Professional Documents
Culture Documents
Problematika Keterwakilan Perempuan Di DPRD Kota Banjarmasin
Problematika Keterwakilan Perempuan Di DPRD Kota Banjarmasin
ABSTRACT
Akhmad Rudini Akbar, 2014. Problematic of Women Representation on Banjarmasin Parliament. Thesis,
Program Study of Citizenship and Pancasila Education, Department of Education Social Sciences,
Teacher and Education Science Faculty, University of Lambung Mangkurat. Counselor (I) Fatimah
(II) Harpani Matnuh.
Women Representation in parliament has been the focus of a lot of people since it is especially found on
the election results that the percentage of women's representation in parliament does not reach the
threshold of women representation. This study aims to see the women representation in Banjarmasin
Parliament from the legislative election results. In addition, it also aims to know the problematic or the
problems that occur in the women representation and the factors that affect the women representation in
Banjarmasin Parliament.
The method used in this study is qualitative data collection techniques by using the observation so that the
researcher can see the problems of women representation in Banjarmasin Parliament, the interview is
given to find out the problems directly from the informants as a source of data, and documentation is used
to facilitate the researcher in collecting data both written documents or images as a data source.
The research results show that the women representation is seen from the amount of Parliament members
from among the women do not achieve the results of legislative elections but it nearly approaches the
percentage of women representation. The problematic lead more to the limitation of women and the factors
that influence it such as the difficulty of finding human resources who are courageous on the politic field and
competent on it become a significant factor.
In short, based on the results of this study, it is suggested that the women in Banjarmasin Parliament
members should work optimally in order to further maximize their real work for the society, especially
regarding to the issues of women's active role in efforts to increase the number women representation in
the future and to strive for increasing the number of women representation to achieve the gender balance
so that it can simplify the delivery of the interests and rights of women to go down to the community such as
socializing or making events for instance seminars on increasing the women's representation.
500
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 4, Nomor 7, Mei 2014
501
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 4, Nomor 7, Mei 2014
Undang-Undang tentang Partai Politk Dalam UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai
mengatur syarat pembentukan partai politik, politik pasal 2 dan 20 tertuang jelas mengenai
perubahan AD dan ART, asas dan ciri, regulasi atau aturan keterwakilan perempuan.
tujuan dan fungsi, hak dan kewajiban partai Dalam pasal – pasal tersebut partai politik wajib
politik, keanggotaan dan kedaulatan melihat unsur perempuan didalam partainya,
anggota, organisasi dan tempat kedudukan, yaitu:
pengambilan keputusan, rekrutmen politik, “Pasal 2 ayat 2: Pendirian dan
peraturan dan keputusan partai politik, pembentukan kepengurusan partai politik
pendidikan politik, penyelesaian sebagaimanadimaksud pada ayat
perselisihan partai politik, (1)menyertakan30% (tiga puluh perseratus)
keuangan,larangan, pembubaran dan keterwakilan perempuan”
penggabungan partai politk dan “Ayat 5 pasal 2:Kepengurusan Partai Politik
pengawasan.(http://www.djpp.kemenkumha tingkat pusat sebagaimanadimaksud pada ayat
m.go.id, diakses tanggal 08 Juli 2013) (3) disusundengan menyertakan paling
Dalam perjalanannya UU tentang partai politik rendah30% (tiga puluh perseratus)keterwakilan
telah mengalami perubahan. Kalau dilihat sejak perempuan.”
era reformasi UU tentang partai politik telah “Pasal 20:Kepengurusan Partai Politik
mengalami empat perubahan, yaitu : tingkat provinsi dankabupaten/kota
1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 sebagaimanadimaksud dalam Pasal 19 ayat (2)
tentang Partai Politik dan ayat (3) disusundengan
2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 memperhatikanketerwakilan perempuan paling
tentang Partai Politik rendah 30%
3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 (tiga puluh perseratus) yang diatur dalam AD dan
tentang Partai Politik ART Partai Politik masing-masing.”
4. Undang – undang Nomor 2 Tahun 2011
tentang perubahan atas Undang-Undang 4. Gender
Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Isu gender sebagai suatu wacana dan
Politik(http://id.wikipedia.org, diakses tanggal gerakan untuk mencapai kesetaraan antara laki-
10 Juli 2013) laki dan perempuan telah menjadi
pembicaraanyang menarik perhatian masyarakat.
3. Perempuan di partai politik Pada satu sisi hubungan gender menjadi
Di dalam UU No. 2 tahun 2011 tentang persoalan tersendiri, padahal secara fakta
perubahan UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai persoalan emansipasi kaum perempuan masih
politik atau UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai belum mendapat tempat yang sepenuhnya bisa
politik di amanahkan bahwa pentingnya diterima. Perempuan diberikan kebebasan untuk
keterwakilan perempuan didalam sebuah partai memperoleh pendidikan dan kesempatan untuk
politik dan menjadi sebuah persyaratan untuk bekerja tetapi mereka tetap diikat dengan aturan
mengikuti Pemilihan umum bagi semua partai patriarki yang relatif menghambat dan
politik dan partai politik harus memenuhi memberikan kondisi dilematis terhadap posisi
persyaratan itu. mereka. Disini dibutuhkan pengertian dari konsep
Keterwakilan perempuan sudah dibahas gender agar masyarakat dapat membedakan
atau diterapkan melalui UU tentang politik yang antara gender dan emansipasi perempuan.
terdahulu, akan tetapi dalam pelaksanaannya
masih kurang karena hal itu masih dianggap 5. Keterwakilan perempuan dalam politik
kurang penting oleh partai poltik. Melalui UU Seiring dengan beragam persoalan
tentang partai politik regulasi mengenai yangdialami perempuan yang hak–haknya sering
keterwakilan perempuan didalam partai poltik dirampas dan belum di letakan sebagaimana
diperketat. mestinya oleh kebanyakan masyarakat,dimana
masih tingginya tingkat kekerasan yang dialami
502
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 4, Nomor 7, Mei 2014
oleh perempuan yang dilakukan oleh oknum seorang wakil dan perangkat daerah. Sedangkan
maupun institusi jelas merupakan pekerjaan yang dimaksud dengan Badan Legislatif Daerah
(BLD) adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
besar yang membutuhkan perhatian serius
secara politik. (DPRD) dengan alat-alat kelengkapannya yang
Politik memang bukan satu–satunya solusi terdiri dari pimpinan, komisi dan panitia-panitia.
dalam memperjuangkan hak–hak perempuan DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat di
dan masalah–masalah kaum hawa yang daerah merupakan sarana unutk melaksanakan
mengalami kekerasan fisik berupa penganiayaan demokrasi berdasarkan Pancasila.
dan teror. Tapi juga secara mental atau psikologis
yang mengharuskan masalah itu dapat
disembuhkan serta memulihkan rasa percaya diri C. METODE PENELITIAN
secara normal sebagai seorang manusia. Mereka 1. Metode Yang di Gunakan
yang mengalami masalah akan mudah ditolong Metode penelitian yang di gunakan adalah
tatkala politik sebagai salah satu power dipegang metode penelitian kualitatif. Peneliti memilih
individu yang punya komitmen politik yang kuat metode penelitian kualitatif ialah bahwa kajian
pada masalah perempuan. problematika keterwakilan perempuan di DPRD
Masalah politik inilah yang harus dipegang Kota Banjarmasin memerlukan penggalian
oleh orang–orang yang seyogyanya informasi yang tidak bersifat kuantitatif untuk
adalahperempuan itu sendiri. Bagaimanapun menentukkan deskripsi yang bersifat
urusan-urusan perempuan secara psikologis dan komprehensif dari data – data yang dikumpulkan,
kultur yang bersifat inheren atau menginternal Menurut Bogdan dan Taylor, metode
lebih diketahui oleh perempuan sendiri. Karena kualitatifadalah sebagai prosedur penelitian yang
ituperjuangan ini akan efektif bila sarana politik menghasilkan data deskriptif yang berupa kata –
yang sudah tersedia dalam jatah 30 % harus kata tertulis atau lisan dari orang – orang atau
direbut oleh perempuan bila masalah– perilaku yang di amati (Sugiyono, 2011:23).
masalahperempuan yang seabrek ingin
diminimalisir melalui kekuatan politik di partai 2. Tempat penelitian
politik mendatang. Lokasi penelitian adalah tempat atau daerah
yang dipilih sebagai tempat pengumpulan data di
6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) lapangan untuk menemukan jawaban atas
Pokok-pokok pembagian kekuasaan di masalah. Lokasi yang dipilih sebagai tempat
suatu Negara diatur di dalam konstitusi penelitian adalah di Kantor Dewan Perwakilan
negarabersangkutan, baik yang tertulis maupun Rakyat Kota Banjarmasin.
yang tidak tertulis. UUD 1945 sebelum di
amandemen menggunakan prinsip pembagian 3. Sumber data
kekuasaan (distribussion of power) diantara Dalam penelitian ini, sumber data dipilih
lembaga tinggi negara bukan menggunakan secara purposive sampling. Menurut Ruslan
prinsip pemisahan kekuasaan (separation of Purposive sampling adalah pemilihan sampel
power). Konsekuensi logisnya terjadisaling yang di dasarkan pada karakteristik tertentu yang
pengaruh dan tumpang tindih antara kekuasaan dianggap mempunyai sangkut paut dengan
satu lembaga dengan lembga lainnya. Sistem karakteristik populasi yang diketahui sebelumnya
semacam itu kemudian menjadi latar belakang (Sugiyono, 2011:146).
terbentuknya UU Nomor 22 thn 1999 dimana Secara teori data yang diperoleh dalam
kewenangan menetapkan Peraturan Daerah penelitian ini dapat diklasifikasikanmenjadidua
berada di tangan Kepala Daerah, sedangkan kelompok yaitu data primer dan sumber data
DPRD memiliki hak unutk mengajukan sekunder, tapi dalam penelitian ini semua data
Rancangan Peraturan Daerah. yang digunakan peneliti merupakan data primer,
Undang-undang tersebut juga menyebutkan tidak lagi membedakan antara data primer dan
bahwa yang dimaksud dengan Badan Eksekutif data sekunder.
Daerah (BED) meliputi Kepala Daerah dibantu 1. Data Primer
503
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 4, Nomor 7, Mei 2014
Data primer dalam penelitian ini diambil dan Miles dan huberman dalam Rachman
didapat melalui orang-orang yang terkait menjelaskan penyajian dua model pokok analisis,
langsung dengan penelitian ini, yaitu Anggota yaitu: Pertama, model analisis mengalir dimana
tiga komponen analisis (reduksi, sajian data,
penarikan, kesimpulan/verifikasi) di lakukan
DPRD Kota Banjarmasin dari kalangan saling menjalin dengan proses pengumpulan data
perempuan Key informan dalam penelitian ini, mengalir bersamaan. Kedua, model analisis
informan penunjang lainnya yaitu Ketua atau interaktif, dimana komponen reduksi data dan
wakil Ketua DPRD Kota Banjarmasin. sajian data di lakukan bersamaan dengan proses
2. Data Sekunder pengumpulan data. Setelah data terkumpul, maka
tiga komponene analisis (reduksi data, sajian data
Data sekunder yaitu sumber data yang dan penarikan kesimpulan) berinteraksi.
didapat atau diperoleh dengan cara tidak Untuk mempermudah pemahaman di atas,
langsung. Sumber data sekunder dapat diperoleh maka peneliti melakukan langkah – langkah
dari sumber tertulis, sumber tertulis yang di pakai sebagai berikut:
dalam penelitian ini meliputi UU No. 8 Thun 2008 1. Reduksi data
tentang partai politik, UU No. 8 Tahun 2012 2. Penyajian data
tentang pemilu legislatif, arsip, dokumen – 3. Penarikan data
dokumen, catatan dan laporan DPRD Kota
Banjarmasin. 7. Pengujian Keabsahan Data
Keabsahan data dikontrol dengan metode
4. Instrument Penelitian triangulasi. Untuk mendapatkan keabsahan data
Dalam penelitian ini, yang menjadi teknik pemeriksaan yang dapat menjamin
instrument penelitian utama adalah peneliti keabsahan atau ketetapannya. Peneliti
sendiri, namun setelah fokus penelitian menjadi menggunakan cara yang di sampaikan oleh
Patton, yaitu data triangulasi dimana untuk
jelas mungkin akan di kembangkan instrument meyimpulkan data yang sama dapat di ambil dari
penelitian sederhana, yang di harapkan dapat di berbagai sumber.
gunakan untuk menjaring data pada sumber data Triangulasi merupakan pengecekan data dari
yang lebih luas, dan mempertajam serta berbagai sumber dengan berbagai cara dan
melengkapi data hasil pengamatan observasi. berbagai waktu.
a. Triangulasi sumber, yaitu pengecekan data
5. Teknik Pengumpulan Data dari yang telah diperoleh melalui beberapa
Adapun pengumpulan data yang di sumber.
gunakan dalam penelitian ini adalah: b. Triangulasi teknik merupakan pengujian
1. Observasi kredibilitas data yang dilakukan dengan cara
2. Wawancara mengecek data kepada sumber yang sama
3. Dokumentasi dengna teknik yang berbeda. Untuk
pengujian teknik ini peneliti menggunakan
observasi dan dokumentasi.
6. Teknis analisis data c. Triangulasi waktu, yaitu kembali melakukan
Di dalam suatu penelitian, analisis data pengecekan terhadap data yang
merupakan kegiatan yang menjabarkan terhadap telahdikumpulkan dengan melakukan
bahan penelitian. Sehingga penulis mendapatkan wawancarakembali kepada para sumber
data dari penelitian di sajikan, di analisa dengan dalam waktu, konsisi dan situasi yang
menggunakan metode kualitatif, yaitu data dari berbeda.
lapangan maupun perpustakaan, setelah di
seleksi dan di susun kembali kemudian di
simpulkan.
504
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 4, Nomor 7, Mei 2014
Berikut tabel perbandingan antara jumlah
anggota DPRD dari kalangan perempuan tahun
jabatan 2004 – 2009 dan 2009 – 2014.
505
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 4, Nomor 7, Mei 2014
dengan seimbang. Harus bisa memfokuskan dan
2. Problematika keterwakilan perempuan di membagi waktu antara kedua hal yang
DPRD Kota Banjarmasin pentingtersebut. Pembagian prioritas juga di
Problematika atau dalam artian permasalahan perlukan. Walau dikatakan tak selamanya mudah
atau masalah yang pernah terjadi. Dari penelitian dijalani pasti ada penghambat. Tetapi apabila
ini terungkap beberapa permasalahan yang melakukan
506
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 4, Nomor 7, Mei 2014
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi karena dilihat dari pengalaman dan lebih
keterwakilan perempuan dalam perpolitikan dan mumpuni.
di DPRD Kota Banjarmasin Banyak para
perempuan yang ingin ikut berpolitik tapi sulit b. Problematika atau permasalahan
mencari perempuan yang berkompeten yang keterwakilan perempuan masih terjadi di
diakibatkan kurangnya pendidikan politik DPRD kota Banjarmasin yaitu tidak
atauhanya sekedar ingin ikut–ikutan kemudian seimbangnya jumlah anggota perempuan
budaya hingga anggapan masyarakat tentang dan keterbatasan fisik perempuan dalam
perempuan mengikuti kegiatan yang mempunyai
waktu yang panjang dan memaksa pulang
yang berpolitik, bahwa perempuan itu lebih
pantas ada di rumah dan laki – laki yang lebih larut malam. Masalah – masalah lain tidak
pantas ada di posisi itu. Pertama pengaruhdari menjadi penghambat perempuan –
masih kuatnya peran dan pembagian gender perempuan untuk bekerja sebagai
antara laki – laki dan perempuan yang tradisional anggota dewan. Masalah yang sering
dan membatasi atau menghambat peran muncul akibat perbedaan gender juga
perempuan (Asmaeny, 2013:195). tidak menjadi faktor yang berpengaruh
Keterwakilan dan peranan perempuan kinerja. Perbedaan gender menjadi
memang sudah mengalami peningkatan, akan sebuah harmonisasi dalam setiap proses
tetapi masih di rasa kurang dan perlu adanyakiat pengambilan kebijakan dan keputusan
– kiat khusus untuk mencoba meningkatkan publik karena perempuan dan laki – laki
keterwakilan perempuan di bidang politik khusus mempunyai keterkaitan dan saling bekerja
nya di parlemen. Dari penelitian di dapat sama untuk menutup kelemahan yang
beberapa kiat yang yang di ungkapkan oleh terjadi.
anggota DPRD kota Banjarmasin, tetapi untuk
pelaksanaan nya masih kurang apa lagi oleh c. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
anggota DPRD sendiri dan kegiatan hanya ada keterwakilan seorang perempuan dalam
ketika menjelang Pemilihan umum yang harus di perpolitikan hingga di parlemen, seperti
lakukan bersifat continue atau berlanjut. kurangnya perempuan yang berani dan
berkompeten untuk ikut masuk ke
E. KESIMPULAN DAN SARAN parlemen yang tidak sekedar cari nama
1. Kesimpulan dan jabatan, kurangnya pendidikan politik
a. Penerapan keterwakilan perempuan bagi perempuan hingga anggapan
dalam hasil pemilihan umum tahun 2009 perbedaan gender tradisional dalam
di DPRD Kota Banjarmasin menghasilkan masyarakat seperti perempuan lebih baik
13 perempuan terpilih sebagai anggota mengurus rumah tangga. Perlu ada kiat –
DPRD Kota Banjarmasin dengan kiat atau cara untuk meningkatkan lebih
presentase keterwakilan perempuan 28,8 baik lagi perempuan dalam parlemen atau
persen atay pembulatan nya 29 persen. perpolitikan dengan mengikuti kegiatan
Adanya peningkatan jumlah perempuan PKK, Dharma Wanita atau kegiatan
yang duduk sebagai anggota DPRD Kota organisasi sayap partai di bidang
Banjarmasin dengan adanya perubahan perempuan. Peran serta pemerintah dan
sistem kuota dengan di tambahnya zipper DPRD kota Banjarmasin khususnya dari
sistem untuk meningkatkan keterwakilan anggota perempuan untuk mencoba
perempuan di DPRD Kota Banjarmasin. proaktif dalam hal peningkatan dengan
Masih di temukan beberapa faktor yang mengadakan sosialisasi atau pun
menyebabkan tidak terpenuhinya angka pengarahan mengenai penting
30 persen dalam keterwakilan perempuan keterwakilan perempuan dalam parlemen
denga faktor utama yaitu masih kuat nya mengingat banyak hal – hal atau isu – isu
calon legislatif dari kalangan laki – laki perempuan yang masih belum
terselesaikan.
507
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 4, Nomor 7, Mei 2014
2. Saran
a. Bagi anggota DPRD Kota Banjarmasin
dari kalangan perempuan agar lebih
mengoptimalkan kerja nyata bagi
508
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 4, Nomor 7, Mei 2014
Undang – undang Nomor 2 tahun 2008 tentang
partai politik. Jakarta: CV. Novindo Pustaka
Mandiri.2011
509