Peran Serikat Pekerja Dan Karyawan Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

Peran Serikat Pekerja Dan Karyawan

Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance

Oleh :
Arif Nugroho
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Serang Raya
E-mail : Ariyul_8784@yahoo.com

ABSTRACT

Implementation of Good Corporate Governance (GCG) driven by two objectives


:the implementation of Good Corporate Citizenship and the interests strengthening of the
company and economy.Attention employee relationship with companies that implement
good corporate governance with two objectives:1. Employee have the benefit of the
company is growing. Employee need income for survival and self- actualization of the
company. Because it requires continuity of income for their livelihoods, they also need
employee who have continuity of work where continuity of their business. 2. Employee
have an interest in the fulfillment of the rights of employee. Labor as a factor of
production need to be treated well and secure their rights in accordance with the Act in
force, so that the industrial relations that occur going well.
Employee and Labor Union in GCG implementation can act as a responsible
wishetlblower, which is intended only for the betterment of the company, not for personal
interest or a certain group or competitor companies. Besides as wishetlblower also play an
active role in the creation and implementation of the Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
with respect to internal and external conditions, so there is always harmony between
the employer / company management in order to progress.

Key Word : Good Corporate Governance (GCG), Employee, Labor Union, Wishetlblower,
Perjanjian Kerja Bersama (PKB)

A. PENDAHULUAN
an, di Amerika Serikat terjadi pergeseran
Good Corporate Governance tersebut disebabkan tantangan-tantangan
(GCG) adalah salah satu pilar dari sistem stakeholder sebagai berikut (Lawrence et
ekonomi pasar. GCG berkaitan erat al., 2005) :
dengan kepercayaan baik terhadap 1. Advokasi konsumen yang
perusahaan yang melaksanakannya diperlopori oleh Ralph Nader,
maupun terhadap iklim usaha di suatu melawan industry otomotif AS untuk
negara (Boediono dalam KNKG, 2006). memproduksi kendaraan yang lebih
Penerapan GCG didorong oleh adanya aman, minta produk yang aman,
dua tujuan yaitu penerapan Good informasi yang akurat dan harga
Corporate Citizenship dan kepentingan yang kompetitif.
penguatan perusahaan dan perekonomian. 2. Aktivis lingkungan pada peringatan
Penerapan Good Corporate hari bumi yang pertama tahun 1970
Citizenship karena pengelolaan menyerukan agar perusahaan
perusahaan mulai bergeser titik bertanggung jawab atas kualitas
perhatiannya bukan hanya keuntungan udara dan air.
untuk pemegang saham yang diutamakan 3. Aktivis anti perang Vietnam
namun juga kepentingan pihak lain menuntut industry militer untuk
(stakeholder) yang terkait perusahaan. mengganti produk mereka dari
Sejak tahun 1960 an sampai dengan 1970

56
Arif Nugroho, Peran Serikat Pekerja Dan Karyawan Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance 57

senjata menjadi produk-produk yang waktu krisis ekonomi, penelitian Kurniati


cinta damai. dan Yanfitri (2010) menemukan bukti
4. Kelompok Afrika – Amerika empiris akan meningkatkan industri
membuat gerakan hak-hak sipil yang keluar dari industri (tutup usaha),
untuk mengakhiri praktek- praktek sedangkan perusahaan baru berdiri yang
diskriminatif dalam perekrutan, masuk ke industri relatif sedikit.
promosi dan pelatihan karyawan. Meningkatnya perusahaan yang tutup
5. Kelompok wanita menuduh bisnis atau menurunkan tingkat produksinya
telah mempraktekan bias gender dan akan timbul gelombang pemutusan
diskriminasi hubungan pekerja. Memperhatikan
6. Para pekerja tanpa membedakan ras korban utama adalah pekerja, maka
dan jenis kelamin mendorong kondisi penerapan GCG harus menjadi perhatian
kerja yang lebih aman. pekerja.
7. Masyarakat memprotes pemakaian Penerapan GCG disamping
material yang beracun untuk alat bermanfaat bagi pekerja juga bermanfaat
transportasi dan pembangunan bagi perusahaan. Perusahaan yang
pembangkit energy listrik memakai melaksanakan GCG dengan baik secara
nuklir. tidak langsung juga melaksanakan Good
Kepentingan penguatan perusahaan Corporate Citizenship. Berdasarkan
dan perekonomian karena krisis penelitian menunjukan bahwa 81%
ekonomi suatu negara dapat disebabkan konsumen lebih cenderung untuk
oleh pengelolaan usaha yang tidak benar membeli barang dari perusahaan yang
atau sebaliknya, yaitu pengelolaan melaksanakan Good Corporate
ekonomi yang tidak benar juga Citizenship, meskipun harga dan
menyebabkan suatu perusahaan juga kualitas produk sama dengan pesaing.
mengalami krisis. Kasus krisis ekonomi Survey tahun 2002 terhadap 25.000
di Indonesia tahun 1998 yang orang di 23 negara menunjukan bahwa
berkepanjangan dan menjadi krisis Corporate Citizenship memiliki dampak
multidemensi disebabkan karena kurang lebih pada persepsi public tentang
hati-hatinya pengelolaan hutang swasta perusahaan dibandingkan dengan
luar negeri sehingga menjadi permainan kualitas merek atau fundamental bisnis
spekulan valuta asing. Krisis (Lawrence et al., 2005). Mukhopadhyay
perekonomian di Amerika Serikat tahun et al. (2012) menemukan bukti empiris
2008 karena kurang kehati-hatian bahwa beberapa penelitian pada negara
penerapan manajemen resiko kredit maju dan berkembang telah
tingkat korporasi sehingga menyebabkan menyimpulkan perusahaan yang
perekonomian Amerika menjadi krisis. menerapkan GCG akan memiliki kinerja
Krisis perekonomian di zona Eropa keuangan yang lebih baik. Penerapan
disebabkan oleh defisit fiscal yang GCG yang baik pada perusahaan telah
dilaksanakan oleh pemerintahan beberapa menyebabkan :
zona Eropa yang menyeret dunia usaha 1. Peningkatan akses terhadap
mengalami krisis karena menurunnya pendanaan eksternal yang
permintaan yang bersamaan dengan mengakibatkan peningkatan efisiensi
menurunnya daya beli masyaraka karena pengetahuan investor
Penerapan Corporate Citizenship meningkat terkait dengan strategi
yang tidak baik dan adanya krisis perusahaan.
perekonomian menjadi korban utama 2. Biaya modal yang lebih rendah
adalah pekerja. Pada tataran corporate 3. Peningkatan kinerja operasional
citizenship yang tidak baik, pekerja dengan pengelolaan yang lebih
biasanya dapat tidak diberikan hak- efisien dan alokasi asset lebih baik.
haknya dan dieksploitasi untuk 4. Kinerja keuangan dan nilai
kepentingan perusahaan sepihak. Pada perusahaan tinggi seperti yang terlihat
58 Jurnal Administrasi Negara, Volume 3, Nomor 1, Sept-Des 2014, halaman 56-73

dalam: sama seperti penelitian Grandmont et


• Peningkatan Economic Value Added al pada tahun 2004 di Amerika Lain,
(EVA). Berdasarkan penelitian Afrika, Eropa Timur dan Timur
Credit Lyonnais Asia tahun Tengah dengan hasil bahwa investor
2001 pada 100 negara berkembang akan member premi lebih dari segi
menunjukan bahwa perusahaan yang harga dibandingkan arus kas, harga
menerapkan GCG yang baik dibandingkan pendapatan, harga
memiliki EVA 8% lebih tinggi dibandingkan EBITDA dan harga
dari rata-rata EVA perusahaan di dibandingkan dengan nilai buku.
negara tersebut. Penelitian Metrick et al terhadap
• Peningkatan Profitabilitas. Penelitian 1500 perusahaan besar di Amerika
dari ABN / AMRO di Brasil Serikat menemukan bukti empiris
menunjukkan bahwa perusahaan bahwa GCG yang unggul
yang menerapkan GCG yang baik mempengaruhi dampak yang
memiliki P / E rasio lebih tinggi signifikan terhadap nilai pasar saham
20%, ROE 45% lebih tinggi, margin dan memiliki tingkat pengembalian
bersih 76% lebih tinggi. Penelitian yang tinggi kepada pemegang
Brown dan Caylor dari saham. Perusahaan yang memiliki
Universitas Georgia State pada tahun GCG yang baik memiliki tingkat
2004 menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan yang
perusahaan yang menerapkan GCG pesat dan lebih menguntungkan
dengan baik memiliki ROI 18,7% dibandingkan yang memiliki GCG
dan ROE 23,8% lebih tinggi tidak baik.
dibandingkan dengan yang • Mengurangi volatilitas harga saham.
menerapkan GCG tidak baik. Penelitian Brown dan Caylor
• ROA yang tinggi. Penelitian Sung Je menunjukan bahwa perusahaan yang
Byun dari Universitas Columbia memiliki GCG yang baik memiliki
pada tahun 2006 menyimpulkan volatilitas saham lebih rendah 5,6%
bahwa perusahaan dengan GCG yang dari rata-rata.
baik memiliki ROE lebih tinggi dan • Mengurangi risiko krisis dan skandal
lebih baik ROA dan ROC pula. perusahaan. Perusahaan yang
ROE perusahaan yang GCG baik melaksanakan dengan baik GCG
adalah 14,35% sedangkan untuk akan menerapkan system
perusahaan tingkat GCG bawah manajemen resiko yang efektif dan
adalah 9,20%. ROA perusahaan hal tersebut menyebabkan
dinilai GCG baik sebesar 4.81% perusahaan lebih siap pada waktu
dibandingkan dengan 3,46% untuk menghadapi krisis. Penelitian
perusahaan GCG berbasis bawah. Derwall dan Vervijmeren
ROC pada perusahaan yang menyimpulkan bahwa, perusahaan
menerapkan GCG baik sebesar dengan GCG yang baik memiliki
10,26% dibandingkan yang resiko yang lebih rendah dan
melaksanakan GCG tingkat bawah mengakibatkan pemilik saham dan
dengan nilai ROC sebesar 6.69%. pemberi pinjaman bersedia untuk
• Nilai Perusahaan dan Kinerja Saham memberikan modal dengan biaya
yang tinggi. Penelitian McKinsey yang lebih rendah.
tahun 2002 di berbagai negara Memperhatikan penerapan GCG
termasuk Eropa Timur, Afrika dan membuat perusahaan beroperasi lebih baik
Asia menunjukan bahwa investor dan menguntungkan, maka kesejahteraan
akan bersedia membayar premi pekerja juga terjaga dan kesinambungan
saham yang lebih tinggi berskisar bekerja juga teramankan.
sampai 30-40% untuk perusahaan Dari uraian latar di atas, maka
yang dikelola dengan baik. Pola yang peneliti merumuskan permasalahan
Arif Nugroho, Peran Serikat Pekerja Dan Karyawan Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance 59

tentang bagaimanakah partisipasi pekerja untuk mengungkapkan tidak hanya


dalam pelaksanaan Good Corporate masalah yang disyaratkan oleh peraturan
Governance yang meliputi; perundang-undangan, tetapi juga hal yang
1. Partisipasi pekerja dalam penerapan penting untuk pengambilan keputusan oleh
GCG untuk pemenuhan hak-hak pemegang saham, kreditur dan pemangku
pekerja kepentingan lainnya.
2. Partisipasi pekerja dalam penerapan
GCG untuk kemajuan perusahaan b. Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Perusahaan harus menyediakan


B. Azas Good Corporate Governance informasi secara tepat waktu,
memadai, jelas, akurat dan dapat
Indonesian Institut of Corporate diperbandingkan serta mudah diakses
Governance (IIGC) dalam Suranta dan oleh pemangku kepentingan sesuai
Midiastuty (2005) memberi pengertian dengan haknya.
GCG adalah suatu proses dan struktur 2. Informasi yang harus diungkapkan
yang diterapkan dalam menjalankan meliputi, tetapi tidak terbatas pada,
perusahaan dengan tujuan utama utama visi, misi, sasaran usaha dan strategi
untuk meningkatkan nilai pemegang perusahaan, kondisi keuangan,
saham dalam jangka panjang dengan tetap susunan dan kompensasi pengurus,
memperhatikan kepentingan stakeholder pemegang saham pengendali,
yang lain. Forum for Corporate kepemilikan saham oleh anggota
Governance in Indonesia (FCGI) Direksi dan anggota Dewan
dalam Suranta dan Midiastuty (2005) Komisaris beserta anggota
memberikan pengertian GCG sebagai keluarganya dalam perusahaan dan
seperangkat peraturan yang menetapkan perusahaan lainnya, sistem
hubungan antara pemegang saham, manajemen risiko, sistem
pengurus, kreditur, pemerintah, karyawan pengawasan dan pengendalian
serta para pemegang kepentingan intern internal, sistem dan pelaksanaan
dan ekstern lainnya sehubungan dengan GCG serta tingkat kepatuhannya,
hak-hak dan kewajiban mereka. dan kejadian penting yang dapat
Komite Nasional Kebijakan mempengaruhi kondisi perusahaan.
Governance (KNKG) (2006) merumuskan 3. Prinsip keterbukaan yang dianut
asas GCG yaitu transparansi, oleh perusahaan tidak mengurangi
akuntabilitas, responsibilitas, kewajiban untuk memenuhi
independensi serta kewajaran dan ketentuan kerahasiaan perusahaan
kesetaraan diperlukan untuk mencapai sesuai dengan peraturan perundang-
kesinambungan usaha (sustainability) undangan, rahasia jabatan, dan hak-
perusahaan dengan memperhatikan hak pribadi.
pemangku kepentingan (stakeholders). 4. Kebijakan perusahaan harus tertulis
Penjelasan secara detail asas GCG yang dan secara proporsional
sudah dirumuskan oleh KNKG seperti dikomunikasikan kepada pemangku
dibawah ini. kepentingan.

1. Transparansi (Transparency) 2. Akuntabilitas (Accountability)


a. Prinsip Dasar
Untuk menjaga obyektivitas dalam a. Prinsip Dasar
menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang material dan Perusahaan harus dapat
relevan dengan cara yang mudah diakses mempertanggungjawabkan kinerjanya
dan dipahami oleh pemangku kepentingan. secara transparan dan wajar. Untuk itu
Perusahaan harus mengambil inisiatif perusahaan harus dikelola secara benar,
60 Jurnal Administrasi Negara, Volume 3, Nomor 1, Sept-Des 2014, halaman 56-73

terukur dan sesuai dengan kepentingan b. Pedoman Pokok Pelaksanaan


perusahaan dengan tetap memperhitungkan
kepentingan pemegang saham dan 1. Organ perusahaan harus berpegang
pemangku kepentingan lain. pada prinsip kehati-hatian dan
Akuntabilitas merupakan prasyarat yang memastikan kepatuhan terhadap
diperlukan untuk mencapai kinerja yang peraturan perundang-undangan,
berkesinambungan. anggaran dasar dan peraturan
perusahaan (by- laws).
b. Pedoman Pokok Pelaksanaan 2. Perusahaan harus melaksanakan
tanggung jawab sosial dengan
1. Perusahaan harus menetapkan antara lain peduli terhadap
rincian tugas dan tanggung jawab masyarakat dan kelestarian
masing-masing organ perusahaan lingkungan terutama di sekitar
dan semua karyawan secara jelas dan perusahaan dengan membuat
selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perencanaan dan pelaksanaan yang
perusahaan (corporate values), dan memadai.
strategi perusahaan.
2. Perusahaan harus meyakini bahwa 4. Independensi (Independency)
semua organ perusahaan dan
semua karyawan mempunyai a. Prinsip Dasar
kemampuan sesuai dengan tugas,
tanggung jawab, dan perannya dalam Untuk melancarkan pelaksanaan
pelaksanaan GCG. asas GCG, perusahaan harus dikelola
3. Perusahaan harus memastikan secara independen sehingga masing-
adanya sistem pengendalian internal masing organ perusahaan tidak saling
yang efektif dalam pengelolaan mendominasi dan tidak dapat diintervensi
perusahaan. oleh pihak lain.
4. Perusahaan harus memiliki ukuran
kinerja untuk semua jajaran b. Pedoman Pokok Pelaksanaan
perusahaan yang konsisten dengan
sasaran usaha perusahaan, serta 1. Masing-masing organ perusahaan
memiliki sistem penghargaan dan harus menghindari terjadinya
sanksi (reward and punishment dominasi oleh pihak manapun, tidak
system). terpengaruh oleh kepentingan
5. Dalam melaksanakan tugas dan tertentu, bebas dari benturan
tanggung jawabnya, setiap organ kepentingan (conflict of interest) dan
perusahaan dan semua karyawan dari segala pengaruh atau tekanan,
harus berpegang pada etika bisnis sehingga pengambilan keputusan
dan pedoman perilaku (code of dapat dilakukan secara obyektif.
conduct) yang telah disepakati. 2. Masing-masing organ perusahaan
harus melaksanakan fungsi dan
3. Responsibilitas (Responsibility) tugasnya sesuai dengan anggaran
dasar dan peraturan perundang-
a. Prinsip Dasar undangan, tidak saling mendominasi
dan atau melempar tanggung jawab
Perusahaan harus mematuhi antara satu dengan yang lain.
peraturan perundang-undangan serta 5. Kewajaran dan Kesetaraan
melaksanakan tanggung jawab terhadap (Fairness)
masyarakat dan lingkungan sehingga
dapat terpelihara kesinambungan usaha a. Prinsip Dasar
dalam jangka panjang dan mendapat
pengakuan sebagai good corporate citizen. Dalam melaksanakan kegiatannya,
Arif Nugroho, Peran Serikat Pekerja Dan Karyawan Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance 61

perusahaan harus senantiasa perusahaan dalam pelaksanaan


memperhatikan kepentingan pemegang usahanya.
saham dan pemangku kepentingan lainnya 2. Untuk dapat merealisasikan sikap
berdasarkan asas kewajaran dan moral dalam pelaksanaan usahanya,
kesetaraan. perusahaan harus memiliki rumusan
etika bisnis yang disepakati oleh
b. Pedoman Pokok Pelaksanaan organ perusahaan dan semua
karyawan. Pelaksanaan etika bisnis
1. Perusahaan harus memberikan yang berkesinambungan akan
kesempatan kepada pemangku membentuk budaya perusahaan yang
kepentingan untuk memberikan merupakan manifestasi dari nilai-
masukan dan menyampaikan nilai perusahaan.
pendapat bagi kepentingan 3. Nilai-nilai dan rumusan etika bisnis
perusahaan serta membuka akses perusahaan perlu dituangkan dan
terhadap informasi sesuai dengan dijabarkan lebih lanjut dalam
prinsip transparansi dalam lingkup pedoman perilaku agar dapat
kedudukan masing-masing. dipahami dan diterapkan.
2. Perusahaan harus memberikan Pedoman pokok pelaksanaan yang
perlakuan yang setara dan wajar sudah dirumuskan oleh KNKG (2006)
kepada pemangku kepentingan seperti diuraikan dibawah ini.
sesuai dengan manfaat dan kontribusi
yang diberikan kepada perusahaan. 1. Nilai-Nilai Perusahaan
3. Perusahaan harus memberikan 1. Nilai-nilai perusahaan merupakan
kesempatan yang sama dalam landasan moral dalam mencapai
penerimaan karyawan, berkarir dan visi dan misi perusahaan. Oleh
melaksanakan tugasnya secara karena itu, s e b e l u m
profesional tanpa membedakan suku, merumuskan nilai-nilai perusahaan,
agama, ras, golongan, gender, dan perlu dirumuskan visi dan misi
kondisi fisik. perusahaan.
Menurut Barnhart dan Rosentein 2. Walaupun nilai-nilai perusahaan
dalam Lastanti (2005) mekanisme GCG pada dasarnya universal, namun
dibagi duakelompok. Pertama berupa dalam merumuskannya perlu
internal mechanisms seperti komposisi disesuaikan dengan sektor usaha
dewan direksi/komisaris, kepemilikan serta karakter dan letak geografis
manajerial dan kompensasi eksekutif. dari masing- masing perusahaan.
Kedua external mechanisms seperti 3. Nilai-nilai perusahaan yang universal
pengendalian oleh pasar dan level debt antara lain adalah terpercaya, adil dan
financing. jujur.
Untuk mencapai keberhasilan
dalam jangka panjang, pelaksanaan GCG 2. Etika Bisnis
perlu dilandasi oleh integritas yang tinggi. 1. Etika bisnis adalah acuan bagi
Oleh karena itu diperlukan Code of perusahaan dalam melaksanakan
Conduct yang dapat menjadi acuan bagi kegiatan usaha termasuk dalam
organ perusahaan dan semua karyawan berinteraksi dengan pemangku
dalam menerapkan nilai-nilai dan etika kepentingan.
bisnis sehingga menjadi bagian dari 2. Penerapan nilai-nilai perusahaan
budaya perusahaan. KNKG (2006) dan etika bisnis secara
merumuskan prinsip-prinsip dasar yang berkesinambungan mendukung
harus dimiliki oleh perusahaan : terciptanya budaya perusahaan.
1. Setiap perusahaan harus memiliki 3. Setiap perusahaan harus memiliki
nilai-nilai perusahaan yang rumusan etika bisnis yang
menggambarkan sikap moral disepakati bersama dan dijabarkan
62 Jurnal Administrasi Negara, Volume 3, Nomor 1, Sept-Des 2014, halaman 56-73

lebih lanjut dalam pedoman perilaku. Umum Pemegang Saham (RUPS)


sesuai dengan keputusan yang
3. Pedoman Perilaku diambil oleh pemegang saham yang
tidak mempunyai benturan
a. Fungsi Pedoman Perilaku kepentingan;
6. Setiap anggota Dewan Komisaris
1. Pedoman perilaku merupakan dan Direksi serta karyawan
penjabaran nilai-nilai perusahaan dan perusahaan yang memiliki
etika bisnis dalam melaksanakan wewenang pengambilan keputusan
usaha sehingga menjadi panduan diharuskan setiap tahun membuat
bagi organ perusahaan dan semua pernyataan tidak memiliki benturan
karyawan perusahaan; kepentingan terhadap setiap
2. Pedoman perilaku mencakup keputusan yang telah dibuat olehnya
panduan tentang benturan dan telah melaksanakan pedoman
kepentingan, pemberian dan perilaku yang ditetapkan oleh
penerimaan hadiah dan donasi, perusahaan.
kepatuhan terhadap peraturan,
kerahasiaan informasi, dan c. Pemberian dan Penerimaan Hadiah
pelaporan terhadap perilaku yang dan Donasi
tidak etis.
b. Benturan Kepentingan 1. Setiap anggota Dewan Komisaris
dan Direksi serta karyawan
1. Benturan kepentingan adalah perusahaan dilarang memberikan
keadaan dimana terdapat konflik atau menawarkan sesuatu, baik
antara kepentingan ekonomis langsung ataupun tidak langsung,
perusahaan dan kepentingan kepada pejabat negara dan atau
ekonomis pribadi pemegang saham, individu yang mewakili mitra bisnis,
angggota Dewan Komisaris dan yang dapat mempengaruhi
Direksi, serta karyawan perusahaan; pengambilan keputusan;
2. Dalam menjalankan tugas dan 2. Setiap anggota Dewan Komisaris
kewajibannya, anggota Dewan dan Direksi serta karyawan
Komisaris dan Direksi serta perusahaan dilarang menerima
karyawan perusahaan harus sesuatu untuk kepentingannya, baik
senantiasa mendahulukan langsung ataupun tidak langsung,
kepentingan ekonomis perusahaan dari mitra bisnis, yang dapat
diatas kepentingan ekonomis pribadi mempengaruhi pengambilan
atau keluarga, maupun pihak lainnya; keputusan;
3. Anggota Dewan Komisari dan 3. Donasi oleh perusahaan ataupun
Direksi serta karyawan perusahaan pemberian suatu aset perusahaan
dilarang menyalahgunakan jabatan kepada partai politik atau seorang
untuk kepentingan atau keuntungan atau lebih calon anggota badan
pribadi, keluarga dan pihak-pihak legislatif maupun eksekutif, hanya
lain; boleh dilakukan sesuai dengan
4. Dalam hal pembahasan dan peraturan perundang-undangan.
pengambilan keputusan yang Dalam batas kepatutan sebagaimana
mengandung unsur benturan ditetapkan oleh perusahaan, donasi
kepentingan, pihak yang untuk amal dapat dibenarkan;
bersangkutan tidak diperkenankan 4. Setiap anggota Dewan Komisaris
ikut serta; dan Direksi serta karyawan
5. Pemegang saham yang mempunyai perusahaan diharuskan setiap tahun
benturan kepentingan harus membuat pernyataan tidak
mengeluarkan suaranya dalam Rapat memberikan sesuatu dan atau
Arif Nugroho, Peran Serikat Pekerja Dan Karyawan Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance 63

menerima sesuatu yang dapat undangan, atau tidak lagi menjadi


mempengaruhi pengambilan rahasia milik perusahaan.
keputusan.
f. Pelaporan atas pelanggaran dan
d. Kepatuhan terhadap Peraturan perlindungan bagi pelapor

1. Organ perusahaan dan karyawan 1. Dewan Komisaris berkewajiban


perusahaan harus melaksanakan untuk menerima dan memastikan
peraturan perundang- undangan dan bahwa pengaduan tentang
peraturan perusahaan; pelanggaran terhadap etika bisnis,
2. Dewan Komisaris harus pedoman perilaku, peraturan
memastikan bahwa Direksi dan perusahaan dan peraturan perundang-
karyawan perusahaan undangan, diproses secara wajar dan
melaksanakan peraturan perundang- tepat waktu;
undangan dan peraturan perusahaan; 2. Setiap perusahaan harus menyusun
3. Perusahaan harus melakukan peraturan yang menjamin
pencatatan atas harta, utang dan perlindungan terhadap individu
modal secara benar sesuai dengan yang melaporkan terjadinya
prinsip akuntansi yang berlaku pelanggaran terhadap etika bisnis,
umum. pedoman perilaku, peraturan
perusahaan dan peraturan
e. Kerahasiaan Informasi perundang-undangan. Dalam
pelaksanannya, Dewan Komisaris
1. Anggota Dewan Komisaris dan dapat memberikan tugas kepada
Direksi, pemegang saham serta komite yang membidangi
karyawan perusahaan harus menjaga pengawasan implementasi GCG.
kerahasiaan informasi perusahaan
sesuai dengan peraturan perundang- C. METODOLOGI PENELITIAN
undangan, peraturan perusahaan dan
kelaziman dalam dunia usaha; Ditinjau dari jenis datanya pendekatan
2. Setiap anggota Dewan Komisaris penelitian yang digunakan dalam penelitian
dan Direksi, pemegang saham ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun
serta karyawan perusahaan dilarang yang dimaksud dengan penelitian kualitatif
menyalahgunakan informasi yang yaitu penelitian yang bermaksud untuk
berkaitan dengan perusahaan, memahami fenomena tentang apa yang
termasuk tetapi tidak terbatas pada dialami oleh subjek penelitian secara
informasi rencana pengambil-alihan, holistik, dan dengan cara deskripsi dalam
penggabungan usaha dan pembelian bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
kembali saham; konteks khusus yang alamiah dan dengan
3. Setiap mantan anggota Dewan memanfaatkan berbagai metode ilmiah
Komisaris dan Direksi serta (Moleong, 2007:6).
karyawan perusahaan, serta Adapun jenis pendekatan penelitian ini
pemegang saham yang telah adalah deskriptif. Penelitian deskriptif
mengalihkan sahamnya, dilarang yaitu penelitian yang berusaha untuk
mengungkapkan informasi yang menuturkan pemecahan masalah yang ada
menjadi rahasia perusahaan yang sekarang berdasarkan data-data.
diperolehnya selama menjabat atau 1. Sumber Data
menjadi pemegang saham di Penulis juga melakukan telaah
perusahaan, kecuali informasi pustaka, yaitu mengumpulkan data dari
tersebut diperlukan untuk barbagai sumber informasi yang terkait
pemeriksaan dan penyidikan sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Sumber
dengan peraturan perundang- informasi yang dimaksud dapat berupa
64 Jurnal Administrasi Negara, Volume 3, Nomor 1, Sept-Des 2014, halaman 56-73

buku, jurnal, koran, dan sumber informasi yang sehat, memiliki penjualan yang
lainnya yang ada kaitannya dengan masalah bertumbuh, profit yang cukup untuk
penelitian ini. proses pengembangan dan jalannya
pengelolaan sesuai dengan peraturan
2. Teknik pengumpulan Data perundang-undangan dan etika bisnis
Dokumen dan arsip mengenai yang berlaku merupakan harapan
berbagai hal yang berkaitan dengan fokus karyawan, karena perusahaan yang
penelitian merupakan salah satu sumber demikian memiliki kelangsungan
data yang penting dalam penelitian. hidup yang panjang. Memperhatikan
Dokumen yang dimaksud dapat berupa hal tersebut, maka perusahaan yang
dokumen tertulis, gambar/foto. Data menerapkan GCG yang baik juga
statistik, laporan penelitian sebelumnya, merupakan harapan karyawan,
tulisan-tulisan ilmiah merupakan dokumen karena GCG yang baik juga
penting yang perlu ditelusuri untuk merupakan salah satu pilar
memperkaya data yang dikumpulkan. kelangsungan usaha dalam jangka
panjang yang akan menjamin
3. Teknik Analisa Data kelangsungan penghasilannya.
Proses analisis data dilakukan pada 2. Pekerja memiliki kepentingan
waktu bersamaan dengan proses pemenuhan hak-hak pekerja. Pekerja
pengumpulan data berlangsung. Analisis sebagai factor produksi
data dilakukan melalui tiga alur, yakni: (1) membutuhkan diperlakukan dengan
reduksi data, (2) sajian data, dan (3) baik dan terjamin hak-haknya sesuai
penarikan kesimpulan ataupun verifikasi. dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, sehingga
C. HASIL PENELITIAN DAN hubungan industrial yang terjadi
PEMBAHASAN berjalan dengan baik. Pemenuhan
hak-hak dalam Perjanjian Kerja
Perusahaan dalam beroperasi Bersama (PKB) dan kebebasan untuk
membutuhkan faktor produksi yang salah berserikat dan berkumpul dapat
satunya adalah pekerja. Proses optimasi terpenuhi dengan baik jika
yang dilakukan oleh manajemen terhadap perusahaan menerapkan GCG
faktor-faktor produksi akan menghasilkan dengan baik pula.
barang jasa yang kemudian akan
mendatangkan penjualan dan keuntungan
bagi perusahaan. Pekerja sebagai faktor 1. Partisipasi Pekerja Dalam
produksi dan perusahaan sebagai Penerapan GCG Untuk
pengguna, ada hubungan mutualisme yang Kemajuan Perusahaan
saling menguntungkan. Perhatian
karyawan hubungannya dengan Pekerja di perusahaan yang sudah
perusahaan yang melaksanakan GCG diseleksi sesuai dengan pengetahuan, skill
dengan baik ada dua hal yaitu : dan network yang dibutuhkan untuk
1. Pekerja memiliki kepentingan bekerja sesuai tanggungjawab masing-
perusahaan mengalami kemajuan. masing disetiap fungsi organisasi
Pekerja membutuhkan penghasilan perusahaan diharapkan dapat
untuk kelangsungan hidup dan melaksanakan pekerjaan tersebut dengan
aktualisasi dirinya dari perusahaan. baik sehingga dapat mencapai tujuan dan
Karena membutuhkan target di setiap fungsinya yang akhirnya
kesinambungan penghasilan untuk membawa keberhasilan untuk mencapai
kesejahteraannya, maka pekerja juga tujuan besar perusahaan yaitu untuk
membutuhkan tempat bekerja yang mendapatkan keuntungan.
memiliki kesinambungan Code of Conduct dapat sebagai
kelangsungan usahanya. Perusahaan arah perilaku seluruh organ perusahaan
Arif Nugroho, Peran Serikat Pekerja Dan Karyawan Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance 65

dan pekerja dalam melaksanakan pekerja sebagai pelapor pelanggaran


pekerjaan tersebut. Pedoman perilaku (whistleblower) sangat diperlukan.
mencakup panduan tentang benturan Pembentukan Whistleblowing System
kepentingan, pemberian dan penerimaan menjadi mutlak dibutuhkan. Kesadaran
hadiah dan donasi, kepatuhan terhadap untuk pelaksanaan GCG dengan baik dan
peraturan, kerahasiaan informasi, dan pembentukan Whistleblowing System
pelaporan terhadap perilaku yang tidak merupakan itikad dari Komisaris dan
etis dapat sebagai penjaga agar Direksi, jika tidak ada kemauan maka
perusahaan dapat sebagai good corporate akan menyebabkan benturan antara
citizenship. pekerja dengan Manajemen. Bagi
Aktivitas untuk melaksanakan organisasi yang menjalankan aktivitas
perihal benturan kepentingan, pemberian usahanya secara etis, Whistleblowing
dan penerimaan hadiah dan donasi, System merupakan bagian dari sistem
kepatuhan terhadap peraturan dan pengendalian, namun bagi organisasi
kerahasian organisasi merupakan yang tidak menjalankan aktivitas
pedoman perilaku yang mengarah ke usahanya dengan tidak etis, maka
internal diri pekerja. Aktivitas ketaatan Whistleblowing System dapat menjadi
terhadap hal-hal tersebut merupakan suatu ancaman.
keterlekatan sebagai komitmen pribadi KNKG (2008) merumuskan
untuk melaksanakan terkait dengan diri beberapa manfaat dari penyelenggaraan
sendiri. Sedangkan aktivitas tentang Whistleblowing System yang baik antara lain
pelaporan terhadap perilaku yang tidak adalah:
etis merupakan aktivitas ke eksternal • Tersedianya cara penyampaian
yang mengandung berbargai resiko yang informasi penting dan kritis bagi
biasanya dihindari oleh pekerja. Survey perusahaan kepada pihak yang harus
yang dilakukan oleh Institute of Business segera menanganinya secara aman;
Ethics (2007) menyimpulkan bahwa satu • b. Timbulnya keengganan untuk
di antara empat karyawan mengetahui melakukan pelanggaran, dengan
kejadian pelanggaran, tetapi lebih dari semakin meningkatnya kesediaan
separuh (52%) dari yang mengetahui untuk melaporkan terjadinya
terjadinya pelanggaran tersebut tetap diam pelanggaran, karena kepercayaan
dan tidak berbuat sesuatu (KNKG, terhadap sistem pelaporan yang
2008). Meskipun banyak pekerja y a n g efektif;
diam tidak melaporkan perilaku tidak • Tersedianya mekanisme deteksi dini
etis, namun pelaporan dari karyawan (early warning system) atas
tentang perilaku tidak etis kemungkinan terjadinya masalah
menempatkan tempat yang teratas. akibat suatu pelanggaran;
Berdasarkan penelitian dari Association • Tersedianya kesempatan untuk
of Certified Fraud Examiners (2002) menangani masalah pelanggaran
informasi dari pekerja menempatkan secara internal terlebih dahulu,
kedudukan teratas yaitu 26,3%, penemuan sebelum meluas menjadi masalah
tidak sengaja 18,8%, internal audit pelanggaran yang bersifat publik;
18,6%, internal controls 15,4%, external • Mengurangi risiko yang dihadapi
audit 11,5%, informasi dari pelanggan organisasi, akibat dari pelanggaran
8,6%, informasi dari pihak tidak dikenal baik dari segi keuangan, operasi,
6,2%, informasi dari vendor/supplier hukum, keselamatan kerja, dan
5,1% dan keputusan dari penegakan reputasi;
hukum sebanyak 1,7% (Lembaga • Mengurangi biaya dalam menangani
Pengembangan Fraud Auditing, 2010). akibat dari terjadinya pelanggaran;
Memperhatikan begitu sentralnya • Meningkatnya reputasi perusahaan di
peran pekerja untuk membuka suatu mata pemangku kepentingan
perilaku tidak etis maka pemberdayaan (stakeholders), regulator, dan
66 Jurnal Administrasi Negara, Volume 3, Nomor 1, Sept-Des 2014, halaman 56-73

masyarakat umum; dan memberikan identitas serta informasi


• Memberikan masukan kepada yang dapat digunakan untuk
organisasi untuk melihat lebih jauh menghubungi pelapor. Walaupun
area kritikal dan proses kerja yang diperbolehkan, namun penyampaian
memiliki kelemahan pengendalian pelaporan secara anonim, yaitu tanpa
internal, serta untuk merancang identitas, tidak direkomendasikan.
tindakan perbaikan yang diperlukan. Pelaporan secara anonim
Dalam Whistleblowing System harus menyulitkan dilakukannya
dibuatkan kriteria dengan jelas apa yang komunikasi untuk tindak lanjut atas
disebut pelanggaran dan perlindungan pelaporan;
kepada pelapor pelanggaran. KNKG 3. Perlindungan atas tindakan balasan
(2008) merumuskan yang dimaksud dari terlapor atau organisasi.
dengan ”pelanggaran” adalah perbuatan Perlindungan dari tekanan, dari
yang melanggar peraturan perundang- penundaan kenaikan pangkat,
undangan; peraturan/standar industri pemecatan, gugatan hukum, harta
terkait dan peraturan internal organisasi, benda, hingga tindakan fisik.
serta dapat dilaporkan. Termasuk dalam Perlindungan ini tidak hanya
aktivitas pelanggaran antara lain adalah: untuk pelapor tetapi juga dapat
1. Melanggar peraturan perundang- diperluas hingga ke anggota
undangan, misalnya pemalsuan keluarga pelapor;
tanda tangan, korupsi, 4. Informasi pelaksanaan tindak lanjut,
penggelapan, mark-up, penggunaan berupa kapan dan bagaimana serta
narkoba, perusakan barang. kepada institusi mana tindak lanjut
2. Melanggar pedoman etika diserahkan. Informasi ini
perusahaan, misalnya benturan disampaikan secara rahasia kepada
kepentingan, pelecehan, terlibat pelapor yang lengkap identitasnya.
dalam kegiatan masyarakat yang Perlindungan di atas tidak diberikan
dilarang. kepada pelapor yang terbukti melakukan
3. Melanggar prinsip akuntansi yang pelaporan palsu dan/atau fitnah. Pelapor
berlaku umum yang melakukan laporan palsu dan/atau
4. Melanggar kebijakan dan prosedur fitnah dapat dikenai sanksi sesuai dengan
operasional perusahaan, ataupun peraturan perundangan yang berlaku.
kebijakan, prosedur, peraturan lain Perusahaan-perusahaan yang telah
yang dianggap perlu oleh mempunyai dan menerapkan
perusahaan. Whistleblowing System seperti PT
5. Tindakan kecurangan lainnya yang Nusantara Turbin dan Propulsi, PT.
dapat menimbulkan kerugian Telkom, Pertamina, United Tractors, dan
finansial ataupun non- finansial Astra Group. Pelaksanaan teknis sistem
6. Tindakan yang membahayakan Whistleblowing System di PT. Telkom
keselamatan kerja dan Pertamina dilakukan oleh pihak
ketiga secara outsourcing. Untuk ilustrasi
Sistem Pelaporan Pelanggaran penerapan Whistleblowing System,
yang baik memberikan fasilitas dan diuraikan secara ringkas penerapan di
perlindungan (whistleblower protection) Pertamina sebagai berikut (Samendawai
sebagai berikut: et al. (2011). Beberapa hal penting yang
menjadi topik di dalam sistem
1. Fasilitas saluran pelaporan (telepon, Whistleblowing System di Pertamina
surat, email) atau Ombudsman yang adalah sebagai berikut:
independen, bebas dan rahasia; 1. korupsi;
2. Perlindungan kerahasiaan identitas 2. kecurangan;
pelapor. Perlindungan ini 3. confl ict of interest;
diberikan bila pelapor 4. code of conduct; dan
Arif Nugroho, Peran Serikat Pekerja Dan Karyawan Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance 67

5. peningkatan kedisiplinan pelapor akan dirahasiakan.


• Akurat, maksudnya penanganan
yang dilakukan terkait dengan hal-
Gambar 1 hal yang akurat bukan berdasarkan
Typical Whistleblowing System PT asumsi atau analisa pribadi tertentu.
Pertamina • Itikad baik, maksudnya bahwa
pelapor harus memiliki itikad yang
baik dan bukan berdasarkan dendam
atau orientasi tertentu pelapor untuk
melaporkan pelanggaran seseorang.
• Proteksi, maksudnya semua orang
yang melaporkan pelanggaran-
pelanggaran atau kecurangan di
Pertamina akan dilindungi oleh
Pertamina.
• Tidak ada diskriminasi, maksudnya
semua orang dapat melaporkan dan
tidak ada diskriminasi penanganan
atas laporan-laporan tersebut.
Sistem ini merupakan salah satu Sedangkan informasi yang
bagian yang dibangun dalam rangka disyaratkan untuk pengajuan laporan
pelaksanaan Pertamina Clean, yang harus memuat 5W (what, when, where,
ditujukan untuk membangun atau who ,why ), dan 1H (how). Bentuk dan
menciptakan etika bisnis yang baik di Mekanisme Pelaporan di Pertamina dapat
lingkungan Pertamina. Inisiator dari bermacam-macam, bisa berbentuk pesan
Whistleblowing System ini adalah direksi singkat melalui telepon seluler, telepon,
Pertamina. Namun demikian yang menjadi surat, email, kotak surat, situs, dan fax.
pelaksana sistem ini adalah pihak ketiga. Setelah ada laporan tersebut, pihak
Sistem whistleblower yang dibangun oleh Pertamina akan mengirimkan pin kepada
Pertamina merupakan komplementer atau pelapor. Pin ini selanjutnya digunakan
pelengkap dari mekanisme kontrol pelapor untuk mengecek perkembangan
perusahaan yang telah ada. Pelaporan pelaporannya. Pertamina akan
diusahakan dilakukan menggunakan menindaklanjuti laporan dengan
sistem kontrol internal yang berlaku melakukan pencarian data dan investigasi.
selama ini, baru jika memang tidak tersedia Selanjutnya penanganannya ada
mekanismenya, maka dapat melalui dua, yaitu bisa dilakukan dengan
Whistleblowing System ini.Prinsip-prinsip menerapkan sistem kontrol internal
Whistleblowing System di Pertamina yang sudah ada dan bisa juga
adalah sebagai berikut: dilakukan oleh pihak ketiga yang
khusus menangani Whistleblowing
• Cepat dan tepat, maksudnya adalah System di Pertamina. Lebih lanjut
penanganan adanya laporan terhadap dijelakan oleh sumber dari Pertamina,
pelanggaran, korupsi, dan lain-lain di jika yang melakukan kesalahan berposisi
Pertamina harus ditangani dengan di bawah jajaran direktur, maka yang
cepat dan tepat. bertanggung jawab untuk menangani
• Komunikatif, maksudnya Pertamina adalah direksinya. Sementara jika yang
harus melakukan komunikasi melakukan kesalahan adalah berposisi di
terhadap pelapor terkait dengan atas direktur, tetapi di bawah komisaris,
perkembangan laporannya. maka tanggung jawab penanganannya
• Rahasia, maksudnya semua laporan dilakukan oleh komisaris.
yang masuk ke system ini adalah Hal lainnya yang penting adalah
bersifat rahasia, termasuk identitas mengenai ukuran nilai atau dapat tidak
68 Jurnal Administrasi Negara, Volume 3, Nomor 1, Sept-Des 2014, halaman 56-73

dianggapnya seseorang melakukan Informan dari Pertamina


kesalahan. Pengalaman Pertamina mengakui bahwa masih banyak hal
menyatakan bahwa ukuran tersebut yang menjadi tantangan penerapan
ditentukan sendiri oleh perusahaan atau Whistleblowing System di Pertamina.
organisasi itu sendiri. Sejauhmana nilai Tantangan tersebut sebagai berikut:
tersebut dianggap penting atau harus 1. Perubahan pimpinan. Perubahan di
ditegakkan, juga tergantung dari tingkat pimpinan dapat menjadi
perusahaan atau organisasi tersebut. masalah ketika pimpinan yang baru
Pertamina sendiri menggunakan ukuran tidak memiliki komitmen untuk
etika bisnis dan code of conduct dari menyelenggarakan good corporate
perusahaan sendiri. Batasan ini tidak governance.
ditentukan lebih dahulu sebelum ada 2. Komitmen pimpinan tingkat atas
Whistleblowing System, namun dapat untuk selalu fokus dalam pembinaan
dilaksanakan secara bersamaan. Karena dan penegakan disiplin. Jika
ini juga untuk membangun etika bisnis komitmen untuk ini masih kuat di
yang baik dan lingkungan kerja yang pimpinan tingkat atas, maka
kondusif. pelaksanaan dan penerapan sistem ini
Dalam Whistleblowing System yang akan berhasil dan bahkan akan
dibangun oleh Pertamina, ada sanksi yang meningkatkan prestasi kerja
diberikan kepada terlapor jika terbukti perusahaan.
melakukan kesalahan atau pelanggaran. 3. Tindaklanjut hasil investigasi baik
Sanksi-sanksi tersebut dapat berupa dari laporan Whistleblowing System
pemutusan hubungan kerja, turun golongan atau audit internal.
pangkat, surat peringatan, teguran lisan.
Sementara untuk reward terhadap pelapor, 1. Partisipasi Pekerja Dalam
Pertamina tidak memberikannya karena Penerapan GCG Untuk
perusahaan kuatir jika pemberian reward Pemenuhan Hak-Hak Pekerja
dijadikan motivasi whistleblower, bukan
untuk kepentingan pengembangan dan Pengelolaan Sumber Daya
kemajuan perusahaan. Manusia dalam perusahaan merupakan hal
Berikut tabel jumlah sanksi dan yang terkompleks. Sumber daya manusia
jenisnya dalam Whistleblowing System yang merupakan satu dari empat faktor
yang berlaku di Pertamina : produksi lainnya selain peralatan/mesin,
dana dan manajemen karena berisi
Grafik 1 manusia yang memiliki kehendak maka
Tindak Lanjut Sanksi Pembinaan Hasil mengakibatkan memiliki kecenderungan
Whistleblowing System PT Pertamina tersendiri. Jika pengelolaan SDM baik
maka dapat sebagai alat manajemen
untuk mencapai perusahaan dan jika
pengelolaan tidak baik dapat sebagai
penghambat manajemen dalam mencapai
tujuan. Tanggungjawab perusahaan
terhadap pekerja dapat dirumuskan sebagai
berikut (Untung 2012) :

1. Lapangan kerja dan kompensasi yang


dapat meningkatkan kualitas para
karyawan.
2. Kondisi kerja yang mencerminkan
penghargaan perusahaan terhadap
kesehatan dan martabat manusia
3. Komunikasi yang lancar atas
Arif Nugroho, Peran Serikat Pekerja Dan Karyawan Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance 69

segala yang dicapai perusahaan PKB, advokasi kepada pekerja dan


dan adanya transparansi prestasi mewakili pekerja jika ada permasalahan.
yang dihasilkannya. Perundingan dalam PKB
4. Respon yang aktif dengan saran dan merupakan pintu awal dari pekerja yang
kritik atas nasihat konstruktif dari diwakili Serikat Pekerja untuk
para tenaga kerja dan menjadikan melaksanakan GCG dalam perusahaan
saran tersebut sebagai acuan penting dengan memperhatikan segala aspeknya.
bagi pengambilan keputusan manajer Perundingan PKB harus memenuhi aspek
perusahaan. GCG baik dalam proses perundingannya
5. Negosiasi antar pihak yang terjadi maupun hasil-hasil perundingannya.
konflik sehingga dapat disalurkan Saling pemahaman antara pengusaha
sesuai dengan proporsinya dan dapat dengan pekerja dalam serikat pekerja
berfungsi untuk mengefektifkan sangat dibutuhkan. Aspek yang perlu
perusahaan. diperhatikan oleh pekerja dan serikat
6. Perlindungan yang layak bagi pekerja dalam perundingan PKB dengan
keselamatan kerja dan kesehatan para memperhatikan aspek GCG adalah sebagai
pekerja sehingga para pekerja dapat berikut.
memberikan kontribusi optimal
dalam jangka panjang. 1. Transparansi (Transparency)
7. Dorongan konstruktif bagi Kewajiban pengusaha untuk
pengembangan dan kemampuan mengungkapkan informasi yang meliputi,
keahlian yang optimal sesuai tetapi tidak terbatas pada, visi, misi,
dengan potensi yang tersedia. sasaran usaha dan strategi perusahaan,
8. Respek atas terjadinya tambahan kondisi keuangan, susunan dan
pengangguran pada setiap kompensasi pengurus, pemegang saham
keputusan yang dilakukan pengendali, kepemilikan saham oleh
perusahaan. anggota Direksi dan anggota Dewan
Perlindungan pekerja sudah diatur Komisaris beserta anggota keluarganya
di berbagai peraturan perundang- dalam perusahaan dan perusahaan lainnya,
undangan seperti dalam Undang-Undang sistem manajemen risiko, sistem
No. 13 Tahun 2003 beserta aturan pengawasan dan pengendalian internal,
turunannya. Kewajiban dari pengusaha sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat
untuk mematuhi ketentuan yang ada. kepatuhannya, dan kejadian penting yang
Hubungan antara pengusaha dengan dapat mempengaruhi
pekerja dituangkan dalam Perjanjian kondisi perusahaan. Informasi yang
Kerja Bersama (PKB). PKB adalah sudah disampaikan tersebut menjadi
perjanjian yang merupakan hasil pijakan dalam perundingan PKB. Dengan
perundingan antara serikat pekerja dengan memperhatikan informasi yang ada
pengusaha yang memuat syarat-syarat terutama kondisi keuangan pekerja dan
kerja, hak dan kewajiban kedua belah serikat pekerja serta manajemen
pihak. perusahaan dapat melaksanakan optimasi
Untuk mendapatkan hak-haknya terhadap kesejahteraan pekerja dengan
pekerja yang maksimal dibutuhkan tetap memperhatikan hak pemegang saham
komunikasi secara intens dengan dan hak perusahaan untuk selalu tumbuh
pengusaha. Komunikasi tersebut mulai dari dengan terjaganya keuntungan.
perencanaan, implementasi dan monitoring
secara berkala. Untuk memperjuangkan 2. Akuntabilitas (Accountability)
hak-haknya pekerja dapat membentuk Pekerja adalah alat perusahaan
Serikat Pekerja. Keberadaan Serikat untuk mencapai tujuannya. Tujuan dapat
Pekerja sangat penting mulai dari tercapai jika seluruh pekerja melaksanakan
perencanaan waktu perundingan tugas disetiap fungsi dengan baik sesuai
perjanjian PKB, monitoring pelaksanaan dengan job description dan rencana kerja
70 Jurnal Administrasi Negara, Volume 3, Nomor 1, Sept-Des 2014, halaman 56-73

beserta anggaran yang ditetapkan. Dalam terpenuhi dengan baik dan pemenuhan
perundingan Perja Bersama (PKB) harus hak-hak pekerja akan diperjuangkan secara
dimasukan system penghargaan dan sanksi bertahap sesuai dengan kemampuan
(reward and punishment system). perusahaan.
Pemahaman oleh pekerja dan serikat
pekerja tentang penghargaan dan sanksi Tabel 1
terhadap organ perusahaan dan karyawan Prosentase Pekerja Yang Terlindungi
harus dipahami dengan baik. Penerapan Posisi Tawar Menawar Kolektif
penghargaan dan sanksi untuk organ No. N e g a ra %
perusahaan seperti Direksi dan Komisaris 1 A m e r ik a S e r ik a t 18
adalah Pemegang Saham, sedangkan untuk 2 Jep a n g 23
pekerja adalah pengusaha yang diwakili 3 K anada 38
oleh manajemen. Penghargaan dan sanksi 4 I n gg e r is 47
untuk pekerja perlu dimasukan dalam 5 S w is s 53
PKB. Kekuatan pekerja dalam serikat 6 S e la n d ia Ba r u 67
pekerja diberbagai negara sangat kuat. 7 S p anyo l 68
Tawar-menawar upah banyak ditentukan 8 Be la n d a 71
oleh Serikat Pekerja. Tabel 1 merupakan 9 N o r w e g ia 75
penelitian OECD menunjukan berbagai 10 P o r t ug a l 79
prosentase pekerja yang terlindungi posisi 11 A u s t r a lia 80
tawar menawar kolektif yang dilaksanakan 12 S w ed ia 83
oleh Serikat Pekerja (Mankiw, 2007). 13 Be lg ia 90
Perundingan PKB juga harus 14 Jerm an 90
menyangkut penerapan etika bisnis dan 15 P e r a n c is 92
pedoman perilaku (code of conduct) 16 F in la n d ia 95
yang telah dibuat oleh perusahaan. 17 A u s t r ia 98
Dengan masuknya etika bisnis dan Sumber : Presentasi Ir Waluyo Direktur Pertamina
pedoman perilaku masuk dalam PKB akan
memperkuat komitmen pekerja dalam 4. Independensi (Independency)
melaksanakan GCG dan merupakan
perikatan yang harus dilaksanakan oleh Perundingan PKB untuk saling
kedua belah pihak. menghormati dan tidak saling
mendominasi serta tidak dapat
3. Responsibilitas (Responsibility) diintervensi oleh pihak lain. Pemahaman
Perundingan PKB harus antara pengusaha dengan pekerja/serikat
berkomitmen untuk mematuhi peraturan pekerja bahwa perusahaan tempat tumbuh
perundang-undangan serta melaksanakan bersama dan keduanya saling
tanggung jawab terhadap masyarakat dan membutuhkan akan melahirkan sikap
lingkungan sehingga dapat terpelihara untuk memudahkan perundingan dengan
kesinambungan usaha dalam jangka hasil yang menguntungkan kedua belah
panjang dalam melaksanakan good pihak. Independensi serikat pekerja dari
corporate citizen. Sehubungan dengan pengaruh pihak luar yang memiliki
PKB terkhusus menyangkut perjanjian kepentingan diluar pekerja di perusahaan
kerja maka pelaksanaan peraturan sejauh mungkin untuk dihindarkan.
perundang-undangan yang menyangkut Perjuangan pekerja dan serikat pekerja
ketenaga kerjaan dan keselamatan kerja dapat ditunggangi pihak lain untuk
menjadi acuan pokok. Pekerja dan kepentingan pihak luar atau oknum
Serikat Pekerja memperjuangkan dalam perusahaan untuk
terpenuhinya hak-hak sesuai dengan kepentingan pribadi dan akan
peraturan perundang-undangan yang merugikan baik perusahaan maupun
berlaku dan memahani segala keterbatasan pekerja secara jangka panjang.
perusahaan, jika hak-hak minimal sudah
Arif Nugroho, Peran Serikat Pekerja Dan Karyawan Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance 71

dalam PKB mutlak harus dilakukan.


5. Kewajaran dan Kesetaraan Berdasarkan penelitian Anggraini
(Fairness) (2012) menunjukkan bahwa faktor-faktor
yang dapat memicu terjadinya konflik
Perundingan PKB harus ketenagakerjaan antara Manajemen
dilaksanakan dalam kesetaraan antara dengan Serikat Pekerja secara umum
pengusaha dengan pekerja/serikat adalah menyangkut jaminan kesejahteraan
pekerja. Hasil perundingan harus para karyawan dan diterapkannya pola
memuat kesempatan yang sama dalam kepemimpinan yang tidak sesuai dengan
penerimaan karyawan, berkarir d a n nilai atau prinsip GCG. Konflik dapat
m e l a k s a n a k a n pula timbul karena rendahnya kualitas
tugasnya s e c a r a para pengurus Serikat Pekerja mengenai
profesional t a n p a etika berorganisasi, kebijakan pemerintah
membedakan suku, agama, ras, golongan, yang tidak seimbang dan lebih
gender, dan kondisi fisik. mendukung Serikat Pekerja, timbulnya
Perjanjian Kerja Bersama (PKB) pergeseran kebutuhan terhadap eksistensi
yang sudah disyahkan oleh instansi dari organisasi Serikat Pekerja.
berwenang merupakan perikatan antara Keterbukaan antara pengusaha
pengusaha dan pekerja yang harus dan pekerja dalam hubungan industrial
dipatuhi bersama. Pada tahap dan penerapan GCG secara bersama
implementasi PKB tetap berpegang pada membawa kemanfaatan bagi
azas GCG yang ada. Dimungkinkan pada perusahaan. Kemanfaatan yang
tahap implementasi ada kesenjangan diperoleh perusahaan jika pengelolaan
dengan perjanjian yang dibuat karena SDM sesuai dengan GCG adalah sebagai
asumsi-asumsi yang dibuat pada waktu berikut (Effendi, 2009) :
perundingan sudah berubah karena factor- 1. Suasana kerja menjadi kondusif dan
faktor eksternal. Pengusaha/Manajemen tenang karena terbinanya hubungan
berdasarkan asas transparansi dalam yang harmonis antara sesama
GCG dapat menjelaskan penyebab karyawan serta antara karyawan
perubahan dan dampaknya kepada dengan manajemen.
perusahaan serta proses antisipasi 2. Kinerja perusahaan meningkat, karena
perusahaan terhadap perubahan tersebut. karyawan lebih kreatif dan inovatif
Pekerja dan Serikat Pekerja dapat dalam bekerja, sehingga dapat
menilai tingkat transparansi tersebut memberikan hasil terbaik bagi
untuk membuat pemahaman bersama, perusahaan.
apakah tidak terpenuhinya isi perjanjian 3. Terhindar dari praktek korupsi,
PKB karena tidak ada itikad baik dari kolusi dan nepotisme (KKN) yang
manajemen atau memang kondisi sangat merugikan perusahaan karena
diluar kendali manajemen. Jika segala kebijakan atau keputusan
ternyata tingkat transparansi rendah dan ditetapkan secara transparan dapat
reliability-nya juga rendah, sedangkan dipertanggungjawabkan serta
tidak terpenuhinya isi perjanjian karena memenuhi prinsip keadilan.
itikad tidak baik manajemen, maka 4. Daya saing perusahaan akan
pekerja dan Serikat Pekerja dapat meningkat, karena memiliki
memperjuangkan sesuai dengan saluran karyawan yang andal dan
yang ada sesuai dengan asas-asas GCG. professional.
Namun jika tingkat transparansi baik dan
tidak terpenuhi isi perjanjian karena A. KESIMPULAN DAN
kondisi force major dan jika dilaksanakan REKOMENDASI
akan membahayakan kelangsungan
perusahaan maka saling pemahaman Penerapan Good Corporate
untuk mengubah isi dari perjanjian Governance (GCG) didorong oleh adanya
72 Jurnal Administrasi Negara, Volume 3, Nomor 1, Sept-Des 2014, halaman 56-73

dua tujuan yaitu penerapan G o o d Daftar Pustaka


Corporate Citizenship d a n Anggraini, G.N. 2004. Peaksanaan Good
kepentingan penguatan perusahaan dan Corporate Governance Dalam
perekonomian. Asas-asas G C G Harmonisasi Hubungan
yang terdiri dari transparansi, Manajemen Dengan Serikat
akuntanbilitas, responsibilitas, Pekerja. Tesis S2 Ilmu Hukum
independensi dan kewajaran dan (Magister Kenotariatan)
kesetaraann dalam implementasinya Universitas Gadjah Mada. Tidak
dibutuhkan peran semua pihak juga diterbitkan.
termasuk pekerja.
Perhatian karyawan hubungannya Effendi, M.A. 2009. The Power of
dengan perusahaan yang melaksanakan Good Corporate Governance,
GCG dengan baik ada dua hal yaitu : Teori dan Implementasi, Penerbit
1. Pekerja memiliki kepentingan Salemba Empat. Jakarta.
perusahaan mengalami kemajuan.
Pekerja membutuhkan penghasilan Komite Nasional Kebijakan Governance
untuk kelangsungan hidup dan (KNKG). 2006. Pedoman Umum
aktualisasi dirinya dari perusahaan. Good Corporate
Karena membutuhkan Governance Indonesia.
kesinambungan penghasilan untuk
kesejahteraannya, maka pekerja juga 2008. Pedoman
membutuhkan tempat bekerja yang Sistem Pelaporan Pelanggaran
memiliki kesinambungan SPP (Whistleblowing
kelangsungan usahanya. Pekerja System-WBS).
memiliki kepentingan pemenuhan
hak-hak pekerja. Pekerja sebagai 2009. Pedoman Etika
factor produksi membutuhkan Bisnis Perusahaan.
diperlakukan dengan baik dan
terjamin hak-haknya sesuai dengan Kurniati, Y dan Yafitri. 2010. Dinamika
peraturan Industri Manufaktur Dan Respon
2. perundang-undangan yang berlaku, Terhadap Siklus
sehingga hubungan industrial yang Bisnis, http://www.bi.go.id. Diakses tanggal
terjadi berjalan dengan baik. 3 Mei 2012.
Pengusaha/Manajemen dalam
implementasi GCG dapat terbantu dengan Lastanti, H.S. 2005. Hubungan Struktur
dibuatnya Whistleblowing System. Pekerja Corporate Governance Dengan
dan Serikat Pekerja dapat berperan sebagai Kinerja Perusahaan Dan Reaksi
wishetlblower yang bertanggungjawab, Pasar. Konferensi Nasional
yaitu bertujuan hanya untuk kemajuan Akuntansi, Fakultas Ekonomi
perusahaan, bukan untuk kepentingan Trisakti. Jakarta 24 September
pribadi atau golongan tertentu atau pesaing 2005.
perusahaan. Disamping sebagai
wishetlblower juga berperan aktif dalam Lawrence, A.T. Weber, J. Post, J.E. 2005.
pembuatan dan implementasi Perjanjian Business and Society : Stakeholder,
Kerja Bersama (PKB) dengan Ethics, Public
memperhatikan kondisi internal dan Policy. McGraw-Hill/Irwin. New York.
eksternal perusahaan, sehingga selalu Lembaga Pengembangan Fraud
ada harmonisasi antara Auditing. 2010. Peran Internal
pengusaha/manajemen dalam rangka Auditor Dalam Pencegahan
kemajuan perusahaan. Tindak Kecurangan. Seminar
Nasional Internal Audit 2010
dengan tema : “ Peran Internal
Arif Nugroho, Peran Serikat Pekerja Dan Karyawan Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance 73

Audit dalam Menghadapi


ACFTA”. Forum Komunikasi
Satuan Pengawasan Intern
Wilayah Jawa Barat & Banten
tanggal 22 April 2010.

Mankiw, N.G. 2007. Makroekonomi, Edisi


Keenam, Penerbit Erlangga,
Jakarta.

Mukhopadhyay, J.K. Mallik, D.


Dhamodiwala, D. 2012.
Corporate Governance Practices
and Financial Performance of
Selected Familiy Managed
Medium Sized Listed Companies
in India. S.P Jain Institute of
Management & Researc,
Mumbay.

Semendawai, A.H. Santoso, F. Wagiman,


W. Omas, B.I. Susilaningtias,
Wiryawan, S.M. 2011.
Memahami Whistleblower. Lembaga
Perlindungan Saksi dan Korban.
Jakarta.

Suranta, E. dan Midiastuty, P.P. 2005.


Hubungan Struktur Corporate
Governance Dengan Kinerja
Perusahaan Dan Reaksi
Pasar. Konferensi Nasional
Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Trisakti. Jakarta 24 September
2005.

Untung, B.U. 2012. Hukum dan Etika


Bisnis. Penerbit CV Andi Offset.
Yogyakarta.

You might also like