Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Jurnal Khasanah Ilmu Vol. V No.

1 Maret 2014

STUDI FENOMENOLOGIS LIVE IN DESA WISATA (STUDI KASUS


MAHASISWA BSI YOGYAKARTA)
Ani Wijayanti
Program Studi Perhotelan
Akademi Pariwisata BSI Yogyakarta
Jalan RingRoad Barat Ambarketawang Gamping Sleman
Email: ani.awi@bsi.ac.id

Abstract

Live experience at tourism village give a major influence on the formation of the tourists
image. The image formed, greatly influence the decision-making process to make repeat bussiness
or not at all. This study used a qualitative research design with a phenomenological study
approach, by outlining or exploit live experience in the tourists through three stages, namely
intuiting, analyzing and describing. The population were all live in participants in the tourism
village in Brayut, on December 4 s / d January 5, 2014, which is totaled 150 participants,
Yogyakarta BSI students who are following the live activities in the tourism Brayut village.
Samples were obtained six criteria of participants, and the results of research, there are several
indicators of dissatisfaction, namely the lack of a safety guarantee for the participants, the event is
less attractive packaging, lack of good coordination of the committee, as well as the lack of
infrastructure, covering the less knowledgeable, equipment not supplicants for all participants,
homestay locations away from the center of the show. In this case the manager of Brayut village
tourism have an important homework, to look at the dissatisfaction indicators which is founded by
researcher in the field. The stakeholder must evaluate the village tourism and decide the next
strategic steps to improve the services quality for the visitors, which is influence the behavior of
subsequent travelers, as revealed by Schiffman and Kanuk (2007), customer behavior is a process
through which a person in finding, purchasing, using, evaluating and acting after using the
product, service or idea which is expected to meet the needs.

Key Words : phenomenological, Live in, Experience, and Tourism village

PENDAHULUAN terhadap kelestarian alam, sebagai dampak


Pengelolaan pariwisata yang baik negatif dari eksploitasi yang dilakukan
dan berkesinambungan mempunyai peranan dengan dalih pengembangan wisata.
yang sangat penting dalam meningkatkan Desa wisata merupakan salah satu bentuk
taraf hidup masyarakat disekitarnya. pariwisata alternatif, yang memberikan
Pariwisata terus berkembang seiring dengan kesempatan bagi para wisatawan yang ingin
permintaan dari pemakai jasa pariwisata itu menikmati kehidupan pedesaan yang masih
sendiri. Dewasa ini terjadi pergeseran minat alami, yang sering disebut dengan istilah live
pariwisata, dari pariwisata yang bersifat in. Program live in merupakan program
masal menjadi pariwisata minat khusus pembelajaran untuk mengenal sebuah
(special interest). Salah satu penyebab, lingkungan penduduk, dengan mengikuti
pergeseran minat wisata ini adalah tingginya semua kegiatan mereka baik di rumah
tingkat kejenuhan masyarakat dengan gaya maupun saat bekerja di luar. Dalam kegiatan
hidup yang ada. Live in diharapkan wisatawan mempelajari,
Masyarakat mempunyai memahami, mengenal, merasakan dan
kecenderungan melakukan kegiatan wisata merefleksikan kegiatan, pola kehidupan dan
dengan lokasi yang jauh dari keramaian, nilai-nilai budaya masyarakat setempat
menghindari kebisingan, menikmati wisata dengan bimbingan keluarga dimana para
alam yang natural dan bebas dari polusi. siswa bertempat tinggal. Salah satu tujuan
Sehingga tidak mengherankan, dewasa ini program Live in di pedesaan adalah
banyak bermunculan desa wisata - desa menumbuhkan sikap hidup sederhana,
wisata, yang menonjolkan keunggulan bekerja keras, gotong royong, bertanggung
masing-masing. Pengembangan desa wisata jawab, tolong menolong, peduli dengan
diharapkan mampu memberikan jawaban lingkungan, bekerjasama, sikap hidup
atas keresahan para pemerhati pariwisata mandiri, saling menghormati dan sikap

9
Studi Fenomenologis Live In Desa Wisata

hidup Jujur. Sikap-sikap ini sudah mulai dan keragaman bagi daerah tersebut. Dengan
hilang terutama di masyarakat perkotaan. kondisi tersebut, kota Sleman menawarkan
Tujuan lain dari program Live In adalah potensi yang cukup menjanjikan baik
menanamkan semangat kepedulian dalam potensi agro, kerajinan maupun makanan
diri peserta untuk membentuk karakter, olahan, yang merupakan penunjang sektor
menjalani hidup apa adanya dengan kepariwisataan dan mampu meningkatkan
beradaptasi dengan masyarakat dan juga perekonomian masyarakat.
lingkungan alam pedesaan. Manfaat Desa wisata Brayut, merupakan
program live in di desa adalah peserta live in salah satu desa wisata yang berbasis
dapat merasakan suasana kekeluargaan, pertanian dan budaya, dan terletak di
belajar memaknai tatacara hidup Pandowoharjo, Sleman, Yogyakarta.
bermasyarakat di pedesaan dan Berbagai aktivitas ditawarkan, diantaranya
keharmonisan kebersamaan, dan menghargai pertanian, perkebunan, menari, kerawitan,
perjuangan para orang tua yang telah memasak tradisional, tangkap ikan, susur
menyediakan segala fasilitas bagi mereka. sungai, menjanur, membatik, dan kegiatan
Manfaat yang terutama adalah mendapatkan outbound lainnya. Berbagai aktivitas yang
suasana baru yang belum pernah mereka terjadi selama live in di desa wisata Brayut
rasakan dan mendapatkan pelajaran untuk memberikan kesan yang berbeda-beda bagi
bisa mandiri, bertanggungjawab dan masing-masing wisatawan. Berbagai kesan
menghormati orang lain. Kesederhanaan, muncul dari pengalaman selama live in desa
kejujuran dan juga kebersamaan masyarakat wisata Brayut, ada yang puas, tidak puas,
pedesaan juga diharapkan dapat maupun biasa saja. Pengalaman wisatawan
menginspirasi para peserta setelah selesai tersebut sangat menarik untuk dikaji lebih
kegiatan Live In di Desa. dalam, sehingga dapat ditarik kesimpulan
Berbagai bentuk kegiatan live in mengenai indikator-indikator penting untuk
dapat berupa; 1). kegiatan pertanian, meningkatkan kualitas pelayanan melalui
meliputi; tanam padi, menjemur padi, pengalaman wisatawan selama live in di
memandikan kerbau, bajak sawah, berkebun, sebuah desa wisata Brayut. Pengalaman
menyiangi rumput, 2). kegiatan perkebunan, yang dirasakan oleh para wisatawan, sangat
meliputi; tanam pohon kopi, tanam palawija, mempengaruhi citra yang terbentuk, yang
3). kegiatan seni budaya, meliputi; belajar selanjutkan akan sangat berpengaruh
menari, membatik, membuat anyaman, terhadap penilaian wisatawan terhadap
belajar gamelan, membuat kerajinan, 4). keberadaan sebuah objek wisata. Citra atau
kegiatan kemadirian, meliputi; belajar image yang terbentuk oleh wisatawan sangat
memasak, belajar membuat makanan mempengaruhi proses pengambilan
tradisional, 5). kegiatan peternakan, keputusan apakah mau kembali
meliputi; budidaya ikan, beternak kambing, mengunjungi desa wisata tersebut atau tidak
dan 6). kegiatan fun Game, meliputi; kembali sama sekali.
tangkap ikan, sepak bola lumpur, tangkap
bebek, outbound, dan tracking pedesaan. RUMUSAN MASALAH
Yogyakarta sebagai daerah yang Program Live in memberikan
berbasis agraris dan memiliki potensi kesempatan bagi para wisatawan untuk
pariwisata minat khusus, sudah saatnya merasakan secara langsung seluruh aktivitas
menggarap potensi tersebut untuk menjadi keseharian masyarakat. Dengan demikian
atraksi wisata yang layak dijual. Menurut para wisatawan, memperoleh pengalaman
Eadington & Smith dalam Budiarta (2012), yang tentu saja akan dirasakan berbeda-beda
wisata pedesaan merupakan salah satu bagi masing-masing peserta. Pengalaman
pariwisata alternatif, yakni suatu bentuk yang dirasakan oleh peserta live in, sangat
pariwisata yang mengutamakan nilai-nilai erat dengan kesan yang mereka rasakan dan
alam, sosial dan nilai-nilai masyarakat serta keinginan untuk mengunjungi kembali atau
memungkinkan masyarakat lokal dan merekomendasikan kepada pihak lain.
wisatawan menikmati interaksi yang positif Pengalaman yang baik, akan berdampak
dan bermanfaat serta menikmati pengalaman positif pada proses promosi, karena secara
secara bersama-sama. otomatis wisatawan yang puas akan
Kabupaten Sleman dengan luas wilayah menceritakan dan menarik wisatawan lain
57,482 Km2 memiliki potensi unggulan yang untuk datang. Sedangkan pengalaman yang
sangat khas. Masing-masing daerah buruk, akan memberikan dampak yang
mempunyai kekayaan alam, budaya, tradisi sebaliknya. Dari rumusan permasalahan
yang berbeda-beda dan menjadi ciri khas diatas dapat disimpulkan pentingnya

10
Jurnal Khasanah Ilmu Vol. V No. 1 Maret 2014

pengalaman wisatawan selama live in di suasana yang mencerminkan keaslian


sebuah desa wisata, sehingga dirumuskan pedesaan baik dari kehidupan sosial
pertanyaan penelitian, sebagai berikut; ekonomi, sosial budaya, adat istiadat,
Bagaimana pengalaman wisatawan selama keseharian, memiliki arsitektur bangunan
live in di desa wisata Brayut, Sleman, dan struktur tata ruang desa yang khas,
Yogyakarta? kegiatan perekonomian yang unik dan
menarik serta mempunyai potensi untuk
TINJAUAN PUSTAKA dikembangkannya berbagai komponen
Pariwisata Alternatif kepariwisataan, misalnya: atraksi,
Menurut Suwantoro (2004), akomodasi, makanan-minuman, dan
pariwisata alternatif mempunyai dua kebutuhan wisata lainnya.
pengertian, yaitu: Menurut Chafid Fandeli secara
Sebagai salah satu bentuk kepariwisataan lebih komprehensif menjabarkan desa wisata
yang timbul sebagai reaksi terhadap sebagai suatu wilayah pedesaan yang
dampak-dampak negatif dari pengembangan menawarkan keseluruhan suasana yang
dan perkembangan pariwisata konvensional. mencermminkan keaslian desa, baik dari
Sebagai bentuk kepariwisataan yang berbeda segi kehidupan sosial budaya, adat istiadat,
(yang merupakan alternatif) dari pariwisata aktifitas keseharian, arsitektur bangunan,
konvensional untuk menunjang kelestarian dan struktur tata ruang desa, serta potensi
lingkungan. yang mampu dikembangkan sebagai daya
Pariwisata alternatif adalah proses tarik wisata, misalnya: atraksi, makanan dan
mempromosikan beberapa anggota dari minuman, cinderamata, penginapan, dan
komunitas berbeda dan berusaha untuk kebutuhan wisata lainnya (Chafid fandeli,
mencapai saling pengertian, solidaritas dan 2002).
keadilan bagi para peserta. Salah satu bentuk Desa wisata merupakan suatu
pariwisata alternatif, dalam artian jenis atau bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi,
bentuk pariwisata yang berbeda dari dan fasilitas pendukung yang disajikan
pariwisata konvensional adalah ekowisata. dalam suatu struktur kehidupan masyarakat
Ekowisata dalam bahasa Indonesia biasa yang menyatu dengan tata cara dan tradisi
diartikan sebagai pariwisata berwawasan yang berlaku. Suatu desa wisata memiliki
lingkungan, maksudnya melalui aktivitas daya tarik yang khas (dapat berupa keunikan
yang berkaitan dengan alam, wisatawan fisik lingkungan alam pedesaan, maupun
diajak melihat dan menyaksikan alam dari kehidupan sosial budaya masyarakatnya)
dekat, menikmati keaslian alam dan yang dikemas secara alami dan menarik
lingkungannya sehingga membuatnya sehingga daya tarik pedesaan dapat
tergugah untuk mencintai alam (Surwantoro, menggerakkan kunjungan wistawan ke desa
2004). Penyelenggaraan ekowisata, tersebut (Kementrian Kebudayaan dan
memelihara keaslian lingkungan tanpa Pariwisata, 2011).
merusak alam, flora dan fauna, memelihara
keaslian lingkungan tanpa merusak alam, Live in Desa Wisata
sekitar dan terciptanya ketenangan, sehingga Kegiatan yang dilaksanakan dalam
tercipta keseimbangan antara kehidupan sebuah desa wisata mempuyai dua makna
manusia dengan alam di sekitarnya. atau pengertian, yakni (1) Apabila tamu
Menurut Wood (2002 dalam menginap disebut desa wisata; (2). Apabila
Nugroho, 2011), ekowisata adalah sebagian tamu hanya berkunjung disebut wisata desa.
dari sustainable tourism, yakni sektor Masyarakat adalah penggerak utama dalam
ekonomi yang lebih luas dari ekowisata desa wisata. Masyarakat itu sendiri yang
yang mencakup sektor-sektor pendukung mengelola pariwisata tersebut, sehingga
kegiatan wisata secara umum, meliputi tidak ada investor yang bisa masuk untuk
wisata bahari (beach and sun tourism), mempengaruhi perkembangan desa wisata
wisata pedesaan (rural and agro tourism), itu sendiri. Apabila ada suatu desa wisata
wisata alam (natural tourism), wisata yang dikelola oleh investor berarti desa
budaya (cultural tourism), atau perjalanan tersebut bukanlah desa wisata dalam arti
bisnis (business travel). yang sebenarnya (Asyari, 2012).
Masyarakat menjadikan rumah-rumah
Desa Wisata mereka atau sebagian kamar-kamar mereka
Menurut Pariwisata Inti Rakyat menjadi tempat tinggal tamu sementara
(PIR), desa wisata adalah suatu kawasan (homestay) dalam suatu desa wisata. Akan
pedesaan yang menawarkan keseluruhan menjadi komplit apabila tamu-tamu bisa

11
Studi Fenomenologis Live In Desa Wisata

menikmati keseharian rakyat (live in) Echtner dan Ritchi, 2003) citra pariwisata
merasakan sajian makan dan jenis atraksi adalah kesan yang seseorang miliki tentang
kebudayaan desa. Desa wisata akan sukses suatu Negara yang bukan merupakan tempat
kalau seluruh anggota masyarakat baik tinggalnya.
kepala keluarga, ibu-ibu rumah tangga, Citra pariwisata dibentuk tidak
pemuda, dan anak-anak ikut mendukung secara serta merta, melainkan dibentuk
keberadaan desa wisata tersebut (Asyari, berdasarkan prasyarat tertentu. Citra
2010). destinasi pariwisata merupakan suatu
pengembangan konstruk mental tertentu
Persepsi Wisatawan berdasarkan kesan-kesan tertentu yang
Menurut Solomon (1999 dalam dipilih dari limpahan informasi yang
Prasetijo dan Ihalauw, 2005), persepsi diterima. Dalam konteks pariwisata,
adalah proses dimana sensasi yang diterima limpahan informasi ini didapatkan dari
seseorang dipilah-dipilah, kemudian diatur berbagai sumber dan alat publikasi, seperti
dan akhirnya diinterpretasikan. Faktor-faktor brosur wisata, poster, iklan pariwisata audio
yang mempengaruhi pembentukan persepsi visual, atau bahkan informasi yang
orang, adalah faktor internal dan eksternal. didapatkan dari sesama teman, kolega, atau
Faktor internal meliputi pengalaman, keluarga dari mulut ke mulut (Echtner dan
kebutuhan saat itu, nilai-nilai yang ritchi, 20013).
dianutnya dan ekspektasi atau Hal ini berarti citra destinasi pariwisata tidak
pengharapannya. Sedangkan faktor terbentuk secara instant, tapi merupakan
eksternal, meliputi tampakan produk, sifat- akumulasi pengalaman yang didapatkan.
sifat stimulus dan situasi lingkungan Oleh karena itu, citra suatu destinasi dapat
(Prasetijo dan Ihalauw, 2005). saja berubah dari citra yang baik menjadi
Persepsi yang dimiliki oleh buruk atau sebaliknya, tergantung pada
wisatawan sangat erat hubungannya dengan bagaimana pengelolaan terhadap destinasi
tourist image atau citra pariwisata yang tersebut.
didistribusikan kepada wisatawan. citra
pariwisata harus sesuai dengan harapan Kepuasan Wisatawan
konsumen. Untuk membentuk citra Satisfaction is the consumer’s
pariwisata yang baik, secara garis besar fulfillment response. It is a judgement that a
harus memperhatikan dua hal, sebagai product or services feature, or the product
berikut (Soekadijo, 2000): or service itself, provide a pleasureable level
Dalam hubungannya dengan daerah of consumption-realted fulfillment (Oliver
wisata, citra pariwisata harus sesuai dengan dalam Zeithaml et al.,2009). Pernyataan
kenyataan di daerah tujuan wisata. tersebut memperlihatkan bahwa kepuasan
Dalam hubungannya dengan pasar merupakan respon dari keterlibatan
pariwisata, citra pariwisata harus konsumen dalam mengkonsumsi baik
memperhitungkan tata kehidupan, adat barang maupun jasa. Menurut Zeithaml et
kebiasan dan kegemaran pasar. al. (2009) satisfaction is the customer’s
evaluation of product or service in term of
Citra Pariwisata weather that product service has met
Menurut Hunt (1975, dalam customer’s need and expectations. Dari
Echtner dan Ritchi, 2003), citra destinasi pernyataan tersebut dapat disimpulkan
pariwisata adalah pesepsi yang dimiliki oleh bahwa kepuasan pelanggan merupakan
calon wisatawan atas suatu kawasan tertentu. proses evaluasi pelanggan terhadap harapan
Menurut Crompton (1977, dalam Echtner dan persepsinya.
dan Ritchi, 2003), citra pariwisata adalah
representasi atas destinasi yang terorganisasi
dalam suatu sistem yang kognitif, dan masih Kerangka Pemikiran
menurut Crompton (1979, dalam Echtner Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat
dan Ritchi, 2003) citra adalah jumlah dari digambarkan, sebagai berikut.
keyakinan, ide, dan kesan (impresi) yang
dimiliki oleh seseorang (wisatawan) atas
suatu destinasi pariwisata. Sementara itu
menurut Gartner & Hunt (1987, dalam

12
Jurnal Khasanah Ilmu Vol. V No. 1 Maret 2014

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teoritik

METODOLOGI PENELITIAN Tahap intuiting adalah tahap


Penelitian ini menggunakan desain dimana peneliti mulai masuk secara total
riset kualitatif dengan pendekatan studi atau menyatu dengan fenomena yang akan
fenomenologi. Alasan pemilihan metode diteliti. Agar data-data yang diberikan
fenomenologi adalah untuk menjawab partisipan bersifat alami dan bebas dari
masalah penelitian dengan menguraikan atau asumsi peneliti. Pada tahap analyzing,
mengeksploitasi pengalaman live in para peneliti mengidentifikasi esensi/intisari
wisatawan melalui wawancara mendalam. fenomena perbedaan pengalaman live in
Fenomenologi merupakan salah satu metode dengan mengeksplorasi pengalaman para
pada penelitian kualitatif. Metode peserta live in tersebut, dari satu kegiatan ke
fenomenologi berfokus pada penemuan fakta kegiatan yang lain. Tahap describing,
terhadap suatu fenomena sosial dan berusaha merupakan tahap akhir dari fenomenologi
memahami tingkah laku manusia deskriptif. Pada tahap ini peneliti membuat
berdasarkan perspektif partisipan (Struesbert narasi yang luas dan mendalam tentang
& Carpenter, 1999, Poerwandari, 2005). fenomena, yaitu mendeskripsikan
Menurut Spezialle dan Carpenter (2003), ada pengalaman peserta live in dalam bentuk
enam langkah utama pada studi makalah atau laporan penelitian.
fenomenologi, yaitu : descriptive Populasi pada penelitian ini adalah
phenomenology, phenomenology of seluruh peserta Live in di desa wisata
essences, phenomenology of apperances, Brayut, pada tanggal 4 s/d 5 Januari 2014,
constitutive phenomenology, reductive yang berjumlah 150 partisipan, yakni
phenomenology, dan hermeneutic mahasiswa AMIK dan AKPAR BSI
phenomenology. Penelitian ini hanya Yogyakarta yang sedang mengikuti kegiatan
menggunakan langkah awal dalam penelitian live in di desa wisata Brayut. Sampel pada
fenomenologi yaitu fenomenologi deskriptif penelitian ini adalah partisipan yang
dengan mengeksplorasi langsung, memenuhi kriteria dan diseleksi dengan
menganalisis dan mendeskripsikan melakukan pengamatan dan berbincang-
fenomena pengalaman live in para bincang, sehingga diperoleh sampel yang
wisatawan. Proses penelitian terdiri dari tiga benar-benar sesuai dengan kriteria yang
tahap, yaitu intuiting, analyzing dan sudah ditentukan. Penelitian dilaksanakan di
describing (Spielgelberg, 1975 dalam desa wisata Brayut, Pandowoharjo, Sleman,
Struebert & Carpenter, 1999). Yogyakarta, yakni sebuah desa wisata

13
Studi Fenomenologis Live In Desa Wisata

berbasis pertanian dan kebudayaan. Waktu bekerja, dan mengikuti kegiatan dari awal
penelitian dimulai pada bulan Desember sampai akhir.
2013 sampai dengan bulan Januari 2014. Partisipan dua
Partisipan kedua adalah mahasiswa
HASIL PENELITIAN AKPAR BSI Yogyakarta, semester I, belum
Karakteristik partisipan bekerja, dan mengikuti kegiatan dari awal
Partisipan dalam penelitian ini sampai akhir.
adalah peserta live in desa wisata Brayut, Partisipan tiga
yakni mahasiswa BSI Yogyakarta, baik Partisipan ketiga adalah mahasiswa
AMIK maupun AKPAR. Karakteristik AKPAR BSI Yogyakarta, semester III,
partisipan yang peneliti paparkan meliputi sudah bekerja, dan mengikuti kegiatan dari
jenis kelamin, usia, tingkat semester, awal sampai dengan akhir.
program studi, agama, latar belakang Partisipan empat
pendidikan, dan pekerjaan. Sedang Partisipan keempat adalah
karakteristik pokok yang menjadi mahasiswa AKPAR BSI Yogyakarta,
pertimbangan dalam pemilihan partisipan semester III, belum bekerja, dan mengikuti
adalah program studi, tingkat semester, kegiatan dari awal sampai dengan akhir.
pekerjaan, dan menggikuti kegiatan dari Partisipan lima
awal sampai akhir. Keempat karakteristik Partisipan kelima adalah
tersebut sangat mempengaruhi cara pandang mahasiswa AMIK BSI Yogyakarta, semester
dan persepsi para partisipan, yang akan I, belum bekerja, dan mengikuti kegiatan
berdampak pada pengalaman yang dirasakan dari asal sampai dengan akhir.
selama live in di desa wisata Brayut. Berikut Partisipan enam
ini diuraikan beberapa karakteristik Partisipan keenam adalah mahasiswa
partisipan yang dianggap mewakili seluruh AMIK BSI Yogyakarta, semester I, sudah
partisipan dan layak untuk digali bekerja, dan mengikuti kegiatan dari asal
informasinya, guna menjawab pertanyaan sampai dengan akhir.
penelitian, sebagai berikut; Adapun karakteristik partisipan dapat
Partisipan satu diamati lebih jelas pada tabel berikut ini;
Partisipan satu adalah mahasiswa
AKPAR BSI Yogyakarta, semester I, sudah

Tabel 1.Rekapitulasi Karakteristik Partisipan


No Pekerjaan Prodi Semester Lama mengikuti
kegiatan
1 Swasta Perhotelan I Penuh
2 Mahasiswa Perhotelan I Penuh
3 Swasta Perhotelan III Penuh
4 Mahasiswa Perhotelan III Penuh
5 Bekerja Informatika I Penuh
6 Mahasiswa Informatika I Penuh

Analisis Tema di analisis apakah menjawab tujuan


Analisis tematik yang dilakukan penelitian atau tidak. Tema-tema yang
pada studi ini melalui bebarapa tahapan dihasilkan akan dijabarkan berdasarkan
yaitu; 1) membaca kembali hasil observasi, tujuan khusus penelitian. Hasil analisis
2) membuat transkrip verbatim secara teliti, tema-tema tersebut adalah sebagai berikut;
3) melakukan klarifikasi data, 4) Tema 1: Pengalaman Memasak Tradisional
menganalisis kata kunci dengan Kegiatan memasak tradisional dilaksanakan
menggarisbawahi atau membuat kode pada dengan mengolah legondo, sagu, dan
kata yang bermakna, 5) menganalisis kata cemplon, yang dilaksanakan di rumah-rumah
kunci untuk disusun menjadi kategori, 6) warga. Skema tema analisis memasak
menganalisis kategori-kategori untuk tradisional, dapat dilihat sebagai berikut;
membuat tema, 7) tema yang sudah tersusun

14
Jurnal Khasanah Ilmu Vol. V No. 1 Maret 2014

Gambar 2. Tema Analisis Memasak Tradisional

Kategori yang peneliti temukan “…….dapat mengetahui cara-cara memasak


terbagi dalam dua kelompok kategori, yakni tradisional yang sama sekali tidak tahu…”
menyenangkan dan tidak menyenangkan. (Partisipan II).
Pengalaman tidak menyenangkan dirasakan “….menyenangkan, mengetahui contoh dari
oleh partisipan karena peralatan yang makanan tradisional, cara membuat dan
disediakan kurang memadahi. Kategori prosesnya….” (Partisipan III).
pengalaman tidak menyenangkan karena “…menyenangkan, kerana saya dirumah
kurangnya peralatan, dinyatakan oleh sudah jarang memasak makanan tradisional
partisiapan dengan menjelaskan bahwa dan senang bisa berkumpul dengan teman-
peserta tidak bisa terlibat langsung dalam teman…..” (Partisipan V).
proses pembuatan makanan tradisional. Hal “…..Ya..karena memupuk tali persaudaraan
ini diungkapkan oleh partisipan, sebagai antara mahasiswa dengan penduduk
berikut; setempat…” (partispan VI).
“…terlalu banyak orang, wajan dan kompor
hanya satu, jadi ada yang tidak bisa melihat 2. Tema 2: Pengalaman Susur Sungai
atau kebagian memasak…..”(partisipan I). Menyusuri sungai dilakukan
“….kurang kondusif, karena tidak semua dengan melakukan perjalanan sepanjang
bisa mendapatkan pengetahuan sungai yang sudah ditentukan rutenya oleh
tersebut…..” (Partisipan III). panitia. Penyusuran sungai dilakukan
“…..karena mahasiswa satu dengan yang perkelompok, dengan masing-masing
lain tidak kompak, disisi lain saat dijelaskan kelompok dikawal oleh seorang senior yang
cara memasak tidak pada mendengarkan juga merupakan panitia. Berbagai kendala
tetapi malah sibuk sendiri, hanya beberapa yang ada pada medan susur sungai harus
orang yang mecoba masakan itu dan cara dilalui oleh setiap peserta, dimana
membuatnya….” (partisipan IV). diharapkan terwujud kerjasama yang baik
Sedangkan kategori penglaman diantara anggota kelompok. Skema tema
menyenangkan, sebagaimana seperti analisis susur sungai, dapat dilihat, sebagai
diungkapkan oleh partisipan berikut; berikut;

Gambar 3.Tema Analisis Susur Sungai

Peneliti menemukan beberapa menyenangkan, meliputi rute tidak menarik


kategori dari pengalaman yang tidak dan badan yang terasa gatal-gatal dan capek,

15
Studi Fenomenologis Live In Desa Wisata

sebagaimana diungkapkan oleh partisipan, “….menambah kebersamaan sesama


sebagai berikut; mahasiswa BSI….” (partisipan II).
“….tidak menyenangkan karena, setelah “…bekerjasama dengan kelompok, bermain
susur sungai, badan saya jadi gatal- lumpur dan berkotor-kotoran bersama…..”
gatal….” (partisipan IV). (partisipan IV).
“….tidak menyenangkan, karena rutenya “….terjadi keakraban dalam kegiatan ini…”
terlalu pendek dan kurang mengasyikkan…” (partisipan IV).
(partisipan II).
“….alur kegiatan kurang jelas, kurang 3. Tema Analisis Menangkap Ikan
menarik, tidak tertantang, biasa saja sama Kegiatan menangkap ikan,
seperti kegiatan sehari-hari….(partisipan dilakukan oleh masing-masing peserta, di
III). kolam ikan yang sudah disediakan oleh
pengelola desa wisata. Ikan yang disiapkan
Sedangkan kategori adalah ikan bawal, dimana setelah ditangkap
menyenangkan, dapat dilihat dari ungkapan ikan tersebut dapat dibawa pulang dalam
partisipan, yang terkait dengan kekompakan kodisi segar atau dibakar dan dinikmati
yang terjadi, sebagai berikut; bersama. Skema tema analisis menangkap
ikan, dapat dilihat sebagai berikut;

Gambar 5.Tema Analisis Menangkap Ikan

Kategori yang peneliti temukan dari “…meyenangkan karena, bisa menangkap


kegiatan tidak menyenangkan karena kolam ikan dengan kepuasan sendiri….”
kotor dan berbau, terlihat dari ungkapan (partisipan IV).
partisipan, berikut ini;
“….air kolamnya kotor dan membuat badan 4. Pengalaman Menginap di Homestay
gatal-gatal semua…” (partisipan II). Kegiatan live in di desa wisata
“….lumpurnya sangat bau….” (partisipan Brayut dilaksanakan selama dua hari, satu
IV). malam. Para peserta menginap selama satu
Sedangkan kategori malam, di homestay atau rumah milik warga
menyenangkan, dapat dilihat dari ungkapan yang sudah disediakan. Skema tema analisis
partisipan, sebagai berikut: pengalaman menginap di homestay, dapat
“….sangat menantang dan mnegasyikkan, dilihat sebagai berikut;
karena saling bercanda….” (partisipan II).

Gambar 6.Tema Analisis Menginap di Homestay

16
Jurnal Khasanah Ilmu Vol. V No. 1 Maret 2014

Kategori kegiatan tidak sehingga beberapa peserta bahkan sama


menyenangkan yang ditemukan oleh sekali tidak bisa melihat proses pembuatan
peneliti, sebagai berikut; makanan tradisional tersebut. Sedangkan
“…..sebenarnya homestaynya cukup pengalaman menyenangkan yang diperoleh
nyaman, pemilik homestay sendiri orangnya para peserta adalah adanya pengetahuan
ramah dan baik, namun jarak homestay tambahan tentang cara pembuatan makanan
dengan joglo jauh, sehingga peserta tradisional, yang saat ini sudah mulai
kesulitan untuk mengikuti kegiatan tepat tergeser oleh menu-menu makanan modern
waktu….” (partisipan IV) yang lebih menarik baik dalam rasa, warna,
maupun bentuk. Meskipun sebenarnya
Sedangkan kategori makanan tradisional lebih sehat dengan
menyenangkan, dapat dilihat dari ungkapan bahan dasar memanfaatkan hasil lokal,
partisipan, sebagai berikut; masyarakat setempat.
“…homestay nyaman, ibu penjaga
ramah…” (partisipan I). Pengalaman susur sungai
“…serasa keluarga sendiri….” (partisipan Kegiatan susur sungai dilaksanakan
II). setelah para peserta sarapan dan senam pagi.
“….karena tempatnya bersih, nyaman, dan Kegiatan ini dirancang dengan tujuan untuk
orang pemilik rumah ramah, seperti menumbuhkan rasa kebersamaan diantara
menginap di hotel Budget…” (partisipan mahasiswa, namun demikian tidak semua
III). peserta merasakan hasil sesuai yang
“…karena ibu pemilik homestay sangat diharapkan panitia dan pengelola desa
baik, ramah, rumahnya bersih dan layak…” wisata. Beberapa peserta merasakan rute
(partisipan IV) susur sungai yang dirancang panitia, terlalu
pendek dan kurang menantang, selain itu
PEMBAHASAN juga medannya yang kurang kondusif,
Interpretasi hasil penelitian sehingga menyebabkan gatal-gatal, selain itu
dilakukan dengan melakukan pembahasan juga faktor keamanan kurang diperhatikan
tentang perspektif dan respon partisipan dan rawan terjadinya kecelakaan. Sedangkan
terhadap kegiatan live in tersebut. Penelitian pengalaman menyenangkan dapat dirasakan
ini menitikberatkan pada pengalaman oleh partisipan dengan adanya rasa
partisipan dalam kegiatan live in di desa kekompakan, keakraban, dan kebersamaan
wisata Brayut. Peneliti mengidentifikasikan diantara peserta. Selama kegiatan susur
menjadi empat tema dan selanjutnya peneliti sungai, diantara peserta saling membantu
akan membahas masing-masing tema secara untuk bisa mencapai tempat finish dengan
rinci yang telah diidentifikasi berdasarkan selamat.
tujuan penelitian.
1. Persepsi Partisipan terhadap Pengalaman Pengalaman menangkap ikan
Live in Pengalaman kurang menyenangkan
Persepsi partisipan terhadap dari kegiatan menangkap ikan, ditujukan
kegiatan live in di desa wisata Brayut, dapat kepada pengelola desa wisata, yang tidak
dilihat dan terjawab oleh keempat tema yang mempersiapkan kolamnya dengan baik. Hal
sudah dibahas pada bab sebelumnya. tersebut terlihat dari respon peserta yang
Dimana masing-masing tema akan dibahas menyatakan badannya gatal-gatal setelah
secara rinci, sebagai berikut: kegiatan menangkap ikan. Air kolam yang
Pengalaman Memasak Tradisional digunakan untuk kegiatan tersebut,
Pengalaman tidak menyenangkan dari tampaknya jarang dibersihkan sehingga
kegiatan memasak tradisional dirasakan oleh airnya sangat kotor dan berbau, hal ini
partisipan, terkait dengan minimnya tentunya sangat berbahaya bagi para peserta.
peralatan yang disediakan oleh pihak Namun demikian, peserta juga merasakan
pengelola desa wisata, sehingga tidak semua hal yang menarik, dimana mereka bisa
partisipan bisa ikut terlibat dalam kegiatan menangkap banyak ikan, meskipun air
tersebut. Beberapa peserta yang tidak bisa dalam kolam kotor, para peserta tampak
ikut terlibat, cenderung membuat kegiatan menikmati kegiatan tersebut dengan aksi
sendiri dan tidak membaur dengan peserta lempar beberapa temen ke dalam kolam,
lainnya. Selain peralatan yang minim, sehingga beberapa peserta badannya penuh
proses pembuatan masakan tradisional lumpur.
dilakukan dirumah warga yang tempatnya
tidak bisa menampung seluruh peserta, Pengalaman menginap di homestay

17
Studi Fenomenologis Live In Desa Wisata

Selama kegiatan live in, peserta wisata kurang mempersiapkan sarana dan
menginap dirumah warga, yang disebut prasarana, sehingga peralatan dan tempat
dengan homestay. Beberapa rumah warga yang disediakan kurang memadahi bagi
yang dijadikan sebagai homestay sudah semua peserta memasak tradisional.
dipersiapkan sedemikian rupa oleh pihak Sementara itu kolam yang disediakan oleh
pengelola dan tentunya dipilih rumah warga pengelola, tidak memenuhi persyaratan dan
yang memenuhi persyaratan. Tujuan dari keamanan bagi peserta. Kolam terlihat
menginap tersebut, diharapkan para peserta sangat kotor dan berbau, seharusnya pihak
bisa membaur dengan masyarakat dan pengelola melakukan upaya pembersihan
merasakan tinggal dirumah-rumah warga. kolam terlebih dahulu, setidaknya
Para peserta merasakan pengalaman yang melakukan penggantian air kolam, sehingga
menyenangkan, hal tersebut terlihat dari tidak menimbulkan gatal-gatal bagi para
respon partisipan yang menyatakan, bahwa peserta.
para pemilik rumah bersikap ramah, Secara garis besar dari hasil
memberikan pelayanan yang baik dan wawancara, ditemukan bahwa prosentase
menganggap peserta seperti keluarga sendiri. ketidak puasan lebih besar daripada
Pemilik rumah menyiapkan teh hangat di prosentase kepuasan. Ditemukan beberapa
pagi hari, berikut snacknya. Selain indikator ketidakpuasan, diantaranya :
pelayanan yang baik, rumah yang digunakan kurangnya jaminan keselamatan bagi
sebagai homestay, juga memiliki tingkat peserta, pengemasan acara yang kurang
kebersihan dan kenyamanan yang cukup menarik, kurangnya kordinasi yang baik dari
baik. Namun demikian satu hal yang kurang panitia, serta sarana-prasarana yang kurang
menyenangkan adalah letak dari homestay memadahi, meliputi tempat yang kurang
yang agak jauh dari lokasi utama atau pusat luas, peralatan tidak mecukupi bagi seluruh
kegiatan, sehingga peserta harus berjalan peserta, lokasi homestay jauh dari pusat
agak jauh dan memakan waktu untuk sampai acara. Selain indikator ketidakpuasan, juga
ke lokasi kegiatan, serta menyebabkan terdapat indikator kepuasan dari sisi
peserta terlambat mengikuti acara. keramahan tuan rumah, dinilai partisipan
sangat bagus, meskipun para warga tidak
2. Respon Partisipan terhadap Kegiatan Live mempunyai latar belakang pendidikan
in pariwisata tetapi meraka mempunyai
Respon partisipan terhadap kemampuan melayani wisatawan dengan
kegiatan live in dapat dibagi kedalam dua baik. Indikator tersebut, diperoleh dari
kelompok respon, yakin respon terhadap respon wisatawan selama kegiatan live in,
panitia dan respon kepada pengelola desa seperti diungkapkan oleh Oliver dalam
wisata. Kedua kelompok respon tersebut Zeithaml et al (2009), kepuasan merupakan
akan dirinci, sebagai berikut. respon dari keterlibatan konsumen dalam
mengkonsumsi baik barang maupun jasa.
Respon terhadap Panitia Menurut Zeithmal (2009), kepuasan
Respon terhadap panitia, terlihat dari pelanggan merupakan evaluasi pelanggan
jawaban partisipan pada tema analisa dua terhadap harapan dan persepsinya.
dan empat. Dari tema analisa dua, diperoleh Sedangkan Soekijo, (2000), menyatakan
respon dari peserta mengenai rute yang persepsi yang dimiliki wisatawan sangat erat
dirancang panitia, kurang menarik, terlalu hubungannya dengan tourist image atau citra
pendek dan kurang kondusif. Sementara itu pariwisata yang didistribusikan kepada
lokasi homestay yang dipilih oleh panitia, wisatawan. Dalam hal ini pihak pengelola
letaknya kurang strategis. Seharusnya desa wisata Brayut mempunyai pekerjaan
panitia melakukan survey terlebih dahulu rumah, yang cukup penting dengan melihat
terhadap lokasi yang akan digunakan pada indikator ketidakpuasan yang
sehingga dapat menentukan rute yang tepat ditemukan oleh peneliti dilapangan.
untuk susur sungai serta letak homestay Pengelola desa wisata harus melakukan
yang tepat dan tidak terlalu jauh dengan evaluasi dan langkah-langkah strategis
pusat kegiatan. berikutnya untuk memperbaiki kualitas
pelayanan bagi para pengunjung yang akan
Respon terhadap Pengelola Desa Wisata dating dan mempengaruhi perilaku dari
Respon para partisipan dapat wisatawan selanjutnya, sebagaimana
terjawab dari tema analisa satu, tentang diungkapkan oleh Schiffman dan Kanuk
memasak tradisional dan tema analisa tiga (2007), perilaku pelanggan adalah proses
tentang menangkap ikan. Pengelola desa yang dilalui oleh seseorang dalam mencari,

18
Jurnal Khasanah Ilmu Vol. V No. 1 Maret 2014

membeli, menggunakan, mengevaluasi dan Universitas Gadjah Mada, Bulaksusmur,


bertindak pasca menggunakan produk, jasa Yogyakarta.
maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi
kebutuhan. Hakim, Lukman. 2004. Dasar-dasar
Ekowisata. Malang: Banyumedia.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian diketemukan Kotler, Philip. 2001. Manajemen Pemasaran,
indikator ketidakpuasan, diantaranya : Edisi Milenium. Jakarta : Prenhallindo.
kurangnya jaminan keselamatan bagi
peserta, pengemasan acara yang kurang Muhidin, Sambas Ali dan Abdurahman,
menarik, kurangnya kordinasi yang baik dari Maman. 2007. Analisis Korelasi, Regresi,
panitia, serta sarana-prasarana yang kurang Dan Jalur. Dalam Penelitian. Bandung :
memadahi, meliputi tempat yang kurang Pustaka Setia.
luas, peralatan tidak mecukupi bagi seluruh
peserta, lokasi homestay jauh dari pusat Nazir. 2011. Metode Penelitian. Bogor :
acara. Hasil penelitian ini, diharapkan Ghalia Indonesia.
mampu memberikan rekomendasi bagi
pihak pengelola untuk menentukan langkah Nugroho, Iwan. 2011. Ekowisata dan
strategis dalam meningkatkan kualitas Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta:
pelayanan bagi para pengunjung desa wisata Pustaka Pelajar.
Brayut.
Pitana, I Gde dan Diarta, I Ketut Surya.
DAFTAR PUSTAKA 2009. Pariwisata, sebuah Ilmu Pengantar.
Yogyakarta: Andi Offset.
Budiarta, I.P, (2011, November Jum’at).
Pariwisata Alternatif: Pariwisata Bali Masa Poerwandari, E.K.(2005). Pendekatan
Depan (Literature Review). Retrieved Kualitatif untuk Penelitian Perilaku
Februari Senin, 2013, from http:// Manusia. (ed-3), Jakarta : Perfecta
madebayu.blogspot.com/2012/02/pariwisata LPSPS.Fakultas Psikologi UI.
-alyternatif-pariwisata.bali.html
Prasetijo, Ristiyanti & Ihalauw, John J.O.I.
Cooper et al. (1998). Tourism Principle and 2005. Perilaku Konsumen.Yogyakarta: Andi
Practice. Essex: Pearson Education Limited. Offset.

Cresswell, J.W. (1998). Qualitative Inquiry Santoso, Singgih, 2000, Buku Latihan SPSS
and Research Design : Choosing Among Statistik Parametrik. PT Elex Media Jakarta
Five Tradition. Thousands Oaks : Sage : Komputindo.
publication, Inc.
Soekadijo. 2000. Anatomi Pariwisata
Damanik, Janianton & Weber, Helmut F. Memahani pariwisata sebagai “Systemic.
2006. Perencanaan Ekowisata Darti teori ke
aplikasi.Yogyakarta : PUSPAR UGM dan Sugiyono. 2008. Metode penelitian
Andi Offset. Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.Bandung :
Alfabeta.
Ecthner, Charlotte M & J.R. Brent Ritchie
(2003). “The Meaning and Measurement of Streubert & Carpenter (1999). Qualitative
Destination Image” dalam The Journal of Reseach in Nursing Advancing The
Tourism Studies Vo. 14, No. 1, May 2013 Humanistic Imperative. Philadelpia :
dalam Lipincott.
http://www.jcu.com.au/business/public/grou
ps/everyone/documents/journal_article/jcude Speziale, H.J.S, & Carpenter, D.R. (2003).
v_012855.pdf. Diakses 29 Mei 2012 Qualitatif Research in Nursing (3th ed).
Philadelphia: Lippincott Williams
Gunn, C. (19880. Vacationscapes: &Wilkins.
Designing Tourist Regions. New York: Van
Nostrand Reinhold. Supranto. 2006. Pengukuran Tingkat
Fandeli,Chafid. (2002). Perencanaan Kepuasan Pelanggan.Jakarta: Rineka Cipta.
Kepariwisataan Alam. Fakultas Kehutanan

19
Studi Fenomenologis Live In Desa Wisata

Suwantoro,Gamal. 2004. Dasar-dasar


Pariwisata. Yogyakarta : Andi
Offset.Linkage”. 2000. Jakarta : Gramedia.

Suyitno. 2001. Perencanaan


Wisata.Yogyakarta : Kanisius.

Yoeti, Oka A. 2008. Perencanaan dan


pengembangan Pariwisata. Jakarta:
PT.Pradnya Paramita

Zeithaml, V.et al. 2009. Services Marketing


Integrating Customer Focus Across The
Firm. 5th Edition, Mc. Graw Hill.

20

You might also like