Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 26

CASSOWARY volume 3 (2): 101 - 126

ISSN : 2614-8900
E-ISSN : 2622-6545
Program Pascasarjana Universitas Papua, https://pasca.unipa.ac.id/

Realisasi Program Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (UKL-


UPL) di Kota Sorong
(Realization of Environmental Management and Monitoring Program (UKL-UPL) in
Sorong City)

Victorina Tutiana Kambuaya, Anton S. Sinery*, Max J. Tokede

Program Studi Ilmu Lingkungan, Pascasarjana UNIPA, Jalan Gunung Salju, Amban,
Manokwari, 98314, Indonesia

*Email: anton_sineri@yahoo.com

ABSTRACT: Environmentally sound development is a development effort undertaken


with due regard to environmental aspects. UKL-UPL is an instrument that is expected to
be a deterrent of environmental pollution and damage, which in its application UKL-
UPL is one of the prerequisites to obtain Environmental Permit. The aim of the research
is to know the realization of environmental management and monitoring activities as
contained in the UKL-UPL document of environmental permit holders in Sorong City
area and the factors that influence the successful implementation of environmental
management and monitoring activities. Objects observed in this study were
environmental permit holders who implement environmental management and
monitoring (UKL-UPL) program in Sorong City. The environmental permit holders are
three (3) types of business and or activity consisting of andesite mining activities by PT.
Lintas Artha Lestari, then shopping service activities by Mall Ramayana and Activity of
power plant by PLTD Klasaman. The method used in this research was descriptive
method with observation and interview technique. The results of research in general
realization of each business owner and or activity in realizing environmental
management program was relatively different both in terms of the number and
completion of the completion of activities. PT. Lintas Artha Lestari successful UKL
realization UPL quite successful. Factors that contribute to the realization are Policy and
institutional resources and supervision. PT. Prima Lestari Investindo (Ramayana Mall)
realization UKL was quite successful, realization UPL did not succeed. Factors that
contribute to the realization are supervision and policy and institutional resources.
PLTD Classification Realization UKL successful, realization UPL successful.
Institutional, resource, policy and supervisory factors contributed equally to the
realization of UKL-UPL.

Keywords: Realization, Environmental Management and Monitoring Program, Sorong


City.

ABSTRAK
Pembangunan berwawasan lingkungan merupakan suatu upaya pembangunan yang
dilakukan dengan tetap mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan. UKL-UPL
merupakan suatu instrument yang diharapkan dapat menjadi pencegah terjadinya

101
CASSOWARY volume 3 (2): 101 - 126

pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, dimana dalam penerapannya UKL-UPL


merupakan salah satu prasayarat untuk memperoleh Izin Lingkungan. Tujuan penelitian
ini adalah mengetahui realisasi kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
sebagaimana tertuang dalam dokumen UKL-UPL pemegang izin lingkungan di wilayah
Kota Sorong dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan kegiatan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Objek yang diamati dalam penelitian ini
adalah pemegang izin lingkungan yang melaksanakan program pengelolaan dan
pemantauan lingkungan (UKL-UPL) di Kota Sorong. Pemegang izin lingkungan
dimaksud sebanyak tiga (3) jenis usaha dan atau kegiatan yang terdiri atas kegiatan
penambangan batauan andesit oleh PT. Lintas Artha Lestari, selanjutnya kegiatan jasa
pertokoan oleh Mall Ramayana dan Kegiatan pembangkit energi oleh PLTD Klasaman.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik
observasi dan wawancara. Hasil penelitian secara umum realisasi masing-masing
pemilik usaha dan atau kegiatan dalam merealisasikan program pengelolaan lingkungan
relatif berbeda baik dari segi jumlah maupun ketuntasan penyelesaian kegiatan. PT.
Lintas Artha Lestari realisasi UKL berhasil, realisasi UPL cukup berhasil. Faktor yang
berperan terhadap realisasi adalah Kebijakan dan kelembagaan sumberdaya serta
pengawasan. PT. Prima Lestari Investindo (Ramayana Mall) realisasi UKL cukup
berhasil, realisasi UPL tidak berhasil. Faktor yang berperan terhadap realisasi adalah
pengawasan dan sumberdaya kebijakan serta kelembagaan. PLTD Klasaman Realisasi
UKL berhasil, realisasi UPL berhasil. Faktor kelembagaan, sumberdaya, kebijakan dan
pengawasan memberikan kontribusi yang sama terhadap realisasi UKL-UPL.

Kata kunci : Realisasi, Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya


Pemantauan Lingkungan (UPL)

PENDAHULUAN perumahan, SPBU, bengkel/alat-alat


Keberhasilan pembangunan berwa- berat, galian C dan kegiatan lainnya
wasan lingkungan merupakan upaya yang berdampak pada lingkungan.
pencegahan kerusakan lingkungan hidup Segala aktivitas untuk jenis kegiatan
melalui implementasi instrumen yang ada menghasilkan berbagai
lingkungan hidup. UKL-UPL merupakan limbah, baik limbah padat, limbah cair,
suatu instrument yang diharapkan dapat limbah medis serta emisi gas buang
menjadi pencegah terjadinya yang memiliki potensi menimbulkan
pencemaran dan kerusakan lingkungan pencemaran dan kerusakan lingkungan
hidup, dimana dalam penerapannya hidup jika tidak dikelola dengan tepat.
UKL-UPL merupakan salah satu Meskipun pemerintah telah
prasayarat untuk memperoleh Izin menetapkan berbagai kebijakan seperti
Lingkungan seperti tertuang dalam mewajibkan semua usaha dan kegiatan
Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun pembangunan memiliki dokumen
2012 tentang Izin Lingkungan (Sinery lingkungan dan izin lingkungan, namun
dkk, 2016). demikian fakta lapangan menunjukkan
Laju pembangunan di kota bahwa belum semua usaha yang
Sorong dalam sektor jasa dan beroperasi di Kota Sorong memiliki
perdagangan ditandai dengan dokumen lingkungan yang disyaratkan.
berkembangnya berbagai usaha dan Bahkan sekalipun telah memiliki
kegiatan seperti perhotelan, rumah sakit, dokumen UKL-UPL, namun kegiatan

102
CASSOWARY volume 3 (2): 101 - 126

pengelolaan dan pemantauan yang limbah, baik limbah padat, limbah cair,
tertuang dalam dokumen UKL-UPL limbah medis serta emisi gas buang
belum dilaksanakan oleh pihak yang memiliki potensi menimbulkan
pemrakarsa secara baik. Hasil pra pencemaran dan kerusakan lingkungan
penelitian menunjukkan bahwa ada hidup jika tidak dikelola dengan tepat.
kecenderungan pada sejumlah kegiatan Kenyataan menunjukan bahwa
usaha yang telah beroperasi di wilayah pembangunan yang pesat di kota
ini tidak melaksanakan tanggung jawab Sorong disamping memberikan dampak
lingkungan sebagaimana yang tertuang positif juga memberikan dampak
di dalam dokumen UKL-UPL yang negatif berupa menurunnya daya
dimilikinya. Dokumen UKL-UPL dukung lingkungan. Menurunnya daya
hanya dijadikan pra syarat untuk dukung lingkungan berdampak lanjut
memperoleh izin lingkungan sehingga pada menurunnya kualitas lingkungan.
usaha dapat beropesi, tetapi tidak Penurunan kualitas lingkungan sampai
dijadikan sebagai sarana manajemen pada batas lingkungan itu tidak dapat
lingkungan yang terintegrasi dalam difungsikan lagi sesuai peruntukkannya,
sistem manajemen unit. Pemrakarsa maka lingkungan tersebut dikatakan
usaha juga belum menyadari dan telah rusak atau tercemar. Menurut
berkomitmen bahwa pelestarian Aipassa dkk (2015); Sinery dkk (2015)
lingkungan merupakan tanggung jawab menurunnya daya dukung lingkungan
dan wajib melaporkannya kepada hidup biasanya diakhiri dengan
pemerintah sebagai konsekuensi dari hilangnya kemampuan lingkungan
izin usaha yang diberikan oleh untuk melakukan fungsinya (daya
pemerintah. tampung).
Kota Sorong dengan luas Meskipun pemerintah telah
wilayah 1.105 km2 secara administratif menetapkan berbagai kebijakan seperti
terdiri dari 10 distrik dan 40 kelurahan. mewajibkan semua usaha dan kegiatan
Sesuai dengan kondisi Kota Sorong pembangunan memiliki dokumen
yang kurang memiliki kekayaan sumber lingkungan dan izin lingkungan, namun
daya alam, maka pembangunan demikian fakta lapangan menunjukkan
diarahkan pada sektor jasa dan bahwa belum semua usaha yang
perdagangan. Meskipun Kota Sorong beroperasi di Kota Sorong memiliki
relatif tidak mempunyai potensi sumber dokumen lingkungan yang disyaratkan.
daya alam yang memadai, tetapi potensi Bahkan sekalipun telah memiliki
di luar sumber daya alam cukup dokumen UKL-UPL, namun kegiatan
prospektif apabila dikelola secara pengelolaan dan pemantauan yang
profesional melalui kegiatan tertuang dalam dokumen UKL-UPL
pembangunan yang terpadu dan belum dilaksanakan oleh pihak
berkelanjutan. Laju pembangunan di pemrakarsa secara baik. Hasil pra
kota Sorong dalam sektor jasa dan penelitian menunjukkan bahwa ada
perdagangan ditandai dengan kecenderungan pada sejumlah kegiatan
berkembangnya berbagai usaha dan usaha yang telah beroperasi di wilayah
kegiatan seperti perhotelan, rumah sakit, ini tidak melaksanakan tanggung jawab
perumahan, SPBU, bengkel/alat-alat lingkungan sebagaimana yang tertuang
berat, galian C dan kegiatan lainnya di dalam dokumen UKL-UPL yang
yang berdampak pada lingkungan. dimilikinya. Dokumen UKL-UPL
Segala aktivitas untuk jenis kegiatan hanya dijadikan pra syarat untuk
yang ada menghasilkan berbagai memperoleh izin lingkungan sehingga

103
CASSOWARY volume 3 (2): 101 - 126

usaha dapat beropesi, tetapi tidak pembangkit energi oleh PLTD


dijadikan sebagai sarana manajemen Klasaman. Jumlah kegiatan ini
lingkungan yang terintegrasi dalam ditetapkan berdasarkan kelengkapan
sistem manajemen unit. Pemrakarsa administrasi dokumen maupun
usaha juga belum menyadari dan substansi program pengelolaan dan
berkomitmen bahwa pelestarian pemantauan lingkungan yang
lingkungan merupakan tanggung jawab direncanakan dari 17 dokumen UKL-
dan wajib melaporkannya kepada UPL yang tersedia.
pemerintah sebagai konsekuensi dari Subjek dalam penelitian ini
izin usaha yang diberikan oleh adalah pemilik usaha, staf manejemen
pemerintah. dan karyawan pelaksana kegiatan di
Atas fakta yang dideskripsikan lapangan yang ditentukan secara
di atas, maka muncul pertanyaan apakah purposive berdasarkan tanggung jawab
perusahaan pemegang izin lingkungan dalam pengelolaan lingkungan termasuk
yang ada di Kota Sorong telah kewenangan pemberian data.
mengimplementasikan semua program Metode yang digunakan dalam
pengelolaan dan pemantauan penelitian ini adalah metode deskriptif
lingkungan yang tertuang di dalam dengan teknik observasi dan
dokumen UKL-UPL yang dimilikinya. wawancara.
Apakah program pengelolaan dan Variabel utama terdiri atas
pemantauan lingkungan yang realisasi program pengelolaan
dilaksanakan telah efektif mengurangi lingkungan, realisasi program
dampak negatif yang diperkirakan? pemantauan lingkungan sebagaimana
Apakah hasil pelaksanaan program tercantum pada dokumen UKL-UPL
pengelolaan dan pemantauan dan Faktor-faktor yang diduga
lingkungan terdokumentasikan dan mempengaruhi pelaksanaan UKL-UPL.
dilaporkan secara periodik kepada Variabel penunjang adalah data kondisi
pemerintah. Faktor-faktor pendukung umum unit usaha dan atau kegiatan
dan penghambat apa saja yang turut lokasi penelitian.
berperan dalam menentukan Penentuan realisasi pelaksanaan
keberhasilan program pengelolaan dan kegiatan UKL-UPL didasarkan pada
pemantauan lingkungan di lapangan? jumlah nilai realisasi kegiatan upaya
Pertanyaan-pertanyaan tersebut pengelolaan lingkungan dan upaya
merupakan masalah yang akan dijawab pemantauan lingkungan dari masing-
melalui penelitian yang dilakukan. masing responden. Penentuan realisasi
pengelolaan dan pemantauan
METODE PENELITIAN lingkungan didasarkan pada
Objek yang diamati dalam penjumlahan angka masing-masing
penelitian ini adalah pemegang izin kegiatan UKL-UPL pada setiap pemilik
lingkungan yang melaksanaam program izin lingkungan.
pengelolaan dan pemantauan Daftar pertanyaan yang
lingkungan di Kota Sorong. Pemegang disiapkan sesuai jumlah kegiatan UKL-
izin lingkungan dimaksud sebanyak tiga UPL pada masing-masing unit usaha
(3) jenis usaha dan atau kegiatan yang yang disampling terdapat 35 kegiatan
terdiri atas kegiatan penambangan pada PT. Lintas Artha Lestari yang
batuan andesit oleh PT. Lintas Artha terbagi 17 kegiatan UKL dan 18
Lestari, kegiatan jasa pertokoan oleh kegiatan UPL. Selanjutnya PT. Prima
Mall Ramayana dan kegiatan Lestari Investindo (Ramayana Mall)

104
CASSOWARY volume 3 (2): 101 - 126

sebanyak 26 kegiatan yang terdiri atas K = Banyaknya Kelompok


14 kegiatan UKL dan 9 kegiatan UPL
dan selanjutnya PLTD Klasaman Dari persamaan diatas diperoleh
sebanyak 37 kegiatan yang terdiri atas nilai-nilai yang disajikan pada Tabel 1.
24 kegiatan UKL dan 13 kegiatan UPL. Selanjutnya untuk menentukan faktor-
Pemilik usaha dan atau kegiatan faktor yang mempengaruhi realisasi
diasumsikan dapat melaksanakan semua program pengelolaan dan pemantauan
kegiatan baik UKL maupun UPL lingkungan pada masing-masing unit
dengan skor tertinggi 3 (bila semua manajemen, maka dilakukan analisis
jawaban c) dan skor terendah 1 (bila secara deskriptif dan ditampilkan dalam
semua jawaban a). Kemudian untuk bentuk tabel dan gambar. Faktor-faktor
memberikan skala penilaian yang diduga sebagai penentu
realisasi/tingkat keberhasilan kegiatan keberhasilan atau realisasi pelaksanaan
dari nilai terendah sampai tertinggi, data UKL-UPL dimaksud adalah
tersebut dibagi 3 kelompok dengan kelembagaan, sumber daya, kebijakan
katagori; (a) tidak terealisasi = skor 1, dan pengawasan.
(b) cukup terealisasi = skor 2; dan (c) Data yang dikumpulkan dalam
terealisasi = skor 3. Proses tersebut penelitian ini, terdiri atas:
dilakukan dengan cara sebagai berikut a) Persepsi manajemen tentang
(Sudjana, 1992) UKL/UPL
1. Menentukan rentang nilai dengan b) Jenis program dan kegiatan
persamaan : pengelolaan lingkungan
Rentang (R) = Nilai Tertinggi – c) Jenis program dan kegiatan
Nilai Terendah pemantauan lingkungan;
1. Menentukan banyaknya kelompok, d) Data keadaan umum usaha dan
dalam hal ini banyaknya kelas /kegiatan;
ditentukan sebanyak 3 kelompok Pengumpulan data wawancara
sesuai kategori penilaian tersebut dilakukan pada perwakilan unit
diatas. manajemen berdasarkan kewenangan
2. Menentukan panjang kelas dengan manajemen dalam hal pemberian
persamaan sebagai berikut : data/informasi yang dapat mencakup
R unsur manajemen maupun karyawan
P = atau petugas lapangan.
K Data hasil penelitian dianalisis
Keterangan : secara deskriptif dan ditampilkan dalam
P = Panjang Kelas bentuk tabel dan gambar.
R = Rentang

Tabel 1. Selang kelas realisasi UKL dan UPL


Selang Kelas PT Lintas Ramayana PLTD
Realisasi UKL UPL UKL UPL UKL UPL
TB 1-17 1-18 1-14 1-9 1-24 1-13
CB 18-34 19-36 15-28 10-18 25-48 14-26
B 35-51 37-54 29-42 19-27 49-72 27-39
Ket : TB = Tidak Berhasil, CB = Cukup Berhasil, B=Berhasil

105
CASSOWARY volume 3 (2): 101 - 126

HASIL DAN PEMBAHASAN pembonngkaran, menjaga kesela-


matan pekerja kegiatan pembong-
Upaya Pengelolaan Lingkungan PT. karan baik yang berada diatas
Prima Artha Lestari maupun di bawah.
Upaya pengelolaan lingkungan d. Memelihara peralatan/mesin secara
PT. Lintas Artha Lestari belum rutin yang digunakan agar tidak
terealisasi secara keseluruhan. Jumlah menimbulkan kebisingan.
kegiatan pengelolaan lingkungan yang e. Memeriksa dan menggantikan
terealisasi mencapai 13 kegiatan komponen peralatan/mesin yang
(76,47%) dari 17 kegiatan yang rusak.
direncanakan. Kondisi tersebut f. Melokalisasi sumber kebisingan.
menggambarkan bahwa PT. Lintas Bahan peledak yang digunakan
Artha Lestari yang bergerak dalam pada kegiatan peledakan, AN merk
bidang pertambangan telah Dahana dan bahan bakar minyak
merealisasikan kegiatan pengelolaan jenis solar (FO). Persiapan yang
lingkungan khususnya pada komponen dilakukan sebelum kegiatan peleda-
fisik kimia, sebagaimana terlihat pada kan, memeriksa hambatan tiap baris
Tabel 2. dan tiap kolom, memasang rambu
Kegiatan pengelolaan lingku- untuk batas area berbahaya,
ngan yang dapat direalisasikan oleh PT. melakukan clearing area peledakan
Lintas Artha Lestari adalah: dari batuan bebas atau batuan
gantung yang berpotensi flying
A. Komponen Fisik Kimia rock. Tahapan kegiatan peledakan
1. Peningkatakan kualitas udara, dimulai dari membawa peralatan,
kebisingan dan getaran. Minima- perlengkapan dan bahan peledak
lisasi dampak peningkatan kualitas dari gudang bahan peledak.
udara, kebisingan dan getaran yang Kegiatan selanjutnya memasukan
timbul akibat kegiatan penam- detonator ke dalam power gel
bangan batuan (bahan galian c) setelah itu siapkan lalu campurkan
dilakukan dengan cara: Amonium Nitrat dan Fuel Oil
a. Membuka lahan secara terencana dengan persentase perbandingan
dan bertahap per jenjang. AN 94,5 % dan FO 5,5 %.
b. Pembersihan vegetasi, pengupasan Masukan power gel yang telah
lapisan tanah atas dan pembong- berisi detonator ke dalam lubang
karan dilakukan per jenjang area. setelah itu masukan campuran
Apabila telah mencapai pada batas ANFO. Tutup lubang ledak dengan
ketinggian relatif sama dengan stemming dan sambungkan rang-
daerah sekitarnya agar segera kaian connecting wire tiap detona-
dihentikan, dan selanjutnya dilaku- tor dan periksa hambatan rangkaian
kan reklamasi. menggunakan blaster’s ohm meter.
c. Penambangan dilakukan dengan Setelah dinyatakan sesuai
metode kuari. Arah penambangan connecting wire disambung pada
di mulai dari depan ke belakang. lead wire, periksa kembali hamba-
Dalam metode ini terdapat jenjang tan jika sesuai dan dinyatakan aman
yang memiliki fungsi menghindari sambungkan pada blasting
longsor, meminimalisir lumpur machine. Kegiatan peledakan siap
yang mengalir ke pemukiman atau- dilakukan.
pun jalan, memudahkan kegiatan

106
CASSOWARY volume 3 (2): 101 - 126

Tabel 2. Realisasi upaya pengelolaan lingkungan PT. Lintas Artha Lestari


Komponen Realisasi Kegiatan Skor
Lingkungan T CT TT  T CT TT 
Fisik Kimia 8 1 0 9 24 2 0 26
Biologi 3 1 0 4 9 2 0 11
Sosial Ekonomi 2 0 2 4 6 0 2 8
Jumlah 13 2 2 17 39 4 2 45
Persen (%) 76,47 11,76 11,76 100 Kriteria Berhasil
Ket : T = Terealisasi, CT = Cukup Terealisasi, TT = Tidak Terealisasi)

2. Penurunan Kualitas Air. 3. Efisiensi penggunaan lahan untuk


Minimalisasi dampak perubahan kegiatan penimbunan dan
kualitas air yang timbul akibat kegiatan disesuaikan dengan kapasitas
penambangan batuan dilakukan cara : produksi.
a. Limbah padat yang ada tidak
dibuang sembarangan. TPS C. Komponen Sosial Ekonomi
disediakan dilokasi penambangan, Minimalisasi dampak sosial
sampah padat hasil domestik yang ekonomi yang timbul akibat kegiatan
terkumpul di TPS diangkut ke penambangan batuan dilakukan cara;
TPA. 1. Kesempatan Kerja dan Berusaha,
b. Penggunaan alat berat dalam pembatasan penggunaan tenaga
kondisi yang baik sehingga tidak kerja dari luar daerah. Perusahaan
ada ceceran oli maupun solar pada membuka peluang kerja bagi tenaga
lokasi penambangan. kerja lokal putra daerah sesuai
keahlian yang dibutuhkan.
B. Komponen Biologi 2. Persepsi Masyarakat, memberikan
Kegiatan pembersihan vegetasi, penjelasan mengenai peluang kerja
pengupasan lapisan atas dan vegetasi dan berusaha pada masyarakat
penutup tanah, pembongkaran, pemua- setempat.
tan, pengangkutan dan peremukan Manajemen perusahaan dapat
berdampak pada hilangnya jenis flora merealisasikan komponen fisik kimia,
dan fauna, untuk meminimalisasi biologi dan sosial ekonomi dalam upaya
dampak tersebut beberapa kegiatan pengelolaan lingkungan sesuai rencana
yang dilakukan terdiri atas: pengelolaannya. Perusahaan didukung
1. Pelaksanaan kegiatan sesuai oleh sumberdaya teknologi peralatan
rencana dan bertahap. dan bengkel kerja di lokasi
2. Pengaturan jam kerja. PT Lintas penambangan. Apabila terjadi
Artha Lestari mempunyai jam kerusakan atau gangguan peralatan
operasional yang dimulai pada jam dapat segera dikerjakan. Manajemen
07.00-15.00 dan jam lembur pada perusahaan memberikan peluang kerja
15.00-17.00. dan berusaha pada masyarakat setempat
khususnya anak pribumi, serta diberikan

107
CASSOWARY volume 3 (2): 101 - 126

pelatihan bertahap sampai mahir dalam digunakan oleh pekerja saat bekerja dan
mengoperasikan peralatan di lokasi bahkan hilang karena dibawa pulang
penambangan. PT. Lintas Artha Lestari oleh para pekerja.
bekerja sama dengan Universitas Upaya mencegah dan mengu-
Kristen Papua untuk merekrut rangi kerusakan sumber daya alam
mahasiswa tingkat akhir khusus putra ditempuh melalui cara teknologi yang
asli daerah sebagai tenaga kerja. sesuai dengan dampak yang ditimbul-
Kegiatan pengelolaan lingku-ngan kan karena aktivitas penambangan
dikatakan cukup direalisasikan apabila seperti diuraikan sebagai berikut :
sudah ada tindakan pengelolaan a) Pengaturan jadwal dan sirkulasi
lingkungan oleh manajemen perusa- kendaraan proyek secara efektif
haan, tetapi tidak teralisasi secara agar tidak menimbulkan
keseluruhan sesuai rencana pengelola- permasalahan lalulintas.
annya. Kegiatan pengelolaan lingku- b) Persyaratan kelengkapan penutup
ngan yang cukup direalisasikan oleh bak pada kendaraan proyek untuk
PT. Lintas Artha Lestari adalah: menghindari atau mengurangi
terjadinya polusi udara yang berupa
A. Komponen Fisik Kimia debu.
Pengaturan jam kerja tanpa jam c) Penyemprotan dan pembersihan
blasting (peledakan). Pengeboran ban kendaraan proyek untuk
lubang ledak dilakukan sesuai keadaan mengurangi terjadinya polusi udara
serta waktu yang telah ditentukan. berupa debu.
Faktor utama yang mempengaruhi Perbaikan mesin dan peralatan
kegiatan pengeboran: cuaca, kekerasan secara periodik untuk mengurangi
batuan, keahlian operator, kemiringan timbulan limbah B3 yang berupa
bidang dan kemampuan alat (CRD dan pelumas mesin (oli bekas) yang
Kompresor). dapat menyebabkan pencemaran air
tanah.
B. Komponen Biologi
Pohon dipertahankan sebagian di Upaya Pemantauan Lingkungan PT.
sekitar lokasi penambangan yang tidak Prima Artha Lestari
terkena aktivitas penambangan. Upaya pemantauan lingkungan
yang direalisasikan oleh PT. Lintas
C. Komponen Sosial Ekonomi Artha Lestari tergolong criteria cukup
Untuk meminimalisasi dampak berhasil. Jumlah kegiatan upaya
terhadap kesehatan masyarakat dan pemantauan lingkungan yang terealisasi
karyawan akibat kegiatan penambangan mencapai 11 kegiatan (61,11%) dari 18
yakni: kegiatan, sebagaimana dapat dilihat
1. Peralatan kerja penunjang pada Tabel 3.
kesehatan tidak tersedia
2. Memberikan penjelasan kepada
karyawan dan masyarakat akan
pentingnya peralatan penunjang
kesehatan tidak dilakukan.
Komponen sosial ekonomi tidak
terealisasi karena manajemen perusa-
haan sudah menyediakaan peralatan
kerja penunjang kesehatan, tetapi tidak

108
CASSOWARY volume 3 (2): 101 - 126
ISSN : 2614-8900
E-ISSN : 2622-6545
Program Pascasarjana Universitas Papua, https://pasca.unipa.ac.id/

Tabel 3. Realisasi upaya pemantauan lingkungan PT.Lintas Artha Lestari


Komponen Realisasi Kegiatan Skor
Lingkungan T CT TT  T CT TT 
Fisik Kimia 5 1 2 8 15 2 2 19
Biologi 1 0 2 3 3 0 2 5
Sosial Ekonomi 5 1 1 7 15 2 1 18
Jumlah 11 2 5 18 33 4 5 42
Persen (%) 61,11 11,11 27,78 100 Kriteria Cukup Berhasil
Ket : (T = Terealisasi, CT = Cukup Terealisasi, TT = Tidak Terealisasi)

Kegiatan pemantauan yang Kegiatan pembersihan vegetasi,


dapat direalisasikan oleh PT. Lintas pengupasan lapisan penutup tanah,
Artha Lestari adalah: pembongkaran, pemuatan, pengang-
kutan dan peremukan berdampak pada
A. Komponen Fisik Kimia hilangnya jenis flora dan fauna.
1. Peningkatan kualitas udara, Minimalisasi dampak hilangnya jenis
kebisingan dan getaran flora dan fauna akibat kegiatan
Minimalisasi dampak peningkatan penambangan batuan dilakukan cara:
kualitas udara, kebisingan dan getaran Pengerasan jalan untuk mengurangi
yang timbul akibat kegiatan penamba- debu yang timbul akibat kegiatan
ngan batuan dilakukan cara: pengangkutan.
a. Penambangan secara berjenjang
dan berpolakan. C. Komponen Sosial Ekonomi
b. Pengerasan jalan yang dilalui alat Minimalisasi dampak komponen
angkut dengan batu. sosial ekonomi yang timbul akibat
c. Menggantikan peralatan lain yang kegiatan penambangan batuan dila-
rusak yang berkaitan dengan kukan cara:
timbulnya kebisingan. 1. Kesempatan Kerja dan Berusaha
2. Perubahan Kualitas Air a. Penggunaan tenaga kerja
Minimalisasi dampak penurunan disesuaikan dengan peraturan.
kualitas air yang timbul akibat kegiatan b. Membina dan mengarahkan tenaga
penambangan batuan dilakukan cara : kerja agar lebih mendukung
a. Membuat bak sampah dan tempat jalannya perusahaan.
penampungan sementara untuk c. Memberi peluang usaha dan
menampung limbah padat. berusaha agar ada peningkatan
b. Membangun WC semi permanen pendapatan masyarakat disekitar
untuk aktivitas MCK para pekerja lokasi penambangan.
dan septictank sebagai penampung d. Pengupahan karyawan mengacu
limbah MCK. pada UMP tahun berjalan.
2. Persepsi masyarakat
B. Komponen Biologi

109
CASSOWARY volume 3 (2): 101 - 126

Memberdayakan masyarakat Kegiatan pemantauan yang tidak


dalam kegiatan penambangan dan direalisasikan oleh PT. Lintas Artha
pengelolaan lanjutan sesuai dengan Lestari adalah:
keahlian.
Komponen fisik kimia dan
komponen biologi dapat terealisasi
karena perusahaan memiliki bengkel A. Komponen Fisik Kimia
kerja di lokasi penambangan. Minimalisasi dampak peningkatan
Kerusakan gangguan peralatan kerja kualitas udara, kebisingan dan getaran
dapat segera dikerjakan dan diperbaiki. yang timbul akibat kegiatan
Komponen sosial ekonomi dapat penambangan batuan tidak dilakukan
terealisasi karena manajemen PT. Lintas yakni:
Artha Lestari mengutamakan tenaga 1. Penyiraman secara periodik akses
kerja lokal dengan merekrut tenaga jalan menuju lokasi penambangan.
lokal di sekitar lokasi penambangan dan 2. Penggunaan masker dan earplug
diberikan pelatihan bertahap sampai selama berada dalam lokasi penam-
mahir dalam mengoperasikan peralatan bangan.
di lokasi penambangan. Manajemen
perusahaan memberikan peluang kerja B. Komponen Biologi
dan berusaha pada masyarakat setempat a. Reklamasi areal bekas tambang
dan khusus anak pribumi. PT. Lintas tidak dilakukan karena masih dalam
Artha Lestari bekerja sama dengan tahap operasi. Kegiatan
Universitas Kristen Papua untuk penambangan yang telah dibuka
merekrut mahasiswa tingkat akhir sekitar 0,25 Ha dari luasan areal
khusus putra asli daerah sebagai tenaga 17,49 Ha.
kerja. b. Tidak ada koridor satwa.
Kegiatan pemantauan yang
cukup direalisasikan oleh PT. Lintas C. Komponen Sosial Ekonomi
Artha Lestari adalah: Minimalisasi dampak kesehatan
masyarakat dan karyawan akibat
A. Komponen Fisik Kimia kegiatan penambangan batuan tidak
Minimalisasi dampak penurunan dilakukan yakni: Pelayanan kesehatan
kualitas air akibat kegiatan bagi karyawan dan masyarakat di
penambangan batuan dengan sekitar lokasi penambangan dan industri
penggunaan drum untuk menampung pengolahan lanjutan.
limbah cair (oli bekas) dan ditampung Berdasarkan dokumen izin
pada ruang khusus tetapi tidak diberikan lingkungan, perusahaan berkomitmen
symbol dan nama sesuai karakteristik untuk melakukan pengelolaan dan
limbah yang dihasilkan. pemantauan lingkungan. Aspek
lingkungan yang dipantau adalah
B. Komponen Sosial Ekonomi kualitas udara, sampah rumah tangga,
Minimalisasi dampak terhadap limbah cair domestik, limbah B3, dan
persepsi masyarakat dengan ikut serta dampak sosial. Upaya pemantauan
dalam kegiatan-kegiatan sosial di lingkungan PT. Lintas Artha Lestari
lingkungan sekitar penambangan tetapi yang diuraikan secara keseluruhan
tidak rutin. merupakan kegiatan pengelolaan
lingkungan. Pemantauan kualitas udara,
kebisingan, getaran serta kesehatan

110
CASSOWARY volume 3 (2): 101 - 126

masyarakat dan karyawan tidak lingkungan sekitarnya akibat tidak


disebutkan dalam perencanaan upaya tersedia informasi lengkap untuk
pemantauan lingkungan PT. Lintas menangani limbah kegiatan usaha di
Artha Lestari. dalam dokumen UKL-UPL tersebut.
Teknik dan metodologi pengelo-
laan dan pemantauan yang digunakan Faktor Penentu Realisasi UKL-UPL
dalam pelaksanaan rencana pengelolaan PT. Prima Artha Lestari
lingkungan hidup dan rencana PT. Lintas Artha Lestari telah
pemantauan lingkungan hidup harus berupaya untuk melakukan upaya
dilakukan sesuai dengan teknik dan pengelolaan lingkungan dan upaya
metodologi standar atau yang diatur pematauan lingkungan sesuai komitmen
dalam peraturan perundang-undangan manajemen, walaupun belum mencapai
yang berlaku. Dalam penulisan laporan, target kinerja yang diharapkan. Kondisi
harus ada kesesuaian uraian antara tersebut dipengaruhi oleh dukungan
dampak yang dikelola dengan manajemen dan faktor lainnya dalam
komponen lingkungan yang dipantau. upaya pengelolaan lingkungan maupun
Uraian pelaksanaan pengelolaan dapat upaya pemantauan lingkungan,
dilakukan per komponen kegiatan dan sebagaimana disajikan pada Tabel 5.
pelaksanaan pemantauan per komponen Kebijakan memiliki nilai
lingkungan. Pelaksanaan meliputi indikator tertinggi pada PT. Lintas Atha
kronologis pelaksanaan pemantauan/ Lestari terkait kepemilikan dokumen
monitoring lingkungan diantaranya lingkungan dan kebijakan lain
pelaksanaan sampling/uji lab yang manajemen dalam upaya pengelolaan
dilaksanakan oleh laboratorium dan upaya pemantauan lingkungan,
tersertifikasi. Selain itu juga dilakukan tetapi bila pengawasan tidak dilakukan,
survey pemantauan langsung baik di maka realisasi kurang berhasil.
dalam maupun di sekitar lokasi kegiatan Demikian halnya dengan kebijakan
usaha. Survey ini diperlukan untuk yang mana jika hanya ada kebijakan
mendapatkan data eksisting tentang tetapi sumberdaya manusia serta
kondisi rona lingkungan terbaru. sumberdaya dana dan keberadaan
Diharapkan dengan adanya uji peralatan tidak tersedia, maka kebijakan
laboratorium dan survey lapangan, tetap kebijakan, dan tidak menjadi
terdapat adanya gambaran kualitas komitmen manajemen.
lingkungan dari kegiatan tersebut. Menurut Sari dkk (2016) karena
Memiliki dokumen UKL-UPL sumberdaya pegawai dan biaya
yang berkualitas merupakan kewajiban operasional yang minim serta sarana
setiap pelaku usaha untuk menjamin prasarana yang kurang memadai dengan
kelancaran usaha tersebut. Namun yang banyak industri dan wilayah kerja
terjadi saat ini adalah banyak dokumen menyebabkan efektivitas implementasi
UKL-UPL yang tidak berkualitas UKL-UPL terhambat.
sehingga banyak pemilik usaha yang Menurut Rachman (2001)
kesulitan dan bermasalah karena pengawasan merupakan bagian dari
mempunyai dokumen UKL-UPL yang fungsi manajemen, dimana pengawasan
seadanya sehingga tidak menyajikan dianggap sebagai bentuk pemeriksaan
informasi dan pedoman teknis di dalam atau pengontrolan dari pihak yang
dokumen UKL-UPL tersebut. tinggi kedudukannya kepada pihak di
Akibatnya banyak ditemui kegiatan bawahnya.” Dalam ilmu manajemen,
usaha yang masih mencemari pengawasan ditempatkan sebagai

111
CASSOWARY volume 3 (2): 101 - 126

tahapan terakhir dari fungsi manajemen. “suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat
Dari segi manajerial, pengawasan dilaksanakan sesuai dengan rencana
mengandung makna pula sebagai: yang telah ditentukan, dan dengan
“pengamatan atas pelaksanaan seluruh adanya pengawasan dapat memperkecil
kegiatan unit organisasi yang diperiksa timbulnya hambatan, sedangkan
untuk menjamin agar seluruh pekerjaan hambatan yang telah terjadi dapat
yang sedang dilaksanakan sesuai segera diketahui yang kemudian dapat
dengan rencana dan peraturan.” atau dilakukan tindakan perbaikannya” .

Tabel 4. Faktor Penentu Keberhasilan UKL-UPL PT. Lintas Artha Lestari


Nilai Indikator
Faktor Nilai Keberhasilan
Deskripsi
Keberhasilan Indikator
UKL UPL
a) Ada struktur organisasi
dalam manajemen dalam
pengelolaan dan pemantauan
lingkungan tetapi tidak
dijalankan
b) Ada unit atau divisi yang
khusus menangani
Pengelolaan dan pemantauan
Kelembagaan 5
lingkungan tapi tidak
berfungsi
c) Program pengelolaan dan
pemantauan lingkungan
tidak dilakukan oleh unit
khusus yang menangani
pengelolaan lingkungan

a) Tidak ada SDM khusus 33


39
yang bertanggungjawab (Cukup
(Berhasil)
dalam pengelolaan dan Berhasil)
pemantauan lingkungan
b) Ada dana pengelolaan dan
pemantauan lingkungan
Sumberdaya 5 tetapi dialihkan untuk
kegiatan lain
c) Tersedia peralatan dalam
pengelolaan dan pemantauan
lingkungan tetapi tidak
difungsikan

a) Ada dokumen UKL-UPL


dan dapat diakses
b) Ada SOP dalam pengelolaan
Kebijakan 8
dan pemantauan lingkungan
tetapi tidak dilakukan
c) Ada kebijakan lain terkait

112
CASSOWARY volume 3 (2): 101 - 126

pengelolaanan pemantauan
lingkungan

a) Tidak ada pengawasan


internal secara rutin dalam
pengelolaan dan pemantauan
lingkungan

b) Tidak ada pengawasan


Pengawasan 3
external secara rutin dalam
pengelolaan dan pemantauan
lingkungan
c) Ada kendala dalam
pelaksanaan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan

Upaya Pengelolaan Lingkungan PT. dinding rangkap untuk


Prima Lestari Investindo meminimalisasi kebisingan.
PT. Prima Lestari Investindo 2. Meminimalisasi dampak terhadap
(manajemen Ramayana Mall) belum pencemaran lingkungan meliputi
merealisasikan secara keseluruhan kualitas udara, air, dan volume
kegiatan upaya pengelolaan lingkungan timbunan sampah dengan cara :
yang direncanakan. Jumlah kegiatan a. Membuat cerobong asap sampai
upaya pengelolaan lingkungan yang ketinggian top floor atau kurang
direalisasikan sebanyak 8 kegiatan lebih 24 meter dan dilengkapi
(57,14%) dari 14 kegiatan yang insulation untuk mereduksi gas
direncanakan. PT. Prima Lestari emisi buangan dari genset.
Investindo (Ramayana Mall) yang b. Pengelolaan air limbah
bergerak dalam bidang perdagangan dilakukan dengan mengolah air
belum merealisasikan semua kegiatan limbah pada instalasi pengelola
upaya pengelolaan lingkungan air minum (STP/Sewage
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 6. Treatment Plant) sebelum
Kegiatan pengelolaan lingkungan yang dibuang ke saluran drainase
dapat direalisasikan pelaksanaannya umum hal ini untuk mengurangi
oleh PT. Prima Lestari Investindo beban saluran drainase.
adalah: c. Memasang tong sampah
ditempat strategis (di beberapa
A. Komponen Fisik Kimia titik) didalam gedung maupun
1. Minimalisasi dampak terhadap diluar gedung.
peningkatan kebisingan dan getaran d. Sampah yang terkumpul dari
dilakukan cara : tong sampah diangkut dan
a. Membuat pagar pembatas dikumpulkan di TPS (Tempat
antara gedung pusat Pengumpulan Sementara) yang
perbelanjaan dan lingkungan terletak di belakang bangunan
sekitar sehingga dapat pusat perbelanjaan.
meminimalisasi kebisingan.
b. Pada ruang genset dipasang
peredam suara dan membuat

113
CASSOWARY volume 3 (2): 101 - 126

Tabel 5. Realisasi upaya pengelolaan lingkungan PT. Prima Lestari Investindo


Realisasi Kegiatan Skor
Komponen
C
Lingkungan T TT  T CT TT 
T
Fisik Kimia 6 3 1 10 18 6 1 25
Lalulintas 1 1 0 2 3 2 0 5
Sosial Ekonomi 1 0 1 2 3 0 1 4
Jumlah 8 4 2 14 24 8 2 34
10 Kriteri Cuku Berhasi
Persen (%) 57,14 28,57 14,29
0 a p l
Ket : T = Terealisasi, CT = Cukup Terealisasi, TT = Tidak Terealisasi)

C. Komponen lalulintas
a. Mengatur kendaraan pengunjung A. Komponen Fisik Kimia
dengan membuat area parkir di 1. Kebisingan
dalam lokasi pusat perbelanjaan Memberikan buffer zone dengan
Sorong. vegetasi (tanaman) dengan fungsi lain
(peneduh) dan bukan untuk mereduksi
D. Komponen Sosial Ekonomi terhadap kebisingan.
Tenaga kerja mengutamakan 2. Kualitas Air, udara dan volume
warga sekitar lokasi proyek untuk timbunan sampah
direkrut bekerja sesuai dengan bidang a. Memberikan buffer zone dengan
keahlian yang dimiliki. vegetasi (tanaman) fungsi lain
Komponen fisik kimia dapat (peneduh) dan bukan untuk
terealisasi dalam upaya pengelolaan mereduksi terhadap emisi gas
lingkungan oleh PT. Prima Lestari buang.
Investindo, didukung dengan b. Limbah padat diangkut tidak rutin
keberadaan sumberdaya berupa ke TPA (Tempat Pembuangan
teknologi dan peralatan yang Akhir) oleh petugas dari Dinas
menunjang dalam pengelolaan Kebersihan Kota Sorong, namun
lingkungan. Manajemen mengadakan tumpukan sampah masih terlihat
Instalasi Pengelolaan Air Limbah pada TPS.
(IPAL) untuk mengelola limbah cair
yang dihasilkan dari aktivitas pusat B. Komponen Lalulintas
perbelanjaan Ramayana Mall. Rambu-rambu peringatan tidak
Kegiatan pengelolaan lingkungan terpasang, ada petugas parkir yang
dikatakan cukup terealisasi apabila mengatur sirkulasi lalu lintas masuk dan
sudah ada tindakan pengelolaan keluar Pusat Perbelanjaan Sorong.
lingkungan oleh manajemen perusahaan Komponen fisik kimia dikate-
tetapi tidak secara keseluruhan sesuai gorikan cukup terealisasi karena
rencana pengelolaannya. Kegiatan tanaman yang dijumpai disekitar
pengelolaan lingkungan yang cukup halaman gedung pusat perbelanjaan
terealisasi pelaksanaannya oleh PT. adalah milik masyarakat sekitar yang
Prima Lestari Investindo adalah: bersebelahan tepat dengan tembok

114
CASSOWARY volume 3 (2): 101 - 126

pembatas gedung Ramayana Mall. oleh PT. Prima Lestari Investindo


Tanaman yang berada di area parkir adalah tenaga kerja, hanya sebatas
telah ada tumbuh dan berkembang survey untuk komponen sosial ekonomi.
sebelum pusat perbelanjaan Ramayana Kegiatan pemantauan lingkungan yang
Mall dibangun. Tanaman tersebut tidak direalisasikan oleh PT. Prima
dipertahankan pada saat pelaksanaan Lestari Investindo adalah:
kegiatan pada tahap konstruksi.
Kegiatan pengelolaan lingkungan Komponen Fisik Kimia
yang tidak direalisasikan oleh PT. 1. Kebisingan
Prima Lestari Investindo adalah: a. Pemantauan tingkat kebisingan
a) Komponen Fisik Kimia (Kualitas menggunakan alat Sound Level
Air dan Udara) Meter. Kemudian hasil sampel
Pembuatan sumur resapan tidak dianalis menggunakan metode
diupayakan untuk menyimpan yang telah baku.
limpasan air hujan. b. Periode pemantauan dilakukan
b) Komponen Sosial Ekonomi 1 (satu) tahun sekali.
Koordinasi dengan Dinas Tenaga 2. Pencemaran lingkungan (Udara,
Kerja setempat tidak dilakukan Air, Volume timbunan sampah)
untuk menyebarkan informasi a. Pemantauan terhadap emisi gas
peluang kerja yang ada. buangan dengan cara pengam-
Komponen fisik kimia tidak bilan sampel menggunakan alat
direalisasikan terkait pembiayaan spectrophotometer. Kemudian
pengelolaan lingkungan yang dialihkan hasil sampel dianalisa menggu-
untuk kegiatan lain. Komponen sosial nakan metode baku.
ekonomi yang tidak dapat direalisasikan b. Pemantauan air limbah dengan
dalam upaya pengelolaan lingkungan cara pengambilan sampel air
oleh PT. Prima Lestari Investindo, limbah dari Effluent Tank STP
karena pihak manajemen berpendapat (inlet dan outlet), kemudian
bahwa tenaga kerja yang direkrut sampel tersebut dianalisa di
merupakan kewenangan pemilik laboratorium.
perusahaan (owner). c. Periode pemantauan dilakukan
1 (satu) tahun sekali pada saat
Upaya Pemantauan Lingkungan PT. kegiatan operasional pusat
Prima Lestari Investindo perbelanjaan sorong.
PT. Prima Lestari Investindo d. Pemantauan volume timbunan
(Ramayana Mall) secara umum belum sampah dilakukan dengan cara
merealisasikan secara keseluruhan observasi pada area pusat
upaya pemantauan lingkungan yang perbelanjaan dan pada TPS.
telah direncanakan. Jumlah kegiatan e. Pemantauan dilakukan 1 (satu)
upaya pemantauan lingkungan hanya tahun sekali pada saat kegiatan
terealisasi satu kegiatan dengan operasional pusat perbelanjaan
persentase 11,11%, dari Sembilan Sorong.
kegiatan yang direncanakan,
sebagaimana terlihat pada tabel berikut.
Kegiatan pemantauan lingkungan yang
dapat direalisasikan pelaksanaannya

115
CASSOWARY volume 3 (2): 101 - 126

Tabel 6. Realisasi upaya pemantauan lingkungan PT. Prima Lestari Investindo


Komponen Realisasi Kegiatan Skor
Lingkungan T CT TT  T CT TT 
Fisik Kimia 0 0 7 7 0 0 7 7
Lalulintas 0 0 1 1 0 0 1 1
Sosial Ekonomi 1 0 0 1 3 0 0 3
Jumlah 1 0 8 9 3 0 8 11
Persen (%) 11,11 0 88,89 100 Kriteria Tidak Berhasil
Ket : (T = Terealisasi, CT = Cukup Terealisasi, TT = Tidak Terealisasi)

Komponen Lalulintas Pengawasan dan sumberdaya


Pengamatan dan pencatatan/ merupakan faktor yang berperan
menghitung satuan mobil penumpang penting dalam realisasi upaya
per jam yang keluar masuk area pusat pengelolaan lingkungan, tetapi tidak
perbelanjaan. Komponen fisik kimia demikian pemantauan tidak berhasil.
dan lalulintas yang tidak terealisasi Pemantauan yang tidak berhasil
karena tidak didukung oleh ketersediaan dipengaruhi oleh ketidaktersediaan
dana dan sumberdaya manusia yang sumberdaya manusia, unit/divisi yang
khusus menangani kegiatan pengelolaan khusus bertanggungjawab dalam penge-
dan pemantauan lingkungan, sehingga lolaan dan pemantauan lingkungan,
pemantauan tingkat kebisingan, emisi serta ketersediaan dana yang minim
gas buang, pemantauan air limbah, sehingga pemantauan dan pengukuran
pemantauan volume timbunan sampah tidak dapat terealisasi.
tidak tercatat dan di laporkan kepada Menurut Irianto (2001) tujuan
instansi teknis lingkungan hidup. adanya perencanaan SDM adalah untuk
Kewajiban dalam melaporkan upaya memastikan sudah tersedianya sejumlah
pengelolaan dan pemantauan orang/pekerja yang telah memenuhi
lingkungan sebagai pemegang izin persyaratan dalam suatu organisasi pada
lingkungan tidak dilaksanakan dengan kurun waktu tertentu. Dari tujuan
alasan bahwa format pelaporan belum tersebut dapat dikatakan bahwa adanya
diketahui. perencanaan SDM yang baik dapat
membuat suatu organisasi dapat
Faktor Penentu Realisasi UKL-UPL mengidentifikasi apa yang harus
PT. Prima Lestari Investindo dilakukan untuk memastikan adanya
PT. Prima Lestari Investindo SDM yang berkompetensi sesuai
(Ramayana Mall) telah berupaya untuk dengan kebutuhan untuk mencapai
melakukan pengelolaan lingkungan tujuan dari organisasi.
sesuai komitmen manajemen walaupun Menurut Gomes (2003) Sumber
belum mencapai target yang daya manusia merupakan potensi yang
diharapkan. Faktor-faktor sebagai dimiliki oleh manusia seperti keahlian,
penyebab tidak seluruh kegiatan kemampuan sedangkan sumber daya
pengelolaan lingkungan maupun non manusia terdiri atas, sumber daya
pemantauan lingkungan direalisasikan alam (natural resources), modal, mesin,
terlihat pada Tabel 8. teknologi, material. Kedua sumber daya
tersebut sangat penting, akan tetapi

116
CASSOWARY volume 3 (2): 101 - 126

sumber daya manusia merupakan faktor pengetahuan, keterampilan, kebutuhan


dominan, karena sumber daya manusia dan sebagainya.
memiliki akal, perasaan, keinginan,

Tabel 7. Faktor penentu keberhasilan UKL-UPL PT. Prima Lestari Investindo


Nilai Indikator
Faktor Nilai
Deskripsi Keberhasilan
Keberhasilan Indikator
UKL UPL
a) Tidak ada struktur
organisasi dalam
manajemen yang terkait
pengelolaan dan
pemantauan lingkungan.
b) Tidak ada unit atau divisi
yang khusus menangani
Kelembagaan 3 Pengelolaan dan
pemantauan lingkungan
c) Program pengelolaan dan
pemantauan lingkungan
tidak dilakukan oleh unit
khusus yang menangani
pengelolaan lingkungan

a) Tidak ada SDM khusus


yang bertanggungjawab
dalam pengelolaan dan
pemantauan lingkungan
(satu orang merangkap
penanggungjawab gedung) 3
24
Sumberdaya 6 b) Dana dialihkan untuk (Tidak
(Cukup
kegiatan lain. Berhasil)
Berhasil)
c) Tersedia peralatan dalam
pengelolaan dan
pemantauan lingkungan
serta berfungsi dengan baik.

a) Tidak ada dokumen UKL-


UPL yang tersedia dikantor.
b) Tidak ada SOP dalam
pengelolaan dan
Kebijakan 3 pemantauan lingkungan.
c) Tidak ada kebijakan lain
terkait pengelolaanan
pemantauan lingkungan.

a) Ada pengawasan internal


Pengawasan 7 secara rutin dalam
pengelolaan dan

117
CASSOWARY volume 3 (2): 101 - 126

pemantauan lingkungan
b) Ada pengawasan external
secara rutin dalam
pengelolaan dan
pemantauan lingkungan
c) Ada kendala dalam
pelaksanaan Pengelolaan
dan pemantauan lingkungan
(tidak mengetahui format
laporan UKL-UPL)

Tabel 8. Realisasi upaya pengelolaan lingkungan PLTD Klasaman


Komponen Realisasi Kegiatan Skor
Lingkungan T CT TT  T CT TT 
Kualitas Udara
& 8 0 0 10 30 0 0 30
Kebisingan
Kualitas Air 13 0 0 12 36 0 0 36
Sosoal Ekonomi 3 0 0 3 9 0 0 9
Jumlah 24 0 0 24 72 0 0 72
Persen (%) 100 0 0 100 Kriteria Berhasil
Ket : (T = Terealisasi, CT = Cukup Terealisasi, TT = Tidak Terealisasi)

Upaya Pengelolaan Lingkungan maksimal dan kinerja system


PLTD Klasaman pembakaran yang sempurna.
PLTD Klasaman Sorong telah Manajemen melakukan
merealisasikan seluruh (100%) kegiatan perawatan mesin berupa
pengelolaan yang direncanakan. PLTD pembersihan mesin
Klasaman telah melaksanakan pembangkit khususnya debu
tanggungjawab lingkungannya sesuai dan material sisa pembakaran.
dengan apa yang dijanjikannya dalam b. Tanggapan dan penyelesaian
dokumen UKL. Manajemen PLTD secara cepat mengenai keluhan
secara konsisten melaksanakan masyarakat terhadap kualitas
komitmen pengelolaan lingkungan yang udara sebagai dampak kegiatan
menjadi tanggungjawabnya untuk PLTD.
mengelola dan menjaga kondisi c. Penanaman vegetasi jenis
lingkungan secara baik, sebagaimana pohon yang tinggi, berdaun
terlihat pada Tabel 8. lebat, tidak mudah patah
Kegiatan yang dilakukan oleh sebagai zona penyanggah
manajemen melalui upaya pengelolaan (buffer zone) di sekeliling
lingkungan, sebagai berikut: lokasi PLTD yang berfungsi
1. Operasional Mesin Pembangkit untuk menyerap gas dan debu.
a. Perawatan mesin PLTD secara Penanaman dimaksud berupa
teratur dan tepat waktu agar bunga, palm, cemara, pinus
diperoleh kinerja alat yang

118
CASSOWARY volume 3 (2): 101 - 126

dan tanaman buah seperti areal guna menyaring limbah


mangga. kegiatan khususnya limbah
d. Penggunaan alat pelindung diri cair.
berupa tutup telinga bagi i. Menyimpan oli bekas pada
pekerja operator ataupun drum dilokasi yang khusus
tenaga kerja lainnya yang penyimpanan oli bekas. Semua
memasuki ruang power house, material sisa kegiatan yang
serta operator alat berat. digolongkan sebagai sampah
Masing-masing karyawan atau limbah dikelola melalui
terutama operator mesin penampungan pada TPS.
pembangkit dilengkapi APD j. Material yang mudah meresap
seperti helm, earplug dan harus disimpan tertutup dan
sepatu. dibuat standar keamanannya.
e. Pengaturan jadwal kerja untuk Material sisa kegiatan yang
mengurangi jumlah jam digolongkan sebagai sampah
paparan kebisingan khusus atau limbah khususnya limbah
bagi operator. Jadwal kerja cair dikelola melalui
operator ditetapkan oleh penampungan pada TPS.
manajemen dan disepakati k. Mengelola kualitas air dan
secara bersama melalui rapat. limbah B3. Manajemen
f. Penggunaan shelter/pereduksi mengelola air limbah dan
kebisingan pada rumah limbah B3 melalui unit oil
pembangkit. Rumah cather dan draenase.
pembangkit ditempatkan pada l. Mengelola kualitas udara.
ruang khusus yang dilengkapi Manajemen PLTD Klasaman
dinding secara khusus untuk kualitas udara dengan
mengurangi rambatan bunyi penanaman dan pemeliharaan
pembangkit. berbagai jenis tanaman guna
g. Tidak diperbolehkan menjaga kualitas udara.
membuang bahan sisa yang m. Mengelola kualitas kebisingan.
mudah menguap seperti cairan Manajemen PLTD Klasaman
mineral, minyak atau minyak kualitas kebisingan dengan
cat. Semua material sisa penanaman dan pemeliharaan
kegiatan yang digolongkan berbagai jenis tanaman.
sebagai sampah atau limbah n. Menjalin harmoni dengan
tidak dibuang pada sembarang masyarakat sekitar.
tempat tetapi dikelola melalui Harmonisasi dengan
penampungan (TPS). masyarakat dilakukan dengan
h. Melaksanakan pengelolaan menyampaikan informasi
kualitas air untuk menjamin secara terbuka terkait kegiatan
bahwa buangan dari aktivitas PLTD kepada masyarakat.
dilokasi PLTD tidak dibuang Kegiatan dimaksud seperti
langsung ke dalam badan air penerimaan karyawan.
tanpa diolah terlebih dahulu, o. Melakukan pemeriksaan
seperti oil catcer bertingkat. kesehatan secara teratur pada
PLTD Klasaman memiliki unit semua tenaga kerja yang
pengolahan air limbah yang digunakan. Manajemen PLTD
ditempatkan pada bagian outlet Klasaman mengupayakan

119
CASSOWARY volume 3 (2): 101 - 126

menjaga kesehatan masyarakat cair. Khusus limbah padat


dengan melakukan pemeriksa- perusahaan telah memiliki
an pada waktu-waktu tertentu. TPS, sedangkan untuk limbah
p. Penggunaan APD bagi cair dilakukan melalui oil
operator mesin pembangkit catchar dan drainase
yang sedang bertugas berupa b. Melaksanakan pengelolaan
helm, earplug dan sepatu kerja. kualitas air untuk menjamin
2. Pemeliharaan Mesin Pembangkit bahwa buangan dari aktivitas
a. Membangun TPS khusus dilokasi PLTD tidak dibuang
limbah B3. Manajemen PLTD langsung ke dalam badan air
Klasaman telah memiliki dan tanpa diolah terlebih dahulu.
melakukan operasional TPS Pengolahan air limbah dilaku-
limbah B3. kan melalui unit pengolahan
b. Melakukan pengemasan lim- (oil catcer).
bah B3 yang disesuaikan jenis c. Semua limbah cair yang
limbah B3 dengan menggu- dihasilkan dari kegiatan sani-
nakan drum, tong atau bak tasi pekerja dialirkan masuk ke
kontainer. Pengelolaan limbah dalam saluran pengolahan
B3 dilakukan pada TPS limbah limbah cair. Limbah cair hasil
B3. kegiatan operasional PLTD
c. Mengajukan permohonan izin Klasaman dilakukan pengola-
TPS limbah B3. Telah han melalui draenase. Draenase
dilakukan oleh manajemen dan dimaksud menghubungkan
telah memiliki izin pengopera- semua unit PLTD termasuk
sian TPS limbah B3. didalamnya saluran pembu-
d. Membangun khusus gedung angan air hujan.
penyimpanan limbah B3. Diketahui bahwa terdapat dua
Manajamen telah membangun puluh empat (24) kegiatan upaya
dan mengoperasikan TPS pengelolaan lingkungan yang dilakukan
limbah B3. sebagaimana terlihat pada Tabel 9. Dari
e. Melakukan pengemasan lim- jumlah tersebut manajemen PLTD
bah B3 yang disesuaikan jenis Klasaman dapat merealisasikan seluruh
limbah B3 dengan mengguna- kegiatan upaya pengelolaan lingkungan
kan drum, tong atau bak yang direncanakan (mencapai realisasi
container. Telah dilakukan oleh 100%).
pihak manajemen PLTD Kondisi tersebut menggam-
melalui unit TPS limbah B3. barkan bahwa PLTD Klasaman telah
f. Melakukan pemeriksaan kese- melaksanakan tanggungjawab lingku-
hatan secara teratur pada ngannya sesuai dengan apa yang
semua tenaga kerja yang dijanjikannya didalam dokumen UKL.
digunakan. Manajemen PLTD Manajemen secara konsisten melaksa-
Klasaman mengupayakan men- nakan komitmen pengelolaan lingku-
jaga kesehatan masyarakat ngan yang menjadi tanggung jawabnya
dengan melakukan pemeriksa- untuk mengelola dan menjaga kondisi
an pada waktu-waktu tertentu. lingkungan secara baik.
3. Aktifitas Tenaga Kerja
a. Menyediakan tempat penam-
pungan limbah padat ataupun

120
CASSOWARY volume 3 (2): 101 - 126

Tabel 9. Realisasi upaya pemantauan lingkungan PLTD Klasaman


Komponen Realisasi Kegiatan Skor
Lingkungan T CT TT  T CT TT 
Kualitas Udara
& 2 0 0 2 6 0 0 6
Kebisingan
Kualitas Air 7 0 0 7 21 0 0 21
Sosial Ekonomi 4 0 0 4 12 0 0 12
Jumlah 13 0 0 13 39 0 0 39
Persen (%) 100 0 0 100 Kriteria Berhasil
Ket : (T = Terealisasi, CT = Cukup Terealisasi, TT = Tidak Terealisasi)

Upaya Pemantauan Lingkungan dilakukan selama 10 menit


PLTD Klasaman untuk setiap pengukuran.
Realisasi upaya pemantauan Analisis data dilakukan dengan
lingkungan PLTD Klasaman seperti cara membandingkan data hasil
halnya pada realisasi pengelolaan yaitu pemantauan dengan baku
mamanajemen dapat merealiasikan tingkat bising yang berlaku
secara keseluruhan kegiatan (peningkatan kebisingan).
pemantauan yang direncanakan c. Pemantauan kualitas air
(mencapai realisasi 100%). Hal tersebut dilakukan dengan cara
terlihat dari realisasi kegiatan upaya pengambilan sampel air
pemantauan lingkungan, disajikan pada dilapangan dengan
Tabel 9. pengambilan sampel air yang
Kegiatan yang dilakukan oleh diperoleh dianalisis di
manajemen melalui upaya pemantauan laboratorium (penurunan
lingkungan kualitas air).
adalah: d. Pemantauan plankton
1. Operasional Mesin Pembangkit dilakukan dengan pengambilan
a. Pengumpulan data komponen sampel menggunakan plankton
kualitas udara dilakukan net No. 25. Partikel yang
melalui pengambilan sampel di tersaring ditempatkan ke dalam
lapangan dengan menggunakan botol 40 ml dan diawetkan
air pump sampler dan dengan formalin 4% dan
selanjutnya dianalisis di dianalisis di laboratorium
laboratorium (penurunan menggunakan mikroskop
kualitas udara). binocular. Komposisi spesies
b. Pengumpulan data komponen populasi plankton dianalisis
kebisingan dilakukan dengan secara deskriptif menggunakan
pengukuran di lapangan. tabel, sedangkan
Intensitas bising diukur dengan keanekaragaman spesies
menggunakan sound level dianalisis menggunakan
meter. Waktu pengambilan metode Shannon Wiener

121
CASSOWARY volume 3 (2): 101 - 126

(gangguan pada biota formalin 4 % dan dianalisis di


perairan). laboratorium menggunakan
e. Dilakukan wawancara mikroskop binocular.
terstruktur dengan Komposisi spesies populasi
menggunakan daftar plankton dianalisis secara
pertanyaan, hasil wawancara deskriptif menggunakan tabel,
ditabulasi dan diolah secara sedangkan keanekaragaman
deskriptif (persepsi spesies dianalisis
masyarakat). menggunakan metode Shannon
f. Pemantauan dilakukan dengan Wiener.
metode survey lapangan dan d. Kesehatan dan Keselamatan
wawancara terhadap Kerja. (a) pemantauan
masyarakat sekitar lokasi serta dilakukan dengan metode
pencatatan data sekunder dari survei lapangan dan
Puskesmas Sorong Utara. Data wawancara terhadap
yang dikumpulkan dianalisis masyarakat sekitar lokasi serta
secara deskriptif dengan pencatatan data sekunder dari
bantuan tabel (persepsi Puskesmas Sorong Utara. Data
masyarakat). yang dikumpulkan dianalisis
g. Melakukan pengumpulan secara deskriptif dengan
catatan penyakit yang diderita bantuan tabel. (b) Melakukan
masyarakat sekitar lokasi yang pengumpulan catatan penyakit
diterima dari Puskesmas, yang diderita masyarakat
Posyandu setempat, guna sekitar lokasi yang diterima
mengetahui tingkat kesehatan dari Puskesmas, Posyandu
masyarakat (Kesehatan dan setempat, guna mengetahui
Keselamatan Kerja). tingkat kesehatan masyarakat.
2. Pemeliharaan Mesin Pembangkit 3. Aktifitas Tenaga Kerja
a. Potensi limbah B3. a. Penurunan Kualitas Air.
Pemantauan dilakukan dengan Pemantauan dilakukan dengan
survei visual dan pencatatan cara pengambilan sampel air
neraca limbah B3. Hasil yang dilapangan dengan dengan
diperoleh dianalisis secara menggunakan Kmemmerer
deskriptif dan ditampilkan Water Sampler, sampel air
dalam bentuk tabel dan grafik. yang diperoleh dianalisis di
b. Penurunan Kualitas Air. laboratorium.
Pemantauan dilakukan dengan b. Gangguan pada Biota Perairan.
cara pengambilan sampel air di Pemantauan dilakukan dengan
lapangan dengan pengambilan cara pengambilan sampel biota
sampel air yang diperoleh di lapangan, sampel biota yang
dianalisis di laboratorium. diperoleh dianalisis di
c. Biota Perairan. Pemantauan laboratorium.
plankton dilakukan dengan
pengambilan sampel Faktor Penentu Realisasi UKL-UPL
menggunakan plankton net PLTD Klasaman
No.25. Partikel yang tersaring Manajemen PLTD Klasaman
ditempatkan kedalam botol 40 telah merealisasikan semua kegiatan
ml dan diawetkan dengan pemantauan lingkungan yang

122
CASSOWARY volume 3 (2): 101 - 126

direncanakan (100%) sebagaimana sumber daya, dan pengawasan dalam


realisasi upaya pengelolaan lingkungan. upaya pengelolaan lingkungan maupun
Kondisi tersebut dipengaruhi oleh upaya pemantauan lingkungan,
dukungan manajemen yang tercermin sebagaimana terlihat pada Tabel 10.
melalui kelembagaan, kebijakan,

Tabel 10. Faktor penentu keberhasilan UKL-UPL PLTD Klasaman


Nilai Indikator
Faktor Nilai
Deskripsi Keberhasilan
Keberhasilan Indikator
UKL UPL
a) Ada struktur organisasi
dalam manajemen yang
terkait pengelolaan dan
pemantauan lingkungan dan
dijalankan
b) Ada divisi yang khusus
menangani Pengelolaan dan
Kelembagaan 9 pemantauan lingkungan dan
berfungsi
c) Program pengelolaan dan
pemantauan lingkungan
rutin dilakukan oleh divisi
khusus yang menangani
pengelolaan lingkungan

a) Ada SDM khusus yang


bertanggungjawab dalam
pengelolaan dan
pemantauan lingkungan
b) Tersedia dana dan
mencukupi dalam
Sumberdaya 9 pengelolaan dan
pemantauan lingkungan
72 39
c) Tersedia peralatan dan
(Berhasil) (Berhasil)
difungsikan dalam
pengelolaan dan
pemantauan lingkungan.

a) ada dokumen UKL-UPL


dan dapat diakses
b) ada SOP dalam pengelolaan
dan pemantauan lingkungan
Kebijakan 9 dan dilaksanakan.
c) ada kebijakan lain terkait
pengelolaanan pemantauan
lingkungan

Pengawasan 9 a) ada pengawasan internal

123
CASSOWARY volume 3 (2): 101 - 126

secara rutin dalam


pengelolaan dan
pemantauan lingkungan
b) ada pengawasan external
secara rutin dalam
pengelolaan dan
pemantauan lingkungan
c) tidak ada kendala dalam
pelaksanaan Pengelolaan
dan pemantauan lingkungan

Kelembagaan, sumberdaya, sumber daya, mencakup jumlah staff


kebijakan dan pengawasan dinilai yang memadai, memiliki keahlian untuk
mempengaruhi realisasi UKL-UPL melaksanakan tugas mereka dan
PLTD Klasaman (100%) sebagaimana memiliki wewenang serta fasilitas yang
terlihat pada Tabel 11. Dalam hal ini diperlukan untuk menterjemahkan
manajemen PLTD Klasaman telah kebijakan-kebijakan yang telah
berhasil merealisasikan semua dirumuskan agar dapat terealisir.
komitmen upaya pengelolaan Menurut Mustopadidjaja (1992)
lingkungan dan upaya pemantauan dalam Wahyuni (2007), kebijakan atau
lingkungan. kondisi tersebut kebijaksanaan adalah keputusan suatu
menggambarkan bahwa keempat faktor organisasi (publik ataupun bisnis) yang
penentu realisasi UKL-UPL memiliki dimaksudkan untuk mengatasi
kontribusi yang sama dalam permasalahan tertentu atau untuk
keberhasilan atau realisasi UKL-UPL di mencapai tujuan tertentu, berisikan
PLTD Klasaman. ketentuan-ketentuan yang dapat
Kelembagaan dimaksud dapat dijadikan pedoman perilaku dalam hal:
digambarkan masing-masing unit (1). Pengambilan keputusan lebih
kegiatan melalui tersedianya unit lanjut, yang harus dilakukan baik
khusus atau bidang yang menangani kelompok sasaran ataupun organisasi
masalah lingkungan. Menurut Anwar pelaksanaan kebijakan, dan (2).
(1998) dalam Wahyuni (2007), apabila Penerapan atau pelaksanaan dari suatu
dikaji lebih cermat berdasarkan konsep kebijakan yang telah ditetapkan, baik
kelembagaan, ternyata organisasi dalam hubungan dengan organisasi
merupakan bagian (unit) pengambilan pelaksana maupun dengan kelompok
keputusan yang didalamnya diatur oleh sasaran yang dimaksudkan.
sistem kelembagaan atau aturan main. Menurut Mustopadidjaja (1992)
Aturan main disini mencakup dalam Wahyuni (2007) pengawasan
keserasian yang lebih luas dalam bentuk pelaksanaan upaya pengelolaan dan
konstitusi suatu negara sampai pada upaya pemantauan lingkungan yang
kesepakatan antara dua pihak (individu) berasal dari luar perusahaan/ekstern
yang menyepakati aturan bersama perusahaan, dilakukan oleh institusi
mengenai pembagian manfaat dan lingkungan hidup dan pengawasan dari
beban yang harus ditanggung oleh dalam perusahaan/intern perusahaan.
masing-masing pihak untuk mencapai Pengawasan ini diperlukan agar
tujuan tersebut. penanggung jawab kegiatan menaati
Menurut Mustopadidjaja (1992) semua ketentuan perundang-undangan
dalam Wahyuni (2007) ketersediaan lingkungan hidup, persyaratan dalam

124
CASSOWARY volume 3 (2): 101 - 126

berbagai izin (izin usaha, izin Jusuf Irianto, 2001. Manajemen Sumber
pembuangan limbah, dll) serta Daya Manusia. Insan Cendikia.
persyaratan mengenai semua media Jakarta.
lingkungan (air, udara, tanah,
kebisingan, getaran) yang seharusnya Madiyawati M, 2007. Studi Potensi
tercantum dalam perizinan yang telah Hutan Di Hampapak Kecamatan
dimiliki. Bukit Batu Provinsi Kalimantan
Tengah Sebagai Habitat Pelepas
KESIMPULAN Liaran OWA (Hylobates agilis
PT. Lintas Artha Lestari berhasil albibarbis). Tesis Magister Ilmu
merealisasikan upaya pengelolaan Kehutanan Universistas
lingkungan dan cukup berhasil Mulawarman, Samarinda
merealisasikan upaya pemantauan
lingkungan. Faktor yang berperan Sari, Makmur dan Rozikin. 2016.
terhadap realisasi tersebut adalah Efektivitas Implementasi UKL-
kebijakan, selanjutnya kelembagaan, UPL Dalam Mengurangi
sumberdaya dan pengawasan. PT. Kerusakan Lingkungan (Studi
Prima Lestari Investindo (Ramayana Pada Badan Lingkungan
Mall) cukup berhasil merealisasikan Kabupaten Malang dan
upaya pengelolaan lingkungan, tetapi Masyarakat Sekitar PT. Tri
tidak berhasil merealisasikan upaya Surya Plastik Kecamatan
pemantauan lingkungan. Faktor yang Lawang). Jurnal Administrasi
berperan terhadap realisasi tersebut Publik Vol.2.(1) 161-168.
adalah pengawasan, selanjutnya
sumberdaya kebijakan dan Sarjdono, M. A., 2001. Pemberdayaan
kelembagaan. PLTD Klasaman berhasil Masyarakat Menuju
merealisasikan semua upaya Pengelolaan Sumberdaya Hutan
pengelolaan lingkungan dan upaya Secara Lestari. Makalah pada
pemantauan lingkungan. Faktor yang Seminar Regional Amdal “
berperan terhadap realisasi tersebut Sistem Sertifikasi pengelolaan
adalah kelembagaan, selanjutnya Hutan Produksi yang Letari “
sumberdaya, kebijakan dan Kerjasama Silva Mulawarman-
pengawasan. PT. Petebe Mas Bahagia –
Envirosystem Indonesia.
Samarinda.
DAFTAR PUSTAKA
Aipassa M.I, Sutedjo, Sinery A.S, Sinery A.S, Angrianto R, Rahawarin Y.
Ibrahim. 2015. Potensi dan Y, Peday H.F.Z. Potensi dan
Rencana Pengelolaan Hutan Strategi Pengelolaan Hutan
Kota Sangatta. Depublish, Lindung Wosi Rendani.
Yogyakarta. Deepublish, Yogyakarta.

Gomes, F. Cardoso, 2003. Manajemen Sudjana. 1992. Metode Statistika.


Sumber Daya Manusia. Andi Tarsito, Bandung.
Pffset. Yogyakarta.
Wahyuni E. 2007. Analisis Kebijakan
Dan Peran Kelembagaan Dalam
Upaya Pengelolaan Hutan Kota

125
CASSOWARY volume 3 (2): 101 - 126

di Kota Tarakan. Tesis Magister


Ilmu Kehutanan Universitas
Mulawarman.

Yeom, F.B.C and C. Chandrasekharan,


2002. Achieving sustainable
forest management in Indonesia
in Tropical Forest Update Vol.
12 No. 1, 2002. ITTO,
Yokohama.

126

You might also like