Professional Documents
Culture Documents
JKI - Vol 5, No 1 - 2014
JKI - Vol 5, No 1 - 2014
1 Maret 2014
Abstract
Live experience at tourism village give a major influence on the formation of the tourists
image. The image formed, greatly influence the decision-making process to make repeat bussiness
or not at all. This study used a qualitative research design with a phenomenological study
approach, by outlining or exploit live experience in the tourists through three stages, namely
intuiting, analyzing and describing. The population were all live in participants in the tourism
village in Brayut, on December 4 s / d January 5, 2014, which is totaled 150 participants,
Yogyakarta BSI students who are following the live activities in the tourism Brayut village.
Samples were obtained six criteria of participants, and the results of research, there are several
indicators of dissatisfaction, namely the lack of a safety guarantee for the participants, the event is
less attractive packaging, lack of good coordination of the committee, as well as the lack of
infrastructure, covering the less knowledgeable, equipment not supplicants for all participants,
homestay locations away from the center of the show. In this case the manager of Brayut village
tourism have an important homework, to look at the dissatisfaction indicators which is founded by
researcher in the field. The stakeholder must evaluate the village tourism and decide the next
strategic steps to improve the services quality for the visitors, which is influence the behavior of
subsequent travelers, as revealed by Schiffman and Kanuk (2007), customer behavior is a process
through which a person in finding, purchasing, using, evaluating and acting after using the
product, service or idea which is expected to meet the needs.
9
Studi Fenomenologis Live In Desa Wisata
hidup Jujur. Sikap-sikap ini sudah mulai dan keragaman bagi daerah tersebut. Dengan
hilang terutama di masyarakat perkotaan. kondisi tersebut, kota Sleman menawarkan
Tujuan lain dari program Live In adalah potensi yang cukup menjanjikan baik
menanamkan semangat kepedulian dalam potensi agro, kerajinan maupun makanan
diri peserta untuk membentuk karakter, olahan, yang merupakan penunjang sektor
menjalani hidup apa adanya dengan kepariwisataan dan mampu meningkatkan
beradaptasi dengan masyarakat dan juga perekonomian masyarakat.
lingkungan alam pedesaan. Manfaat Desa wisata Brayut, merupakan
program live in di desa adalah peserta live in salah satu desa wisata yang berbasis
dapat merasakan suasana kekeluargaan, pertanian dan budaya, dan terletak di
belajar memaknai tatacara hidup Pandowoharjo, Sleman, Yogyakarta.
bermasyarakat di pedesaan dan Berbagai aktivitas ditawarkan, diantaranya
keharmonisan kebersamaan, dan menghargai pertanian, perkebunan, menari, kerawitan,
perjuangan para orang tua yang telah memasak tradisional, tangkap ikan, susur
menyediakan segala fasilitas bagi mereka. sungai, menjanur, membatik, dan kegiatan
Manfaat yang terutama adalah mendapatkan outbound lainnya. Berbagai aktivitas yang
suasana baru yang belum pernah mereka terjadi selama live in di desa wisata Brayut
rasakan dan mendapatkan pelajaran untuk memberikan kesan yang berbeda-beda bagi
bisa mandiri, bertanggungjawab dan masing-masing wisatawan. Berbagai kesan
menghormati orang lain. Kesederhanaan, muncul dari pengalaman selama live in desa
kejujuran dan juga kebersamaan masyarakat wisata Brayut, ada yang puas, tidak puas,
pedesaan juga diharapkan dapat maupun biasa saja. Pengalaman wisatawan
menginspirasi para peserta setelah selesai tersebut sangat menarik untuk dikaji lebih
kegiatan Live In di Desa. dalam, sehingga dapat ditarik kesimpulan
Berbagai bentuk kegiatan live in mengenai indikator-indikator penting untuk
dapat berupa; 1). kegiatan pertanian, meningkatkan kualitas pelayanan melalui
meliputi; tanam padi, menjemur padi, pengalaman wisatawan selama live in di
memandikan kerbau, bajak sawah, berkebun, sebuah desa wisata Brayut. Pengalaman
menyiangi rumput, 2). kegiatan perkebunan, yang dirasakan oleh para wisatawan, sangat
meliputi; tanam pohon kopi, tanam palawija, mempengaruhi citra yang terbentuk, yang
3). kegiatan seni budaya, meliputi; belajar selanjutkan akan sangat berpengaruh
menari, membatik, membuat anyaman, terhadap penilaian wisatawan terhadap
belajar gamelan, membuat kerajinan, 4). keberadaan sebuah objek wisata. Citra atau
kegiatan kemadirian, meliputi; belajar image yang terbentuk oleh wisatawan sangat
memasak, belajar membuat makanan mempengaruhi proses pengambilan
tradisional, 5). kegiatan peternakan, keputusan apakah mau kembali
meliputi; budidaya ikan, beternak kambing, mengunjungi desa wisata tersebut atau tidak
dan 6). kegiatan fun Game, meliputi; kembali sama sekali.
tangkap ikan, sepak bola lumpur, tangkap
bebek, outbound, dan tracking pedesaan. RUMUSAN MASALAH
Yogyakarta sebagai daerah yang Program Live in memberikan
berbasis agraris dan memiliki potensi kesempatan bagi para wisatawan untuk
pariwisata minat khusus, sudah saatnya merasakan secara langsung seluruh aktivitas
menggarap potensi tersebut untuk menjadi keseharian masyarakat. Dengan demikian
atraksi wisata yang layak dijual. Menurut para wisatawan, memperoleh pengalaman
Eadington & Smith dalam Budiarta (2012), yang tentu saja akan dirasakan berbeda-beda
wisata pedesaan merupakan salah satu bagi masing-masing peserta. Pengalaman
pariwisata alternatif, yakni suatu bentuk yang dirasakan oleh peserta live in, sangat
pariwisata yang mengutamakan nilai-nilai erat dengan kesan yang mereka rasakan dan
alam, sosial dan nilai-nilai masyarakat serta keinginan untuk mengunjungi kembali atau
memungkinkan masyarakat lokal dan merekomendasikan kepada pihak lain.
wisatawan menikmati interaksi yang positif Pengalaman yang baik, akan berdampak
dan bermanfaat serta menikmati pengalaman positif pada proses promosi, karena secara
secara bersama-sama. otomatis wisatawan yang puas akan
Kabupaten Sleman dengan luas wilayah menceritakan dan menarik wisatawan lain
57,482 Km2 memiliki potensi unggulan yang untuk datang. Sedangkan pengalaman yang
sangat khas. Masing-masing daerah buruk, akan memberikan dampak yang
mempunyai kekayaan alam, budaya, tradisi sebaliknya. Dari rumusan permasalahan
yang berbeda-beda dan menjadi ciri khas diatas dapat disimpulkan pentingnya
10
Jurnal Khasanah Ilmu Vol. V No. 1 Maret 2014
11
Studi Fenomenologis Live In Desa Wisata
menikmati keseharian rakyat (live in) Echtner dan Ritchi, 2003) citra pariwisata
merasakan sajian makan dan jenis atraksi adalah kesan yang seseorang miliki tentang
kebudayaan desa. Desa wisata akan sukses suatu Negara yang bukan merupakan tempat
kalau seluruh anggota masyarakat baik tinggalnya.
kepala keluarga, ibu-ibu rumah tangga, Citra pariwisata dibentuk tidak
pemuda, dan anak-anak ikut mendukung secara serta merta, melainkan dibentuk
keberadaan desa wisata tersebut (Asyari, berdasarkan prasyarat tertentu. Citra
2010). destinasi pariwisata merupakan suatu
pengembangan konstruk mental tertentu
Persepsi Wisatawan berdasarkan kesan-kesan tertentu yang
Menurut Solomon (1999 dalam dipilih dari limpahan informasi yang
Prasetijo dan Ihalauw, 2005), persepsi diterima. Dalam konteks pariwisata,
adalah proses dimana sensasi yang diterima limpahan informasi ini didapatkan dari
seseorang dipilah-dipilah, kemudian diatur berbagai sumber dan alat publikasi, seperti
dan akhirnya diinterpretasikan. Faktor-faktor brosur wisata, poster, iklan pariwisata audio
yang mempengaruhi pembentukan persepsi visual, atau bahkan informasi yang
orang, adalah faktor internal dan eksternal. didapatkan dari sesama teman, kolega, atau
Faktor internal meliputi pengalaman, keluarga dari mulut ke mulut (Echtner dan
kebutuhan saat itu, nilai-nilai yang ritchi, 20013).
dianutnya dan ekspektasi atau Hal ini berarti citra destinasi pariwisata tidak
pengharapannya. Sedangkan faktor terbentuk secara instant, tapi merupakan
eksternal, meliputi tampakan produk, sifat- akumulasi pengalaman yang didapatkan.
sifat stimulus dan situasi lingkungan Oleh karena itu, citra suatu destinasi dapat
(Prasetijo dan Ihalauw, 2005). saja berubah dari citra yang baik menjadi
Persepsi yang dimiliki oleh buruk atau sebaliknya, tergantung pada
wisatawan sangat erat hubungannya dengan bagaimana pengelolaan terhadap destinasi
tourist image atau citra pariwisata yang tersebut.
didistribusikan kepada wisatawan. citra
pariwisata harus sesuai dengan harapan Kepuasan Wisatawan
konsumen. Untuk membentuk citra Satisfaction is the consumer’s
pariwisata yang baik, secara garis besar fulfillment response. It is a judgement that a
harus memperhatikan dua hal, sebagai product or services feature, or the product
berikut (Soekadijo, 2000): or service itself, provide a pleasureable level
Dalam hubungannya dengan daerah of consumption-realted fulfillment (Oliver
wisata, citra pariwisata harus sesuai dengan dalam Zeithaml et al.,2009). Pernyataan
kenyataan di daerah tujuan wisata. tersebut memperlihatkan bahwa kepuasan
Dalam hubungannya dengan pasar merupakan respon dari keterlibatan
pariwisata, citra pariwisata harus konsumen dalam mengkonsumsi baik
memperhitungkan tata kehidupan, adat barang maupun jasa. Menurut Zeithaml et
kebiasan dan kegemaran pasar. al. (2009) satisfaction is the customer’s
evaluation of product or service in term of
Citra Pariwisata weather that product service has met
Menurut Hunt (1975, dalam customer’s need and expectations. Dari
Echtner dan Ritchi, 2003), citra destinasi pernyataan tersebut dapat disimpulkan
pariwisata adalah pesepsi yang dimiliki oleh bahwa kepuasan pelanggan merupakan
calon wisatawan atas suatu kawasan tertentu. proses evaluasi pelanggan terhadap harapan
Menurut Crompton (1977, dalam Echtner dan persepsinya.
dan Ritchi, 2003), citra pariwisata adalah
representasi atas destinasi yang terorganisasi
dalam suatu sistem yang kognitif, dan masih Kerangka Pemikiran
menurut Crompton (1979, dalam Echtner Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat
dan Ritchi, 2003) citra adalah jumlah dari digambarkan, sebagai berikut.
keyakinan, ide, dan kesan (impresi) yang
dimiliki oleh seseorang (wisatawan) atas
suatu destinasi pariwisata. Sementara itu
menurut Gartner & Hunt (1987, dalam
12
Jurnal Khasanah Ilmu Vol. V No. 1 Maret 2014
13
Studi Fenomenologis Live In Desa Wisata
berbasis pertanian dan kebudayaan. Waktu bekerja, dan mengikuti kegiatan dari awal
penelitian dimulai pada bulan Desember sampai akhir.
2013 sampai dengan bulan Januari 2014. Partisipan dua
Partisipan kedua adalah mahasiswa
HASIL PENELITIAN AKPAR BSI Yogyakarta, semester I, belum
Karakteristik partisipan bekerja, dan mengikuti kegiatan dari awal
Partisipan dalam penelitian ini sampai akhir.
adalah peserta live in desa wisata Brayut, Partisipan tiga
yakni mahasiswa BSI Yogyakarta, baik Partisipan ketiga adalah mahasiswa
AMIK maupun AKPAR. Karakteristik AKPAR BSI Yogyakarta, semester III,
partisipan yang peneliti paparkan meliputi sudah bekerja, dan mengikuti kegiatan dari
jenis kelamin, usia, tingkat semester, awal sampai dengan akhir.
program studi, agama, latar belakang Partisipan empat
pendidikan, dan pekerjaan. Sedang Partisipan keempat adalah
karakteristik pokok yang menjadi mahasiswa AKPAR BSI Yogyakarta,
pertimbangan dalam pemilihan partisipan semester III, belum bekerja, dan mengikuti
adalah program studi, tingkat semester, kegiatan dari awal sampai dengan akhir.
pekerjaan, dan menggikuti kegiatan dari Partisipan lima
awal sampai akhir. Keempat karakteristik Partisipan kelima adalah
tersebut sangat mempengaruhi cara pandang mahasiswa AMIK BSI Yogyakarta, semester
dan persepsi para partisipan, yang akan I, belum bekerja, dan mengikuti kegiatan
berdampak pada pengalaman yang dirasakan dari asal sampai dengan akhir.
selama live in di desa wisata Brayut. Berikut Partisipan enam
ini diuraikan beberapa karakteristik Partisipan keenam adalah mahasiswa
partisipan yang dianggap mewakili seluruh AMIK BSI Yogyakarta, semester I, sudah
partisipan dan layak untuk digali bekerja, dan mengikuti kegiatan dari asal
informasinya, guna menjawab pertanyaan sampai dengan akhir.
penelitian, sebagai berikut; Adapun karakteristik partisipan dapat
Partisipan satu diamati lebih jelas pada tabel berikut ini;
Partisipan satu adalah mahasiswa
AKPAR BSI Yogyakarta, semester I, sudah
14
Jurnal Khasanah Ilmu Vol. V No. 1 Maret 2014
15
Studi Fenomenologis Live In Desa Wisata
16
Jurnal Khasanah Ilmu Vol. V No. 1 Maret 2014
17
Studi Fenomenologis Live In Desa Wisata
Selama kegiatan live in, peserta wisata kurang mempersiapkan sarana dan
menginap dirumah warga, yang disebut prasarana, sehingga peralatan dan tempat
dengan homestay. Beberapa rumah warga yang disediakan kurang memadahi bagi
yang dijadikan sebagai homestay sudah semua peserta memasak tradisional.
dipersiapkan sedemikian rupa oleh pihak Sementara itu kolam yang disediakan oleh
pengelola dan tentunya dipilih rumah warga pengelola, tidak memenuhi persyaratan dan
yang memenuhi persyaratan. Tujuan dari keamanan bagi peserta. Kolam terlihat
menginap tersebut, diharapkan para peserta sangat kotor dan berbau, seharusnya pihak
bisa membaur dengan masyarakat dan pengelola melakukan upaya pembersihan
merasakan tinggal dirumah-rumah warga. kolam terlebih dahulu, setidaknya
Para peserta merasakan pengalaman yang melakukan penggantian air kolam, sehingga
menyenangkan, hal tersebut terlihat dari tidak menimbulkan gatal-gatal bagi para
respon partisipan yang menyatakan, bahwa peserta.
para pemilik rumah bersikap ramah, Secara garis besar dari hasil
memberikan pelayanan yang baik dan wawancara, ditemukan bahwa prosentase
menganggap peserta seperti keluarga sendiri. ketidak puasan lebih besar daripada
Pemilik rumah menyiapkan teh hangat di prosentase kepuasan. Ditemukan beberapa
pagi hari, berikut snacknya. Selain indikator ketidakpuasan, diantaranya :
pelayanan yang baik, rumah yang digunakan kurangnya jaminan keselamatan bagi
sebagai homestay, juga memiliki tingkat peserta, pengemasan acara yang kurang
kebersihan dan kenyamanan yang cukup menarik, kurangnya kordinasi yang baik dari
baik. Namun demikian satu hal yang kurang panitia, serta sarana-prasarana yang kurang
menyenangkan adalah letak dari homestay memadahi, meliputi tempat yang kurang
yang agak jauh dari lokasi utama atau pusat luas, peralatan tidak mecukupi bagi seluruh
kegiatan, sehingga peserta harus berjalan peserta, lokasi homestay jauh dari pusat
agak jauh dan memakan waktu untuk sampai acara. Selain indikator ketidakpuasan, juga
ke lokasi kegiatan, serta menyebabkan terdapat indikator kepuasan dari sisi
peserta terlambat mengikuti acara. keramahan tuan rumah, dinilai partisipan
sangat bagus, meskipun para warga tidak
2. Respon Partisipan terhadap Kegiatan Live mempunyai latar belakang pendidikan
in pariwisata tetapi meraka mempunyai
Respon partisipan terhadap kemampuan melayani wisatawan dengan
kegiatan live in dapat dibagi kedalam dua baik. Indikator tersebut, diperoleh dari
kelompok respon, yakin respon terhadap respon wisatawan selama kegiatan live in,
panitia dan respon kepada pengelola desa seperti diungkapkan oleh Oliver dalam
wisata. Kedua kelompok respon tersebut Zeithaml et al (2009), kepuasan merupakan
akan dirinci, sebagai berikut. respon dari keterlibatan konsumen dalam
mengkonsumsi baik barang maupun jasa.
Respon terhadap Panitia Menurut Zeithmal (2009), kepuasan
Respon terhadap panitia, terlihat dari pelanggan merupakan evaluasi pelanggan
jawaban partisipan pada tema analisa dua terhadap harapan dan persepsinya.
dan empat. Dari tema analisa dua, diperoleh Sedangkan Soekijo, (2000), menyatakan
respon dari peserta mengenai rute yang persepsi yang dimiliki wisatawan sangat erat
dirancang panitia, kurang menarik, terlalu hubungannya dengan tourist image atau citra
pendek dan kurang kondusif. Sementara itu pariwisata yang didistribusikan kepada
lokasi homestay yang dipilih oleh panitia, wisatawan. Dalam hal ini pihak pengelola
letaknya kurang strategis. Seharusnya desa wisata Brayut mempunyai pekerjaan
panitia melakukan survey terlebih dahulu rumah, yang cukup penting dengan melihat
terhadap lokasi yang akan digunakan pada indikator ketidakpuasan yang
sehingga dapat menentukan rute yang tepat ditemukan oleh peneliti dilapangan.
untuk susur sungai serta letak homestay Pengelola desa wisata harus melakukan
yang tepat dan tidak terlalu jauh dengan evaluasi dan langkah-langkah strategis
pusat kegiatan. berikutnya untuk memperbaiki kualitas
pelayanan bagi para pengunjung yang akan
Respon terhadap Pengelola Desa Wisata dating dan mempengaruhi perilaku dari
Respon para partisipan dapat wisatawan selanjutnya, sebagaimana
terjawab dari tema analisa satu, tentang diungkapkan oleh Schiffman dan Kanuk
memasak tradisional dan tema analisa tiga (2007), perilaku pelanggan adalah proses
tentang menangkap ikan. Pengelola desa yang dilalui oleh seseorang dalam mencari,
18
Jurnal Khasanah Ilmu Vol. V No. 1 Maret 2014
Cresswell, J.W. (1998). Qualitative Inquiry Santoso, Singgih, 2000, Buku Latihan SPSS
and Research Design : Choosing Among Statistik Parametrik. PT Elex Media Jakarta
Five Tradition. Thousands Oaks : Sage : Komputindo.
publication, Inc.
Soekadijo. 2000. Anatomi Pariwisata
Damanik, Janianton & Weber, Helmut F. Memahani pariwisata sebagai “Systemic.
2006. Perencanaan Ekowisata Darti teori ke
aplikasi.Yogyakarta : PUSPAR UGM dan Sugiyono. 2008. Metode penelitian
Andi Offset. Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.Bandung :
Alfabeta.
Ecthner, Charlotte M & J.R. Brent Ritchie
(2003). “The Meaning and Measurement of Streubert & Carpenter (1999). Qualitative
Destination Image” dalam The Journal of Reseach in Nursing Advancing The
Tourism Studies Vo. 14, No. 1, May 2013 Humanistic Imperative. Philadelpia :
dalam Lipincott.
http://www.jcu.com.au/business/public/grou
ps/everyone/documents/journal_article/jcude Speziale, H.J.S, & Carpenter, D.R. (2003).
v_012855.pdf. Diakses 29 Mei 2012 Qualitatif Research in Nursing (3th ed).
Philadelphia: Lippincott Williams
Gunn, C. (19880. Vacationscapes: &Wilkins.
Designing Tourist Regions. New York: Van
Nostrand Reinhold. Supranto. 2006. Pengukuran Tingkat
Fandeli,Chafid. (2002). Perencanaan Kepuasan Pelanggan.Jakarta: Rineka Cipta.
Kepariwisataan Alam. Fakultas Kehutanan
19
Studi Fenomenologis Live In Desa Wisata
20