Implementasi Standar Proses Dalam Kurikulum 2013 D

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

PUBLISH BY PRIMARY : JURNAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

Volume 8 Nomor 2 Oktober 2019 | ISSN : 2303-1514 | E-ISSN : 2598-5949


All right reserved | Printed in Indonesia
DOI : http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v8i2.7960

IMPLEMENTASI STANDAR PROSES DALAM KURIKULUM 2013


DI SEKOLAH DASAR

Ndaru Mukti Oktaviani, Isnaini Wulandari


ndaru.mukti.oktaviani@uniku.ac.id, Isnaini.wulandari@uniku.ac.id
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Kuningan, Indonesia

ARTICLE INFO ABSTRACT


Abstract: The curriculum 2013 is one of the policies of the Indonesian government in improving the quality of human
resources through education that is adjusted to the needs of the community. Changes in the learning process in the
curriculum 2013 have an impact on the readiness of teachers to implement it. Based on the results of the FGD
conducted with elementary school teachers in the Kuningan region, it was stated that most of the teachers still had
difficulties in implementing the learning process that was in accordance with the learning process of the 2013
curriculum. This statement should be explored further on what were the causes of teacher difficulties in applying the
learning process in accordance with the curriculum 2013. Therefore it is necessary to conduct research on the
implementation of standard processes in the curriculum 2013 in elementary schools. The research method used in this
study is case study. The study was conducted at public elementary schools located in Kuningan Regency, namely SD
Negeri Dukuhdalem, Japara District, SD Negeri 1 Manislor, Jalaksana District, and SD Negeri 1 Purwawinangun,
Kuningan District. There are two types of research instruments used, namely observation sheets and interview guides.
The results of the study note that the main obstacle in carrying out the syllabus in the curriculum 2013 is the lack of
socialization in changing syllabus content, teachers have difficulty in making lesson plans, especially to include
activities that are in accordance with the scientific approach, there is a gap between the material needed and the
source of material in the book. provided, in the classroom management aspect the obstacle faced is the teacher's lack
Submitted: of readiness to follow changes in the learning process in the curriculum 2013, the teacher is still unable to carry out
28 September 2019 the demands of the learning process that is in accordance with the curriculum 2013 in the assessment process, most
teachers complained about the complexity of the assessment process. The obstacle often faced by teachers was that the
28th September 2019 assessment instruments were still limited.

Keywords: standards process, curriculum 2013, elementary school


Accepted:
17 Oktober 2019 Abstrak: Kurikulum 2013 merupakan salah satu kebijakan pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kualitas sumber
daya manusia melalui pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Perubahan proses pembelajaran
17th October 2019 dalam kurikulum 2013 berdampak pada kesiapan guru dalam menerapkannya. Berdasarkan hasil FGD yang
dilaksanakan dengan guru sekolah dasar yang ada di wilayah Kuningan dinyatakan bahwa sebagian besar guru masih
mengalami kesulitan dalam menerapkan proses pembelajaran yang sesuai dengan proses pembelajaran kurikulum
Published: 2013. Pernyataan ini harus ditelusuri secara lebih lanjut mengenai apa saja yang menjadi penyebab kesulitan guru
22 Oktober 2019 dalam menerapkan proses pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013. Oleh karena itu perlu dilakukan
22th October2019 penelitian mengenai implementasi standar proses dalam kurikulum 2013 di sekolah dasar. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah case study. Penelitian dilakukan di SD Negeri yang berada di wilayah
Kabupaten Kuningan, yaitu SD Negeri Dukuhdalem, Kecamatan Japara, SD Negeri 1 Manislor, Kecamatan
Jalaksana, dan SD Negeri 1 Purwawinangun, Kecamatan Kuningan. Terdapat dua jenis instrumen penelitian yang
digunakan yaitu lembar observasi dan panduan wawancara. Hasil penelitian diketahui bahwa hambatan utama dalam
menjalankan silabus dalam kurikulum 2013 adalah kurangnya sosialisasi dalam perubahan isi silabus, guru
mengalami kesulitan dalam pembuatan RPP terutama untuk memasukkan kegiatan yang sesuai dengan scientific
approach, terdapat kesenjangan antara materi yang dibutuhkan dengan sumber materi yang ada pada buku yang
disediakan, pada aspek pengelolan kelas kendala yang dihadapi adalah kekurangsiapan guru untuk mengikuti
perubahan proses pembelajaran dalam kurikulum 2013, guru masih belum mampu menjalankan tuntutan proses
pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013. Hal ini disebabkan karena guru menganggap metode
pembelajaran dengan proses berpikir 5M bersifat prosedural dan pada proses penilaian sebagian besar guru
mengeluhkan rumitnya proses penilaian kendala yang sering dihadapi oleh guru adalah instrumen penilaiannya masih
sangat terbatas.

Kata Kunci: standar proses, kurikulum 2013, sekolah dasar

Oktaviani, N.M., & Wulandari, I. (2019). Implementasi Standar Proses dalam Kurikulum 2013 di
CITATION Sekolah Dasar. Primary: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 8(2), 182-189. DOI:
http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v8i2.7960.

© 2019 Primary : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar


COPYRIGHT Publish by PGSD FKIP Universitas Riau, Pekanbaru, Indonesia

Ndaru Mukti Oktaviani, Isnaini Wulandari | Standar Proses, Kurikulum 2013, Sekolah Dasar
Halaman | 182
PUBLISH BY PRIMARY : JURNAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Volume 8 Nomor 2 Oktober 2019 | ISSN : 2303-1514 | E-ISSN : 2598-5949
All right reserved | Printed in Indonesia
DOI : http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v8i2.7960

PENDAHULUAN
Kurikulum 2013 merupakan salah satu komprehensif bagi pemangku kepentingan
kebijakan pemerintah Indonesia dalam pelaksana kurikulum, seperti guru, kepala sekolah,
meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengawas, dan penjaminan mutu pendidikan di
melalui pendidikan yang disesuaikan dengan lapangan (Sutjipto, 2016). Hal-hal tersebut
kebutuhan masyarakat. Alasan pentingnya dilakukan oleh pemerintah tentunya bertujuan agar
penerapan Kurikulum 2013 adalah bahwa generasi ketika Kurikulum 2013 dilaksanakan tidak
muda Indonesia perlu disiapkan dalam kompetensi memiliki kendala dan halangan yang berarti bagi
sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Kustijono para guru sebagai pelaksana di lapangan.
& Wiwin, 2014). We must remember that Perubahan standar nasional pendidikan
intelligence is not enough. Intelligence plus juga mempengaruhi penerapan kurikulum 2013
character-that is the goal of true education (Luther salah satunya pada standar proses. Proses
King, 1947). pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua
Pada proses pengimplementasian jenjang dilaksanakan dengan menggunakan
kurikulum 2013 diharapkan siswa mampu secara pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah
mandiri meningkatkan dan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam
pengetahuannya, mengkaji, menganalisis, dan proses pembelajaran meliputi: menggali informasi
mempersonalisasikan nilai-nilai karakter serta melaui pengamatan, bertanya, percobaan,
akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku kemudian mengolah data atau informasi,
sehari-hari (Saputri & Mawardi, 2017). Sehingga menyajikan data atau informasi, dilanjutkan
yang dijadikan sebagai tujuan utama pada dengan menganalisis, menalar, kemudian
kurikulum 2013 adalah pengembangan ranah menyimpulkan, dan mencipta (Subagiyo, L. &
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang Safrudiannur, 2014).
seimbang pada diri peserta didik. Perubahan proses pembelajaran dalam
Proses penerapan kurikulum 2013 kurikulum 2013 berdampak pada kesiapan guru
berimbas secara langsung pada pelaksana utama di dalam menerapkannya. Berdasarkan hasil FGD
lapangan yaitu guru. Kondisi ini mendesak yang dilaksanakan dengan guru sekolah dasar yang
pemerintah untuk memastikan kesiapan guru ada di wilayah Kuningan dinyatakan bahwa
dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 sebagian besar guru masih mengalami kesulitan
melalui pelatihan yang telah disiapkan. Karena dalam menerapkan proses pembelajaran yang
kunci keberhasilan kurikulum ini juga dipengaruhi sesuai dengan proses pembelajaran kurikulum
oleh persepsi guru tentang hambatan dan 2013. Pernyataan ini harus ditelusuri secara lebih
dukungan implementasi Kurikulum 2013 lanjut mengenai apa saja yang menjadi penyebab
(Krissandi & Rusmawan, 2015). Pelatihan kesulitan guru dalam menerapkan proses
implementasi kurikulum yang bagi guru pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013.
merupakan sebuah kebutuhan, karena dengan Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai
adanya perubahan dokumen seperti halnya implementasi standar proses dalam kurikulum
kurikulum 2013 memerlukan pemahaman secara 2013 di sekolah dasar.

METODE PENELITIAN
Sukmadinata (2010) menerangkan bahwa untuk mengungkap kasus permasalahan yang
penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang dihadapi guru sekolah dasar dalam implementasi
digunakan untuk mendeskripsikan dan Kurikulum 2013.
menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, Desain penelitian yang digunakan
sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang mengacu pada langkah-langkah penelitian
secara individu maupun kelompok. Dengan deskriptif jenis studi kasus. Studi kasus yang
demikian, jenis penelitian ini cocok digunakan dijadikan fokus kajian adalah permasalahan yang

Ndaru Mukti Oktaviani, Isnaini Wulandari | Standar Proses, Kurikulum 2013, Sekolah Dasar
Halaman | 183
PUBLISH BY PRIMARY : JURNAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Volume 8 Nomor 2 Oktober 2019 | ISSN : 2303-1514 | E-ISSN : 2598-5949
All right reserved | Printed in Indonesia
DOI : http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v8i2.7960

dihadapi guru di sekolah dasar dalam implementasi 2013, sumber datanya adalah guru dan siswa.
Kurikulum 2013. Teknik pengumpulan data yang digunakan
Berkenaan dengan penelitian ini sumber adalah wawancara dan pengamatan.
data dan teknik pengumpulan data yang digunakan Wawancara dilakukan kepada guru yang dipilih
sebagai berikut: secara acak, sedangkan pengamatan dilakukan
1. Untuk mendapatkan data tentang perencanaan dengan mengamati proses kegiatan
pembelajaran dalam implementasi Kurikulum pembelajaran di kelas.
2013, sumber datanya adalah guru dan siswa. Penelitian dilakukan di SD Negeri yang
Teknik pengumpulan data yang digunakan berada di wilayah Kabupaten Kuningan, yaitu SD
adalah wawancara dan pengamatan. Negeri Dukuhdalem, Kecamatan Japara, SD
Wawancara dilakukan kepada guru yang dipilih Negeri 1 Manislor, Kecamatan Jalaksana, dan SD
secara acak, sedangkan pengamatan dilakukan Negeri 1 Purwawinangun, Kecamatan Kuningan.
dengan mengamati proses kegiatan Dalam penelitian ini untuk menghindari waktu
pembelajaran di kelas. penelitian yang berlarut-larut, maka penelitian
2. Untuk mendapatkan data tentang proses merencanakan waktu penelitian pada bulan
pembelajaran dalam implementasi kurikulum Agustus sampai Desember 2018.
2013, sumber datanya adalah guru dan siswa. Intrumen yang digunakan dalam penelitian
Teknik pengumpulan data yang digunakan ini yaitu lembar observasi dan panduan
adalah wawancara dan pengamatan. wawancara. Lembar observasi digunakan untuk
Wawancara dilakukan kepada guru yang dipilih mengamati siswa dan guru dalam proses
secara acak, sedangkan pengamatan dilakukan pembelajaran dalam rangka mengungkap data
dengan mengamati proses kegiatan berkenaan dengan faktor-faktor permasalahan yang
pembelajaran di kelas. dihadapi guru sekolah dasar dalam implementasi
3. Untuk mendapatkan data tentang penilaian Kurikulum 2013. Berikut pedoman observasi yang
pembelajaran dalam implementasi Kurikulum digunakan dalam pengambilan data:

Gambar 1. Pedoman Observasi

Sedangkan pedoman wawancara implementasi Kurikulum 2013. Berikut pedoman


digunakan untuk mengungkap data yang berasal wawancara yang digunakan dalam pengambilan
dari siswa dan guru berkenaan dengan standar data:
proses yang dihadapi guru sekolah dasar dalam

Ndaru Mukti Oktaviani, Isnaini Wulandari | Standar Proses, Kurikulum 2013, Sekolah Dasar
Halaman | 184
PUBLISH BY PRIMARY : JURNAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Volume 8 Nomor 2 Oktober 2019 | ISSN : 2303-1514 | E-ISSN : 2598-5949
All right reserved | Printed in Indonesia
DOI : http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v8i2.7960

Gambar 2. Pedoman Wawancara

Teknik analisis data yang digunakan dalam mana data yang terlalu banyak perlu untuk
penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif, difokuskan pada hal-hal yang pokok; 2) data
mengikuti konsep yang diberikan oleh Miles and display, yang mana data perlu disajikan agar
Huberman dan Spradley. Miles and Huberman tersusun pola hubungan dan mudah untuk
(1984) mengemukakan bahwa aktifitas dalam dipahami; 3) dan conclusion drawing/verifying,
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif yang mana menjawab rumusan masalah awal
dan berlangsung secara terus menerus pada setiap disesuaikan dengan perkembangan selama
tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan penelitian. Kegiatan pengumpulan data
datanya sampai jenuh. Kegiatan dalam digambarkan sebagai berikut:
pengumpulan data, yaitu: 1) data reduction, yang

Gambar 3. Komponen Analisis Data (Miles and Huberman, 1984)

Dalam penelitian ini pengujian kredibilitas 2. Meningkatkan ketekunan. Meningkatkan


data penelitian dilakukan dengan cara: ketekunan berarti melakukan pengamatan
1. Perpanjangan pengamatan. Perpanjangan secara lebih mendalam, cermat dan
pengamatan dilakukan sampai data yang berkesinambungan. Pengujian kredibilitas ini
diperoleh dirasa memadai dan kredibel. dilakukan dengan cara peneliti membaca

Ndaru Mukti Oktaviani, Isnaini Wulandari | Standar Proses, Kurikulum 2013, Sekolah Dasar
Halaman | 185
PUBLISH BY PRIMARY : JURNAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Volume 8 Nomor 2 Oktober 2019 | ISSN : 2303-1514 | E-ISSN : 2598-5949
All right reserved | Printed in Indonesia
DOI : http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v8i2.7960

seluruh catatan hasil penelitian secara cermat, data dilakukan pada berbagai kesempatan.
sehingga dapat diketahui kesalahan dan 4. Diskusi teman sejawat dilakukan dengan
kekurangannya. mendiskusikan hasil penelitian yang masih
3. Triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi bersifat sementara dengan rekan-rekan dosen
teknik, sumber data dan waktu. Triangulasi pendidikan dasar yang mengampu mata kuliah
teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal kurikulum.
yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu 5. Analisis kasus negatif adalah kasus yang tidak
dengan cara wawancara, observasi dan sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian
dokumentasi. Triangulasi sumber, yaitu hingga pada saat tertentu.
dilakukan dengan cara menanyakan hal yang 6. Member check (Pengecekan anggota). Dalam
sama terhadap sumber yang berbeda, dalam hal hal ini member check dilakukan dengan
ini adalah guru dan siswa yang dipilih secara mendiskusikan temuan-temuan hasil penelitian
acak. Triangulasi waktu artinya pengumpulan dengan sumber data yaitu guru.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Standar proses berfungsi sebagai alat menyesuaikan dengan buku pegangan
untuk mencapai tujuan dari pendidikan. Secara yang baru (Wawancara SH, 20 Mei 2019).
lebih lanjut dalam Permendikbud No 22 Tahun
2016 menyatakan bahwa standar proses adalah Kondisi ini memberikan gambaran bahwa
kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada yang menjadi hambatan utama dalam menjalankan
satuan pendidikan untuk mencapai Standar silabus kurikulum 2013 adalah kurangnya
Kompetensi Lulusan. Hal ini menggambarkan sosialisasi dalam perubahan isi silabus. Hal ini
bahwa meskipun standar kompetensi lulusan sudah tentunya menjadi sebuah permasalahan bagi guru
dibuat dengan ideal, dan standar isi sudah dibuat yang dirasakan oleh sebuah subyek penelitian
dengan sangat lengkap, tanpa diimplementasikan karena bagaimanapun mereka menggunakan
dengan baik pada standar proses maka, semua akan silabus sebagai pedoman dalam mengembangkan
menjadi sia-sia. Ada tiga hal yang diamati dalam perencanaan pembelajaran yang tepat. Ketika tidak
standar proses pembelajaran, yaitu yang pertama dilakukan sosialisasi secar merata semua subyek
perencanaan pembelajaran (RPP, Silabus), proses merasa kesulitan dalam membuat perencanaan
pembelajaran (rombongan belajar, sumber pembelajaran yang baik.
pembelajaran, pengelolaan kelas, pelaksanaan Rencana pelaksanaan pembelajaran
pembelajaran) dan penilaian hasil pembelajaran merupakan langkah yang harus ditempuh seorang
(Indrawan, S., 2014). guru untuk merancang pengalaman pembelajaran
Pada pelaksanaannya silabus dalam yang akan diterima oleh peserta didik. Sebagian
kurikulum 2013 menurut subyek yang besar subyek mengungkapkan bahwa mereka
diwawancarai menyampaikan bahwa silabus dalam mengalami kesulitan dalam pembuatan RPP
Kurikulum 2013 mudah dipahami. Kendala yang terutama untuk memasukkan kegiatan yang sesuai
dihadapi dalam menerapkan silabus Kurikulum dengan scientific approach. Hal ini disampaikan
2013 diungkapkan oleh subyek SH dalam oleh subyek SH dalam wawancara sebagai berikut:
wawancara sebagai berikut:
Kalau membuat RPP itu yang sulit adalah
Yang jadi kendala dalam silabus memasukkan 5 M (Menanya,
kurikulum 2013 itu adalah kadang-kadang Menganalisis, mengamati, mengumpulkan
ynag namanya silabus pasti ada revisi informasi dan mengkomunikasikan
dibagian KD, tapi minim pemberitahuan (Wawancara SH, 20 Mei 2019).
sehingga kita yang menjadi guru harus

Ndaru Mukti Oktaviani, Isnaini Wulandari | Standar Proses, Kurikulum 2013, Sekolah Dasar
Halaman | 186
PUBLISH BY PRIMARY : JURNAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Volume 8 Nomor 2 Oktober 2019 | ISSN : 2303-1514 | E-ISSN : 2598-5949
All right reserved | Printed in Indonesia
DOI : http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v8i2.7960

Kesulitan ini dikarenakan guru mematok kurikulum 2013. Hal ini diungkapkan oleh subyek
kegiatan 5 M dalam bentuk prosedural pengajaran, ES dalam hasil wawancara sebagai berikut
bukan sebagai proses berpikir yang dapat
dilakukan oleh peserta didik kapan saja selama Belum mampu diterapkan secara optimal
proses pembelajaran. apalagi saya mengajar anak kelas I baru
Proses pembelajaran melibatkan banyak lima menit masuk kelas sudah lari – larian
hal mulai dari rombongan belajar, sumber kadang juga ada yang becanda terus
pembelajaran, pengelolaan kelas serta pelaksanaan nangis aturan dari pemerintah di
pembelajaran. Untuk rombongan belajar atau kurikulum 2013 itu justru malah jadi ribet
sebagian besar guru menyebutkan dengan kelas apalagi untuk anak kelas rendah
tidak terdapat permasalahn yang berarti dalam (Wawancara ES, 11 Mei 2019).
proses pengimplementasiannya. Hal ini berbeda
dengan sumber belajar dimana sebagaian besar Subyek ES memberikan gambaran
guru mengeluhkan sumber belajar yang digunakan mengenai kesulitan subyek untuk mengkondisikan
masih kurang lengkap materinya sehingga mereka kelas sesuai dengan proses pembelajaran yang
memilih menggunakan sumber belajar dari diinginkan dalam kurikulum 2013. Berdasarkan
kurikulum sebelumnya. Hal ini diungkapkan oleh pengamatan dalam proses pembelajaran diketahui
subyek MT dalam hasil wawancara sebagai bahwa subyek ES pada dasarnya sudah berusaha
berikut: menggunakan metode pembelajaran yang
menyenangkan namun tetap pada akhirnya
Kalau ibu mengatasi masalah seperti yang kembali pada sistem direct instruction karena
dijelaskan tentang materi pembelajaran kesulitan mengelola kelas dengan metode lain
pada kurikulum 2013 kurang luas, kepaksa yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.
ibu sering menggunakan buku lain yang Kesulitan dalam melaksanakan proses
sesuai dengan materi yang diajarkan, pembelajaran juga disampaikan oleh subyek SH
misalnya menggunakan kembali buku- dalam wawancara sebagai berikut:
buku kurikulum KTSP (Wawancara MT,
11 Mei 2019). Standar proses merupakan sebuah
tahapan langkah-langkah untuk
Pernyataan ini memberikan gambaran memberikan pembelajaran di dalam kelas,
bahwa sumber belajar dalam kurikulum 2013 dengan harapan proses pendidikan bias
belumlah memadai, kondisi ini juga di sampaikan berjalan efektif, efisien serta inovatif. Akan
oleh sebagian besar narasumber lain. Pada tetapi, proses pembelajaran K13 tuntutan
dasarnya sumber belajar juga dapat diperoleh dari dari pemerintah tersebut belum mampu
sekitar kita, di samping itu lingkungan juga dapat diterapkan secara optimal di sekolah,
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar kendalanya ialah siswa kerap merasa
(Lilawati, J., 2017). Akan tetapi berdasarkan hasil jenuh dan kurang bersemangat ketika
wawancara dan pengamatan dalam proses masuk kelas kembali sesudah jam istirahat
pembelajaran sebagian besar subyek guru pertama (Wawancara SH, 20 Mei 2019).
menganggap bahwa yang dinyatakan sebagi
sumber belajar hanyalah buku ajar yang telah Pernyataan subyek SH memberikan
disediakan, kondisi ini memunculkan kesenjangan gambaran bahwa sebagian guru masih belum
antara materi yang dibutuhkan dengan sumber mampu menjalankan tuntutan proses pembelajaran
materi yang ada pada buku yang disediakan. yang sesuai dengan kurikulum 2013. Hal ini
Pada aspek pengelolan kelas kendala yang disebabkan karena guru menganggap metode
dihadapi adalah kekurangsiapan guru untuk pembelajaran dengan proses berpikir 5M
mengikuti perubahan proses pembelajaran dalam (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi
atau mencoba, mengasosiasi, mengomunikasikan)

Ndaru Mukti Oktaviani, Isnaini Wulandari | Standar Proses, Kurikulum 2013, Sekolah Dasar
Halaman | 187
PUBLISH BY PRIMARY : JURNAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Volume 8 Nomor 2 Oktober 2019 | ISSN : 2303-1514 | E-ISSN : 2598-5949
All right reserved | Printed in Indonesia
DOI : http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v8i2.7960

bersifat prosedural dan mekanistik sehingga autentik yang baik dan benar pada
membelenggu ruang kreatif (Kemendikbud, 2014). kurikulum 2013 (Wawancara SH, 20 Mei
Hal ini nampak dalam observasi yang 2019).
menunjukkan bahwa guru berusaha mengurutkan
semua proses pembelajaran dengan langkah 5M, Kondisi ini tentunya memberikan
sehingga terkesan 5M menjadi suatu langkah gambaran bahwa guru dilapangan belum dapat
pembelajaran yang harus berurutan. Padahal pada melaksanakan proses penilaian pembelajaran
pelaksanaannya guru diberikan ruang kreatif untuk secara optimal dikarenakan faktor kemampuan
memiliki otonomi dalam proses pembelajaran yang yang belum memadai dan merasa masih kurangnya
mendorong pembelajaran yang aktif. Secara lebih pelatihan serta sosialisasi dalam meningkatkan
lanjut akan lebih baik bagi guru apabila kemampuan penilaian proses pembelaran
memandang proses berpikir 5 M sebagai suatu Kurikulum 2013.
proses berpikir yang perlu ditumbuhkan dan Kendala lain yang dihadapi dalam
dibiasakan bagi peserta didik, bukan sebagai sintak pelaksanaan penilaian dalam proses pembelajaran
atau langkah prosedural semata. dalam kurikulum 2013 adalah dalam banyaknya
Pada proses penilaian sebagian besar guru aspek yang harus dinilai yang dirasa oleh sebagian
mengeluhkan rumitnya proses penilaian kendala subyek membingungkan dan terlalu banyak. Hal
yang sering dihadapi oleh guru adalah instrumen ini diungkapkan oleh subyek AN dalam hasil
penilaiannya masih sangat terbatas. Hal ini wawancara sebagai berikut:
diungkapkan oleh subyek SH dalam wawancara
sebagai berikut: Menurut ibu cara penilaiannya itu masih
belum jelas bagaimana cara penilaiannya
Penilaian pembelajaran K13 secara soalnya kan banyak yang harus dinilai
keseluruhan sudah mampu diterapkan (Wawancara AN, 22 Mei 2019).
hanya saja dalam penerapannya terdapat
kendala seperti penilaian pengetahuan Pernyataan subyek memberikan gambaran
dengan bentuk penugasan indicator untuk bahwasannya sebagian besar guru dalam proses
membuat instrument penilaiannya masih penilaian pembelajaran merasa terbebani dengan
sangat terbatas sehingga menyulitkan bagi semua perangkat penilaian yang disediakan terlalu
guru untuk menentukan siswa mana yang banyak. Penilaian dalam kurikulum 2013
nilainya sudah melebihi KKM serta mencakup penilaian sikap, keterampilan, dan
minimnya sosialisasi dari pemerintah pengetahuan sehingga bagi guru mereka merasa
dalam membuat instrument penilaian terbebani dalam proses penilaian.

SIMPULAN DAN REKOMENDASI


Berdasarkan hasil penelitian dan dihadapi adalah kekurangsiapan guru untuk
pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: mengikuti perubahan proses pembelajaran
1. Hambatan utama dalam menjalankan silabus dalam kurikulum 2013.
dalam kurikulum 2013 adalah kurangnya 5. Guru masih belum mampu menjalankan
sosialisasi dalam perubahan isi silabus. tuntutan proses pembelajaran yang sesuai
2. Guru mengalami kesulitan dalam pembuatan dengan kurikulum 2013. Hal ini disebabkan
RPP terutama untuk memasukkan kegiatan karena guru menganggap metode pembelajaran
yang sesuai dengan scientific approach. dengan proses berpikir 5M bersifat prosedural.
3. Terdapat kesenjangan antara materi yang 6. Pada proses penilaian sebagian besar guru
dibutuhkan dengan sumber materi yang ada mengeluhkan rumitnya proses penilaian kendala
pada buku yang disediakan. yang sering dihadapi oleh guru adalah instrumen
4. Pada aspek pengelolan kelas kendala yang penilaiannya masih sangat terbatas.

Ndaru Mukti Oktaviani, Isnaini Wulandari | Standar Proses, Kurikulum 2013, Sekolah Dasar
Halaman | 188
PUBLISH BY PRIMARY : JURNAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Volume 8 Nomor 2 Oktober 2019 | ISSN : 2303-1514 | E-ISSN : 2598-5949
All right reserved | Printed in Indonesia
DOI : http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v8i2.7960

mengimplementasikan scientific approach kedalam


Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat kegiatan di RPP serta mencari sumber materi
peneliti rekomendasikan beberapa hal yaitu guru pembelajaran agar materi pembelajaran dapat
harus terus mengupdate informasi tentang terpenuhi.
perubahan isi silabus, guru harus memahami cara

DAFTAR PUSTAKA
Permendikbud No 22 Tahun 2016 Tentang Standar Implementasi 2013. Cakrawala
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah Pendidikan, 34(3), 457-467.
Indrawan, S. (2014). “Implementasi Standar Proses Kustijono, R., & Wiwin, H. E. (2014). Pandangan
Kurikulum 2013 di Jurusan Teknik Guru terhadap Pelaksanaan Kurikulum
Kendaraan Ringan Smk Negeri 1 Sedayu”. 2013 dalam Pembelajaran Fisika SMK di
Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Kota Surabaya. Jurnal Pendidikan Fisika
Negeri Yogyakarta dan Aplikasinya (JPFA), IV(1), 1.
Lilawati, J. (2017). Analisis Pemanfaatan Sumber Miles, M.B., & Huberman, A. M. (1984).
Belajar Dalam Proses Pembelajaran. Qualitative Data Analisys. Beverly Hills:
Paper Presenter at the Prosiding Seminar Sage Publications.
Nasional, 2017, Fakultas Ilmu Sosial, Saputri, A., & Mawardi. (2017). Pengembangan
Sumatra Utara, Medan, Indonesia. Desain Pembelajaran Tematik Integratif
Universitas Negeri Medan. Berbasis Pendekatan Contextual Teaching
Luther, K. (1947). The Purpose Of Education. and Learning (CTL) Kelas 4 Sekolah
Maroon Tiger. JR Paper Project Dasar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar,
Retnawati, H. et, al (2017). Teachers’ difficulties 104-114.
in implementing thematic teaching and Sutjipto. (2016). Pentingnya Pelatihan Kurikulum
learning in elementary schools. The New 2013 bagi Guru. Jurnal Pendidikan dan
Educational Review, 201-212. Kebudayaan, 1(26), 235-260.
Kemendikbud. (2014). Konsep dan Implementasi Subagiyo, L. & Safrudiannur (2014).
Kurikulum 2013, Paparan Wakil Menteri Implementasi Kurikulum 2013 Pada
Pendidikan dan Kebudayaan RI Bidang Jenjang SD, SMP, SMA Dan SMK di
Pendidikan. Jakarta: Kementerian Kalimantan Timur Tahun 2013/2014.
Pendidikan dan Kebudayaan. Pancaran, 3(4), 131-144.
Krissandi, A., & Rusmawan. (2015, Oktober). Sukmadinata, N. S. (2010). Metode Penelitian
Kendala Guru Sekolah Dasar dalam Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Ndaru Mukti Oktaviani, Isnaini Wulandari | Standar Proses, Kurikulum 2013, Sekolah Dasar
Halaman | 189

You might also like