Professional Documents
Culture Documents
Prevalensi Infeksi Cacing Usus Soil Transmitted Helminths Pada Orang Dewasa Di Sulawesi Utara
Prevalensi Infeksi Cacing Usus Soil Transmitted Helminths Pada Orang Dewasa Di Sulawesi Utara
Abstract
Worm disease or helminthiasis, is a disease caused by worms or helminths. Worms that occur are often caused by the Soil
Transmitted Helminths (STH) worms, which are worms that are transmitted through the soil. Intestinal helminthiasis is one of
the neglected infectious diseases (NIDs) and is still a public health problem in Indonesia. Worm disease is a disease that does not
get enough priority in the Health Office program and data on intestinal helminthiasis infection is only limited to the popula tion
of school children. The absence of data on helminthiasis in adults in North Sulawesi shows the need for increased awareness
about this because not only in children, intestinal helminthiasis can also infect high-risk adults such as people living in slums
and poor sanitation, people with immunodeficiency, and people who do a lot of activities with the land. Population density,
geographical conditions, and climate also affect intestinal worm transmission. Given the above, it is necessary to conduct
research to determine the percentage of STH intestinal helminthiasis infections in adults. This research was conducted in the
Clinical Parasitology Laboratory for sample examination. The sample in this study was stool in patients who had stool
examination in the Parasitology laboratory. This type of research is analytic descriptive with cross-sectional approach. A total of
40 stool samples, examined using the direct method and examined under a microscope. From the results of laboratory tests, 20
samples (50%) were positively infected by worms. The types of worms found in the sample were Ascaris lumbricoides,
Hookworm, Trichuris trichiura, Strongiloides stercoralis. Hookworm infection is the most common type of helminthiasis which is
found in 35% of all samples examined followed by Stongiloides stercoralis at 7.5%, Ascaris lumbricoides 5%.
Keywords: helminthiasis, prevalence, Soil Transmitted Helminths
Abstrak
Penyakit kecacingan atau helminthiasis, merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing atau helminth. Kecacingan yang
terjadi sering disebabkan oleh cacing golongan Soil Transmitted Helminths (STH) yaitu cacing yang ditularkan melalui tanah.
Penyakit kecacingan usus merupakan salah satu penyakit infeksi yang terabaikan/Neglected Infectious Disease (NIDs) dan
masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit kecacingan merupakan penyakit yang tidak
* Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado, e-mail: hestisorisi@gmail.com
† Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
‡ Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
281
Pendahuluan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Penyakit kecacingan atau helminthiasis, merupakan Nomor 15 Tahun 2017 tentang Penanggulangan
penyakit yang disebabkan oleh cacing atau helminth. Cacingan mengatakan bahwa pemberian obat cacing
Penyakit kecacingan merupakan salah satu penyakit harus dilakukan secara serentak kepada semua
infeksi yang terabaikan/Neglected Infectious Disease penduduk di wilayah yang berisiko cacingan.
(NIDs). Di Indonesia prevalensi penyakit kecacingan Kenyataanya hanya anak sekolah yang menerima obat
masih sangat tinggi, terutama pada golongan cacing setiap enam bulan sekali, orang dewasa pada
penduduk yang kurang mampu. Penyakit kecacingan umumnya tidak lagi diberikan obat cacing.
dapat menurunkan kemampuan belajar dan gangguan Sehubungan dengan hal tersebut, maka dilakukan
fungsi kognitif baik secara langsung maupun tidak penelitian untuk mengetahui persentase infeksi
langsung sehingga dapat menurunkan sumber daya kecacingan usus STH pada orang dewasa.
manusia.1 Metode
Kecacingan yang terjadi sering disebabkan oleh
cacing golongan Soil Transmitted Helminths (STH) Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan
yaitu cacing yang ditularkan melalui tanah. Spesies pendekatan cross-sectional. Penelitian ini dilakukan
cacing yang termasuk golongan STH dan umum dilaboratorium Parasitologi Klinik untuk pemeriksaan
ditemui menginfeksi manusia adalah cacing gelang sampel. Sampel pada penelitian ini adalah tinja pada
(roundworm/Ascaris lumbricoides), cacing cambuk pasien yang melakukan pemeriksaan tinja di
(Trichuris trichiura), dan cacing tambang (Necator laboratorium Parasitologi Klinik. Identifikasi cacing
americanus dan Ancylostoma duodenale). Infeksi pada diperiksa menggunakan metode langsung. Tinja di
manusia terjadi melalui tangan yang tercemar telur ambil sedikit, diletakkan di atas slide dan ditetesi
cacing yang infektif, lalu masuk melalui mulut atau
dengan eosin 2% kemudan ditutup dengan kaca
larva menembus kulit pada infeksi cacing tambang. 2
penutup (deckglass) setelah itu diperiksa di
WHO mencatat lebih dari 1,5 milyar penduduk atau
24% dari populasi dunia terinfeksi STH. Distribusi mikroskop dengan menggunakan perbesaran 100x
terbanyak infeksi STH adalah negara dengan iklim dan 40x.
tropis dan subtropis terutama di China, Asia Timur, Data hasil pemeriksaan laboratorium kemudian
dan sub-Saharan Afrika.3 Berdasarkan data dari Dirjen dihitung tingkat infeksinya (prosentase), yaitu jumlah
P2L prevalensi kecacingan di Indonesia pada tahun sampel tinja yang positif terinfeksi cacing dibagi
2014 adalah 20% - 86% dengan rata-rata 30%. Data dengan jumlah sampel yang diperiksa dikalikan
infeksi cacing usus di Dinas Kesehatan Provinsi
dengan 100%. Data yang diperoleh dari hasil
Sulawesi Utara hanya terbatas pada populasi anak
penelitian kemudian dipresentasikan dalan bentuk
Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik: Volume 7 Nomor 2 Desember 2019
Tabel 2. Distribusi Infeksi Kecacingan berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat proporsi telur cacing
Jenis Cacing berdasarkan karakteristik responden yang terdiri dari
Jenis Cacing Frekuensi Persentasi umur dan jenis kelamin. Penyakit kecacingan dapat
(n = 40) (%) menyerang semua golongan umur dan jenis kelamin.
Ascaris lumbricoides 2 5
283
Pada umumnya prevalensi cacing tambang berkisar
Daftar Pustaka
30-35% di berbagai daerah di Indonesia. Prevalensi
cacing tambang cenderung meningkat dengan 1. Hadidjaja P. The effect of intervention metthods
meningkatnya umur. Tingginya prevalensi juga on nutrisional status and cognitive function of
dipengaruhi oleh sifat pekerjaan penduduk. primary school children infected with Ascaris
Contohnya penduduk yang bekerja mengolah tanah di lumbricoides. Am. J Trop.Med.Hyg., 59(5).791-5.
perkebunan akan terus menerus terpapar 1998
kontaminasi. 2. Smits HL. Prospects for the control of neglected
tropical diseases by mass drug administration.
Tingginya kejadian infeksi cacing tambang dan
2009. Medscape [serial online] [diakses 2018 Aug
Strongiloides stercoralis dapat dipengaruhi oleh
26];7(1):37-56. Diambil dari: URL:
beberapa hal yang menguntungkan parasit seperti
https://www.medscape.com/viewarticle/588133
keadaan tanah dan curah hujan serta temperatur
_4.
optimal untuk perkembangbiakan yang hampir sama.
3. World Health Organization. Soil-transmitted
Kedua jenis cacing ini memerlukan tanah pasir yang
helminth infections. 2018. diambil dari: URL:
gembur, tercampur humus dan terlindung dari
http://www.who.int/news-room/fact-
matahari langsung.
sheets/detail/soiltransmitted-helminth-
Larva cacing tambang dapat bertahan 7-8 minggu
infections. Diakses: Desember 26, 2018.
ditanah dan harus menembus kulit manusia untuk
4. Suhartono. Faktor-faktor yang berhubungan
meneruskan lingkaran hidupnya. Larva Stongiloides
dengan kejadian dan intensitas kecacingan pada
stercoralis berkembang lebih cepat dari pada cacing
murid sekolah dasar di Kabupaten Karanganyar
tambang, dalam waktu 34-48 jam terbentuk larva
Jawa Tengah tahun 1995. Media Medika
filariform yang infektif. Larva spesies ini memerlukan
Indonesia 1998;33:3-6.
oksigen untuk pertumbuhannya, oleh karena itu
5. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
olahan tanah dalam bentuk apapun di lahan pertanian
Penyakit kecacingan masih dianggap sepele.
dan perkebunan akan menguntungkan pertumbuhan
2010. diambil dari: URL:
larva.8
http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=1135
Kesimpulan 6. Guyatt H. Do intestinal nematodes affect
productivity in adult. Parasitol Today.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
2000;16:153-8. Diambil dari: URL:
persentase kecacingan usus pada orang dewasa di
https://www.cell.com/parasitology/pdf/S0169-
Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik: Volume 7 Nomor 2 Desember 2019
284