Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

EDUTCEHNOLOGIA, Tahun 3, Vol 3 No.

2, Agustus 2017

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI DALAM


PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PESERTA DIDIK SEKOLAH
DASAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER

Tia Agusti Annuuru, Riche Cynthia Johan, Mohammad Ali


Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Tiaagustiannuuru29@gmail.com

ABSTRACT, Treffinger learning model is a sequence of learning process that is designed for
students in which it enables them to solve the problems creatively through three stages. Stage I is Basic tool,
Stage II is Practice with Process, and Stage III is Working with real Problems. This research aims to know
the influence of Treffinger model in enhancing higher order thinking skill of elementary school students on
Natural Science subject. The general research question is Is there any enhancement of higher order thinking
skill of elementary school students on Natural Science subject through Treffinger learning model?. On the
other hand, the specific research question is Is there any enhancement of higher order thinking skill in the
aspects of analysis (C4), evaluation (C5), and creation (C6) between the students who learn by using
Treffinger learning model and the students who learn by using Osborn learning model?. The method used in
this research is quasi-experimental method. The research design used in this research is the design with
unequal groups. It can be generally concluded that the application of Treffinger learning model is effective
to be used in enhancing higher order thinking skill of elementary school students on Natural Science subject.
Specifically, the conclusion of this research is higher order thinking skill in the aspects of analysis (C4),
evaluation (C5) and create (C6) of students who have Treffinger learning model is higher than the students
who have Osbom learning model.

Keywords: Treffinger Learning Model, Higher Order Thinking Skill, Natural Science, Elementary School.

ABSTRAK, Model Pembelajaran Treffinger merupakan sebuah rangkaian pembelajaran yang


didesain untuk menciptakan pemecahan masalaha pada peserta didik secara kreatif melalui tiga tingkatan.
Tingkatan I Basic tool, tingkatan II Practice with Process, dan tingkatan III Working with real Problems.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh model Treffinger dalam meningkatkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik Sekolah Dasar dalam mata pelajaran IPA. Rumusan masalah
umum penelitian ini yaitu apakah model pembelajaran Treffinger dapat meningkatkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi peserta didik Sekolah Dasar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam?.Sementara rumusan
masalah khusus penelitian ini adalah Apakah kemampuan berpikir tingkat tinggi aspek analisis (C4),
evaluasi (C5) dan mencipta (C6) yang memperoleh model pembelajaran Treffinger lebih tinggi dari peserta
didik yang memperoleh model pembelajaran Osborn pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)?.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuasi-eksperimen. Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain dengan kelompok tak setara. Simpulan dalam
penelitian ini adalah secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Treffinger
efektif dugunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik pada mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Sekolah Dasar. Secara khusus, simpulan dari penelitian ini adalah
Kemampuan berpikir tingkat tinggi aspek analisis (C4), evaluasi (C5) dan aspek mencipta (C6) pada peserta
didik yang memperoleh model pembelajaran Treffinger lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik yang
memperoleh model pembelajaran Osborn. .

Kata Kunci : Model Pembelajaran Treffinger, Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi, Ilmu Pengetahuan
Alam, Sekolah Dasar.

136 Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dalam Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Peserta
Didik Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Treffinger
EDUTCEHNOLOGIA, Tahun 3, Vol 3 No. 2, Agustus 2017

A. PENDAHULUAN
Memasuki Abad pengetahuan didapatkannya itu ke dalam kehidupan
yaitu Abad 21, Sumber Daya Manusia sehari-hari.
dituntut memiliki beberapa kemampuan.
Menurut Trilling dan Hood (1999) Pada jenjang pendidikan sekolah
bahwa kemampuan yang semestinya dasar secara umum, melatihkan
dimiliki oleh SDM di Abad pengetahuan kemampuan berpikir tingkat rendah yang
ini adalah kemampuan bekerja sama, terdiri dari C1-C3 yakni pengetahuan,
kemampuan berpikir tingkat tinggi, pemahaman dan penerapan atau aplikasi
kreatif, terampil, mampu memahami sudah berjalan dengan baik. Namun
berbagai budaya dan mempunyai untuk kemampuan berpikir selanjutnya
kemampuan berkomunikasi serta yakni C4-C6 yang terdiri dari
mampu belajar sepanjang hayat (life long menganalisis, mengevaluasi dan
learning). Dari beberapa tuntutan di mengkreasi atau sering disebut
atas, berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi belum
salah satu kemampuan yang semestinya dilatihkan kepada peserta didik secara
dikuasai oleh Sumber Daya Manusia. intensif. Pada kenyatannya, peserta didik
Dimana dalam proses pembentukan belum terbiasa berpikir tingkat tinggi,
kemampuan berpikir tingkat tinggi ini serta kurang terampil dalam
dibutuhkan adanya pendidikan. mengembangkan konsep pengetahuan
mereka sendiri.
Berpikir tingkat tinggi merupakan
berpikir yang melatih kemampuan Hal ini nampak ketika peneliti
kognitif peserta didik pada tingkatan melaksanakan observasi pada tanggal 18
yang lebih tinggi, yaitu peserta didik Januari 2016 ke Sekolah Dasar Negeri
mampu menggabungkan fakta dan ide Cibeber II dan sekolah Dasar Negeri
dalam proses menganalisis, mengevaluasi Pasir Munding III kelas V yaitu,
sampai pada tahap membuat berupa sebagian besar peserta didik belum
memberikan penilaian terhadap suatu diajarkan kemampuan berpikir tingkat
fakta yang dipelajari atau bisa mencipta tinggi, melainkan sebatas kemampuan
dari sesuatu yang telah dipelajari secara tingkat rendah saja yang terdiri dari
kreatif. Hal tersebut sesuai dengan pengetahuan, pemahaman dan aplikasi.
penyataan yang dinyatakan oleh Adi Sedangkan kemampuan berpikir tingkat
(2007, hlm.171) bahwa “Proses berpikir tinggi yang terdiri dari menganalisis,
level tinggi (HOT) adalah proses berpikir mengevaluasi dan mencipta tidak
yang mengharuskan murid untuk diajarkan secara intensif. Kondisi ini juga
memanipulasi informasi dan ide-ide berlaku pada SD yang belum
dalam cara tertentu yang memberi mengajarkan kemampuan berpikir tingkat
mereka pengertian dan implikasi baru”. tinggi secara intensif. Peserta didik
kesulitan untuk memahami materi yang
Kemampuan berpikir tingkat disampaikan pendidik dan kesulitan
tinggi merupakan berpikir pada tahap dalam mengerjakan soal yang berkaitan
penalaran yaitu untuk mampu dengan materi tersebut. Peserta didik
memahami informasi-informasi atau belum terampil dalam mengontruksi
pelajaran di sekolah, tetapi juga mampu pengetahuan mereka sendiri dan hanya
untuk menggunakan pengetahuan yang menunggu materi yang disampaikan
pendidik tanpa menemukan sendiri
konsep pembelajaran.
137 Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dalam Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Peserta
Didik Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Treffinger
EDUTCEHNOLOGIA, Tahun 3, Vol 3 No. 2, Agustus 2017

Pemilihan model pembelajaran pembelajaran ilmu pengetahuan alam


yang tepat pada hakikatnya merupakan peserta didik sekolah dasar melalui
usaha dalam mengoptimalkan model pembelajaran Treffinger?
kemampuan berpikir, terutama berpikir
tingkat tinggi. Materi yang sedang Adapun rumusan masalah secara
dipelajari oleh peserta didik SDN Cibeber khusus dalam penelitian ini adalah :
II dan Pasari Munding III kelas V Apakah kemampuan berpikir tingkat
semester dua adalah mengenai daur air tinggi aspek analisis (C4), aspek evaluasi
dan peristiwa alam. Untuk menyajikan (C5) dan aspek mencipta (C6) peserta
informasi peneliti memilih menggunakan didik yang memperoleh model
model pembelajaran Treffinger karena pembelajaran Treffinger lebih tinggi dari
model ini dapat mencari tahu, pandai peserta didik yang memperoleh model
merumuskan masalah, pandai pembelajaran Osborn pada mata pelajaran
menganalisis, pandai mencari solusi, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)?
kreatif. Sesuai dengan penjelasan tersebut
Tujuan umum penelitian ini
menurut Huda (2013, hlm.318)
adalah : ini adalah untuk membuktikan
menyatakan bahwa “Model Treffinger
model pembelajaran Treffinger dapat
didasari dengan adanya perkembangan
meningkatkan kemampuan berpikir
zaman yang terus berubah dengan cepat
tingkat tinggi peserta didik Sekolah Dasar
dan semakin kompleksnya permasalahan
pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
yang harus dihadapi. Karena itu, untuk
Alam
mengatasi permasalahan tersebut
diperlukan suatu cara agar dapat Tujuan khusus penelitian ini
menyelesaikan suatu permasalahan dan adalah : Membuktikan kemampuan
menghasilkan solusi yang tepat. Yang berpikir tingkat tinggi aspek analisis
perlu diperhatikan untuk mengatasi hal (C4), aspek evaluasi (C5) dan aspek
tersebut adalah dengan memperhatikan mencipta (C6) yang memperoleh model
fakta-fakta penting yang ada di pembelajaran Treffinger lebih tinggi dari
lingkungan sekitar lalu memunculkan peserta didik yang memperoleh model
berbagai gagasan dan memilih solusi pembelajaran Osborn pada mata pelajaran
yang tepat untuk kemudian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
diimplementasikan.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Model pembelajaran Treffinger
Model pembelajaran menurut
dikenalkan oleh Donald J. Treffinger
Soekamto, dkk (dalam Trianto, 2014,
pada tahun 1980. Donald J. Treffinger
hlm.24) mengemukakan maksud dari
adalah presiden diCenter of Creative
model pembelajaran adalah ‘kerangka
Learning, IncSarasota, Florida. Oleh
konseptual yang melukiskan prosedure
karena itu model pembelajaran ini diberi
yang sistematis dalam mengorganisasikan
nama model pembelajaran Treffinger.
pengalaman belajar untuk mencapai
Model pembelajaran ini terdiri atas tiga
tujuan belajar tertentu dan berfungsi
tingkatan yaitu tingkat I Basic tool,
sebagai pedoman bagi para perancang
tingkat II practice with process dan
pembelajaran dan para pengajar dalam
tingkat III working with real problems.
melaksanakan aktivitas belajar mengajar’.
Berdasarkan latar belakang
masalah yang dikemukakan, maka Model Treffinger merupakan
rumusan masalah secara umum dalam salah satu model pembelajaran yang
penelitian ini adalah : Apakah terdapat mengarah pada kemampuan berpikir
peningkatan berpikir tingkat tinggi dalam kritis dan kreatif. Model ini dikenalkan
138 Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dalam Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Peserta
Didik Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Treffinger
EDUTCEHNOLOGIA, Tahun 3, Vol 3 No. 2, Agustus 2017

oleh Donald J. Treffinger pada tahun Treffinger (dalam Munandar,


1980. Donald J. Treffinger adalah 2009, hlm.172) Model treffiger untuk
presiden diCenter of Creative Learning, mendorong belajar kreatif
IncSarasota, Florida. Model Treffinger menggambarkan susunan tiga tingkat
dikenal dengan model Creative Problem yang dimulai dengan unsur-unsur dasar
Solving (CPS) atau sering disebut dan menanjak ke fungsi-fungsi berpikir
dengan Creative Problem Solving kreatif yang lebih majemuk, ciri utama
version 6.1 (CPS v6.1). Model pembelajaran treffinger terdiri atas tiga
Treffinger mengajak siswa berpikir tingkat, yaitu sebagi berikut :
kreatif dalam menghadapi masalah,
seperti yang dikemukakan Treffinger Tingkat I, basic tools atau teknik-
(2003, hlm.1) bahwa “Creative Problem teknik kreativitas tingkat I meliputi
Solving version 6.1 is a model to help you keterampilan berpikir divergen dan
solve problems and manage change teknik-teknik kreatif. Adapun kegiatan
creatively. It gives you a set of easy to use pembelajaran pada tahap I dalam
tools to help translate your goals and penelitian ini, yaitu : (1) guru
dreams into reality”. memberikan suatu masalah terbuka
dengan jawaban lebih dari satu
Model Treffinger merupakan penyelesaian, (2) guru membimbing
model yang mendorong untuk berpikir siswa melakukakan diskusi untuk
kreatif merupakan salah satu dari sedikit menyampaikan gagasan atau idenya
model yang menangani masalah sekaligus memberikan penilaian pada
kreativitas secara langsung. Dengan masing-masing kelompok (aris shoimin,
demikian, baik keterampilan kognitif 2014. hlm.219)
maupun afektif pada setiap tingkat dari
model ini, Treffinger menunjukan saling Tingkat II, Practice with process
berhubungan dan ketergantungan antara atau teknik-teknik kreativitas II,
keduanya dalam mendorong belajar memberikan kesempatan kepada peserta
kreatif (Munandar, 2009. hlm.172). hal didik untuk menerapakan keterampilan
tersebut didukung dengan pendapat Ali yang dipelajari pada tingkat I dalam
(2014, hlm.152) yang menyatakan bahwa situasi praktis. Untuk tujuan ini
“Pendidikan nasional perlu membangun digunakan strategi seperti bermain peran,
budaya berkompetensi untuk simulasi, dan studi kasus. Adapun
mengembangkan kreativitas siswa kegiatan pembelajaran pada tahap II
sehingga peserta didik terdorong untuk dalam penelitian ini, yaitu (1) guru
terus berkreasi serta mengeksplorasi membimbing dan mengarahkan siswa
bakat”. untuk berdiskusi dengan memberikan
contoh analog atau simulasi (2) guru
Selain itu, Ali (2014, hlm152) meminta siswa membuat contoh analog
juga berpendapat bahwa “Pendidikan atau simulasi.
yang mementingkan kreativitas akan
membuat hidup peserta didik lebih indah Tingkat III, Working with real
, karena mereka akan dikelilingi oleh hal- problems atau teknik kreatif tingkat III.
hal yang bervariasi dan tidak monoton. Menerapkan keterampilan yang dipelajari
Pendidikan yang diarahkan pada pada dua tingkat pertama terhadap
pembentukan kraetivitas akan tantangan dunia nyata. Peserta didik
meningkatkan pengertian dan apresiasi menggunakan kemampuan mereka
mengenai berbagai gagasan bar, sesama dengan cara yang bermakna untuk
manusiadan dunia secara umum”. kehidupannya. Peserta didik tidak hanya
belajar keterampilan berpikir kreatif,
139 Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dalam Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Peserta
Didik Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Treffinger
EDUTCEHNOLOGIA, Tahun 3, Vol 3 No. 2, Agustus 2017

tetapi juga bagaimana menggunakan penyelesaian dari suatu keadaan yang


informasi ini dalam kehidupan mereka. akan dipecahkan. Slamet, P (2011, hlm.1)
Higer Order Thingking Skil merupakan
Langkah - langkah model “Didalamnya termasuk berpikir kritis,
pembelajaran Treffinger diapatasi dari logis, reflektif, metakognisi dan kreatif.
jurnal ilmiah Nisa (2011, hlm.44) berikut Semua keterampilan tersebut aktif ketika
ini : seseorang berhadapan dengan masalah
Tingkat I Basic tool (1) Pendidik yang tidak biasa, ketidakpastian,
memberikan suatu masalah (2) Peserta pertanyaan dan pilihan”.
didik membaca dan memahami masalah kemampuan berpikir tingkat tinggi
(3) Pendidik membimbing peserta didik (higher order thinking skills) meliputi
melakukan diskusi untuk menyampaikan menganalisis (C4), menilai (C5) dan
gagasan atau idenya sekaligus mencipta (C6).Pengelompokan tingkat
memberikana penilaian pada masing- berpikir dalam ranah kognitif tersebut
masing kelompok (4) Peserta didik berdasarkan klasifikasi tingkat berpikir
melakukan diskusi untuk menyampaikan pada“Revisi Taksonomi Bloom (A
gagasan atau idenya dan menuliskannya Revision of Bloom's Taxonomy)”. Adapun
Tingkat II Practice with process definisi untuk masing-masing tingkat
(1) Pendidik membimbing dan tersebut menurut Anderson & Kratwohl
mengarahkan peserta didik untuk (2010, hlm. 120) adalah sebagi berikut :
berdiskusi dengan memberikan contoh Analyze (menganalisis), aspek
analog (2) Peserta didik membuat contoh analisis melibatkan proses memecah-
yang diminta oleh pendidik mecah materi menjadi bagian-bagian
Tingkat III Working with real kecil dan menentukan hubungan antara
problems (1) Pendidik memberikan suatu bagian dan struktur keseluruhannya.
masalah dalam kehidupan sehari-hari (2) Kategori proses menganalisis ini meliputi
Pendidik membimbing peserta didik proses-proses kognitif membedakan,
membuat pertanyaan serta penyelesaian mengorganisasi, dan mengatribusikan
secara mandiri (3) Peserta didik membuat
pertanyaan serta penyelesaian secara Evaluate (mengevaluasi), aspek
mandiri (4) Pendidik membimbing evaluasi didefinisikan sebagi membuat
peserta didik menyebutkan langkah- keputusan berdasarkan kriteria dan
langkah dalam menyelesaikan suatu standar. Kriteria-kriteria ini ditentukan
masalah. oleh peserta didik. Kategori
Ali (2014, hlm.155) mengevaluasi mencakup proses-proses
mengemukakan bahwa “Berdasarkan kognitif memeriksa dan, mengkritik.
hasil berbagai studi, untuk menciptakan
kreativitas dibutuhkan lingkungan Create (mencipta), aspek mencipta
pendidikan kondusif yang melibatkan proses menyusul elemen-
menyenangkan, penuh rasa humor, elemen jadi sebuah keseluruhan yang
spontan, dan memberi ruang bagi koheren. Aspek mencipta berisikan tiga
individu untuk melakukan berbagai proses kognitif yaitu : merumuskan
permainan atau percobaan”. (peserta didik memikirkan berbagai solusi
ketika berusaha memahami tugas,
Berpikir tingkat tinggi adalah proses merencanakan (peserta didik
berpikir yang bisa mengaitkan informasi merencanakan metode solusi dan
yang baru dengan informasi yang telah mengubahnya jadi rencana aksi), dan
didapatkan kemudian dihubungkan memproduksi (melaksanakan rencana
informasi tersebut untuk dapat denganmengkontruksi solusi)
menyelesaikan atau menemukan suatu
140 Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dalam Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Peserta
Didik Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Treffinger
EDUTCEHNOLOGIA, Tahun 3, Vol 3 No. 2, Agustus 2017

Menurut Anderson & Kratwohl eksperimen diberikan perlakuan (X)


(2010, hlm. 100) menjelaskan tentang sedangkan kelompok kontrol tidak
kategori dan proses kognitif dalam tabel diberikan perlakuan. Setelah itu,
dimensi proses kognitif sebagi berikut : kelompok eksperimen dan kelompok
Tabel 1.1 kontrol diberikan tes akhir atau postest
Proses Kognitif (O2).
Proses
Level Deskripsi
kognitif Adapun desain penelitian ini
Memecah materi menjadi bagian-bagian dapat dilihat sebagi berikut :
penyusunnya dan menentukan hubungan-
Menganalisis hubungan antar bagian tersebut dan
C4
(analyze) hubungan antar bagian-bagian dengan Kelompok O1 X O2
struktur keseluruhan
Eksperimen
Mengambil keputusan terhadap nilai
Mengevaluas suatu informasi berdasarkan kriteria atau
C5 standar
i (evaluate) Kelompok O1 O2
Memadukan bagian-bagian yang saling
terpisah untuk membentuk suatu struktur Kontrol
Mencipta keseluruhan yang baru, atau
C6
(create) mengorganisasi kembali elemen-elemen
dalam suatu struktur untuk membentuk
Ali (2014, hlm. 308)
struktur yang baru Populasi penelitianya diambil dari
C. METODE PENELITIAN peserta didik kelas V Sekolah Dasar
Negeri di Kecamatan Cibeber Kabupaten
Metode penelitian yang digunakan Cianjur. Sekolah Dasar yang dijadikan
dalam penelitian ini adalah metode populasi dalam penelitian ini yaitu
penelitian kuasi-eksperimen. Metode Sekolah Dasar Negeri Cibeber II dan
kuasi-eksperimen ialah untuk melihat Sekolah Dasar Negeri Pasir Munding III
pengaruh atau hubungan sebab akibat kelas V. Alasan diambilnya populasi dari
dengan cara membandingkan hasil dua kedua sekolah tersebut karena memiliki
kelompok yang terdiri dari hasil karakteristik yang homogen selain itu
kelompok eksperimen yang diberikan lokasi kedua sekolah tersebut yang
perlakuan dan hasil kelompk kontrol berdekatan. Jumlah populasi penelitian
yang tidak diberikan perlakuan. Metode dari kedua Sekolah Dasar Negeri kelas V
yang dipilih karena akan menguji secara lebih rinci, jumlah populasi
seberapa besar pengaruh model penelitian dapat dilihat pada tabel
pembelajaran Treffinger terhadap berikut:
berpikir tingkat tinggi dalam amta
pelajaran IPA peserta didik Sekolah Pengembalian sampel pada
Dasar. penelitian ini menggunakan sampel
Dalam penelitian ini secara acak (Random Sampling).
menggunakan desain penelitian tak Sedangkan Teknik Pengambilan sampel
setara. Disebut tak setara dikarenakan menggunakan rumus dari Taro Yamane
kedua kelompok yang dipilih bisa jadi atau Slovin.
tidak setara dalam beberapa aspek (Ali, Berdasarkan rumus tersebut
1993). Karena dalam penelitian ini diperoleh jumlah sampel = 102,60 = 103
menggunakan dua kelas yakni kelas Dari jumlah sampel = 103
eksmperimen dan kelas kontrol. Kelas responden tersebut kemudian ditentukan
eksperimen diberi perlakuan sedangkan jumlah masing-masing sampel menurut
kelas kontrol tidak diberikan perlakukan. kelas yang berada pada masing-masing
Dalam desain ini kelompok eksperimen sekolah secara proportionate random
dan kelompok kontrol diberikan tes awal sampling.
atau pretest (O1) kemudian kelompok
141 Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dalam Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Peserta
Didik Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Treffinger
EDUTCEHNOLOGIA, Tahun 3, Vol 3 No. 2, Agustus 2017

Diperoleh jumlah sampel menurut hipotesis dengan menggunakan dengan


masing-masing kelas sebagai berikut : menggunakan uji t.
SDN Cibeber II D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelas A= 31 Hasil penelitian yang yang
dilakukan, didapatkan nilai pre-test untuk
Kelas B= 31
kelas kontrol adalah 827 dengan nilai
SDN Pasir Munding III rata-rata 16,22 dengan nilai paling rendah
adalah 10 dan nilai tertinggi adalah 21.
Kelas A= 20 Nilai pre-test untuk kelas eksperimen
adalah 873 dengan nilai rata-rata 17,12
Kelas B= = 20 dengan nilai paling rendah adalah 10 dan
Untuk mengukur nilai paling tinggi adalah 27. Hasil
instrumen yang digunakan sudah valid penelitian dikelas kontrol, didapatkan
dan tepat sasaran, instrumen tersebut nilai Post-Test untuk kelas kontrol
yang diuji cobakan dan dilakukan uji sebesar 1614 dengan nilai rata-rata 31,65
validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas dengan nilai paling rendah adalah 24 dan
dalam penelitian ini dengan cara nilai paling tinggi adalah 40. Nilai post-
melakukan expert judgement, dan test untuk kelas Eksperimen sebesar 1887
selanjutnya dilakukan uji validitas dengan nilai rata-rata 37,00 dengan nilai
empiris dengan rumus Pearson Product paling rendah adalah 26 dan nilai paling
Moment diperoleh hasil dengan mencari tinggi adalah 45. Sedangkan gain yang
koefisien korelasi dari kedua nilai didapatkan dari nilai pre-test dan post-
kelompok uji coba didapatkan nilai test kelas kontrol yaitu sebesar 15,43 dan
sebesar 𝑟𝑥𝑦 = 0,621 dengan kriteria gain yang didapatkan dari nilai pre-test
dan post-test kelas eksperimen yaitu
validitas tinggi.
sebesar 19,88.
. Sedangkan uji realiabilitas Deskripsi data sebagimana diperoleh
menggunakan pengukuran reliabilitas diatas menunjukan adanya peningkatan
Cronbanch Alpha koefisien derajat berpikir tingkat tinggi peserta didik yang
kereliabelan tes dari nilai kelompok uji berbeda antara kelompok eksperimen
coba didapatkan nilai sebesar α = 0,81 dengan kelompok kontrol. Diperoleh data
dengan memperoleh kriteria tinggi. skor gain pada kelompok eksperimen
terhadap tes uraian 12 soal yang sebesar 19,88 dan kelompok kontrol
diberikankepada 30 peserta didik kelas V sebesar 14,61. Deskripsi pada aspek
semester 2 tentang materi daur air dan analasis (C4) kelas eksperimen
peristiwa alam. mempunyai nilai rata-rata pretest 4,24
dan nilai rata-rata postest 10,10, dan
Tahapan selanjutnya adalah untuk kelompok kontrol mempnyai nilai
menganalisis data. Analisis data yang rata-rata pretes sebesar 3,41 dan nilai
dilakukan dibantu dengan Statistical rata-rata posttest 7,69. Diperoleh data
Products and Solution Services (SPSS). skor gain pada kelompok eksperimen
Analisis data yang akan dilakukan adalah sebesar 5,86 dan kelompok kontrol
uji normalitas dengan uji normalitas sebesar 4,28.
Kolmogorov Smirnov, selanjutnya uji Deskripsi pada aspek evaluasi (C5)
homogenitas dengan menggunakan uji kelas eksperimen mempunyai nilai rata-
Levene test, dan yang terakhir uji rata pretest 6,90 dan nilai rata-rata
postest 11,92, dan untuk kelompok

142 Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dalam Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Peserta
Didik Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Treffinger
EDUTCEHNOLOGIA, Tahun 3, Vol 3 No. 2, Agustus 2017

kontrol mempnyai nilai rata-rata pretes Osborn pada mata pelajaran Ilmu
sebesar 6,94 dan nilai rata-rata posttest Pengetahuan Alam (IPA) .
10,86. Diperoleh data skor gain pada Perolehan nilai ttabel yaitu sebesar
kelompok eksperimen sebesar 5,02 dan 1,984 dengan α = 0,05 untuk uji satu
kelompok kontrol sebesar 3,92. pihak (one tail) dan perolehan nilai thitung
Deskripsi pada aspek mencipta (C6) sebesar 2,961 dengan tingkat
kelas eksperimen mempunyai nilai rata- kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan
rata pretest 5,98 dan nilai rata-rata bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan
postest 14,98, dan untuk kelompok hipotesis kerja (H1) diterima. Dari hasil
kontrol mempnyai nilai rata-rata pretes uji hipotesis tersebut dapat disimpulkan
sebesar 5,86 dan nilai rata-rata posttest bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi
13,10. Diperoleh data skor gain pada pada aspek evaluasi (C5) pada peserta
kelompok eksperimen sebesar 9,00 dan didik yang memperoleh model
kelompok kontrol sebesar 7,24. pembelajaran Treffinger lebih tinggi
Hasil perhitungan uji hipotesis dibandingkan dengan peserta didik yang
dilakukan dengan uji T dua sampel bebas menggunakan model pembelajaran
(Independent-sampel t-test) pada SPSS Osborn pada mata pelajaran Ilmu
version 17. Pengetahuan Alam (IPA) .
Perolehan nilai ttabel yaitu sebesar
Perolehan nilai ttabel yaitu sebesar 1,984 dengan α = 0,05 untuk uji satu
1,984 dengan α = 0,05 untuk satu pihak pihak (one tail) dan perolehan nilai thitung
(one tail) dan perolehan nilai thitung sebesar 3,062 dengan tingkat
sebesar 4,637 dengan tingkat kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan
kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan
bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis kerja (H1) diterima. Dari hasil
hipotesis kerja (H1) diterima. Dari hasil uji hipotesis tersebut dapat disimpulkan
uji hipotesis tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi
bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi pada aspek mencipta (C6) pada peserta
pada peserta didik yang memperoleh didik yang memperoleh model
model pembelajaran Treffinger lebih pembelajaran Treffinger lebih tinggi
tinggi dibandingkan dengan peserta didik dibandingkan dengan peserta didik yang
yang memperoleh model pembelajaran memperoleh model pembelajaran Osborn
Osborn pada mata pelajaran Ilmu pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
pengetahuan Alam (IPA). Alam (IPA) .
Perolehan nilai ttabel yaitu sebesar
E. KESIMPULAN
1,984 dengan α = 0,05 untuk uji satu
Berdasarkan hasil penelitian dan
pihak (one tail) dan perolehan nilai thitung
analisis data pada bab sebelumnya, secara
sebesar 4,019 dengan tingkat
umum dapat disimpulkan bahwa
kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan
penerapan model pembelajaran
bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan
Treffinger efektif dugunakan untuk
hipotesis kerja (H1) diterima. Dari hasil
meningkatkan kemampuan berpikir
uji hipotesis di atas dapat disimpulkan
tingkat tinggi peserta didik pada mata
bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
pada aspek analisis (C4) pada peserta
Sekolah Dasar. Secara khusus, simpulan
didik yang memperoleh model
dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai
pembelajaran Treffinger lebih tinggi
berikut :
dibandingkan dengan peserta didik yang
Kemampuan berpikir tingkat tinggi
meemperoleh model pembelajaran
aspek analisis (C4), aspek evaluasi (C5)
143 Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dalam Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Peserta
Didik Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Treffinger
EDUTCEHNOLOGIA, Tahun 3, Vol 3 No. 2, Agustus 2017

dan aspek mencipta (C6) pada peserta Treffinger, Donald. J, Isaksen, S. G & K.
didik yang memperoleh model Brian Dorval. (2003). Problem
pembelajaran Treffinger lebih tinggi Solving ( CPS v6.1 ) A
dibandingkan dengan peserta didik yang Contemporary Framework for
memperoleh model pembelajaran Osborn. Managing Change.New York :
F. DAFTAR PUSTAKA Creative Problem Solving Group,
inc.
Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. (2014).
Mendesain Model Pembelajaran Gunawan, Adi . (2003). Genius Learning
Inovatif, Progresif, dan Strategy. Petunjuk Praktis untuk
Kontekstual : Konsep, Landasan, Meneraapkan Accelerated
dan Implementasinya pada Learning. Jakarta : PT Gramedia
Kurikulum 2013 (Kurikulum Pustaka Utama
Tematik Integratif/TKI). Jakarta :
Kencana. Trilling, B. and Paul Hood. (1999).
Learning, technology, and
Ali, M. (1993). Prosedur dan Strategi education reform in the
Penelitian Kependidikan. Bandung: knowledge age: Education
Angkasa. Technology.
Ali, M. (2014). Pendidikan untuk
Pembangunan Nasional. Bandung
: CV Mitra Sarana Edukasi.
Ali, M. (2014). Memahami Riset Perilaku
dan Sosial. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R.
(2010). Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran dan
Asesmen Revisi Taksonomi
Pendidikan Bloom. Yogyakarta :
Kencanaa Prenada Media Group
Shoimin, Aris. (2013). 68 model
pembelajarn inovatif dalam
kurikulum 2013.Yogyakarta : Ar-
ruzz media.
Slamet, P. (2001). Higher Order
Thingking Skill . (online)
https://www.academia.edu/48299
4/Higher_Order_Thingking_Skills
diakses pada 9 Februari 2017
Munandar, Utami. (2009).
Mengembangkan Kreativitas
Anak Berbakat. Jakarta : Rineka
Cipta

144 Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dalam Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Peserta
Didik Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Treffinger

You might also like