ID Coronary Heart Disease CHD With Obesity in Kebon Kalapa Village Bogor Baseline C

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

PENYAKIT JANTUNG KORONER [PJK] DENGAN OBESITAS

DI KELURAHAN KEBON KALAPA, BOGOR


[BASELINE STUDI KOHOR FAKTOR RISIKO PTM]
(Coronary Heart Disease [CHD] with Obesity
in Kebon Kalapa Village, Bogor
[Baseline Cohort Study of Non-communicable Diseases Risk Factors])
Rustika1 dan Ratih Oemiati2

Naskah masuk: 2 September 2014, Review 1: 4 September 2014, Review 2: 4 September 2014, Naskah layak terbit: 23 Oktober 2014

ABSTRAK
Latar Belakang: 2EHVLWDV WHODK PHQMDGL PDVDODK SDQGHPLN JOREDO GL VHOXUXK GXQLD :+2 PHQJDWDNDQ VHEDJDL
PDVDODK NHVHKDWDQ NURQLV WHUEHVDU SDGD RUDQJ GHZDVD 'DWD 5LVNHVGDV PHQXQMXNNDQ EDKZD SUHYDOHQVL REHVLWDV
QDVLRQDO EHUGDVDUNDQ ,07 SDGD NHORPSRN XPXU • WDKXQ VHEHVDU Tujuan: 3HQHOLWLDQ LQL XQWXN PHQJNDML IDNWRU
GHWHUPLQDQ 3-. GHQJDQ \DLWX IDNWRU VRVLRGHPRJUD¿ IDNWRU ULVLNR SHULODNX GDQ KDVLO SHPHULNVDDQ GDUDK Metode &URVV
VHFWLRQDO GHQJDQ PHODNXNDQ DQDOLVLV ODQMXW GDUL VXEVHW KDVLO HYDOXDVL GDWD SHQHOLWLDQ ³6WXGL .RKRU )DNWRU 5LVLNR 3HQ\DNLW
7LGDN 0HQXODU´ GL NHOXUDKDQ .HERQ .DODSD .HFDPDWDQ %RJRU 7HQJDK .RWD 6DPSHO VHEDQ\DN UHVSRQGHQ SHQGHULWD
3-. GHQJDQ REHVLWDV 3-. GLWHQWXNDQ EHUGDVDUNDQ SHPHULNVDDQ (.* WDKXQ GDQ PHQJDODPL REHVLWDV ,07
! FP DWDX /3 ! FP SDGD SHUHPSXDQ GDQ FP SDGD ODNL ODNL Analisis XML &KL VTXDUH GDQ UHJUHVL ORJLVWLN Hasil
3HQHOLWLDQ PHQXQMXNNDQ KLSHUWHQVL PHPEHULNDQ ULVLNR NDOL GLEDQGLQJNDQ \DQJ WLGDN KLSHUWHQVL SDGD UHVSRQGHQ 3-.
\DQJ REHVLWDV GHQJDQ &, ± /'/ DNDQ PHPEHULNDQ ULVLNR NDOL GLEDQGLQJNDQ UHVSRQGHQ GHQJDQ /'/ WLGDN
EHULVLNR SDGD NHORPSRN 3-. \DQJ REHVLWDV GHQJDQ &, ± +'/ DNDQ PHPEHULNDQ ULVLNR NDOL SDGD UHVSRQGHQ
GHQJDQ +'/ EHULVLNR SDGD NHORPSRN 3-. \DQJ REHVLWDV GHQJDQ &, ± GDQ 7ULJOLVHULGD WLQJJL DNDQ PHPEHULNDQ
ULVLNR SDGD UHVSRQGHQ 3-. \DQJ REHVLWDV GHQJDQ &, ± Kesimpulan: %DKZD SDGD NHORPSRN PDV\DUDNDW
\DQJ EHUXPXU WXD EHUMHQLV NHODPLQ SHUHPSXDQ VWDWXV SHUNDZLQDQ FHUDL SHNHUMDDQ LEX UXPDK WDQJJD EHUSHQGLGLNDQ WLQJJL
GDQ VRVLDO HNRQRPL WLQJJL DNDQ PHPSXQ\DL ULVLNR 3-. Saran: 'LSHUOXNDQ NDMLDQ OHELK ODQMXW WHQWDQJ 3-. GHQJDQ REHVLWDV
GHQJDQ NXDOLWDV DVXSDQ PDNDQDQ NKXVXVQ\D OHPDN SDGD PLQ\DN \DQJ GLJXQDNDQ XQWXN PHQJJRUHQJ DJDU GDSDW GLNHWDKXL
OHELK ULQFL MHQLV MHQLV DVDP OHPDN MHQXK \DQJ GDSDW PHPSHQJDUXKL PHPEXUXNQ\D SUR¿O OLSLG GDUDK

Kata kunci REHVLWDV 3-. IDNWRU ULVLNR ,07

ABSTRACT
Background 2EHVLW\ KDV EHFRPH JOREDO SDQGHPLF SUREOHP LQ WKH ZRUOG DV :+2 VDLG WKDW LW LV WKH ODUJHVW FKURQLF
KHDOWK SUREOHPV LQ DGXOWV 5LVNHVGDV VKRZQ WKDW QDWLRQDO REHVLW\ SUHYDOHQFH LQ DGXOW EDVHG RQ %0, LQ \HDUV DJH
JURXSV ZHUH 7KH DLP RI WKLV VWXG\ ZDV WR GHWHUPLQH ULVN IDFWRUV RI REHVLW\ RQ &+' L H VRFLR GHPRJUDSK\ EHKDYLRU
ULVN IDFWRUV DQG EORRG WHVW UHVXOWV Methods &URVV VHFWLRQDO GHVLJQ ZLWK D GHHS DQDO\VLV RQ WKH GDWD HYDOXDWLRQ VXEVHW RI
³5LVN )DFWRUV &RKRUW 6WXG\ RI 1RQ &RPPXQLFDEOH 'LVHDVHV´ UHVHDUFK LQ .HERQ .DODSD YLOODJH %RJRU 7KH VDPSOHV WRRN
ZHUH UHVSRQGHQWV &+' SDWLHQWV ZLWK REHVLW\ &+' SDWLHQWV ZHUH GHWHUPLQHG EDVHG RQ (&* H[DPLQDWLRQ LQ DQG
KDG REHVLW\ %0, ! FP DQG KLS UDWLR ! FP RQ ZRPHQ DQG ! FP RQ PHQ $QDO\VLV &KL VTXDUH WHVW DQG ORJLVWLF
UHJUHVVLRQ Results: 7KH UHVHDUFK VKRZV WKDW K\SHUWHQVLRQ JLYHV RI ULVN FRPSDUHG WR REHVH &+' UHVSRQGHQWV ZLWK
QR K\SHUWHQVLRQ ZLWK RI &, ± /'/ JLYHV RI ULVN FRPSDUHG WR UHVSRQGHQWV ZLWK QR ULVN /'/ LQ REHVH &+'

1 Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Litbang Kesehatan, Kemenkes RI, Jl. Percetakan
Negara 23A Jakarta
2 Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Litbang Kesehatan, Kemenkes RI, Jl. Percetakan Negara 29 Jakarta
Alamat Korenpondensi: rustikaherman@yahoo.co.id; rustika@litbang.depkes.go.id

385
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 17 No. 4 Oktober 2014: 385–393

JURXS ZLWK &, ± +'/ JLYH KLJKHU ULVN WR UHVSRQGHQWV ZLWK ULVN\ +'/ LQ REHVH &+' JURXS ZLWK &,
± ZKLOH 7ULJO\FHULGHV JLYHV ULVN WR REHVH &+' UHVSRQGHQWV ZLWK &, ± Conclusion 3HRSOH RI ROG
DJHV IHPDOHV GLYRUFHG KRXVHZLIHV ZHOO HGXFDWHG DQG KLJK VRFLRHFRQRPLF VWDWXV ZRXOG KDYH &+' ULVN Suggestion
5HTXLUHG IXUWKHU VWXG\ RI REHVH &+' RQ WKH TXDOLW\ RI WKH IRRG LQWDNH HVSHFLDOO\ LQ IDW RI WKH RLO XVHG IRU IU\LQJ LQ RUGHU WR
NQRZ PRUH GHWDLO WKH W\SHV RI VDWXUDWHG IDWW\ DFLGV WKDW DIIHFW WKH GHWHULRUDWLRQ RI WKH EORRG OLSLG SUR¿OH

Key words: REHVLW\ &+' 5LVN IDFWRUV %0,

PENDAHULUAN sangat berpengaruh bagi perkembangan terjadinya


obesitas. Obesitas merupakan faktor utama timbulnya
Masalah obesitas telah menjadi pandemik global
penyakit-penyakit degeneratif seperti Diabetes Mellitus
di seluruh dunia dan dinyatakan oleh WHO sebagai
(DM), Penyakit Jantung Koroner (PJK), bahkan
masalah kesehatan kronis terbesar pada orang
kanker. Studi Framingham menunjukkan bahwa
dewasa. Obesitas menjadi masalah di seluruh dunia
obesitas memberikan risiko 1,5 kali mendapatkan
karena prevalensinya yang meningkat pada orang
PJK pada responden yang obesitas dibandingkan
dewasa dan anak (WHO, 2002). Data Riskesdas
yang tidak.
2007 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas
Terjadinya obesitas merupakan dampak dari
nasional berdasarkan IMT pada kelompok umur
terjadinya kelebihan asupan energi dibandingkan
• WDKXQ VHEHVDU GHQJDQ ULQFLDQ SDGD
dengan energi yang diperlukan oleh tubuh sehingga
laki-laki sebesar 13,9% dan perempuan sebesar
kelebihan asupan energi tersebut disimpan dalam
23,8%. Sedangkan prevalensi obesitas sentral pada
bentuk lemak. Aktivitas fisik merupakan salah
SHQGXGXN XPXU • WDKXQ VHEHVDU %DGDQ
satu faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan
Litbangkes, 2007). Prevalensi ini meningkat pada
energi, sehingga apabila aktivitas fisik rendah maka
Riskesdas 2010 obesitas untuk kelompok umur
kemungkinan terjadinya obesitas akan meningkat,
> 18 tahun sebesar 11,7% dengan rincian pada
sedangkan aktivitas yang sedang dan tinggi akan
laki-laki sebesar 16,3% dan perempuan sebesar
mengurangi kemungkinan terjadinya obesitas (Soegih
26,9% (Badan Litbangkes, 2010). Sementara itu
dan Wiramihardja, 2009).
Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi obesitas
Obesitas pada orang dewasa berkaitan dengan
nasional berdasarkan IMT pada kelompok umur
sindroma metabolik, dan obesitas serta sindroma
• WDKXQ VHEHVDU GHQJDQ ULQFLDQ SDGD ODNL
metabolik yang berkembang pada masa anak akan
laki sebesar 19,7% dan perempuan sebesar 32,9%
berlanjut sampai dewasa (Mexitalia, dkk, 2009).
(Badan Litbangkes, 2013).
Sindroma metabolik adalah suatu faktor risiko multipel
Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan
untuk penyakit kardioserebrovaskular, dan sindrom
peningkatan lemak tubuh baik di seluruh tubuh
ini berkembang melalui interaksi antara obesitas
maupun di bagian tubuh tertentu. Obesitas dapat
dan kerentanan metabolik. Sindrom metabolik
ditentukan melalui pengukuran antropometri seperti
merupakan faktor risiko indipenden terhadap penyakit
Indeks Massa Tubuh (IMT), distribusi lemak tubuh
kardiovaskuler. Pengendalian sindrom metabolik
atau persen lemak tubuh melalui pengukuran Tebal
maka pengendalian penyakit kardiovaskuler pada
Lemak Bawah Kulit (TLBK), dan pengukuran lingkar
umumnya dan PJK khususnya akan mudah dilakukan.
perut (Widyastuti dan Subagio, 2006). Obesitas
National Cholesterol Education Programe Adult
adalah suatu kelainan kompleks pengaturan makan
Treatment Panel III (NCEPATP III) mengatakan
dan metabolism energi yang dikendalikan oleh
bahwa sindrom metabolik merupakan kumpulan
beberapa faktor biologi spesifik. Obesitas ditentukan
faktor risiko yang keberadaannya bersama-sama
berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) di mana
meningkatkan kemungkinan atau menjadi faktor risiko
pada orang dewasa perbandingan antara berat badan
yang kuat untuk PJK dan diabetes tipe 2 (Supari,
(dalam kg) dibagi tinggi badan kuadrat (dalam meter)
1995). Diagnosis sindrom metabolik apabila pasien
> 30 kg/m2 merupakan kriteria obesitas (Mexitalia,
memiliki 3 dari 5 faktor risiko yaitu; 1) Obesitas sentral
dkk, 2009). Selain itu juga ditetapkan bahwa obesitas
yang ditentukan dengan lingkar perut > 90 cm pada
sentral adalah lingkar perut > 90 cm pada laki-laki dan
laki-laki dan > 80 cm pada perempuan; 2) Kadar
> 80 cm pada perempuan. Faktor genetik diketahui

386
Penyakit Jantung Koroner (PJK) dengan Obesitas (Rustika dan Oemiati)

HDL < 50 mg/dl pada perempuan dan < 40 mg/dl biologis/fisik yang dikenal dengan sindrom metabolik
pada laki-laki; 3) Trigliserida > 150 mg/dl; 4) Kadar (hiperkolesterolemia, hiperglikemia, hipertensi, dan
gula darah puasa > 110 mg/dl; 5) Tekanan darah > obesitas).
130/85 mmHg. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa faktor
Pengukuran obesitas sentral dengan pengukuran lain yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit
antropometri lingkar perut. Penilaian obesitas sentral kardiovaskuler adalah gangguan kadar lemak dalam
dengan cara antropometri ini secara klinis dianggap darah (dislipidemia). Dislipidemia adalah gangguan
cukup praktis dan valid (Turcato, 2000). Seseorang atau perubahan pada kadar lemak dalam darah.
yang menderita obesitas akan memiliki risiko dua kali Gangguan ini dapat berupa peningkatan kadar
lebih tinggi untuk mengalami tekanan darah tinggi kolesterol total atau hiperkolesterolemia, penurunan
bila dibandingkan dengan orang sehat. Obesitas kadar HDL (+LJK 'HQVLW\ /LSRSURWHLQ), peningkatan
berhubungan dengan meningkatnya trigliserida dan kadar LDL (/RZ 'HQVLW\ /LSRSURWHLQ) atau peningkatan
menurunnya HDL (Soegih dan Wiramihardja, 2009). kadar trigliserida dalam darah (hipertrigliserida). Pada
Penyakit jantung dan pembuluh darah menduduki dasarnya kontrol dislipidemia dan obesitas sentral
peringkat pertama sebagai penyebab kematian akan mencegah atau mengurangi kejadian PJK
di Indonesia. Tren kematian tersebut cenderung (Kamso, 2007).
meningkat pada tahun-tahun terakhir ini. Hasil Survei Individu dengan obesitas memiliki peningkatan
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan jika risiko terjadinya penyakit kardiovaskular dan
pada tahun 1993 memberikan kontribusi sebesar gangguan metabolik seperti penyakit jantung koroner,
19,8% dan meningkat menjadi 24,4% pada tahun 1998. aterosklerosis, hipertensi, dislipidemia, diabetes
Sedangkan Riskesdas 2007 menyebutkan bahwa dan gagal jantung (Wilson PW, 2002). Obesitas
prevalensi penyakit jantung secara nasional sebesar diklasifikasikan oleh American heart association
7,2% (Widyastuti dan Subagio, 2006). PJK merupakan (AHA) sebagai faktor risiko modifikasi mayor untuk
penyakit degenerative yang dapat disebabkan oleh penyakit jantung koroner pada tahun 1988 (Krauss
manifestasi ateroskerosis di pembuluh koroner dan RM, 2012). Hasil review penelitian WHO membuktikan
berbagai macam faktor risiko lainnya. Risiko PJK bahwa terdapat hubungan erat antara obesitas dan
pada orang yang mempunyai riwayat keluarga PJK faktor risiko penyakit kardiovaskular seperti diabetes
atau meninggal mendadak sebelum usia 50 tahun mellitus tipe II, dislipidemia, hipertensi dan penyakit
dibandingkan dengan orang yang tidak punya riwayat jantung koroner (WHO, 2000)
keluarga sebesar 2,5 kali. Hipertensi mempunyai Paparan di atas menunjukkan bahwa PJK dengan
hubungan yang erat dengan terjadinya PJK, karena obesitas merupakan masalah yang sangat berbahaya.
dengan adanya hipertensi, meningkatkan risiko Hasil penelitian Riskesdas sejak tahun 2007 sampai
terjadinya PJK sebesar 6 kali dibandingkan dengan 2013 menunjukkan tren peningkatan obesitas
orang yang tidak hipertensi. Beberapa penelitian dan juga PJK pada penduduk baik di perkotaan
menunjukkan bahwa penderita DM mempunyai risiko mapupun perdesaan. Kondisi tersebut diperkuat
2–3 kali untuk PJK dibandingkan bukan penderita PJK dengan hasil temuan penelitian kohor faktor risiko
(Kandou, 2009). PTM yang menyatakan bahwa responden yang pada
Risiko PJK pada penderita hipertensi akan pemeriksaan awal sehat, kemudian terdiagnosis
meningkat apabila hipertensi disertai satu atau lebih menderita PJK pada pemantauan ke-6 secara umum
faktor risiko PJK lain (Santoso, 1991). Faktor risiko mempunyai IMT yang lebih besar dibandingkan
PTM utama, satu sama lain diketahui saling berkaitan dengan responden yang bukan penderita PJK.
dalam menyebabkan penyakit jantung, diabetes Demikian juga responden yang pada pemeriksaan
melitus, kanker, PPOK dan strok (Bonita, 2001). awal sehat, kemudian terdiagnosis menderita PJK
Dalam hal PJK faktor risiko tersebut antara lain pada pemantauan ke-6 secara umum mempunyai
faktor risiko yang tak dapat/sulit diubah (umur, jenis lingkar perut yang lebih besar dibandingkan dengan
kelamin dan faktor genetik), faktor risiko perilaku yang responden yang bukan penderita PJK (Balitbangkes,
dapat diubah (diet yang salah, merokok, konsumsi 2013).
alkohol, kurang aktivitas fisik), dan faktor risiko

387
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 17 No. 4 Oktober 2014: 385–393

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengkaji perkawinan, dan status ekonomi). Kedua adalah
faktor determinan obesitas pada PJK yaitu faktor faktor risiko perilaku yaitu indeks Brinkman, perokok
sosiodemografi, faktor risiko perilaku, dan hasil pasif, aktivitas fisik, stress, dan hipertensi. Ketiga
pemeriksaan darah dikaitkan dengan obesitas pada adalah hasil pemeriksaan darah (kolesterol total, LDL,
PJK. Analisis akhir secara khusus menghasilkan HDL dan trigliserida, serta hasil gula darah puasa dan
model prediksi obesitas pada PJK dengan analisis gula darah 2 jam PP).
regresi logistik. Pengolahan data diawali dengan melakukan
editing, coding, dan entri lalu cleaning data.
METODE Pengolahan data dilakukan dengan membuat
kategori pada masing-masing variabel penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian prospektif selanjutnya dilakukan analisis univariat untuk
dengan desain penelitian potong lintang (cross mengetahui frekuensi dan distribusi nilai masing-
VHFWLRQDO yang merupakan analisis lanjut dari sub masing variable penelitian. Analisis bivariat antara
set data kohor Penyakit Tidak Menular (PTM) yang variabel dependen (PJK-obesitas) dengan variabel
dilakukan oleh Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan indipenden (sosiodemografi, faktor risiko prilaku,
Masyarakat Badan Penelitian dan Pengembangan faktor risiko biomedik/hasil pemeriksaan darah). Uji
Kesehatan di kelurahan Kebon Kalapa, Kecamatan statistik yang digunakan adalah Chi square. Jika pada
Bogor Tengah, kota Bogor. hasil uji bivariate antar variabel yang bermakna (p
Populasi adalah seluruh responden penelitian < 0,05) akan dilakukan uji regresi logistik sehingga
kohor Penyakit Tidak menular di Kebon Kalapa, didapatkan hasil akhir model prediksi. Penelitian studi
Kota Bogor yaitu sebanyak 2361. Sampel diambil kohor faktor risiko PTM ini sudah mendapatkan ijin etik
dari sumber data skrining responden tahun 2011 dan dari Komisi Etik Badan Penelitian dan Pengembangan
telah dilakukan pemantauan selama dua tahun dan Kesehatan, Kemenkes RI.
pemeriksaan evaluasi tahun 2013 data yang lengkap
bisa dianalisis menjadi N = 1557. Responden tersebut
HASIL
dipilih yang menderita PJK berdasarkan pemeriksaan
EKG (tahun 2013) dan mengalami obesitas (IMT > 25 Karakteristik responden berdasarkan hasil analisis
cm atau LP > 80 cm pada perempuan dan 90 cm pada cross tabulasi antara sosio demografi dan PJK dengan
laki-laki) sehingga hasilnya menjadi 1079 responden obesitas menggunakan uji Chi square dapat dilihat
sebagai sampel penelitian. pada tabel 1.
Penelitian studi kohor faktor risiko PTM dikumpulkan Data pada tabel 1 di bawah memperlihatkan
dengan metode WHO Steps yaitu meliputi wawancara, berdasarkan kelompok umur makin tua umur
pengukuran fisik dan pemeriksaan laboratorium serta responden maka makin tinggi prevalensi PJK dengan
pemeriksaan EKG. Sedangkan data sekunder yang obesitas (p = 0,000). Prevalensi PJK dengan obesitas
masuk kriteria analsis lanjut pada penelitian ini adalah lebih tinggi pada perempuan (65,7%) dibandingkan
responden yang mempunyai obesitas dan hasil laki-laki (38%) dan bermakna (p = 0,000). Status
pemeriksaan EKG terdiagnosis PJK. perkawinan yang terbanyak kelompok cerai (65,3%)
Variabel dependen adalah responden yang dengan p = 0,012. Pekerjaan (p = 0) terbanyak
menderita PJK dan mengalami obesitas. Variabel adalah ibu rumah tangga (64%). Pendidikan (p =
independen pertama adalah sosiodemografi 0,028) terbanyak adalah pendidikan tinggi (64,3%).
(kelompok umur, jenis kelamin, pendidikan, status Sedangkan berdasarkan status ekonomi prevalensi
PJK dengan obesitas yang terbanyak adalah kuintil
5 atau kelompok ekonomi atas (55,9%), namun hasil
uji tidak bermakna.
Pada tabel 2 dilakukan uji kebermaknaan
&KL VTXDUH dengan tabulasi silang antara PJK dengan
obesitas dan variabel risiko perilaku memberikan hasil
sebagai berikut.
Gambar 1. Alur sampel obesitas pada PJK

388
Penyakit Jantung Koroner (PJK) dengan Obesitas (Rustika dan Oemiati)

Tabel 1. Faktor Sosio Demografi PJK dengan Berdasarkan kategori merokok menurut status
Obesitas, Data kohor PTM, 2011 merokok kelompok bukan perokok sebesar 64,5%
obesitas dan PJK sedangkan perokok berat hampir
PJK dengan obesitas
50% dan uji statistiknya tidak bermakna (p = 0,030).
Variabel Ya Tidak p (X2) Meskipun demikian dengan perokok pasif juga tinggi
n % n % yaitu 69,8% namun uji tidak bermakna (p = 0,662).
Kelompok Umur 0,000* Aktivitas fisik terbanyak kategori kurang sebesar
25–34 tahun 104 42,1 143 57,9 56,9% namun hasil uji statistik tidak bermakna
35–44 tahun 199 55,3 161 44,7 (p = 0,73). Berdasarkan gangguan emosional ternyata
45–54 tahun 171 59,4 117 40,6 prevalensi PJK dengan obesitas sangat tinggi (63,6%)
55–65 tahun 115 62,5 69 37,5
Jenis Kelamin 0,000* dengan p = 0,003. Responden penderita hipertensi
Laki-laki 165 38,0 269 62,0 menunjukkan terjadi pada penderita PJK dengan
Perempuan 424 65,7 221 34,3 obesitas yaitu sebesar 71.2% dengan p = 0,000.
Status Perkawinan 0.012* Selanjutnya dilakukan uji kebermaknaan Chi
Belum kawin 39 42,4 53 57,6
6TXUH (X2) cross tabulasi terhadap hasil pemeriksaan
Kawin 503 55,0 412 45,0
Cerai 47 65,3 25 34,7 darah dan responden PJK dengan obesitas yang
Pekerjaan 0,000* dipaparkan pada tabel 3 di bawah ini.
IRT 268 64,0 151 36,0 Hasil pemeriksaan darah pada semua variabel
Karyawan 81 50,3 80 49,7 menunjukkan kebermaknaan p = 0,000.
Wiraswasta 161 51,1 154 48,9
Pada kategori gula darah puasa dan dua jam
Buruh 49 43,0 65 57,0
Lainnya 30 42,9 40 57,1 paska pembebanan glukosa prevalensi tertinggi
Pendidikan 0.028* pada responden yang DM (masing-masing sebesar
Rendah 191 59,1 132 40,9 76,6% dan 84,1%). Pada kolesterol baik yang total,
Sedang 362 51,7 338 48,3 dan LDL prevalensi tertinggi pada kelompok berisiko.
Tinggi 36 64,3 20 35,7
Sedangkan HDL tertinggi pada kelompok yang
Status Ekonomi 0.540
Kuintil 1 60 50,8 58 49,2 HDLnya rendah (64,5%). Demikian pula pada kadar
Kuintil 2 71 48,3 76 51,7
Kuintil 3 55 53,9 47 46,1
Kuintil 4 47 45,6 56 54,4 Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Darah Responden PJK
Kuintil 5 66 55,9 52 44,1
dengan Obesitas, Data kohor PTM, 2011
*) bermakna
PJK dengan obesitas
Tabel 2. Faktor Risiko Perilaku PJK dengan Obesitas, Variabel Ya Tidak p(X2)
Data kohor PTM, 2011 N % N %
Gula darah Puasa 0,000*
PJK dengan obesitas Normal 511 53,1 452 46,9
Variabel Ya Tidak p (X2) GDPT 42 69,5 17 30,5
n % n % DM 36 76,6 11 23,4
Status merokok 0,030 Gula darah 2 PP 0,000*
Perokok berat 25 48,9 23 51,1 Normal 413 49,2 426 50,8
Perokok ringan 210 43,6 272 53,4 TGT 122 73,1 44 26,9
Bukan perokok 354 64,5 195 35,5 DM 53 84,1 10 15,9
Perokok pasif 0.622 Kolesterol Total 0,000*
Ya 204 51,0 130 49,0 Berisiko 301 61,2 191 38,8
Tidak 150 69,8 65 30,2 Tidak 288 49,1 299 50,9
Aktivitas Fisik 0.738 Kolesterol HDL 0,000*
Kurang 29 56,9 22 43,1 Rendah 233 64,5 128 35,5
Cukup 560 54,5 468 45,5 Tidak 356 49,6 352 50,4
Gangguan emosional 0,003* Kolesterol LDL 0,000*
Ya 136 63,6 78 36,4 Berisiko 501 57,4 372 42,6
Tidak 453 52,4 412 47,6 Tidak 88 42,7 118 57,3
Hipertensi 0,000* Trigliserida 0,000*
Ya 190 71,2 77 28,8 Tinggi 145 65,3 77 34,7
Tidak 399 49,1 413 50,9 Normal 444 51,8 413 48,2
*) bermakna *) bermakna

389
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 17 No. 4 Oktober 2014: 385–393

Tabel 4. Analisis Multivariate Regresi Logistik Obesitas Pada PJK, Data Kohor PTM, 2011

95% CI
Variabel p H[S
Lower Upper
Jenis Kelamin 1,17 0,001 0,31 0,236 0,408
Hipertensi 0,6 0,000 1,822 1,311 2,534
Gula darah 2 jam PP -0,675 0,000 0,509 0,384 0,675
LDL 0,507 0,003 1,660 1,186 2,324
HDL 0,508 0,000 1,663 1,237 2,234
Trigliserida 0,434 0,020 1,544 1,071 2,226
Konstanta -0,806 0,063 0,065
5 6TXDUH $GM 5 VTXDUHG
6LJQL¿FDQFH RI WKH PRGHO

trigliserida prevalensi tertinggi pada kelompok yang Jawab:


kadarnya tinggi (65,3%). /RJLW < 3-. GHQJDQ REHVLWDV MHQLV
Selanjutnya dari hasil analisis bi variate yang NHODPLQ KLSHUWHQVL JXOD GDUDK MDP 33
bermakna dilakukan analisis multivariate dengan /'/ +'/ WULJOLVHULGD
regresi logistik sampai menghasilkan persamaan yang < ±
paling tetap (IL[) sebagaimana yang ditampilkan pada S H\
tabel 4 berikut ini: p = 1/1,54
Hasil analisis multivariate menunjukkan hanya Probabilitas = 64,84%
hipertensi yang memberikan risiko 1,82 kali
(tertinggi) dibandingkan yang tidak hipertensi pada Artinya dengan seseorang dengan berjenis
responden PJK dengan obesitas dengan 95% CI kelamin (perempuan), mempunyai hipertensi, hasil
1,31–2,53; LDL akan memberikan risiko 1,66 kali gula darah 2 jam PP menunjukkan DM, LDL tinggi,
dibandingkan responden yang LDLnya tidak berisiko HDL rendah, dan trigliserida tinggi akan memberikan
pada kelompok PJK dengan obesitas (95% CI kemungkinan responden 65 persen terdiagnosis PJK
1,18–2,32); HDL akan memberikan risiko 1,66 kali dengan obesitas
pada responden PJK dengan obesitas (95% CI
1,23–2,23) dan Trigliserida tinggi akan memberikan PEMBAHASAN
risiko 1,5 pada responden PJK dengan obesitas
(95% CI 1,07–2,22). Sasayama (2008) mengatakan bahwa banyak
Nilai R-Square = 0,8591. Memperlihatkan bahwa perbedaan pada hubungan faktor risiko dengan PJK
85% variasi kejadian PJK dan obesitas dipengaruhi di masyarakat Asia dan Negara Barat, ada sejumlah
oleh jenis kelamin, hipertensi, gula darah 2 jam PP, keunikan tentang faktor risiko dan abnormalitas
LDL, HDL dan Trigliserida. metabolik pada PJK di Asia. Misalnya hipertensi
merupakan faktor utama terjadinya stroke dan PJK
Estimasi model: di Asia daripada di Negara Barat. Prevalensi obesitas
< E ; E ; E ; E ; EN;N meningkat seiring peningkatan ekonomi selama dua
< VH[ KLSHUWHQVL JXOD GDUDK MDP sampai tiga dekade terakhir ini. Laju peningkatan
33 /'/ +'/ WULJOLVHULGD diabetes lebih substansial. Tingkat rata-rata kolesterol
rendah pada kelompok usia dewasa di banyak Negara
Prediksi Model Asia daripada di Negara Barat namun peningkatan
Berapa persen kejadian PJK dengan obesitas akan kecenderungan telah diteliti.
terjadi dari seseorang dengan jenis kelamin, hipertensi, Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya PJK.
gula darah 2 jam pp tinggi, LDL tinggi, HDL rendah Laju PJK meningkat seiring dengan peningkatan
dan trigilserida tinggi? obesitas yang berlebihan, tetapi individu yang tidak

390
Penyakit Jantung Koroner (PJK) dengan Obesitas (Rustika dan Oemiati)

obesitas juga tampaknya akan meningkat risiko (Jackson, et al., 2002). Jika dilihat hasil penelitian di
PJK (Gray, et al., 2000). Hong mengatakan bahwa Manado disebutkan bahwa sebagian besar responden
kelompok umur muda memiliki RR untuk lingkar mempunyai tingkat pendidikan SLTA sebesar 64,3
perut berisiko sebesar 3,2 (95% CI 1,1–9,1) dan persen (Nanchahal, et al., 2005). Jika hasil penelitian
kelompok umur tua memiliki RR untuk lingkar perut ini dibandingkan dengan penelitian di Kuwait dan
berisiko sebesar 2,9 (95% CI 1,0–8,4) (Yuling, Manado hasilnya tidak berbeda jauh.
2009). Penelitian lain di Kuwait menyebutkan bahwa Pada tabel 2 terlihat bahwa menurut Status
kelompok umur 45-54 tahun terbanyak menderita merokok kelompok tidak merokok sebesar 64,5
obesitas pada PJK (Jackson, et al., 2002). Penelitian persen dan perokok berat hampir sebesar 50 persen
lain menyebutkan rata-rata kelompok umur 40,8 9,8 dan uji statistik tidak bermakna (p = 0,030). Penentuan
tahun yang menderita obesitas pada PJK (Nanchahal, kategori perokok aktif digunakan Index Brinkman yang
dkk, 2005). Jika merujuk pada hasil penelitian ini dihitung sebagai jumlah rokok yang dihisap dikalikan
yang mendapatkan hasil kelompok umur 45 tahun ke lama merokok (Watanabe, et al., 2011). Penelitian di
atas yang menderita obesitas pada PJK, maka hasil Inggris mendapatkan hasil bahwa perokok aktif yang
ini menunjukkan bahwa umur 40 tahun merupakan menderita PJK pada obesitas sebesar 31,4% dengan
FULWLFDO DJH untuk PJK khususnya yang obesitas. OR sebesar 1,28 (95% CI 0,96–1,71), sedangkan
Hal ini bisa dipahami karena pada usia 40 tahun untuk kategori kurang aktivitas fisik dikaitkan dengan
metabolisme tubuh mulai bermasalah. obesitas pada PJK diperoleh hasil sebesar 43,5
Penelitian ini didukung hasil penelitian lain terkait persen (Wong, 2014). Penelitian ini mendapatkan
dengan jenis kelamin. Penelitian pada studi kasus hasil aktivitas fisik terbanyak kategori 56,9% namun
PJK yang obesitas di Manado terdapat 61,3 persen ujinya tidak bermakna (p = 0,73). Dua variabel yang
berjenis kelamin laki-laki dan 38,7 persen berjenis dianalisis menunjukkan bahwa merokok merupakan
kelamin perempuan (Nanchahal, dkk, 2005). Ghanderi perilaku yang sangat pesat perkembangannya karena
dkk (2009) mendapatkan hasil bahwa obesitas pada prevalensinya makin lama makin besar dengan umur
PJK laki-laki sebesar 42,3 persen dan perempuan perokok yang makin muda. Penelitian di Manado
62,5 persen. Sedangkan hasil tabel 1 disebutkan terkait aktivitas fisik mendapatkan hasil yang hampir
bahwa prevalensi PJK dengan obesitas lebih tinggi mendekati yaitu 61,4% untuk pasien yang tidak
pada perempuan (65,7%) dibandingkan laki-laki (38%) mempunyai aktivitas fisik/olahraga (Nanchahal, et
dan bermakna. Penelitian di Manado merupakan studi al., 2005).
kasus pada pasien yang masuk rumah sakit maka Hipertensi merupakan salah satu faktor yang
hasilnya agak berbeda dengan penelitian epidemiologi sulit dikendalikan dampaknya terhadap penyakit
yang dilakukan di masyarakat pada penelitian yang jantung koroner. Di Amerika serikat 35% kematian
kedua (Ghanderi, HW DO 2009). akibat PJK disebabkan oleh hipertensi (Wong, 2014).
Menurut hasil penelitian ini peringkat pertama Peningkatan tekanan darah berhubungan dengan
pekerjaan adalah ibu rumah tangga (64,3%) dan kedua meningkatnya risiko untuk terjadinya PJK, stroke,
adalah wiraswasta (51,1%). Menilik hasil penelitian gagal jantung, insufisiensi renal, dan penyakit vaskuler
Rompas (Nanchahal, et al., 2005) terlihat bahwa perifer (Setio, 2001). Pada penelitian ini hipertensi
sebagian besar responden mempunyai pekerjaan juga diderita oleh mayoritas penderita PJK dengan
wiraswasta 67,1 persen. Hal ini wajar karena pasien obesitas yaitu sebesar 71,2 persen dengan p = 0,000.
yang dirawat di Manado mayoritas laki-laki, sehingga Hasil analisis multivariat juga memberikan risiko
hasilnya agak berbeda dengan responden pada 1,8 kali dibandingkan yang tidak hipertensi (95%
penelitian ini yang mayoritas perempuan dan bekerja CI 1,31–2,53).
sebagai ibu rumah tangga. LDL tinggi akan memberikan risiko 1,6 kali
Berdasarkan tingkat pendidikan (p = 0,02) dibandingkan responden yang LDLnya tidak berisiko
pada penelitian ini diperoleh hasil terbanyak adalah pada kelompok PJK yang obesitas (95% CI 1,18–
pendidikan tinggi (64,3%). Penelitian di Kuwait 2,32); HDL rendah akan memberikan risiko 1,66
mendapatkan hasil sebesar 50,8 persen berpendidikan kali pada responden yang HDLnya berisiko pada
menengah dan 42 persen berpendidikan tinggi kelompok PJK dengan obesitas (95% CI 1,23–2,23).

391
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 17 No. 4 Oktober 2014: 385–393

Herrera et al. (2009) mendapatkan hasil regresi Hasil analisis multivariate menunjukkan
logistik multiple bahwa umur dan IMT merupakan bahwa hanya hipertensi, LDL, HDL, Trigliserida
variabel yang bermakna pada responden yang yang memberikan risiko PJK dengan obesitas
memiliki hiperkolesterolemia baik pada laki-laki dan probabilitasnya sebesar 64,84 persen, artinya
maupun perempuan (p < 0,001). Penelitian lain responden yang memiliki riwayat hipertensi, LDL
mendapatkan hasil analisis multivariate pada lingkar tinggi dan HDL rendah serta trigliserida tinggi akan
perut memberikan prediktor pada HDL 5,2% (p= mendapatkan kemungkinan sebesar 64,84 persen
0,0005) dan LDL 5,9% (p=0,01) (Ruel, et al., 2003). untuk mendapatkan PJK dengan obesitas.
Hasil penelitian Ghandehari menyebutkan bahwa
Saran
orang yang memiliki 3 faktor risiko FDUGLR PHWDEROLF
yaitu lingkar perut berisiko, hipertensi, kolesterol Sehubungan dengan meningkatnya Penyakit
LDL, HDL dan trigliserida memberikan risiko OR 5,1 Jantung Koroner yang berkaitan dengan obesitas,
(95% CI 3,9–6,6) dan terkena PJK 1,5 kali (95% CI diusulkan agar temuan penelitian ini digunakan
1,1–2.0) (Ghandehari, 2009). sebagai salah satu pertimbangan penting dalam
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Trigliserida pengendalian PTM khususnya kebiasaan aktifitas
tinggi akan memberikan risiko 1,5 pada responden fisik dan kebiasaan pola makan yang tidak sehat.
PJK yang obesitas dengan 95% CI 1,07–2,22, yang Seseorang yang sudah mempunyai obesitas,
menunjukkan hasil yang bisa diprediksi. Sedangkan hipertensi, LDL tinggi, HDL rendah dan Trigliserida
pada kategori gula darah puasa dan dua jam tinggi dianjurkan untuk berobat teratur dan berpola
paska pembebanan glukosa prevalensi tertinggi hidup sehat.
pada responden yang DM (masing-masing sebesar Diperlukan kajian lebih lanjut tentang PJK
76.6% dan 84.1%). Hal ini dapat dipahami barangkali dengan obesitas dengan kualitas asupan makanan
responden yang terdiagnosis PJK (dengan obesitas) khususnya lemak pada minyak yang digunakan untuk
juga sekaligus terdiagnosis DM. Sebagaimana menggoreng agar dapat diketahui lebih rinci jenis-
diketahui bahwa DM dapat meningkatkan kadar jenis asam lemak jenuh yang dapat mempengaruhi
trigliserida dan menurunkan HDL (Sari, Setyawati, memburuknya profil lipid darah.
dan Primasari, 2006). Sedangkan penelitian di kota
Padang mendapatkan hasil kadar trigliserida tinggi UCAPAN TERIMA KASIH
• PJ GO SDGD SHQGHULWD REHVLWDV VHEHVDU
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Tim
pada laki-laki dan 6,9% pada perempuan (Kamso,
Penelitian Kohor, Bogor Pusat Penelitian Intervensi
2006). Sedangkan penelitian di Jayapura mendapatkan
Kesehatan,Badan Litbangkes atas kerjasamanya
hasil kadar trigliserida tinggi sebesar 22,9% (p =
dalam penelitian kohor faktor risiko Penyakit Tidak
0,003) (Oktaviani, Salim, Sanjaya, 2013).
Menular.

KESIMPULAN DAN SARAN


DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013.
Kesimpulan penelitian bahwa pada kelompok Laporan Studi Kohor Faktor Risiko PTM di kota
masyarakat yang berumur tua, berjenis kelamin Bogor. Jakarta.
perempuan, status perkawinan cerai, pekerjaan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013.
ibu rumah tangga, berpendidikan tinggi dan sosial Pokok-pokok hasil Riskesdas 2013. Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2007.
ekonomi tinggi (kuintil 5) akan mempunyai risiko
Riskesdas 2007. Jakarta.
PJK. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2010.
Faktor risiko perilaku pada PJK dengan obesitas Riskesdas 2010. Jakarta.
adalah responden yang memiliki gangguan emosional Bonita, R (et al), 2001. Surveillance of Risk Factors for
yang tinggi, hipertensi, kadar gula darah puasa tinggi, Non-Communicable Diseases: The WHO STEP
dua jam paska pembebanan glukosa tinggi, kolesterol Wise Approach Summary. Geneva: World Health
total tinggi, HDL rendah dan LDL tinggi mempunyai Organization.
risiko untuk mendapatkan PJK dengan obesitas.

392
Penyakit Jantung Koroner (PJK) dengan Obesitas (Rustika dan Oemiati)

CDC. 2002. State-Specific Mortality from Stroke and Oktavian, Antonius., Lidwina Salim, dan Bernabas Sanjaya.
Distribution of Place of Death United States. MMWR, 2013. Sindrom Metabolik di kota Jayapura Buletin
51(20), p. 429. Kesehatan, 41(4) Desember.
Departemen Kesehatan RI, 2008. Laporan Riskesdas Santoso, T., 1991. Dimensi baru penanganan risiko PJK
2007. Jakarta. pada hipertensi, MKI, 41(10) Oktober.
I L Ruel, D Gaudet, P Perron, J Bergeron, P Julien and Sari, Asri Werdha, Vivi Styawati, dan Primasari, 2006.
B Lamarche, 2013. Effect of Obesity on HDL and 3UR¿O 3-. GDQ )DNWRU 5LVLNR 3-. 3DGD 3HQGXGXN
LDL Particle Sizes in Carriers of The Null P207L Miskin Perkotaan di Jakatra. Laporan Penelitian
or Defective D9N Mutation in The Lipoprotein Balitbangkes. Jakarta.
Lipase Gene: The Québec LipD Study, International Sasayama S., 2008. Heart disease in Asia. Circulation(118)
Journal of Obesity, (27), pp. 631–637. doi:10.1038/ p. 2669 71.
sj.ijo.0802276. Soegih, Rahmat dan Kunkun Wiramihardja, 2009. Obesitas
Ghandehari, H, V Le, S Kamal-Bahl, S L Bassin and N Permasalahan dan Terapi Praktis Jakarta: Sagung
D Wong, 2009. Abdominal Obesity and The Spectrum Seto.
of Global Cardiometabolic Risks in US Adults, Setio, Mulyadi Budi, 2001. Pencegahan dan Pengobatan
International Journal of Obesity, (33), pp. 239–48; Hipertensi pada Penderita Usia Dewasa. Jurnal
doi:10.1038. Kedokteran Trisakti, 20(2) Mei – Agustus,
Gray, RS. (et al), 2000. Relation of Generalized and Central hal. 101-107.
Obesity to Cardiovascular Risk Factors and Prevalent Supari, Fadhillah, 1995. Metabolic Syndrome in Jakarta.
Coronary Heart Disease in A Sample of American MKI, 55(10) Oktober.
Indians, International Journal of Obesity (2000) 24, Syah, B. 2002. Non-communicable Disease Surveillance
p. 849-860. and Prevention in South-East Asia Region.
Herrera, VM, (et al), 2009. Interethnic Differences in The Turcato (et al), 2000. Waist Circumference and Abdominal
Accuracy of Anthropometric Indicators of Obesity in Sagittal Diameter As Surrogates of Body Fat
Screening for High Risk of Coronary Heart Disease, Distribution in The Elderly; Their Relation with
International Journal of Obesity,(33), p. 568–576; Cardiovascular Risk Factors. International Journal
doi:10.1038/ijo.2009.35. of Obesity (24), p. 1005-10.
Hong, Yuling, 2009. Burden of Cardiovascular Disease in Tracey C.C.W. Rompas.A. Lucia Panda, Starry H. (s.a.).
Asia: Big Challenges and Ample Opportunities for Rampengan. Hubungan Obesitas Umum Dan
Action and Making a Difference, Clinical Chemistry, Obesitas Sentral Dengan Penyakit Jantung Koroner
55(8) August, p. 1450-52. Pada Pasien Di BLU/RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou
Jackson, R T., Z Al-Mousa, M Al-Raqua, P Prakash Manado, laporan penelitian. Manado: (s.l.).
and A N Muhanna. 2002. Multiple Coronary Risk Watanabe, Naoya., (et al), 2011. Smoking, White Blood Cell
Factors. Healthy Older Kuwaiti Males, 56(8) August, Counts, and TNF System Activity in Japanese Male
p. 709-14. Subjects with Normal Glucose Tolerance, Tobacco
Kamso, Sudijanto, 2007. Dislpidemia dan Obesitas Sentral Induced Diseases.
Pada Lanjut Usia di Kota Padang, Jurnal Kesmas Widyastuti, Nurmasari dan Hartanto Wahyu Subagio,
Nasional, 2(2), Oktober, p. 73-77. 2006. Hubungan Beberapa Indikator Obesitas
Kandou, Grace Debbie, 2009. Makanan Etnik Minahasa dan Hipertensi Pada Perempuan. Media Medika
dan Kejadian PJK, Jurnal Kesmas Nasional, 4(1), Indonesiana, 41(1).
Agustus. Wilson PW, D’Agostino RB, Sullivan L, Parise H, Kannel
Krauss RM, Winston M., 2012. Obesity Impact on WB., 2002. Overweight and obesity as determinants
Cardiovascular Disease. USA: American Heart of cardiovascular risk: the Framingham experience.
Association, Inc. Available at: http://circ.ahajournals.org/ Arch Intern Med. (162) p. 1867-72
content/98/14/1472. WHO,2000. Obesity: Preventing and Managing the Global
Mexitalia, M, Agustini Utari, M Sakundarno, Taro Yamauchi, Epidemic. Report of a WHO
Hertanto W Subagio, dan Agustinus Sumantri, 2009. consultation. Geneva, Switzerland. Available at: http://www.
Sindroma Metabolik Pada Remaja Obesitas. Media who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/.
Medika Indonesia, 43(6). Wong, Nathan D. 2014. Epidemiological Studies of CHD
Nanchahal,K., J N Morris, L M Sullivan, and P W F Wilson, and The Evolution of Preventive Cardiology, Nature
2005. Coronary Heart Disease Risk in Men and The Reviews Cardiology, (11), p. 276–89.
Epidemic of Overweight and Obesity, International
Journal of Obesity (29), pp. 317–323. doi:10.1038/
sj.ijo.0802877.

393

You might also like