Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 24

REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

PERILAKU HIPERAKTIF ANAK DISABILITAS MENTAL


(Studi Kasus Di SLB BC Kurnia Kersamanah, Garut Jawa Barat)
Rosilawati
Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos), rosilawati_0408@yahoo.com
Suhendar
Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos), hendar_stks@yahoo.co.id
Ajat Sudrajat
Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos), ajatstks@yahoo.com

Abstract

Hyperactive behaviour shows symptoms of abnormality, that is unique and tendency of inability to focus on
certain things. The purposes of this study are to examine: 1) Characteristic of informants, 2) Child’s
interaction with peers and teachers, 3) form of hyperactive behaviour of child with disability, 4) factors that
causing hyperactive behaviour on child with disability, 5) intervention which designed to address the
hyperactive behaviour of child with disability. The study used qualitative research methodology with
descriptive approach. Data resources used in this research are primary and secondary data sources. The
techniques of data collection were using in-depth interview, observation and documentation study. Validity
check on this study did use purpos ive sampling techniques with certain consideration applied, that are
namely people who later will facilitate the researcher in exploring the social object or situation that being
examined. The results showed that children's interactions with friends and teachers were relatively good,
except in certain situations and conditions , children showed hyperactive and aggressive behavior to their
peers who were of the same age and under their age. The forms of hyperactive behavior vary, ranging from
non-harmful behaviors to behaviors that harm themselves and others (their friends). Hyperactive behavior
triggered by verbal and non verbal starts taunts, grabbing toys or playgrounds to pinch, slap and punch.
This behavior not only affects the child himself but also for others in the form of physical and non-physical.
Efforts made by teacher and parent informants to overcome preventive hyperactive behavior through
supervision both at school and at home. All parents informants, experienced worries about their future life,
education, work, and household.
Keywords, Hyperactive Behaviour, Children, Mental Disability, SLB BC Kurnia

Abstrak
Perilaku hiperaktif menunjukan adanya gejala perilaku yang tidak normal, unik dan cenderung tidak
mampu memusatkan perhatiannya pada hal tertentu. Tujuanpenelitianiniadalahuntukmengkajitentang:1)
Karakteristikinforman,2) Interaksi anak dengan teman dan guru,3) Bentuk perilaku hiperaktif anak
disabilitas, 4) Faktor penyebab perilaku hiperaktif anak disabilitas, 5) Dampak dari perilaku hiperaktif
anak disabilitas, dan 5) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi perilaku hiperaktif anak disabilitas.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan
data yang dilakukan adalah dengan menggunakan wawancara mendalam (indepth interview), observasi
dan studi dokumentasi. Teknik yang digunakan untuk pemeriksaan keabsahan data adalah menggunakan
teknik sampel purposive dengan pertimbangan tertentu yaitu orang yang nantinya akan memudahkan
peneliti dalam menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti. Hasil penelitian menunjukan interaksi anak
dengan teman dan guru berjalan dengan relatif baik, kecuali dalam situasi dan kondisi tertentu anak
menunjukkan perilaku hiperaktif dan agresif kepada teman-temannya yang sebaya dan berumur dibawah
mereka. Bentuk perilaku hiperaktif bervariasi, mulai dari perilaku yang tidak membahayakan sampai
perilaku membahayakan dirinya maupun orang lain (temannya). Perilaku hiperaktif dipicu oleh verbal
maupun non verbal mulai ejekan, rebutan mainan atau tempat bermain hingga cubitan, tamparan dan
pukulan. Perilaku ini tidak hanya berdampak bagi diri anak itu sendiri tapi juga bagi orang lain berupa
fisik maupun non fisik. Upaya yang dilakukan informan guru dan orang tua untuk mengatasi perilaku
hiperaktif bersifat pencegahan melalui pengawasan baik di sekolah maupun di rumah. Semua informan
orang tua, mengalami kehawatiran terhadap kehidupan masa depannya, pendidikan, pekerjaan, dan rumah
tangga.
Kata kunci: Perilaku Hiperaktif, Disabilitas Mental, SLB BC Kurnia
111
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

Pendahuluan
Sekolah Luar Biasa B dan C (SLB B-C) kesehariannya memiliki karakteristik
Kurnia merupakan sekolah luar biasa yang sangat khas bahkan kompleks. Hal
swasta dibawah naungan Yayasan ini ditandai dengan munculnya sikap dan
Pendidikan Luar Biasa (YPLB) Bakti perilaku yang tidak biasanya ketika
Lemah Cai yang menyelenggarakan melakukan aktivitas sehari-hari (activity
pendidikan untuk anak dengan of daily living) ataupun ketika bermain
kekhususan tunarungu dan tunagrahita dengan sebayanya. Sikap dan perilaku
(dan lain-lain) dari mulai jenjang SDLB yang menonjol tersebut membuat
sampai SMALB. Sekolah yang berdiri mengusik temannya, sering menonjolkan
pada Juni 2004 ini memiliki status sikap yang lebih aktif dibandingkan
akreditasi B (Baik). SLB B-C Kurnia anak lainnya.
YPLB Bakti Lemah Cai menjadi pelopor Hal ini seringkali menjadi permasalahan
dan pusat layanan pendidikan anak yang dianggap mengganggu bagi
berkebutuhan khusus di Kabupaten sebagian besar orang. Munculnya
Garut wilayah utara yang berbudi luhur, ketidaknyamanan ketika berada dalam
terampil dan mandiri. SLBN situasi tersebut membuat anak hiperaktif
Kersamanah Garut memiliki misi untuk sulit untuk diterima di lingkungannya.
menanamkan dan mempertebal Kondisi seperti ini tentunya memerlukan
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha perhatian bagi orang tuanya sehingga
Esa melalui pembiasaan kegiatan- mereka harus memasukannya untuk
kegiatan yang bernuansa religi, mengikuti pendidikan di sekolah luar
meningkatkan kualitas SDM seluruh biasa.
personal di sekolah, mengembangkan Pentingnya penanganan yang dilakukan
kemampuan peserta didik sesuai dengan pada anak yang memang sudah
minat dan bakat yang dimilikinya, dinyatakan memiliki perilaku hiperaktif
mempersiapkan dan mengembangkan tentunya memerlukan sebuah metode
seni, olah raga dan keterampilan, dalam atau pembelajaran tersendiri sehingga
upaya pembinaan pribadi menuju mereka mendapatkan penanganan yang
kemandirian,mengembangkan disiplin serius dari tempat mereka belajar
dan sikap yang mengandung nilai-nilai (Sekolah Luar Biasa) disesuaikan
karakter bangsa, menjadikan peserta dengan kebutuhan pembelajaran bagi
didik hidup mandiri, dapat bekerja sesuai mereka.
dengan keterampilan yang dimilikinya. Kolaborasi dan sinergi antara pihak guru
Anak disabilitas memiliki hambatan atau dan tenaga kependidikan dengan pihak
kesulitan dalam aspek sikap, emosi, dan orang tua atau keluarga mutlak
perilakunya dalam berinteraksi dengan diperlukan dalam upaya memahami,
lingkungan sekitarnya baik di menyikapi, dan memperlakukan yang
lingkungan keluarga, tetangga maupun terbaik bagi anak hiperaktif sesuai
di sekolah. Anak disabilitas berbeda dengan karakteristik, kebutuhan dan
dengan sebagian besar anak lainnya permasalahannya masing-masing. Guru
dengan ciri-ciri yang ditunjukkan dalam dan tenaga kependidikan memiliki peran
115
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

yang sangat penting dan bertanggung disebabkan disfungsi neurologis dengan


jawab dalam proses pembelajaran gejala utama tidak mampu memusatkan
mereka selama anak berada di perhatian (Hermawan, 2010).
lingkungan sekolah. Demikian pula Gejala yang menunjukkan perilaku
pihak orang tua atau keluarga karena hiperaktif terlihat dari sisi fisiknya
sebagian besar waktu anak berada di menonjolkan perilaku yang unik dan
lingkungan keluarganya. Dukungan cenderung memiliki perbedaan dengan
penuh dari orang tua atau keluarga dari lainnya. Aspek lainnya yang ditunjukan
anak itu sendiri, sehingga penanganan oleh yang memiliki perilaku hperaktif
bagi anak hiperaktif bisa segera adalah cenderung mengalami rasa
diminimalisasi. Keberhasilan minder, kesulitan berkomunikasi, lambat
pembelajaran di lingkungan sekolah dalam memahami atau menerima sesuatu
bergantung juga kepada bagaimana hal yang baru yang sifatnya interaksi
penerimaan keluarganya dan bagaimana maupun pembelajaran. Dari sisi sosial
cara orang tua menerapkan proses dengan perilaku hiperaktif cenderung
pembelajaran tersebut di rumah. memiliki keterbatasan dalam
Undang-undang Republik Indonesia pergaulannya, menjadi sulit berinteraksi
Nomor 11 tahun 2009 tentang dan bersosialisasi dengan teman sebaya,
Kesejahteraan Sosial menyatakan bahwa orang dewasa dan lingkungan sosialnya.
permasalahan sosial itu meliputi tujuh Sisi lain dari aspek sosial lebih
pokok permasalahan besar yaitu cenderung menutup bahkan menarik diri
kemiskinan, kecacatan, ketunaan, dari aktivitas sosial kemasyarakatan
keterpencilan, korban bencana alam dan karena perilaku yang ditonjolkannya.
sosial, eksploitasi dan tindak kekerasan. Banyak faktor yang menyebabkan
Permasalahan tersebut dalam munculnya perilaku hiperaktif dengan
penanganannya menjadi tanggung jawab latar belakang yang berbeda, antara lain
pemerintah, masyarakat dan dunia usaha faktor bawaan, faktor penyakit, dan
yang diharapkan berperan serta untuk faktor kecelakaan. Cacat bawaan yang
membantu mengatasi masalah-masalah timbul sebekum dilahirkan, saat proses
tersebut baik yang sifatnya preventive, persalinan ataupun sesudah dilahirkan
kuratitif, dan rehabilitatif. karena kurangnya pendeteksian dini.
Salah satu pokok permasalahan sosial Kecacatan yang terjadi karena penyakit
yang tertera dalam undang-undang timbul karena faktor genetik atau
Republik Indonesia Nomor 11 tahun pembawaan, sedangkan cacat karena
2009 tentang Kesejahteraan Sosial yang kecelakaan dapat berupa kecelakaan lalu
menjadi perhatian dalam penelitian ini lintas, kecelakaan kerja dan penyebab
adalah menyangkut permasalahan lain yang mengganggu fungsi organ
dengan disabilitas yang mengerucut pada tubuh atau kelainan sistem sarafnya
permasalahan yang dialami dengan sehingga mengalami perilaku yang
perilaku hiperaktif. ― Ditinjau secara berbeda. Beberapa faktor tersebut yang
psikologis hiperaktif adalah gangguan membedakan setiap masalah yang
tingkah laku yang tidak normal,
116
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

dialami dan dirasakan oleh orang atau Hasil sebuah penelitian menunjukkan
anak dengan perilaku hiperaktif. bahwa perilaku hiperaktif yang tidak
Keterbatasan yang dimiliki dengan mendapat perhatian dan penanganan
perilaku hiperaktif memunculkan secara tepat akan membawa dampak
dampak permasalahan baru baik untuk terhadap perkembangan selanjutnya.
itu sendiri, keluarganya atau lingkungan Penanganan terhadap anak perilaku
sosialnya. Dampak yang ditimbulkan hiperaktif sudah dlakukan pemerintah
oleh perilaku hiperaktif antara lain: 1) dengan menerbitkan kebijakan jalur
mendapatkan kesulitan dalam melakukan pendidikan segregasi maupun inklusi.
aktivitas sehari-hari; 2) cenderung Undang-Undang nomor 8 tahun 2016
dijauhi oleh teman-teman dalam tentang Penyandang Disabilitas
lingkungan pergaulan; 3) merasa minder menyatakan bahwa ―pendidikan secara
dengan kondisi yang dialaminya. inklusif‖ adalah pendidikan bagi peserta
Dampak permasalahan yang dirasakan didik Penyandang Disabilitas untuk
keluarga diantaranya: 1) keluarga masih belajar bersama dengan peserta didik
menutupi dan menyembunyikan bukan Penyandang Disabilitas di sekolah
keberadaan anak hiperaktf karena malu reguler atau perguruan tinggi. Sedangkan
sehingga tidak mendapatkan perhatian yang dimaksud dengan ―pendidikan
dan kasih sayang yang utuh dari secara khusus‖ adalah pendidikan yang
keluarganya; 2) keluarga seringkali hanya memberikan layanan kepada
merasa memiliki beban berat dengan peserta didik Penyandang Disabilitas
kehadiran anak berperilaku hiperaktif; dengan menggunakan kurikulum khusus,
3) Kerapkali membahayakan bagi anak proses pembelajaran khusus, bimbingan,
bersangkutan maupun bagi orang lain. dan/atau pengasuhan dengan tenaga
Permasalahan tersebut berhubungan pendidik khusus dan tempat
dengan beberapa hal antara lain: 1) pelaksanaannya di tempat belajar
Kurangnya kapasitas atau pemahaman khusus.
orang tua tentang dengan perilaku Terkait dengan pemenuhan hak dan
hiperaktif. Beberapa diantaranya kebutuhan anak disabilitas, maka
kurangnya informasi dan pengetahuan Sekolah Luar Biasa (SLB) B/C
orang tua tentang pengasuhan dan Kersamanah Garut yang merupakan
perawatan anak berperilaku hiperaktif, salah satu lembaga pendidikan yang
sehingga muncul perlakuan salah menyelenggarakan pembelajaran khusus
terhadap anak tersebut (child abuse); 2) bagi anak-anak disabilitas khususnya
Kurangnya informasi pada orang tua diperuntukan bagi anak Disabilitas
tentang pengubahan perilaku hiperaktif, Intelektual yaitu terganggunya fungsi
sehingga orang tua kesulitan dalam pikir karena tingkat kecerdasan di bawah
mengakses sistem sumber yang rata-rata, antara lain disabilitas grahita;
diperlukan untuk menangani anak dan down syndrom. Disamping itu
dengan perilaku hiperaktif; 3) Kurang terdapat juga anak Disabilitas Mental
optimalnya pendidikan yang diberikan yaitu terganggunya fungsi pikir, emosi,
kepada anak dengan perilaku hiperaktif. dan perilaku yang meliputi
117
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

dan disabilitas perkembangan yang b. Planning disorder adalah bentuk


berpengaruh pada kemampuan interaksi perilaku yang ditandai dengan
sosial yaitu autis dan hiperaktif). Selain gejala impulsivitas seperti
kedua jenis disabilitas tersebut, terdapat bertindak tanpa berpikir dahulu,
pula anak Disabilitas Sensorik yaitu sulit menjalani satu aktivitas, tidak
terganggunya salah satu fungsi dari sabar dalam menunggu giliran.
panca indera, antara lain rungu dan atau c. Motoric hyperactivity adalah
rungu wicara. Pembelajaran diberikan bentuk perilaku yang ditandai
secara berbeda disesuaikan dengan jenis dengan tidak pernah tenang,
permasalahan yang dialami oleh anak. misalnya banyak gerakan yang
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan seperti dikendalikan
tim peneliti tertarik untuk mengkaji lebih oleh mesin, tidak dapat duduk
dalam tentang perilaku hiperaktif pada tenang.
anak disabilitas di SLB BC Kersamanah. d. ADHD yang disertai gangguan
lain yaitu bentuk perilaku yang
ADHD atau hiperaktif merupakan disertai dengan berbagai gangguan
perilaku yang berkembang dan hal seperti gangguan kognitif,
tersebut banyak terjadi pada anak gangguan tidur (sleep disorder)
hiperaktif. Perilaku yang dimaksud yang akan mengakibatkan
berupa kekurangmampuan dalam hal mengalami kesulitan dalam
menaruh perhatian dan pengontrolan memperhatikan sesuatu dengan
diri. Perilaku hiperaktif atau ADHD detail serta mengalami masalah
yang dialami oleh anak hiperaktif, dapat dalam tidurnya seperti banyak
digolongkan ke dalam beberapa jenis. gerakan ketika dia tidur.
Julia Maria van Tiel (2006: 236—238) Ahli lain Marlina (2007: 12) menyatakan
menyatakan ―ADHD dibedakan dalam ―Hiperaktif dibedakan menjadi empat
jenis attention disorder, planning jenis yaitu berdasarkan gejala perilaku,
disorder, motoric hyperactivity, serta berdasarkan jenis kelainan perilaku,
ADHD yang disertai gangguan lain”. berdasarkan penyebab, serta berdasarkan
Lebih lanjut dapat dijelaskan sebagai berat ringannya penyimpangan
berikut: perilaku‖. Berdasarkan uraian di atas
a. Attention disorder adalah jenis dapat disimpulkan bahwa hiperaktif
hiperaktif yang ditandai dengan dapat dibedakan dalam tiga jenis atau
adanya gangguan pada katagori yaitu:
peningkatan terhadap kepekaan 1. jenis hiperaktif yang ditandai
terhadap berbagai faktor yang dengan kurangnya daya perhatian
dapat menarik perhatian, misalnya (inattentive),
mudah teralih perhatiannya jika 2. jenis hiperaktivitas dan impulsive,
mendengar suara di luar dan tidak serta
dapat memperhatikan hal yang 3. jenis hiperaktif kombinasi.
seharusnya diperhatikannya. Kecenderungan kurangnya perhatian ini
ditandai dengan ciri seperti sembarangan
118
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

dalam melakukan aktifitas, kesulitan mendalam tentang perilaku anak


dalam melakukan konsentrasi, minimnya hiperaktif tersebut sehingga dengan
keterampilan organisasional, adanya penelitian ini peneliti mampu
menghindari tugas-tugas yang mendeskripsikan secara jelas melalui
membutuhkan upaya, kesulitan bertahan wawancara dan kegiatan observasi yang
dalam satu aktifitas, sering tidak dilakukan terhadap anak, guru dan
mendengarkan instruksi atau lawan keluarganya.
bicara, serta sering kehilangan barang
yang dibutuhkan untuk tugas, sedangkan Metode Penelitian
hiperaktif dengan jenis hiperaktifitas dan Penelitian ini mendeskripsikan perilaku
impulsive adalah jenis hiperaktif yang hiperaktif anak disabilitas pada siswa di
ditandai dengan adanya tindakan yang SLBN Kersamanah Garut. Penelitian ini
dilakukan oleh seseorang tanpa berpikir menggunakan pendekatan kualitatif yaitu
resiko yang akan dihadapi maupun ―Prosedur penelitian yang menghasilkan
pendapat orang lain mengenai tingkah data deskriftif berupa kata-kata, tertulis
laku dan tindakan yang dilakukannya. atau lisan dari orang-orang dan perilaku
Lebih lanjut adalah hiperaktif dengan yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor
jenis kombinasi. Hiperaktif dengan jenis dalam Lexy J. Moleong (2000:3)‖.
kombinasi ini adalah jenis hiperaktif Diharapkan dapat menggambarkan
gabungan yang ditandai dengan ciri fakta-fakta atau permasalahan yang ada
hiperaktif kurangnya perhatian dan di lapangan berdasarkan data-data yang
hiperaktifitas yang disertai impulsive. diperoleh sebuah definisi yang lebih
Tujuan penelitian ini yaitu untuk tegas dan bersifat teknis. Metode yang
memahami tentang karakteristik digunakan adalah studi kasus terhadap
informan,interaksi anak dengan teman anak atau siswa yang berperilaku
dan guru,bentuk-bentuk perilaku hiperaktif yang sekolah di SLB BC
hiperaktif anak disabilitas,faktor Kersamanah Garut.
penyebab perilaku hiperaktif anak Sumber data yaitu para guru yang
disabilitas,dampak dari prilaku hiperaktif mengajar di SLB BC Kersamanah Garut,
anak disabilitas,upaya yang dilakukan orang tua atau anggota keluarga anak
untuk mengatasi perilaku hiperaktif anak tersebut. Disamping itu peneliti juga
disabilitas. Dengan melakukan penelitian menggunakan sumber data sekunder
mengenai anak hiperaktif ini peneliti yaitu data yang diperoleh secara tidak
dapat mengetahui serta mampu langsung dari informan penelitian, tetapi
mendeskripsikan bagaimana data diperoleh dari hasil studi
karakteristik, interaksi anak hiperaktif, dokumentasi. Data tersebut yang
bentuk perilaku anak hiperaktif, faktor berhubungan dengan perilaku hiperaktif
penyebab dan upaya yang dilakukan anak terutama di lingkungansekolah,
dalam menangani anak hiperaktif seperti data tertulis, dokumen, photo,
tersebut. Sebelum melakukan penelitian data statistik dan literatur-literatur yang
mengenai perilaku anak hiperaktif ini berhubungan dengan penelitian.
peneliti belum memahami secara
119
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

Penetapan informan menggunakan keabsahan data. Teknik pemeriksaaan


teknik purposive, diharapkan dapat keabsahan data dilakukan untuk
menggambarkan variabel dan aspek memperoleh data yang valid.
yang diteliti sehingga peneliti
memandang cukup atau tujuan penelitian Hasil dan Pembahasan
telah tercapai. Namun jika penetapan 1. Informan Pertama
awal informan tersebut tidak dapat Ibu LR, informan yang dilahirkan 55
menggambarkan variabel dan aspek, tahun lalu ini memulai pendidikan di
maka peneliti akan menambah informan SD Ciarog (1975), SMP Kurnia
sampai data yang diperoleh jenuh atau (1979), SMAN Cibatu (1982),
hasilnya sama. Menurut informasi dari SGPLB Bandung (1988), STKIP
Kepala SLB BC Kersamanah Garut, Drs. Siliwangi (2008), dan UNINUS
Enjang Bahrudin, M.Pd., saat ini jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB)
terdapat 43 siswa dan terdapat 4 (empat) tahun 2012 dengan jurusan tuna
siswa yang hiperaktif dengan jenis grahita. Sebelum ditempatkan di SLB
disabilitasnya yaitu disabilitas mental Kurnia, informan memulai karir
(tuna grahita). gurunya menjadi Sukwan : SLB
Teknik pengumpulan data yang Atturmudzi II (Sep 2002 – Mei 2003),
digunakan dalam penelitian ini adalah Guru Bantu Sekolah (GBS) : (Juni
Wawancara Mendalam (In-depth 2003 – Desember 2006), CPNS : Jan
Intreview), Peneliti melakukan 2007 – April 2009 SLB YKB/C
wawancara mendalam (in-depth Garut, sampai diangkatnya menjadi
interview) kepada informan utama dan PNS ditempat yang sama tahun 2008.
informan pendukung. Selain itu peneliti Karena motivasi kuatnya untuk ikut
juga menggunakan observasi terhadap serta memajukan pendidikan luar
aktivitas siswa terutama dalam proses biasa di tanah kelahirannya, maka
pembelajaran di dalam kelas, waktu olah sejak 1 Mei 2009 pindah tugas ke
raga, waktu upacara, dan jam istirahat. SLB Kurnia hingga sekarang dengan
Observasi ini dilakukan dengan tujuan pangkat Penata dan golongan III C.
agar peneliti mendapat pengalaman Saat dilakukan penelitian ini,
secara langsung di lapangan dan informan mengajar di kelas X jenjang
mendapatkan pembenaran informasi SMALB. Informan bertempat tinggal
yang diperoleh dari wawancara. Hal lain sekitar 600 meter ke sekolah.
yang peneliti lakukan adalah a. Riwayat Kelahiran dan
menggunakan studi Dokumentasi dengan Perkembangan Anak
tujuan untuk memperoleh data sekunder Menurut ibunya, MS atau biasa
dan informasi yang dapat memperkaya dipanggil Sam, anak laki-laki
penelitian ini. dilahirkan di Garut, tanggal 26
Data dan informasi yang terkumpul baik Juni 2002 saat usia kandungan
melalui observasi dan wawancara diuji ibunya mencapai 9 bulan dan
atau diperiksa keabsahnya dengan pada saat persalinan dibantu oleh
menggunakanteknik pemeriksaan paraji (dukun beranak). Proses
120
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

persalinan MS berlangsung juga akan merespon komunikasi


dengan lancar dan selamat tersebut dengan baik. Namun
dengan kondisi fisik lengkap dan apabila sedang kurang baik, maka
berfungsi dengan baik. respon yang diberikan MS pun
Menginjak usia 2 bulan, Sam dengan jawaban yang semau dan
bayi kulitnya berwarna seingat dirinya, dimana terkadang
kekuningan dan pada saat usia 3 antara pertanyaan dengan
tahun belum bisa berjalan sendiri. jawaban tidak sesuai alias tidak
Mengetahui kondisi tersebut, nyambung.
tentu saja orang tuanya merasa c. Kegiatan Sehari-hari di
sedih mengapa harus terjadi pada lingkungan tempat tinggal
anaknya. Sebenarnya orang Menurut penuturan orang tuanya,
tuanya sudah mengetahui gejala kemampuan perawatan diri
tersebut bahwa tumbuhkembang seperti makan, minum, mandi,
anaknya berbeda dibandingkan buang air, bermain, maupun
dengan anak tetangganya yang belajar, MS sebagian sudah
seumuran, namun karena mampu walaupun kadang-kadang
kemampuan ekonomi yang pas- masih harus dibantu oleh orang
pasan, maka keadaan itu tuanya. Sedangkan kemampuan
dibiarkannya hingga anaknya motorik kasar MS sudah baik,
mencapai usia sekolah SD beberapa diantaranya adalah
dengan harapan bahwa anaknya berolahraga, berlari, maupun naik
akan tumbuh normal layaknya turun tangga. Sementara ketika
anak-akan seumurannya. bermain puzzle (motorik halus),
b. Kemampuan Activity of Daily MS masih harus dibantu dan
Living (ADL) diarahkan oleh orang lain. MS
Menurut ibu LR, MS memiliki juga pernah melakukan tindakan
kepribadian yang terbuka yang membahayakan diri sendiri
walaupun memiliki karakter maupun orang lain, khususnya
cenderung pemarah. Dalam ketika ia membawa gunting. Hal
kesehariannya MS sudah dapat itu terjadi ketika marah karena
dikatakan mandiri karena keinginannya tidak dituruti,
kemampuan yang sudah bisa sehingga salah satu cara untuk
merawat dan melayani diri mengatasinya, MS harus terus
sendiri seperti mandi sendiri, diberi pujian (diolo) oleh orang
berpakaian sendiri, makan sendiri lain termasuk oleh orang tuanya.
dan aktivitas dasar lainnya. Orang tua dan keluarganya selalu
Komunikasi MS dengan guru- berusaha memperlakukan MS
gurunya dan teman-temannya dengan cara-cara yang halus dan
tergantung situasi dan kondisi dengan pujian (diolo). Walaupun
diri MS, artinya apabila kondisi demikian, orang tuanya tidak
hatinya sedang baik, maka MS selalu menuruti keinginan MS
121
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

selain karena ketidakmampuan juga kurang baik, karena


ekonomi keluarga yang harus terkadang MS dengan usilnya
dibagi dengan kebutuhan lainnya, menyembunyikan barang milik
juga karena orang tua orang lain. Di luar jam
berpendapat jika semua pembelajaran di kelas, MS
keinginannya dipenuhi, maka kurang mampu berkomunikasi
hawatir suatu ketika tidak penuhi baik dengan teman-teman
akan menjadi masalah besar. sepermainannya yang merasa
d. Bentuk Prilaku Anak takut dengan sikap MS yang
Menurut ibu LR, MS merupakan berlagak layaknya jagoan. Hal
anak yang sering menonjolkan tersebut salah satunya
diri di hadapan teman-temannya. diperlihatkan melalui sikapnya
Namun, hubungan sosial antara yang jorok dengan cara meludah
MS dengan teman-temannya dan/atau kasar dengan cara
cenderung kurang akrab. Hal ini seperti merebut mainan,
terlihat dari perilaku MS yang menendang, dan memukul
tidak senonoh, kurang sopan, dan kepada teman-temannya. MS
bicara kasar saat pembelajaran juga cenderung lebih suka
sedang berlangsung. MS juga bermain sendiri dimana dia tidak
kurang mau menuruti, mau mainannya dipinjam bahkan
mengerjakan, dan bertanggung disentuh oleh orang lain.
jawab atas tugas-tugas yang e. Interaksi anak di lingkungan
diberikan oleh gurunya di tempat tinggal
sekolah. MS mau mengerjakan Menurut orang tuanya, ketika
tugas-tugas tersebut, akan tetapi sedang berada di lingkungan
jarang diselesaikan secara tuntas. rumah atau libur sekolah, MS
Ketika berinteraksi dengan guru suka bermain dengan teman-
dan teman-temannya, MS temannya yang berjumlah 3-5
biasanya berbicara dengan kata- orang. Namun, MS juga pernah
kata yang terdengar aneh. Sikap berkelahi dengan temannya jika
disiplin yang diperlihatkan MS di ia merasa tersinggung. Sementara
sekolah pun dapat dikatakan ketika terdapat undangan/hajatan,
masih kurang baik. Hal tersebut dia seringkali tidak dibawa
diantaranya terlihat dari sikapnya karena orang tuanya khawatir MS
yang hanya dapat bertahan duduk akan berbuat onar. Kondisi
di bangkunya kurang dari 20 Kemal yang memiliki kelainan
menit, kurang memahami tata itu menarik simpati dari
tertib sekolah, dan suka masyarakat yang merasa iba, juga
mengoceh tak karuan dengan empati dari pemerintah melalui
ocehan yang disukainya. Sikap Sekolah Luar Biasa (SLB) yang
MS kepada teman sekelasnya informasinya diketahui oleh
ketika jam pembelajaran di kelas masyarakat dan guru. MS
122
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

disekolahkan ke SLB karena ditunjukkan MS, sedangkan


sesuai kondisi yang dialaminya. interaksi dengan temannya yang
Selama bersekolah di SLB, MS lebih muda berjalan baik.
mengalami perkembangan yang Lingkungan sekitar MS pun
baik, salah satunya adalah ketika nampaknya kurang mendukung
dia mampu berangkat dan pulang kemajuan kemampuan interaksi
sekolah secara mandiri dan tidak dan komunikasinya, terutama
diantar jemput oleh orang lain. karena sikap yang ditunjukkan
Demikian disampaikan oleh ibu oleh orang dewasa yang
LR. memanfaatkan kekurangannya
f. Penyebab prilaku hiperaktif dengan membully MS dan
MS sendiri cenderung mengajarkan hal yang tidak
menunjukkan sikap berontak di semestinya (misal: merokok).
dalam kelas jika dia dipaksa Hal-hal ini pula yang berdampak
dalam pembelajaran dan tidak pada perkembangan nilai rapor
dituruti kehendaknya. Terkait MS yang cenderung tetap
dengan pembelajaran, pelajaran (stagnan).
yang disukainya adalah h. Upaya yang Dilakukan
mewarnai, sedangkan pelajaran Berkaitan gambaran sikap MS
yang tidak disukainya yaitu yang telah dijelaskan pada
menulis. Kemampuannya dalam penjelasan sebelumnya, menurut
menangkap dan merespon ibu LR ketika gurunya memberi
pembelajaran sendiri masih masukan kepadanya, MS pada
kurang baik dengan kisaran awalnya bersikap melawan atau
angka sekitar 5-10%. Potensi berontak, namun pada akhirnya
yang menonjol dari diri MS pun terdapat perubahan sikap dari
kurang nampak, baik dalam MS, walaupun dalam proses yang
pembelajaran di kelas maupun lama. Seperti pada saat di kelas,
minat dan bakat yang dimana ketika MS membuat
dimilikinya. Hal ini salah satunya masalah di kelas, gurunya
disebabkan oleh tidak adanya memberikan arahan dan tindakan
hobi atau keterampilan tertentu membual atau menakuti MS
dari MS walaupun dia mengikuti dengan menggunakan benda yang
ekstrakurikuler di sekolahnya. ditakutinya.
g. Dampak dari prilaku i. Kecemasan orang tua
hiperaktif Orang tua MS juga mengalami
Berkaitan dengan penjelasan kehawatiran atau kecemasan akan
sebelumnya, interaksi yang kondisi dan masa depan anaknya
dilakukan oleh MS dengan teman di masa yang akan datang.
sebayanya masih dapat dikatakan Berdasarkan wawancara dengan
kurang baik karena kurangnya orang tua MS, terungkap adanya
sikap kompetitif yang kecemasan atau kehawatiran akan
123
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

masa depan anaknya seandainya Pedagogik 2008, Body Massage


orang tuanya sudah meninggal 2010. Kegigihannya dalam
dunia. Walaupun MS mempunyai mengabdikan diri dalam dunia
6 orang kakak kandung, namun pendidikan luar biasa,
mereka mempunyai kesibukan menyebabkannya mendapatkan
dan urusan masing- masing. apresiasi Satya Lancana Karya Sapta
10 tahun 2003. Ibu Yati pada saat ini
2. Informan Kedua menjadi guru kelas dari siswa yang
Ibu YS, seorang guru PNS sejak bernama AZ yang mengalami
tahun 1992. Pangkat terakhir disabilitas tuna grahita sedang.
informan adalah Pembina, dengan a. Riwayat Kelahiran dan
golongan IV b. Informan bertempat Perkembangan Anak
tinggal tidak jauh dari lingkungan Menurut orang tuanya, AZ, anak
sekolah sekitar 500 meteran, sehingga laki-laki sulung yang dilahirkan di
mobilitas informan ini cukup tinggi Garut, tepatnya tanggal 8
dalam melaksanakan tugasnya. September 2007 dilahirkan pada
Selesai menamatkan pendidikan saat usia kandungan ibunya
SLTA PGRI Kurnia, informan mencapai 9 bulan dan dibantu oleh
melanjutkan pendidikannya ke paraji. AZ lahir dengan normal
SGPLBN Bandung dengan jurusan dengan kondisi yang normal pula.
Tuna grahita selama 2 tahun (D2) Semua pancaindranya lengkap
tahun 1985. Setelah menamatkan seperti kebanyakan bayi pada
pendidikan SGPLBN Bandung tahun umumnya. Pada perkembangan
1987, informan melanjutkan selanjutnya, gejala yang
pendidikannya S1 di STKIP Siliwangi mencurigakan sekaligus
jurusan Pendidikan Luar Sekolah menghawatirkan orang tuanya
tahun 2000 dan selesai tahun 2003. terjadi ketika AZ berusia 7 tahun,
Karir guru informan dimulai bertugas usia dimana sudah harus masuk
di SLB YGP Limbangan Garut sejak sekolah dasar. Orang tua AZ tentu
tahun 1992 sampai 2004 sebelum merasa sedih setelah mengetahui
akhirnya bertugas di SLB BC Kurnia keadaan tersebut, dan keadaan
dsri 2004 hingga sekarang. tersebut terjadi karena sikap AZ
Posisi informan saat ini di SLB BC yang cenderung nakal (nalaktak).
Kurnia merupakan wakil kepala Sebenarnya, pada usia sebelum 7
sekolah. Riwayat diklat yang pernah tahun pun, AZ kecil sudah
diikutinya antara lain Diklat SIBI menunjukkan gejala yang berbeda
tahun 1998 yang diselenggarakan dengan kebanyakan anak yang
oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat seusianya. AZ cenderung tidak
selama 100 jam, Peningkatan mau diam, selalu ada saja yang
Kemampuan Guru 1999, Pelatihan dikerjakannya, dan jika ada
BPBI 2002, Pelatihan Layanan Anak keinginan harus segera dituruti
Autis 2008, Peningkatan Kemampuan atau diikuti (kudu pok torolong).
124
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

Jika keinginannya tidak segera sekitar rumahnya. Pemerintah


dipenuhi, maka dia akan marah sendiri membantu AZ melalui
sambil kadang-kadang melempar, Sekolah Luar Biasa (SLB) yang
merusak benda-benda yang ada menurut orang tua AZ sangat
disekitarnya yang bisa dia raih. memperhatikan AZ, serta
b. Kegiatan Sehari-hari informasi mengenai SLB sendiri
Menurut orangtuanya, didapatkan orang tua AZ dari
kemampuan perawatan diri kerabatnya. Alasan orang tua AZ
seperti makan, minum, mandi, menyekolahkan AZ ke SLB
buang air, bermain, maupun adalah karena AZ merupakan
belajar, AZ merupakan anak yang anak yang hiperaktif, yang
mandiri karena bisa melakukan membuat guru Sekolah Dasar
semuanya sendiri. Kemampuan (SD) AZ sebelumnya tidak
motorik kasar AZ pun baik sanggup mendidik AZ. Walaupun
karena dia bisa melakukan begitu, selama bersekolah di
semuanya seperti berolahraga, SLB, AZ mengalami
berlari, maupun naik turun perkembangan dan kemajuan
tangga. Ketika bermain puzzle yang baik. Menurut penuturan
atau menyusun balok (motorik gurunya, AZ merupakan pribadi
halus) pun AZ bisa melakukan yang terbuka dengan karakter
semuanya dengan baik. periang, walaupun juga terdapat
c. Interaksi Anak karakter pemarah dalam dirinya.
Menurut orangtuanya, ketika Dalam kesehariannya,
sedang berada di lingkungan komunikasi yang dilakukan AZ
rumah atau libur sekolah, AZ dengan guru-gurunya sudah
suka bermain dengan teman- terjalin dengan baik.
temannya yang berjumlah d. Bentuk Prilaku
banyak. Namun, AZ juga pernah Menurut ibu YS, AZ merupakan
berkelahi dengan temannya jika anak yang sering menonjolkan
ia merasa diledek, dan orang diri di hadapan teman-temannya
tuanya tentu kesal dengan dan merupakan anak yang gaul
sikapnya yang seperti itu. dan bersahabat, walaupun
Sementara ketika terdapat terkadang berlebihan apabila
undangan/hajatan, AZ seringkali berlaku jahil kepada teman-
dibawa karena ingin selalu ikut temannya. Saat pembelajaran
dan AZ akan marah apabila dia berlangsung, AZ bisa mengikuti
tidak diajak ikut orang tuanya pelajaran yang diberikan
menghadiri undangan/hajatan. walaupun tidak lama. Ketika dia
Kondisi kelainan AZ membuat tidak bisa mengikuti pelajaran,
masyarakat di lingkungannya dia tidak mau diam dan langsung
merasa jengkel, sehingga AZ pun mengganggu teman sekelasnya
sering dinasihati oleh tetangga di atau pergi keluar kelas.
125
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

Sementara itu, tugas-tugas yang dalam satu kelas termasuk AZ


diberikan oleh gurunya bisa ia Zaelani. Selama mengajar,
kerjakan walaupun hanya informan menyaksikan beberapa
sebagian dan sebagian lainnya ia perilaku hiperaktif yang
merasa malas mengerjakannya. dilakukan oleh AZ. Menurut
AZ sendiri sebenarnya mampu penuturannya, pernah ada
menunjukkan disiplin baik, kejadian siswa AZ pernah
namun hanya dalam waktu dilempar oleh bapaknya sampai
singkat. Tata tertib sekolah pun luka berdarah di kepala belakang
terkadang ia pahami dan dan mendapat empat jahitan.
terkadang pula tidak. Di luar jam Besok harinya saat bersekolah,
pembelajaran di kelas, AZ siswa itu dibawa ke puskesmas
mampu berkomunikasi baik terdekat untuk diobati dan
dengan teman-teman ditangani 4 jahitan,
sepermainannya dan suka menghabiskan biaya Rp. 75,000.
bermain secara berkelompok, e. Penyebab
karena menurutnya bermain Menurut ibu YS, AZ sendiri
sendiri itu terasa kurang cenderung menunjukkan sikap
menyenangkan. Walaupun berontak di dalam kelas,
memang harus terdapat contohnya ketika dia dilarang
pengawasan gurunya karena meminta uang, maka dia akan
perilakunya yang jahil dan suka mengeluarkan kata-kata kasar.
mengganggu teman-temannya Terkait dengan pembelajaran,
secara berlebihan. AZ juga sering pelajaran yang disukai AZ adalah
bermasalah dengan teman- olahraga karena dilaksanakan di
temannya karena sering luar kelas, sedangkan pelajaran
mengeluarkan kata-kata kasar yang tidak disukainya yaitu
dan meludahi temannya. Namun, ketika praktik sholat.
AZ merupakan anak yang Kemampuan AZ dalam
seringkali melakukan tindakan menangkap dan merespon
yang membahayakan diri sendiri pembelajaran sendiri sebenarnya
maupun orang lain dengan cara baik, namun tidak berlangsung
memukul, menendang, atau lama. Potensi diri AZ yang
menonjok orang lain. Hal itu menonjol dalam pembelajaran di
terjadi apabila dia dimarahi oleh kelas yaitu membaca, walaupun
orang lain dan sikapnya yang hanya sebatas meniru ucapan
sulit dinasihati oleh orang lain. gurunya. Kemudian, walaupun
Interaksi AZ dengan teman- AZ tidak memiliki hobi atau
teman dan gurunya kurang keterampilan tertentu, secara
berjalan dengan baik. Bu Yati aktif AZ mengikuti
mengajar di jenjang SDLB ekstrakurikuler olahraga dan
dengan jumlah siswa 5 orang Pramuka di sekolahnya.
126
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

f. Dampak depan anaknya dalam hal rumah


AZ Jaelani dapat berinteraksi tangga, pekerjaan dan lain
baik dengan lingkungan teman sebagainya.
sebayanya di sekolah maupun
masyarakat di sekitar rumahnya, 3. Informan Ketiga
walaupun terkadang ia bersikap Informan selanjutnya adalah ibu
nakal. Sementara itu, WJA, berusia 36 tahun dan ibu dari
perkembangan nilai rapor AZ di tiga anak dan beragama Islam,
sekolah pun cenderung baik. menyelesaikan pendidikan
Demikian penuturan ibu YS lebih terakhirnya di Universitas
lanjut. Pendidikan Indonesia (UPI) tahun
g. Upaya yang Dilakukan 2015 jurusan Pendidikan Luar Biasa
Menurut ibu YS, AZ mampu dan spesialisasi rungu wicara. Mulai
menunjukkan perubahan sikap mengajar di SLB Kurnia sejak tahun
ketika diberi masukan oleh 2004 hingga sekrang masih belum
gurunya, walaupun perubahan diangkat menjadi guru PNS.
tersebut berlangsung tidak lama. Sekarang ini informan mengajar di
Untuk mengatasi perilakunya kelas satu. Tempat tinggal ibu WJA
tersebut, AZ cenderung dibiarkan berjarak sekitar 300 meter dari
saja sampai dia merasa bosan sekolah.
sendiri. Apabila AZ mempunyai a. Riwayat Kelahiran dan
keinginan pun orang tuanya Perkembangan Anak
memberi apa yang diinginkan Menurut orangtuanya, MN
oleh AZ, karena apabila soerang anak laki-laki yang
keinginannya tidak dipenuhi, dilahirkan di Bandung tepatnya 4
maka AZ akan marah. Uniknya, Maret 2010 merupakan anak
ketika AZ membuat masalah di yang dilahirkan pada saat usia
kelas, gurunya akan menakuti AZ kandungan ibunya mencapai 8
dengan memperlihatkan mukena bulan dan dibantu oleh bidan.
atau gambar pocong kepada AZ MN lahir dengan normal namun
karena ketakutannya akan hal dengan kondisi prematur.
tersebut. Kelainan MN diketahui oleh
h. Kecemasan orang tua orang tuanya saat MN berusia 5
Orang tua AZ juga mengalami bulan, ketika orang tuanya
hal yang sama yaitu merasa merasa bahwa MN berbeda
hawatir atau merasa cemas dengan anak-anak lain pada
terutama jika meninggalkan lazimnya. Orang tua MN sendiri
anaknya di rumah sendirian. Oleh hanya bisa pasrah setelah
sebab itu jika ada keperluan atau mengetahui keadaan tersebut.
ada undangan, orang tua selalu b. Kegiatan Sehari-hari
membawa serta AZ. Orang tua Berkaitan dengan kemampuan
juga merasa hawatir akan masa perawatan diri, menurut
127
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

orangtuanya MN terkadang juga pernah berkelahi dengan


masih dalam berbicara. temannya karena ia merasa
Walaupun begitu, orang tua MN diledek oleh temannya.
terus berusaha memahami apa Mengetahui hal tersebut, orang
yang dibutuhkan dan diinginkan tua MN tentu melerai dan
oleh MN. Sementara itu, menasihati mereka. Ketika
kemampuan motorik kasar MN terdapat undangan/hajatan pun
seperti olahraga, berlari, maupun MN kadang-kadang dibawa
naik turun tangga sudah bisa apabila di rumahnya tidak ada
dilakukannya. Sedangkan orang yang mengasuh, sedangkan
kemampuan motorik halus MN apabila ada orang yang
seperti bermain puzzle atau mengasuh, maka MN akan
menyusun balok masih sulit ditinggal di rumah. Namun,
dilakukannya. Walaupun begitu, kondisi MN yang memiliki
orang tua MN tetap berprinsip kelainan itu hanya ditanggapi
bahwa mengasuh seorang anak secara biasa saja oleh masyarakat
disabilitas membutuhkan sekitar. Informasi mengenai
kesabaran lebih daripada adanya Sekolah Luar Biasa
biasanya. MN sendiri cenderung (SLB) yang diselenggarakan oleh
jarang melakukan tindakan yang pemerintah pun diketahui sendiri
membahayakan diri sendiri oleh orang tua MN tanpa campur
maupun orang lain. Tindakannya tangan orang lain. Orang tua MN
pun hanya sebatas memukul atau menyekolahkan anaknya di SLB
mencubit, dan itu dilakukan karena MN tidak diterima di
apabila MN merasa diledek oleh Sekolah Dasar (SD) biasa pada
orang lain. Untuk mengatasi umumnya, dan tentu dengan
tindakan tersebut, orang tua perlu tujuan agar MN menjadi anak
menuruti keinginan MN. Namun yang lebih pintar. Selama
kendalanya adalah keinginan MN bersekolah di SLB, MN
yang terkadang kurang dipahami menunjukkan perkembangan
oleh orang tua, sehingga orang yang baik dengan sikapnya yang
tua MN pun tidak selalu menuruti sedikit lebih tenang.
keinginan MN. Apabila d. Kecemasan orang tua
keinginan MN tidak dipenuhi pun Orang tua MN mengalami
MN hanya sebatas menangis. kecemasan terhadap kondisi
c. Interaksi Anak anaknya baik dalam hal aktivitas
Lebih lanjut disampaikan harian maupun dalam pekerjaan
orangtuanya, ketika sedang di masa datang. Walaupun MN
berada di lingkungan rumah atau merupakan anak sulung namun
libur sekolah, MN suka bermain kondisinya yang autis menuntut
dengan teman-temannya yang perhatian dan pengawasan dari
berjumlah 4 orang. Namun, MN orang tuanya karena hawatir
128
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

mengalami kecelakaan atau b. Aktivitas Sehari-hari


mencelakakan orang lain. Menurut informan MS, KA
merupakan siswa laki-laki yang
4. Informan Keempat cenderung tidak sering
Informan berikutya berinisial MS. menonjolkan diri di hadapan
Guru yang dilahirkan 52 tahun yang teman-temannya. Hubungan
lalu di kampung Kurnia, beragama sosial antara KA dengan teman-
Islam. Bapak dari empat orang anak temannya pun kurang akrab
ini menyelesaikan pendidikan karena sikapnya yang acuh tak
terakhirnya di Uninus Jurusan peduli, termasuk pada saat
Pendidikan Luar Biasa pada tahun pembelajaran di kelas. Namun,
2014. Mulai mengajar di SLB sikap disiplin KA bisa dibilang
Kurnia sejak tahun 2003, sekarang cukup baik, karena terkadang
informan mengajar di kelas 9 tingkat mau menuruti dan melakukan
SMALB, sebagai guru PNS dengan apa yang diperintahkan oleh
Pangkat Penata dan golongan III C. gurunya, termasuk mampu
Informan tinggal tidak jauh dari mengerjakan tugas-tugas
sekolah berjarak sekitar 200 meter sekolah walaupun masih harus
alamat lengkapnya di Kampung didampingi oleh gurunya, serta
Kurnia RT 02/01 Desa Kersamanah kdang-kadang mampu
Kecamatan Kersamanah Kabupaten memahami tata tertib sekolah.
Garut. Di luar jam pembelajaran di
sekolah, KA hanya sesekali
a. Riwayat Kelahiran dan berkomunikasi dengan teman-
Perkembangan Anak teman sepermainannya dan
Menurut ibunya, KA, anak laki- lebih suka bermain sendiri. Hal
laki dilahirkan di Garut, tanggal ini membuatnya sering
1999 dalam kondisi yang sehat menunjukkan perilaku berbicara
dan layaknya beberapa kakak sendiri. KA juga sering
sebelumnya. Waktu dalam bermasalah dengan teman-
kandungan dan saat persalinan temannya, terutama ketika
berlangsung lancar dan selamat. mereka berebut tempat duduk
Perkembangan selanjutnya, maupun alat tulis atau media
sekitar umur 4 tahun, KA untuk belajar.
menjukkan perkembangan yang
berbeda dengan teman-teman c. Interaksi Anak
sebayanya. Orangtua sudah Informan MS selanjutnya
melalkukan berbagai upaya agar menuturkan bahwa ketika diberi
anaknya bisa bergaul dan masukan oleh gurunya, KA
bermain dengan anak-anak mampu menunjukkan
seusianya di lingkungan perubahan sikap yang cukup
keluarga maupun tetangganya. cepat. Gurunya pun terus
129
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

berupaya membimbing, Menurut orangtuanya, KA


mengarahkan, dan kurang dapat berinteraksi
menasihatinya apabila dia dengan lingkungannya di
membuat masalah di dalam sekitar rumah atau sekolahnya
kelas. Oleh karena sikapnya dengan baik, bahkan dia sering
yang cenderung acuh tak peduli, diolok-olok oleh teman-
KA cenderung tidak temannya. Dalam situasi seperti
menunjukkan sikap berontak di ini, KA kerapkali melakukan
dalam kelas. Terkait dengan perilaku agresif atau menyerang
pembelajaran di sekolah, dia lawannya secara diluar
paling menyukai dan meminati kewajaran menurut nilai norma
keterampilan komputer, beserta masyarakat. Apabila sudah
kemampuan hapalan yang baik merasa tersinggung atau marah,
itulah menjadi potensi yang maka KA tidak pandang bulu
menonjol dalam dirinya yang dan cenderung diluar kontrol
hobi menonton televisi ini. dirinya.
Sedangkan pelajaran yang tidak e. Upaya yang dilakukan
disukainya di sekolah adalah Jika KA sedang
matematika. Di sekolah, KA mengamuk, orangtua
yang mengikuti ekstrakurikuler membiarkannya dulu menunggu
Pramuka ini juga mampu kemarahannya reda. Jika
menangkap pelajaran di sekolah dilakukan usaha penanganan
dengan baik, walaupun dengan dengan kekerasan atau paksaan,
cara yang berulang-ulang. maka KA akan makin agresif.
Menurut orangtuanya, Kondisi fisik KA cukup tegap
kebiasaan KA dalam sedangkan orangtuanya sudah
kesehariannya lebih sering berusia 50 tahun keatas. Setelah
berada di rumah dan menonton reda, barulah orangtuanya
televisi dan pada saat di sekolah melakukan pendekatan secara
pada jam istirahat atau pulang persuasif sehingga kemarahan
sekolah, KA sering mencuri atau perilaku agresif KA
waktu untuk menonton di berkurang.
warung dekat sekolah bahkan f. Kecemasan orang tua
kadang tidak mau masuk kelas Menurut orang tua KA,
lagi. Walaupun begitu, dia ada khawatir kadang-kadang
sendiri merupakan pribadi yang cemas juga dengan kondisi
terbuka dengan karakter periang anaknya untuk melanjutkan
dan senang berbicara, serta kehidupannya kelak. Saat
berkomunikasi baik dengan orangtua KA sudah meninggal,
ibu/bapak gurunya. siapa yang akan
d. Perilaku Anak bertanggungjawab terhadap KA
baik dalam hal aktivitas harian
130
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

maupun dalam pekerjaan di lebih tenang dan tidak terlalu


masa datang. Walaupun KA bergejolak. Tentunya hal ini
mempunyai tiga orang kakak, memerlukan waktu dan proses yang
namun kekhawatirn orangtua tidak mudah sebab beberapa tahapan
KA itu tetap saja ada. harus mulai diterapkan pada anak
Pembahasan berperilaku hiperaktif.
1. Karakteristik Perilaku Hiperaktif 2. Jenis Perilaku Hiperaktif
Anak hiperaktif merupakan seseorang Anak didik informan (MS)
yang mengalami Gangguan menunjukkan gejala-gejala perilaku
Pemusatan Perhatian Dengan seperti ini dimana MS hanya dapat
Hiperaktifitas (GPPH) atau Attention bertahan duduk di bangkunya kurang
Deficit And Hyperactivity Disorder dari 20 menit dan mudah beralih
(ADHD). Dahulu kondisi ini sering perhatian jika ada stimulus lain.
disebut minimal brain disfunction Planning disorder adalah bentuk
syndrome. Terhadap kondisi anak perilaku yang ditandai dengan gejala
yang demikian, biasanya para guru impulsivitas seperti bertindak tanpa
sangat susah mengatur dan berpikir dahulu, sulit menjalani satu
mendidiknya. Di samping karena aktivitas, tidak sabar dalam
keadaan dirinya yang sangat sulit menunggu giliran. Hal ini terdapat
untuk tenang, juga karena anak pada AZ dimana saat pembelajaran
hiperaktif sering mengganggu orang berlangsung di dalam kelas, AZ bisa
lain, suka memotong pembicaran guru mengikuti pelajaran yang diberikan
atau teman, dan mengalami kesulitan walaupun tidak lama. Ketika dia tidak
dalam memahami sesuatu yang bisa mengikuti pelajaran, dia tidak
diajarkan guru kepadanya. mau diam dan langsung mengganggu
(https://yhanapratiwi.wordpress.com/ teman sekelasnya atau pergi keluar
2013/04/09/apa-itu--hiperaktif/). kelas. Motoric hyperactivity adalah
Karaktersitik seperti terdapat keempat bentuk perilaku yang ditandai dengan
anak informan dalam penelitian ini tidak pernah tenang, misalnya banyak
yaitu MS, AZ, MN, dan KA dengan gerakan yang dilakukan seperti
berbagai variasi jenis dan dikendalikan oleh mesin, tidak dapat
karakteristiknya. Menghadapi kondisi duduk tenang. Gejala ini dialami oleh
keempat anak tersebut, informan guru ketiga anak didik (MS, AZ dan MN).
telah melakukan proses pendidikan ADHD yang disertai gangguan lain
dan pengubahan perilaku terhadap yaitu bentuk perilaku yang disertai
anak hiperaktif dengan kesabaran, dengan berbagai gangguan seperti
keuletan dan kejelian. Berbekal gangguan kognitif, gangguan tidur
kompetensi lulusan sarjana PLB dan (sleep disorder) yang akan
pengalaman cukup lama dalam mengakibatkan mengalami kesulitan
mendidik anak-anak disabilitas, maka dalam memperhatikan sesuatu dengan
sedikit-sedikit para informan bisa detail serta mengalami masalah
mengubah perilaku siswa menjadi dalam tidurnya seperti banyak
131
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

gerakan ketika dia tidur. Hanya hatinya. yang dimanja biasanya


dialami oleh KA anak didiknya Bapak pengarahan yang diberikan kepadanya
Mastur yang sebagian besar waktunya berkurang dan kalau di sekolah ia
dihabiskan untuk menonton televisi akan memilih berjalan-jalan dan
dan KA sangat hafal dengan acara- berdiri sesukanya dari pada
acara televisi terutama tayangan yang mendengarkan pelajaran yang
disukainya. Bahakn pada saat istirahat diberikan oleh guru. Gejala ini
atau pulang sekolah, KA mencuri-curi dilakukan oleh MS anak didik dari
waktu untuk menonton televisi di informan Bu Lela. MS merupakan
warung dekat sekolah. anak bungsu dari enam bersaudara
3. Faktor Penyebab Perilaku dan dia yang mengalami disabilitas
Hiperaktif sementara kakak-kakanya tidak
Kurangnya perhatian dari orang tua disabilitas. Di rumah MS tinggal
karena terlalu sibuk, sehingga bertiga dengan ibu dan bapaknya
perilaku hiperaktif tampil dengan yang sudah berusia lanjut sementara
tujuan untuk mendapatkan perhatian kondisi fisik MS yang sedang tumbuh
dari lingkungan, terutama orang tua. kembang dan berbadan tinggi besar
Untuk penyebab ini, ditemukan pada membuat orang tuanya merasa
anak MN yang menderita autistik. hawatir dan takut jika MS marah atau
Menurut gurunya, jika gurunya mengamuk. Oleh sebab itu, orang
sedang mengajar atau berinteraksi tuanya cenderung memilih cara-cara
dengan MN kemudian ada stimulus atau pendekatan yang halus dan
atau orang yang mengalihkan cenderung memanjakan MS.
perhatian gurunya, sehingga dia tidak Faktor kurangnya disiplin dan
memperhatikannya lagi, maka MN pengawasan yang dimaksud di sini
akan bereaksi mulai dari menarik- adalah yang kurang disiplin dan
narik tangan atau baju gurunya, pengawasan ini akan membuat
mencubit, dan jika masih belum perilakunya cenderung sesuka hati
berpaling padanya MN akan meronta- dan kurang dapat dibatasi. Apa yang
ronta sambil melemparkan apa yang dilakukan oleh anak tersebut
ada disekitarnya dengan sasaran dibiarkan begitu saja tanpa ada
kepada gurunya atau siapapun orang perhatian dari orang tua. Jika
yang ada disekitarnya. dibiarkan begitu saja tanpa adanya
Faktor pemanjaan juga disamakan perhatian untuk berbuat sesuka
dengan memperlakukan terlalu hatinya dalam rumah, maka
berlebihan. Anak yang terlalu dimanja hiperaktif tersebut akan berbuat
itu sering memilih caranya sendiri sesuka hatinya ditempat lain, baik itu
agar terpenuhi kebutuhannya. Ia akan di sekolah dan orang lain juga akan
memperdaya orang tuanya untuk sulit untuk mengendalikannya. Faktor
memperoleh apa yang diinginkannya. orientasi kesenangan maksudnya di
Cara seperti itulah yang akan sini adalah yang memiliki
membuat untuk berbuat sekehendak kepribadian yang berorientasi
132
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

kesenangan pada umumnya akan diterimanya akibat pelanggaran yang


memiliki ciri-ciri hiperktif secara dilakukannya itu.
sosio-psikologis. Hal tersebut harus 4. Dampak Perilaku Hiperaktif
dididik berbeda dari pada normal Perilaku hiperaktif memiliki berbagai
sebayanya, agar hiperaktif tersebut macam dampak yang merugikan baik
mau mendengarkan dan terhadap diri anak itu sendiri maupun
menyesuaikan diri. yang memiliki bagi lingkungan. Dampak terhadap
orientasi kesenangan ingin diri anak sendiri antara lain
memuaskan kebutuhan atau mempunyai sedikit teman karena
keinginannya sendiri. Ia lebih dijauhi oleh teman-temannya baik di
memperhatikan kesenangan yang sekolah maupun di lingkungan tempat
berasal dari perilakunya dari pada tinggalnya, kurangnya perhatian
memperhatikan hukumannya. terhadap pelajaran, sering gagal atau
Misalnya itu mungkin tahu bahwa ia terhambat dalam tugas yang
melanggar tata tertib yang berlaku diberikan. Akibatnya target
dan ia akan menerima hukuman, perubahan perilaku dan target prestasi
namun jika itu menyenangkannya, ia minimal tidak tercapai. Sementara
akan melakukannya juga walaupun ia dampak bagi lingkungannya, bagi
mencemaskan hukumannya nanti. Ia lingkungan sekolah di dalam kelas
akan melakukan apa yang menjadi anak hiperaktif juga akan
kesenangannya dan tidak peduli mengganggu proses belajar-mengajar
dengan aturan yang sudah ditentukan yang disebabkan perilaku tersebut.
oleh orang lain. Gejala ini dialami 5. Upaya Penanganan Perilaku
oleh AZ anak didiknya Bu Yati Agresif
dimana AZ secara motorik kasar dan Perilaku hiperaktif menimbulkan
halus tidak mempunyai hambatan banyak dampak atau kerugian baik
yang berarti dan AZ sudah mampu dbagi dirinya sendiri maupun bagi
melakukan sendiri Activity of Daily orang lain. Oleh sebab itu, perilaku
Living dan hanya aktivitas tertentu ini harus segera ditangani segera
saja yang harus dibantu atau ditangani dan mendapat perhatian dari
diarahkan orang tuanya atau gurunya. orang tua dan guru. Apabila tidak
Namun dalam proses pembelajaran di segera ditangani, maka akan
dalam maupun di luar kelas, AZ berpeluang besar dalam memberikan
cenderung melakukan perilaku yang dampak yang lebih parah baik
mengganggu teman-temannya yang terhadap diri anak maupun dampak
sedang belajar dan membuat suasana terhadap lingkungan terutama
kelas menjadi tidak kondusif. berpengaruh terhadap anak lain yaitu
Kadang-kadang AZ tidak menuruti merasa terganggu bahkan menjadi
terhadap teguran temannya bahkan pemicu yang lain menjadi
teguran dari gurunya. Terlebih dengan berperilaku hiperaktif. (Izzaty, 2005:
sangsi atau hukuman yang akan 138 ). Di lingkungan sekolah, anak
hiperaktif cenderung ditakuti dan
133
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

dijauhi teman-temannya sehingga dilihat dari berbagai aspek, salah


terisolir dari lingkungannya. Selain satunya adalah aspek kognitif. Reaksi
itu akan berpeluang besar terhadap kognitif adalah ketakutan dan
anak itu sendiri yaitu menjadi kekhawatiran yang berpengaruh
perilaku yang menetap apabila terhadap kemampuan berpikir jernih.
hiperaktif yang dibiarkan begitu saja, Dalam aspek kognitif, gejala yang
akan memberikan dampak pada paling menonjol adalah merasa sedih
perkembangan selanjutnya pada ketika memikirkan masa depan anak.
saatnya remaja nanti akan menjadi Selain merasa sedih, orang tua juga
juvenile deliquence yaitu perilaku mengalami takut ketika meninggalkan
khas kenakalan remaja. anaknya sendirian. Ketakutan ini
6. Kecemasan orang tua terhadap tentu sangat beralasan, mengingat
anaknya sebagian anak hiperaktif sulit untuk
Berdasarkan wawancara yang menghindari bahaya bahkan
dilakukan kepada orang tua anak, cenderung tidak bisa membedakan
terdapat gejala yang sama yaitu mana yang membahayakan dirinya
semua orang tua mengalami maupun orang lain. Lokasi sekolah
kehawatiran atau kecemasan terhadap yang dekat dengan jalan raya,
kondisi anaknya masing-masing. menyebabkan seorang anak pernah
Kecemasan yang dialami orang tua itu tertabrak sepeda motor dan
bervariasi mulai ringan, sedang, dan mengalami luka. Mental age yang
berat. setara dengan anak kecil dan emosi
Aspek Kognitif. Perkembangan yang kurang terkontrol juga
fungsi intelektual anak hiperaktif menyebabkan anak hiperaktif
yang rendah dan disertai dengan kerapkali memperebutkan barang
perkembangan perilaku adaptif yang hingga menyebabkan salah satu
rendah pula akan berakibat langsung diantaranya terluka. Bukan
kepada kehidupan sehari-hari mereka, pemandangan yang asing apabila
sehingga ia banyak mengalami sebagian orang tua mengantar,
kesulitan dalam hidupnya. Berbagai menjemput atau bahkan menunggui
masalah yang akan dihadapi anaknya, anak-anaknya yang besar secara fisik
seperti masalah dalam belajar juga selama proses belajar mengajar
masalah dalam gangguan bicara dan berlangsung. Mengajarkan anak
bahasa tentu membuat orang tua secara terus-menerus untuk
merasa cemas akan kelangsungan menghindari bahaya seperti berjalan
hidup anaknya tersebut. dijalan raya atau menyeberang
Perkembangan kognitif dari anak mungkin dapat menjadi hal kecil yang
hiperaktif yang akan selalu tertinggal dapat dilakukan untuk meminimalisir
dibandingkan anak tidak disabilitas resiko bahaya sehingga harapannya
akan membuat perbedaan yang jelas kecemasan orang tua juga sedikit
bila disandingkan dengan anak yang berkurang.
normal. Kecemasan tersebut dapat
134
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

Aspek Fisik. Individu yang muncul. Menurut Nevid, Rathus dan


mengalami kecemasan akan Greene (2005), aspek behavioral dari
menunjukkan reaksi fisik berupa kecemasan, diantaranya: perilaku
tanda-tanda jantung berpacu lebih menghindar, perilaku melekat dan
cepat, tangan dan lutut gemetar, dependen, dan perilaku terguncang.
ketegangan pada syaraf di belakang Perilaku bergantung pada orang lain
leher, banyak berkeringat, gatal-gatal salah satunya. Menurut penuturan
pada kulit serta selalu ingin buang air orang tua, orang yang sering
besar (Priest dalam Safaria dan dijadikan tempat bergantung adalah
Saputra, 2012). Aspek fisik dari orang terdekat, seperti pasangan
kecemasan berkaitan dengan reaksi- (suaminya atau istrinya) dan bisa jadi
reaksi tubuh tatkala sumber juga anaknya (biasanya kakaknya.
kecemasan itu muncul. Manakala Orang tua akan mencurahkan
intensitasnya berulang-ulang, hal ini kesedihan atau keluh kesahnya pada
tentu dapat mengganggu dan orang tersebut. Hal ini tentu sedikit
menghambat kehidupan orang yang banyak mengurangi perasaan sedih
mengalaminya. Keterbatasan dan cemas yang dialami orang tua.
kemampuan yang dimiliki anak tentu Keterbatasan inteligensi anak yang
membuat orang tua lebih sering membuatnya sulit untuk
memikirkan kelangsungan hidup menampilkan perilaku adaptif sesuai
anaknya yang akan sedikit berbeda dengan harapan masyarakat
dengan anak-anak pada umumnya. merupakan faktor utama penyebab
Selain gejala sering menarik napas, kecemasan yang dialami orang tua.
gejala fisik yang juga muncul adalah Mengajarkan kemampuan bina diri
kepala pusing, kepala terasa berat, (activity daily living) seperti mandi,
merinding, mudah menangis, tegang berpakaian, makan dan minum serta
serta lesu ketika memikirkan masa melakukan pekerjaan-pekerjaan
depan anak. Apabila gejala-gejala ini sederhana seperti menyapu dan
tidak ditangani, maka tidak menutup mengepel mungkin akan sedikit
kemungkinan tingkat kecemasan yang mengurangi kecemasan orang tua.
dialami orang tua akan meningkat dan
mengganggu kehidupannya sehari- Simpulan
hari. Saling berbagi cerita dan Penelitian dengan fokus Perilaku
pengalaman sesama orang tua anak Hiperaktif Anak Disabilitas di SLB BC
hiperaktif atau berkonsultasi dengan Kersamanah Garut, setelah dilakukan
guru-guru bisa menjadi solusi untuk paparan dan analisis, maka ditarik
mengurangi ketegangan dan beberapa kesimpulan berikut.
kekhawatiran yang dialami. 1. Karakteristik informan dalam
Aspek Behavioral. Seseorang yang penelitian ini adalah guru kelas yang
mengalami kecemasan, juga akan sudah lama mengajar anak-anak
menampakkan gejala perilaku yang hiperkatif, tiga orang perempuan
khas tatkala sumber kecemasan itu dan satu orang laki-laki,
135
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

berpendidikan sarjana di bidangnya masa depannya, pendidikan,


(Pendidikan Luar Biasa). Disamping pekerjaan, dan rumah tangga.
itu, informan penelitian ini juga Saran
adalah orang tua siswa hiperaktif Berdasarkan kesimpulan penelitian,
dimana anak-anak tersbeut tinggal peneliti menyampaikan saran agar para
bersamanya. orang tua diharapkan dapat membentuk
2. Interaksi anak dengan teman dan forum komunikasi atau perkumpulan
guru berjalan dengan relatif baik, orang tua anak dengan disabilitas
kecuali dalam situasi dan kondisi dengan tujuan untuk saling menguatkan
tertentu anak menunjukkan perilaku diantara oang tua tentang perawatan,
hiperaktif dan agresif kepada teman- pengasuhan, dan pendidikan dalam
temannya yang sebaya dan berumur keluarga serta sebagai media komunikasi
dibawah mereka. antara orang tua dengan pihak sekolah.
3. Bentuk perilaku hiperaktif anak Hal ini bisa dilakukan dengan
disabilitas disekolah bervariasi, membentuk kepengurusan diantara orang
mulai dari perilaku yang tidak tua yang memiliki anak disabilitas,
membahayakan sampai perilaku menyusun jadwal pertemuan rutin,
yang membahayakan dirinya mendiskusiakn program kegiatan yang
maupun orang lain (temannya). akan dilakukan dan melaporkan bentuk
4. Faktor penyebab perilaku hiperaktif kegiatan ini kepada pihak sekolah agar
anak disabilitas dipicu oleh verbal mendapatkan dukungan bagi kemajuan
maupun non verbal, mulai ejekan, perkumpulan organisasi tersebut. Hal
rebutan mainan atau tempat bermain lainnya penelitian ini dilakukan dengan
hingga cubitan, tamparan dan metode kualitatif, maka disarankan
pukulan. kepada penelitian selanjutnya agar
5. Dampak dari prilaku hiperaktif anak dilakukan dengan metode kuantitaif,
disabilitas antara lain menimbulkan sehingga dapat melengkapi hasil
dampak bagi diri anak itu sendiri, penelitian ini.
dampak bagi orang lain dalam
bentuk dampak fisik maupun
dampak non fisik seperti luka luar
maupun dampak psikologis bagi
pelaku maupun korban.
6. Upaya yang dilakukan untuk
mengatasi perilaku hiperaktif anak
disabilitas dilakukan bersifat
pencegahan melalui pengawasan
oleh semua tenaga pendidik dan
kependidikan.
7. Semua informan orang tua,
mengalami kehawatiran atau
kecemasan terhadap kehidupan
136
13
7

DAFTAR PUSTAKA

Bogdan dan Taylor dalam Lexy J. Moleong (2000).


Marlina. (2007). Asesmen dan Strategi Intervensi ADHD.
Tiel Julia Van. (2006). Anakku Terlambat Bicara. Jakarta: Prenada Media Group
Izzaty, R. (200). Mengenali Permasalahan Perkembangan Anak usia TK. Jakarta: Depdiknas
Dirjen Dikti
Nevid, Jeffrey S., Spencer. A. Rathus, dan Greene, Beverly. (2005). Psikologi Abnormal.
Terjemahan Tim Psikologi Universitas Indonesia. Edisi Kelima. Jilid 1. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Sumber Lain:
(https://yhanapratiwi.wordpress.com/2013/04/09/apa- itu--hiperaktif/)

137

You might also like