Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Omni-Akuatika, 12 (3): 119 - 130, 2016

ISSN: 1858-3873 print / 2476-9347 online


Research Article

Scientific Communication in Fisheries and Marine Sciences - 2016

Upwelling di Laut Banda dan Pesisir Selatan Jawa serta Hubungannya dengan ENSO dan IOD
1,2 1 1 1
Herlina Ika Ratnawati , Rahmat Hidayat , Ahmad Bey , Tania June
1
Departemen Geofisika dan Meteorologi, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga,Bogor, 16680,
Indonesia
2
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, Balitbang-KP, Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Jl. Pasir Putih I Ancol Timur, Jakarta, Indonesia
*
Corresponding author: herlina.ir@gmail.com

ABSTRACT

Upwelling events analysis in southern coast of Java and Banda sea were conducted. The events were
identified by using satellite data i.e. wind surface, Sea Surface Temperature (SST) and ocean color
during period of 14 years (2002-2016) which calculated by Ekman pumping and Ekman transport. It’s
found that Ekman pumping velocity in Banda Sea reached a maximum in June-July-August (JJA) by
-6 -1
approximately 3,65x10 ms . Comparing with Ekman transport, Ekman pumping makes an even
greater contribution to the local upwelling in Banda Sea. Ekman pumping velocity in southern coast of
-6 -1
Java reached a maximum in June-July-August (JJA) by approximately 4,9x10 ms . Ekman pumping
and Ekman transport makes an equal contribution to coastal upwelling in southern coast of Java.
That’s related to highest clorophyll-a concentration apperars in JJA periode. Partial correlation
analysis then was applied to identify a correlation between chlorophyll-a concentration and inter-
annual climate variabilities such as ENSO and IOD. Partial Correlation between chlorophyll-a and
Nino 3.4 and DMI-Dipole Mode Index (controlled) in Banda Sea is 0.18, and 0.05 in southercoast of
Java. It’s represent ENSO (Elnino Southern Oscilation) has higher influences to Banda Sea than
southern coast of Java. Partial correlation between chlorophyll-a and DMI and Nino 3.4 (controlled) is
0.55 in southern coast of Java, and 0.25 in Banda Sea. Its represent IOD (Indian Ocean Dipole) has
higher influences to southern coast of Java than Banda Sea. Upwelling in Banda sea and along
southern coast of Java dominantly occurs in southeast monsoon as a responds to regional wind driven
motion associated with the monsoon climate. Various condition of chlorophyll-a booming also occured
according to combination of ENSO and IOD events.

Keywords: upwelling, Banda sea, southern coast of Java, Ekman transport, Ekman pumping, IOD,
ENSO

1. Pendahuluan Indonesia Trough Flow (ITF), serta sirkulasi


laut-atmosfer global yang terkait dengan
Benua Maritim Indonesia (BMI), secara fenomena ENSO, IOD dan Madden Julian
geografis terletak di daerah tropis berada di Oscillation (MJO). Variabilitas laut dan atmosfer
antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia dapat teridentifikasi dari beberapa parameter
serta diantara benua Asia dan Australia. Posisi seperti kondisi hujan, angin, suhu permukaan
BMI yang strategis inilah yang menjadikan laut (SPL) -sea surface temperature (SST).
kondisi atmosfer dan lautan sangat kompleks Selain proses fisis diatas, proses biologis-
dalam mengendalikan sirkulasi atmosfer kimiawi di BMI juga dipengaruhi oleh variabilitas
regional dan global. Berbagai sirkulasi global laut dan atmosfer.
atmosfer dan laut yang melintasi wilayah BMI Fitoplankton sebagai tumbuhan sel
menyebabkan tingginya variabilitas iklim di tunggal berukuran mikroskopik memiliki peran
atasnya. penting proses kehidupan di dalam perairan
Wilayah perairan laut BMI juga dan berfungsi sebagai sumber makanan
dipengaruhi keragaman variabilitas laut- organisme perairan yang dapat digunakan
atmosfer. Berbagai fenomena yang memiliki sebagai salah satu kajian untuk menduga
siklus beragam baik secara spasial dan sebaran konsentrasi klorofil-a (chlorophyll-a)
temporal mempengaruhi kondisi atmosfer di pada perairan (Putra, 2012). Kandungan
BMI, diantaranya adanya sistem monsunal, chlorophyll-a juga digunakan sebagai ukuran
aliran Arus Lintas Indonesia (Arlindo) - jumlah fitoplankton pada suatu perairan dan
Ratnawati et al., 2016, Upwelling di Laut Banda dan Pesisir Selatan Jawa 120

dapat digunakan sebagai petunjuk produktifitas penyimpanan/pelepasan Bahang perairan Asia


suatu perairan. Perlunya mengkaji distribusi Tenggara (PBAT) dengan fenomena yang
konsentrasi chlorophyll-a karena dapat mengiringi masih didominasi oleh monsoon dan
dijadikan sebagai suatu indikator dalam munculnya siklus dekadal serta siklus dua
menentukan tingkat kesuburan perairan laut tahunan. Sementara mode-3 berkaitan dengan
(Hendiarti, et al., 2004). Dengan mengetahui siklus antar tahunan dengan periode 42,6
daerah yang memiliki tingkat kesuburan tinggi bulan.
maka dapat diduga berpotensi sebagai wilayah Beberapa penelitian terkait sebaran
penangkapan ikan. Chlorophyll-a memiliki chlorophyll-a dan variabilitas iklim yang telah
variabilitas secara spasial dan temporal. Variasi dijelaskan diatas memberikan kontribusi pada
spasial distribusi chlorophyll-a di lautan perkembangan keilmuan iklim dan kelautan di
tergantung pada letak geografis dan kedalaman Indonesia. Namun, kajian yang dilakukan
perairan. Variasi ini disebabkan oleh perbedaan tersebut masih bersifat parsial, artinya masih
intensitas cahaya matahari dan konsentrasi terfokus pada satu atau dua kombinasi dari
nutrien di perairan. fenomena yang terjadi di BMI. Penelitian ini
Upwelling merupakan suatu proses bertujuan untuk menganalisis karakteristik
naiknya massa air laut dari lapisan dalam laut upwelling di Laut Banda dan Selatan Jawa,
ke permukaan. Adanya angin yang mendorong serta menganalisis hubungan antara
lapisan air pada permukaan mengakibatkan chlorophyll-a dengan variabilitas iklim antar
kekosongan massa air di bagian atas, tahunan ENSO dan IOD. Studi ini sangat
akibatnya air yang berasal dari bawah penting dalam perkembangan iklim kelautan
menggantikan kekosongan yang berada di sehingga hasilnya diharapkan dapat
atas. Gerakan naik ini membawa serta air yang memberikan kontribusi terhadap pengelolaan
suhunya lebih dingin, salinitas tinggi, dan zat- sektor kelautan dan perikanan terkait dengan
zat hara yang kaya ke permukaan (Nontji, 1993 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP-RI),
dalam Putra, 2012). Proses upwelling dapat sebagaimana Indonesia sebagai poros maritim.
terindikasi dari sebaran konsentrasi chlorophyll-
a yang bervariasi secara spasial dan temporal.
Konsentrasi chlorophyll-a lebih tinggi pada 2. Data dan Metode Penelitian
perairan pantai dan pesisir, serta rendah
diperairan lepas pantai, namun pada daerah- Data
daerah tertentu di perairan lepas pantai
dijumpai konsentrasi chlorophyll-a dalam Daerah penelitian meliputi wilayah
0 0
jumlah yang cukup tinggi, yang merupakan perairan BMI, dengan koordinat 90 -150 BT
0 0
fenomena upwelling (Ramansyah, 2009). dan - 15 LU-15 LS, khususnya di Laut Banda
0 0 0 0
Pada sektor kelautan dan perikanan, (3,5 -7 LS; 126 -131 BT) dan perairan Selatan
0 0 0 0
variabilitas laut-atmosfer banyak dikaji dalam Jawa (105 -115 BT; 7 -9 LS). Data yang
kaitannya dengan distribusi konsentrasi digunakan dalam penelitian ini adalah data
chlorophyll-a. Susanto et al. (2001a, 2001b) suhu permukaan laut (SPL) dan angin
0
serta Susanto dan Marra (2005) menganalisis permukaan dengan resolusi 0,125 yang
kejadian fenomena El Nino Southern Oscillation diunduh dari laman http://www.ecmwf.int/, Data
(ENSO) 1997/1998 melalui pengamatan satelit konsentrasi chlorophyll-a dengan resolusi 4km
ocean color (chlorophyll-a) di perairan laut dari laman http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/,
Indonesia, dimana El Nino kuat pada (Hu, el al., 2012). Dipole Mode Index (DMI)
1997/1998 diikuti dengan periode La Nina, yang merupakan indikator yang digunakan untuk
juga bertepatan dengan kejadian Indian Ocean mengidentifikasi fenomena IOD, data ini
Dipole (IOD) positif, berkaitan dengan tingginya diperoleh dari laman http://www.jamstec.go.jp/.
nilai chlorophyll-a (upwelling) di sepanjang Fenomena ENSO diidentifikasi mengunakan
pantai selatan Jawa dan Sumatera. Nilai data indeks Nino 3.4 yang diunduh dari laman
chlorophyll-a juga terlihat lebih tinggi saat http://iridl.ldeo.columbia.edu/. Periode data
berlangsungnya monsun timur (April-Oktober) chlorophyll-a, SPL dan angin yang digunakan
dibandingkan saat monsun barat. Menurut dalam penelitian ini mulai Juli 2002 hingga
Purwandani (2012), variabilitas laut-atmosfer Januari 2016.
dan proses dinamika interaksi antara Monsoon,
Dipole Mode (DM) dan ENSO secara simultan Metode penelitian
terhadap SPL di perairan Asia Tenggara dan
Analisis data dilakukan dengan
sekitarnya, total keragaman terbesar pertama
menggunakan analisis komposit. Analisis ini
(mode-1) dari SPL didominasi oleh siklus
merupakan suatu teknik penarikan contoh
tahunan muson dengan periode sebesar 12,2
kemungkinan berdasarkan kondisi rata-rata
bulan. Mode-2 merupakan
121 Omni-Akuatika Vol. 12 No. 3, 2016 : 119 - 130

beberapa fenomena tertentu yang sama konvergensi atau divergensi ekman transport.
sehingga hasilnya dapat mewakili secara umum Nilai ekman pumping bertanda negatif
perkiraan waktu yang menunjukkan fenomena menunjukkan adanya konvergensi ekman
tersebut (Nur’utami dan Hidayat, 2015). transport pada permukaan yang menggerakkan
Data SPL, angin permukaan dan massa air menuju dasar laut disebut sebagai
chlorophyll-a dilakukan analisis komposit pada downwelling. Jika nilai ekman pumping
setiap bulannya, dan dikelompokkan dalam bertanda positif menunjukkan adanya
empat musim yaitu Desember-Februari (DJF), divergensi ekman transport pada permukaan
Maret-Mei (MAM), Juli-Agustus (JJA), dan yang menggerakkan massa air menuju
September-November (SON). Metode analisis permukaan laut disebut sebagai proses
ini mengacu pada beberapa penelitian upwelling. Nilai ekman transport dan ekman
sebelumnya yang menyatakan bahwa dampak pumping dapat digunakan untuk
kejadian coastal upwelling dapat dianalisis merepresentasikan pergerakan kejadian
dengan menganalisis sebaran SPL dan coastal upwelling.
chlorophyll-a yang ada di permukaan perairan Variabilitas iklim di wilayah BMI meliputi
(Yunwei et al. (2015), Susanto et al. (2001a, variasi iklim musiman (seasonal), intra-
2001b) ; Susanto dan Marra (2005)). musiman (intraseasonal) dan non-musiman
Fenomena upwelling dapat dikuantifikasi (nonseasonal) yang meliputi variasi antar
melalui perhitungan ekman pumping yang tahunan (interannual). Pengaruh monsun yang
berhubungan dengan ekman transport di dominan besar dampaknya terhadap sektor
wilayah penelitian (Yunwei et al. 2015; kelautan. Salah satunya adalah kelimpahan
Tubalawony 2007). Langkah awal yang chlorophyll-a terlihat lebih tinggi pada saat
dilakukan dalam perhitungan ekman transport monsun timur dibandingkan pada saat
dan ekman pumping adalah menghitung berlangsungnya monsun barat (Susanto et al.
gesekan angin (wind stress) dan wind stress (2001a, 2001b); Susanto dan Marra. 2005).
curl untuk setiap komponen angin pada wilayah Variasi interannual di Indonesia
penelitian (Pickett dan Paduan, 2003). Asumsi dipengaruhi oleh El Nino dan Dipole Mode.
yang digunakan yaitu komponen angin sumbu x ENSO merupakan fenomena interaksi antara
dengan arah sejajar pantai (zonal) dan laut dan atmosfer di Samudera Pasifik, dimana
komponen angin sumbu y dengan arah El Nino merupakan fenomena lautan
menegak pantai (meridional). Ekman transport sedangkan Southern Oscillation adalah
dan ekman pumping dihitung dengan fenomena terkait atmosfer. Kejadian El-Nino di
persamaan (Smith. 1968, dalam Yunwei et al. Indonesia dapat diidentifikasi dari Nino 3.4
2015) sebagai berikut: index sebagai rata-rata anomali SST di wilayah
0 0
Nino 3.4 yaitu pada koordinat 120 -170 BB dan
0 0
⃗ ̂ 5 LU-5 LS, (Susanto dan Marra, 2005).
Anomali suhu permukaan laut di Pasifik Ekuator
berkaitan erat dengan sirkulasi Walker. Daerah
⃗ dengan suhu permukaan laut tinggi merupakan
pusat tekanan udara rendah dan merupakan
dengan ⃗ adalah vektor wind stress, ̂ adalah daerah konvektif, sehinga menjadi penggerak
vektor satuan yang bersinggungan dengan utama sirkulasi Walker selanjutnya.
garis pantai, adalah densitas air laut dan lndian Ocean Dipole Mode (IODM)
adalah parameter Coriolis. adalah sebuah fenomena samudera dan
Besarnya gesekan angin (wind stress), atmosfer di Samudera Hindia ekuator yang
pada permukaan laut dihitung dari ditandai dengan anomali negatif suhu
data kecepatan angin permukaan 10m dengan permukaan laut di Sumatera dan anomali suhu
menggunakan persamaan (Kutsuwada 1998, positif di bagian barat Samudera Hindia (Saji et
Tubalawony 2007,): al. 1999). IOD merupakan fenomena
interannual di Samudera Hindia, serta memiliki
|⃗⃗⃗⃗⃗| (3)
fase positif dan fase negatif. Fase IOD positif
dengan |⃗⃗⃗⃗⃗| (3a); dan terjadi ketika suhu permukaan laut turun di
|⃗⃗⃗⃗⃗| (3b). bagian selatan-timur samudera Hindia di bagian
pantai utara Australia, pantai timur Jepang, dan
Besarnya ekman transport untuk Indonesia. Kemudian diikuti dengan fase
komponen sejajar dan menegak pantai dihitung negatif berupa meningkatnya suhu permukaan
dari wind stress. Ekman pumping dihitung dari laut di bagian barat timur Afrika dari sebagian
wind stress curl. adalah kejadian ekman pantai utara Madagaskar sampai pantai utara
pumping sebagai kecepatan vertikal pada dasar tepi Somalia. lndikator yang digunakan untuk
lapisan ekman yang dihubungkan dengan mengidentifikasi fenomena IODM adalah Dipole
Ratnawati et al., 2016, Upwelling di Laut Banda dan Pesisir Selatan Jawa 122

Mode Index (DMI). DMI positif disebut dengan monsun timur (JJA) konsentrasi chlorophyll-a
3
IODM positif, sedangkan DMI negatif disebut meningkat menjadi 0,89 mg/m dan pada SON
3
sebagai IODM negatif. Kejadian IOD mencapai nilai 1,1 mg/m . Konsentrasi
didentifikasi dari IOD Index sebagai perbedaan chlorophyll-a pada periode SON terlihat lebih
SST anomali antara Samudra Hindia tropis tinggi dan terdistribusi lebih luas hingga
0 0 0 0
bagian barat (50 -70 BT, 10 LU-10 LS) dan mencapai 200km dari tepi pantai dibandingkan
0
Samudra Hindia tropis bagian tenggara (90 - pada periode JJA. Hasil komposit distribusi SPL
0 0
110 BT, 10 LS-ekuator). dan angin permukaan ditunjukkan pada
Untuk mengetahui hubungan antara Gambar 2. SPL pada periode JJA dan SON
0
kelimpahan konsentrasi chlorophyll-a dengan mencapai 27 C yang terdistribusi luas pada
variabilitas iklim antar-tahunan ENSO dan IOD periode JJA dan mulai berkurang pada periode
dianalisis dengan analisis korelasi tunggal dan SON. Hasil komposit angin bulanan
korelasi parsial. Analisis korelasi parsial memperlihatkan angin tenggara dengan
digunakan untuk mengidentifikasi kuat kecepatan yang lebih tinggi di perairan selatan
lemahnya hubungan antar variabel bebas dan Jawa pada periode JJA dan mulai menurun
variabel terikat, dimana variabel bebas lainnya pada periode SON. Sementara kecepatan
dikontrol atau dianggap berpengaruh (Irianto angin pada saat DJF cenderung semakin
2006). Untuk menghitung koefisien korelasi menurun dan mencapai nilai minimum pada
parsial, terlebih dahulu dilakukan perhitungan periode MAM.
korelasi tunggal dengan persamaan: Kondisi SPL rendah dan kecepatan
√ ∑ ∑
angin permukaan yang relatif lebih tinggi pada
(4) periode JJA bertepatan dengan kelimpahan
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }
konsentrasi chlorophyll-a dipesisir selatan Jawa
dengan n adalah jumlah data; adalah variabel merupakan indikasi terjadinya upwelling. Pada
bebas dan adalah variabel terikat. periode SON kelimpahan chlorophyll-a terlihat
lebih tinggi dan terdistribusi meluas hingga ke
Selanjutnya perhitungan koefisien korelasi
pesisir barat daya Sumatera. Kondisi ini terkait
parsial dapat digunakan persamaan:
dengan SST yang lebih dingin meluas hingga
(5) ke pesisir barat Sumatera. Persistensi angin
√ √ timuran yang kuat ini bertindak sebagai wind-
driven motion pada fenomena upwelling saat
dengan korelasi antara variabel terikat monsun timur. Kondisi SST dingin membawa
dengan vriabel bebas ; korelasi antara massa air yang kaya nutrien menuju
variabel terikat dengan variabel bebas ; permukaan laut terindikasi dari kelimpahan
dan korelasi antara variabel bebas konsentrasi chlorophyll-a. Gerakan naiknya
dengan variabel bebas . massa air ini juga diakibatnya karena adanya
stratifikasi lapisan yang memiliki perbedaan
3. Hasil dan Pembahasan densitas pada setiap lapisannya karena dengan
bertambahnya kedalaman perairan maka
Variasi SPL, angin permukaan, Ekman suhunya akan semakin turun dengan densitas
transport, Ekman pumping dan chlorophyll-a makin meningkat. Hal ini memicu energi untuk
menggerakkan massa air secara vertikal.
Wilayah perairan di Laut Banda dan Sebaliknya, pada saat DJF kelimpahan
selatan Jawa merupakan daerah kajian yang konsentrasi chlorophyll-a cenderung menurun
menarik, karena memiliki variabilitas spasial dimana SPL mengalami peningkatan
dan temporal yang terlihat jelas dari distribusi sementara kecepatan angin mengalami
chlorophyll-a, SPL dan angin permukaan. penurunan. Hal ini mengindikasikan terjadinya
Gambar 1 memperlihatkan komposit distribusi proses downwelling di wilayah pesisir tersebut.
chlorophyll-a pada setiap musim di selatan
Jawa. Konsentrasi chlorophyll-a pada periode
3
monsun barat (DJF) berkisar 0,34mg/m dan
3
pada MAM sebesar 0,36 mg/m . Pada periode
123 Omni-Akuatika Vol. 12 No. 3, 2016 : 119 - 130

Gambar 1. Komposit chlorophyll-a musiman di selatan Jawa.

Gambar 2. Komposit SPL dan kecepatan angin permukaan secara musiman di Selatan Jawa.

0
Distribusi musiman chlorophyll-a di Laut SON mencapai 28,4 C yang disertai angin
Banda diperlihatkan pada Gambar 3. timuran yang kuat (Gambar 4). Kondisi ini
Konsentrasi chlorophyll-a rata-rata pada bulan memicu proses upwelling di perairan laut
3
April-November mencapai 0,31mg/m . Banda pada periode JJA. Konsentrasi
Konsentrasi chlorophyll-a pada periode DJF chlorophyll-a mulai terlihat mengalami
dan MAM terlihat lebih rendah bila penurunan pada periode SON dan terus
dibandingkan dengan konsentrasi chlorophyll-a menurun pada DJF hingga MAM. SPL pada
pada periode JJA dan SON yang mencapai periode ini mulai mengalami kenaikan pada
3
0,45mg/m . Di wilayah ini, periode JJA SON hingga MAM mencapai nilai maksimum
0
merupakan periode dengan konsentrasi pada periode DJF sebesar 29,5 C. Pada
chlorophyll-a tertinggi dan terdistribusi meluas periode DJF konsentrasi chlorophyll-a sebesar
3
hingga sekitar 200km dari tepi pantai. Kondisi 0,14mg/m terlihat mengalami penurunan, yang
ini terkait dengan sebaran SPL rata-rata pada mengindikasikan terjadinya proses
0
periode JJA yang mencapai 27,0 C dan pada downwelling.
Ratnawati et al., 2016, Upwelling di Laut Banda dan Pesisir Selatan Jawa 124

Gambar 3. Komposit chlorophyll-a pada musim DJF, MAM, JJA dan SON di Laut Banda. satuan
3
konsentrasi chlorophyll-a yaitu mg/m

Gambar 4. Komposit SPL dan kecepatan angin permukaan pada musiman DJF, MAM, JJA dan DJF
di Laut Banda. Vektor menunjukkan arah dan kecepatan angin.

Kelimpahan konsentrasi chlorophyll-a didekati dengan perhitungan ekman transport


SPL relatif lebih rendah dan kecepatan angin dan ekman pumping (W E). Gambar 5
permukaan yang relatif lebih besar menunjukkan variasi temporal dari ekman
dibandingkan dengan perairan sekitarnya transport, ekman pumping dan chlorophyll-a di
merupakan indikasi terjadinya proses upwelling. Laut Banda dan pesisir selatan Jawa. Hasil
Untuk meyakinkan terhadap hasil yang perhitungan ekman transport komponen
diperoleh dengan metode komposit, estimasi menegak pantai ( ) dengan input data
proses fisis upwelling dan downwelling perlu gesekan angin (wind stress) komponen sejajar
125 Omni-Akuatika Vol. 12 No. 3, 2016 : 119 - 130

pantai ( ) digunakan untuk menganalisis upwelling di Laut Banda. Selain ekman


transpor massa air ke arah laut lepas atau transport, ekman pumping yang disebabkan
menuju pantai. Penelitian Tubalawony et al. oleh wind stress curl secara signifikan dapat
(2007), di wilayah perairan barat Sumatera dan meningkatkan proses upwelling lokal (Enriquez
selatan Jawa-Sumbawa, menyatakan bahwa dan Friehe, 1995; Castelao dan Barth, 2006;
ekman transport cenderung bergerak menuju dalam Yunwei et al. 2015; Pickett dan Paduan,
pantai ditandai dengan nilai positif (tanda +) 2003) Selama proses ekman pumping, wind
dan menuju laut lepas ditandai dengan nilai stress curl menghasilkan divergensi angin
negatif (tanda -). Nilai ekman pumping dihitung permukaan yang memaksa pergerakan massa
dengan input data ekman transport sejajar air ke permukaan. Jika dibandingkan dengan
(MxE) dan menegak dengan pantai (MyE). ekman transport, ekman pumping dapat
Fenomena upwelling dan downwelling memberikan kontribusi yang setara atau lebih
direpresentasikan melalui analisis transport besar pada beberapa wilayah upwelling
vertikal massa air pada lapisan ekman, dengan (Castelao and Barth,2006; Croquette et al.,
perhitungan ekman pumping. Nilai positif (tanda 2007; Jing et al., 2009; dalam Yunwei et al.
+) dari ekman pumping menunjukan terjadi 2015; Pickett dan Paduan, 2003). Kondisi ini
pengangkatan massa air (upwelling) dan nilai juga sejalan dengan penelitian Gordon dan
negatif (tanda -) menunjukan tenggelamnya Susanto (2011c); Wyrtki (1958), bahwa
massa air (downwelling), (Tubalawony et al. divergensi pada lapisan permukaan di Laut
2007, Yunwei et al. 2015). Banda/Arafuru secara temporal dan profil
Hasil perhitungan rata-rata ekman transpor sebagai pengaruh pergerakan ITF
-6 -1
pumping di Laut Banda mencapai 2,23x10 ms (Indonesian Throughflow) ke Samudra Hindia.
pada bulan April-November dan pada periode Variabilitas SST di Laut Banda juga terkait
-6 -1
JJA mencapai 3,65x10 ms bertepatan dengan perubahan kedalaman termoklin yang
dengan berlangsungnya monsun timur. Ekman bervariasi terhadap monsun dan ENSO.
pumping mencapai mencapai maksimum pada Variasi temporal ekman transport di
-6 -1
bulan Juli mencapai 4,03x10 ms . Hasil ini pesisir selatan Jawa pada saat monsun timur
sesuai dengan penelitian Gordon dan Susanto terlihat bergerak menuju laut lepas, sedangkan
(2011c) yakni kecepatan rata-rata ekman pada monsun barat ekman transport bergerak
pumping di Laut Banda dan Arafuru pada saat menuju pantai. Selama monsun timur ekman
-6 -1
upwelling mencapai 2,36x10 ms pada bulan pumping menunjukkan terjadinya upwelling
April-Desember. Tingginya ekman pumping dan sedangkan pada saat monsun barat
melimpahnya chlorophyll-a pada periode ini menunjukkan terjadinya downwelling. Ekman
merepresentasikan terjadinya upwelling di Laut pumping rata-rata pada bulan April-November
-6 -1
Banda. Nilai ekman transport berdasarkan mencapai 3,51x10 ms , dan mencapai nilai
-
gesekan angin sejajar pantai selama musim maksimum pada periode JJA mencapai 4,9x10
6 -1
timur terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan ms . Kondisi ini bersesuaian dengan tingginya
musim barat. Pola ekman transport sejajar konsentrasi chlorophyll-a dan SST yang lebih
pantai di Laut Banda cenderung mendekati rendah pada saat monsun timur. Akibat dari
pantai selama monsun timur, sedangkan pada transport massa yang menjauhi pantai ini, maka
saat berlangsungnya monsun barat pola perairan yang kehilangan massa air akan
transport ekman cenderung bergerak menjauhi menggerakkan massa air yang lebih dingin dan
pantai. Berdasarkan variasi temporal kaya akan nutrient dari dasar perairan ke
chlorophyll-a dan SST (Gambar 6) saat monsun permukaan. Massa air yang terangkat ke
timur terlihat bahwa konsentrasi chlorophyll-a permukaan ini kaya akan nutrient sehingga
lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi menjadi tempat yang subur untuk produsen
pada saat monsun barat. Sementara variasi primer perairan seperti fitoplankton. Analisis
SST pada saat monsun timur lebih rendah ekman pumping dan ekman transport
dibandingkan pada saat berlangsungnya menunjukkan bahwa proses upwelling yang
monsun barat. Proses upwelling di Laut Banda terjadi di selatan Jawa merupakan coastal
terjadi secara bergantian dengan proses upwelling yang memiliki dampak signifikan
downwelling. Pada bulan Desember sampai terhadap ekosistem dan perikan (Barth et al,
Maret bertepatan dengan berlangsungnya 2007).
monsun barat terjadi proses downwelling
dengan ekman transport yang menjauhi pantai.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa ekman
pumping lebih dominan berperan dalam proses
Ratnawati et al., 2016, Upwelling di Laut Banda dan Pesisir Selatan Jawa 126

Gambar 5. Variasi temporal Ekman transport, Ekman pumping dan chlorophyll-a bulanan di Laut
Banda dan pesisir selatan jawa.

Gambar 6. Variasi temporal Ekman transport, SST dan chlorophyll-a bulanan di Laut Banda dan
pesisir selatan jawa.

Menurut Susanto et al. (2001a, 2001b); peningkatan chlorophyll-a pada tahun 2014-
Susanto dan Marra (2005) bahwa variabilitas 2016. Pada periode tahun 2014-2015
iklim antar-tahunan (interannual) (ENSO dan merupakan tahun IOD positif dan Elnino
IOD) berpengaruh terhadap distribusi sangat kuat terjadi pada tahun 2015-2016.
chlorophyll-a di wilayah perairan BMI. Gambar Variabilitas musiman dan antar-tahunan juga
7 menunjukkan variasi temporal konsentrasi terlihat dari anomali chlorophyll-a dari data
chlorophyll-a di perairan Selatan Jawa dan ocean color. Pada saat berlangsungnya
Laut Banda terkait dengan fenomena El-Nino monsun timur, konsentrasi chlorophyll-a
dan IOD. Pada tahun 2003-2004 terlihat cenderung lebih tinggi dibandingkan pada saat
adanya peningkatan chlorophyll-a di selatan monsun barat. Pada tahun-tahun El Nino dan
Jawa dan di Laut Banda. Hal ini terkait dengan IOD positif terlihat anomali sebaran
kejadian IOD positif pada tahun tersebut dan chlorophyll-a cenderung lebih tinggi
El Nino moderat (sedang) tahun 2002-2003 dibandingkan dengan tahun-tahun normal.
serta El Nino lemah 2004-2005. Peningkatan Fenomena El Nino lemah terjadi pada tahun
chlorophyll-a di Selatan Jawa dan di Laut 2004-2005, 2006-2007; El Nino moderat terjadi
Banda terjadi pada tahun 2006-2007 terkait pada tahun 2002-2003 dan 2009-2010; El Nino
dengan kejadian El-Nino lemah yang sangat kuat terjadi pada tahun 2015-2016,
bersamaan dengan IOD positif. Pada tahun sedangkan IOD positif terjadi secara
2011-2012 terjadi peningkatan chlorophyll-a di bersamaan pada tahun-tahun El Nino tersebut.
Selatan Jawa dan Laut Banda yang Kondisi ini berkontribusi pada peningkatan
bersamaan dengan lanina lemah dan IOD konsentrasi chlorophyll-a di beberapa wilayah
positif. Peningkatan chlorophyll-a terjadi perairan Indonesia, diantaranya perairan
kembali pada tahun 2015-2016 di selatan selatan Jawa/Sumatra dan Laut Banda.
Jawa dan di Laut Banda mulai terlihat
127 Omni-Akuatika Vol. 12 No. 3, 2016 : 119 - 130

Gambar 7. Variabilitas temporal konsentrasi chlorophyll-a di perairan selatan jawa dan Laut Banda
terkait dengan ENSO dan IOD.

Korelasi variabilitas antar-tahunan dengan dan pesisir selatan Jawa disajikan dalam Tabel
chlorophyll-a 1. Hasil analisis korelasi tunggal antara
Chlorophyll-a dengan Nino3.4 dan DMI
Kelimpahan chlorophyll-a pada saat menunjukkan bahwa di Laut Banda dan
terjadinya IOD positif dan El Nino terlihat jelas perairan selatan Jawa lebih dipengaruhi oleh
dari Gambar 7. Untuk mengetahui tingkat fenomena IOD dibandingkan dengan kejadian
hubungan antara kelimpahan chlorophyll-a ENSO. Fenomena ENSO memiliki korelasi
dengan variabilitas iklim antar-tahunan yang lebih tinggi (0,24) dibandingkan dengan
selanjutnya dilakukan analisis korelasi parsial pesisir selatan Jawa (0,20), sedangkan
yang dinyatakan sebagai berikut: variabel korelasi IOD di Laut Banda lebih rendah (0,30)
Nino3.4 (X1) dan DMI (X2) dengan chlorophyll- dibandingkan dengan pesisir selatan Jawa
a (Y). Metode ini diawali dengan melakukan (0,57). Analisis korelasi parsial di Laut Banda
perhitungan korelasi tunggal (korelasi antara dan selatan Jawa antara chlorophyll-a dengan
dua variabel) kemudian perhitungan terhadap DMI dan Nino3.4 (Nino 3.4 dikendalikan)
korelasi parsial (korelasi lebih dari dua sebesar 0,25 dan 0,55 pada tingkat
variabel). Tabel 1, menunjukkan hasil kepercayaan 99% (2-tailed). Hal ini
perhitungan korelasi tunggal dengan menunjukkan adanya hubungan signifikan
mengkorelasikan antara masing-masing antara peningkatan konsentrasi chlorophyll-a
variabel dan korelasi parsial dengan di Laut Banda dan selatan Jawa dengan
mengkorelasikan antara 3 variabel dengan kejadian IOD jika index Nino3.4
salah satu variabel bebas yang dikendalikan/direduksi. Semakin kuat
dikontrol/dikendalikan/direduksi. fenomena IOD maka akan terjadi peningkatan
Korelasi parsial dengan satu variabel konsentrasi chlorophyll-a diwilayah ini.
kontrol (Nino3.4) untuk wilayah Laut Banda

Tabel 1. Korelasi di Laut Banda dan selatan Jawa


Korelasi Tunggal Parsial
Area Nino3.4 DMI Nino3.4(DMI dikontrol) DMI(Nino3.4 dikontrol)
Java 0,20* 0,57* 0,05 0,55*
Banda 0,24* 0,30* 0,18 0,25*
*korelasi signikan dengan taraf 0,01 (2 tailed)
Ratnawati et al., 2016, Upwelling di Laut Banda dan Pesisir Selatan Jawa 128

Analisis korelasi parsial juga digunakan Nino3.4 positif dan DMI positif secara signifikan
untuk melihat hubungan antara variabel terjadi pada bulan Oktober. Korelasi bulanan
Nino3.4 (X1) dan DMI (X2) dengan chlorophyll-a antara chlorophyll-a dengan Nino3.4 dan DMI di
(Y) di Laut Banda dan pesisir selatan Jawa selatan Jawa secara signifikan terjadi pada
(Tabel 2). Korelasi antara chlorophyll-a dengan bulan Mei, Agustus hingga November. Korelasi
Nino3.4 dan DMI di Laut Banda secara parsial di selatan Jawa antara chlorophyll-a
signifikan terjadi pada bulan Oktober dan dengan Nino3.4 dan DMI (dikontrol) secara
Agustus. Korelasi parsial antara chlorophyll-a signifikan sebesar -0,59 terjadi terjadi pada
dengan Nino3.4 dan DMI (DMI dikendalikan) bulan Januari dan 0,57 pada bulan Maret, dan
sebesar 0,57 terjadi terjadi pada bulan Oktober, korelasi parsial antara chlorophyll-a dengan
dan korelasi parsial antara chlorophyll-a Nino3.4 (dikontrol) dan DMI secara signifikan
dengan DMI dan Nino3.4 (Nino 3.4 terjadi pada bulan Agustus hingga Oktober. Di
dikendalikan) sebesar 0,64 terjadi pada bulan wilayah selatan Jawa kelimpahan chlorophyll-a
Oktober. Kelimpahan chlorophyll-a pada saat lebih dominan terkait dengan fenomena IOD.

Tabel 2. Korelasi di Laut Banda dan selatan Jawa


Korelasi
Banda Java
bulan Tunggal Parsial Parsial Tunggal Parsial Parsial
Nino3.4 DMI DMI Nino3.4 Nino3.4 DMI DMI Nino3.4
1 0,26 -0,46 -0,52 0,37 0,31 -0,51 0,46 -0,59*
2 0,21 -0,09 -0,05 0,20 0,34 0,20 0,29 0,39
3 0,04 -0,26 -0,25 0,02 0,55* 0,14 0,22 0,57*
4 0,02 0,16 0,16 -0,02 -0,06 0,45 -0,20 0,48
5 -0,03 0,29 0,30 -0,09 0,10 0,56* 0,55 0,00
6 0,47 0,17 0,01 0,45 -0,17 0,45 0,55 -0,38
7 0,47 0,00 -0,08 0,48 0,05 0,52 0,52 -0,02
8 0,65 0,16 -0,09 0,64* 0,12 0,63* 0,63* -0,13
9 0,51 0,28 0,17 0,47 0,12 0,75* 0,75* -0,13
10 0,68* 0,73* 0,64* 0,57* 0,21 0,79* 0,80* -0,27
11 0,63* 0,60* 0,47 0,52 0,29 0,57* 0,51 0,07
12 -0,20 -0,33 -0,27 0,06 0,24 0,23 0,08 0,11

4. Kesimpulan (upwelling) maksimum terjadi pada periode


JJA saat monsun timur dengan kondisi
Proses upwelling yang terjadi di Laut perairan SPL relatif rendah, kelimpahan
Banda dan perairan Selatan Jawa dapat chlorophyll-a tinggi dan ekman pumping
dijelaskan dari kelimpahan chlorophyll-a secara yang lebih besar dibandingkan ekman
spasial dan temporal. transport menunjukkan proses local
upwelling.
1. Konsentrasi chlorophyll-a di Laut Banda
3 2. Di pesisir selatan Jawa, konsentrasi
pada periode monsun timur JJA (0,45mg/m ) chlorophyll-a musiman pada periode
3
dan selama monsun barat DJF (0,15mg/m ). 3
0 monsun barat, DJF (0,34mg/m ) sedangkan
SPL mencapai suhu terendah 27,1 C pada pada periode monsun timur, JJA
periode JJA. Perhitungan ekman pumping 3 3
-6 -1 (0,89mg/m ) dan SON (1,1mg/m ). SPL
rata-rata mencapai 2,23x10 ms pada
relatif lebih dingin terjadi pada periode JJA
bulan April-November saat bersamaan 0
mencapai 27 C dan SON mencapai sekitar
dengan berlangsungnya monsun timur. 0
26,99 C. Analisis perhitungan ekman
Ekman pumping mencapai maksimum pada
-6 -1 pumping rata-rata pada bulan April-
bulan Juli mencapai 4,03x10 ms . Jika November mencapai 3,51x10 ms , dan
-6 -1
dibandingkan dengan ekman transport,
maksimum pada periode JJA mencapai
ekman pumping memberikan kontribusi yang -6 -1
4,9x10 ms . Perhitungan ekman pumping di
lebih besar di Laut Banda dalam proses
selatan Jawa menunjukkan adanya
upwelling. Pengangkatan massa air
129 Omni-Akuatika Vol. 12 No. 3, 2016 : 119 - 130

divergensi ekman transport pada permukaan Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB
yang menggerakkan massa air menuju atas diskusinya.
permukaan laut sebagai proses coastal
upwelling. Kondisi perairan dengan SST Daftar Pustaka
rendah, dan kelimpahan chlorophyll-a tinggi
merupakan dampak dari proses coastal Barth JA, Menge BA, Lubchenco J, et al. 2007.
upwelling yang teridentifikasi dari tingginya Delayed upwelling alters nearshore
ekman pumping dan ekman transport pada coastal ocean ecosystems in the
bulan April-November di pesisir Selatan Laut northern California current. Proceedings
Jawa. of the National Academy of Sciences of
3. Variabilitas iklim antar-tahunan (ENSO dan the United States of America, 104(10):
IOD) terlihat nyata memberikan pengaruh 3719–3724
terhadap kelimpahan chlorophyll-a di Laut
Duchon, CE. 1979. Lanczos filtering in one and
Banda dan selatan Jawa. Korelasi antara
two dimensions. J. Appl. Meteor.
chlorophyll-a dengan Nino3.4 menunjukkan
18:1016–1022
bahwa Laut Banda (r=0,24) lebih
terpengaruh oleh fenomena ENSO Gordon AL and Susanto RD. 2001c. Banda Sea
dibandingkan dengan pesisir selatan Jawa Surface-Layer Divergence. Ocean
(r=0.20). Sedangkan, korelasi antara antara Dynamic 52: 2-10.
chlorophyll-a dengan DMI menunjukkan
Hidayat, Rahmat., & Kizu, Shoichi., 2010,
bahwa pesisir selatan Jawa (r=0,57) lebih
terpengaruh oleh fenomena IOD Influence of the Madden-Julian
dibandingkan dengan Laut Banda (r=0,3). Oscillation on Indonesia Rainfall
Variability in Austral Summer, Int.
4. Kombinasi fenomena terjadinya ENSO dan
J.Clymatology Vol. 30: 1816-1825
IOD dianalisis dengan teknik korelasi parsial.
Korelasi Parsial antara chlorophyll-a dengan Hartanto, M. I., 2011, Variabilitas Klorofil-a dan
Nino3.4 dan DMI (dikendalikan) Interrelasinya terhadap ENSO (El Nino
menunjukkan bahwa Laut Banda lebih Southern Oscillation) di Perairan Utara
terpengaruh oleh ENSO (r=0,18) Papua, Tesis, Sekolah Pasca Sarjana,
dibandingkan dengan selatan Jawa (r=0,05). Institut Pertanian Bogor
Korelasi Parsial antara chlorophyll-a dengan
DMI dan Nino3.4 (dikendalikan) Hendiarti, N., H. Siegel, and T. Ohde. 2004.
menunjukkan bahwa perairan selatan Jawa Investigation of different coastal
lebih terpengaruh oleh IOD (r=0,55) processes in Indonesian waters using
dibandingkan dengan Laut Banda (r=0,25). SeaWiFS data. Deep Sea Research Part
5. Upwelling yang terjadi di Laut Banda dan II 51:85–97.
pesisir selatan Jawa lebih dominan akibat Hu C, Lee Z, and Franz B, 2012, Chlorophyll a
terjadi pada saat monsun timur akibat dari algorithms for oligotrophic oceans: A
pergerakan angin regional yang kuat yang novel approach based on three-band
berasosiasi dengan sistem iklim monsun. reflectance difference, Journal of
Pada saat terjadi fenomena ENSO dan IOD, Geophysical Research, Vol. 117,
kelimpahan chlorophyll-a akan bervariasi C01011.
mengikuti kombinasi dari kejadian fenomena
tersebut. Isoguchi, O., & Kawamura, H., 2006, MJO-
Related Summer Cooling and
Ucapan Terima Kasih Phytoplankton Blooms in The South
China Sea in Recent Years, Geophysical
Artikel ini merupakan bagian dari Tesis Research Letter, Vol. 33, Li6615,
Pascasarjana Program Studi Klimatologi doi:10.1029/2006GL027046
Terapan IPB. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada Badan Pengembangan Irianto A. 2006. Statistik: Konsep Dasar dan
Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan Aplikasi. Kencana. Jakarta.
(BPSDMKP), Kementerian Kelautan dan Jin, Daeho., Waliser, D.E., Jones, C., &
Perikanan (BPSDMKP); Pusat Peneltian Murtugudde, R., 2013, Modulation of
Sumberdaya Laut dan Pesisir (P3SDLP- tropical ocean surface chlorophyll by the
BalitbangKP,KKP) atas kesempatan tugas Madden–Julian Oscillation, J. Climate
belajar TA 2014 yang telah diberikan. Penulis Dymanic, Volume 40: 39-58
juga mengucapkan terima kasih kepada Sonny
Setiawan M.Si, Nur’utami M.N S.Si dan Andy Kutsuwada K. 1998. Impact of wind/wind-stress
Syahid M.Si Laboratorium Meteorologi, field in the North Pacific constructed by
Ratnawati et al., 2016, Upwelling di Laut Banda dan Pesisir Selatan Jawa 130

ADEOS/NSCAT data. J. Oceanogr., 54, The Fifth IOC/WESTPACInternational


443-456. Scientifi c Symposium, Seoul, Republic
of Korea, August 27–31.
Nur’utami, M.N., Hidayat, H., 2016, Influences
of IOD and ENSO to Indonesian rainfall Susanto RD, Marra J. 2005. Chlorophyll-a
variability: role of atmosphere-ocean Variability Along the Southern Coasts of
interaction in the Indo-Pacific sector, Java and Sumatra. Oceanography.
Procedia Environmental Sciences 33 ( Volume 18. Number 4
2016 ) 196 – 203.
Tubalawony, Simon., 2000, Karakteristik Fisik-
Pickett M H, Paduan J D. 2003. Ekman Kimia dan Klorofil-a Laut Timor, Skripsi,
transport and pumping in the California Departemen Ilmu dan Teknologi
Current based on the US Navy's high- Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
resolution atmospheric model Kelautan, Institut Pertanian Bogor
(COAMPS). Journal of Geophysical
Tubalawony S, RF Kaswadji, M Purba, S
Research: Oceans (1978–2012),
Wouthuyzen dan D Soedharma. 2007.
108(C10): doi: 10.1029/2003JC001902
Dampak Proses Fisik Terhadap Sebaran
Pond S and GL Pickard. 1983. Introductory Klorofil.IPB. Bogor
dynamical Oceanography. Second
Wheeler MC, Hendon HH. 2004. An all-season
edition. Pergamon Press. New York.
real-time multivariate MJO index:
Purwandani, Andri, 2012, Variabilitas Suhu Development of an index for monitoring
Permukaan Laut dan Interelasi-nya and prediction. Mon. Weather Rev. 132.
dengan Muson, Dipole Mode (DM) dan El 1917–1932
Nino Southern Oscillation (ENSO) di
Yunwei Yan, Zheng Ling, Changlin Chen. 2015.
Perairan Asia Tenggara dan sekitarnya,
Winter coastal upwelling off northwest
Tesis, Sekolah Pascassarjana,
Borneo in the South China Sea. Acta
Departemen Ilmu dan Teknologi
Oceanol.Sin., 34(1) : 3-10
Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor
Putra, Ega., 2012. Variabilitas Konsentrasi
Klorofil-a dan Suhu Permukaan laut dari
Citra Satelit Modis serta Hubungannya
dengan Hasil Tangkapan Ikan Pelagis di
Perairan Laut Jawa, Skripsi, Departemen
Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor
Ramansyah F, 2009, Penentuan Pola Sebaran
Konsentrasi Klorofil-a di Selat Sunda dan
Perairan Sekitarnya dengan
Menggunakan Data Inderaan Aqua
Modis, Skripsi, Program Studi Ilmu dan
Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian
Bogor,
Saji NH, Goswami BN, Vinayachandran
PN,Yamagata T. 1999. A dipole mode in
the tropical Indian Ocean. Nature
401:360–363.
Susanto RD, Gordon AL, Zheng Q. 2001a.
Upwelling along the coasts of Java and
Sumatra and its relation to ENSO.
Geophysical Research Letters 28:1,559–
1,602.
Susanto RD, Gordon AL, Zheng Q. 2001b.
Upwelling within the Indonesian Seas
and its relation to Monsoon and ENSO.

You might also like