Professional Documents
Culture Documents
Laporan Akhir Paleontologi Ekskursi
Laporan Akhir Paleontologi Ekskursi
Adrian Sirait1.a., Afif Firzat Dzulfikar Hidayat1, Fahmi Alamsyah1, Fatih Naufal Ridhwan1, Fitri
Indah Wahyuni, Gloria Aurelia, Mayang Chintya Fadila, Naufal Aziz , Rionanda Rubiansyah.
Febiola Valentina Simanjuntak, Dwi Novitasari1
1
Program Studi Teknik Geologi, Jurusan Teknik Manufaktur dan Kebumian, Institut Teknologi Sumatera
a
Email: adrian.119150057@student.itera.ac.id
Abstract
Paleontology can be interpreted as the study of fossils because the fossil record recorded traces
of past life. The identification environment is a condition with certain physical, chemical, and
biological parameters in relation to a geomorphic unit that has geometry and a certain size. The
place where sedimentary rocks form is known as the sedimentation environment. Each settling
environment is characterized by a combination of geological processes and their surroundings.
This type of sediment gained depends not only on the sediment transported but also on the
environment on which the sediment is deposited. As for the intent and purpose of this action is,
determining the division of the batimetric zone, determining the settling environment, classifying
the rock according to the dunham divide. This lab, it determines the abundance of a grain in peat
or peat samples taken in swampy areas, sand beaches taken in tidal plains, and a sample of ocean
depth one meter. There isa division of the deep sea zones of litoral, neritic, bathial, abyssal, and
hadal. Result from a shallow sea sample are made up of a 20-percent litoclast component and
bioclast 80 percent. A shallow sea sample is a high-energy environment because of its capability
in the core reef environment.
Keyword : carbonate rock, precipitation environment, batimetric zone, lithoclast, and bioclast.
Abstrak
Paleontologi dapat diartikan sebagai ilmu mengenai fosil sebab jejak jejak kehidupan masa lalu
terekam dalam fosil. Lingkungan pengendapan sebagai suatu kondisi dengan parameter fisik,
kimia, dan biologi tertentu yang berhubungan dengan suatu unit geomorfik yang memiliki
geometri dan ukuran tertentu. Tempat dimana batuan sedimen terbentuk dikenal sebagai
lingkungan pengendapan. Setiap lingkungan pengendapan mempunyai karakteristik masing-
masing yang dipengaruhi oleh kombinasi antara proses proses geologi dengan lingkungan
sekitarnya. Jenis jenis sedimen yang diendapkan tidak hanya tergantung pada sedimen yang
diangkut akan tetapi juga tergantung pada lingkungan dimana sedimen itu diendapkan. Adapun
maksud dan tujuan dari praktikum ini yaitu, menentukan pembagian zona batimetri, menentukan
lingkungan pengendapan, mengklasifikasikan batuan menurut pembagian dunham. Praktikum ini,
menentukan suatu keberlimpahan suatu butiran pada sampel peat atau gambut yang di ambil di
daerah rawa, pasir pantai yang diambil di daerah dataran pasang surut, dan sampel kedalaman laut
satu meter. Terdapat pembagian zona kedalaman laut yaitu litoral, neritic, bathial, abyssal, dan
hadal. Hasil dari sampel laut dangkal tersusuna atas komponen litoclast sebesar 20% dan bioclast
80%. Sampel laut dangkal ini merupakan lingkungan yang memiliki lingkungan energi yang
tinggi karena keterdapatannya berada pada lingkungan terumbu inti.
Kata Kunci: batuan karbonat, lingkungan pengendapan, zona batimetri, litoclast, dan bioclast.
1
Sirait, Adrian. Pengolahan Data Ekskursi.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dari sejak manusia menghuni bumi kita ini sejak itu pulalah manusia ingin selalu
mengetahui segala sesuatu yang ada disekitarnya. Banyak sekali sisa makhluk hidup yang
mati sering kita jumpai di lapisan tanah. Berbagai sisa itu membuktikan adanya suatu
penghidupan di zaman yang telah lalu. Dengan mempelajari sisa jasad hidup di masa yang
silam tersebut dapat juga ditarik manfaatnya serta menarik deduksi untuk kehidupan di
masa yang akan datang. Ilmu yang mempelajari tentang bentuk bentuk kehidupan yang
pernah ada pada masa lampau termasuk evolusi dan interaksi satu dengan lainnya serta
lingkungan kehidupannya disebut paleoekologi. Sebagaimana ilmu sejarah yang mencoba
untuk menjelaskan sebab sebab dibandingkan dengan melakukan percobaan untuk
mengamati gejala atau dampaknya. Berbeda dengan mempelajari hewan atau tumbuhan
yang hidup di jaman sekarang, paleontologi menggunakan fosil atau jejak organisme yang
terawetkan di dalam lapisan kerak bumi, yang terawetkan oleh proses-proses alami,
sebagai sumber utama penelitian. Oleh karena itu paleontologi dapat diartikan sebagai
ilmu mengenai fosil sebab jejak jejak kehidupan masa lalu terekam dalam fosil.
Lingkungan pengendapan sebagai suatu kondisi dengan parameter fisik, kimia, dan
biologi tertentu yang berhubungan dengan suatu unit geomorfik yang memiliki geometri
dan ukuran tertentu (Boggs,1987). Oleh karena itu suatu lingkungan pengendapan dapat
mencirikan proses-proses ini. Sebagai contoh, lingkungan fluvial (sungai) termasuk
saluran (channel) yang membawa dan mengendapkan material pasiran atau kerikilan
diatas bar didalam channel. Ketika sungai banjir, air menyebarkan sedimen yang relatif
halus melewati daerah dataran banjir (floodplain) dimana sedimen ini diendapkan dalam
bentuk lapisan-lapisan tipis. Terbentuklah tanah dan vegetasi tumbuh didaerah dataran
banjir. Dalam satu rangkaian batuan sedimen,saluran dapat diwakil oleh lensa batupasir
atau konglomerat yang menunjukkan struktur internal yang terbentuk oleh pengendapan
pada saluran gosong pasir. Susunan dataran banjir akan diwakili oleh lapisan tipis
batulumpur dan batupasir dengan akar-akar dan bukti-bukti lain.
Lingkungan pengendapan mempunyai kisaran area yang sangat luas di hampir seluruh
permukaan bumi. Secara sederhana, lingkungan pengendapan tersebut diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok utama, yaitu lingkungan pengendapan darat, transisi, dan laut.
Pengklasifikasian batuan karbonat dimulai pada tahun 1904 oleh Grabeau melalui
klasifikasi dari batuan sedimen, kemudian dilanjutkan oleh Folk yang merupakan
klasifikasi batua gamping yang paling diterima secara luas karena penerapan tipe batuan
karbonatnya memiliki kisaran daerah yang luas sehingga pengunaanya dapat dimengerti.
Kemudian pada tahun 1962 Dunham mengsulkan metode klasifikasi berbeda yang
menitikberatkan pada kelimpahan relatif dari butir karbonat.Oleh sebab itu, laporan ini
merupakan hal yang sangat penting dan merupakan bukti fisik dari ekskursi paleontologi
yang telah kami lakukan.
2
Sirait, Adrian. Pengolahan Data Ekskursi.
3
Sirait, Adrian. Pengolahan Data Ekskursi.
kuat. Menjadikan zona ini sebagai habitat bagi beberapa spesies, seperti bintang laut,
udang, kepiting, dan cacing.
1.4.1.1 Zona Neritic
Zona Neritic adalah wilayah perairan dangkal yang terletak dekat dengan pantai.
Kedalaman dari zona ini adalah berkisar antara 50 hingga 200 meter. Kawasan ini dapat
tertembus sinar matahari dengan sangat baik, sehingga menjadikannya sebagai habitat
yang sangat cocok bagi berbagai jenis spesies laut seperti ubur-ubur, fitoplankton.
Zooplankton, rumput laut, serta jenis spesies lainnya.
1.4.1.2 Zona Bathial
Zona Bathial merupakan Wilayah perairan yang memiliki kedalaman yang berkisar
antara 200 hingga 2000 meter. Wilayah ini tidak dapat ditembus oleh sinar matahari. Hal
tersebutlah yang menjadikan kehidupan diwilayah zona bathial tidak seramai di zona
neritic.
1.4.1.3 Zona Abyssal
Merupakan bagian laut yang memiliki kedalaman lebih dari 2000 meter. Wilayah
ini memiliki suhu yang sangat dingin. Hal inilah yang menjadikan zona abyssal hanya
memiliki beberapa spesies hewan laut. Dan di zona ini tidak dapat ditemui spesies
tumbuh-tumbuhan laut. Contoh spesies yang dapat hidup di zona ini adalah angler fish,
dimana biota laut tersebut dapat menghasilkan cahaya sendiri untuk berkomunikasi.
1.4.1.4 Zona Hadal
Zona hadal yaitu laut yang ditemukan pada kedalaman antara 5.000 sampai 6.000 meter
di dasar laut serta dikenal juga sebagai zona hadopelagic atau zona parit. Parit laut ini
adalah wilayah sempit dan panjang di dasar laut. Mereka adalah daerah terdalam dari
dasar laut dan biasanya beberapa memiliki panjang ratus kilometer.
4
Sirait, Adrian. Pengolahan Data Ekskursi.
pasir, lempung dan lanau akan diendapkan. Apabila daratannya berada jauh, maka jumlah
sedimen di angkut kemungkinan hanya sedikit dan proses biokimia akan mendominasi
dari jenis batuan yang akan terbentuk. Terutama didaerah yang beriklim hangat, pada
lingkungan laut dangkal yang jauh dari lepas pantai akan dijumpai endapan batuan
karbonat. Air yang hangat dan dangkal merupakan tempat yang ideal bagi habitat dari
organisme kecil yang membangun cangkangnya dengan karbonat. Ketika organisme ini
mati maka cangkangnya akan tenggelam kedasar laut membentuk lapisan lumpur
karbonat yang apabila mengalami pembatuan (litifikasi) akan berubah menjadi
batugamping.
Lingkungan laut dangkal yang hangat juga merupakan tempat ideal bagi terumbu
karang dan apabila mati dan mengendap akan berubah menjadi sedimen yang kaya akan
cangkang dari organisme besar. Pada lingkungan laut dalam, arus air biasanya kecil.
Hanya partikel-partikel halus yang dapat diangkut ke tempat semacam ini. Jenis sedimen
yang diendapkan didasar laut adalah lempung atau cangkang-cangkang kecil dari mikro-
organisme. Pada kedalaman 4 kilometer dibawah laut, solubilitas dari karbonat meningkat
secara signifikan. Sedimen karbonat yang tenggelam pada kedalaman ini tidak akan
membentuk batugamping. Cangkang cangkang mikro-organisme membentuk silika,
seperti radiolarite. Apabila dasar dari lautannya membentuk sudut, seperti di lereng
benua, maka sedimen yang berada pada lereng benua dapat mengalami longsoran kearah
bagian dasar samudra membentuk arus turbidit. Sekuen dari batuan sedimen yang
terbentuk oleh arus turbidit disebut sebagai endapan turbidit.
1.4.2.1 Lingkungan Darat
Lingkungan pengendapan darat juga biasa disebut dengan lingkungan terestrial yang
terdiri atas lingkungan kipas aluvial, sungai, dan danau. Pada lingkungan ini,
pengendapan diawali dengan material klastik yang terendapkan di kaki pegunungan
membentuk kipas aluvial yang dicirikan dengan sortasi yang buruk, di dominasi oleh
batuan yang bersifat boulder, artinya membentuk suatu batuan konglomerat.
1.4.2.2 Lingkungan Transisi
Lingkungan pengendapan transisi terdiri atas delta, dataran pasang surut, rawa, dan
laguna. Pada ekskursi ini, yaitu menelusuri lingkungan rawa, yang mana mengambil
sampel dari rawa yang masih basah. Dan juga menelusuri daerah lingkungan dataran
pasang surut,untuk mengambil sampel. Pada lingkungan dataran pasang surut dicirikan
sebagai daerah yang bebas dari vegetasi dan daerah yang tertutupi oleh air laut apabila
terjadi pasang.
1.4.2.3 Lingkungan Marine (Laut)
Lingkungan pengendapan laut terletak di kedalaman dari suatu laut. Pada lingkungan ini
juga diambil sampel yang diambil di kedalaman 1 meter atau 100 cm. Zona batimetri
merupakan bagian dari lingkungan laut.
1.4.2.4 Lingkungan Terumbu Belakang (Back Reef)
Lingkungan back reef merupakan wilayah yang berbatasan dengan daratan (pantai)
termasuk di dalamnya laguna. Lingkungan ini memisahkan antara inti terumbu dan
5
Sirait, Adrian. Pengolahan Data Ekskursi.
daratan. Kondisi lingkungan relatif tenang karena terlindungi oleh terumbu inti dari
gelombang dan arus. Kedalaman agak dangkal 1-2 meter.
1.4.2.5 Lingkungan Terumbu Inti (Reef Crast & Reef Flat)
Fasies terumbu inti memiliki bentuk terumbu yang berkembang secara sempurna dan
banyak ditemukannya terumbu karang. Lingkungan ini merupakan laut dangkal dengan
energi yang sangat tinggi. Terdapat dua tipe sedimen karbonat yang dapat berkembang
pada lingkungan ini, yaitu ooids dunes dan terumbu. Terumbu khususnya yang
mempunyai kemampuan menahan energi tinggi.
1.4.2.6 Lingkungan Terumbu Muka (Reef Front)
Lingkungan terumbu muka merupakan bagian depan dari terumbu inti yang disusun oleh
organisme. Organisme yang menyusun lingkungan tersebut adalah organisme yang
kurang tahan terhadap arus dan gelombang, yang banyak disusun oleh fragmen-fragmen
organisme. Fragmen-fragmen tersebut umumnya berasal dari terumbu inti yang
terakumulasi di bagian depan kompleks terumbu tersebut. Pada lingkungan ini memiliki
kemiringan yang lebih terjal dari kemiringan pada terumbu belakang.
1.4.2.7 Lingkungan Terumbu Cekungan (Fore Reef)
Lingkungan ini dicirikan oleh kurangnya organisme penyusun dan endapan sedimen
karbonat yang berbutir halus, tebal, berwarna hitam, berbitumen dengan gamping, dan
serpih yang keras sekaligus padat. Organisme yang umum dijumpai adalah planktonic.
6
Sirait, Adrian. Pengolahan Data Ekskursi.
sisa-sisa organisme tumbuhan dan sisa-sisa organisme kerang. Ditemukan organisme ini
dikarenakan terbawa oleh arus air laut. Daerah pantai praktikan menemukan pasir pantai
yang kasar setelah digali sededalam 10 cm ditemukan organisme kerang. Pada sampel di
laut di kedalaman 100 cm ditemukan vegetasi berupa rumput laut, pasir yang halus serta
sisa organisme berupa cangkang kerang. Pasir di kedalaman laut lebih halus dari pada di
bagian pinggir pantai karena pasir di laut selalu tergerus oleh ombak.
7
Sirait, Adrian. Pengolahan Data Ekskursi.
Implikasinya batuan ini diendapkan pada lingkungan energi yang tinggi. Boundstone
merupakan batuan karbonat yang mengalami pengikatan material organik sewaktu
pengendapan dan mengindikasikan asal-usul komponen yang direkatkan bersama selama
proses deposisi.
Gambar 2.2.1 Litoclast Laut Dangkal Gambar 2.2.2 Bioclast Laut Dangkal
Pada sampel daerah laut dangkal diamati pada mikroskop dan ditemukan adanya
komponen litoclas sebesar 20% dan bioclast 80%. Sampel ini diambil dari kedalaman
laut 1 meter dan ditemukan komponen bioclast berupa sisa-sisa organisme kerang
ataupun cangkang dan juga terdapat sisa vegetasi tumbuhan pada penamaan klasfikasi
dunham sampel ini termasuk grain supported ataupun packstone. Sampel laut dangkal ini
merupakan lingkungan yang memiliki lingkungan energi yang tinggi karena
keterdapatannya berada pada lingkungan terumbu inti (Reef Crest).
Pada daerah sampel rawa di dapatkan hasil dari mikroskop yaitu hasilnya bahwa terdapat
butiran litoclast sebesar 40% dan bioclast 60%. Sampel daerah rawa ini merupakan
lingkungan pengendapan dari batubara yang mana pada sampel ini masih tahap
penggambutan (peat). Pada pembentukan batubara dimulai dengan sisa-sisa tumbuhan
yang membusuk dan terendapkan seperti sampel diatas. Selanjutnya, akibat pembebanan
dan suhu yang meningkat, gambut akan berubah menjadi lignit. Pembebanan terus
8
Sirait, Adrian. Pengolahan Data Ekskursi.
berlanjut dan lignit akan berubah menjadi bituminous. Proses pembebanan yang terus
berlanjut akan antrasit.
Gambar 2.2.5 Litoclast Daerah Pantai Gambar 2.2.6 Bioclast Daerah Pantai
Pada sampel Pantai terdapat bioclast sebesar 90% dan litoclast sebesar 10%. Artinya pada
sampel ini komponen dominannya adalah bioklas yang tersusun atas cangkang atau sisa-
sisa organisme di pantai, artinya banyak sekali partikel sisa organisme atau skeletal
particle dijumpai pada sampel ini, baik dalam mikrofosil, fosil makro, atau hasil pecahan
dari fosil-fosil yang berukuran besar. Sisa organisme pada sampel ini merupakan butiran
utama penyusun batuan karbonat dan sangat berlimpah pada batugamping. Sampel ini
ditemukan pada lingkungan terumbu belakang dan merupakan wilayah yang berbatasan
langsung dengan daratan (pantai), yang mana di pantai banyak sekali ditemukannya sisa-
sisa organisme, yang di transportasi oleh ombak laut dan nantinya akan mengendap di
suatu cekungan sehingga membentuk batuan karbonat.
9
Sirait, Adrian. Pengolahan Data Ekskursi.
pendalaman menjadi laut dangkal terbuka lagi dan memasuki Plistosen atau Formasi
Citalang terjadi pendangkalan lagi menjadi lingkungan non marin. Sedangkan pada lokasi
penelitian di Formasi Kalibiuk-Kaliglagah Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah dijumpai
proses pendalaman dari subtidal menjadi laut dangkal terbuka pada Formasi Kalibiuk
yang kemudian mengalami pendangkalan memasuki umur Plistosen menjadi lingkungan
non marin. Hasil ini menunjukkan adanya kemiripan perubahan lingkungan pengendapan
saat mendekati umur Plistosen sebelum menjadi lingkungan pengendapan non marin yaitu
sama-sama mengalami pendalaman menjadi laut dangkal terbuka mendekati batas Plio-
Plistosen.
3.KESIMPULAN
REFERENSI
10
Sirait, Adrian. Pengolahan Data Ekskursi.
11