Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk
Provided by Scientific Journals of Bogor Agricultural University

Media Peternakan, April 2008, hlm. 36-43 Vol. 31 No. 1


ISSN 0126-0472
Terakreditasi SK Dikti No: 56/DIKTI/Kep/2005

Kualitas Mikrobiologi Sosis Fermentasi Daging Sapi dan Domba yang


Menggunakan Kultur Kering Lactobacillus plantarum 1B1 dengan
Umur yang Berbeda

I. I. Arief, R.R.A. Maheswari, T. Suryati, Komariah & S. Rahayu


Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
Jl. Agatis Kampus IPB Darmaga Bogor 16680
(Diterima 17-01-2008; disetujui 25-03-2008)

ABSTRACT

Lactic acid bacteria of Lactobacillus plantarum 1B1 species was isolated from fresh
beef and used as dried starter culture fermented sausage (salami). Dried starter culture
was stored at 100C for 0 (control), 15, 30 and 45 days to evaluate the starter viability and
its effect on microbiological charasteristics of beef and mutton fermented sausages. Initial
viability of dried starter culture of L. plantarum was 7.08 x 1012 CFU/g. There was no
alteration (P>0.05) in viability (5.33 x 1012 CFU/g) during 15 days storage. The population
significantly decreased (P<0.01) to 4.55 x 108 CFU/g and 3.00 x 108 CFU/g during 30 and
45 days storage, respectively. Mutton salami had higher average total bacterial count than
beef salami. Both salami had constant lactic acid population at more than 10 log10 CFU/g
during 15 days dried culture storage and decreased significantly (P<0.01) during 30 and
45 days dried culture storage at less than 9 log10 CFU/g. Dried culture L. plantarum could
reduce the quantity of Staphylococcus aureus during 15 days storage, but neither for 30
days nor 45 days storage. Average total coliform increased from 0 days to 15 days storage
at less than 0,03 CFU/g to 0.93 x 102 CFU/g, but the number of coliform decreased on 30
days storage at less than 0.03 CFU/g and increased on 45 days storage at 1.2 x 103 CFU/g.
Both salami had negative number of Salmonella.

Key words: salami, dried starter culture, Lactobacillus plantarum 1B1, storage time

PENDAHULUAN Micrococcus (Jay, 2000; Kato et al., 2004),


Lactobacillus plantarum, Lactobacillus sake,
Sosis fermentasi (salami) merupakan L. curvatus, Pediococcus lacidactici dan
produk fermentasi olahan daging dengan kombinasi yang tepat dengan P. pentosaceus
penggunaan kultur bakteri asam laktat, yang (ErdoTMrul et al., 2002). Secara alami, terdapat
mengubah karbohidrat menjadi asam laktat. spesies bakteri asam laktat yang tumbuh pada
Kultur yang sering digunakan dan tersedia daging sapi murni, salah satunya adalah L.
secara komersial berasal dari golongan plantarum (Arief et al., 2005). Kultur sosis
Streptococcus, Lactobacillus dan golongan fermentasi yang diisolasi dari daging sapi murni

36 Edisi April 2008


ARIEF ET AL. Media Peternakan

diharapkan dapat tumbuh dengan baik dan dengan memfermentasi kultur pada media gula
menghasilkan sosis fermentasi dengan kualitas yaitu arabinosa, galaktosa, glukosa, laktosa,
yang lebih baik dibandingkan penggunaan maltosa, raffinosa, ramnosa, trehalosa, sukrosa,
kultur komersial yang bukan diisolasi dari salisin, dan silosa.
daging sapi. Penyegaran kultur dilakukan dengan
Kultur kering komersial untuk sosis menumbuhkan isolat pada media MRSB
fermentasi mempunyai jumlah bakteri asam dengan lama inkubasi 24 jam pada suhu 37oC.
laktat minimal 106 CFU/g. Proses pengeringan Penyegaran terus dilakukan hingga kultur
kultur bertujuan untuk meningkatkan daya beradaptasi untuk hidup pada media tersebut
simpan dan kestabilan kultur. Perlakuan dan jumlahnya cukup banyak yang ditandai
penyimpanan kultur kering L. plantarum dengan adanya kekeruhan pada media tumbuh.
pada studi ini bertujuan untuk mengetahui Penyegaran kultur dimaksudkan untuk
daya simpan dan viabilitas kultur kering L. memperbaharui dan memperbanyak populasi
plantarum serta pengaruh aplikasinya pada kultur bakteri asam laktat sebelum digunakan
karakteristik mikrobiologis sosis fermentasi sebagai kultur starter sosis fermentasi.
daging sapi dan domba. Kultur yang telah disegarkan kemudian
diinokulasi sebanyak 2% ke dalam larutan susu
MATERI DAN METODE skim steril 10%. Kultur kemudian diinkubasi
pada suhu 37oC selama 48 jam yang hasilnya
Kultur Starter disebut kultur induk. Proses ini dilanjutkan
hingga didapatkan kultur antara dan kultur
Kultur kering sosis fermentasi dibuat dari kerja. Kultur kerja kemudian dipupukkan
kultur murni L. plantarum 1B1 hasil isolasi dari pada media MRSA untuk mengetahui populasi
daging sapi murni berdasarkan hasil penelitian awalnya. Kultur yang memenuhi syarat untuk
Arief et al. (2005). Kultur murni L. plantarum dijadikan kultur kering adalah kultur dengan
1B1 diisolasi dari daging sapi Peranakan populasi > 108 CFU/ml.
Ongole yang disembelih di RPH Bogor dan
dijual di Pasar Cibeureum Darmaga Bogor Kultur Kering Sosis Fermentasi
12 jam setelah pemotongan dan mengalami
penyimpanan dingin (15 oC) selama 12 jam. Kultur starter kering L. plantarum
1B1 dibuat dengan menggunakan media
Pemurnian, Penyegaran dan Pembiakan pertumbuhan rekonstitusi susu skim bubuk
Kultur Bakteri Asam Laktat 20% dengan tambahan bahan kriogenik
sukrosa 10%, lalu campuran disterilisasi
Pemurnian dilakukan dengan menumbuh- pada suhu 121oC selama 15 menit. Larutan
kan isolat bakteri L. plantarum pada media kemudian didinginkan hingga mencapai suhu
de man Rogosa Sharpe broth (MRSB) dan ruang (25-27oC) dan diinokulasi dengan 2%
de man Rogosa Sharpe agar (MRSA) (Oxoid kultur kerja L. plantarum. Kultur diinkubasi
Ltd., Basingstoke, Hampshire, England) secara pada suhu 37oC selama 18 jam dan dihitung
bergantian untuk mencari koloni murni yang populasinya. Bila jumlah populasi kurang dari
seragam. 108 CFU/ml maka pembuatan kultur kering
Uji kemurnian kultur dilanjutkan dengan tidak dilanjutkan. Bila jumlah populasi lebih
uji biokimiawi berdasarkan kemampuannya besar dari 108 CFU/ml, maka ke dalam kultur
memfermentasi beberapa jenis gula untuk kemudian ditambah 20% susu skim bubuk
memastikan bahwa kultur yang digunakan sebagai bahan pengisi. Kultur selanjutnya
merupakan kultur murni. Pengujian dilakukan dikeringbekukan dengan freeze dryer pada

Edisi April 2008 37


Vol. 31 No. 1 KUALITAS MIKROBIOLOGI

suhu -90oC selama 48 jam. Sebagian kultur Analisis


hasil proses freeze drying selanjutnya dihitung
populasinya langsung, tanpa disimpan terlebih Analisis mikrobiologis. Peubah yang diamati
dahulu untuk digunakan sebagai kultur kering selama proses fermentasi berlangsung meliputi
pada pembuatan salami kontrol. Kultur kering kualitas mikrobiologi sosis fermentasi yaitu
disimpan selama 15, 30 dan 45 hari untuk dilihat jumlah kuantitatif total bakteri asam laktat,
pengaruhnya terhadap kualitas mikrobiologi total koliform, total bakteri Staphylococcus
salami daging sapi dan domba. sp dan uji kualitatif Salmonella sesuai dengan
metode AOAC (1995).
Pembuatan Sosis Fermentasi (Arief, 2000)
Analisis data. Data yang diperoleh dianalisa
Pembuatan sosis fermentasi diawali dengan menggunakan ANOVA, dan jika
dengan standardisasi daging sebanyak 80% perlakuan berpengaruh nyata maka dilanjutkan
dengan mengelompokkan daging utuh dan dengan uji Duncan (Steel dan Torrie, 1995).
daging yang masih mengandung lemak.
Lemak sebanyak 20% distandardisasi dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
memisahkan lemak utuh dengan lemak yang
masih mengandung daging. Daging yang telah Viabilitas Kultur Kering
distandardisasi dibagi menjadi dua bagian yaitu
seperempat bagian digiling dan tiga perempat Hasil uji kemurnian bakteri asam laktat
bagian lainnya diiris-iris, kemudian dibekukan. berdasarkan uji fermentasi gula dicocokkan
Daging digiling dalam cutter, lalu dimasukkan dengan bantuan program komputer PIB Win
secara berurutan NPS (nitrit poekeln salt) 2%, (Bryant, 2005). Hasil pencocokan menunjuk-
gula 2%, starter kultur sebanyak 2% w/w (sesuai kan bahwa isolat 1B1 merupakan spesies
dengan perlakuan lama penyimpanannya) bakteri asam laktat L. plantarum dengan
dan bumbu-bumbu (bawang putih 2%, pala tingkat akurasi sebesar 99%.
2%, garam dapur 2% dan jahe 2%). Adonan Viabilitas kultur cair L. plantarum 1
yang telah terbentuk dimasukkan ke dalam B1 (sebelum dikeringkan) mencapai 7,3 x
selongsong atau casing sosis berdiamater 4,5 109 CFU/ml. Setelah dikeringkan dengan
cm. Proses conditioning dilakukan pada suhu metode freeze drying, viabilitas kultur kering
kamar selama 24 jam, kemudian dilanjutkan sebelum disimpan (kontrol) mengalami
dengan proses fermentasi pada suhu kamar peningkatan sebesar 3 log yaitu mencapai 7,1
selama 6 hari yang diselingi dengan proses x 1012 CFU/g. Kadar air kultur kering adalah
pengasapan selama 2 jam setiap harinya pada 5% bb. Setelah penyimpanan selama 15 hari,
suhu kamar. kultur kering L. plantarum tidak mengalami

Tabel 1. Viabilitas kultur kering L. plantarum selama penyimpanan (CFU/g)

Lama penyimpanan kultur kering (Hari)


Peubah
0 15 30 45
7,1 x 1012 ± 5,3 x 1012 ± 4,5 x 108 ± 3,0 x 108 ±
Viabilitas
4,1 x 1012 (a) 2,4 x 1012 (a) 5,3 x 107 (b) 1,7 x 108 (b)

Keterangan: superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,01).

38 Edisi April 2008


ARIEF ET AL. Media Peternakan

penurunan yang signifikan. Rataan viabilitas Hasil analisis mikrobiologis sosis fermentasi
kultur kering L. plantarum setelah perlakuan menggunakan kultur starter kering L. plantarum
penyimpanan 15 hari adalah sebesar 5,3 x selama penyimpanan terdapat pada Tabel 2.
1012 CFU/g. Bucio et al. (2005) menyatakan
bahwa viabilitas L. plantarum pada pakan ikan Total bakteri asam laktat. Jumlah bakteri
kering dapat bertahan selama tiga minggu pada asam laktat sosis fermentasi daging sapi
suhu 25oC, namun penyimpanan pada suhu mengalami kenaikan yang signifikan (P<0,01)
refrigerator dengan kemasan vakum dapat dari sosis dengan kultur tanpa penyimpanan
mempertahankan viabilitas kultur hingga satu (kontrol) ke sosis dengan kultur penyimpanan
tahun penyimpanan. 15 hari. Selanjutnya total bakteri asam laktat
Jumlah rataan viabilitas kultur kering L. mengalami penurunan yang signifikan (P<0,01)
plantarum setelah penyimpanan selama 30 hari pada sosis dengan penyimpanan kultur 30 hari
adalah 4,5 x 108 CFU/g. Viabilitas kultur kering dan tidak memiliki jumlah yang berbeda pada
L. plantarum berkurang secara signifikan sosis dengan penyimpanan kultur selama 45
(P<0,01) yaitu sebanyak 4 log10. Penurunan hari.
viabilitas ini menunjukkan terjadinya Jumlah bakteri asam laktat pada sosis
kerusakan sel bakteri selama penyimpanan fermentasi daging domba tidak mengalami
peningkatan yang berarti selama 15 hari
yang berpengaruh pada daya hidupnya setelah
penyimpanan. Penurunan yang signifikan
penyimpanan. Jumlah rataan viabilitas kultur
(P<0,01) terjadi pada sosis dengan kultur yang
kering L. plantarum setelah penyimpanan
disimpan selama 30 hari dan tidak berubah
selama 45 hari adalah 3,0 x 108 CFU/g. Hal ini
signifikan pada sosis dengan penyimpanan
menunjukkan bahwa tidak terjadi penurunan kultur selama 45 hari.
yang signifikan selama penyimpanan dari hari Rataan total bakteri asam laktat di dalam
ke-30 hingga hari ke-45 masa penyimpanan. sosis fermentasi daging sapi dan daging domba
Viabilitas kultur kering L. plantarum selama adalah 1,93 x 1012 CFU/g dan 5,73 x 1010 CFU/
penyimpanan disajikan pada Tabel 1. g. Adanya kecenderungan jumlah populasi
bakteri asam laktat yang lebih besar pada
Kualitas Mikrobiologis Sosis Fermentasi sosis fermentasi daging sapi kemungkinan
disebabkan oleh kultur yang digunakan
Kualitas mikrobiologis sosis fermentasi diisolasi dari daging sapi sehingga lebih mudah
secara keseluruhan mengalami perubahan beradaptasi pada jenis daging tersebut. Grafik
sesuai dengan perlakuan penyimpanan populasi bakteri asam laktat sosis fermentasi
kultur kering L. plantarum selama 45 hari. terdapat pada Gambar 1.

Tabel 2. Kualitas mikrobiologis sosis fermentasi (CFU/g)

Perlakuan penyimpanan kultur starter kering


Parameter Kultur H-0 Kultur H-15 Kultur H-30 Kultur H-45
Sapi Domba Sapi Domba Sapi Domba Sapi Domba
BAL 1,35x10 11 a
7,02x1010 a
7,59x10 12 b
1,59x1011 a
1,60x10 07 c
9,42x1007 c
1,44x10 08 c
2,54x1006 c
S. aureus 1,67x1005 a 3,02x1004 b 1,83x1004 b 3,38x1004 b 1,62x1004 b 9,57x1005 a 1,37x1005 a 2,12x1005 a
Coliform <0,03x1002 <0,03x1002 0,93 x 1002 0,93 x 1002 <0,03x1002 <0,03x1002 2,40 x 1002 0,09x1002
Salmonella Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif

Keterangan : superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (P< 0,01).

Edisi April 2008 39


Vol. 31 No. 1 KUALITAS MIKROBIOLOGI

Gambar 1. Grafik populasi bakteri asam laktat sosis fermentasi

Staphylococcus aureus. Total S. aureus pengasapan dan pengeringan sosis. Menurut


pada sosis fermentasi daging sapi mengalami Branen & Davidson (1993), aktivitas
penurunan hingga penyimpanan kultur selama bakteriostatik dan fungistatik dari aroma asap
30 hari, namun mengalami kenaikan kembali yang dihasilkan selama proses pengasapan
pada penyimpanan kultur selama 45 hari, ternyata dapat menekan jumlah bakteri
sedangkan total S. aureus pada sosis fermentasi patogen seperti E. coli, Staphylococcus
daging domba mengalami kenaikan mulai dan Pseudomonas yang terdapat dalam
penyimpanan kultur selama 30 hari hingga makanan. Asam alifatik dan komponen
penyimpanan selama 45 hari. Total S. aureus di fenol asap berkontribusi untuk menghambat
dalam sosis fermentasi dipengaruhi baik oleh pertumbuhan bakteri patogen maupun kapang.
kultur perlakuan penyimpanan kultur maupun Grafik populasi total S. aureus sosis fermentasi
penggunaan jenis daging. terdapat pada Gambar 2.
Perbedaan total S. aureus pada sosis Hasil penelitian ini sejalan dengan
fermentasi ini dipengaruhi oleh aktivitas hasil penelitian Arkoudelos et al. (1998)
dari kultur starter yang telah mengalami yang menunjukkan adanya eliminasi maupun
penyimpanan. Faktor lain yang mempengaruhi penghambatan bakteri patogen S. aureus
total S. aureus adalah proses fermentasi, pada produk fermentasi daging oleh starter

Gambar 2. Grafik populasi total S. aureus sosis fermentasi

40 Edisi April 2008


ARIEF ET AL. Media Peternakan

Gambar 3. Grafik populasi koliform sosis fermentasi

kultur L. plantarum. Penghambatan terhadap Koliform. Lama penyimpanan kultur tidak


Staphylococcus disebabkan adanya senyawa berpengaruh (P>0,05) terhadap jumlah
antimikroba yang diproduksi oleh bakteri asam koliform sampai 45 hari penyimpanan. Hal ini
laktat tertentu. L. plantarum menghasilkan terjadi karena bakteri asam laktat mengandung
senyawa antimikroba laktolin yang ternyata antimikroba yang dapat menghambat
dapat menghambat pertumbuhan S. aureus pertumbuhan bakteri patogen. Hal ini sejalan
(Davidson & Hoover, 1993). Senyawa dengan penelitian Ogunbawo et al. (2003)
antimikroba lain yang dapat menghambat yang melaporkan bahwa bakteriosin yang
pertumbuhan S. aureus adalah hidrogen diproduksi oleh L. plantarum F1 yang diisolasi
peroksida yang dihasilkan oleh bakteri asam dari singkong fermentasi asli Nigeria mampu
laktat (Leroy & Vuyst, 1999). menghambat pertumbuhan mikroba E.coli
Kondisi asam juga mempengaruhi NCTC10418. Vuyst & Vandamme (1994)
penghambatan terhadap Staphylococcus. menyatakan bahwa sinergis asam-asam
Penurunan pH sosis sampai pH 5,3 sudah organik tertentu misalnya asam asetat dan
cukup dalam menghambat pertumbuhan asam laktat yang dihasilkan oleh bakteri asam
Staphylococcus dan juga menghambat laktat akan menghambat pertumbuhan E. coli
pembentukan enterotoksin. Selain dengan dan Salmonella. Kisaran suhu pertumbuhan
konsentrasi asam yang dihasilkan oleh
optimum E. coli adalah 37oC dengan pH
bakteri asam laktat, suhu fermentasi juga
7,0-7,5. Kisaran pH pada sosis fermentasi
mempengaruhi dalam penghambatan
daging sapi dan domba yang dihasilkan yaitu
Staphylococcus. Suhu optimum pertumbuhan
4,1-4,7, sehingga menyebabkan terjadinya
S. aureus adalah 35 – 37oC, suhu minimum
6,7oC dan suhu maksimum 45,5oC. Bakteri penghambatan pertumbuhan E. coli pada
ini dapat tumbuh pada pH 4,0 – 9,8 dengan produk. Grafik populasi koliform dapat dilihat
pH optimum sekitar 7,0 – 7,8. Pertumbuhan pada Gambar 3.
pada pH mendekati 9,8 hanya mungkin bila Bakteri asam laktat spesies L. plantarum
substratnya mempunyai komponen yang baik dapat menghasilkan senyawa antimikroba
untuk pertumbuhannya (Supardi & Sukamto, hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida
1999). Oleh karena itu pada penelitian ini, berfungsi untuk menurunkan permiabilitas
suhu fermentasi yang digunakan adalah suhu molekul struktur dari E. coli melalui mekanisme
ruang (26-27oC). laktoperoksidase dan tiosianat, hidrogen

Edisi April 2008 41


Vol. 31 No. 1 KUALITAS MIKROBIOLOGI

peroksidase dapat menghambat pertumbuhan penurunan yang signifikan pada penyimpanan


bakteri patogen E. coli, Salmonella dan 30 dan 45 hari. Kualitas mikrobiologis di dalam
Staphylococcus (Jenie & Rini, 1995). sosis fermentasi dapat dipertahankan sampai
diberi kultur starter yang disimpan selama
Salmonella. Salmonella termasuk ke 30 hari. Sosis yang diberi kultur dengan lama
dalam bakteri patogen dan berbahaya. penyimpanan 45 hari kualitas mikrobiologisnya
Salmonella merupakan bakteri Gram negatif, kurang baik. Hal ini terlihat pada jumlah E. coli
anaerob fakultatif dan memiliki flagella dan Staphylococcus dengan jumlah yang lebih
peritrikat (Savadogo et al., 2006). Bakteri ini tinggi dibandingkan dengan sosis lainnya.
memproduksi asam hasil fermentasi dan H2S,
tumbuh optimum pada suhu 37oC dengan pH 4- UCAPAN TERIMA KASIH
9 dan aw minimum 0,95 (Varnam & Sutherland,
1995). Penelitian ini didanai oleh Program
Hasil yang diperoleh memperlihatkan Hibah Kompetisi A2 2006 DIKTI, Departemen
bahwa di dalam sosis fermentasi, baik Pendidikan Nasional.
daging sapi maupun daging domba, tidak
mengandung Salmonella. Aktivitas bakteri DAFTAR PUSTAKA
asam laktat di dalam sosis yang masih
baik dapat menghasilkan senyawa organik, AOAC (Association of Official Analytical
bakteriosin dan antimikroba yang efektif Chemist). 1995. Official Methods of
Analysis, Washington DC.
menghambat pertumbuhan bakteri patogen,
Arief, I.I. 2000. Pengaruh aplikasi kultur kering
misalnya H2O2 yang dihasilkan L. plantarum dengan beberapa kombinasi mikroba terhadap
dapat menghambat pertumbuhan Salmonella kualitas fisiko-kimia dan mikrobiologi sosis
(Nowroozi et al., 2004). Kandungan aw pada fermentasi. Tesis. Program Pasca Sarjana
sosis fermentasi baik daging sapi maupun IPB, Bogor.
domba yang berkisar pada 0,88, menyebabkan Arief I. I., R. R. A. Maheswari & T. Suryati.
terhambatnya pertumbuhan Salmonella. Hal ini 2005. Isolasi beberapa Bakteri Asam Laktat
dari Daging Sapi. Kumpulan Makalah
disebabkan Salmonella memiliki aw optimum
Seminar Hasil Penelitian Departemen IPT.
sekitar 0,91-0,95 (Fontana, 1998). Desember 2005. Fakultas Peternakan IPB,
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Bogor.
penelitian Bromberg et al. (2004) yang Arkoudelos, J. S., G. J. E. Nychas & F. Samaras.
menyatakan bahwa S. typhimurium ATCC 1998. The occurence of Staphylococci on
14028 dapat dihambat oleh strain bakteri asam Greek fermented sausages. Fleischwirtschaft
laktat yang diisolasi dari produk daging. Selain International. J. for Meat Production and
itu, El-Naggar (2004) juga melaporkan bahwa Meat Processing (2).
Branen, A.L. & P.M. Davidson. 1993. Antimicro-
L. plantarum dapat menghambat pertumbuhan bial in Food. Marcel Pekker, New York.
S. typhimurium yang tumbuh pada berbagai Bromberg, R., I. Moreno, C.L. Zagagini, R.R.
produk hasil ternak. Delboni & J. de Oliveira. 2004. Isolation
of bacteriocin-producing lactic acid bacteria
KESIMPULAN from meat and meat products and its
spectrum of inhibitory activity. Brazilian J.
L. plantarum yang dikeringkan dengan Microbiology 35:137-144.
Bryant, T. 2005. Probabilistic Identification of
metode freeze drying mengalami peningkatan Bacteria. http://som.soton.ac.uk. [18 Maret
viabilitas sebesar 3 log. Viabilitas kultur kering 2006].
L. plantarum bertahan baik sampai masa Bucio, A., R. Hartemink, J. W. Schrama, J.
penyimpanan 15 hari, kemudian mengalami Verreth & F. M. Rombouts. 2005. Survival

42 Edisi April 2008


ARIEF ET AL. Media Peternakan

of Lactobacillus plantarum 44a after spraying plantarum NRI 149. J. of Fermentation and
and drying in feed and during exposure to Engineering 77:277-282.
gastrointestinal tract fluids in vitro. J. Gen. Leroy, F. & L. D. Vuyst. 1999. Temperature and pH
Appl. Microbiol. 51 : 221–227. conditions that prevail during fermentation
Davidson, P. M. & D. G. Hoover. 1993. of sausages are optimal for production of the
Antimicrobial components from lactic acid antilisterial bacteriocin Sakacin K. Applied
bacteria. In: Salminen, S. & A. Wright and Environmental Microbiology 65: 974–
(Eds.). Lactic Acid Bacteria. Marcel Dekker, 981.
New York. Nowroozi, J., M. Mirzaii & M. Norouzi. 2004.
El-Naggar, M. Y. M. 2004. Comparative study of Study of Lactobacillus as probiotic bacteria.
probiotic cultures to control the growth of Iranian J. Publ. Health 33:1-7.
Escherichia coli O157:H7 and Salmonella Ogunbawo, S. T., A. I. Sanni & A. A. Onilude.
typhimurium. Biotechnology 3: 173-180. 2003. Characterization of bacteriocin
ErdoTMrul, Ö. T., Ö. Cetin & Ö. Ergűn. 2002. produced by Lactobacillus plantarum F1
A study on metabolic and antimicrobial and Lactobacillus brevis OG1. African J. of
activities of Pediococcus pentosaceus Biotechnology 2:219-227.
isolated from fermented sausage. Pakistan J. Savadogo, A., C. A. T. Outtara, I. H. N. Bassole
Biological Science. 5:594-596. & A. S. Traore. 2006. Bacteriocins and
Fontana, 1998. Water Activity: Why it is Important lactic acid bacteria – a minireview. African
for Food Safety. International Conference on Journal of Biotechnology 5: 678-683.
Food Safety, November 16-18, Albuquerque, Steel, R. G. D. & J. H. Torrie. 1995. Prinsip dan
NM. Prosedur Statistika. Terjemahan: B. Sumantri.
Jay, J. M. 2000. Modern Food Microbiology. 6th PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Edit. An ASPEN Publication. Gaithersburg, Supardi, I. & Sukamto. 1999. Mikrobiologi
Maryland. dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan.
Jenie, B. S. L. & S. E. Rini. 1995. Aktivitas Penerbit Alumni, Bandung.
antimikoroba dari beberapa spesies Varnam, A. N. & J. P. Sutherland. 1995. Meat
Lactobacillus terhadap mikroba patogen and Meat Products. Chapman and Hall,
dan perusak makanan. Bul. Tek. dan Industri London.
Pangan. 6:46-51. Vuyst, L. D. & E. J. Vandamme. 1994. Bacteriocins
Kato, T. T. Matsuda, E. Ogawa, H. Kato, U. Doi of Lactic Acid Bacteria: Microbiology,
& R Nakamura. 2004. Plantaricin 149, Genetics and Application. Blackie Academic
a bacteriosin produced by Lactobacillus and Professional, London.

Edisi April 2008 43

You might also like