Professional Documents
Culture Documents
Kualitas Mikrobiologi Sosis Fermentasi Daging Sapi Dan Domba Yang Menggunakan Kultur Kering Lactobacillus Plantarum 1B1 Dengan Umur Yang Berbeda
Kualitas Mikrobiologi Sosis Fermentasi Daging Sapi Dan Domba Yang Menggunakan Kultur Kering Lactobacillus Plantarum 1B1 Dengan Umur Yang Berbeda
uk
Provided by Scientific Journals of Bogor Agricultural University
ABSTRACT
Lactic acid bacteria of Lactobacillus plantarum 1B1 species was isolated from fresh
beef and used as dried starter culture fermented sausage (salami). Dried starter culture
was stored at 100C for 0 (control), 15, 30 and 45 days to evaluate the starter viability and
its effect on microbiological charasteristics of beef and mutton fermented sausages. Initial
viability of dried starter culture of L. plantarum was 7.08 x 1012 CFU/g. There was no
alteration (P>0.05) in viability (5.33 x 1012 CFU/g) during 15 days storage. The population
significantly decreased (P<0.01) to 4.55 x 108 CFU/g and 3.00 x 108 CFU/g during 30 and
45 days storage, respectively. Mutton salami had higher average total bacterial count than
beef salami. Both salami had constant lactic acid population at more than 10 log10 CFU/g
during 15 days dried culture storage and decreased significantly (P<0.01) during 30 and
45 days dried culture storage at less than 9 log10 CFU/g. Dried culture L. plantarum could
reduce the quantity of Staphylococcus aureus during 15 days storage, but neither for 30
days nor 45 days storage. Average total coliform increased from 0 days to 15 days storage
at less than 0,03 CFU/g to 0.93 x 102 CFU/g, but the number of coliform decreased on 30
days storage at less than 0.03 CFU/g and increased on 45 days storage at 1.2 x 103 CFU/g.
Both salami had negative number of Salmonella.
Key words: salami, dried starter culture, Lactobacillus plantarum 1B1, storage time
diharapkan dapat tumbuh dengan baik dan dengan memfermentasi kultur pada media gula
menghasilkan sosis fermentasi dengan kualitas yaitu arabinosa, galaktosa, glukosa, laktosa,
yang lebih baik dibandingkan penggunaan maltosa, raffinosa, ramnosa, trehalosa, sukrosa,
kultur komersial yang bukan diisolasi dari salisin, dan silosa.
daging sapi. Penyegaran kultur dilakukan dengan
Kultur kering komersial untuk sosis menumbuhkan isolat pada media MRSB
fermentasi mempunyai jumlah bakteri asam dengan lama inkubasi 24 jam pada suhu 37oC.
laktat minimal 106 CFU/g. Proses pengeringan Penyegaran terus dilakukan hingga kultur
kultur bertujuan untuk meningkatkan daya beradaptasi untuk hidup pada media tersebut
simpan dan kestabilan kultur. Perlakuan dan jumlahnya cukup banyak yang ditandai
penyimpanan kultur kering L. plantarum dengan adanya kekeruhan pada media tumbuh.
pada studi ini bertujuan untuk mengetahui Penyegaran kultur dimaksudkan untuk
daya simpan dan viabilitas kultur kering L. memperbaharui dan memperbanyak populasi
plantarum serta pengaruh aplikasinya pada kultur bakteri asam laktat sebelum digunakan
karakteristik mikrobiologis sosis fermentasi sebagai kultur starter sosis fermentasi.
daging sapi dan domba. Kultur yang telah disegarkan kemudian
diinokulasi sebanyak 2% ke dalam larutan susu
MATERI DAN METODE skim steril 10%. Kultur kemudian diinkubasi
pada suhu 37oC selama 48 jam yang hasilnya
Kultur Starter disebut kultur induk. Proses ini dilanjutkan
hingga didapatkan kultur antara dan kultur
Kultur kering sosis fermentasi dibuat dari kerja. Kultur kerja kemudian dipupukkan
kultur murni L. plantarum 1B1 hasil isolasi dari pada media MRSA untuk mengetahui populasi
daging sapi murni berdasarkan hasil penelitian awalnya. Kultur yang memenuhi syarat untuk
Arief et al. (2005). Kultur murni L. plantarum dijadikan kultur kering adalah kultur dengan
1B1 diisolasi dari daging sapi Peranakan populasi > 108 CFU/ml.
Ongole yang disembelih di RPH Bogor dan
dijual di Pasar Cibeureum Darmaga Bogor Kultur Kering Sosis Fermentasi
12 jam setelah pemotongan dan mengalami
penyimpanan dingin (15 oC) selama 12 jam. Kultur starter kering L. plantarum
1B1 dibuat dengan menggunakan media
Pemurnian, Penyegaran dan Pembiakan pertumbuhan rekonstitusi susu skim bubuk
Kultur Bakteri Asam Laktat 20% dengan tambahan bahan kriogenik
sukrosa 10%, lalu campuran disterilisasi
Pemurnian dilakukan dengan menumbuh- pada suhu 121oC selama 15 menit. Larutan
kan isolat bakteri L. plantarum pada media kemudian didinginkan hingga mencapai suhu
de man Rogosa Sharpe broth (MRSB) dan ruang (25-27oC) dan diinokulasi dengan 2%
de man Rogosa Sharpe agar (MRSA) (Oxoid kultur kerja L. plantarum. Kultur diinkubasi
Ltd., Basingstoke, Hampshire, England) secara pada suhu 37oC selama 18 jam dan dihitung
bergantian untuk mencari koloni murni yang populasinya. Bila jumlah populasi kurang dari
seragam. 108 CFU/ml maka pembuatan kultur kering
Uji kemurnian kultur dilanjutkan dengan tidak dilanjutkan. Bila jumlah populasi lebih
uji biokimiawi berdasarkan kemampuannya besar dari 108 CFU/ml, maka ke dalam kultur
memfermentasi beberapa jenis gula untuk kemudian ditambah 20% susu skim bubuk
memastikan bahwa kultur yang digunakan sebagai bahan pengisi. Kultur selanjutnya
merupakan kultur murni. Pengujian dilakukan dikeringbekukan dengan freeze dryer pada
Keterangan: superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,01).
penurunan yang signifikan. Rataan viabilitas Hasil analisis mikrobiologis sosis fermentasi
kultur kering L. plantarum setelah perlakuan menggunakan kultur starter kering L. plantarum
penyimpanan 15 hari adalah sebesar 5,3 x selama penyimpanan terdapat pada Tabel 2.
1012 CFU/g. Bucio et al. (2005) menyatakan
bahwa viabilitas L. plantarum pada pakan ikan Total bakteri asam laktat. Jumlah bakteri
kering dapat bertahan selama tiga minggu pada asam laktat sosis fermentasi daging sapi
suhu 25oC, namun penyimpanan pada suhu mengalami kenaikan yang signifikan (P<0,01)
refrigerator dengan kemasan vakum dapat dari sosis dengan kultur tanpa penyimpanan
mempertahankan viabilitas kultur hingga satu (kontrol) ke sosis dengan kultur penyimpanan
tahun penyimpanan. 15 hari. Selanjutnya total bakteri asam laktat
Jumlah rataan viabilitas kultur kering L. mengalami penurunan yang signifikan (P<0,01)
plantarum setelah penyimpanan selama 30 hari pada sosis dengan penyimpanan kultur 30 hari
adalah 4,5 x 108 CFU/g. Viabilitas kultur kering dan tidak memiliki jumlah yang berbeda pada
L. plantarum berkurang secara signifikan sosis dengan penyimpanan kultur selama 45
(P<0,01) yaitu sebanyak 4 log10. Penurunan hari.
viabilitas ini menunjukkan terjadinya Jumlah bakteri asam laktat pada sosis
kerusakan sel bakteri selama penyimpanan fermentasi daging domba tidak mengalami
peningkatan yang berarti selama 15 hari
yang berpengaruh pada daya hidupnya setelah
penyimpanan. Penurunan yang signifikan
penyimpanan. Jumlah rataan viabilitas kultur
(P<0,01) terjadi pada sosis dengan kultur yang
kering L. plantarum setelah penyimpanan
disimpan selama 30 hari dan tidak berubah
selama 45 hari adalah 3,0 x 108 CFU/g. Hal ini
signifikan pada sosis dengan penyimpanan
menunjukkan bahwa tidak terjadi penurunan kultur selama 45 hari.
yang signifikan selama penyimpanan dari hari Rataan total bakteri asam laktat di dalam
ke-30 hingga hari ke-45 masa penyimpanan. sosis fermentasi daging sapi dan daging domba
Viabilitas kultur kering L. plantarum selama adalah 1,93 x 1012 CFU/g dan 5,73 x 1010 CFU/
penyimpanan disajikan pada Tabel 1. g. Adanya kecenderungan jumlah populasi
bakteri asam laktat yang lebih besar pada
Kualitas Mikrobiologis Sosis Fermentasi sosis fermentasi daging sapi kemungkinan
disebabkan oleh kultur yang digunakan
Kualitas mikrobiologis sosis fermentasi diisolasi dari daging sapi sehingga lebih mudah
secara keseluruhan mengalami perubahan beradaptasi pada jenis daging tersebut. Grafik
sesuai dengan perlakuan penyimpanan populasi bakteri asam laktat sosis fermentasi
kultur kering L. plantarum selama 45 hari. terdapat pada Gambar 1.
Keterangan : superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (P< 0,01).
of Lactobacillus plantarum 44a after spraying plantarum NRI 149. J. of Fermentation and
and drying in feed and during exposure to Engineering 77:277-282.
gastrointestinal tract fluids in vitro. J. Gen. Leroy, F. & L. D. Vuyst. 1999. Temperature and pH
Appl. Microbiol. 51 : 221–227. conditions that prevail during fermentation
Davidson, P. M. & D. G. Hoover. 1993. of sausages are optimal for production of the
Antimicrobial components from lactic acid antilisterial bacteriocin Sakacin K. Applied
bacteria. In: Salminen, S. & A. Wright and Environmental Microbiology 65: 974–
(Eds.). Lactic Acid Bacteria. Marcel Dekker, 981.
New York. Nowroozi, J., M. Mirzaii & M. Norouzi. 2004.
El-Naggar, M. Y. M. 2004. Comparative study of Study of Lactobacillus as probiotic bacteria.
probiotic cultures to control the growth of Iranian J. Publ. Health 33:1-7.
Escherichia coli O157:H7 and Salmonella Ogunbawo, S. T., A. I. Sanni & A. A. Onilude.
typhimurium. Biotechnology 3: 173-180. 2003. Characterization of bacteriocin
ErdoTMrul, Ö. T., Ö. Cetin & Ö. Ergűn. 2002. produced by Lactobacillus plantarum F1
A study on metabolic and antimicrobial and Lactobacillus brevis OG1. African J. of
activities of Pediococcus pentosaceus Biotechnology 2:219-227.
isolated from fermented sausage. Pakistan J. Savadogo, A., C. A. T. Outtara, I. H. N. Bassole
Biological Science. 5:594-596. & A. S. Traore. 2006. Bacteriocins and
Fontana, 1998. Water Activity: Why it is Important lactic acid bacteria – a minireview. African
for Food Safety. International Conference on Journal of Biotechnology 5: 678-683.
Food Safety, November 16-18, Albuquerque, Steel, R. G. D. & J. H. Torrie. 1995. Prinsip dan
NM. Prosedur Statistika. Terjemahan: B. Sumantri.
Jay, J. M. 2000. Modern Food Microbiology. 6th PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Edit. An ASPEN Publication. Gaithersburg, Supardi, I. & Sukamto. 1999. Mikrobiologi
Maryland. dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan.
Jenie, B. S. L. & S. E. Rini. 1995. Aktivitas Penerbit Alumni, Bandung.
antimikoroba dari beberapa spesies Varnam, A. N. & J. P. Sutherland. 1995. Meat
Lactobacillus terhadap mikroba patogen and Meat Products. Chapman and Hall,
dan perusak makanan. Bul. Tek. dan Industri London.
Pangan. 6:46-51. Vuyst, L. D. & E. J. Vandamme. 1994. Bacteriocins
Kato, T. T. Matsuda, E. Ogawa, H. Kato, U. Doi of Lactic Acid Bacteria: Microbiology,
& R Nakamura. 2004. Plantaricin 149, Genetics and Application. Blackie Academic
a bacteriosin produced by Lactobacillus and Professional, London.