Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

KAJIAN KELEMBAGAAN TERHADAP KEBERHASILAN

KELOMPOK TANI HUTAN RAKYAT DI DESA DURJELA


KECAMATAN PULAU-PULAU ARU
KEPULAUAN ARU, MALUKU

Oleh:

Ilya Djelau¹) Poltak BP Panjaitan 2) Tun Susdiyanti 2)

Ilya Djelau,Poltak BP Panjaitan and Tun Susdiyanti.2014. Institutional Review Of


Success Forest Farmers Group Of People In The Village District Durjela Aru Islands
Aru Islands, Maluku.
Journal Nusa Sylva. Vol. 14. No. 1 Juni 2014 : 43-54

ABSTRACT

An institution has an important supporting role ini the management of forest community. In general the
institutional system for forest community adopts aself-management. It has a certain degree of influence on its
members’ compliance to its regulation. It is expented to be able to provide solution to the problems of farmers.This
study was intended to examine the institutional system of forest community. The institutional system refers to such
aspect as regulation, guides, forms of agreement, decision masking, value system, institutional capacity and
knowingthe level of successthathas beenachievedbya groupof farmersin the Durjela villagecommunity forest
management. These results indicate that institutional forest farmer groups in the Durjela village formed from
assistance programs and community desires. Institutional system Durjela Village farmer groups in the form of an
agreement that is made of non-formal, Guidelines rooted in religion and local wisdom, decision making by consensus,
the value system is characterized by the perception of the essence of life is good, working to make ends meet, oriented
to future, the success of Durjela Village farmer groups included in the rate was due to the structural aspects, aspects
of membership in the institutional and cultural aspects have not been entirely successful.

Keywords : institutional, management, forest community, farmer group, succes.

ABSTRAK

Kelembagaan memiliki peran yang penting dalam menunjang pengelolaan hutan rakyat. Pada umumnya
sistem pengelolaan hutan rakyat menganut sistem pengelolaanmandiri. Kelembagaan memeberika tingkat kepatuhan
anggota dalam menjalankan aturan. Kelembagaan diharapkan mampu menjadi pemberi solusi bagi petani. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahuisistem kelembagaan kelompok tani hutan rakyat seperti bentuk kesepakatan, aturan,
pedoman, proses pengambilan keputusan, sistem tata nilai, kapasitas kelembagaan dan Mengetahui tingkat
keberhasilan yang telah dicapai oleh kelompok tani Desa Durjela dalam pengelolaan hutan rakyat. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwakelembagaan kelompok tani hutan di Desa Durjela dibentuk dari program bantuan dan
keinginan masyarakat. Sistem kelembagaan kelompok tani di Desa Durjela yaitu bentuk kesepakatan yang dibuat
bersifat non-formal, Pedoman bersumber pada agama dan kearifan setempat, pengambilan keputusan melalui
musyawarah, sistem tata nilai dicirikan dengan persepsi terhadap hakekat hidup adalah baik, bekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidup, berorientasi ke masa depan, keberhasilan kelompok tani Desa Durjela termasuk dalam tingkat
sedang karena aspek struktural, aspek keanggotaan dan aspek kultural dalam kelembagaan belum sepenuhnya
berhasil.

Kata kunci : kelembagaan, pengelolaan, hutan rakyat, kelompok tani,keberhasilan.

PENDAHULUAN yang berkaitan dengan pengelolaan hutan,


berasal dari pemilik lahan atau keluarga yang
Latar Belakang mengusahakan hutan rakyat tersebut. Pola
pengelolaan yaitu tersebar berdasarkan letak,
Pada umumnya sistem pengelolaan
luas kepemilikan lahan, dan keragaman pola
hutan rakyat menganut sistem pengelolaan
usaha taninya. Untuk menjamin keberhasilan
mandiri. artinya, segala aturan dan kebijakan

1) Alumni Fakultas Kehutanan, Universitas Nusa Bangsa


2) Dosen Fakultas Kehutanan, Universitas Nusa Bangsa
44 Kajian Kelembagaan Terhadap Keberhasilan Kelompok ..........................

hutan rakyat diperlukan penguatan dalam melaksanakan


kelembagaan diantara para kelompok tani, kegiatannya.Memberikan solusi atau
sehingga terbentuk aturan-aturan internal kontribusi dalam pemecahan masalah yang
mengenai sistem pengelolaan hutan rakyat. terkait dengan masalah-masalah upaya
Pengembangan pengelolaan hutan penguatan dan pengembangan kelembagaan
rakyat memerlukan penyesuaian kelompok tani hutan rakyat di Desa Durjela.
kelembagaan yang sekarang sudah ada.
Kelembagaan hutan yang diinginkan adalah
METODE PENELITIAN
kelembagaan yang dapat mewadahi
terselenggaranya pengelolaan hutan rakyat
Tempat dan Waktu
sehingga dapat meningkatkan peran serta
masyarakat dalam pembangunan hutan.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Desa Durjela sebagai salah satu desa
Durjela Kecamatan Pulau-Pulau Aru
rintisan program Kebun Bibit Rakyat (KBR)
Kepulauan Aru, Maluku. Waktu penelitian
sebagai upaya Rehabilitasi Hutan dan Lahan
selama 2 bulan, mulai tanggal 1 Juli 2013
(RHL) di Kecamatan Pulau-Pulau Aru. Desa
sampai 1 September 2013
Durjela memiliki 2 KTH dan masih terlibat
dalam pengelolaan hutan rakyat dan kegiatan
Alat dan Objek Penelitian
pendampingan oleh penyuluh, letak Desa
Durjela tidak jauh dari lokasi pengawasan
Penelitian ini memerlukan beberapa
penyuluh kehutanan dibandingkan dengan 6
alat bantu seperti alat tulis, alat hitung,
desa lainnya di Kecamatan Pulau-Pulau Aru
kamera dan kuesioner. Sedangkan objek
yang hanya memiliki 1 KTH tiap desa.
penelitian yaitu Ketua dan anggota kelompok
kelompok tani sebagai lembaga pelaksana
tani hutan di Desa Durjela Kecamatan Pulau-
pembangunan di tingkat desa, sampai saat ini
Pulau Aru Kepulauan Aru Maluku.
tetap menarik untuk ditelaah, karena
meskipun kelompok tani telah terbentuk
Metode Pengambilan Data
lebih dari dua dasawarsa yang lalu sebagai
satu jenis institusi sosial penting pada
Data yang dikumpulkan dalam
masyarakat, masih ada kelompok tani yang
penelitian ini adalah data primer dan
belum menunjukkan kinerja ataupun prestasi
sekunder. Data primer diperoleh dengan
kerja yang cukup baik ini terlihat dari tidak
teknik wawancara dengan anggota KTH
tercapainya keberhasilan. sehingga perlu
Desa Durjela meliputi: data responden,
dilakukan penelitian tentang “ Kajian
sejarah lahirnya kelembagaan, aktifitas
Kelembagaan Terhadap Keberhasilan
pengelolaan lahan, kendala pengelolaan,
Kelompok Tani Hutan Di Desa Durjela”.
upaya yang dilakukan petani, tujuan
Tujuan dan Manfaat kelembagaan, aspek keanggotaan,
kepemimpinan, aspek kultural, kapasitas
Tujuan dari penelitian ini adalah kelembagaan, tingkat keberhasilan dan
Mengetahuisistem kelembagaan kelompok kondisi hutan rakyat Desa Durjela. Data
tani hutan rakyat seperti bentuk kesepakatan, Sekunder diperoleh dari instansi terkait
aturan, pedoman, proses pengambilan berupa kondisi umum (letak, iklim dan letak
keputusan, sistem tata nilai, dan kapasitas wilayah menurut penggunaan), Potensi
kelembagaan KTH di Desa Durjela. sumberdaya manusia (umur, mata
Mengetahui tingkat keberhasilan yang telah pencaharian, pendidikan dan jumlah
dicapai oleh kelompok tani Desa Durjela penduduk) dan Usaha hutan rakyat (sejarah
dalam pengelolaan hutan rakyat. Sedangkan dan struktur organisasi)
manfaat dari penelitian ini adalah Populasi penelitian adalah petani
Memberikan informasi ataupun gambaran anggota kelompok tani hutan rakyat Desa
tentang kondisi kelembagaan kelompok tani Durjela Kecamatan Pulau-Pulau Aru
hutan rakyat di Desa Durjela dan sebagai Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku.
bahan evaluasi KTH mencapai keberhasilan Metode pengambilan data secara sensus

Volume 14. No. 1 Juni 2014 Jurnal Nusa Sylva, Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa
Kajian Kelembagaan Terhadap Keberhasilan …………………………………….. 45

dengan jumlah responden sebanyak 60 orang, Nilai/Skor Jawaban


dimana orang tersebut merupakan jumlah Responden
petani yang tergabung dalam kelompok tani 5 Sangat Baik
Durjela Km 9 dan kelompok tani Durjela 4 Baik
Wamar Sejahtera di Desa Durjela. 3 Cukup Baik
2 Kurang Baik
Analisis Data 1 Tidak Baik

 Metode Deskriptif Dengan pemberian skor tersebut maka


Metode analisis dekritif digunakan diperoleh variasi jawaban yang bergerak dari
untuk mengetahui permasalahan, cara yang 1-5. Oleh karena itu interval antara satu
berlaku, pandangan dan poses dalam kriteria dengan kriteria lainnya diperoleh
masyarakat. Tujuannya untuk menjawab angka sebesar 0.8. hal ini diperoleh setelah
pertanyaan dalam kusioner dan kemudian adanya pengurangan dari nilai tertinggi
membandingkan fakta yang diperoleh dengan dikurangi nilai terendah dibagi banyaknya
pertimbangan-pertimbangan ilmiah untuk alternatif (Sugiono, 1998)
menguraikan dan menjelaskan data atau fakta
kondisi yang ada di lapangan. Perhitungan ditampilkan sebagai berikut
:
 Skala Likert
Data diambil berdasarkan sensus dari
semua responden yang ada melalui pengisian 5−1 4
kuesioner yang diberikan kepada petani = = 0,8
5 5
Hutan Rakyat. Pengukuran terhadap aspek-
aspek kelembagaan menggunakan opsi Dari ketentuan di atas, maka tingkat kategori
jawaban model skala likert, yaitu dengan jawaban yang diperoleh dan ditentukan
kuantifikasi penilaian yang disajikan dalam dengan kriteria penafsiran (sanafiah Faisal,
Sangat Baik (skor 5), 1991) pada Tabel 2.
Tabel 1. kuantifikasi penilaian
Tabel 2. Kriteria Penafsiran
Interval Kriteria 2,8 – 3,6 Cukup baik
nilai 3,7 – 4,5 Baik
1,0 – 1,8 Tidak baik 4,6 – 5,4 Sangat baik
1,9 – 2,7 Kurang baik
Sedangkan untuk memperoleh angka Keterangan :
penafsiran dari setiap jawaban responden
digunakan rumus perhitungan yang M = perolehan angka penafsiran
digunakan oleh Bakri Siregar dalam f= Frekuensi
Sobarno W (2002) sebagai berikut : x = pembobotan skala nilai
n = jumlah responden
 f ( x) Penentuan penilaian menggunakan tabel
analisis seperti pada Tabel 3.
M  n

Jurnal Nusa Sylva, Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa Volume 14. No. 1 Juni 2014
46 Kajian Kelembagaan Terhadap Keberhasilan Kelompok ..........................

Tabel 3. Tabel Analisis


No Alternatif Frekuensi Skor (x) f (x) M=Σ f(x)
Jawaban (f) N
1 5
2 4
3 3
4 2
5 1
Jumlah

HASIL DAN PEMBAHASAN miliknya sendiri. Kondisi susunan organisasi


kelembagaan KTH saat ini masih tetap ada
Lahirnya Kelembagaan namun mereka sudah jarang mendapat
penyuluhan dan sudah jarang melakukan
Program Kebun Bibit Rakyat (KBR) rapat kelompok.
sebagai upaya rehabilitasi hutan dan lahan di Secara garis besar lahirnya atau dasar
Kabupaten Kepulauan Aru dimulai sejak berdirinya kelembagaan kelompok tani dapat
tahun 2010 oleh Dinas Pertanian dan dikelompokkan dalam dua golongan.
Kehutanan Kabupaten Kepulauan Aru. Pertama, kelompok yang berdiri karena ada
Program ini tentunya diperuntukkan bagi dorongan dari luar, baik karena ada program
desa-desa yang memiliki lahan atau area bantuan atau proyek. Kedua, kelompok tani
kritis dan program ini membutuhkan yang terbentuk karena dorongan dari dalam,
partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya yaitu masyarakat atau petani itu sendiri,
sebagai usaha hutan rakyat. Desa Durjela diawali dengan kesamaan karakteristik dan
sebagai salah satu desa di Kecamatan Pulau- tujuan masing-masing orang dalam
Pulau Aru yang memiliki lahan kritis dan kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan
mendapat bantuan tersebut. menyebabkan adanya upaya kerjasama
Dalam aspek kelembagaan di Desa mencapai tujuan dan memenuhi kepentingan
Durjela terbentuk pada tahun 2010. bersama.
Pembentukan ini didukung oleh aparat desa Kelembagaan kelompok tani hutan di
dan masyarakat dan mendapat arahan oleh Desa Durjela, Kecamatan Pulau-pulau Aru
penyuluhan kehutanan. Anggota kelompok Kabupaten Kepulauan Aru dibentuk dari
tani hutan yang terpilih merupakan warga program bantuan dan keinginan masyarakat
Desa Durjela dengan jumlah kelompok tani untuk memperbaiki kehidupan ekonomi
di Desa Durjela 60 orang dan terdiri dari 2 melalui usaha tani dan memperbaiki lahan-
kelompok tani hutan yaitu KTH Durjela km 9 lahan yang rusak.
dan KTH Durjela Wamar Sejahtera, dan
masing-masing kelompok terdiri dari 30 Aspek Struktural
orang.  Struktur Kelembagaan
Komoditas tanaman kehutanan yang Struktur kelembagaan memiliki fungsi
dikembangkan oleh KTH Desa Durjela internal maupun eksternal untuk mencapai
adalah jenis jati (Tectona grandis) yang tujuan bersama. Struktur kelembagaan
ditanam secara monokultur dengan luasan menyediakan kejelasan bagian-bagian
125 hektar. Usaha hutan rakyat yang mereka pekerjaan dalam aktifitas kelembagaan.
kelola dibantu oleh Dinas Pertanian dan Fungsi internal kelembagaan menjadi
Kehutanan setempat, dengan didampingi pedoman bagi anggotanya dalam bertindak,
oleh penyuluh yang disediakan untuk sedangkan fungsi eksternal kelembagaan
memberikan pendidikan, pemahaman dan menjelaskan tentang bagaimana dan siapa
penyuluhan bagi petani yang belum yang akan berhubungan dengan pihak luar.
sepenuhnya mampu mengelola hutan

Volume 14. No. 1 Juni 2014 Jurnal Nusa Sylva, Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa
Kajian Kelembagaan Terhadap Keberhasilan …………………………………….. 47

Tabel 4. Luas cakupan wilayah kelompok


Tani.

Luas Jumlah didasarkan atas kedekatan domisili anggota.


Kelompok Tani Lahan Anggota Adanya regu tersebut untuk lebih
(Ha) (Orang) memudahkan kelompok Yunasaf (2008)
Durjela km 9 62.5 30 mengungkapkan bahwa suatu
Durjela Wamar 62.5 30 kelompok tani yang memiliki
Sejahtera. kelengkapan dan hubungan yang optimal
didalam struktur kelompok dapat
mencerminkan kemampuannya di dalam
Kelompok tani Desa Durjela memiliki mengatur diri kelompok dalam mencapai
batasan wilayah. Kelompok tani Durjela km tujuannya.
10 memiliki cakupan wilayah 62.5 ha dengan Pada dasarnya Struktur kelembagaan
jumlah anggota 30 orang, dengan rata-rata mempermudah pekerjaan petani, sehingga
kepemilikan lahan 2,08 ha/orang dan tujuan bersama dapat cepat tercapai. Struktur
kelompok tani Durjela Wamar Sejahtera kelembagaan pada dasarnya menyesuaikan
memiliki cakupan wilayah hutan rakyat yang dengan kebutuhan yang dirasakan oleh
sama dengan Kelompok tani Durjela km 9 kelompok tani. Struktur kelembagaan
yaitu 62.5 ha dengan jumlah anggota 30 berkaitan dengan efektivitas pelaksanaan
orang dan rata-rata kepemilikan lahan 2,08 aktivitas yang dilakukan oleh kelompok tani
ha/orang. tersebut.
Struktur kelembagaan kelompok tani
Desa Durjela memiliki susunan organisasi Tujuan Lembaga
yang sederhana hanya terdiri dari struktur inti Pada hakekatnya setiap lembaga itu
yang dari ketua, sekretaris, bendahara dan memiliki tujuan, karena suatu lembaga lahir
anggota namun ada baiknya tiap kelompok dan dibentuk karena ada tujuan. Lembaga
memiliki struktur kepengurusan yang relatif akan tetap eksis sepanjang masih mampu
lengkap, yaitu terdiri dari ketua, sekretaris, mewujudkan tujuan yang ingin dicapainya,
bendahara, dan seksi-seksi, juga dibagi habis maka dapat disepakati untuk dibentuk
ke dalam regu-regu. Pembagian regu-regu lembaga baru atau tidak sama sekali.

Tabel 5. Tanggapan terhadap tujuan kelompok (n=60)


No Alternatif Frekuensi (f) Skor (x) f (x) M=Σ f(x)
Jawaban n
1 Sangat paham 4 5 20
2 Paham 56 4 224 244/60
3 Cukup paham 0 3 0 = 4,06
4 Kurang paham 0 2 0
5 Tidak paham 0 1 0

Jumlah 60 244

Dari hasil yang diteliti sebagaimana pembentukan kelompok sehingga anggota


yang disajikan dalam Tabel 5 diperoleh dapat memberikan berkontribusinya. Hasil
angka penafsiran sebesar 4,06 yang termasuk penelitian Yunasaf (2008) menunjukkan
dalam kategori baik atau paham. Hal ini bahwa suatu kelompok tani sebenarnya dapat
menunjukan bahwa petani memiliki tujuan memilik tujuan yang lebih spesifik, sehingga
yang sama dan paham akan tujuan dapat mendorong dinamisnya kelompok tani.

Jurnal Nusa Sylva, Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa Volume 14. No. 1 Juni 2014
48 Kajian Kelembagaan Terhadap Keberhasilan Kelompok ..........................

Aspek Keanggotaan Keberadaan anggota sebagai pengakuan atau


legalitas kelembagaan tersebut. Kondisi
Setiap kelembagaan memiliki anggota. anggota sangat menentukan kinerja
Anggota merupakan syarat wajib yang harus kelembagaan tersebut
dimiliki oleh suatu kelembagaan.

Tabel 6. Pola Seleksi Anggota Kelompok tani Desa Durjela dalam pola
Kelompok Tani Pola Seleksi seleksi anggota termasuk bersifat tidak bebas,
Anggota terbatas dan tertutup. Calon anggota harus
Durjela Km 9 Tidak bebas memiliki lahan pribadi yang diperuntukkan
Durjela Wamar Tidak bebas untuk tanaman kayu. Dalam perekrutan
Sejahtera anggota pihak yang memutuskan dari dalam
Sumber : Data Primer (2013) sendiri atau dari kelompok tani itu sendiri.

Tabel 7. Tanggapan terhadap kesetiaan anggota dalam KTH (n=60)a


No Alternatif Frekuensi (f) Skor (x) f (x) M=Σ f(x)
Jawaban n
1 Sangat setia 4 5 20
2 Setia 46 4 184 234/60
3 Cukup setia 10 3 30 = 3,90
4 Kurang setia 0 2 0
5 Tidak setia 0 1 0

Jumlah 60 234

Berdasarkan Tabel 7 diperoleh angka pertemuan kelompok dan hasil dari


penafsiran sebesar 3,90 yang termasuk dalam pertemuan akan disampaikan oleh salah satu
kategori baik untuk keanggotaan dalam anggota yang hadir pada saat itu. Seluruh
kelompok tani menurut kriteria penafsiran. responden menyatakan bahwa jumlah
Hal ini terlihat dari kehadiran anggota pada anggota yang terlibat cukup tinggi dan
saat penyuluhan maupun rapat, anggota melibatkan banyak anggota. Artinya seluruh
kelompok yang hadir lebih dari 50% jumlah anggota memiliki kesempatan yang sama
anggota. Anggota yang tidak dapat hadir untuk memutuskan sesuatu yang berkaitan
biasanya izin untuk tidak dapat menghadiri
dengan kelangsungan kinerja kelompok.

Tabel 8. Tanggapan terhadap frekuensi pertemuan kelompok dalam sebulan (n=60)


No Alternatif Frekuensi (f) Skor (x) f (x) M=Σ f(x)
Jawaban n
1 >3 kali 0 5 0
2 2 kali 0 4 0
3 1 kali 60 3 180
4 Kadang-kadang 0 2 0 180/60
5 Tidak ada 0 1 0 = 3,00
Jumlah 60 180

Berdasarkan Tabel 8 diperoleh angka penafsiran. Kelompok tani Desa Durjela


penafsiran sebesar 3.00 yang termasuk dalam menyatakan pertemuan untuk rapat anggota
kategori cukup baik untuk frekuensi kelompok bersifat rutin atau tetap. Mereka
pertemuan kelompok tani menurut kriteria mengagendakan pertemuan 1 (satu) bulan 1

Volume 14. No. 1 Juni 2014 Jurnal Nusa Sylva, Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa
Kajian Kelembagaan Terhadap Keberhasilan …………………………………….. 49

(satu) kali pertemuan. Hal ini sama ketika tani dari instansi terkait adalah 1 (satu) bulan
pelaksanaan penyuluhan untuk kelompok 1 (satu) kali pertemuan.

Tabel 9. Tanggapan terhadap hubungan antar anggota KTH (n=60)


No Alternatif Frekuensi (f) Skor (x) f (x) M=Σ f(x)
Jawaban n
1 Sangat baik 60 5 300
2 Baik 0 4 0
3 Cukup baik 0 3 0
4 Kurang baik 0 2 0 300/60
5 Tidak baik 0 1 0 = 5,00

Jumlah 60 300

Berdasarkan Tabel 9 diperoleh angka Kelompok Desa Durjela menetapkan


penafsiran sebesar 5,00 yang termasuk dalam masa jabatan ketua selama 5 tahun. Ketua
kategori sangat baik menurut kriteria dapat diganti apabila mengundurkan diri atau
penafsiran. Hal ini terlihat selama kesepakatan sebagian besar anggota yang
pembentukan kelompok tani belum ada menginginkan ketua kelompok mundur dari
permasalahan/konflik yang terjadi antar jabatannya. Kemampuan kepemimpinan
anggota. ketua kelompok tani berdampak terhadap
perkembangan kelompok tani dimasa yang
Kepemimpinan akan datang. Semakin tinggi tingkat
kemampuan ketua kelompok tani, maka
Kepemimpinan merupakan suatu yang perkembangan kelompok tani di masa yang
penting dalam kelembagaan karena akan datang semakin baik.
merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan kelembagaan Aspek Kultural Kelembagaan
tersebut dalam mencapai tujuannya.  Sistem Tata Nilai
Kepemimpinan yang baik dapat mereduksi
sistem yang kurang baik. Sistem tata nilai merupakan salah satu
Seluruh responden kelompok tani komponen wujud kebudayaan yang
menyatakan pemimpin kelompok dipilih mempengaruhi 3 komponen lainnya.
berdasarkan kamampuan yang dimiliki. Komponen wujud kebudayaan tersebut
Pemimpin tidak dipilih secara asal melainkan antara lain sistem nilai budaya, sistem norma,
harus diuji terlebih dahulu, seperti dan sistem hukum.
diadakannya tanya jawab. Dengan demikian, Nilai merupakan konsepsi abstrak di
seorang pemimpin kelompok tani pada dalam diri manusia mengenai apa yang
dasarnya sudah dibekali dengan pengalaman dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.
dan kemampuan yang lebih dibanding Untuk mngetahui sistem tata nilai yang
anggota yang lain dalam hal kepemimpinan. dianut anggota kelembagaan, muncul
Gaya kepemimpinan yang diterapkan beberapa pertanyaan terkait tata nilai
kelompok tani adalah demokrasi. Gaya tersebut. Mengenai hakekat hidup yang
kepemimpinan ini sangat memperhatikan dianut anggota kelompok. seluruh responden
penyampaian pendapat setiap anggotanya. menyatakan bahwa hidup merupakan sesuatu
Proses pengambilan keputusan dilakukan yang baik. Hakekat hidup yang baik adalah
melalui musyawarah. Dengan demikian memandang segala sesuatu dari segi positif.
setiap anggotanya memiliki hak yang sama Kondisi sosial kelompok tani tidak pernah
untuk menyampaikan pendapat mereka. terjadi konflik antar individunya, maka dapat
dikatakan bahwa sebagian besar mereka

Jurnal Nusa Sylva, Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa Volume 14. No. 1 Juni 2014
50 Kajian Kelembagaan Terhadap Keberhasilan Kelompok ..........................

memiliki hakekat hidup yang baik. Hakekat mengikat sistem norma terbagi menjadi 4
hidup yang baik ditunjukkan dengan tingkatan dari yang paling ringan yaitu cara,
semangat dan kerja anggota dalam kebiasaan, kelakuan dan adat istiadat. norma
menjadikan usaha hutan rakyat mereka bersumber dari nilai, serta merupakan wujud
ketahap yang lebih maju. dari nilai. Dalam norma dimuat hal-hal
tentang apa saja yang diharuskan,
Hampir seluruh responden diperbolehkan, dianjurkan atau dilarang.
menyatakan berorientasi ke masa depan, Kepribadian seseorang terbentuk dari proses
dalam hal persepsi terhadap waktu. Orientasi biologis, psikologis dan sosiologis
kemasa depan ini menandakan bahwa kondisi masyarakatnya. Nilai dan norma dari
masyarakat sudah modern. Masyarakat kelembagaan yaitu nilai dan norma yang
tradisional memiliki persepsi waktu yang hidup pada satu kelembagaan tersebut.
berorientasi ke masa lalu. Sedangkan Norma dalam kelembagaan dipengaruhi oleh
masyarakat modern dicirikan dengan tatanan nilai yang ada di lingkungan
orientasi yang jauh ke masa depan. kelompok atau masyarakat.
Kelompok tani yang memiliki orientasi ke Kelembagaan kelompok tani memiliki
masa depan dicirikan dengan adanya upaya unsur-unsur pelaksanaan norma seperti
untuk mengembangkan usaha hutan rakyat. landasan norma. Kelompok tani Desa Durjela
Persepsi umum yang dipegang oleh petani berlandaskan norma yang berasal dari agama
adalah pohon sebagai investasi berharga yang dan kearifan setempat. Norma ini dianggap
suatu saat dapat dijual untuk memenuhi memiliki nilai yang baik oleh masyarakat.
kebutuhan hidup mereka. Masyarakat Desa Durjela mayoritas
beragama Kristen, sehingga hal-hal apa saja
 Norma yang diharuskan, diperbolehkan, dianjurkan
atau larangan pada norma kelompok
Norma merupakan aturan sosial, mengacu pada agama dan kearifan setempat.
patokan yang pantas, atau tingkah laku rata- Dan seluruh anggota kelompok tani
rata yang dianggap wajar. Kekuatan menyetujui hal tersebut.

Tabel 12. Norma kelembagaan


Kelompok Tani Landasan Persepsi Persepsi Terhadap
No Norma Kedudukan Penghargaan dan Sanksi
Seseorang
1 Durjela Km 9 Agama dan Dihargai karena
kearifan status dan Tegas dan berjalan
setempat kemampuan
2 Durjela Wamar Agama dan Dihargai karena
Sejahtera kearifan status dan Tegas dan berjalan
setempat kemampuan
Sumber : Data Primer (2013)
Unsur kedua untuk menganalisis pemimpin mempunyai tanggung jawab
terbentuknya norma di kelembagaan adalah yang cukup berat. Dalam pemilihan ketua
persepsi secara umum terhadap kedudukan dipilih berdasarkan kemampuan yang
seseorang yang meliputi apakah orang lebih dimiliki.
dihargai karena statusnya atau prestasi dan Unsur ketiga dalam analisis norma
kemampuannya. Seluruh responden kelembagaan adalah persepsi secara umum
kelompok tani menyatakan bahwa mereka terhadap penghargaan dan sanksi.
menghargai seseorang karena stastus dan Pemberian penghargaan dan sanksi kepada
kemampuannya. Hanya sebagian orang anggota yang berjasa atau melanggar aturan
dikalangan mereka yang berani merupakan salah satu ciri terciptanya
mengajukan diri sebagai pemimpin. Karena pelaksanaan norma yang ideal. Kedua

Volume 14. No. 1 Juni 2014 Jurnal Nusa Sylva, Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa
Kajian Kelembagaan Terhadap Keberhasilan …………………………………….. 51

kelompok tani menyatakan pemberian  Kultur Kelembagaan


sanksi berjalan dan bersifat tegas.
Pemberian penghargaan dan sanksi Kultur kelembagaan erat kaitannya
dapat meningkatkan kinerja anggota. dengan kebiasaan anggota dalam menaati
Kinerja kelembagaan akan menurun apabila aturan-aturan kelembagaan. Kedisplinan
tidak terdapat aturan yang jelas dan sanksi kelembagaan yang dijalankan oleh anggota
yang tegas. Pada umumnya kelembagaan dicirikan dari banyak tidaknya yang patuh
kelompok tani lebih bersifat non formal, dan menjalankan setiap aturan yang dibuat.
dimana unsur kekeluargaan yang masih Kedisplinan tinggi yang ditunjukkan oleh
kuat. Aturan-aturan yang dibuat hanya anggota dapat membentuk sistem kerja
sebagai formalitas yang harus dimiliki yang berkualitas.
sebagai kelembagaan. Anggota yang
melanggar aturan harus menanggung beban
moral.

Tabel 13. Tanggapan terhadap kultur kelembagaan kelompok tani


No Alternatif Frekuensi (f) Skor (x) f (x) M=Σ f(x)
Jawaban n
1 Sangat displin 60 5 300
2 Displin 0 4 0
3 Cukup displin 0 3 0
4 Kurang displin 0 2 0 300/60
5 Tidak displin 0 1 0 = 5,00

Jumlah 60 300

Berdasarkan Tabel 13 diperoleh angka Kapasitas Kelembagaan


penafsiran sebesar 5,00 yang termasuk dalam Kelembagaan kelompok tani memiliki
kategori sangat baik menurut kriteria kapasitas dalam pengelolaan kredit. Kredit
penafsiran. Kelompok tani Desa Durjela yang diberikan kepada anggota sebagian
menyatakan anggotanya mengetahui aturan besar modalnya berasal dari pemerintah dan
dalam kelompok. Aturan yang dibuat dari kas kelompok. Namun, pengelolaan
bertujuan untuk mengatur segala kepentingan kredit ini belum berjalan dengan maksimal.
yang menyangkut anggota secara pribadi Kendala pengelolaan kredit dikarenakan
maupun umum. Anggota kelompok tani kurangnya kemampuan kelompok tani dalam
mengetahui tentang aturan dalam kelompok. mengelola kredit tersebut. Selain itu
Maka peluang anggota melakukan kelembagaan kelompok tani berperan dalam
pelanggaran akan semakin kecil. Karena menyelesaikan konflik yang terjadi di dalam
mereka telah mengetahui sanksi dan kelompoknya. Konflik di dalam
konsekuensinya. kelembagaan belum pernah terjadi.
Kelompok tani menyatakan ada displin
dan dijalankan. Kedisplinan anggota Tingkat Keberhasilan Kelompok Tani
kelompok tani dapat dilihat dari kinerja para Hutan Rakyat Desa Durjela
petani dalam mengerjakan usaha hutannya,
maupun saat berpartisipasi dalam agenda Hasil penelitian kelompok tani hutan
kelembagaanya. rakyat di Desa Durjela menunjukan umur
responden dari 17 tahun - 22 tahun sebanyak
8 orang, 23 tahun - 28 tahun sebanyak 10
orang, 29 tahun - 34 tahun sebanyak 12
orang, 35 tahun - 40 tahun sebanyak 12
orang, 41 tahun – 46 tahun sebanyak 10 orang

Jurnal Nusa Sylva, Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa Volume 14. No. 1 Juni 2014
52 Kajian Kelembagaan Terhadap Keberhasilan Kelompok ..........................

dan 47 tahun - 55 tahun sebanyak 8 orang tani mudah dalam memahami tugas dan
sedangkan pendidikan terakhir responden wewenang serta tanggung jawab yang jelas
yaitu SD sebanyak 13 orang, SMP sebanyak serta memudahakan koordinasi serta
19 orang dan SMA sebanyak 28 orang. informasi yang disampaikan.
Pekerjaan responden rata – rata sebagai Hampir semua anggota kelompok
petani sebanyak 56 orang dan nelayan 4 mengerti akan tujuan dibentuknya kelompok
orang. yang mana untuk memperoleh bantuan juga
Umur dan pendidikan merupakan mensejahterakan anggota kelompok serta
faktor yang ikut menentukan keberhasilan mengurangi lahan yang rusak. Menurut
KTH Desa Durjela. Menurut Lalenoh (1994) Kartono 2008, Indikator keberhasilan suatu
orang yang berada dalam umur sedang lebih kelompok adalah dengan memiliki tujuan-
banyak mendukumg kegiatan daripada tujuan dibentuknya kelompok dan
kelompok umur yang lain rata-rata umur pembagunan hutan rakyat baik itu tujuan
responden 27 tahun - 40 tahun. jangka pendek dan tujuan jangka panjang
Pendidikan reponden rata-rata adalah sehingga kelompok dapat mencerminkan
SMA dengan jumlah 28 orang menurut kemampuannya didalam mengatur kelompok
Tamarli (1994) pendidikan dapat dan mengelola hutannya.
mempengaruhi cara berpikir, cara merasa dan Hasil penelitian aspek keanggotaan
cara bertindak seseorang. Semakin tinggi menunjukan a). pola perekrutan dan pihak
tingkat pendidikan seseorang, dapat yang memutuskan seleksi anggota, dalam
diharapkan semakin baik pula cara berpikir perekrutan anggota diputuskan dari
dan cara bertindaknya. kelompok tani sendiri secara musyawarah
Selain itu, Keberhasilan kelompok tani artinya kelompok tani diberi kebebasan
Desa Durjela dapat terlihat dari aspek-aspek dalam memilih anggotanya tanpa campur
yaitu aspek struktural (struktur organisasi, tangan instansi terkait sehingga anggota yang
luas cakupan wilayah, tujuan kelompok, pola terpilih adalah anggota yang memiliki lahan
sebaran kekuasaan) aspek keanggotaan (pola pribadi. Kelompok tani yang mandiri adalah
perekrutan, pihak yang memutuskan, kelompok tani yang mampu mengambil
kesetiaan anggota, frekuensi pertemuan, keputusan sesuai dengan perkembangan dan
partisipas anggota) aspek kultural (sistem tata kebutuhan para petani dan anggotanya.
nilai, norma, kultur kelembagaan). Kemampuan mengambil keputusan dalam
Hasil penelitian aspek struktural setiap aspek kegiatan harus didukung oleh
menunjukan a). luasan wilayah hutan rakyat kemampuan para anggota kelompok tani
kelompok tani desa durjela menunjukan rata- dalam pengelolaan komponen organisasi
rata kepemilikan lahan 2,08 ha/orang dari yang ada. b). kesetiaan anggota dan
luasan 62,5 ha/kelompok. Indikatornya partisipasi anggota menunjukan bahwa
semakin luan rakyat wilayah dengan anggota kelompok tani termasuk aktif dalam
banyaknya jumlah tegakan didalam lahan mengikuti rapat dan agenda kelompok hal ini
tersebut yang dikelola dengan baik maka terlihat dari kehadiran anggota diatas 50%
pendapatan yang diperoleh petani pun besar. dari jumlah keseluruhan kelompok.
b). struktur organisasi kelompok tani hanya Indikatornya dapat tercermin dari jumlah
terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan anggota yang hadir dan besarnya partisipasi
anggota hal ini terlihat bahwa struktur anggota kelompok tani dalam
organisasi kelompok tani Desa Durjela agenda/kegiatan-kegiatan kelompok dan
merupakan struktur kelompok yang pengelolaan hutan, mampu mengatasi
sederhana.Menurut Suhardiyono (1992) persoalan dalam kelompok dan pengelolaan
indikator keberhasilan suatu kelompok yaitu lahan. c). frekuensi pertemuan menunjukan
kelengkapan struktur organisasi yang terdiri bahwa kelompok tani hanya melakukan
dari ketua, sekretaris, bendahara dan seksi- pertemuan 1 kali dalam sebulan. Menurut
seksi yang mendukung kegiatan Suhardiyono (1992), Indikator pengambilan
kelompoknya. seksi-seksi yang ada keputusan dalam KTH dilakukan secara
disesuaikan dengan tingkat dan volume kerja musyawarah dan mufakat, dilandasi
sehingga pengurus dan anggota kelompok kesadaran secara swadaya terkait dengan

Volume 14. No. 1 Juni 2014 Jurnal Nusa Sylva, Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa
Kajian Kelembagaan Terhadap Keberhasilan …………………………………….. 53

adanya pertemuan rutin tiap bulan dalam kelompok untuk mengembangkan


setiap pertemuan dapat membuat rencana kegiatan dan kehidupan kelompok.
kerja serta mengevaluasinya. 2. Diperlukan penguatan kelembagaan dan
Hasil penelitian aspek kultural pendampingan yang intensif pada
menunjukan a). sistem tata nilai kelembagaan kelompok tani hutan di Desa Durjela
yaitu hidup merupakan sesuatu yang baik dan Untuk keberhasilan kelembagaan baik
berorientasi ke masa depan. b). norma oleh pemerintah, swasta, perguruan
terlihat bahwa kelompok tani berlandasakan tinggi, LSM dan masyarakat.
norma dari agama dan kearifan setempat
dengan adanya penghargaan dan sanksi. DAFTAR PUSTAKA
Indikatornya adalah landasan norma menjadi
acuan dalam cara pandang dan pelaksanaan BPS. 2012. Kepulauan Aru Dalam Angka.
sanksi. c). kultur kelembagaan terlihat dari Badan Pusat Statistik Kabupaten
kedisplinan anggota dalam menjalankan Kepulauan Aru. Dobo.
setiap aturan. Indikatornya adalah dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten
banyaknya anggota yang disiplin dalam kerja Kepulauan Aru. 2013. Data Desa-
maupun saat menghadiri agenda Desa Rehabilitasi Hutan dan Lahan
kelembagaan. Tahun 2011. Kabupaten Kepulauan
Dari uraian kelembagaan dalam aspek Aru. Dobo.
struktural, aspek keanggotaan dan aspek Kantor Kecamatan Pulau-Pulau Aru. 2013.
kultural maka dapat dinilai Keberhasilan Data Kependudukan Desa Durjela
kelompok tani hutan rakyat Desa Durjela Tahun 2013. Kabupaten Kepulauan
termasuk dalam tingkat keberhasilan sedang Aru. Dobo.
karena aspek-aspek dalam kelembagaan dan Lalenoh T. 1994. Hubungan Persepsi
pengelolaan lahan hutan rakyat belum Penghuni Kumuh tentang Pelayanan
sepenuhnya berhasil Rehabilitasi Sosial Pemukiman
Kumuh dengan Partisipasi Mereka
KESIMPULAN DAN SARAN dalam Kegiatan Pelayanan
Kesimpulan Rehabilitasi Sosial Pemukiman
Kumuh di Kodya. Bandung. [Tesis].
1. Sistem kelembagaan kelompok tani di
Bogor: Program Pascasarjana. Institut
Desa Durjela dalam bentuk kesepakatan
Pertanian Bogor
yang dibuat bersifat non-formal,
Mardikanto, T. 1996. Penyuluhan
Pedoman bersumber pada agama,
Pembangunan Kehutanan. Pusat
pengambilan keputusan melalui
Penyuluhan Kehutanan Republik
musyawarah, sistem tata nilai dicirikan
Indonesia. Jakarta.
dengan persepsi sebagian besar anggota
Ngadiono. 2004. Pengelolaan Hutan
terhadap hakekat hidup adalah baik,
Indonesia. Bogor: Yayasan Adi
bekerja untuk memenuhi kebutuhan
Sanggoro
hidup, berorientasi ke masa depan dan
Pasaribu LO. 2007. Kelembagaan
menjunjung tinggi keselarasan dengan
Pengelolaan Tana’ulen pada
alam dan lingkungannya.
Masyarakat Dayak Kenyah di
2. Keberhasilan kelompok tani Desa
Pampang Kecamatan Samarinda
Durjela termasuk dalam tingkat sedang
Utara, Kalimantan Timur [skripsi].
karena aspek-aspek dalam kelembagaan
Bogor: Fakultas Kehutanan Institut
belum sepenuhnya berhasil.
Pertanian Bogor.
Permana I. 1998. Studi Peranan KTH
Saran
(Kelompok Tani Hutan) dalam
1. Meningkatkan pembinaan dan
Pengembangan Usaha Produktif di
pemantapan sistem kelembagaan KTH
RPH Mandalawangi Cikajang KPH
Desa Durjela sehingga ada upaya
Garut, Perum perhutani Unit III Jawa

Jurnal Nusa Sylva, Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa Volume 14. No. 1 Juni 2014
54 Kajian Kelembagaan Terhadap Keberhasilan Kelompok ..........................

Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Bandung Propinsi Jawa Barat [tesis].


Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor: Program Pascasarjana Institut
Pranadji T. 2003. Menuju Transformasi Pertanian Bogor.
Kelembagaan dalam Pembangunan Rubiyanto. MA. 2011. Kelembagaan
Pertanian dan Pedesaan. Jakarta: Pusat kelompok Tani Hutan Rakyat di Desa
Penelitian dan Pengembangan Sosial Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan
Ekonomi Pertanian. Ratu, Sukabumi. [skripsi]. Bogor:
Puspita ID. 2006. Motivasi Petani dan Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Peranan Kelompok Tani Hutan (KTH) Bogor.
dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan Sobarno W, 2002. Penerapan Metodologi
Bersama Masyarakat (PHBM) di Desa Penafsiran. Jakarta. LP3ES
Warnasari, BKPH Pangalengan KPH Soekanto S. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar.
Bandung Selatan [skripsi]. Bogor: Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Soemardjan S. dan Soelaeman S. 1974.
Bogor. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta:
Rahayuningsih E. 2004. Penguatan Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi.
Kelembagaan Usaha Simpan Pinjam Universitas Indonesia.Bandung.
RW-01 Kelurahan Babakan Asih Sugiyono, 1998. Metodologi Penelitian
Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Administrasi. Bandung. Alfabeta.

Volume 14. No. 1 Juni 2014 Jurnal Nusa Sylva, Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa

You might also like