Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

Nama : Siti Kholifah

Nim : 88180007
Mencari jurnal tentang “pengobatan termasuk penanganan darurat karena kecelakaan”

1. Coordinating a Team Response to Behavioral Emergencies in the


Emergency Department: A Simulation-Enhanced Interprofessional
Curriculum
Ambrose H Wong 1, Lisa Wing 2, Brenda Weiss 3, Maureen Gang 4
Affiliations expand

Link pubmed : https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26594279/

Abstract

Introduction: While treating potentially violent patients in the emergency department (ED),


both patients and staff may be subject to unintentional injury. Emergency healthcare providers
are at the greatest risk of experiencing physical and verbal assault from patients. Preliminary
studies have shown that a team-based approach with targeted staff training has significant
positive outcomes in mitigating violence in healthcare settings. Staff attitudes toward patient
aggression have also been linked to workplace safety, but current literature suggests that
providers experience fear and anxiety while caring for potentially violent patients. The objectives
of the study were (1) to develop an interprofessional curriculum focusing on improving
teamwork and staff attitudes toward patient violence using simulation-enhanced education for
ED staff, and (2) to assess attitudes towards patient aggression both at pre- and post-curriculum
implementation stages using a survey-based study design.

Methods: Formal roles and responsibilities for each member of the care team, including
positioning during restraint placement, were predefined in conjunction with ED leadership.
Emergency medicine residents, nurses and hospital police officers were assigned to
interprofessional teams. The curriculum started with an introductory lecture discussing de-
escalation techniques and restraint placement as well as core tenets of interprofessional
collaboration. Next, we conducted two simulation scenarios using standardized participants (SPs)
and structured debriefing. The study consisted of a survey-based design comparing pre- and post-
intervention responses via a paired Student t-test to assess changes in staff attitudes. We used the
validated Management of Aggression and Violence Attitude Scale (MAVAS) consisting of 30
Likert-scale questions grouped into four themed constructs.

Results: One hundred sixty-two ED staff members completed the course with >95% staff
participation, generating a total of 106 paired surveys. Constructs for internal/biomedical factors,
external/staff factors and situational/interactional perspectives on patient aggression significantly
improved (p<0.0001, p<0.002, p<0.0001 respectively). Staff attitudes toward management of
patient aggression did not significantly change (p=0.542). Multiple quality improvement
initiatives were successfully implemented, including the creation of an interprofessional crisis
management alert and response protocol. Staff members described appreciation for our
simulation-based curriculum and welcomed the interaction with SPs during their training.

Conclusion: A structured simulation-enhanced interprofessional intervention was successful in


improving multiple facets of ED staff attitudes toward behavioral emergency care.

 Mereka melakukan dua skenario simulasi menggunakan peserta standar (SPs) dan
pembekalan terstruktur. Studi ini terdiri dari desain berbasis survei yang membandingkan
tanggapan sebelum dan sesudah intervensi melalui uji-t Student berpasangan untuk
menilai perubahan dalam sikap staf. Kami menggunakan Manajemen Skala Sikap Agresi
dan Kekerasan (MAVAS) yang divalidasi yang terdiri dari 30 pertanyaan skala Likert.

 Kesimpulannya : Intervensi interprofesional yang ditingkatkan simulasi terstruktur


berhasil meningkatkan berbagai aspek sikap staf UGD terhadap perilaku perawatan
darurat.

2. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penanganan Kasus


Kecelakaan Lalu Lintas pada Pasien Cedera Kepala di Instalasi Gawat
Darurat Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Tahun 2011

Abstract
Tindakan pengobatan dan perawatan penting dilakukan pada keadaan emergency seperti
pelayanan kegawatdaruratan pada pasien kecelakaan lalu lintas. Pada kecelakaan lalu lintas
cedera kepala biasanya terjadi karena kepala yang sedang bergerak membentur sesuatu.
Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab 48%-53% dari insiden cedera kepala, 20%-
28%lainnya karena jatuh dan 3%-9% lainnya disebabkan tindak kekerasan, kegiatan olahraga
dan rekreasi. Berdasarkan laporan dari Kepolisian diketahui jumlah kecelakaan lalu lintas setiap
tahunnya mengalami peningkatan. Begitu juga dengan laporan dari Rumah Sakit DaerahKolonel
Abundjani Bangko Kabupaten Merangin angka kejadian kasus kecelakaan lalu lintas dari tahun
2008-2010 juga mengalami peningkatan. Tahun 2008 sebanyak 1.981 kasus, tahun2009
sebanyak 2.135 kasus dan tahun 2010 sebanyak 2718 kasus serta terbanyak adalah cedera kepala
dengan jumlah kasus sebanyak 865 kasus.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif desain
cross sectional yang bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan pengalaman
perawat dengan penanganan kasus kecelakaan lalu lintas pada pasien cedera kepala di Instalasi
Gawat Darurat Rumah SakitKolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruhperawat di Instalasi Gawat Darurat dengan jumlah sampel sebanyak
23 orang (total populasi).Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara.Hasil
penelitian diketahui dari 23 perawat sebagian besar kurang baik dalam melakukan penanganan
kasus kecelakaan lalu lintas yaitu sebanyak 14 (60,9%). Dilihat dari pengetahuan,sebagian besar
pengetahuan perawat tergolong rendah yaitu sebanyak 12 orang (52,2%),sebagian besar sikap
perawat tergolong kurang baik yaitu sebanyak 13 orang (56,5%) dan sebagian besar pengalaman
perawat tergolong kurang baik yaitu sebanyak 15 orang (65,2%).Adapun simpulan penelitian ini
adalah terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan,sikap dan pengalaman dengan
penanganan kasus kecelakaan lalu lintas dengan cedera kepala. Melihat hasil penelitian maka
perlu dilakukan seminar-seminar dan pelatihan-pelatihan di Rumah Sakit dan luar Rumah Sakit
secara kontinu seperti TOT emergency, BTCLS, PPGDagar penanganan kasus kecelakaan dapat
dilaksanakan dengan baik dan optimal.

https://ejournal.unaja.ac.id/index.php/SCJ/article/view/374

 Tindakan pengobatan dan perawatan penting dilakukan pada keadaan emergency seperti
pelayanan kegawatdaruratan pada pasien kecelakaan lalu lintas. Pada kecelakaan lalu
lintas cedera kepala biasanya terjadi karena kepala yang sedang bergerak membentur
sesuatu. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab 48%-53% dari insiden cedera
kepala, 20%-28%lainnya karena jatuh dan 3%-9% lainnya disebabkan tindak kekerasan,
kegiatan olahraga dan rekreasi.

 Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif desain cross sectional yang bertujuan
mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan pengalaman perawat dengan penanganan
kasus kecelakaan lalu lintas pada pasien cedera kepala di Instalasi Gawat Darurat.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di Instalasi Gawat Darurat dengan
jumlah sampel sebanyak 23 orang (total populasi).Pengumpulan data dilakukan dengan
observasi dan wawancara. Hasil penelitian diketahui dari 23 perawat sebagian besar
kurang baik dalam melakukan penanganan kasus kecelakaan lalu lintas yaitu sebanyak 14
(60,9%). Dilihat dari pengetahuan,sebagian besar pengetahuan perawat tergolong rendah
yaitu sebanyak 12 orang (52,2%),sebagian besar sikap perawat tergolong kurang baik
yaitu sebanyak 13 orang (56,5%) dan sebagian besar pengalaman perawat tergolong
kurang baik yaitu sebanyak 15 orang (65,2%).

 Simpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara


pengetahuan,sikap dan pengalaman dengan penanganan kasus kecelakaan lalu lintas
dengan cedera kepala. Melihat hasil penelitian maka perlu dilakukan seminar-seminar
dan pelatihan-pelatihan di Rumah Sakit dan luar Rumah Sakit secara kontinu seperti TOT
emergency, BTCLS, PPGDagar penanganan kasus kecelakaan dapat dilaksanakan dengan
baik dan optimal.
3. Pendidikan Kesehatan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan pada
Masyarakat di Kelurahan Dandangan

Abstract

Pertolongan pertama adalah upaya pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban
kecelakaan sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau petugas
kesehatan. Pertolongan tersebut bukan sebagai pengobatan atau penanganan yang sempurna,
tetapi hanya berupa pertolongan sementara yang dilakukan oleh petugas First Aid (petugas
medik atau orang awam) yang pertama melihat korban. Tujuan pertolongan pertama adalah
mencegah kematian, mencegah cacat yang lebih berat, mencegah infeksi, mengurangi rasa sakit
dan rasa takut. Tindakan pertolongan pertama yang dilakukan dengan benar akan mengurangi
cacat atau penderitaan hingga menyelamatkan korban dari kematian, tetapi bila tindakan
dilakukan tidak baik dan benar akan memperburuk kondisi akibat kecelakaan hingga membunuh
korban. Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi kecelakaan yang menimpa seseorang atau
sekelompok orang. Kecelakaan bisa terjadi dimana saja, di rumah, jalan, tempat kerja atau
ditempat lainnya. Untuk mengantisipasi masalah itu maka masyarakat perlu mengetahui prosedur
dasar pertolongan pertama pada kecelakaan. Tujuan pengabdian ini yaitu untuk melatih
masyarakat menjadi penolong pertama agar mampu melakukan tindakan pertolongan pertama
apabila diperlukan.

Sumber : google scholar


Keywords: Pendidikan kesehatan, pertolongan pertama pada kecelakaan, masyarakat

 Pertolongan pertama adalah upaya pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban
kecelakaan sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau petugas
kesehatan
 Tujuan pertolongan pertama adalah mencegah kematian, mencegah cacat yang lebih
berat, mencegah infeksi, mengurangi rasa sakit dan rasa takut. Tindakan pertolongan
pertama yang dilakukan dengan benar akan mengurangi cacat atau penderitaan hingga
menyelamatkan korban dari kematian.
4. PENGALAMAN PERAWAT UNIT GAWAT DARURAT (UGD) PUSKESMAS
DALAM MERAWAT KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS
Bintari Ratih Kusumaningrum, Indah Winarni, Setyoadi Setyoadi, Kumboyono
Kumboyono, Retty Ratnawati

Sumber : https://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/view/17

Abstract
Pengembangan pelayanan Puskesmas menjadi Puskesmas Perawatan akan memberikan
pengalaman dan perasaan yang berbeda pada setiap perawat di Puskesmas yang mengalami
perubahan tersebut. Pengembangan Puskesmas tersebut ditunjukkan dengan adanya pelayanan
Unit Gawat Darurat 24 jam yang dapat menangani pasien gawat darurat dan kecelakaan.
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengeksplorasi pengalaman perawat UGD Puskesmas
dalam merawat korban kecelakaan lalu lintas. Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak enam
orang perawat Puskesmas Beji Kota Batu. Hasil analisis dengan metode deskriptif terhadap hasil
wawancara menghasilkan suatu makna yaitu merasakan ketidakberdayaan pada saat merawat
korban kecelakaan lalu lintas di UGD Puskesmas, dan merasakan respon emosional pada proses
berubah. Kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian ini adalah bahwa sistem pelayanan
puskesmas telah berubah menjadi lebih kompleks tetapi perubahan itu tidak diikuti dengan
perubahan dari sumber daya yang membangun sistem tersebut. Kepala Puskesmas sebaiknya
lebih memperhatikan pegawainya sebagai pembangun sistem agar dapat lebih optimal dalam
penanganan pasien.

Kata kunci : Unit Gawat Darurat Puskesmas, kecelakaan lalu lintas, pengalaman perawat,
fenomenologi

 Hasil analisis dengan metode deskriptif terhadap hasil wawancara menghasilkan suatu
makna yaitu merasakan ketidakberdayaan pada saat merawat korban kecelakaan lalu
lintas di UGD Puskesmas, dan merasakan respon emosional pada proses berubah
5. HUBUNGAN KESIAPSIAGAAN DOKTER PUSAT KESEHATAN
MASYARAKAT KOTA BANDA ACEH DENGAN MOTIVASI PENANGANAN
PASIEN KECELAKAAN LALU LINTAS
Syahrizal Syahrizal, Endang Mutiawati, Mudatsir Mudatsir, Imran Imran, Syahrul Syahrul,
Mulyadi Mulyadi
Sumber : http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/view/6477
Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kesiapsiagaan dokter pusat
kesehatan masyarakat kota Banda Aceh dengan motivasi penanganan pasien kecelakaan lalu
lintas. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional.
Populasinya adalah seluruh dokter umum yang ada di Pusat Kesehatan Masyarakat wilayah Kota
Banda Aceh, dengan jumlah sampel 30 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan, tingkat
kesiapsiagaan dokter berdasarkan parameter pengetahuan berada pada kategori sangat siap
dengan 56,7% responden, tingkat kesiapsiagaan dokter berdasarkan parameter sikap dengan
91,2% responden termasuk dalam kategori sangat siap, tingkat kesiapsiagaan dokter diukur
berdasarkan parameter rencana tanggap darurat sebanyak 66,7% responden termasuk dalam
kategori sangat siap, tingkat kesiapsiagaan dokter berdasarkan parameter sumber daya
mendukung sebanyak 63,3% responden termasuk dalam  kategori sangat siap dan 93,3%
responden memilki motivasi kuat dan hubungan kesiapsiagaan dengan motivasi  penanganan
pasien kecelakaan  lalu lintas menunjukkan hubungan yang sedang dan berpola positif (p
<0,001).
(JKS 2016; 3: 153- 160)

6. PENERAPAN RESPONSE TIME PERAWAT DALAM PELAKSANAAN


PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KEGAWATDARURATAN PADA
PASIEN KECELAKAAN DI IGD RSD BALUNG

Dwi Surtiningsih* Cipto Susilo** Mohammad Ali Hamid**

Sumber : jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/TIJHS/article/view/131

Abstarck

The philosophy emergency care that it's Live Saving Time Saving for all actions performed
during emergency conditions must be really effective and efficient and the response time is
calculated from the emergency care of patients come to do treatment. The condition is
reminiscent of the patients losing their lives in the next three defects even very short. The
purpose of this study was to identify application response time nurse in the prioritization of
handling emergency accident patients in Emergency Department of Balung General Hospital.
This was non-experimental research with cross sectional design. The sampling method using
purposive sampling, with a population of 32 respondents in order to obtain a sample of 30
respondents. The research instrument used was the observation sheets and questionnaires. This
study  showed that was application response time nurse in the implementation of the
prioritization of handling emergency accidents in patients with Spearman Rho significance level
α = (0.001). The response time nurse in prioritization of handling emergency accident patients
should be improved in order to achieve the quality of service quality to patients and families of
patients who receive services.

 Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan desasin cross sectional.
Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, dengan popuasi
sebanyak 32 responden sehingga diperoleh sample sebanyak 30 sample.
 Hasilnya menunjukan bahwa penerapan waktu tanggap perawat dalam pelaksanaan
prioritas penanganan kecelakaan gawat darurat pasien dengan tngkat signifikan Spearman
Rho a = (0,001).

7. RESIKO CEDERA AKIBAT KERJA PADA PERAWAT


Putri syalsabila manullang
Sumber : https://osf.io/rpqg6

Abstrack
Cedera adalah rasa sakit yang ditimbulkan akibat kecelakaan atau trauma, sehingga dapat
menimbulkan cacat, luka, dan rusak pada otot atau sendi serta bagian lain dari tubuh (Eviani,
2012). Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka di setiap perusahaan yang
memiliki tenaga kerja lebih dari 100 orang dan memiliki risiko besar terhadap kecelakaan dan
penyakit akibat kerja wajib menerapkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Permenaker
No.5 Th. 1991). Perawat bertanggung jawab untuk perawatan, perlindungan, dan pemulihan
orang yang luka atau pasien penderita penyakit akut atau kronis, pemeliharaan kesehatan orang
sehat, dan penanganan keadaan darurat yang mengancam nyawa dalam berbagai jenis perawatan
kesehatan. Perawat juga dapat terlibat dalam riset medis dan perawatan serta menjalankan
beragam fungsi non-klinis yang diperlukan untuk perawatan kesehatan.

8. CEDERA YANG BISA TERJADI AKIBAT KECELAKAAN KERJA


PADA PERAWAT
Dialusi Manalu
Sumber : https://osf.io/h6a58
Abstract
Kecelakaan adalah kejadian tidak terduga yang disebabkan oleh tindakan tidak aman dan kondisi
tidak aman (Heinrich, 1930).Perawat adalah tenaga kesehatan yang paling besar jumlahnya dan
paling lama kontak dengan pasien, sehingga sangat berisiko dengan pekerjaannya, namun
banyak perawat tidak menyadari terhadap risiko yang mengancam dirinya, melupakan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Metode yang digunakan adalah Literature review dan
pendekatan artikel non penelitian dalam bentuk studi kepustakaan dengan cara menganalisis.

9. FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KETERLAMBATAN BEROBAT PADA PASIEN PATAH TULANG
DI RSU.PIRNGADI MEDAN
Syafrida Hiliya Rambe
Sumber : https://www.ojs.stikesflora-medan.ac.id/index.php/jkpf/article/view/78
Abstract

Patah tulang (fraktur) adalah putusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan
epiphysis, baik yang bersifat total maupun parsial yang pada umumnya disebabkan oleh trauma
dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma
tidak langsung, biasanya disertai cidera di jaringan sekitarnya.

Neglected fracture dengan atau tanpa dislokasi adalah suatu fraktur dengan atau tanpa dislokasi
yang tidak ditangani atau ditangani dengan tidak semestinya sehingga menghasilkan keadaan
keterlambatan dalam penanganan, atau kondisi yang lebih buruk dan bahkan kecacatan. Menurut
Subroto Sapardan (RSCM dan RS Fatmawati Jakarta, Februari – April 1974), Neglected Fracture
adalah penanganan patah tulang pada extremitas (anggota gerak) yang salah oleh bone setter
(dukun patah), yang masih sering dijumpai di masyarakat Indonesia. Pada umumnya neglected
fracture terjadi pada orang yang berpendidikan dan berstatus sosio-ekonomi rendah.

Dari hasil analisis menggunakan uji Chi square antara perilaku pencarian pengobatan pada
penanganan awal patah tulang dengan keterlambatan berobat pada pasien patah tulang yang
menggunakan Jamkesmas, didapatkan hasil p = 0,003. Karena p < 0,05 maka ada hubungan yang
bermakna antara perilaku pencarian pengobatan pada penanganan awal patah tulang dengan
keterlambatan berobat pada pasien patah tulang yang menggunakan Jamkesmas. Perilaku non
medis dari responden yang memilih mendatangi tempat pengobatan alternatif terlebih dahulu
dibandingkan ke Rumah Sakit, membuat tenggang waktu yang semakin panjang untuk
mendapatkan penanganan oleh tenaga medis. Beberapa responen terlambat berobat dikarenakan
mengharapkan kesembuhan dari pengobatan tradisional dengan menunggu berhari-hari, namun
tidak kunjung membaik, sehingga pada akhirnya pun harus menjalani penanganan oleh dokter
Orthopaedi di Rumah Sakit..
10.EVALUASI MANAJEMEN PENANGANAN CEDERA KEPALA DI
INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD ULIN BANJARMASIN

Arlita Melinda Christy Lesar (2018) EVALUASI MANAJEMEN PENANGANAN CEDERA KEPALA DI


INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD ULIN BANJARMASIN. STIKES SARI MULIA.

Sumber : http://repository.unism.ac.id/182/

Abstract

Setiap tahun diperkirakan terdapat 1,4 juta kasus cedera kepala dengan lebih dari 1,1 juta yang
datang ke IGD dan data dari rekam medik RSUD Ulin Banjarmasin pada tahun 2016 cedera
kepala masuk dalam 10 besar penyakit bedah terbanyak yang harus segera dilakukan penanganan
airway, breathing, circulation, disability, eksposure dan farmakologi yang jika tidak dilakukan
dengan benar dapat menyebabkan penurunan kesadaran bahkan kematian. Tujuan: Untuk
mengetahui manajamen penanganan cedera kepala di IGD RSUD Ulin Banjarmasin pada periode
April 2018. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
deskriptif. Subjek penelitian ini pasien yang masuk di Instalasi Gawat Darurat RSUD Ulin
Banjarmasin dalam periode April 2018 yang didiagnosis cedera kepala. Hasil: Penanganan
cedera kepala yang dilakukan pada 30 pasien, dilakukan dengan baik pada 9 (30%) pasien cedera
kepala berat (CKB), 4 (13,3%) pasien cedera kepala sedang (CKS), 2 (7%) pasien cedera kepala
ringan (CKR) dan cukup pada 15 (50%) pasien CKR. disimpulkan bahwa evaluasi manajemen
cedera kepala di IGD RSUD Ulin Banjarmasin sebagian besar sesuai SOP (Standart Operasional
Prosedur) Dengan mengacu pada buku ITLS (Internasional Trauma Life Support), BLS (Basic
Life Support) dan Medik RSUD Ulin Banjarmasin, namun checklist yang dibuat peneliti
mengarah pada cedera kepala berat sedangkan sebagian besar pasien yang ditemukan peneliti
adalah cedera kepala ringan yang tidak semua tindakan perlu dilakukan pada pasien. Simpulan:
Penanganan cedera kepala di IGD RSUD Ulin yaitu CKB dan CKS dengan predikat baik,
sedangkan CKR dengan predikat cukup. Kata Kunci : Cedera Kepala, Manajemen Cedera
Kepala.

You might also like