Professional Documents
Culture Documents
1102-99Z - Article Text-3697-1-4-20200120
1102-99Z - Article Text-3697-1-4-20200120
Hayatun Nupus1*, Fatimah Rizki Wulandari1, Dizy Hana Tri Cahyani 1, Danick Wahyu Peratiwi1
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Jl.A. Yani Tromol Pos 1, Pabelan, Kartasura, Surakarta, 57102, Indonesia;
*
Coresponding author. e-mail: a610160011@student.ums.ac.id, a610160002@student.ums.ac.id,
a610160013@student.ums.ac.id, a610160028@student.ums.ac.id,
Abstract
Yogyajarta has a popularity as a tourist area but it is also a disaster-prone area. Strong
winds hit several villages and districts in Gunungkidul. The strong wind was caused by
extreme weather. Another impact apart from the damage to people's homes is the existence of
tidal waves that can threaten people who are on the coast. One effort to increase capacity
and reduce people's vulnerability to disasters can be done by developing a Disaster Tourism
program. The term disaster tourism (disaster tourism) is closely related to thanatourism or
dark tourism, namely tourism activities carried out to places where natural disasters have
occurred, victims of war, man-made disasters, death sites and other terrible places that are
considered to have tourism values is unique and has a function as a means of learning from
the past to avoid similar events or disasters in the future. This research uses quantitative
research with cross sectional research design. The results of the study are Drini Beach,
Krakal Beach and Sepanjang Beach that have Regional Preparedness for disasters that can
still be said to be unfavorable and there still needs to be development to be able to complete
the standards of regional preparedness. The people who reside in the area are therefore
vulnerable to disasters.
Abstrak
Yogyajarta memiliki kepopuleran sebagai kawasan wisata namun juga merupakan kawasan
rawan bencana. Angin kencang menerpa beberapa desa dan kecamatan di Gunungkidul.
Angin kencang tersebut diakibatkan karena adanta cuaca ekstrim. Dampak lain selain dari
rusaknya rumah warga yaitu adanya gelombang pasang yang dapat mengancam masyarakat
yang berada dipesisir pantai. Salah satu upaya untuk meningkatkan kapasitas dan
mengurangi kerentanan masyarakat terhadap bencana dapat dilakukan dengan
mengembangkan program Disaster Tourism atau pariwisata berbasis bencana. Istilah
pariwisata bencana (disaster tourism) erat kaitannya dengan thanatourism atau dark
tourism, yaitu kegiatan pariwisata yang dilakukan ke tempat-tempat yang pernah terjadi
bencana alam, korban perang, bencana buatan, situs kematian maupun tempat-tempat
mengerikan lainnya yang dipandang memiliki nilai pariwisata yang unik dan memiliki fungsi
sebagai sarana pembelajaran dari masa lalu untuk menghindari kejadian atau bencana
serupa di masa mendatang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan
desain penelitian cross sectional. Hasil dari penelitian yaitu Pantai Drini, Pantai Krakal dan
Pantai Sepanjang memiliki Kesiapsiagaan Wilayah terhadap bencana masih dapat dikatakan
kurang baik dan masih perlu ada pembangunan untuk dapat melengkapi standar dari
kesiapsiagaan wilayah. Masyarakat yang bertempat tinggal pada daerah tersebut maka
rentang terhadap bencana.
Kata Kunci: Kesiapsiagaan; Disaster Tourism; Bencana
Tabel diatas menjelaskan bahwa nilai 1 dari keiapsiagaan wilayah. Dilihat dari data
menyatakan makna “tidak” sedangkan diatas maka ada beberapa pantai yang tidak
nialai 5 menyatakan makna “iya” maka memiliki klasifikasi kesiapsiagaan
berdasarkan data diatas terdapat tiga pantai tersebut, juntuk memepermudah peneliti
yang dijadikan sampel dalam penelitian ini membaca hasil dari analisis maka dibuatlah
yang mana dari data diatas juga dapat grafik dari data diatas, sebagai berikut:
dilihat bahwa terdapat empat klasifikasi
4
Pantai Drini
3 Pantai Krakal
Pantai Sepanjang
2
0
Tanda Bentuk Kondisi Jalur Kondisi Titik
Evakuasi Bangunan
Kondisi jalur evakuasi dari semua Pantai masih benlum memiliki jalur untuk
yang dijadikan sampel pada penelitian ini evakuasi
tidak memiliki jalur evakuasi yang Kondisi titik kumpul diantara semua
memenuhi standar, pada Pantai Drini Pantai yang dijadikan sampel tidak ada
terdapat rambu atau tanda jalur evakuasi satupun pantai yang memilik tanda rambu
namun tanda tersebut tidak memiliki arah untuk titik kumpul, beberapa pantai memiliki
panah yang tepat untuk jalurnya sedangkan tempat yang dapat dijadikan tititk kumpul
untuk Pantai Krakal dan Pantai Sepanjang namun karena adanya peralihan fungsi lahan
sehingga beberapa tempat tersebut dijadikan perluadanya kesiapsiagaan untuk dapat
sebagai tempat spot foto, warung-warung dan mengurangi dampak dari bencana tersebut.
penginapan. Salah satu mitigasi yang digabungkan dalam
Berdasarkan penjelasan diatas maka pariwisata untuk mengurangi dampak
Wilayah Pesisir Pnatai Gunungkidul dapat bencana yaitu program Disaster Tourism.
dikatakan masih kurang dalam hal
kesiapsiagaan terhadap bencana mulai dari 4. PENUTUP
wilayah dan juga masyarakatnya serta Pantai Drini, Pantai Krakal dan Pantai
fasilitas dan sarana untuk keamana dari Sepanjang memiliki Kesiapsiagaan
wisata, yang mana diketahui bahwa Wilayah terhadap bencana masih dapat
Gunungkidul paling dikenal dengan wisata dikatakan kurang baik dan masih perlu ada
pantainya. Terdapat begitu banyak pantai pembangunan untuk dapat melengkapi
yang tersebar di Gunungkidul yang mana hal standar dari kesiapsiagaan wilayah.
tersebut menjadikan Gunungkidul sebagai Masyarakat yang bertempat tinggal pada
tempat yang banyak didatangi oleh daerah tersebut maka rentang terhadap
wisatawan sehingga kerentangan yang terjadi b[ CITATION Nor12 \l 1033 ]encana. Melihat
di wilayah Gunung kidul cukup tinggi, oleh bahwa daerah pesisir memiliki risiko
sebeb itu perlu adanya mitigasi untuk dapat bahaya yang cukup tinggi dan banyak
meningkatkan kesiapsiagaan wilayah dan maka perlu adanya upaya dalam
juga masyarakat terhadap bencana, yang meningkatkan kesiapsiagaan wilayah dan
mana bencana dapat datang secara tiba-tida masyarakt. Saran yang dapat diberikan
dan dimana saja. peneliti adalah untuk dapat menerapkan
Berdasarkan data lapangan banyak program baru dalam mitigasi bencana yang
lahan-lahan yang dialih fungsikan untuk dikelaborasikan dengan pariwisata yaitu
dapat mengembangkan wisata di program Disaster Tourism yang bertujuan
Gunungkidul terutama wisata pantai. untuk meningkatkan kesiapsiagaan wilayah
Pembangunan tersebut dilakukan untuk dan masyarakat.
mempromosikan pantai Gunungkidul kearah
Internasional. Namun pembangunan tersebut
lebih kearah pariwisata yang berdasarkan
pada 6 (A) dalam pengembangan pariwisata
yaitu attractions, accessibility, amenities,
available packages, activities, and ancillary
services.
Pembangunan yang dilalukan
berdasarkan pada 6 (A) pariwisata bertujuan
untuk meningkatkan sektor pariwisa dan juga
perkonomian dari masyarakat setempat.
Namun beberapa peneliti yang meneliti
tentang pariwisata banyak yang memberikan
pendapat penting untuk mengembangkan
wisata sesuai pada 6 (A) pada pariwisata
tersebut. Tetapi pengembangan sektor
pariwisa tidak hanya dapat dilihat dari 6 (A)
itu saja namaun juga harus melihat dari sisi
risiko ancaman bencana yang dapat
merugikan sektor tersebut oleh sebab itu
maka banyak peneliti yang tertarik dan
menyarankan program Disaster Tourism
untuk dikembangkan pada wilayah rawan
bencana. Sehingga, melihat bahwa Indonesia
memiliki julukan ring of fire maka
5. Daftar Pustaka
BNPB. (2012). Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana . Badan
Nasional Penanggulanan Bencana Edisi 2012.
Creswell, J. W. (2014). Research Desigh Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approaches . SAGE.
DAERAH, B. P. (2019). BPBD Kota Yogyakarta. Retrieved from BPBD Kota Yogyakarta:
https://bpbd.jogjakota.go.id/page/index/peta-risiko-bencana
Maharani Retno Wulandari, A. r. (2019). Analisis Perbandingan Tingkat Pengetahuan
Peringatan Dini Disekolah Muhammadiyah Di Kabupaten Karanganyar. Jurnal
Georafflesia.
Maximiliano E. Korstanje, R. R. (2013). Risk and Safety Challenges for Religius Tourism and
Events. India: CABI.
Muktaf, Z. M. (2017). Wisata Bencana: Sebuah Studi Kasus Lava Tour Gunung Merapai.
Jurnal Pariwisata.
Nagai, N. (2012). the Role of Tourism in Post-Disaster Period of Great East Japan
Earthquake. A Research Paper of International Institute of Social Studies. The Hague,
the Netherlands: Institute of Social Studies.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Administratif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Widodo, D. S. (2015). Analisis Statistika Terhadap Penyebab Angin Kencang Dan Puting
Beliung Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011-2014. Jurnal Dialog
Penanggulangan Bencana , 65-85.