Perspektif Teologi Dispensasi Terhadap Israel Dan Gereja Tubuh Kristus Serta Relevansinya Bagi Pendidikan Agama Kristen

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

Volume 2, No 1, November 2020 (1-16) e-ISSN 2715-0798

https://ejournal.sttgalileaindonesia.ac.id/index.php/ginosko

Perspektif Teologi Dispensasi terhadap Israel dan Gereja Tubuh Kristus


serta Relevansinya bagi Pendidikan Agama Kristen

Royke Lantupa Kumowal


Sekolah Tinggi Teologi Anderson Manado
royke.kumowal@sttanderson.ac.id

Abstracti: There are some views that Israel and church as the body of Christ are the same, but
there are also those who argue that Israel and church as the body of Christ different. Which is
right? So, to be able to understand more deeply about the differences between Israel and the
church as the body of Christ, it is necessary to conduct a comprehensive study based on data in the
Bible. The research method used by the author in discussing this article is library research, which
uses library sources such as books, journals, Bibles, commentaries, the internet, and other sources
to answer the problems researched by the authors. The purpose of this writing: First, every
Christian will not experience confusion when he meets the word Israel and the church as the body
of Christ in the Bible, because through the teachings of dispensationalism, it will be explained
when Israel existed and when the church was started. Second, Christians will no longer identify
Israel with the church as the body of Christ, because God continues to work for his people, namely
Israel and the church as the body of Christ. The relevance of dispensational theology for Christian
education is to become a teaching guide for educators and dispensational theology gives its own
color in Christian education.
Keywords: body of Christ; Church; Dispensational Theology; Israel

Abstrak: Ada beberapa pandangan berpendapat bahwa Israel dan gereja tubuh Kristus adalah
sama, tetapi ada juga yang berpendapat bahwa Israel dan gereja tubuh Kristus berbeda. Untuk
dapat memahaminya lebih dalam lagi tentang perbedaan antara Israel dan Gereja Tubuh
Kristus, maka perlu diadakan studi komprenhensif yang didasarkan pada data-data dalam
Alkitab. Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam membahas artikel ini adalah
studi kepustakaan (library research), yang menggunakan sumber pustaka seperti buku, jurnal,
Alkitab, tafsiran, internet, dan sumber-sumber lainnya untuk menjawab permasalahan yang
diteliti oleh penulis. Tujuan dari penulisan ini: Pertama, Setiap orang Kristen tidak akan
mengalami kebingungan ketika bertemu dengan kata Israel dan gereja tubuh Kristus di dalam
Alkitab, karena melalui ajaran dispensasionalisme,akan dijelaskan kapan Israel ada dan kapan
gereja dimulai. Kedua, Orang Kristen tidak akan lagi mengidentifikasikan Israel dengan gereja
tubuh Kristus, karena Allah tetap bekerja kepada umat kepunyaan-Nya, yaitu Israel dan Gereja
Tubuh Kristus. Relevansi Teologi dispensasional bagi pendidikan Kristen adalah menjadi
rambu pengajar bagi pendidik dan teologi dispensasi memberi warna tersendiri dalam dalam
Pendidikan Agama Kristen.
Kata kunci: Gereja; Israel; teologi dispensasi; tubuh Kristus

PENDAHULUAN
Eklesiologi adalah ajaran tentang gereja istilah ini diambil dari kata dalam bahasa
Yunani, yaitu ekklesiologi. Ajaran tentang gereja juga tidak terlepas dari perdebatan kaum
teolog yang dapat membawa perpecahan baik secara doktrinal maupun secara
denominasional. Perdebatan tersebut diakibatkan adanya beberapa pandangan para

Copyright© 2020, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 1


Perspektif Teologi Dispensasi terhadap Israel dan Gereja…(Royke L. Kumowal)

teolog dan umat Tuhan yang berpendapat bahwa Israel dan gereja tubuh Kristus adalah
sama, tetapi ada juga yang berpendapat bahwa Israel dan gereja tubuh Kristus berbeda.
Jadi, untuk dapat memahaminya lebih dalam lagi tentang perbedaan antara Israel dan
Gereja Tubuh Kristus, maka perlu diadakan studi komprenhensif yang didasarkan pada
data-data dalam Alkitab. Hal ini sangat penting untuk dapat mengetahui perbedaan
pandangan di kalangan orang-orang Kristiani dan setelah itu penulis akan merelevansikan
pandangan dispensasionalisme terhadap doktrin tentang gereja bagi perkembangan
Pendidikan Agama Kristen.

METODE
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah studi kepustakaan (library
research), yang menggunakan sumber pustaka seperti buku, jurnal, Alkitab, tafsiran,
internet, dan sumber-sumber lainnya untuk menjawab permasalahan yang diteliti oleh
penulis.
PEMBAHASAN
Pengertian Dispensasi
Vulgata menterjemahkan kata Yunani “oikonomia dari ungkapan bahasa latin
dispensatio.1 Oikonoia adalah bentuk kata feminim yang berarti pengaturan rumah tangga
atau bisa juga berarti susunan, dan rencana. Bentuk maskulin dari kata oikonomia tersebut
dapat diartikan sebagai seseorang yang berperan sebagai atasan atau melayani sebagai
pelayan rumah tangga. Secara etimologi, “oikonomia” berasal dari dua kata, yaitu oikos
(rumah) dan nemo (peraturan).2 Dalam Alkitab bahasa Inggris Authorized atau King James
Version (KJV), kata ini selalu diterjemahkan “”steward (pelayan, pengurus), “stewardship”
(kepelayanan, kepengurusan) dan “dispensation” (dispensasi) (bandingkan Lukas 16:2-4; 1
Korintus 9:17; Efesus 1:10; 3:2, 9; Kolose 1:25 dan 1 Timotius 1:4-3).3 Dalam Alkitab
bahasa Indonesia Terjemahan Baru (TB), kata oikonomia diterjemahkan urusan (Lukas
16:2), jabatan (Lukas 16:3,4), tugas penyelenggaraan (1 Korintus 9:17; Efesus 3:9) dan
tugas (Kolose 1:25).4 Terjemahan Alkitab dalam bahasa Inggris, Revised Version (RV),
menunjukkan bahwa kata “dispensation” perlu juga digunakan pada dua ayat lainnya
dalam Alkitab, yakni Efesus 3:9 (KJV: fellowship, persekutuan; TB: tugas penyelenggaraan)
dan 1 Timotius 1:4 (KJV: edifying, membangun akhlak; TB: tertib hidup keselamatan).5
Kata oikonomia memiliki arti “suatu administrasi”, baik berupa rumah, atau
properti, bangsa, atau dalam konteks ini dapat diartikan administrasi umat manusia pada
periode tertentu. Apabila diilustrasikan, sama seperti orang tua yang mengatur rumah
tangganya dengan cara yang berbeda, sesuai dengan kebutuhan yang berbeda, namun
untuk satu tujuan yang baik. Demikian juga Tuhan pada waktu yang berbeda berurusan
dengan manusia dengan cara yang berbeda, sesuai dengan kebutuhan kasus yang terjadi,
tetapi untuk satu tujuan yang besar dan agung

1 Eddy Peter Purwanto, Teologi Perjanjian Versus Dispensasionalisme (Tanggerang: STT International

Philadelphia, 2004), 8.
2 Charles F. Baker, A Dispensational Theology (Teologi Sistematika Dispensasional), (Jakarta: Pustaka

Alkitab Anugerah, 2009), 2.


3 Baker, A Dispensational Theology (Teologi Sistematika Dispensasional), 2.
4 Frans P. Tamarol, Ayat-Ayat Alkitab Saling Bertentangan (Jakarta: Yayasan Pelayanan Literatur

Anugerah, 2010), 23.


5 Charles F Baker, Dispensational Relationships (Hubungan Dispensasional) (Jakarta: Pustaka Alkitab

Anugerah, 2011), 2.

Copyright© 2020, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 2


GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika; Vol 2, No 1 (November 2020)

Scofield, mengemukakan bahwa dispensasi sebagai periode waktu yang


didalamnya manusia diuji di dalam perspektif ketaatan berkenaan dengan sejumlah
pernyataan khusus kehendak Allah. Chafer, setuju dengan apa yang dikemukanan oleh
Scofield dalam penekanan terhadap unsur waktu bahwa dispensasi dapat dikatakan
sebagai wahyu progresif dari ketetapan Allah.6 Ia menambahkan bahwa sebagai ukuran
waktu, dispensasi adalah periode yang ditandai oleh hubungannya dengan maksud khusus
Allah yaitu maksud yang akan dilaksanakan dalam periode tertentu oleh orang-orang yang
dipilih-Nya.7 Ryrie menjelaskan dengan ringkas bahwa dispensasi adalah peraturan Allah
yang dapat dibedakan dalam mengupayakan terlaksananya maksud Allah. Dispensasi dari
sisi pandang Allah, yaitu ekonomi; dan dari sisi pandang manusia, adalah tanggung jawab.
Ryrie mengutip buku Lewis Chafer bahwa dispensasi adalah kata Latin yang di Inggris-kan,
yang digunakan Vulgata untuk menterjemahkan kata Yunani. Kata kerja Latinnya
merupakan sebuah kata majemuk artinya to weight out (menimbang) atau dispense
(membagikan, menyelenggarakan, mengeluarkan).8
Paulus menggunakan kata kata-kata tersebut dalam pengertian rohaniah mengenai
rumah tangga Allah. Dari penggunaan Paulus terhadap kata-kata inilah para dispen-
sasionalis mendapatkan wewenang mengaplikasikan istilah tersebut bagi pengaturan
lainnya dari Allah pada masa-masa yang lain. Jika Paulus sah menggunakan kata okonomia
terhadap rencana dan program Allah pada masa sekarang, tentu saja sah apabila istilah itu
diaplikasikan pada pengaturan-pengaturan atau penyelenggaraan terhadap program dan
kehendak Allah pada waktu yang telah lalu maupun waktu yang akan datang.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kata dispensasi
secara harafiah berarti penatalayanan atau administrasi atau ekonomi. Oleh karena itu,
dalam penggunaan Alkitabiahnya, dispensasi adalah penatalayanan yang ditetapkan secara
ilahi dari wahyu tertentu dari pikiran dan kehendak Allah yang membawa tanggung jawab
kepada seluruh umat manusia atau kepada sebagaian umat yang kepadanya wahyu itu
secara khusus diberikan oleh Allah. Para Dispensasional memandang dunia sebagai rumah
tangga yang dijalankan oleh Tuhan. Di dalam dunia rumah tangga itu, Allah menjadi tuan
rumah yang membagi atau mengatur program-Nya menurut kehendak-Nya sendiri melalui
berbagai tahap pewahyuan dan proses waktu.
Bapa-bapa Gereja Pada Abad Permulaan
Justin Martyr (110-165 SM). Pengajaran dispensasionalisme sebenarnya sudah ada
jauh kebelakang sebelum abad ke-19 dalam ajaran gereja mula-mula. Justin dalam
karyanya Dialogue with Trypho mengemukakan tentang konsep program Allah yang
berbeda. Menurut Justin, sebelum adanya sunat dan hukum Taurat, seseorang dapat
menyenangkan Allah tanpa harus disunat dan Taurat, tetapi setelah Allah menyatakan
wahyu-Nya kepada Abraham, sunat menjadi suatu keharusan yang harus dilakukan oleh
bangsa Israel dan setelah pemberian Hukum di gunung Sinai, orang Israel harus taat
melakukan berbagai upacara keagamaan dan mentaati seluruh hukum yang ada di

6 Philip Suciadi Chia dan Juanda, “Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab,”
Journal KERUSSO 5, no. 1 (2020): 20–37.
7 Baker, A Dispensational Theology (Teologi Sistematika Dispensasional), 3.
8 Hasudungan Sidabutar dan Rinto Hasiholan Hutapea, “Kontribusi Teologi Dispensasionalisme Bagi

Pendidikan Kristen,” The Messenger 1, no. 1 (2020): 1–24,


http://jurnalsttabdigusti.ac.id/index.php/Messengers/article/view/1.

Copyright© 2020, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 3


Perspektif Teologi Dispensasi terhadap Israel dan Gereja…(Royke L. Kumowal)

dalamnya.9 Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Justin memahami pokok utama dari
ajaran dispensasionalisme tentang perbedaan oikonomia di dalam PL.
Irenaeus (130-200 sM). Irenaeus menulis sebuah buku yang berjudul Against
Heresies, dalam bukunya. ia membedakan antara tiga perjanjian di PL dan Injil. Dalam buku
tersebut ia menuliskan bahwa 4 perjanjian tersebut, adalah: pertama, sebelum banjir besar
(zaman Adam); kedua, setelah air bah (zaman Nuh); ketiga, ketika Taurat diberikan
(zaman Musa); keempat, Ketika manusia masuk dalam masa pembaharuan, segala sesuatu
diperhitungkan melalui Injil untuk dan membawa manusia ke dalam Kerajaan Sorga.10
Irenaeus memang tidak menyebutkan tentang periode dispensasi dalam tulisannya
di atas, tetapi pemisahan yang dikemukakan oleh Irenaeus adalah cara orang dispensasio-
nalisme memandang Alkitab. Meskipun Irenaeus tidak menggunakan istilah dispensasi
dalam pernyataannya, secara implisit cara berfikirnya adalah seperti kaum dispen-
sasionalis. Dalam hal ini, Irenaeus berada 1 langkah maju dari Justin dalam hal pembagian
dispensasi karena dia membagi zaman bukan hanya di Perjanjian Lama tetapi juga dalam
Perjanjian Baru.
Clement dari Alexandria (150-220). Clement mengemukakan bahwa ada empat
oikonomia, yaitu zaman Adam, Nuh, Abraham, dan Musa.11 Apa yang dikemukakan oleh
Clement memiliki kesamaan dengan Justin yang hanya membagi periode dalam masa
Perjanjian Lama saja.
Augustine. Augustine juga merefleksikan konsep dispensasional dengan hati-hati
dalam tulisannya. Dia membedakan pemberian korban persembahan pada zaman
perjanjian lama dan masa kini yang sudah tidak lagi mempersembahkan korban
persembahan binatang. Menurut Augustine, ada perbedaan cara beribadah antara orang
zaman dahulu dan masa kini. Allah memiliki program dan cara yang berbeda dalam
menjalankan rencana-Nya dalam sepanjang sejarah manusia di dunia ini. Ini juga
merupakan konsep dasar berpikir orang-orang dispensasional.
Berdasarkan pandangan-pandangan yang telah dikemukakan oleh bapa-bapa
gereja di atas, Ryrie menyimpulkan bahwa apa yang dikemukakan oleh bapa-bapa gereja
di abad permulaan bukan berarti mengidentifikasikan bahwa mereka kaum
dispensasionalis, tetapi sangat cukup jelas bahwa mereka menjelaskan prisnsip-prinsip
penting atau konsep awal dari pengajaran dispensasi yang kelak dikembangkan menjadi
ajaran dispensasionalisme.12
Latar Belakang Dispensasi di Zaman Modern
Munculnya ajaran teologi dispensasi pada abad ke-19 di Inggris dan Irlandia
dikecam oleh para teolog covenant. Menurut mereka dispensasionalisme bukanlah
pengajaran Para Rasul dan Alkitabiah, tetapi pengajaran manusia semata. Munculnya
kaum dispensasionalis ini dilatarbelakangi oleh keperihatinan yang mendalam terhadap
apa yang dirasakan sebagai daya yang mati tradisi dan legalisme di dalam Gereja Anglikan.
Salah satu tokohnya yaitu John Nelson Darby (1800-1882).13 Darby mulai mengumpulkan
orang-orang untuk mengadakan pendalaman Alkitab dan perjamuan kudus setiap minggu.

9 Charles C. Ryrie, Dispensationalism Today (Chicago: Moody Press, 1980), 68.


10 Ibid., 68.
11 Chia dan Juanda, “Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab.” 23.
12 Ibid.
13 Harvie M Conn, Teologia Kontemporer (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1988), 128.

Copyright© 2020, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 4


GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika; Vol 2, No 1 (November 2020)

Kelompok orang-orang Kristen inilah disebut “The Brethern” (saudara-saudara) atau “The
Plymouth brethen”yang dipimpin oleh John Nelson Darby, Samuel Tregalles, Charles Henry
Mackintosh dan para pemimpin brethern lainnya. Tokoh-tokoh ini menerbitkan buku dan
karya tulisnya yang terkenal yang mempengaruhi tokoh kekristenan di Amerika seperti
Scofield, Moody, dan James H. Brookes.14
Gerakan ini meluas dan berkembang di Amerika dan menghasilkan Gerekan-
Gerakan Konferensi Alkitab yang diawali dari Konferensi Alkitab Niagara (Niagara Bible
Conference) pada tahun 1870. Gerakan ini terus berlanjut sampai ke berbagai negara-
negara lain. Pada akhir abad ke-19, fundamentalisme di Amerika, teologi mereka sudah
sangat dipengaruhit oleh gerekan “the brethren”, bahkan konferensi-konferensi
pemahaman Alkitab yang bersangkut paut dengan nama Dwight L. Moody dikuasai oleh
orang-orang dispensasionalis. Demikian juga sekolah Alkitab yang didirikan oleh Moody,
yang dikemudian hari disebut Moody Bible Institute, menjadi pusat pengajaran itu.
Pada tahun 1909, Scofield menulis buku yang berjudul Scofield Reference Bible yang
berisi pengajaran-pengajarannya dari konferensi-konferensi itu dan pengajaran Brethren
yang menekankan pemahaman dispensasionalisme diajarkan secara umum. Buku tersebut
menjadi terkenal karena di dalamnya memuat ajaran-ajaran dalam penekanan
dispensasional, dan akhirnya dikenal sebagai pengajaran Dispensasionalisme.15 Dan ayat
yang menjadi dasar konsep kaum dispensasional dalam pembagian periode-periode yang
terdapat dalam Alkitab adalah Ibrani 1:1-2.
Perkembangan Dispensasi
Pierre Poiret (1646-1719)
Dalam bukunya Seorang filsuf dari Perancis, Pierre Poiret (1646-1719) menulis
dalam bukunya yang berjudul “L’O Economie Divine”, bahwa ada 7 tujuh dispensasi atau
sistem pemerintahan Allah di sepanjang sejarah umat manusia. Tujuh dispensasi tersebut,
yaitu: pertama, Masa bayi sampai banjir besar; kedua, masa anak-anak sampai Musa;
ketiga, masa remaja - pada para nabi (sekitar masa Salomo); keempat, masa pemuda -
kedangan Kristus; kelima, masa dewasa - beberapa waktu setelah itu; keenam, masa tua -
masa kerusakan manusia (keempat dan kelima tampaknya adalah bagian awal dan akhir
dari dispensasi Kekristenan); ketujuh, pembaruan dari segala sesuatu - milenium.16
Apabila dilihat dari pembagian periode dalam dispensasi Poiret, dapat dikatakan
Poiret lebih maju dibandingkan dengan bapa-bapa gereja abad permulaan yang masih
fokus pada perjanjian lama karena Poiret telah membagi zaman dalam tiga periode besar,
yaitu masa Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan Millenium. Dari pandangan yang
dikemukanan oleh Poiret, Ehler menyimpulkan bahwa dispensasi yang ketujuh adalah
dispensasi kerajaan seribu tahun, dimana Kristus akan datang kembali yang kedua kalinya
dan akan memerintah selama seribu tahun bersama kedua belas suku Israel.17
John Edwards (1639-1716)
Pada tahun 1699, Edward telah menerbitkan 2 volume karya tulisnya dengan total
790 halaman yang berjudul History or Survey of All the Dispensations. Di dalam buku
tersebut Edward memperlihatkan bagaimana pemeliharaan Allah dimulai dari penciptaan

14 Sidabutar dan Hutapea, “Kontribusi Teologi Dispensasionalisme Bagi Pendidikan Kristen.” 7.


15 Purwanto, Teologi Perjanjian Versus Dispensasionalisme, 14.
16 Ryrie, Dispensationalism Today, 71.
17 Ryrie, Dispensationalism Today, 71.

Copyright© 2020, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 5


Perspektif Teologi Dispensasi terhadap Israel dan Gereja…(Royke L. Kumowal)

hingga akhir dunia. Adapun pembagian dispensasinya adalah:18 Pertama, Ketidak-


berdosaan dan kebahagiaan Adam; Kedua, dosa dan kesengsaraan (Dispensasi ini adalah
ketika Adam jatuh dalam dosa (Kejadian pasal 3) karena ketidakpatuhannya akan perintah
Tuhan. Kejatuhan Adam dalam dosa mengakibatkan seluruh ciptaan juga terkena
hukuman); Ketiga, rekonsiliasi, Dispensasi ini adalah ketika Adam jatuh dalam dosa
(Kejadian pasal 3) karena ketidakpatuhannya akan perintah Tuhan. Kejatuhan Adam
dalam dosa mengakibatkan seluruh ciptaan juga terkena hukuman. (Dispensasi Patriakal:
zaman Adam, zaman Nuh, zaman Abraham; dispensasi zaman Musa; Dispensasi Non
Yahudi; Dispensasi Kristen: masa bayi yaitu zaman primitif, masa kanak-kanak yaitu
zaman sekarang, masa dewasa yaitu zaman akan datang (milenium). Pada periode
millennium, tampak bahwa Edwards memahaminya sebagai pemerintahan rohani. Hal ini
dikemukakan olehnya, “Mungkin Yesus menampakkan diri secara personal, walaupun Ia
tidak akan memerintah secara personal di dunia. masa tua yaitu periode penutup
(kekalahan iblis dan kemudian dilemparkan ke dalam lautan api)).
Apabila melihat penjelasan dari Edwards, garis besar yang dibuat olehnya lebih
teratur dan jelas dibandingkan dengan Poiret karena dia menambahkan periode penutup
yaitu kekalahan Iblis dan penghukuman kekal. Penulis meyakini bahwa dispensasi sebagai
masa yang dapat berubah, dimana Allah memiliki pengharapan tertentu kepada manusia
dan membuat perjanjian bersyarat dan larangan untuk mereka. Manusia dituntut untuk
bertanggungjawab kepada Allah dan dengan kehendak bebasnya memilih untuk taat
kepada Allah atau tidak. Berkat akan diperoleh bagi mereka taat. Dan hukuman dan kutuk
bagi mereka yang melakukan dosa-dosa dan menantang Allah.
Isaac Watts (1674-1748)
Isaac Watts, mengatakan bahwa sebagai manusia yang berakal budi Allah mau
manusia menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik tanpa melanggar
peraturan-peraturan moral yang diberikan dalam dispensasinya, baik di masa sekarang
maupun yang akan datang.19 Adapun pembagian dispensasi dari Watts:20 Pertama,
Dispensasi ketidak-berdosaan (sebelum kejatuhan Adam); Kedua, Dispensasi Masa Adam
dari perjanjian kasih karunia (setelah kejatuhan); Ketiga, Dispensasi zaman Nuh; Keempat,
Dispensasi zaman Abraham; Kelima, Dispensasi zaman Musa (Agama Yahudi); Keenam,
Dispensasi ke-Kristen. Dispensasi Wats hampir sama dengan dispensasi dari tokoh-tokoh
lainnya, hanya saja dalam dispensasinya, Wats tidak menganggap milinium sebagai
dispensasi.
John Nelson Darby (1800-1882)
Darby adalah seorang penulis yang handal penganut classical dispensationalism
(Classical dispensationalism merupakan aliran dispensasi yang berdasarkan pada
pandangan-pandangan dispensasionalis Inggris. Di samping itu, dispensasi ini
mendasarkan banyak pandangannya pada Scofield Reference Bible, yang dikarang oleh C.I.
Scofield). Darby telah menuliskan 40 jilid buku yang ditulisnya sepanjang hidupnya dan
setiap satu buku terdiri dari enam ratus halaman. 21Di dalam buku-bukunya ini, Darby
menuangkan pengetahuannya dalam bahasa asli Alkitab, sejarah gereja, dan filsafat.

18 Chia dan Juanda, “Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab.” 24.
19 Ryrie, Dispensationalism Today, 73.
20 Chia dan Juanda, “Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab.”25.
21 Ryrie, Dispensationalism Today, 75.

Copyright© 2020, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 6


GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika; Vol 2, No 1 (November 2020)

Sebagai eorang dispensasionalis, Darby membagi dispensasi dalam bebepa periode: yaitu:
Pertama, Tahap Firdaus - air bah; Kedua, Nuh; Ketiga, Abraham; Keempat, Israel (di bawah
Hukum Taurat, di bawah keimaman, di bawah Raja-raja); Kelima, Non Israel; Keenam, Roh
Kudus; Ketujuh, Milenium.
Sebagai seorang penulis yang hebat, Darby menjelaskan bahwa setiap dispensasi
berakhir dengan kegagalan.22 Darby juga mengatakan bahwa Israel dan gereja tubuh
Kristus adalah dua umat yang berbeda.23
C. I. Scofield (1879)
Sebagai orang yang aktif dalam pelayanan, Scofield banyak menghabiskan
waktunya untuk mendalami, mempelajari, dan menyelidiki Alkitab. Tahun 1909, Scofield
menerbitkan kaya tulisnya dalam sebuah buku yang terkenal yakni Scofield Reference Bible
untuk mempromosikan pengajaran-pengajarannya kepada banyak orang. Buku itu
mencapai puncak penjualannya pada tahun 1929 dengan mencapai angka penjualan
sebanyak satu juta eksemplar.
Semasa hidupnya, Scofield telah mempengaruhi banyak orang, diantaranya adalah
James Martin Gray (1851-1935), seorang Pimpinan Sekolah dari Moody Bible Institute dan
Lewis Sperry Chafer, pendiri dari Evangelical Theological College (sekarang bernama
Dallas Theological Seminary).24 Dalam bukunya, dia membagi menjadi 7 dispensasi.
Kategori dispensasi menurut Scofield adalah sebagai berikut:25 Pertama, Ketidakber-
salahan manusia (dari penciptaan sampai pengusiran taman Eden); Kedua, hati nurani
(dari Eden - air bah); ketiga, pemerintahan manusia (dari Nuh - Abraham); Keempat,
Perjanjian (Abraham - Musa); Kelima, Hukum Taurat (Musa - Kristus); Keenam, anugerah
(kematian Kristus sampai pengangkatan); Ketujuh, Kerajaan (masa pemerintahan
milenium Kristus).
L.W. Chafer (1871-1952)
Chafer adalah presiden pertama dari Dallas Theological Seminary. Chafer telah
menulis buku Systematic Theology yang memuat tentang ajaran-ajaran dispensasi secara
komprehensif. Ia mensistematiskan dispensasinya sebagai beriku:26 Pertama, Dispensasi
Ketidak-bersalahan manusia. Dalam dispensasi ini tokoh utamanya adalah Adam. Dalam
dispensasi ini manusia diciptakan dengan sangat baik oleh Allah belum mengenal dosa;
Kedua, Dispensasi di bawah hati nurani; Ketiga, Dispensasi pemerintahan manusia;
Keempat, Dispensasi perjanjian; Kelima, Dispensasi hukum taurat; Keenam, Dispensasi
anugerah; Ketujuh, Dispensasi pemerintahan Kristus.
Gagasan Chafer tentang dispensasi tidak berbeda sama sekali dengan Scofield
karena dispensasi Chafer adalah gagasan dari dispensasi Scofield. Dan Kalangan
dispensasional pada umumnya mengenal tujuh dispensasi. Pandangan tujuh dispensasi
telah sepenuhnya dikembangkan dalam Scofield Reference Bibe. Pada tahun 1910, John F.
Walvoord, pengganti Chafer di Dalas Theological Seminary mengemukakan dengan ringkas
beberapa pandangannyaa berkenaan eskatologi. Ia berkata: pertama, Israel tidak memiliki
tanah perjanjian secara permanen. Kedua, Israel akan dikumpulkan dan akan tinggal di

22 Paul Enns, The Moody Handbook of Theology 2 (Malang: Literatur SAAT, 2004), 155.
23 Chia dan Juanda, “Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab.”25.
24 Chia dan Juanda, “Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab.” 25.
25 Paul Enns, The Moody Handbook of Theology 2. 155.
26 Chia dan Juanda, “Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab.” 25.

Copyright© 2020, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 7


Perspektif Teologi Dispensasi terhadap Israel dan Gereja…(Royke L. Kumowal)

tanah perjanjian selama kerajaan 1000 tahun. Ketiga, Janji kepada Israel tidak akan
dipindahtangankan kepada Gereja tubuh Kristus atau orang-orang non-Israel. Keempat,
Orang Israel harus memenuhi janji itu dan menjaga perjanjian Abraham, nenek moyang
mereka.
Penulis sependapat dengan apa yang dikemukakan oleh Walvoord mengenai Israel
bahwa peristiwa-peristiwa terjadi dan janji-janji yang diberikan oleh Allah kepada Israel
suatu saat akan digenapi, tetapi bukan oleh Gereja Tubuh Kristus, yaitu oleh Israel itu
sendiri.
Doktrin Teologi Dispensasi
Para penganut paham dispensasi sangat percaya bahwa Israel berbeda dengan
gereja dan gereja tidak mengganti Israel. Janji-janji yang Allah pernah berikan kepada
Israel tidak akan berhenti atau dipindahtangankan kepada gereja. Tidak mungkin Allah
yang telah berjanji kepada si A tetapi menggenapinya pada si B (ini adalah prinsip yang
sangat keliru). Perlu diperhatikan, bahwa ketika Allah mengikat perjanjian-Nya kepada
Israel itu sifatnya unconditional. Sehingga kaum dispensasional sangat percaya bahwa
janji-janji-Nya yang pernah dijanjikan kepada Israel (baik tanah, keturunan yang banyak,
dan berkat) pasti pada akhirnya akan digenapi dalam masa 1000 tahun (Why. 20).
Sebagaimana Allah pada periode ini memusatkan perhatian-Nya kepada gereja, pada masa
yang akan datang Dia akan kembali memusatkan perhatian-Nya kepada Israel (Rm. 9-11).
Israel dan Gereja
Sejarah Israel
Untuk dapat mengetahui sejarah keberadaan bangsa Israel, maka penulis akan
memulai dari panggilan Allah kepada Abraham. Kitab Kejadian akan menjadi acuan yang
utama untuk menjelaskan bagaimana tentang asal usul bangsa Israel. Dalam Kitab
Kejadian telah tersusun dengan rapih agar dapat mengetahui kejelasan munculnya Israel
sebagai umat umat pilihan Allah. Apabila dicermati, kisah yang ada dalam Kejadian 1-11,
kisah tersebut dipersiapkan dan dirancang dengan baik agar pembaca dapat memahami
dan mendapat informasi dengan jelas tentang munculnya Israel sebagai bangsa yang
terpilih, imamat rajani, bangsa yang kudus, dan umat kepunyaan Allah (1 Petrus 2:9).
Melalui Abaraham Allah ingin membagi pengetahuan tentang Allah kepada bangsa-bangsa.
Berdasarkan ketetapan-Nya, Allah memiliki otoritas untuk memilih siapapun sesuai
kehendak-Nya tetapi bukan berarti Allah mengabaikan atau menolak orang lain. Allah
memilih orang-orang-Nya bukan berdasarkan jasa atau bakat orang tersebut. Seperti
Abrahan, Allah memanggil Abraham dan menyuruh untuk meninggalkan segala jaminan
dan menuju tempat di mana Ia akan menemuinya. Allah memilih orang-orang tertentu.
Sebutan inilah yang menggambarkan pekerjaan Allah dengan sebaik-baiknya sebagai
tindakan tegas, berdaulat, ajaib, sebagai tindakan yang menimbulakn rasa heran dan
berbagai-bagai pertanyaan mengenai alasan, kewibawaan, dan maksud Allah yang berdiri
dibelakangnya.
Mengapa justru Abraham, bukan Nahor atau Haran (Kej 11:27)? Mengapa justru
Ishak dan Yakub, bukan Ismael dan Esau? Allah tidak wajib mempertanggungjawabkan
kebijaksanaan-Nya. Ia memilih dengan sukarela menurut kedaulatan dan kehendak-Nya,
dan pertimbangan-Nya sendiri. Pada hakikatnya Allah memilih orang dalam pengasihan-
Nya yang bebas yang tidak didasarkan pada sikap dan bakat orang itu, tetapi hanya pada

Copyright© 2020, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 8


GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika; Vol 2, No 1 (November 2020)

kehendak Allah sendiri. Allah memilih orang-orang-Nya, menjalin hubungan khas dan
memulai suatu babak sejarah dengan mereka. Menurut Christoph bahwa mula-mula
namanya adalah Ab-ram, yaitu bapa tinggi luhur dan kemudian diberi nama Ab-raham,
yang artinya bapa orang banyak. Anak dari Terah dan tinggal di kota Ur-Kasdim di
Mesopatamia Selatan. Sebelum berjumpa dengan Allah, Abraham adalah orang kafir
(Yosua 24:2). Setelah perjumpaannya dengan Allah (Kejadian 12), Abraham dan
keluarganya meninggalkan kota asal mereka karena beberapa alasan yang tidak
diungkapkan. Abraham dan seluruh keluarganya berpindah sejauh 560 mill ke arah barat
laut, kota Haran.27
Dalam kitab Kejadian 12-25, menceritakan kisah tentang Abraham. Pada Kejadian
12, kisah itu dimulai dari panggilan Abraham dan perintah serta janji Allah kepada kepada
Abraham yang terus akan berlangsung sampai pada penggenapannya dala perjanjian baru.
Adapun isi dari perjanjian Allah dengan Abraham adalah:
Pertama, Allah berjanji akan membuat Abraham menjadi bangsa yang besar
(Kejadian 12:2). Menurut buku World Almanac and Book of Fact, ketika Hitler berusaha
membinasakan orang-orang Yahudi selama Perang Dunia II, populasi orang Yahudi di
seluruh dunia telah mencapai lebih dari 17.0000.000 pada tahun 1901. Jadi, janji Allah
kepada Abraham dalam bagian ini adalah janji secara fisik bukan secara rohani. Kedua,
Allah akan memberkati Abraham, dan akan membuat namanya masyur. Sesudah
meninggalkan Ur-Kasdim, selain keluarga yang ikut bersama dia, harta bendanya pun ikut
dibawa karena Abraham terbilang sebagai keluarga orang kaya (Kejadian 13:2). Di dalam
perjalanannya bersama Tuhan, Abraham terus diberkati oleh Tuhan dengan banyak
ternak, perak, emas, dan pastinya juga dalam hal rohani. Berkat-berkat ini juga telah
dinikmati oleh keturunannya ketika mereka memilih setia kepada Allah.Abraham adalah
Bapa orang beriman. Ketiga, Abraham akan menjadi berkat. Allah berkata kepada Abraham
akan memberkati orang-orang yang memberkatinya dan mengutuk orang-orang yang
mengutuknya. Janji ini dapat dilihat dalam kehidupan Abraham sendiri dimana orang-
orang yang memperlakukan orang Yahudi dengan baik telah menjadi makmur. Implikasi
dari janji Allah kepada Abraham ini mempunyai implikasi Mesianis, yaitu Kristus itu
sendiri (Galatia 3:16).
Banyak yang diminta oleh Allah dari Abraham. Dimulai dari ia harus meninggalkan
negeri dan sanak keluarganya, memisahkan diri dari semua yang cinta kepadanya dan
yang dapat melindunginya, bahkan Abraham harus menyerahkan diri kepada Allah. Itu
semua dapat dilakukan oleh Abraham oleh karena iman. Karena Iman Abraham taat, ketika
dia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya,
ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tuju (Ibrani 11:8)
Janji akan bangsa yang besar dan keturunan yang banyak seperti pasir di pantai
dan bintang di langit datang di tengah-tengah kehidupan Sara yang mandul. Tidak heran
apabila ketika Sara yang mendengar percakapan antara Abraham dan malaikat Tuhan
menjadi tertawa karena dia mengetahui akan keadaannya yang tidak mungkin memiliki
anak. Malaikat Tuhan berkata bahwa Ia akan kembali tahun depan dan mendapatkan Sara,
istri Abraham mempunyai seorang anak laki-laki. Setelah Sara mendengar perkataan
Malaikat Tuhan itu, ia tidak dapat percaya dan tertawa dalam hatinya; yang didengarnya

27 John Drane, Memahami Perjanjian Lama 1 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 24.

Copyright© 2020, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 9


Perspektif Teologi Dispensasi terhadap Israel dan Gereja…(Royke L. Kumowal)

itu tidak akan mungkin terjadi dilihat dari sudut pandang manusia. Makna kata tertawa ini
menyatakan antara ketidakpercayaan sekaligus menaruh harapan akan apa yang sulit
untuk dipercayai itu yakni janji Tuhan.28 Tetapi apa yang mustahil bagi manusia, tidak ada
yang mustahil bagi Allah. Abraham tetap percaya kepada Allah sekalipun Sara, istrinya,
mandul atau tidak dapat memberikan keturunan. Setahun kemudian, lahirlah seorang anak
laki-laki dari Sara, dan Abraham menamainya Ishak yang artinya tertawa, sesuai dengan
apa yang pernah diperintahkan Tuhan kepadanya (Kejadian 17:19). Kelahiran Ishak
menjadi penting karena Ishak adalah anak perjanjian dan ahli waris dari janji-janji Allah.
Melalui Ishak, janji-janji Allah akan digenapi.
Abraham telah berumur 100 tahun (Kejadian 21:5) dan Sara 90 tahun, waktu Ishak
lahir. Jadi, ada 25 tahun lamanya Abraham menunggu terlaksananya janji Allah itu, ia harus
hidup dari kepercayaan.29 Ketika Ishak bertumbuh menjadi seorang anak muda yang taat
kepada orang tuanya, Allah menguji Abraham dengan memberi perintah mengorbankan
Ishak sebagai korban persembahan kepada-Nya. Allah menguji iman Abraham untuk
memperlihatkan apakah ia benar-benar berpegang kepada Allah, sekalipun diminta
daripadanya sesuatu sesuatu yang tidak mungkin, yaitu mengorbankan anak satu-satunya
yang telah Allah janjikan.
Sebelum Abraham menikamkan pisau kepada anaknya, maka Allah bertindak.
Malaikat Tuhan datang dan berseru dari langit kepada Abraham: Abraham! Abraham!
Jangan bunuh anak itu dan jangan kau apa-apakan dia, sebab telah Kuketahui, bahwa
engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang
tunggal kepada-Ku (Kejadian 22:11-12). Sekarang sudah cukup bukti bagi Allah. Dari ujian
itu, nyatalah bahwa Abraham mendahulukan Allahnya daripada segala sesuatu, sekalipun
itu adalah anaknya yang tunggal. Betapa besar kegembiraan Abraham pada waktu itu, lalu
ia melihar seekor domba jantan tersangkut tanduknya dalam belukar. Domba itulah yang
sekarang dipersembahkan Abraham kepada Allah sebagai ganti anaknya.
Sebelum Abraham meninggal dunia, ia mengatur perkawinan Ishak. Ia menyuruh
hambanya pergi kepada keluarganya di Mesopotamia Utara untuk meminang seorang
wanita untuk menjadi istrinya Ishak (Kejadian 24). Hamba itu akhirnya menemukan
seorang gadis yang murah hati, ramah tamah namun tahu bekerja keras, yaitu Ribka
(Kejadian 24:18). Hamba Abraham itu yakin bahwa Allah memilih Ribka, bagi Ishak. Ishak
dan Ribka akhirnya menikah dan dari perkawinan mereka lahirlah dua orang anak
kembar, yaitu Esau dan Yakub (Kejadian 25:21-26).
Kisah Esau dan Yakub diceritakan dalam Kejadian 25-36. Kisah dua anak kembar
ini diceritakan bahwa sudah dari dalam kandungan keduanya saling bertolak-tolakan
(Kejadian 25:22-23). Yakub terbilang anak yang pandai mencari keuntungannya sendiri.
Dimulai dari membeli hak kesulungan dengan sepiring kacang merah (Kejadian 25:26-34),
menipu ayahnya untuk memperoleh berkat kesulungan (kejadian 27:1-35), lalu lari setelah
mendapatkan semua itu karena takut dibunuh oleh Esau (Kejadian 27:41-45) dan atas
perintah Ayah dan Ibunya (Kejadian 28:1-5).
Ketika Yakub berada di Pniel, tinggalah ia seorang diri: jiwanya tidak tentram, hati
kecilnya bicara, ia merasakan dosanya. Ia terlalu percaya kepada dirinya sendiri dan tidak

28 N. S. Asyer, Jujur Terhadap Israel (Jakarta: Logos Haven Light, 2008), 33.
29 F. L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah 1 (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2004), 148.

Copyright© 2020, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 10


GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika; Vol 2, No 1 (November 2020)

menyerah kepada Allah. Kemudian datang dari gelap seorang laki-laki yang bergulat
dengan dia. Mula-mula Yakub tidak mengetahui siapa lawannya itu, tetapi lambat laun
mengertilah ia, bahwa yang memegang dia dan bergulat dengan dia adalah Malaikat Tuhan
itu sendiri.
Yakub meminta berkat kepada-Nya. Sebelum Allah memberkati Yakub, Allah
bertanya kepadanya: Siapakah namanmu? Nama adalah pernyataan hakikat dan dengan
merasa malu Yakub menjawab bahwa namanya adalah Yakub, yang berarti penipu. Dengan
itu, Yakub pun mengaku dosanya selama ini, yakni bahwa dengan segala tipu muslihat ia
berbakti kepada Allah. Allah menjawab kepadanya bahwa namanya tidak akan disebutkan
lagi Yakub, tetapi Israel, sebab ia telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan ia
menang. Israel berarti perjuangan Allah.30
Barth mengatakan bahwa Abraham, Ishak, dan Yakub adalah perintis dan pelopor
umat Israel. Janji yang pernah diberikan oleh Allah kepada Abraham itu digenapi secara
harafiah. Sehingga yang disebut sebagai orang Israel atau bangsa Israel langsung adalah
keturunan langsung dari Abraham, Ishak dan Yakub secara fisik bukan secara rohani.31
Istilah Israel dan orang Israel dijumpai kurang lebih 2300 kali dalam Perjanjian
Lama, dan dalam setiap kasus, kata ini mengacu kepada orang-orang yang secara ras
merupakan keturunan Yakub. Di dalam Perjanjian Baru, Israel disebut kira-kira 75 kali.
Israel juga disebut sebagai orang Yahudi 80 kali di Perjanjian Lama dan 170 kali di
Perjanjian Baru.32 Jadi, jelaslah bahwa siapa yang mengatakan bahwa istilah Israel
mencakup juga orang-orang bukan Yahudi, maka harus dapat memberikan bukti-bukti
dengan jelas dan memuaskan.
Sejarah Berdirinya Gereja
Kata gereja sendiri telah memiliki berbagai arti. Kata tersebut dapat menunjuk
kepada bangunan yang digunakan untuk keperluan keagamaan; juga dapat menunjuk
kepada kumpulan orang dari suatu kelompok keagamaan. Dalam bahasa Ibrani, kata gereja
menggunakan kata qahal,33 yang diturunkan dari akar kata yang sudah tidak dipakai lagi
yaitu qal (atau kal), yang artinya ‘memanggil’; dan ‘edhah yang berasal dari kata ya’adh
yang artinya “memilih” atau “menunjuk” atau “bertemu bersama-sama di satu tempat yang
telah ditunjuk”.34 Qahal juga memiliki arti “sejumlah orang yang berhimpun bersama”,
namun, perhimpunan tersebut tidak selalu pasti berhubungan dengan perkara-perkara
rohani (Kejadian 28:3; 49:6; Mazmur 26:5).35
Perjanjian Baru, memiliki dua kata yang diambil dari Septuaginta, yaitu ekklesia
yang berasal dari kata ek dan kaleo, yang artinya memanggil keluar.36 Harun Handiwijono
dalam bukunya Iman Kristen memberikan pengertian tentang gereja. Harun menjelaskan
bahwa kata gereja berasal dari bahasa Portugis Igreiya yang artinya milik Tuhan.37 Kata
tersebut memilik arti yang sama dengan kata Kyriake. Sedangkan dalam bahasa Inggris

30 Bakker, Sejarah Kerajaan Allah 1, 33.


31 Christoph Barth dan Marie-Claire Barth, Teologi Perjanjian Lama 1 (Jakarta: BPK. Gunung Mulia,
2016), 87.
32 Sidabutar dan Hutapea, “Kontribusi Teologi Dispensasionalisme Bagi Pendidikan Kristen.” 14.
33 Charles C Ryrie, Teologi Dasar 2 (Yogyakarta: ANDI Offset, 2010), 33.
34 Louis Berkhof, Teologi Sistematika 5 (Doktrin Gereja) (Surabaya: Momentum, 2010), 5.
35 Ryrie, Teologi Dasar 2, 5.
36 Berkhof, Teologi Sistematika 5 (Doktrin Gereja), 5.
37 Harun Handiwijono, Iman Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), 32.

Copyright© 2020, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 11


Perspektif Teologi Dispensasi terhadap Israel dan Gereja…(Royke L. Kumowal)

diterjemahkan church (gereja; TB: jemaat, sidang, kumpulan, dan istilah-istilah yang
dibentuk menggunakan kata jemaat dan kata sidang, misalnya jemaat-jemaat, pertemuan
jemaat, sidang jemaah).38 Kata dalam bahasa Inggris, church, berasal dari kata dalam
bahasa Yunani kuriakos, bentuk kepemilikan dari Tuhan.39
Jadi, berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa gereja adalah
kumpulan orang-orang yang dipanggil keluar oleh Allah:, dari berdosa kepada kesucian,
dari mati kepada hidup; dan dari gelap kepada terangnya yang ajaib (1 Petrus 2:9) sebagai
milik kepunyaan Tuhan untuk memuliakan nama-Nya. Orang-orang yang dipanggil keluar
ini adalah orang-orang yang menaruh iman percaya mereka kepada Tuhan Yesus Kristus
Sang Juruselamat manusia. Dan orang ini disebut sebagai gereja tubuh Kristus.
Gereja Tubuh Kristus adalah organisme, bukan organisasi. Gereja tubuh Kristus
begitu unik. Gereja Tubuh Kristus memiliki 2 keunikan, pertama, gereja tubuh Kristus
merupakan gabungan antara orang Yahudi dan bukan Yahudi. Kedua, gereja tubuh Kristus
tidak pernah disingkapkan dalam Perjanjian Lama karena sifatnya yang rahasia. Dengan
dimasukkannya orang Yahudi dan bukan orang Yahudi dalam satu tubuh yaitu Tubuh
Kristus itu berarti bahwa orang-orang bukan Israel adalah sesama ahli waris dan sesama
anggota tubuh.40
Ada banyak kebingungan mengenai kapan pendirian gereja dimulai sehingga
banyak menimbulkan berbagai macam pendapat. Kalangan penganut teologi perjanjian
melihat gereja sebagai israel rohani dan mereka menafsirkan bahwa gereja telah ada sejak
permulaan sejarah.41 Suhento Liauw pernah menjelaskan bahwa ada pendapat yang
mengatakan bahwa gereja dimulai sejak zaman Habel.42 Pendapat ini tidak begitu populer
dan kuat karena sedikit sekali argumentasi yang mendukung pendapat ini. Pendapat
lainnya, ada yang berpendapat bahwa gereja dimulai setelah Yesus memilih murid-murid-
Nya (Matius 4:18-22) dengan alasan karena berdirinya gereja Tuhan maka harus Tuhan
sendirilah yang harus memulainya. Menurut mereka, gereja sudah ada sebelum Matius
16.43 Ada sebagian pendapat lagi yang percaya bahwa gereja dimulai setelah Yesus
menghembuskan nafas-Nya kepada murid-muridnya (Yohanes 20:22), lebih tepatnya yaitu
sebelum pentakosta dan sesudah Yesus Yesus berkata kepada Petrus bahwa kepadanya
Yesus akan mendirikan jemaat-Nya (Matius 16:18). Pandangan berikutnya yaitu bahwa
gereja lahir pada hari pentakosta yaitu ketika Roh Kudus dicurahkan. Sekelompok murid
yang mengalami pencurahan Roh Kudus akhirnya menjadi inti tubuh Kristus. Dengan kata
lain, murid-murid ini sebelum terjadinya hari pentakosta mereka disebut sebagai embrio
gereja tubuh Kristus.
Chafer memberi empat alasan mengapa gereja dimulai pada hari pentakosta. Ia
berkata dalam Baker bahwa tidak mungkin ada gereja di dunia sampai kematian Kristus,
kebangkitan Kristus, kenaikan Kristus untuk menjadi Kepala Gereja, dan kedatangan Roh
Kudus.44 Menurut pandangan ini, keempatnya memang bukan alasan yang kuat mengapa

38 Baker, A Dispensational Theology (Teologi Sistematika Dispensasional), 612.


39 Ibid., 612.
40 Ibid., 612.
41 Ibid., 623-624..
42 Sidabutar dan Hutapea, “Kontribusi Teologi Dispensasionalisme Bagi Pendidikan Kristen.” 16.
43 Ibid.
44 Baker, A Dispensational Theology, 630.

Copyright© 2020, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 12


GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika; Vol 2, No 1 (November 2020)

gereja mesti dimulai pada hari pentakosta, tetapi merupakan alasan mengapa gereja tidak
mungkin dimulai sebelum hari pentakosta.
Praktisnya, semua kalangan dispensasionalis mengadakan pembedaan yang jelas
antara Israel dan gereja. Secara tradisional, penafsiran non dispensasional tidak
membedakan kedua kelompok tersebut. Bagi mereka, Israel adalah gereja dan gereja
adalah Israel. Sebagaimana biasanya, dalam setiap sistem pengajaran yang menyimpang
ada juga unsur kebenaran dapat ditemukan didalamnya. Mengenai unsur kebenaran yang
terdapat dalam sistem pengajaran tradisional tersebut, kiranya dapat dilihat dari kutipan
Scofield Reference Bible. Dalam buku tersebut mengatakan bahwa Israel dapat juga
dikatakan ‘gereja’ yang benar, tetapi bukan dalam pengertian gereja perjanjian baru dan
satu-satunya kesamaannya adalah keduanya “dipanggil keluar” oleh Allah yang sama.45
Sebelum Paulus, gereja adalah Israel dan Israel adalah gereja. Tetapi gereja yang adalah
Tubuh Kristus bukanlah Israel dan Israel juga bukanlah Tubuh Kristus.
Semua kalangan dispensasionalis yang mengadakan pembedaan antara Israel
sebagai gereja dalam Kitab Perjanjian Lama (Kisah Para Rasul 7:38) dan Tubuh Kristus
dispensasi sekarang, harus dapat mengatakan kapan tepatnya Israel berhenti sebagai
gereja dan kapan tepatnya Tubuh Kristus itu dimulai. Pada dasarnya, kebanyakan
perbedaan diantara para dispensasionalis adalah menyangkut hal tersebut. Sebagaian
menganggap gereja dispensasi sekarang dimulai pada Matius 1:1; sebagian lainnya
menganggap dimulai pada hari Pentakosta yaitu pada Kisah Para Rasul 2; sebagian yang
lain percaya gereja sekarang dimulai dengan pelayanan Paulus; masih sebagian yang
lainnya percaya bahwa gereja tidak dimulai hingga selesainya sejarah yang dicakup dalam
Kisah Para Rasul.46
Penulis mendasarkan keyakinan pada dua kenyataan: Pertama, Alkitab mengatakan
bahwa gereja, Tubuh Kristus, adalah rahasia yang tidak pernah diungkapkan dan
tersembunyi berabad-abad lamanya dalam Allah (Roma 16:25; Efesus 3:9) jauh sebelum
dinyatakan kepada Paulus. Ini diperkuat oleh fakta bahwa Alkitab juga menunjukkan jika
gereja yang ada pada perayaan Pentakosta bukan lagi suatu rahasia, tetapi merupakan
nubuatan para nabi sejak zaman dahulu (Kisah Para Rasul 3:21; Yoel 2:28-32). Perlu
diingat bahwa Pentakosta adalah salah satu hari raya tahunan Yahudi yang
menggambarkan penebusan Allah terhadap Israel dalam rangka pembangunan Mesianis.
Program Allah kepada Israel untuk mendirikan kerajaa-Nya tidak akan dipindahtangankan
kepada gereja Tubuh Kristus, tetapi ditunda untuk sementara waktu sampai masa
dispensasi sekarang – yaitu dispensasi anugerah, yang disebut sebagai tubuh Kristus itu
berakhir. Berakhirnya dispensasi tersebut ditandai dengan sangkakala berbunyi dan
semua orang yang percaya kepada Kristus akan diubahkan dengan sekejap mata (1
Korintus 15:52) dan diangkat menyongsong Kristus di angkasa (1 Tesalonika 4:17).
Di dalam Alkitab,tidak ada satupun perjanjian yang dibuat dengan orang bukan
Yahudi. Paulus dengan jelas mengatakan bahwa perjanjian-perjanjian yang diadakan
antara Allah dengan orang-orang Israel, justru dilanggar oleh Israel sendiri, tidak
mempedulikan kebenaran Allah, menjadi batu sandungan, dan menjadi musuh Injil. Petrus
dapat berkata kepada pendengarnya dalam Kisah Para Rasul 3:25, “Kamulah yang

45 Ibid, 77.
46 Ibid., 78.

Copyright© 2020, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 13


Perspektif Teologi Dispensasi terhadap Israel dan Gereja…(Royke L. Kumowal)

mewarisi nubuat-nubuat itu dan mendapat bagian dalam perjanjian yang telah diadakan
Allah dengan nenek moyang mereka,” tetapi Paulus tidak pernah membuat pernyataan
seperti itu kepada orang bukan Yahudi. Paulus mengajarkan bahwa darah Kristus adalah
darah Perjanjian Baru yang telah ditumpahkan untuk penebusan dosa (1 Korintus 11:24-
25), dan akibat dari pelanggaran Israel bukan berarti membuat Allah memenuhi atau
memindahtangankan suatu perjanjian dengan Israel kepada orang bukan Yahudi yang
dijanjikan dalam perjanjian dengan Israel.47 Israel adalah anak dan harus diutamakan.
Orang yang bukan Yahudi dilukiskan sebagai anjing dan tidak berlayak. Syukurlah karena
ternyata remah-remah roti yang jatuh dari meja tuannya dapat dimamfaatkan. Israel akan
dipulihkan dan program Allah yang tertunda akan dilanjutkan pada dispensasi Kerajaan.
Kedua, Tubuh Kristus telah disebutkan dalam awal-awal surat Paulus (1 Korintus
12:13, 27; Roma 12:5). Dispensasi tubuh Kristus dipercayakan kepada Paulus, dan karena
ia menulis kebenaran tersebut pada awal pelayanannya, sangat masuk akal dan Alkitabiah
untuk percaya bahwa gereja yang baru itu, yaitu Gereja Tubuh Kristus, telah dimulai
keberadaannya dengan pelayanan Paulus dalam masa Kisah Para Rasul 13. Gereja Tubuh
Kristus dimulai dengan Paulus, karena pernyataan kebenaran diberikan hanya kepadanya,
dan tidak ada penulis lain dari Perjanjian Baru yang secara khusus menyebutkan mengenai
Tubuh Kristus.
Relevansinya Bagi Pendidikan Agama Kristen
Teologi Dispensasionalisme Menjadi Rambu Pengajaran Kepada Pengajar
Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Siapa yang tidak mengetahui tentang
peribahasa populer ini dalam dunia pendidikan. Peribahasa ini memiliki makna yang
sangat sederhana tetapi mendalam. Peribahasa ini mengajarkan bahwa setiap apa yang
diucapkan dan dilakukan oleh guru, akan ditiru oleh peserta didiknya. Jika perkataan dan
sikap tingkah laku yang diperlihatkan oleh guru adalah sesuatu yang baik, maka akan
memberi pengaruh yang positif kepada perilaku peserta didik, tetapi sebaliknya apabila
kata dan sikap tingkah laku yang diperlihatkan oleh guru adalah buruk, maka hal yang
negatif pasti akan muncul dalam perilaku peserta didik. Oleh karena itu, sebagai seorang
pendidik Agama Kristen harus memiliki tanggung jawab moral yang begitu besar terhadap
peserta didik dan masyarakat luas, untuk dapat mengajar secara profesional dalam
menyebarkan pengetahuan dan pemahaman akan nilai-nilai Kristiani.48
Pendidik Kristen yang baik adalah pendidik yang dapat memberi dampak yang
besar dalam hidup peserta didiknya. Paradigma guru yang ‘tahu segala sesuatu’ dan ‘murid
hanya menerima pengetahuan’ telah lama ditinggalkan dalam dunia pendidikan masa kini.
Tenaga pendidik dan peserta didik sangat berperan penuh dalam mewujudkan keberhasil
belajar. Oleh karena itu, guru menjadi sorotan kompenen terpenting dan menjadi ujung
tombak dalam dunia pendidikan.49
Berdasarkan gagasan di atas, seorang Pendidik Kristen agar dapat berhati-hati
dalam mengajar, bertingkah laku, dan menyebarluaskan pengetahuannya kepada peserta

47 Baker, A Dispensational Theology (Teologi Sistematika Dispensasional), 628.


48 Rinto Hasiholan Hutapea, “Meneropong Kompetensi Kepribadian Guru endidikan Agama Kristen
Sebagai Model Prilaku Peserta Didik,” Veritas Lux Mea 1, no. 2 (2020): 66–75,
http://jurnal.sttkn.ac.id/index.php/Veritas/article/view/44.
49 A. Hasan Saragih, “Kompetensi Minimal Seorang Guru Dalam Mengajar,” Tabularasa PPS Unimed 5

(2008): 23–34, http://digilib.unimed.ac.id/id/eprint/715.

Copyright© 2020, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 14


GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika; Vol 2, No 1 (November 2020)

didik maupun kepada masyarakat luas. Perbedaan pemahaman tentang Gereja dan Israel
di atas, seharusnya mendorong Pendidik Kristen agar dapat menjadi pemberita yang bijak
dalam mengajar. Pendidik Kristen harus dapat membawa shalom dan keharmonisan bagi
peserta didik dan masyarakat apalagi bila mereka memiliki latar belakang denominasi
gereja yang berbeda. Bukan sebaliknya membawa kegelisahan dan kebimbangan dalam
keyakinan peserta didik dan masyarakat.
Andar Ismail berkata terkadang kegagalan pemberita Injil diakibatkan oleh sikap
diri sendiri yang menghakimi dan melecehkan orang lain.50 Sikap seperti itu sangat
bertolak belakang dengan apa yang Yesus ajarkan, yaitu mengasihi. Perkataan Ismail di
atas, seharusnya dapat menjadi rambu bagi pengajar-pengajar Kristen di sekolah dan
masyarakat.
Teologi Dispensasionalisme Memberi Warna Dalam Pendidikan Kristen Masa Kini.
Menjadi seorang pendidik yang dapat membagi Firman Tuhan dengan tepat sangat
dibutuhkan dalam dunia pendidikan. Sebagai pengajar, seorang pendidik Kristen biasanya
relatif tahu banyak tentang apa dan bagaimana bahan yang diajarkannya itu. Selain itu, ia
semakin handal dalam mendalami seluk beluk pengembangan kurikulum, berlatih
menyusunnya dan menjadikan dirinya sebagai ahli pendidikan atau educational specialist
dengan cara tekun mendalami teori, filsafat, dan prinsip-prinsip pendidikan.51 Dengan
begitu, teologi Dispensasi seharusnya dapat dijadikan salah satu bagian materi dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Itulah sebabnya, pendidik Kristen harus selalu
meningkatkan kualitas pengetahuannya, baik secara formal maupun informal, yang dalam
konteks sekolah, seorang pendidik harus memiliki kualifikasi akademis.
Dalam pembahasan ini, seoran pendidik dalam pendidikan Kristen harus dapat
memadukan nilai-nilai Alkitab serta pemahaman yang berkembang tentang Israel dan
Gereja. Pembahasan tentang Israel dan Gereja dapat memperkaya pengetahuan peserta
didik di sekolah dalam mendalami Alkitab. Sehingga pemahaman teologi dispensasi dapat
mewarnai dunia pendidikan Kristen. Selain itu, materi pembelajaran yang disampaikan
guru pendidikan Kristen perlu dilakukan evaluasi apakah materi pembelajaran tersebut
sudah masih perlu diperbaiki atau sudah layak diberikan kepada peserta didik. Guru perlu
tahu keberhasilan tugas yang telah dilaksanakannya. Ia patut mengukur sejauh mana
peserta didik sudah belajar secara efektif dan sejauh mana ia dapat mengajar dengan
efektik.

KESIMPULAN
Kaum dispensasional membedakan secara tajam antara Israel dan gereja tubuh
Kristus. Israel bukan gereja tubuh Kristus dan gereja tubuh Kristus juga bukan Israel.
Perbedaan ini bertujuan supaya umat kristiani dapat melihat dengan jelas mamfaatnya,
yaitu: Pertama, Israel adalah umat pilihan Allah yang mana mereka berada di bawah
berkat Allah. Namun karena menolak Kristus, maka untuk sementara berkat itu diambil
dari Israel dan dialihkan kepada umat Perjanjian Baru yaitu gereja. Setelah Israel menolak
kerajaan Allah, Allah menawarkannya kepada gereja. Gereja adalah pengganti atau istilah
lainnya, Paulus menyebutnya Israel yang dicangkokkan untuk Allah. Kedua, orang percaya
50 Andar Ismail, Selamat Mengindonesia: 33 Renungan Tentang Kebinekaan (Jakarta: BPK. Gunung

Mulia, 2019), 48.


51 Binsen Samuel Sidjabat, Mengajaar Secara Profesional: Mewujudkan Visi Guru Profesional

(Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2011), 105.

Copyright© 2020, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 15


Perspektif Teologi Dispensasi terhadap Israel dan Gereja…(Royke L. Kumowal)

tidak akan dipusingkan ketika mempelajari Alkitab dan menemukan kata Israel dan Gereja.
Sehingga dengan memegang faham dispensasionalisme, setiap orang percaya akan lebih
mudah untuk memahami kapan Israel dan gereja itu ada, dapat mengetahui apa tujuan
Allah terhadap Israel dan gereja, serta bagaimana Allah yang Mahakuasa berperkara
dengan Israel dan gereja. Ketiga, dengan tidak menyamakan antara Israel dan gereja, maka
orang percaya (gereja) dapat melihat bahwa Allah akan tetap memulihkan Israel dan
nubuatan Perjanjian Lama berkaitan dengan Israel akan digenapi secara harafiah. Dan
kaum dispensasionalis sangat percaya bahwa sepanjang sejarah Allah sedang menggenapi
2 rencana-Nya, yaitu pada Israel dan Gereja Tubuh Kristus.

REFERENSI
Asyer, N. S. Jujur Terhadap Israel. Jakarta: Logos Haven Light, 2008.
Baker, Charles F. A Dispensational Theology (Teologi Sistematika Dispensasional). Jakarta:
Pustaka Alkitab Anugerah, 2009.
Baker, Charles F. Dispensational Relationships (Hubungan Dispensasional). Jakarta: Pustaka
Alkitab Anugerah, 2011.
Bakker, F. L. Sejarah Kerajaan Allah 1. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2004.
Barth, Christoph, dan Marie-Claire Barth. Teologi Perjanjian Lama 1. Jakarta: BPK. Gunung
Mulia, 2016.
Berkhof, Louis. Teologi Sistematika 5 (Doktrin Gereja). Surabaya: Momentum, 2010.
Chia, Philip Suciadi, dan Juanda. “Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami
Alkitab.” Journal KERUSSO 5, no. 1 (2020): 20–37.
Conn, Harvie M. Teologia Kontemporer. Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1988.
Drane, John. Memahami Perjanjian Lama 1. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002.
Frans P. Tamarol. Ayat-ayat Alkitab Saling Bertentangan. Jakarta: Yayasan Pelayanan
Literatur Anugerah, 2010.
Harun Handiwijono. Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995.
Hutapea, Rinto Hasiholan. “Meneropong Kompetensi Kepribadian Guru endidikan Agama
Kristen Sebagai Model Prilaku Peserta Didik.” Veritas Lux Mea 1, no. 2 (2020): 66–
75. http://jurnal.sttkn.ac.id/index.php/Veritas/article/view/44.
Ismail, Andar. No TitleSelamat Mengindonesia: 33 Renungan Tentang Kebinekaan. Jakarta:
BPK. Gunung Mulia, 2019.
Paul Enns. The Moody Handbook of Theology 2. Malang: Literatur SAAT, 2004.
Purwanto, Eddy Peter. Teologi Perjanjian Versus Dispensasionalisme. Tanggerang: STT
International Philadelphia, 2004.
Ryrie, Charles C. Dispensationalism Today. Chicago: Moody Press, 1980.
Ryrie, Charles C. Teologi Dasar 2. Yogyakarta: ANDI Offset, 2010.
Saragih, A. Hasan. “Kompetensi Minimal Seorang Guru Dalam Mengajar.” Tabularasa PPS
Unimed 5 (2008): 23–34. http://digilib.unimed.ac.id/id/eprint/715.
Sidabutar, Hasudungan, dan Rinto Hasiholan Hutapea. “Kontribusi Teologi
Dispensasionalisme Bagi Pendidikan Kristen.” The Messenger 1, no. 1 (2020): 1–24.
http://jurnalsttabdigusti.ac.id/index.php/Messengers/article/view/1.
Sidjabat, Binsen Samuel. Mengajaar Secara Profesional: Mewujudkan Visi Guru Profesional.
Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2011.

Copyright© 2020, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 16

You might also like