Professional Documents
Culture Documents
134 272 1 SM
134 272 1 SM
Upwelling di Laut Banda dan Pesisir Selatan Jawa serta Hubungannya dengan ENSO dan IOD
1,2 1 1 1
Herlina Ika Ratnawati , Rahmat Hidayat , Ahmad Bey , Tania June
1
Departemen Geofisika dan Meteorologi, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga,Bogor, 16680,
Indonesia
2
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, Balitbang-KP, Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Jl. Pasir Putih I Ancol Timur, Jakarta, Indonesia
*
Corresponding author: herlina.ir@gmail.com
ABSTRACT
Upwelling events analysis in southern coast of Java and Banda sea were conducted. The events were
identified by using satellite data i.e. wind surface, Sea Surface Temperature (SST) and ocean color
during period of 14 years (2002-2016) which calculated by Ekman pumping and Ekman transport. It’s
found that Ekman pumping velocity in Banda Sea reached a maximum in June-July-August (JJA) by
-6 -1
approximately 3,65x10 ms . Comparing with Ekman transport, Ekman pumping makes an even
greater contribution to the local upwelling in Banda Sea. Ekman pumping velocity in southern coast of
-6 -1
Java reached a maximum in June-July-August (JJA) by approximately 4,9x10 ms . Ekman pumping
and Ekman transport makes an equal contribution to coastal upwelling in southern coast of Java.
That’s related to highest clorophyll-a concentration apperars in JJA periode. Partial correlation
analysis then was applied to identify a correlation between chlorophyll-a concentration and inter-
annual climate variabilities such as ENSO and IOD. Partial Correlation between chlorophyll-a and
Nino 3.4 and DMI-Dipole Mode Index (controlled) in Banda Sea is 0.18, and 0.05 in southercoast of
Java. It’s represent ENSO (Elnino Southern Oscilation) has higher influences to Banda Sea than
southern coast of Java. Partial correlation between chlorophyll-a and DMI and Nino 3.4 (controlled) is
0.55 in southern coast of Java, and 0.25 in Banda Sea. Its represent IOD (Indian Ocean Dipole) has
higher influences to southern coast of Java than Banda Sea. Upwelling in Banda sea and along
southern coast of Java dominantly occurs in southeast monsoon as a responds to regional wind driven
motion associated with the monsoon climate. Various condition of chlorophyll-a booming also occured
according to combination of ENSO and IOD events.
Keywords: upwelling, Banda sea, southern coast of Java, Ekman transport, Ekman pumping, IOD,
ENSO
beberapa fenomena tertentu yang sama konvergensi atau divergensi ekman transport.
sehingga hasilnya dapat mewakili secara umum Nilai ekman pumping bertanda negatif
perkiraan waktu yang menunjukkan fenomena menunjukkan adanya konvergensi ekman
tersebut (Nur’utami dan Hidayat, 2015). transport pada permukaan yang menggerakkan
Data SPL, angin permukaan dan massa air menuju dasar laut disebut sebagai
chlorophyll-a dilakukan analisis komposit pada downwelling. Jika nilai ekman pumping
setiap bulannya, dan dikelompokkan dalam bertanda positif menunjukkan adanya
empat musim yaitu Desember-Februari (DJF), divergensi ekman transport pada permukaan
Maret-Mei (MAM), Juli-Agustus (JJA), dan yang menggerakkan massa air menuju
September-November (SON). Metode analisis permukaan laut disebut sebagai proses
ini mengacu pada beberapa penelitian upwelling. Nilai ekman transport dan ekman
sebelumnya yang menyatakan bahwa dampak pumping dapat digunakan untuk
kejadian coastal upwelling dapat dianalisis merepresentasikan pergerakan kejadian
dengan menganalisis sebaran SPL dan coastal upwelling.
chlorophyll-a yang ada di permukaan perairan Variabilitas iklim di wilayah BMI meliputi
(Yunwei et al. (2015), Susanto et al. (2001a, variasi iklim musiman (seasonal), intra-
2001b) ; Susanto dan Marra (2005)). musiman (intraseasonal) dan non-musiman
Fenomena upwelling dapat dikuantifikasi (nonseasonal) yang meliputi variasi antar
melalui perhitungan ekman pumping yang tahunan (interannual). Pengaruh monsun yang
berhubungan dengan ekman transport di dominan besar dampaknya terhadap sektor
wilayah penelitian (Yunwei et al. 2015; kelautan. Salah satunya adalah kelimpahan
Tubalawony 2007). Langkah awal yang chlorophyll-a terlihat lebih tinggi pada saat
dilakukan dalam perhitungan ekman transport monsun timur dibandingkan pada saat
dan ekman pumping adalah menghitung berlangsungnya monsun barat (Susanto et al.
gesekan angin (wind stress) dan wind stress (2001a, 2001b); Susanto dan Marra. 2005).
curl untuk setiap komponen angin pada wilayah Variasi interannual di Indonesia
penelitian (Pickett dan Paduan, 2003). Asumsi dipengaruhi oleh El Nino dan Dipole Mode.
yang digunakan yaitu komponen angin sumbu x ENSO merupakan fenomena interaksi antara
dengan arah sejajar pantai (zonal) dan laut dan atmosfer di Samudera Pasifik, dimana
komponen angin sumbu y dengan arah El Nino merupakan fenomena lautan
menegak pantai (meridional). Ekman transport sedangkan Southern Oscillation adalah
dan ekman pumping dihitung dengan fenomena terkait atmosfer. Kejadian El-Nino di
persamaan (Smith. 1968, dalam Yunwei et al. Indonesia dapat diidentifikasi dari Nino 3.4
2015) sebagai berikut: index sebagai rata-rata anomali SST di wilayah
0 0
Nino 3.4 yaitu pada koordinat 120 -170 BB dan
0 0
⃗ ̂ 5 LU-5 LS, (Susanto dan Marra, 2005).
Anomali suhu permukaan laut di Pasifik Ekuator
berkaitan erat dengan sirkulasi Walker. Daerah
⃗ dengan suhu permukaan laut tinggi merupakan
pusat tekanan udara rendah dan merupakan
dengan ⃗ adalah vektor wind stress, ̂ adalah daerah konvektif, sehinga menjadi penggerak
vektor satuan yang bersinggungan dengan utama sirkulasi Walker selanjutnya.
garis pantai, adalah densitas air laut dan lndian Ocean Dipole Mode (IODM)
adalah parameter Coriolis. adalah sebuah fenomena samudera dan
Besarnya gesekan angin (wind stress), atmosfer di Samudera Hindia ekuator yang
pada permukaan laut dihitung dari ditandai dengan anomali negatif suhu
data kecepatan angin permukaan 10m dengan permukaan laut di Sumatera dan anomali suhu
menggunakan persamaan (Kutsuwada 1998, positif di bagian barat Samudera Hindia (Saji et
Tubalawony 2007,): al. 1999). IOD merupakan fenomena
interannual di Samudera Hindia, serta memiliki
|⃗⃗⃗⃗⃗| (3)
fase positif dan fase negatif. Fase IOD positif
dengan |⃗⃗⃗⃗⃗| (3a); dan terjadi ketika suhu permukaan laut turun di
|⃗⃗⃗⃗⃗| (3b). bagian selatan-timur samudera Hindia di bagian
pantai utara Australia, pantai timur Jepang, dan
Besarnya ekman transport untuk Indonesia. Kemudian diikuti dengan fase
komponen sejajar dan menegak pantai dihitung negatif berupa meningkatnya suhu permukaan
dari wind stress. Ekman pumping dihitung dari laut di bagian barat timur Afrika dari sebagian
wind stress curl. adalah kejadian ekman pantai utara Madagaskar sampai pantai utara
pumping sebagai kecepatan vertikal pada dasar tepi Somalia. lndikator yang digunakan untuk
lapisan ekman yang dihubungkan dengan mengidentifikasi fenomena IODM adalah Dipole
Ratnawati et al., 2016, Upwelling di Laut Banda dan Pesisir Selatan Jawa 122
Mode Index (DMI). DMI positif disebut dengan monsun timur (JJA) konsentrasi chlorophyll-a
3
IODM positif, sedangkan DMI negatif disebut meningkat menjadi 0,89 mg/m dan pada SON
3
sebagai IODM negatif. Kejadian IOD mencapai nilai 1,1 mg/m . Konsentrasi
didentifikasi dari IOD Index sebagai perbedaan chlorophyll-a pada periode SON terlihat lebih
SST anomali antara Samudra Hindia tropis tinggi dan terdistribusi lebih luas hingga
0 0 0 0
bagian barat (50 -70 BT, 10 LU-10 LS) dan mencapai 200km dari tepi pantai dibandingkan
0
Samudra Hindia tropis bagian tenggara (90 - pada periode JJA. Hasil komposit distribusi SPL
0 0
110 BT, 10 LS-ekuator). dan angin permukaan ditunjukkan pada
Untuk mengetahui hubungan antara Gambar 2. SPL pada periode JJA dan SON
0
kelimpahan konsentrasi chlorophyll-a dengan mencapai 27 C yang terdistribusi luas pada
variabilitas iklim antar-tahunan ENSO dan IOD periode JJA dan mulai berkurang pada periode
dianalisis dengan analisis korelasi tunggal dan SON. Hasil komposit angin bulanan
korelasi parsial. Analisis korelasi parsial memperlihatkan angin tenggara dengan
digunakan untuk mengidentifikasi kuat kecepatan yang lebih tinggi di perairan selatan
lemahnya hubungan antar variabel bebas dan Jawa pada periode JJA dan mulai menurun
variabel terikat, dimana variabel bebas lainnya pada periode SON. Sementara kecepatan
dikontrol atau dianggap berpengaruh (Irianto angin pada saat DJF cenderung semakin
2006). Untuk menghitung koefisien korelasi menurun dan mencapai nilai minimum pada
parsial, terlebih dahulu dilakukan perhitungan periode MAM.
korelasi tunggal dengan persamaan: Kondisi SPL rendah dan kecepatan
√ ∑ ∑
angin permukaan yang relatif lebih tinggi pada
(4) periode JJA bertepatan dengan kelimpahan
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }
konsentrasi chlorophyll-a dipesisir selatan Jawa
dengan n adalah jumlah data; adalah variabel merupakan indikasi terjadinya upwelling. Pada
bebas dan adalah variabel terikat. periode SON kelimpahan chlorophyll-a terlihat
lebih tinggi dan terdistribusi meluas hingga ke
Selanjutnya perhitungan koefisien korelasi
pesisir barat daya Sumatera. Kondisi ini terkait
parsial dapat digunakan persamaan:
dengan SST yang lebih dingin meluas hingga
(5) ke pesisir barat Sumatera. Persistensi angin
√ √ timuran yang kuat ini bertindak sebagai wind-
driven motion pada fenomena upwelling saat
dengan korelasi antara variabel terikat monsun timur. Kondisi SST dingin membawa
dengan vriabel bebas ; korelasi antara massa air yang kaya nutrien menuju
variabel terikat dengan variabel bebas ; permukaan laut terindikasi dari kelimpahan
dan korelasi antara variabel bebas konsentrasi chlorophyll-a. Gerakan naiknya
dengan variabel bebas . massa air ini juga diakibatnya karena adanya
stratifikasi lapisan yang memiliki perbedaan
3. Hasil dan Pembahasan densitas pada setiap lapisannya karena dengan
bertambahnya kedalaman perairan maka
Variasi SPL, angin permukaan, Ekman suhunya akan semakin turun dengan densitas
transport, Ekman pumping dan chlorophyll-a makin meningkat. Hal ini memicu energi untuk
menggerakkan massa air secara vertikal.
Wilayah perairan di Laut Banda dan Sebaliknya, pada saat DJF kelimpahan
selatan Jawa merupakan daerah kajian yang konsentrasi chlorophyll-a cenderung menurun
menarik, karena memiliki variabilitas spasial dimana SPL mengalami peningkatan
dan temporal yang terlihat jelas dari distribusi sementara kecepatan angin mengalami
chlorophyll-a, SPL dan angin permukaan. penurunan. Hal ini mengindikasikan terjadinya
Gambar 1 memperlihatkan komposit distribusi proses downwelling di wilayah pesisir tersebut.
chlorophyll-a pada setiap musim di selatan
Jawa. Konsentrasi chlorophyll-a pada periode
3
monsun barat (DJF) berkisar 0,34mg/m dan
3
pada MAM sebesar 0,36 mg/m . Pada periode
123 Omni-Akuatika Vol. 12 No. 3, 2016 : 119 - 130
Gambar 2. Komposit SPL dan kecepatan angin permukaan secara musiman di Selatan Jawa.
0
Distribusi musiman chlorophyll-a di Laut SON mencapai 28,4 C yang disertai angin
Banda diperlihatkan pada Gambar 3. timuran yang kuat (Gambar 4). Kondisi ini
Konsentrasi chlorophyll-a rata-rata pada bulan memicu proses upwelling di perairan laut
3
April-November mencapai 0,31mg/m . Banda pada periode JJA. Konsentrasi
Konsentrasi chlorophyll-a pada periode DJF chlorophyll-a mulai terlihat mengalami
dan MAM terlihat lebih rendah bila penurunan pada periode SON dan terus
dibandingkan dengan konsentrasi chlorophyll-a menurun pada DJF hingga MAM. SPL pada
pada periode JJA dan SON yang mencapai periode ini mulai mengalami kenaikan pada
3
0,45mg/m . Di wilayah ini, periode JJA SON hingga MAM mencapai nilai maksimum
0
merupakan periode dengan konsentrasi pada periode DJF sebesar 29,5 C. Pada
chlorophyll-a tertinggi dan terdistribusi meluas periode DJF konsentrasi chlorophyll-a sebesar
3
hingga sekitar 200km dari tepi pantai. Kondisi 0,14mg/m terlihat mengalami penurunan, yang
ini terkait dengan sebaran SPL rata-rata pada mengindikasikan terjadinya proses
0
periode JJA yang mencapai 27,0 C dan pada downwelling.
Ratnawati et al., 2016, Upwelling di Laut Banda dan Pesisir Selatan Jawa 124
Gambar 3. Komposit chlorophyll-a pada musim DJF, MAM, JJA dan SON di Laut Banda. satuan
3
konsentrasi chlorophyll-a yaitu mg/m
Gambar 4. Komposit SPL dan kecepatan angin permukaan pada musiman DJF, MAM, JJA dan DJF
di Laut Banda. Vektor menunjukkan arah dan kecepatan angin.
Gambar 5. Variasi temporal Ekman transport, Ekman pumping dan chlorophyll-a bulanan di Laut
Banda dan pesisir selatan jawa.
Gambar 6. Variasi temporal Ekman transport, SST dan chlorophyll-a bulanan di Laut Banda dan
pesisir selatan jawa.
Menurut Susanto et al. (2001a, 2001b); peningkatan chlorophyll-a pada tahun 2014-
Susanto dan Marra (2005) bahwa variabilitas 2016. Pada periode tahun 2014-2015
iklim antar-tahunan (interannual) (ENSO dan merupakan tahun IOD positif dan Elnino
IOD) berpengaruh terhadap distribusi sangat kuat terjadi pada tahun 2015-2016.
chlorophyll-a di wilayah perairan BMI. Gambar Variabilitas musiman dan antar-tahunan juga
7 menunjukkan variasi temporal konsentrasi terlihat dari anomali chlorophyll-a dari data
chlorophyll-a di perairan Selatan Jawa dan ocean color. Pada saat berlangsungnya
Laut Banda terkait dengan fenomena El-Nino monsun timur, konsentrasi chlorophyll-a
dan IOD. Pada tahun 2003-2004 terlihat cenderung lebih tinggi dibandingkan pada saat
adanya peningkatan chlorophyll-a di selatan monsun barat. Pada tahun-tahun El Nino dan
Jawa dan di Laut Banda. Hal ini terkait dengan IOD positif terlihat anomali sebaran
kejadian IOD positif pada tahun tersebut dan chlorophyll-a cenderung lebih tinggi
El Nino moderat (sedang) tahun 2002-2003 dibandingkan dengan tahun-tahun normal.
serta El Nino lemah 2004-2005. Peningkatan Fenomena El Nino lemah terjadi pada tahun
chlorophyll-a di Selatan Jawa dan di Laut 2004-2005, 2006-2007; El Nino moderat terjadi
Banda terjadi pada tahun 2006-2007 terkait pada tahun 2002-2003 dan 2009-2010; El Nino
dengan kejadian El-Nino lemah yang sangat kuat terjadi pada tahun 2015-2016,
bersamaan dengan IOD positif. Pada tahun sedangkan IOD positif terjadi secara
2011-2012 terjadi peningkatan chlorophyll-a di bersamaan pada tahun-tahun El Nino tersebut.
Selatan Jawa dan Laut Banda yang Kondisi ini berkontribusi pada peningkatan
bersamaan dengan lanina lemah dan IOD konsentrasi chlorophyll-a di beberapa wilayah
positif. Peningkatan chlorophyll-a terjadi perairan Indonesia, diantaranya perairan
kembali pada tahun 2015-2016 di selatan selatan Jawa/Sumatra dan Laut Banda.
Jawa dan di Laut Banda mulai terlihat
127 Omni-Akuatika Vol. 12 No. 3, 2016 : 119 - 130
Gambar 7. Variabilitas temporal konsentrasi chlorophyll-a di perairan selatan jawa dan Laut Banda
terkait dengan ENSO dan IOD.
Korelasi variabilitas antar-tahunan dengan dan pesisir selatan Jawa disajikan dalam Tabel
chlorophyll-a 1. Hasil analisis korelasi tunggal antara
Chlorophyll-a dengan Nino3.4 dan DMI
Kelimpahan chlorophyll-a pada saat menunjukkan bahwa di Laut Banda dan
terjadinya IOD positif dan El Nino terlihat jelas perairan selatan Jawa lebih dipengaruhi oleh
dari Gambar 7. Untuk mengetahui tingkat fenomena IOD dibandingkan dengan kejadian
hubungan antara kelimpahan chlorophyll-a ENSO. Fenomena ENSO memiliki korelasi
dengan variabilitas iklim antar-tahunan yang lebih tinggi (0,24) dibandingkan dengan
selanjutnya dilakukan analisis korelasi parsial pesisir selatan Jawa (0,20), sedangkan
yang dinyatakan sebagai berikut: variabel korelasi IOD di Laut Banda lebih rendah (0,30)
Nino3.4 (X1) dan DMI (X2) dengan chlorophyll- dibandingkan dengan pesisir selatan Jawa
a (Y). Metode ini diawali dengan melakukan (0,57). Analisis korelasi parsial di Laut Banda
perhitungan korelasi tunggal (korelasi antara dan selatan Jawa antara chlorophyll-a dengan
dua variabel) kemudian perhitungan terhadap DMI dan Nino3.4 (Nino 3.4 dikendalikan)
korelasi parsial (korelasi lebih dari dua sebesar 0,25 dan 0,55 pada tingkat
variabel). Tabel 1, menunjukkan hasil kepercayaan 99% (2-tailed). Hal ini
perhitungan korelasi tunggal dengan menunjukkan adanya hubungan signifikan
mengkorelasikan antara masing-masing antara peningkatan konsentrasi chlorophyll-a
variabel dan korelasi parsial dengan di Laut Banda dan selatan Jawa dengan
mengkorelasikan antara 3 variabel dengan kejadian IOD jika index Nino3.4
salah satu variabel bebas yang dikendalikan/direduksi. Semakin kuat
dikontrol/dikendalikan/direduksi. fenomena IOD maka akan terjadi peningkatan
Korelasi parsial dengan satu variabel konsentrasi chlorophyll-a diwilayah ini.
kontrol (Nino3.4) untuk wilayah Laut Banda
Analisis korelasi parsial juga digunakan Nino3.4 positif dan DMI positif secara signifikan
untuk melihat hubungan antara variabel terjadi pada bulan Oktober. Korelasi bulanan
Nino3.4 (X1) dan DMI (X2) dengan chlorophyll-a antara chlorophyll-a dengan Nino3.4 dan DMI di
(Y) di Laut Banda dan pesisir selatan Jawa selatan Jawa secara signifikan terjadi pada
(Tabel 2). Korelasi antara chlorophyll-a dengan bulan Mei, Agustus hingga November. Korelasi
Nino3.4 dan DMI di Laut Banda secara parsial di selatan Jawa antara chlorophyll-a
signifikan terjadi pada bulan Oktober dan dengan Nino3.4 dan DMI (dikontrol) secara
Agustus. Korelasi parsial antara chlorophyll-a signifikan sebesar -0,59 terjadi terjadi pada
dengan Nino3.4 dan DMI (DMI dikendalikan) bulan Januari dan 0,57 pada bulan Maret, dan
sebesar 0,57 terjadi terjadi pada bulan Oktober, korelasi parsial antara chlorophyll-a dengan
dan korelasi parsial antara chlorophyll-a Nino3.4 (dikontrol) dan DMI secara signifikan
dengan DMI dan Nino3.4 (Nino 3.4 terjadi pada bulan Agustus hingga Oktober. Di
dikendalikan) sebesar 0,64 terjadi pada bulan wilayah selatan Jawa kelimpahan chlorophyll-a
Oktober. Kelimpahan chlorophyll-a pada saat lebih dominan terkait dengan fenomena IOD.
divergensi ekman transport pada permukaan Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB
yang menggerakkan massa air menuju atas diskusinya.
permukaan laut sebagai proses coastal
upwelling. Kondisi perairan dengan SST Daftar Pustaka
rendah, dan kelimpahan chlorophyll-a tinggi
merupakan dampak dari proses coastal Barth JA, Menge BA, Lubchenco J, et al. 2007.
upwelling yang teridentifikasi dari tingginya Delayed upwelling alters nearshore
ekman pumping dan ekman transport pada coastal ocean ecosystems in the
bulan April-November di pesisir Selatan Laut northern California current. Proceedings
Jawa. of the National Academy of Sciences of
3. Variabilitas iklim antar-tahunan (ENSO dan the United States of America, 104(10):
IOD) terlihat nyata memberikan pengaruh 3719–3724
terhadap kelimpahan chlorophyll-a di Laut
Duchon, CE. 1979. Lanczos filtering in one and
Banda dan selatan Jawa. Korelasi antara
two dimensions. J. Appl. Meteor.
chlorophyll-a dengan Nino3.4 menunjukkan
18:1016–1022
bahwa Laut Banda (r=0,24) lebih
terpengaruh oleh fenomena ENSO Gordon AL and Susanto RD. 2001c. Banda Sea
dibandingkan dengan pesisir selatan Jawa Surface-Layer Divergence. Ocean
(r=0.20). Sedangkan, korelasi antara antara Dynamic 52: 2-10.
chlorophyll-a dengan DMI menunjukkan
Hidayat, Rahmat., & Kizu, Shoichi., 2010,
bahwa pesisir selatan Jawa (r=0,57) lebih
terpengaruh oleh fenomena IOD Influence of the Madden-Julian
dibandingkan dengan Laut Banda (r=0,3). Oscillation on Indonesia Rainfall
Variability in Austral Summer, Int.
4. Kombinasi fenomena terjadinya ENSO dan
J.Clymatology Vol. 30: 1816-1825
IOD dianalisis dengan teknik korelasi parsial.
Korelasi Parsial antara chlorophyll-a dengan Hartanto, M. I., 2011, Variabilitas Klorofil-a dan
Nino3.4 dan DMI (dikendalikan) Interrelasinya terhadap ENSO (El Nino
menunjukkan bahwa Laut Banda lebih Southern Oscillation) di Perairan Utara
terpengaruh oleh ENSO (r=0,18) Papua, Tesis, Sekolah Pasca Sarjana,
dibandingkan dengan selatan Jawa (r=0,05). Institut Pertanian Bogor
Korelasi Parsial antara chlorophyll-a dengan
DMI dan Nino3.4 (dikendalikan) Hendiarti, N., H. Siegel, and T. Ohde. 2004.
menunjukkan bahwa perairan selatan Jawa Investigation of different coastal
lebih terpengaruh oleh IOD (r=0,55) processes in Indonesian waters using
dibandingkan dengan Laut Banda (r=0,25). SeaWiFS data. Deep Sea Research Part
5. Upwelling yang terjadi di Laut Banda dan II 51:85–97.
pesisir selatan Jawa lebih dominan akibat Hu C, Lee Z, and Franz B, 2012, Chlorophyll a
terjadi pada saat monsun timur akibat dari algorithms for oligotrophic oceans: A
pergerakan angin regional yang kuat yang novel approach based on three-band
berasosiasi dengan sistem iklim monsun. reflectance difference, Journal of
Pada saat terjadi fenomena ENSO dan IOD, Geophysical Research, Vol. 117,
kelimpahan chlorophyll-a akan bervariasi C01011.
mengikuti kombinasi dari kejadian fenomena
tersebut. Isoguchi, O., & Kawamura, H., 2006, MJO-
Related Summer Cooling and
Ucapan Terima Kasih Phytoplankton Blooms in The South
China Sea in Recent Years, Geophysical
Artikel ini merupakan bagian dari Tesis Research Letter, Vol. 33, Li6615,
Pascasarjana Program Studi Klimatologi doi:10.1029/2006GL027046
Terapan IPB. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada Badan Pengembangan Irianto A. 2006. Statistik: Konsep Dasar dan
Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan Aplikasi. Kencana. Jakarta.
(BPSDMKP), Kementerian Kelautan dan Jin, Daeho., Waliser, D.E., Jones, C., &
Perikanan (BPSDMKP); Pusat Peneltian Murtugudde, R., 2013, Modulation of
Sumberdaya Laut dan Pesisir (P3SDLP- tropical ocean surface chlorophyll by the
BalitbangKP,KKP) atas kesempatan tugas Madden–Julian Oscillation, J. Climate
belajar TA 2014 yang telah diberikan. Penulis Dymanic, Volume 40: 39-58
juga mengucapkan terima kasih kepada Sonny
Setiawan M.Si, Nur’utami M.N S.Si dan Andy Kutsuwada K. 1998. Impact of wind/wind-stress
Syahid M.Si Laboratorium Meteorologi, field in the North Pacific constructed by
Ratnawati et al., 2016, Upwelling di Laut Banda dan Pesisir Selatan Jawa 130