Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Litbang Vol.XI, No.

1, Juni 2015: 23-30

RANTAI PEMASARAN IKAN PINDANG DI KABUPATEN PATI

MARKETING CHAIN OF BOILED FISH IN PATI REGENCY

Herna Octivia Damayanti


Kantor Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Pati
Email: octivia_oc@yahoo.co.id

Naskah Masuk: 2 April 2015 Naskah Revisi: 10 April 2015 Naskah Diterima: 22 April 2015

ABSTRACT
A good pattern marketing chain can determine the smoothness of product distribution and becomes
the determinant of continuity and development of an industry. Boiled fish industry is the second
largest fish processing industry in Pati Regency. The objective of this research is to determine the
pattern of boiled fish marketing chain in Pati regency on household, small, medium and large
industrial scales. This research used descriptive method and was held on March 2014. Location of
the research in Juwana and Dukuhseti subdistrict. Primary data was obtained through interviews
with informants, i.e. the owners of boiled fish industries on households, small, medium and large
scales. Data was analyzed descriptively. Result of the research is there are two types of boiled fish
marketing chain in Pati regency, i.e. direct marketing is called zero level channel (households and
small industry scales) and marketing through intermediaries that consist of first channel or three
level channel (household industry scale); the second channel or one level channel (scale households
and small industries); and the third channel or two levels channel (scale medium and large
industrial).
Keywords: boiled fish industry, marketing chain through intermediaries, direct marketing chain

ABSTRAK
Rantai pemasaran yang terpola dengan baik dapat menentukan kelancaran distribusi produk dan
menjadi penentu keberlangsungan hidup dan perkembangan suatu industri. Industri ikan pindang
merupakan industri pengolahan ikan kedua terbesar di Kabupaten Pati. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pola rantai pemasaran ikan pindang yang ada di Kabupaten Pati pada
skala industri rumah tangga, kecil, sedang dan besar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
dan dilaksanakan bulan Maret 2014. Lokasi penelitian di Kecamatan Juwana dan Dukuhseti. Data
primer didapatkan melalui wawancara dengan informan/pengusaha ikan pindang skala rumah
tangga, kecil, sedang dan besar. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian adalah
rantai pemasaran ikan pindang di Kabupaten Pati terdapat dalam dua jenis yaitu pemasaran
secara langsung disebut saluran nol tingkat (skala industri rumah tangga dan kecil) dan pemasaran
melalui perantara terdapat dalam bentuk saluran pertama disebut saluran tiga tingkat (skala
industri rumah tangga); bentuk saluran kedua disebut saluran satu tingkat (skala industri rumah
tangga dan kecil); bentuk saluran ketiga disebut saluran dua tingkat (skala industri sedang dan
besar).
Kata kunci: industri ikan pindang, rantai pemasaran melalui perantara, rantai pemasaran
langsung

23
Rantai Pemasaran Ikan Pindang …. Herna Octivia D

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA


Industri pemindangan ikan Ikan Pindang
merupakan salah satu upaya untuk
Pindang merupakan hasil olahan
mempertahankan atau menjaga kualitas
ikan dengan cara kombinasi
dan harga jual ikan (Larasati, 2007).
perebusan/pemasakan dan penggaraman.
Pengolahan ikan pindang atau
Pindang mempunyai penampakan,
pemindangan merupakan salah satu cara
citarasa, tekstur dan keawetan yang khas
pengolahan atau pengawetan ikan secara
dan bervariasi sesuai dengan jenis ikan,
tradisional yang cukup populer di
kadar garam, dan lama perebusan. Jenis-
Indonesia, dan dalam urutan hasil olahan
jenis yang umum diolah dengan cara
tradisional menduduki tingkat kedua
pemindangan adalah jenis ikan pelagis
setelah ikan asin (Komariyah, 2004).
seperti layang, selar, japu, tembang,
Industri ikan pindang berkembang
lemuru, kembung, tuna, cakalang,
di daerah yang memiliki wilayah pesisir,
tongkol, dan lain-lain. Selain itu di
salah satunya di Kabupaten Pati. Data dari
beberapa tempat terdapat juga jenis ikan
Dislautkan Kabupaten Pati tahun 2013
lain seperti cucut dan petek (Anonim, tt).
menunjukkan jumlah industri
Soeyanto dalam Larasati (2007)
pemindangan adalah 104 industri yang
menyatakan bahwa ada beberapa cara
terdiri dari skala industri rumah tangga,
pembuatan ikan pindang yaitu: 1)
kecil, sedang dan besar. Industri
Pemindangan sistem Bawean; 2)
pemindangan merupakan industri
Pemindangan sistem Muncar; 3)
pengolahan hasil perikanan terbesar kedua
Pemindangan dengan besek; dan 4)
setelah industri
Pemindangan dengan sistem gantung.
pengasapan/pemanggangan (berjumlah
Adapun tujuan utama proses
309 industri).
pengolahan pemindangan ikan (Media
Kapasitas produksi industri ikan
Penyuluh Perikanan Pati, 2013) adalah:
pindang Kabupaten Pati adalah 123.595
(a) Mencegah/memperlambat proses
kg/hari (Dislautkan Kab. Pati, 2014),
pembusukan terutama pada saat produksi
dengan produksi yang demikian besar
melimpah. Khusus untuk wilayah pesisir
maka kegiatan pemasaran produk menjadi
yaitu hasil penangkapan pada musim ikan
hal yang penting, karena berhubungan
bulan Juli dan Agustus; (b) Menambah
dengan terdistribusinya produk ikan
nilai jual produk mentah menjadi bahan
pindang yang dihasilkan.
olahan; (c) Mempertahankan
Rantai pemasaran yang terpola
kualitas/mutu dan meningkatkan harga
dengan baik dapat menentukan kelancaran jual ikan; (d) Meningkatkan pendapatan
distribusi produk. Selain itu, rantai bakul ikan; (f) Membuat nilai tambah
pemasaran dapat menjadi penentu sehingga dapat meningkatkan penjualan;
keberlangsungan hidup dan (g) Memperhatikan unsur kesehatan dan
perkembangan suatu industri karena kebersihan ikan.
produk yang dihasilkan dapat dijual ke
pasar sehingga mendatangkan pendapatan Pemasaran
bagi suatu usaha. Dengan demikian, Pemasaran adalah merupakan
tujuan dari penelitian ini adalah untuk serangkaian proses kegiatan atau aktivitas
mengetahui pola rantai pemasaran ikan yang ditujukan untuk menyalurkan
pindang yang ada di Kabupaten Pati pada barang-barang atau jasa-jasa dari titik
skala industri rumah tangga, kecil, sedang produsen ke titik konsumen (Limbong
dan besar. dan Sitorus dalam Adida dkk, 2013).

24
Jurnal Litbang Vol.XI, No.1, Juni 2015: 23-30

Fungsi pemasaran meliputi: 1) rantai pemasaran ikan pindang bagi


Fungsi pertukaran yaitu kegiatan-kegiatan masing-masing skala industri.
yang terlibat di dalam pemindahan hak HASIL DAN PEMBAHASAN
milik barang dan jasa; (2) Fungsi fisik Proses pemasaran produk ikan
adalah kegiatan-kegiatan yang terlibat di pindang di Kabupaten Pati terdapat dalam
dalam perlakuan perpindahan dan berbagai bentuk. Perbedaan proses
perubahan fisik secara aktual dari pemasaran atau yang biasa disebut rantai
komoditas tertentu. Fungsi fisik ini terdiri pemasaran terjadi karena produsen ikan
dari fungsi penyimpanan, pengolahan, dan pindang (pengusaha ikan pindang) terdiri
transportasi; 3) Fungsi fasilitas yaitu dari berbagai skala industri. Hasil
kegiatan untuk memperlancar penelitian terhadap pengusaha ikan
pelaksanaan dari fungsi pertukaran dan pindang menunjukkan terdapat 2 bentuk
fungsi fisik. Fungsi fasilitas ini terdiri dari rantai pemasaran ikan pindang yaitu: 1)
fungsi standarisasi, pembiayaan, Pemasaran yang dilakukan secara
langsung dari produsen ke konsumen: dan
penanggungan risiko, dan fungsi
2) Pemasaran yang melalui perantara.
informasi pasar.
Namun demikian, untuk pemasaran
METODE PENELITIAN melalui perantara panjang
rantai/salurannya berbeda-beda
Penelitian ini menggunakan metode tergantung dari jumlah perantara yang
deskriptif. Penelitian dilaksanakan pada harus dilalui sebelum produk sampai ke
bulan Maret 2014. Penelitian dilakukan konsumen. Menurut Hanafiah dan
pada industri ikan pindang yang Saefuddin dalam Anisah dan Susilowati
beroperasi sepanjang tahun di Kecamatan (2007), panjang pendeknya saluran
Juwana dan Dukuhseti. Data primer pemasaran/rantai pemasaran suatu barang
didapatkan melalui wawancara dengan tata niaga, ditandai oleh berapa
informan/pengusaha ikan pindang yang banyaknya pedagang perantara yang
meliputi industri ikan pindang skala dilalui oleh suatu komoditas.
sedang di Desa Bajomulyo, Desa Rantai Pemasaran Secara Langsung
Dukutalit untuk industri ikan pindang
Rantai pemasaran pertama yaitu
dengan skala besar, Desa Banyutowo
pemasaran secara langsung. Bentuk
untuk industri ikan pindang dengan skala
pemasaran langsung yang dimaksud
rumah tangga dan kecil. Pengelompokan
adalah produk ikan pindang yang
skala industri ikan pindang berdasarkan
dihasilkan oleh produsen langsung
jumlah tenaga kerja yang dimilikinya dipasarkan sendiri kepada konsumen.
yaitu untuk industri skala besar Berdasarkan hasil wawancara dengan
mempunyai tenaga kerja 100 orang atau informan pengusaha ikan pindang, pola
lebih, skala industri sedang mempunyai rantai pemasaran secara langsung
tenaga kerja 20-99 orang, skala industri dilakukan oleh pengusaha ikan pindang
kecil mempunyai tenaga kerja 5-19 orang dengan skala industri rumah tangga dan
dan skala industri rumah tangga kecil di Desa Banyutowo Kecamatan
mempunyai tenaga kerja 1-4 orang (BPS Dukuhseti. Carani (2006) menyebutkan
Prov. Jateng, 2013). Sedangkan data bahwa salah satu cara produsen (industri
sekunder didapatkan melalui literatur kecil) dalam menjual produk yang
yang relevan. Analisis data dilakukan dihasilkan adalah menjual sendiri dengan
secara deskriptif untuk menggambarkan cara ecer di pasar.

25
Rantai Pemasaran Ikan Pindang …. Herna Octivia D

Gambar 1.
Skema Rantai Pemasaran Secara Langsung

Kaunang dkk (2012) menyebutkan secara langsung di pasar-pasar lokal


bahwa skema pada Gambar 1 disebut dengan kisaran harga Rp4000 sampai
saluran nol tingkat yaitu terdiri dari Rp5000 per besek (per besek berisi 4-5
seorang produsen yang langsung menjual ekor ikan pindang).
ke pelanggan terakhir.
Rantai Pemasaran Melalui Perantara
Alasan dilakukannya pemasaran
produk secara langsung kepada konsumen Kohl dan Downey dalam Carani
karena jumlah produksi yang relatif kecil (2006) menyebutkan bahwa salah satu
yaitu berkisar antara 20-50 kg/hari. lembaga pemasaran adalah lembaga
Jumlah produksi ikan pindang untuk skala perantara baik sebagai individu maupun
industri rumah tangga dan kecil di sebagai perusahaan bisnis yang
Kabupaten Pati menurut data Dislautkan berspesialisasi dalam membentuk
Kabupaten Pati yaitu 10-100 kg/hari. berbagai fungsi pemasaran yang terlibat
dalam pembelian dan penjualan barang
Penyebab dari relatif kecilnya kapasitas
dan jasa atau perpindahan barang dan jasa
produksi pada industri skala rumah tangga
dari produsen ke konsumen. Lembaga
dan kecil adalah penggunaan teknologi
perantara ini dikelompokkan ke dalam: 1)
yang masih sederhana dan modal yang
Pedagang perantara (merchant
terbatas. Soesanto dalam Carani (2006) middlement) yang terdiri dari pengecer
menyebutkan bahwa industri kecil dalam (retailers) dan grosir (wholesalers); 2)
melakukan kegiatan produksinya Agen perantara (agent middlement) yang
menggunakan teknologi yang sederhana. terdiri dari brokers dan komisi
Wardhono dalam Carani (2006) juga (commision); 3) Pengolah (processors)
menyebutkan bahwa hambatan klasik dan pengusaha pabrik (manufacturers);
yang biasa ditemui bagi munculnya dan (4) Organisasi fasilitas (fasilitative
industri kecil yang tangguh adalah sektor organizations).
permodalan. Lembaga pemasaran yang
Kendala lain yang harus dihadapi digunakan untuk pemasaran ikan pindang
oleh pengusaha skala industri rumah di Kabupaten Pati adalah pedagang
tangga dan kecil selain teknologi dan perantara atau pengepul. Rantai
modal, sebagaimana disebutkan oleh pemasaran ikan pindang di Kabupaten
Tambunan dalam Carani (2006) yaitu Pati yang menggunakan perantara terbagi
kurangnya akses terhadap pasar dan dalam 3 saluran. Saluran pertama yaitu
dukungan kebijaksanaan terhadap industri dari produsen disetorkan terlebih dahulu
masih belum sekuat dukungan kepada ke produsen yang lebih besar, kemudian
industri besar dan sedang. Dengan produk diambil oleh pengepul. Dari
demikian, pengusaha skala industri rumah pengepul produk dijual ke pedagang dan
tangga dan kecil khususnya ikan pindang dari pedagang produk langsung dijual ke
hanya mampu memasarkan produksinya konsumen ikan pindang.

26
Jurnal Litbang Vol.XI, No.1, Juni 2015: 23-30

Gambar 2.
Skema Rantai Pemasaran Melalui Perantara (Bentuk Saluran Pertama)
Pola rantai pemasaran seperti pada penjualan secara langsung karena akan
Gambar 2 dilakukan oleh pengusaha ikan menambah biaya operasional yaitu untuk
pindang dengan skala industri rumah transportasi menuju tempat penjualan; 2)
tangga di Desa Banyutowo Kecamatan Produsen besar dianggap memiliki
Dukuhseti. Pola yang diterapkan yaitu jaringan pemasaran yang lebih luas
produsen kecil (biasanya pengusaha ikan sehingga produsen kecil tidak khawatir
pindang skala rumah tangga) menyetor jika produknya tidak akan laku terjual.
produknya ke produsen lain yang lebih Harga jual ikan pindang di tingkat
besar (pengusaha ikan pindang skala produsen kecil ini sama dengan harga jual
kecil). Dalam hal ini, produsen yang lebih yang berlaku pada penjualan langsung
besar berperan sebagai pengepul pertama yaitu kisaran harga Rp4000 sampai
dari produsen-produsen lain. Rp5000 per besek (per besek berisi 4-5
Produk ikan pindang yang telah ekor ikan pindang). Sedangkan untuk
terkumpul di pengepul pertama kemudian harga jual yang berlaku di tingkat
diambil oleh pengepul kedua (pedagang perantara tidak diketahui secara langsung
besar). Dari pengepul kedua ini, produk
oleh produsen.
dijual ke pedagang-pedagang yang lebih
Saluran kedua yaitu produk ikan
kecil untuk selanjutnya dijual kembali
pindang diambil oleh pedagang eceran.
kepada konsumen. Kaunang dkk (2012)
menyebutkan bahwa pola pemasaran yang Kemudian dari pedagang kecil produk
terdiri dari tiga perantara disebut saluran langsung dijual ke konsumen ikan
tiga tingkat. Ketiga perantara yang pindang. Pola rantai pemasaran ini,
dimaksud dalam hal ini yaitu pengepul dilakukan oleh pengusaha ikan pindang
pertama (produsen besar), pengepul kedua dengan skala industri rumah tangga dan
(pedagang besar) dan pedagang kecil. kecil di Desa Banyutowo Kecamatan
Berdasarkan hasil wawancara Dukuhseti. Pola yang diterapkan yaitu
dengan informan yang menggunakan pola produsen menjual produk ikan
pemasaran dengan skema pada Gambar 2, pindangnya kepada pedagang eceran.
alasan yang mendasari yaitu: 1) Jumlah Selanjutnya pedagang eceran inilah yang
produksi yang relatif kecil sehingga nantinya akan menjual produk kepada
produsen enggan untuk melakukan konsumen.

27
Rantai Pemasaran Ikan Pindang …. Herna Octivia D

Gambar 3.
Skema Rantai Pemasaran Melalui Perantara (Bentuk Saluran Kedua)

Jika dilihat dari skema pada dari produsen relatif lebih murah
Gambar 3, maka terdapat satu perantara dibandingkan jika mengambil dari
yaitu pedagang kecil/pedagang eceran. pengepul atau pedagang besar. Harga jual
Dalam Kaunang dkk (2012) disebutkan yang berlaku sama untuk semua produsen
bahwa saluran pemasaran dengan atau pengusaha ikan pindang skala
menggunakan satu perantara disebut industri rumah tangga dan kecil baik yang
saluran satu tingkat, dimana perantara ini berlaku pada penjualan langsung yaitu
biasanya adalah pedagang eceran. kisaran harga Rp4.000 sampai Rp5.000
Primadistya (2004) dalam per besek (per besek berisi 4-5 ekor ikan
makalahnya menyebutkan bahwa pindang).
pedagang eceran (retailing) termasuk Saluran ketiga yaitu dari produsen,
semua aktivitas dalam menjual barang ikan pindang diambil oleh pengepul
atau jasa, langsung ke konsumen akhir (pedagang pemesan ikan pindang),
untuk kebutuhan pribadi dan non-bisnis. kemudian dari pengepul produk dijual ke
Pengecer terdiri dari pengecer toko dan pedagang yang lebih kecil untuk
non-toko. Pedagang pengecer yang selanjutnya dijual ke konsumen. Pola
dimaksud disini adalah pedagang pemasaran ini dilakukan oleh pengusaha
pengecer non-toko. ikan pindang dengan skala industri sedang
Hasil wawancara dengan responden
dan besar. Kapasitas produksi ikan
yang menggunakan skema pada Gambar
pindang untuk skala industri sedang dan
3, alasan yang mendasari yaitu produsen
langsung didatangi oleh pedagang eceran. besar berkisar antara 3.000-9.000 kg/hari
Pedagang eceran ini merupakan pedagang (Dislautkan Kab. Pati, 2014). Informan
yang memasarkan produk ikan pindang pengusaha ikan pindang skala industri
untuk pasar-pasar lokal. Alasan pedagang sedang dan besar berasal dari Desa
eceran mengambil langsung produk ikan Dukutalit dan Desa Bajomulyo
pindang dari produsen adalah harga jual Kecamatan Juwana.

Gambar 4.
Skema Rantai Pemasaran Melalui Perantara (Bentuk Saluran Ketiga)

Skema pada Gambar 4 kecil/eceran. Bentuk rantai pemasaran


menunjukkan terdapat dua perantara yaitu seperti pada Gambar 4, identik dengan
pengepul/pedagang besar dan pedagang bentuk saluran pemasaran II pada

28
Jurnal Litbang Vol.XI, No.1, Juni 2015: 23-30

penelitian Fitriana yaitu dari besek), untuk bahan baku ikan banyar
petani/produsen dijual ke tengkulak harga jual Rp30.000 sampai
kemudian ke pedagang eceran selanjutnya Rp35.000/gendel (1 gendel 12 besek),
dijual ke konsumen (Fitriana dalam untuk bahan baku ikan tongkol harga jual
Agustina, 2008). Sedangkan dalam Rp30.000 sampai Rp35.000/gendel (1
Kaunang dkk (2012), bentuk pemasaran gendel 9 besek), dan untuk bahan baku
dengan dua perantara disebut saluran dua ikan salem harga jual Rp60.000/gendel (1
tingkat. gendel 9 besek). Isi ikan pindang untuk
Hasil wawancara dengan informan berbagai jenis bahan baku adalah 2 ekor
yang menggunakan skema pada Gambar 4 per besek.
bahwa para pengusaha ikan pindang baik KESIMPULAN DAN SARAN
untuk skala industri sedang maupun besar
di Kabupaten Pati dalam melakukan Kesimpulan
proses produksi sangat tergantung dari Rantai pemasaran ikan pindang di
pesanan pengepul (dalam hal ini Kabupaten Pati terdapat dalam dua jenis
pedagang besar). Biasanya tiap pengusaha yaitu pemasaran secara langsung dan
ini sudah mempunyai pengepul pemasaran melalui perantara. Untuk
langganan. Pengepul ini berasal dari luar pemasaran secara langsung disebut juga
Kabupaten Pati seperti beberapa daerah di saluran nol tingkat (tidak melalui
Jawa Tengah (Kudus, Semarang, perantara) digunakan oleh industri ikan
Wonosobo, Magelang, Wonogiri, Solo, pindang dengan skala industri rumah
dan lain-lain), Yogyakarta dan Jawa tangga dan kecil. Untuk pemasaran
Timur, sehingga pengusaha ikan pindang melalui perantara terdapat tiga bentuk.
skala industri sedang dan besar di Bentuk saluran pertama disebut saluran
Kabupaten Pati tidak menjual produknya tiga tingkat (menggunakan tiga perantara)
di dalam daerah Kabupaten Pati. dan digunakan oleh industri ikan pindang
Pengusaha ikan pindang skala dengan skala industri rumah tangga di
industri sedang dan besar di Kabupaten Desa Banyutowo Kecamatan Dukuhseti.
Pati (produsen) ini sangat bergantung Bentuk saluran kedua disebut saluran satu
kepada pengepul. Hal ini dikarenakan tingkat (menggunakan satu perantara) dan
pengepul inilah yang menentukan jumlah digunakan oleh industri ikan pindang
produksi dari industri ikan pindang sang dengan skala industri rumah tangga dan
pengusaha. Alasan yang dikemukakan kecil. Bentuk saluran ketiga disebut
responden adalah dengan pola produksi saluran dua tingkat (menggunakan dua
menurut jumlah pesanan maka tidak perlu perantara) dan digunakan oleh industri
khawatir jika produk tidak habis terjual. ikan pindang skala industri sedang dan
Tetapi kekurangan dari pola ini adalah besar.
pengepul biasanya melakukan
pembayaran setelah produk dikirim atau Saran
setelah produk terjual dari pengepul 1. Bagi dinas terkait, khususnya
(sistem berhutang terlebih dahulu) Dislautkan Kab. Pati untuk mulai
sehingga responden banyak mengeluhkan mengalihkan program pengembangan
kesulitan mencari modal baru untuk industri perikanan ke arah industri
kembali berproduksi. Harga jual produk rumah tangga dan kecil dan
ikan pindang di tingkat produsen Disperindag Kab. Pati untuk
tergantung dari jenis bahan baku yang membantu membuka akses pemasaran
digunakan. Untuk bahan baku ikan layang lebih luas bagi industri perikanan
harga jual Rp30.000/gendel (1 gendel 12 skala industri rumah tangga dan kecil.

29
Rantai Pemasaran Ikan Pindang …. Herna Octivia D

2. Bagi dinas terkait, khususnya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten


Dislautkan dan Disperindag Kab. Pati Pati. 2014. Profil Pindang Pati.
perlu melakukan koordinasi bersama Pati.
dengan membentuk wadah bersama Kaunang, J. D., W. Uguy dan Ch. Ngangi.
yang khusus mengawasi dan 2012. Strategi Pemasaran Industri
mengatur kegiatan Rumah Tangga Gula Aren di Kota
pengepul/tengkulak. Tomohon. Laporan Penelitian.
Manado: Universitas Sam
DAFTAR PUSTAKA Ratulangi.
Adida, K. N., S. Harijati. 2013. Efisiensi Komariyah. 2004. Formulasi Strategi
Pemasaran Ikan Gurami Usaha Pengolahan Hasil
(Oshpronemus Gouramy) Ukuran Perikanan Laut Secara Tradisional
Konsumsi di Kelurahan Duren Di Kota Pekalongan. Tesis.
Mekar dan Duren Seribu, Depok Magister Manajemen Sumberdaya
Jawa Barat. Prosiding Seminar Pantai Semarang: Universitas
Nasional Riset dan Kebijakan Diponegoro.
Sosial Ekonomi Kelautan dan
Larasati, E. 2007. Analisis Usaha
Perikanan Tahun 2013. Semarang:
Pemindangan Ikan Di Kabupaten
Badan Penelitian dan
Pengembangan Kelautan dan Pati. Skripsi. Fakultas Pertanian.
Perikanan. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Agustina, L. 2008. Analisis Tataniaga
dan Keterpaduan Pasar Kubis Media Penyuluh Perikanan Pati. 2013.
(Studi Kasus Desa Cimenyan, Pengolahan Hasil Perikanan
Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Dengan Pemindangan.
Bandung, Provinsi Jawa Barat). (http://media penyuluh perikanan
Skripsi. Program Studi Ekonomi pati.blogspot.com/2013/06/pengola
Pertanian dan Sumberdaya Fakultas han-hasil-perikanan-dengan.html,
Pertanian. Bogor: Institut Pertanian diakses tanggal 20 Januari 2014).
Bogor. Primadistya, K. E. 2004. Mengelola
Anisah, R. N., I. Susilowati. 2007. Kajian Pedagang Eceran, Grosir, dan
Manajemen Pemasaran Ikan Logistik. Makalah. Fakultas
Pindang Layang di Kota Tegal. Ekonomi. Jakarta: Universitas
Jurnal Pasir Laut 3(1): 1-18. Trisakti.
Anonim. tt. Ikan Pindang. Tekno Pangan
dan Agroindustri 1(8): 116-119. BIODATA PENULIS
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Herna Octivia Damayanti, lahir 6 Oktober
Tengah. 2013. Jawa Tengah Dalam
1985 di kota Kudus Jawa Tengah.
Angka 2012. Semarang: BPS
Provinsi Jawa Tengah. Pendidikan S1 Program Studi Oseanografi
Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan
Carani, I. 2006. Analisis Kinerja Saluran
dan Ilmu Kelautan Universitas
Pemasaran Industri Kecil Tahu
Diponegoro tahun 2009. Saat ini bekerja
Kasus Pengrajin Tahu Kelurahan
Pasir Jaya, Kecamatan Bogor sebagai Peneliti di Kantor Penelitian dan
Barat. Skripsi. Program Studi Pengembangan Kabupaten Pati.
Manajemen Agribisnis Fakultas
Pertanian. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.

30

You might also like