Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas V

SD Pilot Project Kurikulum 2013 di Kota Semarang 1

Khusnu
l

DI KOTA SEMARANG

Khusnul Fajriyah¹, Ferina Agustini²

Universitas PGRI Semarang¹, Universitas PGRI Semarang ²


khusnulfajriyah88@gmail.com, barajaya_ku@yahoo.co.id

ABSTRACT

The implementation of the 2013 curriculum continues on government-appointed


pilot project schools since the start of enforcement on consideration of readiness.
The 2013 curriculum is expected to facilitate the development of students'
thinking skills to a higher level through a scientific approach. This study aims to
obtain detailed data about how the ability of students of grade V of pilot project
elementary school in Semarang city in applying high-level thinking skills in
accordance with competence. The research design used is descriptive quantitative
with descriptive statistic technique which is directed to describe student's high
order thinking skill through calculation of score, mean, percentage and
presentation of data through tables, and diagrams. The results show that high-
order thinking skills of elementary school students of the 2013 Curriculum pilot
project are in the category ‘minus’ with an average score of 40. This can be seen
from student achievement in each HOTs indicator. The student’s ability to classify
and induce is at level ‘enough’. While the ability of deduction, error analysis,
perspective analysis, decisions making, experiences, solving problems of the
discovery which is obtained by students are at level ‘low’.

Keywords: higher order thinking skills (HOTs), elementary school students

Jurnal Kreatif September


2017
ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
SISWA KELAS V SD PILOT PROJECT KURIKULUM 2013
DI KOTA SEMARANG

Khusnul Fajriyah¹, Ferina Agustini²

Universitas PGRI Semarang¹, Universitas PGRI Semarang ²


khusnulfajriyah88@gmail.com, barajaya_ku@yahoo.co.id

ABSTRAK

Implementasi kurikulum 2013 berlanjut pada sekolah-sekolah pilot project


yang ditunjuk pemerintah sejak awal pemberlakuan atas pertimbangan
kesiapan. Kurikulum 2013 diharapkan dapat memfasilitasi pengembangan
keterampilan berpikir siswa menuju ke level yang lebih tinggi melalui
pendekatan saintifik. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data secara
terperinci tentang bagaimana kemampuan siswa SD kelas V SD pilot project
kota Semarang dalam menerapkan keterampilan berpikir tingkat tinggi sesuai
dengan kompetensi. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif
kuantitatif dengan teknik statistik deskriptif yang diarahkan untuk
menggambarkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa melalui
perhitungan skor, mean, persentase dan penyajian data melalui tabel, dan
diagram. Hasil penelitian menjukkan bahwa keterampilan berpikir tingkat
tinggi siswa SD kelas V pilot project Kurikulum 2013 berada pada kategori
kurang. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian siswa pada setiap indikator
HOTs. Kemampuan mengklasifikasi dan induksi siswa berada pada level
cukup. Sedangkan kemampuan deduksi, analisis kesalahan, analisis
Perspektif, membuat keputusan, pengalaman, pemecahan masalah
penemuan yang dimiliki siswa berada pada level rendah.

Kata kunci: keterampilan berpikir tingkat tinggi, siswa sekolah dasar.

PENDAHULUAN yang lemah dan pasif. Selo


Sumardjan (1993) menyebutkan
Abad 21 disebut era globalisasi bahwa budaya yang kuat dan agresif
atau era informasi telah adanya proses adalah budaya yang bersifat progresif
perubahan antar negara, antar bangsa, dengan ciri-ciri: cara berpikir yang
antar budaya tanpa mengenal batas rasional dan realistik, kebiasaan
(Hidayat, Rais dan Yuyun Elizabeth, membaca yang tinggi, kemampuan
2012). Bagi masyarakat dan bangsa mengembangkan dan menyerap ilmu
yang sedang berkembang seperti pengetahuan, terbuka untuk inovasi,
Indonesia, proses globalisasi ini pandangan hidup yang berdimensi
menjadikan budaya yang kuat dan lokal, nasional, dan universal, mampu
agresif akan mempengaruhi budaya memprediksi dan merencanakan masa
depan, dan teknologi yang senantiasa berkembang dan digunakan.
Hidayat Rais dan Yuyun dalam pembelajaran tematik
Elizabeth dalam jurnalnya integratif. Hal ini dikuatkan oleh hasil
menyatakan bahwa pendidikan di kajian yang dilakukan oleh lembaga
abad 21 harus menjadi pondasi utama yang bernama Partnership for 21st
dan tempat bersemainya kebaikan Century Skill (Anindtya dan Suwarjo,
untuk mentransformasi individu dan 2014) keterampilan berpikir tingkat
meperbaharui masyarakat. Oleh tinggi yakni berpikir kritis merupakan
karena itu dibutuhkan kompetensi salah satu keterampilan esensi bagi
masa depan antara lain: kemampuan siswa di era globalisasi yang
berkomunikasi, kemampuan berpikir mengarahkan siswa untuk dapat
jernih dan kritis. Senada dengan itu, memilah informasi yang diperoleh
Arnyana (2007) dalam artikelnya secara luas.
menuliskan bahwa pada abad Penelitian terkait dengan
pengetahuan (abad 21) diperlukan keterampilan berpikir tingkat tinggi
sumber daya manusia berkualitas telah dilakukan oleh Vika Aprianti
tinggi yakni memiliki kemampuan (2013) yang menuliskan bahwa
bekerja sama dan berpikir tingkat sebanyak 53,3% berada pada rentang
tinggi (berpikir kritis dan kreatif).. nilai kurang dari sama dengan 54,
Menurut Bloom (Moore & Stanley, sebanyak 20% berada pada rentang
2010) berpikir tingkat tinggi (Higher nilai 55-64, sebanyak 6,7% berada
order thinking skill/HOTs) mencakup pada rentang 65-74, sebanyak 13,3%
analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam berada pada rentang 75-84, dan
perkembangannya, taksonomi Bloom sebanyak 6,67 berada pada rentang
mengalami modifikasi dalam nilai 85-100. Hal ini menunjukkan
strukturnya sebagai hasil revisi oleh bahwa penguasaan sebagian besar
Anderson & Karthwohl (2010) yakni siswa terhadap keterampilan berpikir
analisis, evaluasi, dan mencipta. tingkat tinggi tergolong masih rendah.
Pada konteks pendidikan dasar, Rumusan masalah dalam
keterampilan berpikir tingkat tinggi penelitian ini adalah Seberapa besar
merupakan prioritas dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi
menghasillkan lulusan yang siswa kelas V SD pilot project
berkompeten sebagaimana tercantum kurikulum 2013 di kota Semarang.
dalam Lampiran Permendikbud no. Penelitian ini bertujuan untuk
54 tahun 2013 tentang standar Mengetahui seberapa besar
kompetensi lulusan SD/MI “Memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi
kemampuan pikir dan tindak yang siswa kelas V SD pilot project
produktif dan kreatif dalam ranah kurikulum 2013 di kota Semarang.
abstrak dan konkret sesuai dengan
yang ditugaskan kepadanya. Oleh METODOLOGI PENELITIAN
karena itu, pembelajaran diarahkan
pad pembentukan keterampilan Metode Penelitian yang
berpikir tingkat tinggi yakni digunakan adalah deskriptif
menganalisis, mengevaluasi, dan kuantitatif. Penelitian ini
mencipta atau kreativitas melalui menyuguhkan keadaan objek yang
pendekatan saintifik yang dikemas diteliti apa adanya, yaitu
mendeskripsikan mengenai keteram-
pilan berpikir tingkat tinggi pada
siswa kelas V sekolah dasar. Di sekolah dasar pilot project kurikulum
2013 di kota Semarang dengan Selatan; 4) SD Isriati Baiturahman; 5)
sampel berasal dari lima sekolah pilot SD Bugangan 02 Semarang.
project dengan jumlah 191 orang Data keterampilan berpikir
siswa. Metode pengumpulan data tingkat tinggi siswa dapat disajikan
yang digunakan dalam penelitian ini dalam tabel 4.1.
adalah tes. Pada metode tes akan
Tabel 4.1 Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi Siswa
diberikan pertanyaan yang digunakan N Inter Ketera F persen
untuk mengukur keterampilan o val ngan tase
berpikir siswa. 1 85- sangat 0 0
Teknik analisis data yang 100 baik
digunakan untuk menjawab rumusan 2 70- baik 2 1,04
permasalahan dalam penelitian ini 84
adalah statistik deskriptif. Munurut 3 55- cukup 3 16,23
Sugiyono (2013) statistik deskriptif 69 1
4 <55 kurang 1 82,73
adalah statistik yang digunakan untuk 5
menganalisis data dengan cara 8
mendeskripsikan atau Jumlah 1 100
menggambarkan data yang telah 9
terkumpul sebagaimana apa adanya 1
tanpa bermaksud membuat Nilai rata-rata 40
kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi. Termasuk Berdasarkan tabel 4.1 dapat
dalam statistik deskriptif adalah diketahui bahwa keterampilan
penyajian data melalui tabel, grafik, berpikir tingkat tinggi siswa berada
perhitungan mean, median, modus, pada level kurang dengan nilai rata-
dan perhitungan persentase. rata sebesar 40. Secara rinci dapat
diketahui bahwa terdapat 158 orang
HASIL PENELITIAN DAN atau 82.73% memiliki keterampilan
PEMBAHASAN berikir tingkat tinggi berada pada
level kurang, terdapat 31 orang atau
Penelitian yang bertujuan untuk 16,23% berada pada level cukup, dan
mengetahui tingkat keterampilan 2 orang atau 1,04% berada pada level
berpikir tingkat tinggi siswa sekolah baik, dan tidak terdapat siswa yang
dasar di Kota Semarang ini diawali berada pada level sangat baik. Data
dengan tahap penyusunan instrumen tersebut disajikan melui diagram
berupa soal tes uraian yang mengacu batang pada gambar 4.1.
pada teori keterampilan berpikir
tingkat tinggi (HOTs) Mazarno. 200
Tahap selanjutnya adalah validasi 150
oleh pakar. divalidasi, dilakukan 100
pengambilan data di lima SD yakni: 50
1) SDN Kembangarum 01 0 interval
Kec.Semarang Barat; 2) SDN 0-5455- 70-
Marsudi Rini Kec. Semarang Tengah; 69 84 85-
100
3) SD Bernadus Kec. Semarang
Gambar 4.1 Diagram Batang Distribusi Tinggi Siswa.
Frekuensi Keterampilan Berpikir Tingkat Data keterampilan berpikir tingkat
tinggi siswa pada setiap indikator siswa pada indikator kemampuan
dapat di sajikan dalam tabel 4.2. deduksi berada pada level rendah
dengan skor rata-rata 1,6. Keterampilan
Tabel 4.2 level keterampilan berpikir berpikir tingkat tinggi siswa pada
tingkat tinggi siswa pada setiap indikator indikator kemampuan
N Indika skor level
o tor rata-
HOTS rata rendah
a Memban 1.4
din
gkan
b Mengklas 2.1 cukup
ifi
kasi
c Induksi 2.4 cukup
d Deduksi 1.6 rendah
e Analisi 1.7 rendah
s
kesalah
an
f Analisi 1.3 rendah
s
Perspe 1.2 rendah
ktif
g Membuat
keputusan
h 1.8 rendah
Pengalaman
i 1.0 rendah

Pemecahan
masala
j h 1.7 rendah
penemu
an

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa


keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa pada indikator kemampuan
membandingkan berada pada level
rendah dengan skor rata-rata 1,4.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa pada indikator kemampuan
mengklasifikasi berada pada level
cukup dengan skor rata-rata 2,1.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa pada indikator kemampuan
induksi berada pada level cukup
dengan skor rata-rata 2,4.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi
analisis kesalahan berada pada level dikatakan bahwa keterampilan
rendah dengan skor rata-rata 1,7. berpikir tingkat tinggi siswa pada
Keterampilan berpikir tingkat tinggi sebagian besar indikator berada pada
siswa pada indikator kemampuan level rendah. Hasil penelitian yang
analisis perspektif berada pada level telah diperoleh menunjukkan bahwa
rendah dengan skor rata-rata 1,3. keterampilan berpikir tingkat tinggi
Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa SD pilot project kurikulum
siswa pada indikator kemampuan 2013 berada pada level kurang yakni
membuat keputusan berada pada dengan nilai rata-rata 40. Siswa
level rendah dengan skor rata-rata menemukan kesulitan dalam
1,2. Keterampilan berpikir tingkat meyelesaikan soal-soal berbasis
tinggi siswa pada indikator keterampilan berpikir tingkat tinggi.
kemampuan pengalaman berada Hal ini sejalan dengan pendapat Vika
pada level rendah dengan skor rata- Aprianti (2013) dalam jurnalnya yang
rata 1,8. Keterampilan berpikir mengatakan bahwa penguasaan
tingkat tinggi siswa pada indikator sebagian besar siswa terhadap
kemampuan pemecahan masalah keterampilan berpikir tingkat tinggi
berada pada level rendah dengan tergolong masih rendah yakni
skor rata-rata 1,0. Keterampilan sebanyak 53,3% berada pada rentang
berpikir tingkat tinggi siswa pada nilai kurang dari sama dengan 54.
indikator kemampuan penemuan Keterampilan berpikir tingkat tinggi
berada pada level rendah dengan pada hakikatnya merupakan salah
skor rata-rata 1,7. satu bentuk hasil belajar yang
Dengan demikian dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Tinggi rendahnya keterampilan kurikulum, relasi guru dengan siswa,
tersebut diantaranya dipengaruhi oleh relasi siswa dengan siswa, disiplin
model dan media pembelajaran yang sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,
digunakan guru dan kemampuan standar pelajaran di atas ukuran,
siswa. Sebagaimana pendapat keadaan gedung, metode belajar, dan
Slameto (2010:54) yang menerangkan tugas rumah. Faktor masyarakat terdiri
bahwa faktor–faktor yang dari kegiatan siswa dalam masyarakat,
mempengaruhi hasil belajar adalah mass media, teman bergaul, dan
(1) Faktor intern meliputi : Faktor bentuk kehidupan masyarakat.
jasmaniah terdiri dari faktor Pembelajaran dengan
kesehatan dan faktor cacat tubuh; menerapkan pendekatan saintifik sudah
Faktor psikologis terdiri dari dilakukan, namun penilaian yang
inteligensi, perhatian, minat, bakat, selama ini dilakukan masih berujung
motif, kematangan, dan kesiapan. pada post test tertulis yang hanya
Faktor kelelahan baik kelelahan mengukur kemampuan mengingat dan
secara jasmani maupun kelelahan memahami. Pandangan bahwa
secara rohani; (2) Faktor ekstern pengetahuan adalah sejumlah materi
meliputi: Faktor keluarga terdiri dari yang dihafalkan belum berubah. Oleh
cara orang tua mendidik, relasi karenanya, tagihan hasil belajar siswa
antaranggota keluarga, suasana muncul dalam bentuk soal-soal pilihan
rumah, keadaan ekonomi keluarga, ganda dan uraian yang sarat
pengertian orang tua, dan latar
belakang kebudayaan. Faktor sekolah
terdiri dari metode mengajar,
dengan soal ingatan dan Hasan, Said.. Upaya Peningkatan
pemahaman dan minim pemecahan Keberhasilan Proses
masalah atau analisis. Pembelajaran Siswa SD Kota
Ternate melalui Pemberdayaan
SIMPULAN Keterampilan Berpikir tingkat
Tinggi. Jurnal Bioedukasi.
Kesimpulan yang diperoleh dari Volume 1 No 1 tahun 2012.
penelitian ini adalah keterampilan FKIP Universitas Khairun:
berpikir tingkat tinggi siswa SD ISSN 2301-4678: Ternate
pilot project berada pada level Fj King, & Ludwika Goodson, M.S.
kurang dengan nilai rata-rata &Faranak Rohani. 2013. Higher
sebesar 40. Indikator Order Thinking Skills:
Definition, Teaching Strategies,
kemampuan mengklasifikasi dan Assessment. A publication of
induksi siswa pada berada pada the Educational Services
level cukup. Sedangkan indikator Program.
kemampuan deduksi, analisis Siti Sofiyah, Susanto, Susi Setiawani.
kesalahan, analisis Perspektif, 2015. Pengembangan Paket Tes
membuat keputusan, pengalaman, Kemampuan Berpikir Tingkat
pemecahan masalah penemuan Tinggi Matematika Berdasarkan
siswa berada pada level rendah. Revisi Taksonomi Bloom Pada
Siswa Kelas V SD. Artikel
DAFTAR PUSTAKA Ilmiah Mahasiswa, I (1): 1-7

Forster, Margareth. 2004. Higher Suara merdeka, edisi Senin 23 Maret


Order Thinking skill. Jurnal 2015
Research Developments, Vol. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
11 [2004], Art. 1 Pendidikan Pendekatan
Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan kuantitatif, kualitatif, R&D.
Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Alfabeta
Bandung: Remaja Rosdakarya Suminarsih. 2014. Implementasi
Rusman. 2011. Model-Model Kurikulum 2013 Permasalahan
Pembelajaran: Mengembangkan dan Solusinya. Semarang:
Profesionalisme Guru. Jakarta: FMIPA UNNES proseding
Rajawali Pers. seminar nasional ALFA III
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor- tahun 2014..
faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta.

You might also like