dilakukan b. Perempuan 22 95,7 18 100
Pengambilan data pre test (observasi) Pendidikan
kualitas pelaksanaan tanggal 19 sampai a. DIII 13 56,5 13 72,2
24 april 2019 dan pengetahuan tanggal Keperawata
05 mei 2019. Kelompok kontrol tidak n
diberikan intervensi pelatihan. Post-test b. S1+ Ners 10 43,5 5 27,8
pengetahuan dan kualitas pelaksanaan Lama Bekerja
operan tanggal 29 mei – 3 juni 2019 a. ≤ 5 tahun 8 34,8 6 33,3
sesuai dengan jadwal responden b. ≥ 5 tahun 15 65,2 12 66,7
Pelatihan
Penelitian ini dilakukan pada semua a. Ya 0 0 0 0
ketua tim perawat dan penanggung jawab c. Tidak 23 100 18 100
shift di rawat inap RSUD Padang Pariaman
sebanyak 23 orang untuk kelompok Tabel 2 Perbedaan rentang skor
intervensi dan 18 orang pada kelompok Pengetahuan dan Kualitas Pelaksanaan
kontrol. Pengambilan sampel dengan cara Timbang terima Sebelum dan Sesudah
systematic random sampling. Uji statistik Pelatihan (kelompok intervensi)
yang digunakan adalah Man-Whitney Variabel Kelompok
untuk melihat perbedaan antara kelompok Intervensi
intervensi yang diberikan pelatihan dengan Median Min-Max
kelompok kontrol yang tidak mendapatkan Pengetahuan
pelatihan. Pre-Test 8,00 3 – 10
Post-Test 10,00 7 - 13
HASIL Kualitas
Pada penelitian ini sebagian besar Pelaksanaan
responden berusia dewasa muda baik Timbang terima
kelompok intervensi maupun kelompok Pre-Test 4,00 2-7
kontrol dengan jenis kelamin mayoritas Post-Test 15,00 12 - 15
perempuan. Pendidikan responden
kelompok intervensi dan kelompok kontrol Pada kelompok intervensi didapatkan
masih banyak DIII keperawatan dengan rentang skor pengetahuan sebelum
masa kerja masih ada yang dibawah lima pelatihan dengan skor terendah 3 dan
tahun. Dan 100% kelompok intervensi dan tertinggi 10 dan median 8,00. Setelah
kelompok kontrol belum pernah diberikan pelatihan rentang skor
95
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No. 2, Oktober 2019, (Hal. 92-102)

pengetahuan mengalami kenaikan dengan Tabel 4 Perbedaan Pengetahuan dan


skor terendah 7 dan tertinggi 13 dan Pelaksanaan Timbang terima antara
median 10,00. Untuk kualitas pelaksanaan Kelompok Intervensi dan Kelompok
timbang terima rentang skor sebelum Kontrol
pelatihan antara 2 dengan 7 dan median
4,00. Setelah diberikan pelatihan rentang Variabel Kelompok Median p value
skor kualitas pelaksanaan timbang terima Pengetahuan Intervensi 2,00
0,000
neik menjadi 12 sampai 15 dan median Kontrol 0,00
15,00 (Tabel 2). Pelaksanaan Intervensi 10,00
Timbang Kontrol 0,00 0,000
Tabel 3 Perbedaan rentang skor skor terima
Pengetahuan dan Kualitas Pelaksanaan
Timbang terima Sebelum dan Sesudah
Pada Tabel 4 dapat dilihat perbedaan
Pelatihan (kelompok Kontrol)
pengetahuan ( p value 0,000 ) dan kualitas
Variabel Kelompok Kontrol
pelaksanaan timbang terima ( p value
Median Min-
0,000 ) antara kelompok intervensi dengan
Max kelompok Dari hasil diatas dapat
Pengetahuan disimpulkan bahwa ada perbedaan
Pre-Test 6,00 4–9 pengetahuan dan kualitas pelaksanaan
Post-Test 6,00 5-9 timbang terima antara kelompok intervensi
Kualitas yang diberi pelatihan dengan kelompok
Pelaksanaan kontrol yang tidak diberi pelatihan.
Timbang terima
Pre-Test 5,00 2-7 PEMBAHASAN
Post-Test 5,00 3-7
Mayoritas umur responden kelompok
intervensi dan kontrol terbanyak pada
Sementara pada kelompok kontrol
rentang 18- 40 ( dewasa muda), dimana
tidak mengalami kenaikan rentang skor
pada rentang umur tersebut sangat mampu
pengetahuan dan kualitas pelaksanaan
untuk mengikuti pelatihan dan
timbang terima sebelum dan sesudah
mengaplikasikannya pada tatanan
pelatihan. Rentang skor pengetahuan
pelayanan keperawatan. Menurut (Robbins
kelompok kontrol sebelum 4 sampai 9 dan
& Judge, (2008) mengemukakan bahwa
setelah antara 5 sampai 9. Rentang skor
seseorang dengan umur yang lebih muda
kualitas pelaksanaan timbang terima
akan lebih mudah untuk memahami atau
sebelum antara 2 sampai 7 dan setelah
menguasai ilmu baru, sehingga
antara 3 sampai 7, dengan median yang
pengetahuan komunikasi ISOBAR akan
sama yaitu 6 dan 5 (Tabel 3). Hal ini
meningkat dengan diberikannya pelatihan.
menujukkan ada perbedaan rentang skor
pengetahuan pada kelompok intervensi Jenis kelamin responden hampir 100%
yang diberi pelatihan dengan kelompok perempuan, dimana perawat sangat identik
kontrol yang tidak mendapatkan pelatihan. dengan perempuan atau ibu yang lebih
dikenal dengan mother instinct (Potter, P.
A., & Perry, 2016). Pada saat manusia baru
lahir orang yang pertama kali merawat
anak adalah seorang perempuan, mereka
diberi kelebihan kepekaan emosi dan
bekerja atas dasar naluri kepedulian pada
orang lain. Oleh karena itu perawat sangat
identik dengan perempuan dan sesuai

96
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No. 2, Oktober 2019, (Hal. 92-102)

dengan hasil penelitian yang didapat di kondisi pasien), Asessment (perencanaan


RSUD Padang Pariaman. dari penilaian kondisi pasien dari hasil
pengkajian dan pemeriksaan penunjang),
Pendidikan responden kelompok Recomendation (pengualngan/ memastikan
kontrol dan intervensi ada pada level DIII informasi yang disampaikan tentang tindak
keperawatan dan S1+Ners. Pengetahuan lanjut dari perawatan pasien).
berhubungan dengan proses penerimaan
informasi, dimana semakin tinggi tingkat Menurut Febrianti, (2015) pelatihan
pendidikan semakin tinggi pula tingkat merupakan kegiatan proses belajar untuk
peneriamaan informasi. Hal ini sesuai menigkatkan keterampilan. Arsanam et al,
dengan yang dikemukakan Robbins (2014) juga mengemukakan bahwa
dimana semakin tinggi tingkat pendidikan pelatihan meruapakan kegiatan untuk
seseorang, maka semakin baik pula dalam mengurangi kesenjangan keterampilan staf
menerima informasi. Masa kerja responden dengan apa yang dikehendaki perusahaan
sebagian besar lebih dari lima tahun, dan untuk meningkatkan kompetensi staf.
namun 100% responden belum Dengan demikian pelatihan dapat
mendapatkan pelatihan. Keterampilan bisa meningkatkan pengetahuan dan
didapatkan melalui pelatihan, untuk itu keterampilan petugas dalam melakukan
perlu diberikan pelatihan komunikasi komunikasi ISOBAR.
ISOBAR terhadap responden untuk
meningkatkan pengetahuan, wawasan dan Peningkatan pengetahuan setelah
keterampilan dalam pelaksanaan diberikan pelatihan menunjukkan bahwa
komunikasi saat timbang terima. pelatihan dapat menambah wawasan
responden tentang komunikasi ISOBAR.
Penelitian yang telah dilakukan pada Hal ini sejalan dengan penelitian Beament
kelompok intervensi dan kelompok kontrol et al, (2018) dimana pengetahuan
di RSUD Padang Pariaman didapatkan responden tentang komunikasi ISOBAR
pengetahuan responden sebelum diberikan meningkat dari 2,54 menjadi 4,32 setelah
pelatihan masih ada yang mendapatkan dilakukan intervensi pendidikan. Abate &
skor rendah pada kelompok intervensi VanGraafeiland (2019) juga
dengan skor 3, 4 dan 5 (responden no 20, mengemukakan bahwa intervensi pelatihan
21 dan 12 ), dan responden kelompok dapat meningkatkan pengetahuan perawat,
kontrol dengan skor 4 dan 5 (responden no serta meningkatkan keterampilan dan
2, 5, 8, 9 dan 18 ). sikap perawat (Sudiarta, et all 2019). Jadi
pelatihan yang diberikan dalam penelitian
Analisis kuisioner pengetahuan ini dengan metode seminar, role play dan
tentang komunikasi ISOBAR dan hasil bimbingan sangat efektif dalam
observasi pelaksanaan timbang terima meningkatkan pengetahuan dan
didapatkan bahwa responden masih kurang keterampilan responden.
paham tentang poin situation dan Meningkatnya pengetahuan responden
assesment. Responden mendapatkan nilai dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan
terendah pada kedua poin diatas. Hal ini timbang terima. Hal ini sejalan dengan
menunjukkan bahwa responden masih penelitian Beament et al, (2018) di Rumah
kurang paham tentang komunikasi Sakit Umum Australia dimana terdapat
ISOBAR. Komponen ISOBAR yang akan pengaruh pelatihan tool ISOBAR dalam
disampaikan belum bisa dibedakan oleh pelaksanaan timbang terima dengan
responden, seperti pada komponen Identify p=0,000. Jadi pelatihan yang dilakukan
(tentang identitas pasien), Situation dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan
(keluhan dan kondisi terkini dari pasien), timbang terima sehingga meningkatkan
Observation (hasil observasi dari kondisi kualitas informasi yang disampaikan.
pasien), Background (latar belakang
97
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No. 2, Oktober 2019, (Hal. 92-102)

Meningkatnya kualitas pelaksanaan terima pada kelompok intervensi dan


timbang terima sangat menunjang dalam kelompok kontrol dengan uji Man-Whitney
keselamatan pasien, dimana timbang didapatkan ada perbedaan pengetahuan (p-
terima yang dilakukan lebih terarah, value 0,000), dan kualitas pelaksanaan
terstruktur dan lengkap, sehingga timbang terima (p-value 0,000) antara
mengurangi kesalahan – kesalahan yang kelompok intervensi yang mendapatkan
akan terjadi. Dalam Blyth, et all (2017) pelatihan dengan kelompok kontrol yang
mengatakan bahwa intervensi format tidak mendapatkan pelatihan. Sejalan
timbang terima di Rumah Sakit dapat dengan Penelitian Sudiarta et al, (2019)
meningkatkan fokus yang dilakukan dalam didapatkan adanya perbedaan pengetahuan
timbang terima dan meminimalisir perawat klinis (p=0,000), pelaksanaan
kesalahan yang terjadi. Begitu juga Geddes timbang terima (p=0,000) dan sikap
et al, (2016) mengemukakan bahwa (p=0,000) antara kelompok intervensi dan
komunikasi ISOBAR merupakan teknik kelompok kontrol, hal ini menunjukkan
timbang terima yang mendukung pelatihan berupa seminar, role play dan
keselamatan pasien. bimbingan dapat meningkatkan
Komunikasi ISOBAR merupakan pemahaman perawat tentang komunikasi
pengembangan dari formulir SBAR yang ISOBAR.
dikembangkan oleh tim WACHS (Western Metode pelatihan yang diberikan pada
Australian Country Handover Service). kelompok intervensi berupa seminar, role
Dalam kerangka komunikasi ISOBAR play dan bimbingan merupakan
telah digabung menjadi satu kerangka penggabungan beberapa metode pelatihan
komunikasi mulai dari melakuan yang dapat meningkatkan kompetensi dan
identifikasi pasien, melaporkan kondisi kualitas petugas, sehingga dalam
terkini, hasil observasi, latar belakang pemberian pelayanan akan lebih baik dan
masalah pasien, penilaian terhadap kondisi maksimal sesuai dengan pengetahuan yang
pasien dan rekomendasi tindakan serta dimiliki petugas. Seminar yang diberikan
konfirmasi informasi yang disampaikan. akan menambah wawasan responden
McGowan et al, (2014) mengemukakan tentang komunikasi ISOBAR, dan role
penggunaan format timbang terima yang play berupa praktek langsung akan
terstruktur dapat meningkatkan efisiensi meningkatkan keterampilan responden.
informasi yang disampaikan dalam Sejalan dengan penelitian Lilis, (2015)
mendukung kelanjutan asuhan pasien. dimana metode role play dapat
Timbang terima merupakan salah satu meningkatkan keterampilan dan
cara dalam menyampaikan dan menerima kemampuan peserta dalam
laporan yang berkaitan dengan keadaan mengaplikasikan pengetahuan yang
pasien yang dilakukan seefektif mungkin didapat. Begitu juga dengan Neupane,
(Triwibowo et al, 2016). Dalam Merten et (2019) mengatakan bahwa teknik role play
al, (2017) mengemukakan bahwa timbang mempengaruhi keterampilan sesorang.
terima adalah transfer tanggung jawab Disamping seminar dan role play juga
profesioal atas semua aspek keperawatan dilakukan bimbingan terhadap responden
pasien. Jadi kagiatan timbang terima dalam kelompok intervensi. Dengan Bimbingan
pelayanan keperawatan merupakan salah responden akan lebih paham tentang
satu rangkaian kegiatan dalam komunikasi ISOBAR dan pelaksanaan
menyampaikan dan menerima pertanggung timbang terima dapat dilakukan sebaik
jawaban pasien sehingga kelanjutan mungkin. Sejalan sejalan dengan penelitian
perawatan pasien dapat berjalan sempurna Maharani et al, (2018) bahwa teknik
serta menjaga keselamatan pasien. bimbingan dapat meningkatkan
Dari hasil uji statistik perbedaan keterampilan dan tindakan seseorang.
pengetahuan dan pelaksanaan timbang
98
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No. 2, Oktober 2019, (Hal. 92-102)

Pemberian pelatihan kepada kebutuhan, serta mengurangi resiko


responden bertujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien.
produktivitas petugas baik kuantitas
maupun kualitas, sehingga bisa KESIMPULAN
meningkatkan kemandirian dalam Berdasarkan penelitian tentang
melaksanakan tugas, menambah kreatifitas, pengaruh pelatihan komunikasi ISOBAR
menambah stabilitas dan keluwesan terhadap pengetahuan dan kualitas
organisasi sehingga rumah sakit dapat pelaksanaan timbang terima di RSUD
menyesuaikan diri dengan perubahan yang Padang Pariaman didapatkan bahwa
terjadi karena kemampuan anggota sudah pelatihan komunikasi ISOBAR dengan
merata. misal, jika ada anggota yang teknik seminar, role play dan bimbingan
keluar, anggota lain bisa menggantikan berpengaruh terhadap kelompok intervensi,
karena sudah punya kemampuan yang dimana timbang terima yang dilakukan
sama. Dengan diberikannya pelatihan lebih terstruktur dan terarah yang dapat
dapat meningkatkan semangat kerja karena mengurangi kesalaha dalam pelaksanaan
dilengkapi dengan pengetahuan, timbang terima.
keterampilan dan kemapuan yang cukup.
Diharapkan pihak Rumah Sakit dapat
Fereshteh et al,(2016) mengemukakan menerapkan komunikasi ISOBAR dalam
bahwa pelatihan berguna dalam pelaksanaan timbang terima. Dan begi
pengembangan karier jangka panjangan, peneliti selanjutnya dapat melakukan
membantu dalam menghadapi tanggung penelitian tentang komunikasi ISOBAR
jawab yang besar serta meningkatkan dengan metode atau variabel yang berbeda.
kualitas organisasi. Program pelatihan
tidak hanya bermanfaat terhadap UCAPAN TERIMA KASIH
karyawan, namun juga bermanfaat Peneliti mengucapkan terima kasih
terhadap rumah sakit, dimana dengan kepada responden di RSUD Padang
bertambahnya pengetahuan petugas dapat Pariaman yang telah berpartisipai dalam
memberikan layanan yang lebih baik, penelitian ini dan Fakultas Keperawatan
sehingga dapat meningkatkan kualiats Universitas Andalas yang telah
rumah sakit dimata konsumen. Program memberikan kesempatan pada peneliti
pelatihan dan pengembangan merupakan dalam mengaplikasikan ilmu.
kegiatan yang dapat dijadikan investasi
dalam hal sumber daya manusia untuk DAFTAR PUSTAKA
meningkatkan kualitas rumah sakit. Abate, B., & VanGraafeiland, B. (2019).
Improving Education and
Oleh karena itu bedasarkan temuan,
Communication in an Assisted Living
teori dan hasil penelitian yang dilakukan,
Facility to Reduce Avoidable
maka peneliti mengharapkan pada pihak
Emergency Department Transfers: A
Rumah Sakit dapat menerapkan
Quality Improvement Project. Journal
komunikasi ISOBAR sebagai kerangka
of Gerontological Nursing, 45(5), 23–
acuan dalam pelaksanaan timbang terima
29. https://doi.org/10.3928/00989134-
antar shift di RSUD Padang Pariaman.
20190404-01
Menetapkan komunikasi ISOBAR sebagai
standar komunikasi dalam melakukan Abdurrahman, M., & Garcia, C. (2016).
timbang terima, sebagai upaya Safe clinical handover. In On-Call
meningkatkan kualitas SDM dan kualitas Geriatric Psychiatry: Handbook of
layanan di Rumah Sakit. Asuhan pasien Principles and Practice (pp. 87–97).
dapat diberikan sesuai prosedur dan https://doi.org/10.1007/978-3-319-
30346-8_9
99
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No. 2, Oktober 2019, (Hal. 92-102)

Agency for Healthcare Research and Communication in Clinical Handover:


Quality (AHRQ). (2014). Hospital Improving the Safety and Quality of
Survey on Patient Safety Culture. the Patient Experience. J Public
https://doi.org/10.1097/PTS.0b013e31 Health Res, 4. https://doi.org/doi:
81b53f6e 10.4081/jphr.2015.666
Arsanam, P., & Yousapronpaiboon, K. Febrianti, P. Y. (2015). Analisis Pengaruh
(2014). The Relationship between Pelatihan Terhadap Peningkatan
Service Quality and Customer Kemampuan PNS Di Balai PU
Satisfaction of Pharmacy Departments Wilayah I Medan.
in Public Hospitals. International http://repository.usu.ac.id/handle/123
Journal of Innovation, Management 456789/57747.
and Technology, 5(4), 261–265.
https://doi.org/10.7763/IJIMT.2014.V Fereshteh, F., Hossein, E. A., & Shayan,
5.524 H. (2016). Evaluating of Training and
Internship Programs of University
Australian Commission on Safety and Hospitals. Health, 8(4), 658–663.
Quality in Healthcare. (2012). https://doi.org/10.4236/health.2016.87
Clinical Handover Standard 6. Natl. 069
Saf. Qual. Heal. Serv. Stand.
Geddes, F., Della, P., Stewart-Wynne, E.,
Beament, T., Ewens, B., Wilcox, S., & & Jones, D. (2016). 10. iSoBar: An
Reid, G. (2018). A collaborative innovative framework and checklist
approach to the implementation of a for clinical rounds in an
structured clinical handover tool interprofessional student training
(iSoBAR), within a hospital setting in ward. In Effective Communication in
metropolitan Western Australian: A Clinical Handover.
mixed methods study. Nurse https://doi.org/10.1515/97831103790
Education in Practice, 33, 107–113. 44-018
https://doi.org/10.1016/j.nepr.2018.08
.019 Güneş, Ü. Y., Gürlek, Ö., & Sönmez, M.
(2016). A survey of the patient safety
Blyth, C., Bost, N., & Shiels, S. (2017). culture of hospital nurses in Turkey.
Impact of an education session on Collegian, 23(2), 225–232.
clinical handover between medical https://doi.org/10.1016/j.colegn.2015.
shifts in an emergency department: A 02.005
pilot study. EMA - Emergency
Medicine Australasia, 29(3), 336– KARS. (2017). Efektif 1 Januari 2018.
341. https://doi.org/10.1111/1742- Standar Nasional Akreditasi Rumah
6723.12717 Sakit (Vol. 1).

Compton, J., Copeland, K., Flanders, S., Lee, J. Y. (2015). Effective communication
Cassity, C., Spetman, M., Xiao, Y., & for patient safety. Journal of the
Kennerly, D. (2012). Implementing Korean Medical Association, 58(2),
SBAR across a large multihospital 100–104.
health system. Joint Commission https://doi.org/10.5124/jkma.2015.58.
Journal on Quality and Patient 2.100
Safety, 38(6), 261–268.
Lilis, S. (2015). The Effectivenes of Role
https://doi.org/10.1016/S1553-
Play in Teaching Speaking. ELTIN
7250(12)38033-1
Journal, 3(October), 106–109.
Eggins, S., & Slade, D. (2015).
100
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No. 2, Oktober 2019, (Hal. 92-102)

Maharani, L., Masya, H., & Janah, M. Initiative | Medical Journal of


(2018). Peningkatan Keterampilan Australia. Med J Aust, 190(11), 152.
Sosial Peserta Didik SMA Retrieved from
Menggunakan Layanan Bimbingan https://www.mja.com.au/journal/2009
Kelompok Dengan Teknik Diskusi. /190/11/isobar-concept-and-handover-
KONSELI: Jurnal Bimbingan Dan checklist-national-clinical-handover-
Konseling (E-Journal), 5(1), 65. initiative%5Cnhttps://www.mja.com.a
https://doi.org/10.24042/kons.v5i1.26 u/system/files/issues/190_11_010609/
58 con11210_fm.pdf
Mardis, M., Davis, J., Benningfield, B., Potter, P. A., & Perry, A. G. (2016).
Elliott, C., Youngstrom, M., Nelson, Fundamental ofnursing concept,
B., … Riesenberg, L. A. (2015). process and practice (9th ed). Christ
Shift-to-Shift Handoff Effects on Church University Canterbury: St
Patient Safety and Outcomes: A Louis: Mosby Company.
Systematic Review. American
Journal of Medical Quality : The Putra, A. J. (2013). Analisa Faktor-Faktor
Official Journal of the American yang Berhubungan dengan
College of Medical Quality. Keselamatan Pasien (Patient Safety)
https://doi.org/10.1177/10628606156 di Ruang Perawatan Rumah Sakit
12923 Haji Jakarta. Kesehatan Masyarakat,
1–17.
McGowan, M., McClean, A., Verma, R., &
Anandarajan, M. (2014). Improving Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2008).
Patient Safety In Paediatric Perilaku Organisasi Jilid II. Salemba
Handovers. Archives of Disease in Empat.
Childhood, 99(Suppl 2), A571.1- https://doi.org/10.1097/ACM.0b013e
A571. 31821db670
https://doi.org/10.1136/archdischild-
Sohi, D., Scotney, E., Sowerbutts, H.,
2014-307384.1596
Barber, T., & V Rao2. (2015).
Merten, H., van Galen, L. S., & Wagner, Significantly improving the efficiency
C. (2017). Safe handover Hanneke of communication in paediatrics. BMj,
Merten researcher in quality and 96(1).
safety in healthcare. BMJ, 359. https://doi.org/doi.org/10.1136/adc.20
https://doi.org/10.1136/bmj.j4328 11.212563.210

National Clinical Effectiveness Commitee. Sudiarta, I. K., Tarigan, E., & Supardi, S.
(2014). Communication (Clinical (2019). Effect of Nursing Training on
Handover) in Maternity Services. Improving Knowledge, Skills, and
Department of Health. Attitudes of Clinical Nurses.
Indonesian Journal of Health
Neupane, B. (2019). Effectiveness of Role Research, 2(1), 31–38.
Play in Improving Speaking Skill. https://doi.org/10.32805/ijhr.2019.2.1.
Journal of NELTA Gandaki, 1, 11–18. 42
https://doi.org/10.3126/jong.v1i0.244
54 Triwibowo, C., Yuliawati, S., & Amri
Husna, N. (2016). Handover Sebagai
Porteous, J., Stewart-Wynne, E., Connolly, Upaya Peningkatan Keselamatan
M., & Crommelin, P. (2009). iSoBAR Pasien ( Patient Safety) di Rumah
— a concept and handover checklist: Sakit. Jurnal Keperawatan
the National Clinical Handover Soedirman, 11, 5.
101
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No. 2, Oktober 2019, (Hal. 92-102)

Wheeler, K. K. (2015). Effective handoff


communication. Nursing Critical
Care, 10(6), 13–15.
https://doi.org/10.1097/01.CCN.0000
472849.85679.c4

102

You might also like