Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Sirait, Adrian. Pengolahan Data Ekskursi.

Pengolahan Data Ekskursi

Adrian Sirait1.a., Afif Firzat Dzulfikar Hidayat1, Fahmi Alamsyah1, Fatih Naufal Ridhwan1, Fitri
Indah Wahyuni, Gloria Aurelia, Mayang Chintya Fadila, Naufal Aziz , Rionanda Rubiansyah.
Febiola Valentina Simanjuntak, Dwi Novitasari1
1
Program Studi Teknik Geologi, Jurusan Teknik Manufaktur dan Kebumian, Institut Teknologi Sumatera
a
Email: adrian.119150057@student.itera.ac.id

Abstract

Paleontology can be interpreted as the study of fossils because the fossil record recorded traces
of past life. The identification environment is a condition with certain physical, chemical, and
biological parameters in relation to a geomorphic unit that has geometry and a certain size. The
place where sedimentary rocks form is known as the sedimentation environment. Each settling
environment is characterized by a combination of geological processes and their surroundings.
This type of sediment gained depends not only on the sediment transported but also on the
environment on which the sediment is deposited. As for the intent and purpose of this action is,
determining the division of the batimetric zone, determining the settling environment, classifying
the rock according to the dunham divide. This lab, it determines the abundance of a grain in peat
or peat samples taken in swampy areas, sand beaches taken in tidal plains, and a sample of ocean
depth one meter. There isa division of the deep sea zones of litoral, neritic, bathial, abyssal, and
hadal. Result from a shallow sea sample are made up of a 20-percent litoclast component and
bioclast 80 percent. A shallow sea sample is a high-energy environment because of its capability
in the core reef environment.

Keyword : carbonate rock, precipitation environment, batimetric zone, lithoclast, and bioclast.

Abstrak

Paleontologi dapat diartikan sebagai ilmu mengenai fosil sebab jejak jejak kehidupan masa lalu
terekam dalam fosil. Lingkungan pengendapan sebagai suatu kondisi dengan parameter fisik,
kimia, dan biologi tertentu yang berhubungan dengan suatu unit geomorfik yang memiliki
geometri dan ukuran tertentu. Tempat dimana batuan sedimen terbentuk dikenal sebagai
lingkungan pengendapan. Setiap lingkungan pengendapan mempunyai karakteristik masing-
masing yang dipengaruhi oleh kombinasi antara proses proses geologi dengan lingkungan
sekitarnya. Jenis jenis sedimen yang diendapkan tidak hanya tergantung pada sedimen yang
diangkut akan tetapi juga tergantung pada lingkungan dimana sedimen itu diendapkan. Adapun
maksud dan tujuan dari praktikum ini yaitu, menentukan pembagian zona batimetri, menentukan
lingkungan pengendapan, mengklasifikasikan batuan menurut pembagian dunham. Praktikum ini,
menentukan suatu keberlimpahan suatu butiran pada sampel peat atau gambut yang di ambil di
daerah rawa, pasir pantai yang diambil di daerah dataran pasang surut, dan sampel kedalaman laut
satu meter. Terdapat pembagian zona kedalaman laut yaitu litoral, neritic, bathial, abyssal, dan
hadal. Hasil dari sampel laut dangkal tersusuna atas komponen litoclast sebesar 20% dan bioclast
80%. Sampel laut dangkal ini merupakan lingkungan yang memiliki lingkungan energi yang
tinggi karena keterdapatannya berada pada lingkungan terumbu inti.

Kata Kunci: batuan karbonat, lingkungan pengendapan, zona batimetri, litoclast, dan bioclast.

1
Sirait, Adrian. Pengolahan Data Ekskursi.

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dari sejak manusia menghuni bumi kita ini sejak itu pulalah manusia ingin selalu
mengetahui segala sesuatu yang ada disekitarnya. Banyak sekali sisa makhluk hidup yang
mati sering kita jumpai di lapisan tanah. Berbagai sisa itu membuktikan adanya suatu
penghidupan di zaman yang telah lalu. Dengan mempelajari sisa jasad hidup di masa yang
silam tersebut dapat juga ditarik manfaatnya serta menarik deduksi untuk kehidupan di
masa yang akan datang. Ilmu yang mempelajari tentang bentuk bentuk kehidupan yang
pernah ada pada masa lampau termasuk evolusi dan interaksi satu dengan lainnya serta
lingkungan kehidupannya disebut paleoekologi. Sebagaimana ilmu sejarah yang mencoba
untuk menjelaskan sebab sebab dibandingkan dengan melakukan percobaan untuk
mengamati gejala atau dampaknya. Berbeda dengan mempelajari hewan atau tumbuhan
yang hidup di jaman sekarang, paleontologi menggunakan fosil atau jejak organisme yang
terawetkan di dalam lapisan kerak bumi, yang terawetkan oleh proses-proses alami,
sebagai sumber utama penelitian. Oleh karena itu paleontologi dapat diartikan sebagai
ilmu mengenai fosil sebab jejak jejak kehidupan masa lalu terekam dalam fosil.
Lingkungan pengendapan sebagai suatu kondisi dengan parameter fisik, kimia, dan
biologi tertentu yang berhubungan dengan suatu unit geomorfik yang memiliki geometri
dan ukuran tertentu (Boggs,1987). Oleh karena itu suatu lingkungan pengendapan dapat
mencirikan proses-proses ini. Sebagai contoh, lingkungan fluvial (sungai) termasuk
saluran (channel) yang membawa dan mengendapkan material pasiran atau kerikilan
diatas bar didalam channel. Ketika sungai banjir, air menyebarkan sedimen yang relatif
halus melewati daerah dataran banjir (floodplain) dimana sedimen ini diendapkan dalam
bentuk lapisan-lapisan tipis. Terbentuklah tanah dan vegetasi tumbuh didaerah dataran
banjir. Dalam satu rangkaian batuan sedimen,saluran dapat diwakil oleh lensa batupasir
atau konglomerat yang menunjukkan struktur internal yang terbentuk oleh pengendapan
pada saluran gosong pasir. Susunan dataran banjir akan diwakili oleh lapisan tipis
batulumpur dan batupasir dengan akar-akar dan bukti-bukti lain.
Lingkungan pengendapan mempunyai kisaran area yang sangat luas di hampir seluruh
permukaan bumi. Secara sederhana, lingkungan pengendapan tersebut diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok utama, yaitu lingkungan pengendapan darat, transisi, dan laut.
Pengklasifikasian batuan karbonat dimulai pada tahun 1904 oleh Grabeau melalui
klasifikasi dari batuan sedimen, kemudian dilanjutkan oleh Folk yang merupakan
klasifikasi batua gamping yang paling diterima secara luas karena penerapan tipe batuan
karbonatnya memiliki kisaran daerah yang luas sehingga pengunaanya dapat dimengerti.
Kemudian pada tahun 1962 Dunham mengsulkan metode klasifikasi berbeda yang
menitikberatkan pada kelimpahan relatif dari butir karbonat.Oleh sebab itu, laporan ini
merupakan hal yang sangat penting dan merupakan bukti fisik dari ekskursi paleontologi
yang telah kami lakukan.

2
Sirait, Adrian. Pengolahan Data Ekskursi.

1.2 Rumusan Masalah


1.1.1 Apa yang dimaksud zona batimetri ?
1.1.2 Apa yang dimaksud dengan lingkungan pengendapan ?
1.1.3 Bagaimana ciri-ciri lingkungan pengendapan di darat, transisi, dan laut ?
1.1.4 Bagaimana mengklasifikasikan batuan karbonat menurut Dunham ?

1.3 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari praktikum ini yaitu:
1.3.1 Mengetahui proses terbentuknya suatu batuan pada ekskursi;
1.3.2 Mengetahui persentase kandungan pada sampel;
1.3.3 Menentukan lingkungan pengendapan batuan;
1.3.4 Mengklasifikasikan batuan menurut pembagian Dunham.

1.4 Tinjauan Pustaka


1.4.1 Zona Laut
Laut merupakan suatu kawasan yang terluas dipermukaan bumi ini, hampir 2/3
dari permukaan bumi terdiri atas hamparan lautan dan sisanya adalah daratan. Kita tahu
bahwa laut merupakan bagian bumi yang memberikan kontribusi sangat besar bagi
kehidupan manusia seperti sebagai sarana transportasi maupun sebagai penghasil sumber
daya seberti ikan, terumbu karang, rumput laut, dan kekayaan alam lainnya. Laut
merupakan wilayah yang menghubungkan antara wilayah atau daerah yang satu dengan
wilayah lainnya lainnya. Laut juga merupakan habitat bagi berbagai macam organisme
seperti ikan, terumbu karang, ubur-ubur, dan masih banyak organisme lainnya. Laut
merupakan bagian dari lautan atau samudra yang berada mulai dari zona yang
dipengaruhi oleh proses pantai sampai ke arah laut dalam (Boggs,1987).
Pada mulanya, pengukuran batimetri dilakukan dengan menurunkan tali atau
kabel hingga ke dasar laut dengan menggunakan kapal. Namun, teknik ini hanya
mengukur titik kedalaman secara singular dalam satu waktu sehingga kurang efisien. Pada
era modern, pengukuran batimetri bisa dilakukan dengan echosounding (sonar), yang
dipasang di sisi dari suatu kapal kemudian gelombang dipancarkan. Waktu tempuh dari
gelombang yang dipancarkan dari permukaan, kemudian dipantulkan oleh dasar laut
kemudian diterima kembali dipermukaan digunakan untuk mengalkulasi kedalaman dari
laut yang diukur. Pada ekskursi paleontologi minggu lalu, yaitu menentukan suatu zona
kedalaman dari suatu lautan, yaitu zona batimetri. zona batimetri merupakan zona
kedalaman dari suatu laut,yang mana kedalaman laut terbagi menjadi lima bagian yaitu:
1.4.1.1 Zona Litoral
Zona litoral atau wilayah laut yang apabila pada saat terjadi air pasang, wilayah ini akan
tergenang oleh air, dan pada saat terjadi air surut, wilayah ini akan mengering dan berubah
menjadi pantai. Oleh karena itulah maka zona ini seringkali disebut dengan daerah pasang
surut. Pengaruh suhu udara serta sinar matahari yang terdapat pada zona litoral sangat

3
Sirait, Adrian. Pengolahan Data Ekskursi.

kuat. Menjadikan zona ini sebagai habitat bagi beberapa spesies, seperti bintang laut,
udang, kepiting, dan cacing.
1.4.1.1 Zona Neritic
Zona Neritic adalah wilayah perairan dangkal yang terletak dekat dengan pantai.
Kedalaman dari zona ini adalah berkisar antara 50 hingga 200 meter. Kawasan ini dapat
tertembus sinar matahari dengan sangat baik, sehingga menjadikannya sebagai habitat
yang sangat cocok bagi berbagai jenis spesies laut seperti ubur-ubur, fitoplankton.
Zooplankton, rumput laut, serta jenis spesies lainnya.
1.4.1.2 Zona Bathial
Zona Bathial merupakan Wilayah perairan yang memiliki kedalaman yang berkisar
antara 200 hingga 2000 meter. Wilayah ini tidak dapat ditembus oleh sinar matahari. Hal
tersebutlah yang menjadikan kehidupan diwilayah zona bathial tidak seramai di zona
neritic.
1.4.1.3 Zona Abyssal
Merupakan bagian laut yang memiliki kedalaman lebih dari 2000 meter. Wilayah
ini memiliki suhu yang sangat dingin. Hal inilah yang menjadikan zona abyssal hanya
memiliki beberapa spesies hewan laut. Dan di zona ini tidak dapat ditemui spesies
tumbuh-tumbuhan laut. Contoh spesies yang dapat hidup di zona ini adalah angler fish,
dimana biota laut tersebut dapat menghasilkan cahaya sendiri untuk berkomunikasi.
1.4.1.4 Zona Hadal
Zona hadal yaitu laut yang ditemukan pada kedalaman antara 5.000 sampai 6.000 meter
di dasar laut serta dikenal juga sebagai zona hadopelagic atau zona parit. Parit laut ini
adalah wilayah sempit dan panjang di dasar laut. Mereka adalah daerah terdalam dari
dasar laut dan biasanya beberapa memiliki panjang ratus kilometer.

1.4.2 Lingkungan Pengendapan


Tempat dimana batuan sedimen terbentuk dikenal sebagai lingkungan
pengendapan. Setiap lingkungan pengendapan mempunyai karakteristik masing-masing
yang dipengaruhi oleh kombinasi antara proses proses geologi dengan lingkungan
sekitarnya. Jenis jenis sedimen yang diendapkan tidak hanya tergantung pada sedimen
yang diangkut akan tetapi juga tergantung pada lingkungan dimana sedimen itu
diendapkan. Batuan yang diendapkan di dalam laut dikenal sebagai lingkungan
pengendapan laut. Seringkali lingkungan laut dibedakan antara lingkungan pengendapan
laut dangkal dan lingkungan pengendapan laut dalam. Biasanya lingkungan pengendapan
laut dalam berada pada kedalaman diatas 200 meter dibawah muka air laut, sedanghkan
lingkungan pengendapan laut dangkal berada pada garis pantai dan berlanjut hingga ke
batas tepi benua.
Pada lingkungan ini biasanya air berada dalam kondisi energi yang lebih besar
dibandingkan dengan lingkungan laut dalam, karena aktifitas gelombang. Oleh karena
energi yang besar maka partikel partikel sedimen yang kasar dapat diangkut sehingga
endapan sedimennya dapat lebih kasar dibandingkan yang berada di lingkungan laut
dalam. Ketika ketersedian sedimen daratan diangkut ke lingkungan laut maka perselingan

4
Sirait, Adrian. Pengolahan Data Ekskursi.

pasir, lempung dan lanau akan diendapkan. Apabila daratannya berada jauh, maka jumlah
sedimen di angkut kemungkinan hanya sedikit dan proses biokimia akan mendominasi
dari jenis batuan yang akan terbentuk. Terutama didaerah yang beriklim hangat, pada
lingkungan laut dangkal yang jauh dari lepas pantai akan dijumpai endapan batuan
karbonat. Air yang hangat dan dangkal merupakan tempat yang ideal bagi habitat dari
organisme kecil yang membangun cangkangnya dengan karbonat. Ketika organisme ini
mati maka cangkangnya akan tenggelam kedasar laut membentuk lapisan lumpur
karbonat yang apabila mengalami pembatuan (litifikasi) akan berubah menjadi
batugamping.
Lingkungan laut dangkal yang hangat juga merupakan tempat ideal bagi terumbu
karang dan apabila mati dan mengendap akan berubah menjadi sedimen yang kaya akan
cangkang dari organisme besar. Pada lingkungan laut dalam, arus air biasanya kecil.
Hanya partikel-partikel halus yang dapat diangkut ke tempat semacam ini. Jenis sedimen
yang diendapkan didasar laut adalah lempung atau cangkang-cangkang kecil dari mikro-
organisme. Pada kedalaman 4 kilometer dibawah laut, solubilitas dari karbonat meningkat
secara signifikan. Sedimen karbonat yang tenggelam pada kedalaman ini tidak akan
membentuk batugamping. Cangkang cangkang mikro-organisme membentuk silika,
seperti radiolarite. Apabila dasar dari lautannya membentuk sudut, seperti di lereng
benua, maka sedimen yang berada pada lereng benua dapat mengalami longsoran kearah
bagian dasar samudra membentuk arus turbidit. Sekuen dari batuan sedimen yang
terbentuk oleh arus turbidit disebut sebagai endapan turbidit.
1.4.2.1 Lingkungan Darat
Lingkungan pengendapan darat juga biasa disebut dengan lingkungan terestrial yang
terdiri atas lingkungan kipas aluvial, sungai, dan danau. Pada lingkungan ini,
pengendapan diawali dengan material klastik yang terendapkan di kaki pegunungan
membentuk kipas aluvial yang dicirikan dengan sortasi yang buruk, di dominasi oleh
batuan yang bersifat boulder, artinya membentuk suatu batuan konglomerat.
1.4.2.2 Lingkungan Transisi
Lingkungan pengendapan transisi terdiri atas delta, dataran pasang surut, rawa, dan
laguna. Pada ekskursi ini, yaitu menelusuri lingkungan rawa, yang mana mengambil
sampel dari rawa yang masih basah. Dan juga menelusuri daerah lingkungan dataran
pasang surut,untuk mengambil sampel. Pada lingkungan dataran pasang surut dicirikan
sebagai daerah yang bebas dari vegetasi dan daerah yang tertutupi oleh air laut apabila
terjadi pasang.
1.4.2.3 Lingkungan Marine (Laut)
Lingkungan pengendapan laut terletak di kedalaman dari suatu laut. Pada lingkungan ini
juga diambil sampel yang diambil di kedalaman 1 meter atau 100 cm. Zona batimetri
merupakan bagian dari lingkungan laut.
1.4.2.4 Lingkungan Terumbu Belakang (Back Reef)
Lingkungan back reef merupakan wilayah yang berbatasan dengan daratan (pantai)
termasuk di dalamnya laguna. Lingkungan ini memisahkan antara inti terumbu dan

5
Sirait, Adrian. Pengolahan Data Ekskursi.

daratan. Kondisi lingkungan relatif tenang karena terlindungi oleh terumbu inti dari
gelombang dan arus. Kedalaman agak dangkal 1-2 meter.
1.4.2.5 Lingkungan Terumbu Inti (Reef Crast & Reef Flat)
Fasies terumbu inti memiliki bentuk terumbu yang berkembang secara sempurna dan
banyak ditemukannya terumbu karang. Lingkungan ini merupakan laut dangkal dengan
energi yang sangat tinggi. Terdapat dua tipe sedimen karbonat yang dapat berkembang
pada lingkungan ini, yaitu ooids dunes dan terumbu. Terumbu khususnya yang
mempunyai kemampuan menahan energi tinggi.
1.4.2.6 Lingkungan Terumbu Muka (Reef Front)
Lingkungan terumbu muka merupakan bagian depan dari terumbu inti yang disusun oleh
organisme. Organisme yang menyusun lingkungan tersebut adalah organisme yang
kurang tahan terhadap arus dan gelombang, yang banyak disusun oleh fragmen-fragmen
organisme. Fragmen-fragmen tersebut umumnya berasal dari terumbu inti yang
terakumulasi di bagian depan kompleks terumbu tersebut. Pada lingkungan ini memiliki
kemiringan yang lebih terjal dari kemiringan pada terumbu belakang.
1.4.2.7 Lingkungan Terumbu Cekungan (Fore Reef)
Lingkungan ini dicirikan oleh kurangnya organisme penyusun dan endapan sedimen
karbonat yang berbutir halus, tebal, berwarna hitam, berbitumen dengan gamping, dan
serpih yang keras sekaligus padat. Organisme yang umum dijumpai adalah planktonic.

2. HASIL DAN PEMBAHASAN


2.1 Pembahasan Ekskursi
Pada ekskursi ini dilakukan di daerah pesawaran, yang mana terdapat empat stop
site. Stop site pertama yaitu tugasnya mencari tahu letak posisi pemberhentian, untuk
mencari tahu letak posisi pemberhentian tersebut dilakukan dengan bantuan kompas
geologi, tekniknya yaitu dengan melihat titik tertinggi atau puncak gunung. Dengan
menembakkan kompas ke arah puncak tertinggi yang bisa dilihat dari sekitar kita dan
didapat suatu titik koordinatnya. Pada ekskursi tersebut awalnya mencari sampel yang
berada di pasir dan ditemukan cangkang kerang berada 20 cm dari penahan ombak.
Kemudian mengamati singkapan batuan konglomerat yang memiliki ukuran butir 2-4
mm,berwarna merah,bentuknya membundar,struktur yang massif, pemilahan buruk dan
dari batuan tersebut merupakan dari arus yang keras yang mengandung unsur rijang.
Terdapat unsur rijang di batuan ini karena matriknya tersusun oleh mineral karbonat
dimana biasanya unsur rijang ini biasa terdapat di laut dalam. Batuan konglomerat ini
memiliki porositas yang baik kemudian untuk permeabilitasnya sedang. Batuan ini
mengandung karbonat serta sangat kompak dan kontak perlapisan batuan ini tajam.
Pada bagian dekat pantai terdapat bagian transisi, yaitu rawa, biasanya terbentuk
karena air laut yang terbawa kedaratan dan mengalami pengendapan, jarak anatara bibir
pantai dengan rawa yaitu sekitar tujuh puluh meter. Kemudian para praktikan mencari
sampel di rawa di pantai dan di laut. Daerah rawa praktikan menemukan endapan dari

6
Sirait, Adrian. Pengolahan Data Ekskursi.

sisa-sisa organisme tumbuhan dan sisa-sisa organisme kerang. Ditemukan organisme ini
dikarenakan terbawa oleh arus air laut. Daerah pantai praktikan menemukan pasir pantai
yang kasar setelah digali sededalam 10 cm ditemukan organisme kerang. Pada sampel di
laut di kedalaman 100 cm ditemukan vegetasi berupa rumput laut, pasir yang halus serta
sisa organisme berupa cangkang kerang. Pasir di kedalaman laut lebih halus dari pada di
bagian pinggir pantai karena pasir di laut selalu tergerus oleh ombak.

Gambar 2.1.1 Singkapan Batuan pada Ekskursi

2.2. Sampel Pada Pembentukan Batuan Karbonat


Pada praktikum minggu ini, menentukan keberlimpahan suatu butiran pada
sampel peat (gambut) yang di ambil di daerah rawa, pasir pantai yang diambil di daerah
dataran pasang surut (pantai), dan sampel kedalaman laut 100 cm. Pada praktikum ini
yaitu menentukan persentasi butiran dari sampel pantai, laut, dan rawa. Butiran karbonat
merupakan komponen penyusun batuan karbonat yang pada umumnya berukuran seperti
lanau hingga pasir. Butiran karbonat bertindak sebagai fragmen pada batuan silisiklastik.
Terdapat komponen butiran yaitu litoclast dan bioclast. Litoclast merupakan butiran-
butiran dari batuan sedangkan bioclast merupakan penyusun komponen dari sisa-sisa
organisme hewan ataupun tumbuhan. Partikel sisa organisme dijumpai pada batugamping
dalam bentuk hasil pecahan dari fosil-fosil. Sisa-sisa organisme ini merupakan butiran
utama penyusun batuan karbonat dan sangat berlimpah pada batugamping.
Klasifikasi Dunham mengedepankan tekstur pngendapan yang di dasarkan dua
aspek yaitu kemas butiran (grain packing) dan keberlimpahan butiran beserta mikrit dan
pola ikatan butiran selama pengendapan. Mudstone merupakan batuan karbonat yang
mengandung butiran kurang dari 10%. Implikasinya bahwa batuan ini diendapkan pada
lingkungan air yang tenang. Wackestone merupakan batuan karbonat yang mud supported
dan mengandung butiran lebih dari 10%, tetapi antar butirannya tidak saling
bersinggungan, berbutir kasar yang mengambang pada matriks. Implikasinya bahwa
batuan ini diendapkan pada lingkungan transisi dari energi rendah menuju ke energi yang
tinggi. Packstone merupakan batuan karbonat yang grain supported, tetapi masih terdapat
kandungan lumpur dan antar butirannya saling bersinggungan. Implikasinya bahwa
batuan ini diendapkan pada lingkungan transisi, lebih ke arah energi yang tinggi.
Grainstone merupakan batuan karbonat yang tidak terdapat lumpur, grain supported.

7
Sirait, Adrian. Pengolahan Data Ekskursi.

Implikasinya batuan ini diendapkan pada lingkungan energi yang tinggi. Boundstone
merupakan batuan karbonat yang mengalami pengikatan material organik sewaktu
pengendapan dan mengindikasikan asal-usul komponen yang direkatkan bersama selama
proses deposisi.

Gambar 2.2.1 Litoclast Laut Dangkal Gambar 2.2.2 Bioclast Laut Dangkal

Pada sampel daerah laut dangkal diamati pada mikroskop dan ditemukan adanya
komponen litoclas sebesar 20% dan bioclast 80%. Sampel ini diambil dari kedalaman
laut 1 meter dan ditemukan komponen bioclast berupa sisa-sisa organisme kerang
ataupun cangkang dan juga terdapat sisa vegetasi tumbuhan pada penamaan klasfikasi
dunham sampel ini termasuk grain supported ataupun packstone. Sampel laut dangkal ini
merupakan lingkungan yang memiliki lingkungan energi yang tinggi karena
keterdapatannya berada pada lingkungan terumbu inti (Reef Crest).

Gambar 2.2.3 Litoclast Rawa Gambar 2.2.4 Bioclast Rawa

Pada daerah sampel rawa di dapatkan hasil dari mikroskop yaitu hasilnya bahwa terdapat
butiran litoclast sebesar 40% dan bioclast 60%. Sampel daerah rawa ini merupakan
lingkungan pengendapan dari batubara yang mana pada sampel ini masih tahap
penggambutan (peat). Pada pembentukan batubara dimulai dengan sisa-sisa tumbuhan
yang membusuk dan terendapkan seperti sampel diatas. Selanjutnya, akibat pembebanan
dan suhu yang meningkat, gambut akan berubah menjadi lignit. Pembebanan terus

8
Sirait, Adrian. Pengolahan Data Ekskursi.

berlanjut dan lignit akan berubah menjadi bituminous. Proses pembebanan yang terus
berlanjut akan antrasit.

Gambar 2.2.5 Litoclast Daerah Pantai Gambar 2.2.6 Bioclast Daerah Pantai

Pada sampel Pantai terdapat bioclast sebesar 90% dan litoclast sebesar 10%. Artinya pada
sampel ini komponen dominannya adalah bioklas yang tersusun atas cangkang atau sisa-
sisa organisme di pantai, artinya banyak sekali partikel sisa organisme atau skeletal
particle dijumpai pada sampel ini, baik dalam mikrofosil, fosil makro, atau hasil pecahan
dari fosil-fosil yang berukuran besar. Sisa organisme pada sampel ini merupakan butiran
utama penyusun batuan karbonat dan sangat berlimpah pada batugamping. Sampel ini
ditemukan pada lingkungan terumbu belakang dan merupakan wilayah yang berbatasan
langsung dengan daratan (pantai), yang mana di pantai banyak sekali ditemukannya sisa-
sisa organisme, yang di transportasi oleh ombak laut dan nantinya akan mengendap di
suatu cekungan sehingga membentuk batuan karbonat.

2.3 Studi Kasus


Perubahan Lingkungan Pengendapan pada Beberapa Daerah di Pulau Jawa Selama
Plio-Plistosen Berdasarkan Kajian Paleontologi Moluska
Studi perubahan lingkungan pengendapan berdasarkan kajian paleontologi moluska ini
diterapkan di daerah penelitian Formasi Kaliwangu – Formasi Citalang, Ujung Jaya,
Sumedang, Jawa Barat; Formasi Kalibiuk - Formasi Kaliglagah, Bumiayu, Brebes, Jawa
Tengah dan Formasi Bantardawa-Talanggundang, Patikraja, Banyumas, juga di Jawa
Tengah. Tujuan penelitian ini menentukan asosiasi moluska dan merekonstruksi
lingkungan pengendapan di tiga daerah penelitian. Kemudian dihasilkan perbandingan
asosiasi moluska dan lingkungan pengendapan di tiga daerah penelitian. Hasil
perbandingan perubahan lingkungan pengendapan berdasarkan moluska pada kisaran
umur Pliosen – Plistosen di tiga daerah penelitian menunjukkan perbedaan proses tahapan
perubahan dari lingkungan laut ke lingkungan darat atau air tawar. Seperti yang telah
dibahas di depan bahwa hasil analisis perubahan lingkungan pengendapan di daerah
penelitian Formasi Kaliwangu Bagian Atas dan Formasi Citalang Bagian Bawah di
Lokasi Penelitian Ujung Jaya, Sumedang, Jawa Barat ini menunjukkan peristiwa
pendalaman-pendangkalan muka air laut pada Formasi Kaliwangu bagian atas sebelum
berubah menjadi lingkungan pengendapan non marin pada Formasi Citalang bagian
bawah, yaitu dari lingkungan pengendapan laut dangkal terbuka kemudian mengalami
pendangkalan menjadi lingkungan pengendapan intertidal-subtidal kemudian mengalami

9
Sirait, Adrian. Pengolahan Data Ekskursi.

pendalaman menjadi laut dangkal terbuka lagi dan memasuki Plistosen atau Formasi
Citalang terjadi pendangkalan lagi menjadi lingkungan non marin. Sedangkan pada lokasi
penelitian di Formasi Kalibiuk-Kaliglagah Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah dijumpai
proses pendalaman dari subtidal menjadi laut dangkal terbuka pada Formasi Kalibiuk
yang kemudian mengalami pendangkalan memasuki umur Plistosen menjadi lingkungan
non marin. Hasil ini menunjukkan adanya kemiripan perubahan lingkungan pengendapan
saat mendekati umur Plistosen sebelum menjadi lingkungan pengendapan non marin yaitu
sama-sama mengalami pendalaman menjadi laut dangkal terbuka mendekati batas Plio-
Plistosen.

3.KESIMPULAN

Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa:


3.1 Batuan konglomerat di endapkan pada lingkungan darat, yang dicirikan terdapat
fragmen batuan yang cukup besar, komponennya terdapat rijang yang sebagai
matriks. Rijang terbentuk pada laut dalam karena tersusun atas radiolarite dan
diatomea. Tersingkap diatas karena adanya gaya tektonik yang menyebabkan
batuan tersebut naik ke permukaan dan mengalami litifikasi dengan fragmen
batuan dan membentuk suatu batuan konglomerat.
3.2 Hasil dari sampel laut dangkal tersusun atas komponen litoclast sebesar 20% dan
bioclast 80%. Merupakan lingkungan yang memiliki lingkungan energi yang
tinggi karena keterdapatannya berada pada lingkungan terumbu inti (Reef Crest).
3.3 Sampel rawa di dapatkan hasil dari mikroskop yaitu hasilnya bahwa terdapat
butiran litoclast sebesar 40% dan bioclast 60%. Sampel daerah rawa ini
merupakan lingkungan pengendapan dari batubara yang mana pada sampel ini
masih tahap penggambutan (peat).
3.4 Sampel Pantai terdapat bioclast sebesar 90% dan litoclas sebesar 10%. Pada
sampel ini komponen dominannya adalah bioclast yang tersusun atas cangkang.

REFERENSI

(1) Maulana, Adi. 2019. Petrologi. Yogyakarta: Ombak.Modifikasi Boggs, S. 1987.


Principle of Sedimentology and Stratigraphy.
(2) Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi.bogor: Fakultas Teknik Universitas
Pakuan.
(3) Selley, R.C. 1976. An Introduction to Sedimentology. London: Academic Press.
(4) Surjono, S. S. dan Amijaya, D.H. 2017. Sedimentologi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

10
Sirait, Adrian. Pengolahan Data Ekskursi.

11

You might also like