Professional Documents
Culture Documents
Fudia Nurramadhani Millinia Putri - Lapres 5
Fudia Nurramadhani Millinia Putri - Lapres 5
Fudia Nurramadhani Millinia Putri - Lapres 5
KANAL
TUJUAN
Mahasiswa memapu mendesain dan WDM 8 kanal
Mahasiswa mampu menganalisa performansi WDM berupa OSNR, BER minimum dan Q
factor sebagai fungsi panjang link komunikasi
TEORI
One primary advantage of using WDM technology is in reducing the number of fibers used in the main
transmission line. The distance of an optical transmission line sometimes exceeds 1,000 km, and the cost
of fiber cable manufacturing/deployment would become a serious issue if we need to install a high-fiber-
count cable over a very long distance. Using WDM technology, (1) the number of fibers in an optical cable
is reduced, and (2) the number of wavelength multiplexer/de-multiplexer basically remains the same no
matter how long the transmission distance is. For that reason, WDM generally becomes advantageous as
the transmission distance becomes longer.
WDM technology for
telecom Dense WDM
(DWDM)
In order to transmit optical signals over a long distance (> 100 km), optical fiber amplifiers are needed to
compensate the loss of an optical fiber. As the gain bandwidth of an optical fiber amplifier is rather limited, a
tight wavelength spacing is needed to put a large number of channels into the gain bandwidth. The dense
WDM (DWDM) technology has been developed for a long distance transmission systems, fully utilizing
the gain bandwidth of erbium-doped fiber amplifier (EDFA). EDFA has optical gain in the C- band and
L-band, and for example, a total of 115 wavelength channels are transmitted in one fiber with
100- GHz (~0.8 nm) frequency spacing, as shown in Figure 2. Several different frequency spacings for
DWDM applications are defined in ITU-T G.694.1, and an appropriate spacing is chosen depending on
system requirements (total capacity, bit rate per channel, distance, etc.).
4. Aktifkan value klik spread. Masukkan start value 193.1 dengan kenaikan 0,1 dan klik OK.
Dan klik close.
5. Hubungkan WDM dengan 8x1 dengan optical power meter dan WDM analyzer.
6. Cek semua rangkaian transmitter dengan calculated.
16. Tulis hasil BER analyzer untuk parameter min BER pada panjang link komunikasi 20 km seperti
pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil WDM 8 channel sebagai fungsi panjang
lintasan
Panjang gelombang Panjang kabel Min
(nm) BER
1
2
3
4 20
5
6
7
8
1
2
3
4
5 100
6
7
8
17. Ulangi Langkah 8-16 dengan panjang kabel 40, 60, 80 dan 100 km. Buat tabel seperti Tabel 1 -4
sebagai fungsi panjang kabel.
18. Analisa WDM yang sudah didesain dengan parameter WDM analyzer, BER analyzer
Hasil Pengamatan
Tabel WDM Analyzer Sebelum Fiber Optik dengan Panjang Kabel 100 Km
No Frequency (THz) Signal Power (dBm) Noise Power (dBm) OSNR (dB)
1 193.1 -3.3487886 -76.295983 72.947194
2 193.2 -3.3487645 -73.473308 70.124543
3 193.3 -3.3444179 -73.332443 69.988025
4 193.4 -3.276288 -73.29163 70.015342
5 193.5 -3.2049787 -73.052471 69.847493
6 193.6 -3.2089081 -73.212051 70.003143
7 193.7 -3.2724233 -73.334859 70.062436
8 193.8 -3.4977336 -76.474876 72.977143
Tabel WDM Analyzer Setelah Fiber Optik dengan Panjang Kabel 100 Km
No Frequency (THz) Signal Power (dBm) Noise Power (dBm) OSNR (dB)
1 193.1 -23.357598 -96.243028 72.88543
2 193.2 -23.356681 -93.451451 70.094769
3 193.3 -23.34066 -93.354866 70.014205
4 193.4 -23.267778 -93.290648 70.022871
5 193.5 -23.193545 -93.059861 69.866316
6 193.6 -23.202246 -93.177728 69.975483
7 193.7 -23.268285 -93.168676 69.900391
8 193.8 -23.518053 -96.436083 72.91803
BER Analyzer
Maximum Q- Maximum Eye Decision
Minimum BER Threshold
Factor aperture Inst.
20 Km 141.745 0 0.00038803 8.70E-05 0.4375
40 Km 82.5528 0 1.52E-04 3.82E-05 0.443359
60 Km 45.5181 0 5.88E-05 2.61E-05 4.79E-01
80 Km 19.6905 1.30E-86 2.13E-05 1.19E-05 0.576172
100 Km 8.04832 4.19E-16 6.30E-06 5.02E-06 0.619141
Minimum BER
4.5E-16
4E-16
3.5E-16
3E-16
2.5E-16
2E-16
1.5E-16
1E-16
5E-17
0
20 Km 40 Km 60 Km 80 Km 100 Km
Minimum BER
-3.2
-3.3
-3.4
-3.5
-3.6
-73
-74
-75
-76
-77
-10
-15
-20
-25
-40
-60
-80
-100
-120
-40
-60
-80
-100
-120
-40
-60
-80
-100
-120
20 Km
Sesudah WDM
Sebelum DWDM
Sesudah DWDM
Q-Factor
Minimum BER
Threshold
Eye Height
BER Pattern
40 Km
Sesudah WDM
Sebelum DWDM
Sesudah DWDM
Q-Factor
Minimum BER
Threshold
Eye Height
BER Pattern
60 Km
Sesudah WDM
Sebelum DWDM
Sesudah DWDM
Q-Factor
Minimum BER
Threshold
Eye Height
BER Pattern
80 Km
Sesudah WDM
Sebelum DWDM
Sesudah DWDM
Q - Factor
Minimum BER
Threshold
Eye height
BER Pattern
100 Km
Sesudah WDM
Sebelum DWDM
Sesudah DWDM
Q Factor
Minimum BER
Threshold
Eye Height
BER PATTERN
ANALISA
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan bahwa pada praktikum ini bertujuan agar
mahasiswa mempu mendesain dan WDM 8 kanal serta menganalisa performansi WDM berupa
OSNR, BER minimum dan Q factor sebagai fungsi panjang link komunikasi. Pada praktikum
dilakukan perancangan komponen-komponen yang ada di optisystem sesuai dengan modul yang ada.
Perangkat transmitter terdiri dari perangkat-perangkat yang bekerja untuk mengirimkan sinyal optik
kepada media transmisi. Komponen pembangkit pulsa yang digunakan dalam Transmitter adalah
Peseudo Random Bit Sequence (PRBS), atau juga dikenal dengan generator pulsa. Komponen ini
membangkitkan pulsa dalam bentuk acak. NRZ Pulse Generator akan mengkonversi pulsa acak
tersebut ke dalam bentuk sinyal digital dengan line coding NRZ. Sinyal informasi yang dibangkitkan
oleh PRBS kemudian dimodulasi untuk membangkitkan sinyal digial. Sinyal tersebut kemudian
dibawa ke dalam beberapa kanal frekuensi yang dibangkitkan oleh carrier generator. LASER yang
akan digunakan pada perancangan sebanyak 8 dengan jenis CW LASER dengan frekuensi 193,1
THz hingga 193,8 THz . Sedangkan MZM merupakan komponen yang akan memodulasi sinyal
informasi elektrikal dengan sinyal cahaya keluaran dari LASER. Setelah sinyal digital dimodulasikan
dengan cahaya, maka sinyal akan melalui filter FBG kemudian di teruskan kepada WDM(mux) untuk
di-multiplex-kan. Setelah melalui multiplexing, sinyal kemudian diukur signal power dan noise
powernya melalui WDM Analyzer serta diamati spectrumnya melalui Optical Spectrum Analyzer.
Selanjutnya, sinyal ditransmisikan menggunakan optical fiber yang parameter panjangnya diubah-
ubah dari 20 Km hingga 100 Km. setelah melalui kabel fiber, sinyal kembali diamati spectrumnya
dan diukur signal power dan noise powernya. Setelah itu sinyal diteruskan kepada WDM(demux)
yang ada di Rx untuk di-demultiplex-kan. Setelah itu dapat diamati kembali spectrum dan bentuk
dari sinyal keluarannya dari optical spectrum analyzer dan optical time domain visualizer. Selain itu,
juga dapat diamati signal power dan noise powernya pada WDM Analyzer. Untuk bit error rate(BER)
dapat diamati pada BER Analyzer.
Setelah dilakukan percobaan pada beberapa parameter panjang kabel fiber yang berbeda,
dapat diketahui bahwa nilai signal power, noise power dan OSNR pada seluruh sinyal input sebelum
ditransmisikan besarnya sama. Hal tersebut disebabkan karena sinyal belum media transmisi.
Sementara itu, pada sinyal yang telah ditransmisikan melalui kabel fiber, nilai signal power dan noise
powernya mengalami penurunan seiring dengan semakin panjang kabel fiber yang digunakan. Hal
tersebut dikarenakan semakin panjang kabel fiber maka semakin banyak pula noisenya. Sedangkan
nilai OSNR nya tidak mengalami penurunan karena selisih signal power dan noise powernya sama
pada setiap panjang kabel fiber yang ditetapkan. Selanjutnya, pada sinyal keluaran yang telah di-
demultiplex-kan, nilai signal powernya menurun seiring dengan semakin panjangnya kabel fiber. Hal
tersebut karena sebelumnya setelah sinyal melalui kabel fiber telah mengalami penurunan akibat
semakin besarnya noise. Hal tersebut juga berpengaruh pada nilai OSNR. Karena besar noise pada
demultiplexernya sama, yakni -100dBm maka hassil OSNR nya tergantung pada signal power.
Sehingga didapatkan nilai OSNR yang juga semakin turun seiring dengan semakin panjang optical
fiber yang digunakan.
Pada parameter Bit error rate (BER) adalah salah satu cara untuk mengetahui kualitas sinyal
yang dikirimkan melalui sistem komunikasi fiber optik. BER yang disebut error probability, atau
probabilitas munculnya error dalam transmisi data. Dalam proses transmisi, bit tertentu memiliki
amplitudo sinyal yang terlalu dekat dengan threshold sehingga tidak dapat dibedakan nilainya dengan
benar. Melalui BER analyzer dalam software optisystem, dapat dihasilkan nilai minimum BER,
sekaligus nilai Maximum Q-Factor, Maximum eye aperture,Threshold, dan Decisio Inst. Sama
halnya pada OSNR, BER dianalisis dengan jarak 20 km, 40 km, 60 km, 80 km, dan 100 km. Dimana
pada jarak panjang kabel 20 km hingga 100 km dapat dilihat pengaruh dari semakin jauh jarak dari
panjang kabel,maka akan semakintinggi nilai minimum dari bit error kualitas sinyal yang dikirimkan.
Pada simulasi untuk menentukan bit error rate dihasilkan nilai BER yang bervariasi pada parameter
panjang kabel yang berbeda. Semua frekuensi telah memenuhi standar minimum BER untuk
komunikasi fiber optik, walaupun hasilnya tidak sama rata. Grafik BER dengan jelas menunjukkan
adanya pengaruh panjang jarak kabel fiber dan Q-factor yang didapatkan terhadap nilai BER. Hal ini
berkaitan dengan karakteristik fiber optik dan receiver. Semakin jauh jarak dari panjang kabel fiber
tersebut, semakin besar loss yang terjadi sehingga secara tidak langsung akan menurunkan nilai BER.
Namun, adanya attenuasi bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi nilai BER.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dan analisa yang tertera, dapat disimpulkan
bahwa nilai signal power, noise power, OSNR dan BER dipengaruhi oleh panjang kabel fiber yang
digunakan. Semakin panjang kabel fiber yang digunakan maka nilai noise semakin besar.
Sehingga nilai minimum BER dan sinyal keluarannya juga semakin turun.