Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit Sebagai Media Pertumbuhan Cacing Sutra (Tubifex SP.) Berta Putri, Siti Hudaidah, Dan Widi Indra Kesuma

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan

Volume VI No 2 Februari 2018


p-ISSN: 2302-3600, e-ISSN: 2597-5315

PEMANFAATAN BUNGKIL INTI SAWIT SEBAGAI MEDIA


PERTUMBUHAN CACING SUTRA (Tubifex sp.)

Berta Putri*1, Siti Hudaidah, dan Widi Indra Kesuma*2


DOI: http://dx.doi.org/10.23960/jrtbp.v6i2.p729-738

ABSTRACT

The purpose of this research was to observe the effect of fermented palm
kernel cake as a growth media for Tubifex sp. This research was conducted at the
Aquaculture Laboratory, University of Lampung for 50 days. Completely
Randomized Design (CDR) with 5 treatments and 3 replicates design is used for
this experiment. The treatments are 100% field mud, 25% palm kernel cake :75%
field mud, 50% palm kernel cake : 50% field mud, 75% palm kernel cake : 25%
field mud, and 100% palm kernel cake. The data were analyzed with analysis of
variance (ANOVA) continued with Least Significant Difference (LSD) test. The
main parameters measured were Tubifex sp population and biomass as well as
water quality parameters: pH, temperature, dissolved oxygen, and ammonia. The
results showed that fermented palm kernel cake significantly (p<0,05) increase silk
worm biomass and population. The best result of this research was found in 50%
fermented palm kernel cake and 50% field mud media producing 111.008 ind/m2
and 750,72 gr/m2 of Tubifex sp. Water quality during Tubifex sp were measured at
0,26-0,91 mg/l ammonia, pH 6,14-7,11, temperature 25-28C, and dissolved
oxygen 2,9-3,9 mg/l.

Keywords: Biomass, Fermentation, Palm kernel cake, Population, Tubifex sp.

Pendahuluan dilakukan kultur dengan penambahan


nutrisi sebagai makanannya. Media
Tubifex sp. (cacing sutra) budidaya memegang peranan yang
merupakan pakan alami bagi larva sangat penting terhadap keberhasilan
ikan yang mudah dicerna dengan budidaya cacing sutra. Cacing sutra
kandungan nutrisi berupa protein membutuhkan media yang
kasar 64,47%, lemak kasar 17,63%, mengandung bahan organik dan
abu 7,84%, BETN 10,06%, dan kadar bahan anorganik.
air 11,21% (Wijayanti, 2010). Selain Bungkil inti sawit adalah limbah
itu, gerakan aktif Tubifex sp. dapat ikutan proses ekstraksi inti sawit.
merangsang larva ikan untuk Bungkil inti sawit memiliki
memakannya (Djarijah, 1995). kandungan zat-zat makanan yaitu
Ketersediaan cacing sutra perlu protein kasar 15,40 %, lemak kasar
dijaga agar konstan, sehingga perlu 6,49 %, serat kasar 19,62 %, Ca 0, 56

1
E-mail: berta.putri@fp.unila.ac.id
2
Jurusan Perikanan dan kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
Jl. Prof. S. Brodjonegoro No.1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145

© e-JRTBP Volume 6 No 2 Februari 2018


730 Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit sebagai Media Pertumbuhan Cacing Sutra

%, P 0, 64 %, dengan energi C = media 50% (bungkil inti sawit) :


metabolis 2446 kkal/kg (Noferdiman, 50% (lumpur sawah)
2011). Limbah pengolahan sawit D = media 75% (bungkil inti sawit) :
berpotensi sebagai media 25% (lumpur sawah)
pertumbuhan cacing sutra karena E = media 100% (bungkil inti sawit)
kandungan bahan organik yang cukup : 0% (lumpur sawah)
tinggi namun belum termanfaatkan.
Hal demikian disebabkan karena Alat
bungkil inti sawit memiliki Peralatan yang digunakan dalam
keterbatasan yaitu kandungan serat penelitian ini yaitu: kotak kayu
kasar yang cukup tinggi (terutama ukuran 50x15x10 cm, terpal plastik,
lignin), serta tingkat kecernaan pompa air, pipa paralon diameter 2,5
rendah (Sofyan, 2007). cm, selang, gelas ukur, pipet tetes,
Upaya mengatasi bungkil inti tabung reaksi 10 ml, labu erlenmeyer
sawit yang memiliki kandungan serat 100 ml, spektrofotometer, saringan,
kasar dapat dilakukan dengan cara ember, baskom, fillter, termometer,
fermentasi. pH meter, DO meter, hand counter,
Bungkil inti sawit yang telah dan timbangan digital.
difermentasi memiliki kandungan
nutrisi tinggi. Nutrisi tersebut Bahan
diharapkan dapat digunakan sebagai Bahan-bahan yang digunakan
alternatif bahan dalam pembuatan untuk penelitian ini adalah air bersih,
media untuk meningkatkan mikroorganisme fermentasi, gula
pertumbuhan dalam budidaya cacing merah, lumpur sawah, bungkil inti
sutra. sawit, dan cacing sutra.
Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh Prosedur
penggunaan media fermentasi Penelitian ini dilakukan dalam
bungkil inti sawit terhadap lima tahap yakni:
pertumbuhan biomassa dan populasi a. Persiapan wadah.
cacing sutra (Tubifex sp.). Wadah yang digunakan adalah
15 kotak kayu berukuran 50x15x10
Metode cm yang dilapisi terpal. Sedangkan
wadah fillter berupa tabung fiber
Penelitian ini menggunakan plastik yang berisi busa fillter, ijuk,
Rancangan Acak Lengkap (RAL) arang, dan batu zeolit. Bagian ujung
yang terdiri atas formulasi media pipa yang berada dalam tangki
(substrat) lumpur sawah dan bungkil disambungkan dengan pompa untuk
inti sawit dengan lima perlakuan tiga menyedot air naik ke wadah
ulangan. Perlakuan yang digunakan pemeliharaan, air dialirkan dengan
yaitu : prinsip resirkulasi.
A = media 0% (bungkil inti sawit) : b. Persiapan media hidup cacing
100% (lumpur sawah) sutra.
B = media 25% (bungkil inti sawit) : Bungkil inti sawit sebanyak 30
75% (lumpur sawah) kg difermentasi dengan cara
mencampur air sebanyak 20.000 ml

© e-JRTBP Volume 6 No 2 Februari 2018


Berta Putri, Siti Hudaidah, dan Widi Indra Kesuma 731

air, 200 ml larutan gula merah, dan sutra dilakukan dengan menyaring
200 ml mikroorganisme fermenter media menggunakan saringan halus
(Rahmadi et al, 2014). Bahan yang pada aliran air. Hasil saringan berupa
telah tercampur tersebut kemudian cacing dan substrat kasar didiamkan
dimasukkan dalam wadah tertutup dalam wadah dan ditutup
lalu didiamkan terfermentasi selama menggunakan plastik hitam selama 3
40 hari. Pengukuran kadar C-organik jam. Penutupan dilakukan supaya
dari bungkil inti sawit dilakukan cacing naik ke atas permukan serta
sebelum dan setelah fermentasi. mempermudah untuk proses
Selanjutnya, pembuatan formulasi pemisahan (Findi, 2011). Cacing
media hidup cacing sutra sesuai yang sudah didapat lalu dibilas
dengan perlakuan. Setelah media dengan air hingga bersih dari lumpur
perlakuan tercampur rata, dialiri air halus lalu ditimbang menggunakan
dengan debit 300 ml/menit (Shafrudin timbangan.
et al, 2005) selama 30 hari. Parameter yang diukur selama
c. Pemeliharaan cacing sutra. penelitian adalah pertumbuhan
Cacing sutra ditebar dengan biomassa dan populasi. Biomassa
padat penebaran 220 gr/m2 (Johari, dihitung dengan rumus (Effendie,
2012). Kualitas air wadah 1997):
pemeliharaan dijaga sehingga selalu
optimal dengan sistem air mengalir Wm = Wt-Wo
(resirkulasi). Parameter lingkungan
yang diamati pada penelitian ini Ket: Wm : Pertumbuhan mutlak (gr)
adalah pH, kadar oksigen, amoniak, Wt : rerata berat akhir (gr)
dan suhu. Wo : rerata berat awal (gr)
d. Sampling.
Sampling dilakukan pada hari ke- Sedangkan populasi dihitung
10, ke-20, ke-30, ke-40, dan ke-50. dengan rumus:
Sampling dilakukan dengan cara
memasukkan pipa paralon L
berdiameter 3 cm ke dalam substrat Populasi = ∑n ×
l
sampai ke dasar wadah pada bagian
inlet, tengah, dan outlet wadah. Ket: ∑n : Jumlah rata-rata individu
Kemudian, lubang bagian atas ditutup L : Luas wadah budidaya
lalu paralon diangkat. Cacing yang (m2)
diperoleh dibilas dengan air l : Luas wadah sampel (m2)
menggunakan saringan. Cacing
dipisahkan dari subtrat dengan cara Hasil dan Pembahasan
mengguncang saringan. Cara ini
dilakukan berulang kali hingga cacing Proses fermentasi bungkil inti
dan substrat terpisah, sehingga sawit dilakukan sebelum digunakan
diperoleh cacing yang akan sebagai media budidaya Tubifex sp.
ditimbang. Fermentasi dilakukan selama 40 hari
e. Pemanenan. dan mendapatkan hasil nilai C-
Cacing sutra dipanen setelah 50 organik turun sedangkan nilai N-
hari masa pemeliharaan. Panen cacing Organik mengalami peningkatan.

© e-JRTBP Volume 6 No 2 Februari 2018


732 Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit sebagai Media Pertumbuhan Cacing Sutra

Tabel 1. Kandungan C-Organik dan N-Organik Bungkil Inti Sawit Sebelum dan
Setelah Fermentasi
Sampel C-Organik (%) N-Organik (%) C/N ratio
Bungkil sebelum fermentasi 49,29 2,64 18,67
Bungkil setelah fermentasi 42,86 2,79 15,36

Proses fermentasi menyebabkan kandungan N-organik setelah


kandungan C-Organik pada suatu fermentasi mengalami peningkatan
bahan menurun karena bakteri karena fermentasi dapat melepaskan
menggunakan sebagian unsur karbon unsur hara N yang berasal dari
yang ada dalam bahan sebagai sumber perombakan ammonium oleh bakteri
nutrisi untuk berkembang biak selama (Surya dan Suyono, 2013).
proses fermentasi. Sedangkan

Tabel 2. Kandungan C-Organik dan N-Organik Media Budidaya Tubifex sp.


Perlakuan C-Organik (%) N-Organik (%) C/N ratio
A 3.65 0.3 12.16
B 15.27 0.71 21.50
C 18.59 1.01 18.40
D 38.51 2.05 18.78
E 42.86 2.79 15.36

Persentase nilai C dan N-Organik media 100% lumpur sawah sebesar


pada setiap media budidaya cacing 3,65% (C-Organik) dan 0,3% (N-
sutra memiliki perbedaan (Tabel 2). Organik). Menurut Muria (2012),
Kandungan nilai C dan N organik media dengan rasio C/N yang berbeda
tertinggi terdapat pada perlakuan E memiliki pengaruh terhadap
yaitu media 100% bungkil inti sawit pertumbuhan cacing sutra. Nilai C/N
sebesar 42,86% (C-Organik) dan yang optimal dalam penelitian yaitu
2,79% (N-Organik), sedangkan yang pada media 50% bungkil inti sawit
terendah pada perlakuan A yaitu dengan nilai C/N ratio sebesar 18,40.

140
Populasi (individu x 103/m2)

120
A (100% lumpur
100 sawah)

B (25% bungkil
80 inti sawit : 75%
lumpur sawah)
60 C (50% bungkil
inti sawit : 50%
40 lumpur sawah)
D (75% bungkil
inti sawit : 25%
20 lumpur sawah)
E (media 100%
0 bungkil inti
10 20 30 0 40 50 sawit)
Lama Pemeliharaan (Hari)
Gambar 1. Populasi Cacing Sutra Selama 50 Hari Pemeliharaan

© e-JRTBP Volume 6 No 2 Februari 2018


Berta Putri, Siti Hudaidah, dan Widi Indra Kesuma 733

Berdasarkan Gambar 1, ketersediaan makanan yang cukup,


pertumbuhan populasi cacing sutra sehingga dapat menurunkan tingkat
mengalami fase adaptasi pada 10 hari persaingan antara cacing dewasa dan
pertama, hal ini sama seperti pada cacing muda untuk memperoleh
penelitian yang dilakukan oleh makanan (Putri et al, 2014). Populasi
Ansyari dan Rifai (2005) tentang cacing sutra mengalami penurunan
penggunaan pupuk pelengkap cair mulai hari ke-40 untuk media 100%
(PPC) bioton untuk pertumbuhan lumpur sawah, sedangkan pada media
cacing sutra yaitu terlihat mengalami 25% bungkil inti sawit, 50% bungkil
penurunan populasi. Populasi cacing inti sawit, 75% bungkil inti sawit, dan
sutra terjadi penurunan karena 100% bungkil inti sawit antara hari
kematian dan belum adanya proses ke-40 dan ke-50.
reproduksi. Kemudian populasi Berdasarkan grafik tersebut dapat
cacing sutra mulai meningkat sejak diketahui bahwa siklus hidup cacing
hari ke-10 hingga ke-20. Peningkatan sutra dalam suatu media terdapat 4
populasi terjadi karena adanya fase yaitu fase adaptasi, fase
penetasan individu baru. Menurut pertumbuhan (log), fase stasioner,
Nascimento dan Alves (2008), telur dan fase kematian (death). Penelitian
cacing sutra mulai menetas dan keluar Febrianti (2004) tentang pengaruh
dari kokon pada hari ke-10 hingga pemupukan harian kotoran ayam
hari ke-20. Pertumbuhan terus terhadap pertumbuhan cacing sutra
meningkat pada hari ke-20 hingga ke- juga menunjukkan bahwa
30, dan mengalami fase puncak pada pertumbuhan populasi puncak cacing
hari ke-40 untuk media 25% bungkil sutra terjadi pada hari ke-40 dan terus
inti sawit, 50% bungkil inti sawit, mengalami penurunan hingga hari ke-
75% bungkil inti sawit, 100% bungkil 50. Penurunan populasi terjadi karena
inti sawit, sedangkan untuk media persaingan makanan sedangkan
100% lumpur sawah puncak populasi makanan yang tersedia tidak
pada hari ke-30. Peningkatan populasi mengalami peningkatan.
dapat terus terjadi disebabkan oleh

© e-JRTBP Volume 6 No 2 Februari 2018


734 Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit sebagai Media Pertumbuhan Cacing Sutra

Populasi (individu x 103/m2) 140


111.004,72
120
90,454,33 88,524,64
100
69,422,50
80
60 d
c c
40 23,982,37 b
20
a
0
A B C D E
Media
Keterangan: Huruf kecil yang sama pada histogram menunjukkan tidak berbeda nyata pada tingkat
kepercayaan 95%.
Gambar 2. Grafik populasi Tubifex sp.

Rerata populasi cacing sutra sebanyak 23.989 ind/m2. Jumlah


berdasarkan Gambar 2 menunjukkan populasi dari fekunditas cacing sutra
pertumbuhan cacing sutra tertinggi dapat berbeda karena dipengaruhi
diperoleh pada media 50% bungki inti oleh suhu, aliran air, dan bahan
sawit yaitu sebanyak 111.008 ind/m2, organik yang ada pada media
sedangkan populasi terendah terdapat budidaya (Mollah et al., 2012).
pada media 100% lumpur sawah

900
Biomassa Cacing Sutra (gr/m2)

800 A (100% lumpur


sawah)
700
B (25% bungkil
600 inti sawit : 75%
lumpur sawah)
500 C (50% bungkil
inti sawit : 50%
400 lumpur sawah)
300 D (75% bungkil
inti sawit : 25%
200 lumpur sawah)
E (media 100%
100 bungkil inti sawit)

0
0 10 20 30 40 50
Lama Pemeliharaan (Hari)
Gambar 3. Biomassa Tubifex sp Selama 50 Hari Pemeliharaan

Hasil penelitian ini menunjukkan pertumbuhan populasinya (Gambar


pertumbuhan biomassa cacing sutra 3).
memiliki pola yang sama dengan

© e-JRTBP Volume 6 No 2 Februari 2018


Berta Putri, Siti Hudaidah, dan Widi Indra Kesuma 735

900
750.7247.74
800
Biomassa Cacing Sutra 700
549.1243.27 558.9024.15
600
(gr/m2)
500
400.2021.36
400 d
300 c
c
200 129.1212.75 b
100
a
0
A B C D E
Media
Keterangan: Huruf kecil yang sama pada histogram menunjukkan tidak berbeda nyata pada tingkat
kepercayaan 95%.
Gambar 4. Grafik Biomassa Tubifex sp.

Grafik pada gambar 4 organik yang masuk dalam media


menunjukkan bahwa biomassa akan mengalami dekomposisi oleh
tertinggi terdapat pada media 50% bakteri sehingga dapat diubah
bungkil inti sawit yaitu sebesar menjadi partikel-partikel organik
750,72 gr/m2, sedangkan biomassa yang dapat dijadikan nutrisi oleh
terendah terdapat pada media 100% cacing sutera (Febrianti, 2004).
lumpur sawah sebesar 129,12 gr/m2. Semakin cepat tumbuhnya bakteri
Hasil analisis statistik dari maka semakin cepat bahan organik
biomassa dan populasi cacing sutra yang terdekomposisi, sehingga
menunjukkan bahwa perbedaan katersediaan nutrisi untuk cacing
formulasi media bungkil inti sawit sutra dalam media semakin cepat
memberikan pengaruh nyata terhadap terbentuk (Nurfitriani, 2014).
biomassa cacing sutra (p<0,05). Karbon (C) dan nitrogen (N)
Selanjutnya dilakukan uji Beda Nyata merupakan unsur pembentuk energi
Terkecil (BNT) untuk mengetahui dan protein. Karbon dan nitrogen
perbedaan antar perlakuan. Hasil dari akan mempengaruhi perkembangan
uji BNT menunjukkan media 100% bakteri yang nantinya akan
lumpur sawah berbeda nyata dengan dimanfaatkan sebagai sumber
media 25% bungkil inti sawit, 50% makanan cacing sutra. Hubungan
bungkil inti sawit, 75% bungkil inti nilai C dan N dengan mekanisme
sawit, dan 100% bungkil inti sawit, kerja bakteri yaitu bakteri
sedangkan hanya media 25% bungkil memperoleh makanan melalui
inti sawit yang tidak berbeda nyata substrat karbon dan nitrogen sehingga
dengan media 75% bungkil inti sawit. jumlah bakteri dapat meningkat.
Pertumbuhan biomassa cacing Menurut Darwati (2013), apabila nilai
sutra dipengaruhi oleh tersedianya C dan N terlalu tinggi artinya bahan
bahan organik yang dapat organik masih mengandung fraksi-
dimanfaatkan oleh cacing sutra fraksi padat. Nilai C dan N yang
(Pardiansyah et al, 2014). Bahan terlalu tinggi akan memperlambat

© e-JRTBP Volume 6 No 2 Februari 2018


736 Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit sebagai Media Pertumbuhan Cacing Sutra

proses pembusukan bahan yang yang cukup untuk pertumbuhan.


dilakukan oleh mikroorganisme Namun media yang memiliki nilai
sehingga bahan masih berupa serat perbandingan C/N yang terlalu
kasar (Widarti et al, 2015), sehingga rendah seperti pada media 100%
akan sulit untuk dapat langsung lumpur sawah juga menghasilkan
dimanfaatkan cacing. Oleh karena itu jumlah pertumbuhan Tubifex sp. yang
pertumbuhan pada media 75% rendah, dikarenakan jumlah nutrisi
bungkil inti sawit dan 100% bungkil yang dibutuhkan oleh cacing sutra
inti sawit yang memiliki nilai C dan N untuk tumbuh dan berkembang
tinggi justru memiliki biomassa lebih kurang mencukupi (Chilmawati et al,
rendah dari media 50% bungkil inti 2014). Hasil penelitian Safrina et al
sawit yang memiliki nilai C dan N (2015) yang menggunakan lumpur
yang lebih rendah darimedia tersebut. sawah sebagai media budidaya cacing
Hasil penelitian Sulistiyo et al sutra juga mendapat hasil
(2012) mengenai pemanfaatan ulang pertumbuhan rendah yaitu sebesar 6,
limbah organik substrat di alam untuk 27 gr/m2. Suminto (2014),
budidaya cacing sutra menyatakan menyatakan bahwa kandungan
bahwa semakin besar bahan organik protein dan energi dalam pakan harus
yang diberikan tidak memberikan seimbang karena kekurangan atau
pertumbuhan bobot mutlak yang kelebihan energi dapat menurunkan
besar pula. tingkat pertumbuhan.
Media budidaya cacing sutra Hasil pengukuran kualitas air
dengan nilai perbandingan C/N yang media pemeliharaan cacing sutra
rendah (Tabel 2) dapat langsung (Tubifex sp.) selama 50 hari masa
dimanfaatkan oleh mikroorganisme, pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel
sehingga mampu menyediakan nutrisi 3.

Tabel 3. Hasil Pengukuran Kualitas Air Media Budidaya Tubifex sp.


Parameter Perlakuan
Kualitas Air A B C D E
Amoniak (mg/l) 0,77-0,91 0,61-0,63 0,30-0,67 0,29-0,38 0,26-0,31
pH 6,14-7,11 6,56-7,05 6,58-7,05 6,48-7,01 6,38-7,05
Suhu (C) 25-28 25-28 25-28 25-28 25-28
DO (mg/l) 2,9-3,8 3,3-3,7 3,4-3,8 3,3-3,9 3,2-3,9

Kesimpulan dan Saran Daftar Pustaka

Penggunaan media dengan formulasi Ansyari, P. dan Rifai, M.A. 2005.


bungkil inti sawit dan lumpur sawah Penggunaan Berbagai Dosis
berpengaruh nyata terhadap Pupuk Pelengkap Cair (PPC)
pertumbuhan populasi dan biomassa Bioton untuk Pertumbuhan
cacing sutra. Media budidaya dengan Populasi Cacing Tubifex (Tubifex
formulasi 50% bungkil inti sawit dan sp.). Agroscientiae, 12(1): 25-32.
50% lumpur sawah menghasilkan Chilmawati, D., Suminto, dan
biomasa dan populasi tertinggi. Yuniarti, T. 2015. Pemanfaatan
Fermentasi Limbah Organik
Ampas Tahu, Bekatul dan Kotoran

© e-JRTBP Volume 6 No 2 Februari 2018


Berta Putri, Siti Hudaidah, dan Widi Indra Kesuma 737

Ayam untuk Peningkatan Produksi Tubificid Worms. J. Bangladesh


Kultur dan Kualitas Cacing Sutera Agril. Univ., 10(2): 325-330
(Tubifex sp). Jurnal Ilmu Muria, E.S. 2012. Pengaruh
Pengetahuan dan Teknologi, Penggunaan Media dengan Rasio
28(2): 186-201 C:N yang Berbeda terhadap
Darwati. 2013. Kandungan Kalium Pertumbuhan Tubifex. Tesis.
Rasio C/N dan pH pada Pupuk Surabaya: Universitas Airlangga.
Cair Hasil Fermentasi Kotoran Nascimento, H.L.S dan Alves, R.G.
Berbagai Ternak Menggunakan 2008. Cocoon Production and
Starter Starbio. Skripsi. Semarang: Hatching Rates of Branchiura
Fakultas Pendidikan Matematika sowerbyi Beddard (Oligochaeta:
dan Ilmu Pengetahuan Alam, IKIP Tubificidae). Revista Brasileira de
PGRI. Zoologia, 25(1): 16-19.
Djarijah, A.S. 1995. Pakan Ikan Noferdiman. 2011. Penggunaan
Alami. Yogyakarta: Kanisius. Bungkil Inti Sawit Fermentasi oleh
Effendie, M.I. 1997. Biologi Jamur Pleurotus ostreatus dalam
Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Ransum terhadap Performans
Pustaka Nusatama. Ayam Broiler. Jurnal Ilmiah Ilmu-
Febrianti, D. 2004. Pengaruh ilmu Peternakan, XIV(1): 35-43.
Pemupukan Harian dengan Nurfitriani, L., Suminto, dan
Kotoran Ayam terhadap Hutabarat, J. 2014. Pengaruh
Pertumbuhan Populasi dan Penambahan Kotoran Ayam,
Biomassa Cacing Sutra Ampas Tahu dan Silase Ikan
(Limnodrillus). Skripsi. Bogor: Rucah dalam Media Kultur
Fakultas Perikanan dan Ilmu terhadap Biomassa, Populasi dan
Kelautan, IPB. Kandungan Nutrisi Cacing Sutera
Findi, S. 2011. Pengaruh Tingkat (Tubifex sp.). Journal of
Pemberian Kotoran Sapi terhadap Aquaculture Management and
Pertumbuhan Biomassa Cacing Technology, III(4): 109-117.
Sutra (Tubificidae). Skripsi. Pardiansyah, D., Supriyono, E., dan
Bogor: Program Studi Teknologi Djokosetiyanto, D. 2014. Evaluasi
dan Manajemen Akuakultur, Budidaya Cacing Sutra yang
Fakultas Perikanan dan Ilmu Terintegrasi dengan Budidaya
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ikan Lele Sistem Bioflok. Jurnal
Johari, Y.T. 2012. Pemanfaatan Akuakultur Indonesia 13(1): 28-
Limbah Lumpur (sludge) Kelapa 35.
Sawit dan Kotoran Sapi untuk Putri, D.S., Supriyono, E., dan
Budidaya Cacing Sutra (Tubifex Djokosetiyanto, D. 2014.
sp) dalam Pengembangan Pakan Pemanfaatan Kotoran Ayam
Alami. Tesis. Jakarta: Program Fermentasi dan Limbah Budidaya
Pascasarjana, Universitas Terbuka. Lele pada Budidaya Cacing Sutra
Mollah, M.F.A., Mosharaf, K., dan dengan Sistem Resirkulasi. Jurnal
Mariom. 2012. Selection of Akuakultur Indonesia, 13(2): 132-
Suitable Media and Intervals of 139.
Media Inoculation for Culturing Rahmadi, R., Awaludin, A., dan
Itnawita. 2014. Pemanfaatan

© e-JRTBP Volume 6 No 2 Februari 2018


738 Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit sebagai Media Pertumbuhan Cacing Sutra

Limbah Padat Tandan Kosong Rasio C/N Kotoran Ayam dan


Kelapa Sawit dan Tanaman Pakis- Kadar Hara NPK tersedia serta
Pakisan untuk Prodeksi Kompos Kapasitas Tukar Kation Tanah.
Memnggunakan Aktivator EM-4. UNESA Journal of Chemistry,
JOM FMIPA Binawidya. II(1): 137-144.
Pekanbaru, 1(2): 245-253. Widarti, B.N., Wardhini, W.K., dan
Safrina. 2015. Pertumbuhan Cacing Sarwono, E. 2015. Pengaruh Rasio
Sutra (Tubifex sp) yang Dipelihara C/N Bahan Baku pada Pembuatan
pada Media Kulita Pisang Kepok Kompos dari Kubis dan Kulit
(Musa parasisiaca) dan Lumpur Pisang. Jurnal Integrasi Proses,
Sawah. Skripsi. Bandar Lampung: 5(2): 75-80.
Fakultas Pertanian, Universitas Wijayanti, K. 2010. Pengaruh
Lampung. Pemberian Pakan Alami yang
Shafrudin, D., Efiyanti, W., dan Berbeda terhadap Sintasan dan
Widanarni. 2005. Pemanfaatan Pertumbuhan Benih Ikan Palmas
Ulang Limbah Organik dari (Polypterus senegalus senegalus
Substrat Tubifex sp. di Alam. Cuvier, 1829). Skripsi. Depok:
Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 Departemen Biologi Akuakultur,
(2): 97-102. Fakultas Matematika dan Ilmu
Sofyan, L.A., Ramli, N., Wiryawan, Pengetahuan Alam, Universitas
K.G., Zarkasie, K., dan Piliang, Indonesia.
W.G. 2007. Polisakarida
Mengandung Mannan dari
Bungkil Inti Sawit sebagai Anti
Mikroba Salmonella Thypimurium
pada Ayam. Journal of Animal
Science and Technology, 30(2):
139-146.
Sulistiyo, A., Widiastuti, I. M., dan
Rizal, A. 2012. Pemanfaatan
Ulang Limbah Organik dari
Substrat Tubifex sp. di Alam untuk
Pertumbuhan Bobot Tubifex sp.
Jurnal Agrisains, 13(3): 233-238.
Suminto, M. dan Hutabarat, J. 2014.
Pengaruh Penambahan Kotoran
Ayam, Silase Ikan Rucah dan
Tepung Tapioka dalam Media
Kultur terhadap Biomassa,
Populasi dan Kandungan Nutrisi
Cacing Sutera (Tubifex sp.).
Journal of Aquaculture
Management and Technology,
3(4): 151-157.
Surya, R.E. dan Suyono. 2013.
Pengaruh Pengomposan terhadap

© e-JRTBP Volume 6 No 2 Februari 2018

You might also like