JURNAL

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

EFEKTIVITAS HOME BASED EXERCISE TRAINING (HBET) TERHADAP KUALITAS

HIDUP PASIEN GAGAL JANTUNG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUSKESMAS


GENDONG AIR KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2020

Oleh :
Djunizar Djamaludin1) Usastiawaty C.A.S. Isnainy2) Rendi Kurniawan 3)

1) Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Malahayati


E-mail : @yahoo.com
2)Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Malahayati
E-mail : @yahoo.co.id
3) Mahasiswi PSIK Universitas MalahayatI Bandar Lampung
E-mail : linggariyani@gmail.com

EFFECTIVENESS OF HOME BASED EXERCISE TRAINING (HBET) ON THE QUALITY


OF LIFE OF HEART FAILURE PATIENTS IN THE WORKING AREA OF PUSKESMAS
PUSKESMASWATERDONG BANDAR LAMPUNG CITY YEAR 2020

Introduction: Based on lampung provincial health office data, in 2016 with inpatient data on
heart failure clients, there were 637 clients in 2015 and an increase of 1106 clients in 2016,
which means an increase of 469 clients by a percentage of 42.6%. while outpatients gained
794 clients in 2015, and increased to 1462 clients in 2016, with an increase of 668 clients
(45.6%)
Purpose: Known influence of home based exercise training (HBET) on the quality of life of
heart failure patients in The Working Area of Gedong Air Puskesmas Bandar Lampung City
Year 2020.
Method: Quantitative research type. Pre experimental research design with one group
pretes-postes design approach. The population and sample are all patients at Gedong Air
Health Center bandar Lampung. Sampling techniques are purposive aside. Univariate and
bivariate data analysis using chisquare test
Result : Average quality of life before being given home based exercise training (HBET) with
a mean of 35.93 standard deviation of 6,770, after home based exercise training (HBET)
with a mean of 57.13 standard deviation of 7,469. The results of bivariate data analysis
using t-test test obtained p-value value 0,000 < 0.05 then can be drawn conclusion there is
an influence of home based exercise training (HBET) on the quality of life of heart failure
patients in PuskesmasGedong Air Bandar Lampung City. This home based exercise training
(HBET) physical exercise should be an integral part of the rehabilitation program for heart
failure patients after returning from the hospital so that the results are better and can be
realized into the patient's favorite activity
Keywords : Home Based Exercise Training (HBET), Quality of Life, Heart Failure

EFEKTIVITAS HOME BASED EXERCISE TRAINING (HBET) TERHADAP KUALITAS


HIDUP PASIEN GAGAL JANTUNG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUSKESMAS
GENDONG AIR KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2020

Pendahuluan: Berdasarkan data DinasKesehatanProvinsi Lampung, tahun 2016 dengan


data rawat inap pada klien gagal jantung, didapat 637 klien pada tahun 2015 dan mengalami
kenaikan sebanyak 1106 klien pada tahun 2016, yang artinya mengalami peningkatan
sebanyak 469 klien dengan persentase 42.6%. sedangkan pada klien rawat jalan didapat
794 klien pada tahun 2015, dan mengalami peningkatan menjadi 1462 klien pada tahun
2016, dengan peningkatan 668 klien (45.6%)
Tujuan: Diketahui pengaruh home based exercise training (HBET) terhadap kualitas hidup
pasien gagal jantung di Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Air Kota Bandar Lampung Tahun
2020.
Metode: Jenis penelitian Kuantitatif. Rancangan penelitian pra eksperimental dengan
pendekatan one group pretes-postes design. Populasi dan sampel adalah seluruh pasien di
Puskesmas Gedong Air Kota Bandar Lampung.Tehnik sampling adalah purposive samping.
Analisa data univariat dan bivariat mengguankan uji uji chisquare
Hasil : Rata-rata kualitas hidup sebelum diberi home based exercise training (HBET)
dengan mean 35,93 standar deviasi 6,770, sesudah home based exercise training (HBET)
dengan mean 57,13 standar deviasi 7,469. Hasil analisa data bivariat menggunakan uji t-tes
didapat nilai p-value 0,000 < 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan terdapat pengaruh home
based exercise training (HBET) terhadap kualitas hidup pasien gagal jantung Di Puskesmas
Gedong Air Kota Bandar Lampung. Latihan fisik home based exercise training (HBET) ini
hendaknyamenjadi bagian integral program rehabilitasi pasien gagal jantung setelah pulang
dari rumah sakit sehingga hasilnya lebih baik dan dapat diwujudkan menjadi aktifitas
kesukaan pasien

Kata Kunci :Home Based Exercise Training (HBET), Kualitas Hidup, Gagal Jantung.

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Gagal jantung merupakan suatu sindrom klinis akibat dari kelainan struktur atau fungsi
jantung yang ditandai dengan sesak nafas atau lelah bila beraktifitas, dan pada kondisi berat
dapat muncul ketika waktu beristirahat, tanda retensi cairan seperti kongesti paru atau
bengkak pergelangan kaki (Chris et al., 2014).Penyakit kardiovaskular masih menjadi
ancaman dunia (global threat) dan merupakan penyakit yang berperan utama sebagai
penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menyebutkan, lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan
pembuluh darah. Sedangkan sebagai perbandingan, HIV/ AIDS, malaria dan TBC secara
keseluruhan membunuh 3 juta populasi dunia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018, angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Setidaknya, 15 dari 1000 orang, atau sekitar 2.784.064
individu di Indonesia menderita penyakit jantung (Riskesdas, 2018).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, tahun 2016 dengan data rawat
inap pada klien gagal jantung, didapat 637 klien pada tahun 2015 dan mengalami kenaikan
sebanyak 1106 klien pada tahun 2016, yang artinya mengalami peningkatan sebanyak 469
klien dengan persentase 42.6%. sedangkan pada klien rawat jalan didapat 794 klien pada
tahun 2015, dan mengalami peningkatan menjadi 1462 klien pada tahun 2016, dengan
peningkatan 668 klien (45.6%) (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2016)
Gagal jantung juga merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat menyebabkan
penurunan kualitas hidup. Hal ini dikarenakan gagal jantung dapat memberikan dampak
yang negatif terhadap pemenuhan kebutuhan dasar; adanya perubahan citra tubuh;
kurangnya perawatan diri, perilaku dan aktivitas sehari-hari; kelelahan kronis; disfungsi
seksual; dan kekhawatiran tentang masa depan. Ketidakmampuan pada klien gagal jantung
untuk beradaptasi terhadap penyakitnya, termasuk didalamnya mengenal secara dini dari
gejala penyakit (seperti sesak napas, intoleransi aktivitas, dan kelelahan) yang akan
memengaruhi kehidupan yang dijalaninya setiap hari (Pudiarifanti, Pramantara & Ikawati,
2015; Djamaludin., Deria, 2018)
Latihan fisik yang meliputi mobilisasi inididasarkan pada tingkat kesadaran pasien
dankebutuhan individual. Hal yang penting untukdiperhatikan adalah bahwa program
latihansebaiknya dimonitor berdasarkan target frekuensidenyut nadi dan perceived exertion.
Apabilaterjadi gejalagagal jantung, ortopedik maupunneuromuskular, perlu dilakukan
peninjauan ulang terhadap program latihan fisik (Yeni, 2014).
Latihan fisik yang berupa mobilisasi ringansudah dapat dilakukan sejak 48 jam setelah
gagal jantungsepanjang tidak terdapat ada kontraindikasi.Latihan fisik yang berupa
mobilisasi ini dapatdilakukan terbatas pada aktivitas sehari-harimisalnya gerakan tangan
dan kaki danpengubahan postur.Program latihan biasanya berupa terapi fisik ambulatory
yang diawasi(Yeni, 2014).
Aktivitas merupakan suatu proses gerakanyang berasal dariotottubuh,
terjadikarenaadanyaenergi yang dikeluarkan yang dilaksanakan untuk tujuan tertentu.
Aktivitas bertujuan menjaga performance dan mencegah terjadinya seran ganberulang.
Meskipun hasil penelitian menyatakan latihan fisik bermanfaat bagi pasien gagal jantung,
tetapi belum banyak diterapkan. hal ini dibuktikan pada penelitian yang menunjukkan bahwa
tujuh puluh sampai delapan puluh prosen pasien penyakit arteri koroner tidak berpartisipasi
dalam program rehabilitasi jantung. Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa hal diataranya:
biaya, kemampuan akses layanan oleh masyarakat, dan format latihan yang ditawarkan
(Wirawati, 2017).
Home-based exercise training (HBET) dapat menjadi salah satu pilihan latihan fisik dan
alternatif solusi rendahnya partisipasi pasien mengikuti latihan fisik. HBET merupakan
latihan fisik terprogram yang dapat dijalankan oleh pasien secara mandiri di rumah. Di
Indonesia latihan fisik dilakukan secara terpusat di rumah sakit. Data resmi tentang cakupan
dan partisipasi program ini pada pasien gagal jantung di Indonesia belum didapatkan.
Sampai saat ini penulis belum mendapatkan laporan adanya program latihan fisik dan
pedoman latihan fisik yang terpusat di rumah sakit maupun HBET (Suharsono, 2013)

METODE PENELITIAN
Jenis penelitan menggunakan kuantitatif, rancangan penelitian pra eksperimen dengan
pendekatan one group pretes-postes design, populasi dan sampel yaitu penderita gagal
jantung, teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, penelitian akan
dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Air Kota Bandar Lampung Tahun 2020 pada
bulan Juli

Hasil Penelitian

Karakteristik Responden
Tabel 4.1
Distribusi Karakteristik Responden Gagal Jantung Berdasarkan Usia,
Pendidikan, Jenis Kelamin Di Puskesmas Gedong Air
Kota Bandar Lampung Tahun 2020
Usia F Persentase (%)
20- 30 Tahun 6 40,0
>30 Tahun 9 60,0
Jenis Kelamin F Persentase (%)
Laki-laki 7 46,7
Perempuan 8 53,3
Pendidikan F Persentase (%)
SD-SMP 6 40,0
SMA 7 46,7
Perguruan Tinggi 2 13,3
Total 15 100

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata usia responden
adalah usia >30 tahun sebanyak 9 responden (60%), dan jenis kelamin terbanyak
adalah Perempuan sebanyak 8 responden (53,3%) dan pendidikan terbanyak adalah
kategori menengah yaitu pendidikan SMA 7 responden (46,7%).
Uji Normalitas
Tabel 4.2
Uji Normalitas
Kualitas Hidup N P-Value
Pretes 15 0,403
Postes 15 0,716

Uji normalitas adalah uji prasyarat sebelum dilakukannya uji perbedaan atau
pengaruh (compare means). Pada penelitian ini peneliti menggunakan uji normalitas
shapirowilk dengan ketentuan : Jika nilaip-value > 0,05 maka distribusi normal Jika
nilaip-value < 0,05 maka distribusi tidak normal, p-value pada pengukuran pretes
didapat nilai 0,403> 0,05dan pada pengukuran postes didapat nilai 0,716> 0,05
maka data berdistribusi normal dan selanjutnya dapat dilakukan uji t-tes.
Analisis Univariat
a. Rata-rata Kualitas Hidup (Pre-test)
Pada analisa univariat sebelum dilakukan intervensi dilakukan pengukuran kualitas
hidup terlebih dahulu, dan didapat rata-rata kualitas hidup pada 15 responden seperti
dibawah ini.
Tabel 4.3
Kualitas Hidup Pasien Gagal Jantung Sebelum Diberi Home Based Exercise
Training (HBET) Di Puskesmas Gedong Air
Kota Bandar Lampung Tahun 2020
N= 15
Kualitas Hidup Mean SD Min-Max CI; 95%
Pretes 35,93 6,770 25-48 31,80-40,07

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat dijelaskan bahwa sebelum (pre-test)


perlakuanHome Based Exercise Training (HBET) rata-rata kualitas hidupp dengan
mean 35,93 standar deviasi 6,770.
b. Rata-rata Kualitas Hidup (Post-test)
Setelah dilakukan perlakuan (posttest) pemberian sesudah diberi home based
exercise training (HBET), maka didapatkan kualitas hidup sebagaimana dapat dilihat
pada uraian berikut.
Tabel 4.4
Kualitas Hidup Pasien Gagal Jantung Sesudah Diberi Home Based Exercise
Training (HBET) Di Puskesmas Gedong Air
Kota Bandar Lampung Tahun 2020
Kualitas Hidup Mean SD Min-Max CI; 95%
Pretes 57,13 7,469 45-68 53,38-60,88

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat dijelaskan bahwa sesudah (posttes)


perlakuanHome Based Exercise Training (HBET) rata-rata kualitas hidup dengan
mean 57,13 standar deviasi 7,469.
Analisis Bivariat
Pada analisa bivariat, setelah diketahui data berdistribusi normal selanjutnya
dapat dilakukan uji t-tes dependen, dikarenakan hanya mengguanakan satu
kelompok perlakukan, dan tidak ada kelompok pembanding, selanjutnya antara
pretes dan postes diuji dengan analisa one sampel t-tes untuk melihat adakah
perbedaan antara sebelum dan sesudah diberi intervensi.
Tabel 4.5
Pengaruh Home Based Exercise Training (HBET) Terhadap Kualitas Hidup
Pasien Gagal Jantung Di Puskesmas Gedong Air
Kota Bandar Lampung Tahun 2020
Kualitas
Mean SD t P-value 95%CI
Hidup
Pretes 35,93±7,469
Postes 57,13±6,770 11,919 0,000 -25,015- 17,385

Berdasarkan tabel4.5 dapat diketahui bahwa pada hasil analisis diperoleh


peningkatan kualitas hidup responden gagal jantung sebelum dan sesudah diberi
home based exercise training (HBET) dengan perubahan mean 35,93 menjadi 57,13.
Hasil analisa data bivariat menggunakan uji t-tes didapat nilai p-value 0,000 <
0,05 maka dapat ditarik kesimpulan terdapat pengaruh home based exercise training
(HBET) terhadap kualitas hidup pasien gagal jantung Di Puskesmas Gedong Air Kota
Bandar Lampung Tahun 2020.

Pembahasan
1. Kualitas Hidup Pasien Gagal Jantung Sebelum Diberi Home Based Exercise
Training (HBET) Di Puskesmas Gedong Air Kota Bandar Lampung Tahun 2020

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa sebelum (pre-test) perlakuan


Home Based Exercise Training (HBET) rata-rata kualitas hidup dengan mean 35,93
standar deviasi 6,770.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wirawati (2014)
Pengaruh Home Based Exercise Training (HBET) Terhadap Self Efficacy Pasien
Gagal Jantung di RSUD Tugurejo Semarang.Hasil analisis dengan menggunakan uji
t yang hasilnya didapatkan bahwa terdapat pengaruh bermakna Home Based
Exercise Training (HBET) terhadap self efficacy (p=0,00 ). Hasil analisis dengan uji t
didapatkan bahwa rerata perbedaan skor self efficacy responden sebelum dan
setelah intervensi HBET pada perempuan lebih tinggi yaitu 3,82 dibandingkan
dengan laki-laki sebesar 3,68. Hasil analisis juga didapatkan nilai p = 0,82, yang
berarti bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara rerata perbedaan skor self
efficacy responden sebelum dan setelah intervensi HBET antara laki-laki dengan
perempuan.
Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Majid (2019) Gagal
Jantungadalah suatu kondisi di mana jantung mengalami kegagalan dalam
memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen
secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna
menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau
mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa
darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak
mampu memompa dengan kuat
Menurut peneliti pasien dengan gagal jantung juga sering memiliki masalah
psikologi seperti cemas, gangguan tidur, depresi, dan sensitifitas berlebihan yang
mengakibatkan kualitas hidup pasien menurun.Sejalan pendapat Sullivan et al.,
(2009; Artama, 2017) Terjadinya masalah psikososial dan penurunan kualitas hidup
pada klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler sangat dimungkinkan, karena
klien sering mengalami rehospitalisasi. Masalah psikososial tersebut dapat memicu
peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol dan pada proses selanjutnya akan
mengganggu kontraksi jantung. Hasil penelitian lain juga memaparkan bahwa
pemahaman tentang penyakit CHF berpengaruh terhadap terjadinya readmission
klien.
2. Kualitas Hidup Pasien Gagal Jantung Sesudah Diberi Home Based Exercise
Training (HBET) Di Puskesmas Gedong Air Kota Bandar Lampung Tahun 2020

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa sesudah (posttes)


perlakuanHome Based Exercise Training (HBET) rata-rata kualitas hidup dengan
mean 57,13 standar deviasi 7,469.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wirawati (2014) Pengaruh
Home Based Exercise Training (HBET) Terhadap Self Efficacy Pasien Gagal
Jantung di RSUD Tugurejo Semarang.Hasil analisis dengan menggunakan uji t yang
hasilnya didapatkan bahwa terdapat pengaruh bermakna Home Based Exercise
Training (HBET) terhadap self efficacy (p=00,000). Hasil analisis dengan uji t
didapatkan bahwa rerata perbedaan skor self efficacy responden sebelum dan
setelah intervensi HBET pada perempuan lebih tinggi yaitu 3,82 dibandingkan
dengan laki-laki sebesar 3,68. Hasil analisis juga didapatkan nilai p = 0,82, yang
berarti bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara rerata perbedaan skor self
efficacy responden sebelum dan setelah intervensi HBET antara laki-laki dengan
perempuan.
Sejalan dengan pendapat yang dikemukan oleh Kaawoan (2012), kualitas
hidup ini didefinisikan sebagai konsep yang disusun untuk menilai bagaimana
pengaruh terhadap klien, Penyakit yang dialami klien tersebut memengaruhi individu
yang sakit secara keseluruhan meliputi kepribadian, kemampuan adaptasi, serta
harapan untuk hidup sehat. Beberapa pasien hanya mampu mengenal dengan pasti
pada saat gejala penyakit itu sudah dirasakan sangat berat, sedangkan yang lainnya
dapat mengenal gejala dini penyakitnya yang sampai dapat menyebabkan klien ini
tidak mampu lagi untuk merawat diri dan kemungkinan mempunyai kualitas hidup
yang rendah.
Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas dapat dijelaskan bahwa penderita
gagal jantung sangat memerlukan program rehabilitatif berupa latihan fisik yang
dapat dialkukan dirumah seperti Home Based Exercise Training (HBET).Latihan fisik
pada penderita gagal jantung bertujuan untuk mengoptimalkan kapasitas fisik tubuh,
memberi penyuluhan pada pasien dan keluarga dalam mencegah perburukan dan
membantu pasien untuk kembali dapat beraktivitas fisik seperti sebelum mengalami
gagal jantung.
Latihan fisik yang meliputi mobilisasi ini didasarkan pada tingkat kesadaran
pasien dan kebutuhan individual. Hal yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa
program latihan sebaiknya dimonitor berdasarkan target frekuensi denyut nadi dan
perceived exertion. Apabila terjadi gejala gagal jantung, ortopedik maupun
neuromuskular, perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap program latihan. Latihan
fisik yang berupa mobilisasi ringan sudah dapat dilakukan sejak 48 jam setelah CHF
sepanjang tidak terdapat ada kontraindikasi. Latihan fisik yang berupa mobilisasi ini
dapat dilakukan terbatas pada aktivitas sehari-hari misalnya gerakan tangan dan kaki
dan pengubahan postur.Program latihan biasanya berupa terapi fisik ambulatory
yang diawasi (Marchionni et al., 2007).

3. Pengaruh Home Based Exercise Training (HBET) Terhadap Kualitas Hidup


Pasien Gagal Jantung Di Puskesmas Gedong Air Kota Bandar Lampung Tahun
2020

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa pada hasil analisis diperoleh
peningkatan kualitas hidup responden gagal jantung sebelum dan sesudah diberi
home based exercise training (HBET) dengan perubahan mean 35,93 menjadi 57,13.
Hasil analisa data bivariat menggunakan uji t-tes didapat nilai p-value 0,000 <
0,05 maka dapat ditarik kesimpulan terdapat pengaruh home based exercise training
(HBET) terhadap kualitas hidup pasien gagal jantung di Puskesmas Gedong Air
Kota Bandar Lampung Tahun 2020.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Suharsono (2013)
Dampak Home Based Exercise Training Terhadap Kapasitas Fungsional Pasien
Gagal Jantung. P value 0.018 (á=0.05), kekuatan hubungan sedang (r = 0.487)
dengan arahnegatif. Ini berarti bahwa semakin tinggikapasitas fungsional akan
semakin minimalgejala fisik yang dialami oleh pasien gagaljantung.
Menurut Wirawati(2014) Aktivitas merupakan suatu proses gerakanyang
berasal dari otot tubuh, terjadi karena adanya energi yang dikeluarkan yang
dilaksanakan untuk tujuan tertentu. Aktivitas bertujuan menjaga performance dan
mencegah terjadinya serangan berulang. Meskipun hasil penelitian menyatakan
latihan fisik bermanfaat bagi pasien gagal jantung, tetapi belum banyak diterapkan.
hal ini dibuktikan pada penelitian yang menunjukkan bahwa tujuh puluh sampai
delapan puluh prosen pasien penyakit arteri koroner tidak berpartisipasi dalam
program rehabilitasi jantung. Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa hal diataranya:
biaya, kemampuan akses layanan oleh masyarakat, dan format latihan yang
ditawarkan
Home based exercise training merupakan latihan fisik terstruktur dengan
formula tertentu yang dilakukan di rumah tanpa supervisi tetapi memerlukan
kunjungan rumah yang teratur untuk memberikan umpan balik. Peran dan keefektifan
home based exercise training pada pasien dengan gagal jantung masih perlu
dilakukan review secara detail, termasuk pengaruh home based exercise training
terhadap kapasitas fungsional, adaptasi perifer, dan kualitas hidup (Hwang, Redfern,
& Alison, 2008; Suharsono, 2013).
Menurut peneliti, aktivitas atau latihan fisik pada penderita gagal jantung
hanyalah berupa gerakan ringan yang mampu dilakukan di rumah, responden
melakukan aktivitas rutin harian di rumah sesuai dengan kemampuannya. Aktivitas
yang rutin ini dapat dianggap sebagai bentuk latihan fisik yang diwujudkan dalam
bentuk aktivitas sehari-hari. Sebagian besar aktivitas yang dilakukannya berupa
kegiatan jalan kaki, membersihkan rumput dan bersepeda menuju tempat kerja
merupakan bentuk dari latihan aerobic dan pembebanan. Sejalan dengan penelitian
Myers (2008)Metode ini terbukti efektif untuk tetap menjaga bahkan meningkatkan
kemampuan fungsional. Ini didukung oleh, tipe latihan fisik yang sesuai bagi pasien
gagal jantung adalah aerobik yang bersifat dinamis dan latihan tahanan ringan.
Latihan fisik pada gagal jantung sedang menjadi topik yang sering didiskusikan untuk
menjadi bagian dari terapi standar pasien gagal jantung. Perubahan fisiologis,
psikologis dan muskuloskeletal akibat latihan fisik dilaporkan dapat meningkatkan
kapasitas fungsional.
HBET diketahui secara positif meningkatkan kapasitas fisik, menurunkan berat
badan, memperbaiki kontrol syaraf otonom, fungsi endotel pembuluh darah, dan
peningkatan kapasitas oksidasi otot skelet (Hwang, Redfern & Alison, 2008). Menurut
(Lewa dkk, 2010). Orang yang tekanan darahnya cenderung tinggi dikarenakan
kurang aktif dalam melakukan home based exercise training sehingga dapat
menimbulkan komplikasi lain. Home based exercise training dapat dilakukan berupa
jalan kaki, tipe latihan fisik ini efektif bagi pasien hipertensi, latihan ini bersifat
dinamis dan tahanan ringan. Latihan ini dilakukan dengan durasi 30 menit selama 2
minggu, frekuensi 3 kali dalam 1 minggu (Tahlil, Rahmaita dan Mudatsir, 2017).
Home based exercise training sangat berpengaruh terhadap penurunan
tekanan darah. Selain itu, juga dapat mengurangi resiko penyakit lain, orang yang
aktif melakukan aktivitas fisik akan membuat otot jantung bekerja lebeih keras (dari
pembuluh koroner yang memberikan suplai) agar bugar dan berfungsi normal
memompa darah keseluruh tubuh. Aktivitas fisik dapat memperderas aliran darah
kedalam koroner jantung, dengan demikian kecukupan oksigen jantung terpenuhi
untuk bisa tetap cukup berdegup. Bukan hanya itu, kelenturan pembuluh darah arteri
yang terlatih menguncup dan mengembang akan terbantu oleh mengejangnya otot-
otot tubuh yang berada diarea dinding pembuluh darah saat melakukan aktivitas fisik.
Sehingga menybabkan tekanan darah cendrung lebih rendah, perlengketan antar sel
darah yang bisa berakibat gumpalan bekuan darah dan penyumbatan pembuluh
darah bisa berkurang. Hal ini sejalan dengan pendapat (Moniga dkk, 2016). Bahwa
aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dengan baik bisa memberikan pengaruh
terhadap penurunan tekanan darah serta keadaan tubuh yang lebih baik dan
seimbang. Pengaruh jangka panjang latihan fisik secara teratur memberikan efek
pada pembuluh darah diantranya: pembuluh darah akan melebar, saraf simpatis dan
parasimpatis pembuluh darah, hal ini membuat tubuh lebih sehat dan bugar sehingga
seseorang lebih produktif. Home Based Exercise Training yang dilakukan secara
teratur akan memberikan hasil peningkatan kerja sistem respirasi, sistem
kardiovaskuler, menguatkan otot-otot rangka dan dapat meningkatkan curah jantung
yang akan disertai meningkatnya distribusi oksigen kebagian tubuh yang
membutuhkan, dimana akan berpengaruh pada tekanan darah serta dapat
mengontrol tekanan darah dan dapat meningkatkan kualitas hidup (Penggalih,
Hardiyanti dan Sani, 2015).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pada bab sebelumnya maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Usia responden adalah usia > 30 tahun sebanyak 9 responden (60%), dan jenis
kelamin terbanyak adalah Perempuan sebanyak 8 responden (53,3%) pendidikan
terbanyak adalah kategori menengah 7 responden (46,7%).
2. Rata-rata kualitas hidup sebelum diberi home based exercise training (HBET)
dengan mean 35,93 standar deviasi 6,770.
3. Rata-rata kualitas hidup sesudah home based exercise training (HBET) dengan
mean 57,13 standar deviasi 7,469.
4. Hasil analisa data bivariat menggunakan uji t-tes didapat nilai p-value 0,000 < 0,05
maka dapat ditarik kesimpulan terdapat pengaruh home based exercise training
(HBET) terhadap kualitas hidup pasien gagal jantung Di Puskesmas Gedong Air
Kota Bandar Lampung Tahun 2020.

Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan bagi institusi pendidikan khususnya prodi Keperawatan Universitas
Malahayati Bandar Lampung untuk meningkatkan pendidikan dibidang keperawatan
komplementer terkait latihan fisik yang terprogram untuki meningkatkan aktivitas fisik
dan kualitas hidup pasien gagal jantung.
2. Bagi Puskesmas Gedong Air Kota Bandar Lampung
Institusi pelayanan kesehatan diharapkan agar dapat melakukan home based
exercise training (HBET)secara terstruktur dan dibentuk suatu protap (SOP) khusus
agar dalam perawatan dan pengobatan terjadi perubahan self care dan quality of life
yang lebih baik terhadap pasien gagal jantung.
3. Bagi Responden
Latihan fisik home based exercise training (HBET) ini hendaknyamenjadi bagian
integral program rehabilitasi pasien gagal jantung setelah pulang dari rumah sakit
sehingga hasilnya lebih baik dan dapat diwujudkan menjadi aktifitas kesukaan pasien
4. Bagi Peneliti Lain
Bagi penelitian lain yang ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan
upaya meningkatkan kualitas hidup pasien gagal jantung dengan aktivitas fisik
lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Adeilida, (2012). Hubungan Motivasi Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Gagal Jantung.
Universitas Semarang. Skripsi.

Akhmad, ArifNur, (2016). Kualitas Hidup Pasien Gagal Jantung Kongestif (GJK)
Berdasarkan Karakteristik Demografi. Universitas Muhamadiyah : Yogyakarta. Jurnal.

Alligood, (2010). Nursing theory and their work. (6 thed). St. Louis: Mosby Elsevier.

American Heart Association. (2013). Heart Disease And Stroke Statistic. Diperoleh pada
tanggal 12-10-17 dari http:// ahajournal.org.com.
Chris Tanto, et al." Ed 4 (2014). Kedokteran, Kapita Selekta.: 835-839.

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. (2016). Data Gagal Jantung Provinsi Lampung.

Djamaludin, D., Tua, R., & Deria, D. (2018). HUBUNGAN SELF CARE TERHADAP
KUALITAS HIDUP PADA KLIEN GAGAL JANTUNG DI POLI JANTUNG RSUD DR. H.
ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017. Holistik Jurnal
Kesehatan, 12(3), 178-188.

Hadi., Amin, (2013). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan NANDA.
Mediaction Publishing.

Halimuddin, H. (2014). ANALISIS FRAKSI EJEKSI KLIEN GAGAL JANTUNG PRE DAN
POST PENERAPAN MODEL AKTIVITAS DAN LATIHAN INTENSITAS
RINGAN. Idea Nursing Journal, 5(2), 67-77.
Hutagaol, E. F. (2017). Peningkatan Kualitas Hidup Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik
Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Melalui Psychological Intervention Di Unit
Hemodialisa Rs Royal Prima Medan Tahun 2016. Jumantik (Jurnal Ilmiah Penelitian
Kesehatan), 2(1), 42-59.
Kemenkes, R. I. (2018). Hasil utama RISKESDAS 2018. Online) http://www. depkes. go. id/
resources/ download/ info-terkini/ materi_rakorpop_2018/Hasil% 20
Riskesdas, 202018.

Majid, Abdul. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Pustaka Baru: Yogyakarta.
Manurung, N. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Trans Info
Media: Jakarta.
Mubin. (2012). Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC.

Naga. (2012). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Diva Press : Yogyakarta.

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: RinekaCipta.

Octaviani, L., & Wirawati, M. K. (2018). RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP


PENURUNAN INTENSITAS MUAL MUNTAH PASIEN KANKER DENGAN
KEMOTERAPI. Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan, 2(1), 14-21.

PERKI. (2019). Hari Jantung Sedunia (World Heart Day): Your Heart is Our Heart Too
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PE RKI).
Riegel, B., Carlson, B., Moser, D. K., Sebern, M., Hicks, F. D., & Roland, V. (2004).
Psychometric testing of the self care of heart failure. Journal of Cardiac Failure,
10(4), 350-359.

Riset Kesehatan Dasar Kementrian KesehatanBadan Penelitian Dan Pengembangan


Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (2018). Data Riset Kesehatan Dasar.

Saferi, dkk. (2013). Keperawatan Medikal Bedah (KMB). Nuha Medika : Yogyakarta.

Sekarsari, R. (2016). Gambaran Aktivitas Sehari-Hari Pada Pasien Gagal Jantungkelas II


Dan III Di Poli Jantung RSU Kabupaten Tangerang.Universitas Muhammadiyah
Tangerang.

Smeltzer & Bare (2013). Keperaawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Statistik, B. P. (2016). Provinsi Lampung dalam angka. Provinsi Lampung. Indonesia.

Subhakti, K. A. (2014). Hubungan dukungan keluarga dengan tindakan penderita TB paru


melakukan kontrol ulang di Puskesmas Sidomulyo (Doctoral dissertation, Riau
University).

Suharsono, T. (2015). Dampak home based exercise training terhadap kapasitas fungsional
pasien gagal jantung. Jurnal Keperawatan, 4(1).
Sukarmin, (2016). Aplikasi Model Self Care Orem dan NIC NOC Pada Asuhan Keperawatan
Pasien Penyakit Gagal Jantung. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

Sutrisno, I. T. (2018). PENGARUH SPIRITUAL CARING DENGAN MUROTTAL


TERHADAP STRES, CEMAS, DAN DEPRESI PADA PASIEN KANKER SERVIKS
STADIUM IIIB YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RSUD DR. SOETOMO
SURABAYA (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).
Udjianti, WajanJuni, (2011). Keperawatan Kardiovaskuler. Salemba Medika : Jakarta.

Viktorin, A., Uher, R., Reichenberg, A., Levine, S. Z., & Sandin, S. (2017). Autism risk
following antidepressant medication during pregnancy. Psychological
medicine, 47(16), 2787-2796.
Wahyuni, A., & Kurnia, O. S. (2014). Hubungan Self Caredan Motivasi dengan Kualitas
Hidup Pasien Gagal Jantung. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 2(2).
Wahyuni, Aria, (2014). Hubungan Self Care Dan Motivasi Dengan Kualitas Gagal Jantung.
Stikes Bukit Tinggi :Jurnal

Wilyam, Albertus, (2015). Kualitas Hidup Pada Pasien Yang Menjalani Perawatan Pernyakit
Kronis. Salemba Medika :Jakrta.

Yeni, N. (20194). Pengelolaan Penurunan Curah Jantung Pada Tn. D Dengan Congestive
Heart Failure (Chf) Di Ruang Cempaka Rsud UnGARAN (Doctoral dissertation,
Universitas Ngudi Waluyo).

Kaawoan, A. Y. (2012). Hubungan Self Care Dan Depresi Dengan Kualitas Hidup Pasien
Heart Failure Di RSUP DR RD Kandou Manado. Universitas Indonesia, 1-87.

You might also like