Professional Documents
Culture Documents
9144 18712 1 SM
9144 18712 1 SM
2, Agustus 2017
ABSTRACT, Treffinger learning model is a sequence of learning process that is designed for
students in which it enables them to solve the problems creatively through three stages. Stage I is Basic tool,
Stage II is Practice with Process, and Stage III is Working with real Problems. This research aims to know
the influence of Treffinger model in enhancing higher order thinking skill of elementary school students on
Natural Science subject. The general research question is Is there any enhancement of higher order thinking
skill of elementary school students on Natural Science subject through Treffinger learning model?. On the
other hand, the specific research question is Is there any enhancement of higher order thinking skill in the
aspects of analysis (C4), evaluation (C5), and creation (C6) between the students who learn by using
Treffinger learning model and the students who learn by using Osborn learning model?. The method used in
this research is quasi-experimental method. The research design used in this research is the design with
unequal groups. It can be generally concluded that the application of Treffinger learning model is effective
to be used in enhancing higher order thinking skill of elementary school students on Natural Science subject.
Specifically, the conclusion of this research is higher order thinking skill in the aspects of analysis (C4),
evaluation (C5) and create (C6) of students who have Treffinger learning model is higher than the students
who have Osbom learning model.
Keywords: Treffinger Learning Model, Higher Order Thinking Skill, Natural Science, Elementary School.
Kata Kunci : Model Pembelajaran Treffinger, Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi, Ilmu Pengetahuan
Alam, Sekolah Dasar.
136 Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dalam Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Peserta
Didik Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Treffinger
EDUTCEHNOLOGIA, Tahun 3, Vol 3 No. 2, Agustus 2017
A. PENDAHULUAN
Memasuki Abad pengetahuan didapatkannya itu ke dalam kehidupan
yaitu Abad 21, Sumber Daya Manusia sehari-hari.
dituntut memiliki beberapa kemampuan.
Menurut Trilling dan Hood (1999) Pada jenjang pendidikan sekolah
bahwa kemampuan yang semestinya dasar secara umum, melatihkan
dimiliki oleh SDM di Abad pengetahuan kemampuan berpikir tingkat rendah yang
ini adalah kemampuan bekerja sama, terdiri dari C1-C3 yakni pengetahuan,
kemampuan berpikir tingkat tinggi, pemahaman dan penerapan atau aplikasi
kreatif, terampil, mampu memahami sudah berjalan dengan baik. Namun
berbagai budaya dan mempunyai untuk kemampuan berpikir selanjutnya
kemampuan berkomunikasi serta yakni C4-C6 yang terdiri dari
mampu belajar sepanjang hayat (life long menganalisis, mengevaluasi dan
learning). Dari beberapa tuntutan di mengkreasi atau sering disebut
atas, berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi belum
salah satu kemampuan yang semestinya dilatihkan kepada peserta didik secara
dikuasai oleh Sumber Daya Manusia. intensif. Pada kenyatannya, peserta didik
Dimana dalam proses pembentukan belum terbiasa berpikir tingkat tinggi,
kemampuan berpikir tingkat tinggi ini serta kurang terampil dalam
dibutuhkan adanya pendidikan. mengembangkan konsep pengetahuan
mereka sendiri.
Berpikir tingkat tinggi merupakan
berpikir yang melatih kemampuan Hal ini nampak ketika peneliti
kognitif peserta didik pada tingkatan melaksanakan observasi pada tanggal 18
yang lebih tinggi, yaitu peserta didik Januari 2016 ke Sekolah Dasar Negeri
mampu menggabungkan fakta dan ide Cibeber II dan sekolah Dasar Negeri
dalam proses menganalisis, mengevaluasi Pasir Munding III kelas V yaitu,
sampai pada tahap membuat berupa sebagian besar peserta didik belum
memberikan penilaian terhadap suatu diajarkan kemampuan berpikir tingkat
fakta yang dipelajari atau bisa mencipta tinggi, melainkan sebatas kemampuan
dari sesuatu yang telah dipelajari secara tingkat rendah saja yang terdiri dari
kreatif. Hal tersebut sesuai dengan pengetahuan, pemahaman dan aplikasi.
penyataan yang dinyatakan oleh Adi Sedangkan kemampuan berpikir tingkat
(2007, hlm.171) bahwa “Proses berpikir tinggi yang terdiri dari menganalisis,
level tinggi (HOT) adalah proses berpikir mengevaluasi dan mencipta tidak
yang mengharuskan murid untuk diajarkan secara intensif. Kondisi ini juga
memanipulasi informasi dan ide-ide berlaku pada SD yang belum
dalam cara tertentu yang memberi mengajarkan kemampuan berpikir tingkat
mereka pengertian dan implikasi baru”. tinggi secara intensif. Peserta didik
kesulitan untuk memahami materi yang
Kemampuan berpikir tingkat disampaikan pendidik dan kesulitan
tinggi merupakan berpikir pada tahap dalam mengerjakan soal yang berkaitan
penalaran yaitu untuk mampu dengan materi tersebut. Peserta didik
memahami informasi-informasi atau belum terampil dalam mengontruksi
pelajaran di sekolah, tetapi juga mampu pengetahuan mereka sendiri dan hanya
untuk menggunakan pengetahuan yang menunggu materi yang disampaikan
pendidik tanpa menemukan sendiri
konsep pembelajaran.
137 Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dalam Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Peserta
Didik Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Treffinger
EDUTCEHNOLOGIA, Tahun 3, Vol 3 No. 2, Agustus 2017
142 Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dalam Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Peserta
Didik Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Treffinger
EDUTCEHNOLOGIA, Tahun 3, Vol 3 No. 2, Agustus 2017
kontrol mempnyai nilai rata-rata pretes Osborn pada mata pelajaran Ilmu
sebesar 6,94 dan nilai rata-rata posttest Pengetahuan Alam (IPA) .
10,86. Diperoleh data skor gain pada Perolehan nilai ttabel yaitu sebesar
kelompok eksperimen sebesar 5,02 dan 1,984 dengan α = 0,05 untuk uji satu
kelompok kontrol sebesar 3,92. pihak (one tail) dan perolehan nilai thitung
Deskripsi pada aspek mencipta (C6) sebesar 2,961 dengan tingkat
kelas eksperimen mempunyai nilai rata- kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan
rata pretest 5,98 dan nilai rata-rata bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan
postest 14,98, dan untuk kelompok hipotesis kerja (H1) diterima. Dari hasil
kontrol mempnyai nilai rata-rata pretes uji hipotesis tersebut dapat disimpulkan
sebesar 5,86 dan nilai rata-rata posttest bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi
13,10. Diperoleh data skor gain pada pada aspek evaluasi (C5) pada peserta
kelompok eksperimen sebesar 9,00 dan didik yang memperoleh model
kelompok kontrol sebesar 7,24. pembelajaran Treffinger lebih tinggi
Hasil perhitungan uji hipotesis dibandingkan dengan peserta didik yang
dilakukan dengan uji T dua sampel bebas menggunakan model pembelajaran
(Independent-sampel t-test) pada SPSS Osborn pada mata pelajaran Ilmu
version 17. Pengetahuan Alam (IPA) .
Perolehan nilai ttabel yaitu sebesar
Perolehan nilai ttabel yaitu sebesar 1,984 dengan α = 0,05 untuk uji satu
1,984 dengan α = 0,05 untuk satu pihak pihak (one tail) dan perolehan nilai thitung
(one tail) dan perolehan nilai thitung sebesar 3,062 dengan tingkat
sebesar 4,637 dengan tingkat kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan
kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan
bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis kerja (H1) diterima. Dari hasil
hipotesis kerja (H1) diterima. Dari hasil uji hipotesis tersebut dapat disimpulkan
uji hipotesis tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi
bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi pada aspek mencipta (C6) pada peserta
pada peserta didik yang memperoleh didik yang memperoleh model
model pembelajaran Treffinger lebih pembelajaran Treffinger lebih tinggi
tinggi dibandingkan dengan peserta didik dibandingkan dengan peserta didik yang
yang memperoleh model pembelajaran memperoleh model pembelajaran Osborn
Osborn pada mata pelajaran Ilmu pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
pengetahuan Alam (IPA). Alam (IPA) .
Perolehan nilai ttabel yaitu sebesar
E. KESIMPULAN
1,984 dengan α = 0,05 untuk uji satu
Berdasarkan hasil penelitian dan
pihak (one tail) dan perolehan nilai thitung
analisis data pada bab sebelumnya, secara
sebesar 4,019 dengan tingkat
umum dapat disimpulkan bahwa
kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan
penerapan model pembelajaran
bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan
Treffinger efektif dugunakan untuk
hipotesis kerja (H1) diterima. Dari hasil
meningkatkan kemampuan berpikir
uji hipotesis di atas dapat disimpulkan
tingkat tinggi peserta didik pada mata
bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
pada aspek analisis (C4) pada peserta
Sekolah Dasar. Secara khusus, simpulan
didik yang memperoleh model
dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai
pembelajaran Treffinger lebih tinggi
berikut :
dibandingkan dengan peserta didik yang
Kemampuan berpikir tingkat tinggi
meemperoleh model pembelajaran
aspek analisis (C4), aspek evaluasi (C5)
143 Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dalam Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Peserta
Didik Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Treffinger
EDUTCEHNOLOGIA, Tahun 3, Vol 3 No. 2, Agustus 2017
dan aspek mencipta (C6) pada peserta Treffinger, Donald. J, Isaksen, S. G & K.
didik yang memperoleh model Brian Dorval. (2003). Problem
pembelajaran Treffinger lebih tinggi Solving ( CPS v6.1 ) A
dibandingkan dengan peserta didik yang Contemporary Framework for
memperoleh model pembelajaran Osborn. Managing Change.New York :
F. DAFTAR PUSTAKA Creative Problem Solving Group,
inc.
Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. (2014).
Mendesain Model Pembelajaran Gunawan, Adi . (2003). Genius Learning
Inovatif, Progresif, dan Strategy. Petunjuk Praktis untuk
Kontekstual : Konsep, Landasan, Meneraapkan Accelerated
dan Implementasinya pada Learning. Jakarta : PT Gramedia
Kurikulum 2013 (Kurikulum Pustaka Utama
Tematik Integratif/TKI). Jakarta :
Kencana. Trilling, B. and Paul Hood. (1999).
Learning, technology, and
Ali, M. (1993). Prosedur dan Strategi education reform in the
Penelitian Kependidikan. Bandung: knowledge age: Education
Angkasa. Technology.
Ali, M. (2014). Pendidikan untuk
Pembangunan Nasional. Bandung
: CV Mitra Sarana Edukasi.
Ali, M. (2014). Memahami Riset Perilaku
dan Sosial. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R.
(2010). Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran dan
Asesmen Revisi Taksonomi
Pendidikan Bloom. Yogyakarta :
Kencanaa Prenada Media Group
Shoimin, Aris. (2013). 68 model
pembelajarn inovatif dalam
kurikulum 2013.Yogyakarta : Ar-
ruzz media.
Slamet, P. (2001). Higher Order
Thingking Skill . (online)
https://www.academia.edu/48299
4/Higher_Order_Thingking_Skills
diakses pada 9 Februari 2017
Munandar, Utami. (2009).
Mengembangkan Kreativitas
Anak Berbakat. Jakarta : Rineka
Cipta
144 Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dalam Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Peserta
Didik Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Treffinger