Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

JANUARI [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728

2020 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 2, NOMOR 1 JANUARI 2020] HAL 140-150

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BAYI 7-12


BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIANDA LAMPUNG SELATAN

Linawati1, Heni Agustina2


1
Dosen Keperawatan Malahayati Bandar Lampung
Email : lina.novika@yahoo.com
2
Staf UPT Puskesmas Kalianda
Email : agustinaheni450@gmail.com

ABSTRACT: RELATIONSHIP OF EXCLUSIVE ASSESSMENT WITH BABY


NUTRITIONAL STATUSS 7-12 MONTHS IN PUSKESMAS
WORKING AREA KALIANDA LAMPUNG SELATAN

Background : Based on data from Lampung Province in 2017 underweight


children under five in South Lampung at 12.3%. This figure shows South Lampung
in the 4th order of the highest in malnutrition status. There are 8,578 toddlers
experiencing Down the Red Line (BGM) or 14% of 798642 toddlers. The BGM
coverage in South Lampung was a gap of 0.4% from the target of 0.7% in South
Lampung. Data from South Lampung in 2017 were 312 infants aged 7-12 months
and 98 cases experienced BGM with the highest cases found in the work area of
Kalianda Public Health as many as 21 underfives followed by the work area of
Hajimena Public Health Center as many as 16 toddlers and Sidomulyo Community
Health Center working area as many as 12 children. In 2018 the case of 29
toddlers was found in the Kalianda Health Center work area
Purpose : to know the relationship between exclusive breastfeeding and
nutritional status of infants in the Kalianda Health Center South Lampung 2019
Health Center.
Methods : Quantitative research, with a cross sectional design. The study aimed
to determine the relationship of exclusive breastfeeding with nutritional status
of infants 7-12 months in the Kalianda Health Center Working Area South
Lampung 2019, the study population was infants aged 7-12 months in the
Kalianda Health Center Working Area in South Lampung. Research will be
conducted from March to May 2019 Analysis of data in univariate (average) and
bivariate (chi-square).
Conclusion : to know the relationship between exclusive breastfeeding and
nutritional status of infants in the Kalianda Health Center South Lampung 2019
Health Center.

Keywords : Exclusive Asi, Nutritional Status, Baby 7-12 Months

INTISARI: HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BAYI 7-


12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIANDA
LAMPUNG SELATAN

Latar Belakang: Berdasarkan data Provinsi Lampung tahun 2017 balita gizi kurang
di Lampung Selatan sebesar 12,3%. Angka tersebut menunjukan Lampung Selatan
dalam urutan ke 4 stertinggi status gizi kurang. Terdapat 8.578 balita mengalami
Bawah Garis Merah (BGM) atau sebesar 14% dari 798642 balita. Cakupan BGM di
Lampung Selatan terjadi kesenjangan 0.4 % dari target 0,7% di Lampung
Selatan. Data Lampung Selatan tahun 2017 sebanyak 312 bayi usia 7-12 bulan dan

140
JANUARI [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2020 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 2, NOMOR 1 JANUARI 2020] HAL 140-150

terdapat 98 kasus mengalami BGM dengan kasus tertinggi terdapat di wilayah


kerja Puskesmas kalianda sebanyak 21 balita diikuti wilayah kerja Puskesmas
hajimena sebanyak 16 balita dan wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo sebanyak
12 balita. Tahun 2018 dengan kasus 29 balita terdapat di wilayah kerja
Puskesmas Kalianda.
Tujuan Penelitian : diketahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan status
gizi bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kalianda Lampung Selatan 2019.
Metode Penelitian : Penelitian kuantitatif, dengan rancangan cross sectional.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif
dengan status gizi bayi 7-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kalianda Lampung
Selatan 2019, populasi penelitian adalah bayi yang berusia 7-12 bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Kalianda Lampung Selatan. Penelitian akan dilakukan bulan
Maret- Mei 2019 Analisa data secara univariat (rata-rata) dan bivariat (chi-
square).
Hasil: Ada hubungan pemberian asi eksklusif dengan status gizi bayi 7-12 bulan
di Wilayah Kerja Puskesmas Kalianda Lampung Selatan 2019.
Kesimpulan : Memberikan pelatihan kepada kader secara intensif sehingga dapat
memberikan informasi kepada ibu dalam pemberian ASI eksklusif sampai bayi
usia 6 bulan

Kata kunci : Asi Eksklusif, Status Gizi, Bayi 7-12 Bulan

PENDAHULUAN
Global Strategi For Infrant And (kecuali obat, vitamin, dan mineral).
Young Child Feeding, World Health ASI mengandung kolostrum yang kaya
Organization (WHO) dan United akan antibodi karena mengandung
International Childrens Emergency protein untuk daya tahan tubuh dan
Fund (UNICEF) merekomendasikan pembunuh kuman dalam jumlah
empat hal penting yang harus tinggi sehingga pemberian ASI
dilakukan untuk mencapai tumbuh eksklusif dapat mengurangi risiko
kembang optimal yaitu memberikan kematian pada bayi (Kementrian
Air Susu Ibu kepada bayi segera Kesehatan RI, 2017).
dalam waktu 30 menit setelah bayi Pemberian ASI segera setelah
lahir, memberikan hanya Air Susu Ibu melahirkan memberikan banyak
(ASI) saja atau pemberian ASI secara manfaat bagi ibu dan anak. ASI yang
eksklusif sejak lahir sampai bayi keluar pertama kali mengandung
berusia enam bulan, memberikan kolostrum yang bergizi tinggi dan
makanan pendamping Air Susu Ibu memiliki antibodi yang dapat
(MP-ASI) sejak bayi berusia enam melindungi bayi baru lahir dari
bulan sampai 24 bulan dan penyakit. Pemberian ASI di awal
meneruskan pemberian ASI sampai kehidupan bayi juga dapat
anak berusia 24 bulan atau lebih membentuk ikatan yang kuat antara
(WHO, 2017). ibu dan bayi, yang selanjutnya dapat
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif meningkatkan produksi ASI ibu. Oleh
berdasarkan Peraturan Pemerintah karena itu sangat dianjurkan untuk
Nomor 33 Tahun 2012 adalah ASI yang segera meletakkan bayi yang baru
diberikan kepada bayi sejak lahir di dada ibu, sehingga bayi dapat
dilahirkan selama enam bulan, tanpa menyusui dalam 1 jam pertama dan
menambahkan dan/atau mengganti makanan pralaktasi (makanan/
dengan makanan atau minuman lain minuman yang diberikan ketika ASI

141
JANUARI [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2020 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 2, NOMOR 1 JANUARI 2020] HAL 140-150

belum keluar) dapat dihindari. tertinggi kejadian gizi buruk dan


Pemberian makanan pralaktasi di kurang , dengan angka kejadian 15,6
awal kehidupan bayi dapat % (Riskesdas, 2018).
menurunkan produksi ASI karena Tahun 2016, bayi yang telah
dipengaruhi oleh frekuensi dan mendapatkan ASI eksklusif sampai
intensitas menyusui anak (SDKI, usia enam bulan adalah sebesar
2017). 29,5% artinya sebesar 70,5% bayi
Tingkat menyusui dalam satu telah mendapat MP-ASI. Pencapaian
jam pertama setelah kelahiran tertinggi pemberian ASI di Provinsi
tertinggi di Afrika Timur dan Selatan NTT sebesar 79,9% dan terendah
(65%) dan terendah di Asia Timur dan pemberian ASI Provinsi Gorontalo
Pasifik (32%), di Mesir sebanyak 19% sebesar 32,3% sedangkan provinsi
bayi yang lahir dengan operasi caesar Lampung pemberian ASI sebesar
yang disusui pada jam pertama 43,1% masih di bawah target
setelah kelahiran, dibandingkan pencapaian provinsi (Kementrian
dengan 39% bayi yang dilahirkan Kesehatan RI, 2017). Pencapaian ASI
melalui persalinan alami. Tiga dari eksklusif di Provinsi Lampung tahun
lima atau diperkirakan sebanyak 78 2016 sebesar 56,26% dimana
juta bayi di dunia tidak disusui dalam pencapaian tertinggi di Kabupaten
satu jam pertama kehidupan Mesuji sebanyak 85,28% dan terendah
sehingga menempatkan mereka pada di Kabupaten Tulang Bawang sebesar
risiko kematian dan penyakit yang 32,51% sedangkan Kota Bandar
lebih tinggi (Unicef, 2018). Lampung sebanyak 58,89% walaupun
Hasil Pemantauan Status Gizi masih di atas pencapaian Provinsi
(PSG) di Indonesia tahun 2016, namun ini jauh dari target renstra
persentase bayi baru lahir yang sebesar 80% sedangkan pencapaian
mendapat IMD pada tahun 2016 ASI eksklusif (Profil Kesehatan
sebesar 51,9% yang terdiri dari 42,7% Lampung, 2017).
mendapatkan IMD dalam <1 jam Data di Indonesia menunjukkan
setelah lahir, dan 9,2% dalam satu status gizi bayi 0-6 bulan tahun 2016
jam atau lebih. Persentase tertinggi adalah sebesar 6,5% termasuk gizi
di Provinsi DKI Jakarta (73%) dan buruk; 8,2% termasuk dalam gizi
terendah Bengkulu (16%) sedangkan kurang; 76,7% termasuk gizi baik dan
provinsi Lampung sebesar 41,5% 8,7% termasuk gizi lebih. Tahun 2015
masih di bawah dari target nasional di Indonesia bayi yang mendapat ASI
sebesar 42,7% dan dalam satu jam dan makanan cair (predominan)
atau lebih sebesar 7,0% (Kementrian sebesar 4,5%; bayi yang mendapat ASI
Kesehatan RI, 2017). Di Indonesia dan MP-ASI dini (parsial) sebesar
tahun 2007 kejadian gizi kurang 13% 81,54%; sedangkan untuk cakupan
, dan gizi buruk 5,4 %. Pada tahun status gizi bayi 0-6 bulan pada tahun
2013 kejadian gizi kurang 13,9 % dan 2016 adalah 4,2% termasuk gizi
kejadian gizi buruk 5,7 %. Pada tahun buruk; 7,2% termasuk dalam gizi
2018 kejadian gizi kurang 13,8% dan kurang; 82,3% termasuk gizi baik dan
kejadian gizi buruk 3,9%. Kejadian 6,2% termasuk gizi lebih. Status gizi
kasus gizi kurang dan gizi buruk di Indonesia sebagian besar memang
tertinggi berada pada Provinsi Nusa sudah baik, namun masih ada pula
Tenggara Timur dengan kejadian bayi yang memiliki gangguan status
29,8% dan terendah berada pada gizi seperti gizi buruk, kurang dan
provinsi Riau dengan angka kejadian bahkan ada yang status gizi lebih
13%, sedangkan Lampung berada (Kemenkes, 2017).
pada posisi ke 25 terhitung dari posisi

142
JANUARI [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2020 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 2, NOMOR 1 JANUARI 2020] HAL 140-150

Berdasarkan data Provinsi terdapat 30 bayi gizi kurang, pada


Lampung tahun 2017 bayi gizi kurang tahun 2017 sebanyak 59 bayi dan
di Lampung Selatan sebesar 9,3%. tahun 2019 terdapat 65 bayi (Rekam
Angka tersebut menunjukan Lampung Medis Puskesmas Kalianda, 2018).
Selatan dalam urutan ke 4 stertinggi Hasil Prasurvey pada tanggal 26
status gizi kurang. Data Lampung februari 2019 di Puskesmas Kalianda
Selatan tahun 2017 sebanyak 312 bayi Lampung Selatan, terdapat 2 bayi
usia 7-12 bulan dan terdapat 98 kasus termasuk dengan gizi bayi BGM
mengalami BGM dengan kasus dengan usia 7 dan 8 bulan. Dari 10 ibu
tertinggi terdapat di wilayah kerja yang memiliki bayi usia 6-9 bulan,
Puskesmas kalianda sebanyak 51 bayi diketahui sebanyak 70% ibu tidak
dan balita diikuti wilayah kerja memberikan ASI secara eksklusif
Puskesmas hajimena sebanyak 36 sedangkan sebanyak 30% memberikan
bayi dan balita wilayah kerja ASI secara eksklusif, dari 10 bayi
Puskesmas Sidomulyo sebanyak 33 tersebut sebanyak 40% bayi
bayi dan balita. (Dinkes Lampung mengalami obesitas dan sebanyak
Selatan, 2018). 30% bayi dengan status gizi di garis
Berdasarkan data puskesmas kuning sedangkan sebanyak 30% bayi
Kalianda pada tahun 2016 terdapat dengan berat badan normal.
21 bayi gizi kurang, pada tahun 2017

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan Variabel independen yaitu Pemberian
dalam penelitian ini adalah Asi Ekslusif, dan variable dependen
Penelitian kuantitatif, rancangan yaitu Status Gizi Bayi. Pelaksanaan
analitik dengan pendekatan cross penelitian telah dilaksanakan tanggal
sectional. Populasi dalam penelitian 8 – 20 Juli 2019 di Wilayah Kerja
ini adalah bayi yang berusia 7-12 Puskesmas Kalianda Lampung
bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Selatan.. Analisa data dilakukan
Kalianda Lampung Selatan. Variabel dengan univariat (distribusi
dalam penelitian ini ada dua yaitu: frekuensi) dan bivariat (chi square).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Tabel 1
Karakteristik Responden
Umur Frekuensi Persentase (%)
<20 33 18,1
20-35 102 55,7
>35 48 26,2
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
SD 22 12,1
SMP 76 41,5
SMA 62 33,9
SARJANA 23 12,5
Paritas Frekuensi Persentase (%)
≤2 109 59,6
>2 74 40,4
Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
Tidak bekerja 71 38,8
Bekerja 112 61,2

143
JANUARI [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2020 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 2, NOMOR 1 JANUARI 2020] HAL 140-150

Berdasarkan tabel 1 diketahui (41,5%), sebagian besar ibu memiliki


bahwa sebagian besar usia ibu pada anak ≤2 sebanyak 109 (59,6%), dan
20-35 tahun sebanyak 102 (55,7%), sebagian besar ibu bekerja sebanyak
sebagian besar ibu berpendidikan SMP 112 (61,2%).

Analisa Univariat
Tabel 2
Distribusi frekuensi pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Kalianda Lampung Selatan 2019

Pemberian ASI eksklusif Jumlah Persentase (%)


Tidak ASI eksklusif 103 56,3
ASI eksklusif 80 43,7
Total 183 100.0

Berdasarkan tabel 2 diatas pemberian ASI eksklusif adalah 103


pemberian ASI eksklusif, berdasarkan (56,3%) bayi tidak ASI eksklusif dan 80
hasil olah data yang dilakukan, (43,7%) bayi ASI eksklusif.
diperoleh distribusi frekuensi
Tabel 3
Distribusi Frekuensi frekuensi status gizi bayi 7-12 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kalianda Lampung Selatan 2019

Status Gizi Jumlah Persentase (%)


Status gizi kurang 60 32,8
Status gizi normal 123 67,2
Total 183 100.0

Berdasarkan tabel 3 diatas status bayi dengan status gizi kurang baik dan
gizi, berdasarkan hasil olah data yang 123 (67,2%) bayi dengan status gizi
dilakukan, diperoleh distribusi normal.
frekuensi status gizi adalah 60 (32,8%)

Analisis Bivariat
Tabel 5
Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan status gizi bayi 7-12 bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Kalianda Lampung Selatan 2019

Status Gizi N %
Status Status
p-
Pemberian ASI gizi gizi OR 95% CI
value
kurang normal
N % n %
Tidak ASI 9,490
52 51,0 50 49,0 103 100,0
eksklusif 0,000 (4,152-
ASI eksklusif 8 9,9 73 90,1 81 100,0 21,693)

144
JANUARI [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2020 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 2, NOMOR 1 JANUARI 2020] HAL 140-150

12
Total 60 32,8 67,2 183 100,0
3

Berdasarkan hasil analisis uji penerangan atau dorongan tentang


bivariat pada tabel 4.5 diatas, 3 manfaat pemberian ASI Eksklusif. Dan
diketahui dari 102 responden dengan menurut Briawan (2004), faktor yang
tidak ASI ekslusif sebanyak 52 mempengaruhi pemberian ASI cukup
(51,0%) bayi dengan status gizi kompleks, antara lain oleh ibu sendiri,
kurang dan sebanyak 50 (49,0%) bayi dukungan keluarga, dan sosial budaya
dengan status gizi normal. Dari 81 masyarakat.
responden dengan ASI ekslusif Sejalan dengan penelitian Umar
sebanyak 8 (9,9%) bayi dengan status (2013) dengan judul faktor determinan
gizi kurang dan sebanyak 73 (90,1%) pemberian ASI eksklusif pada ibu
bayi dengan status gizi normal. bekerja di Kota Parepare. Hasil
Berdasarkan hasil analisis uji penelitian menunjukkan bahwa setelah
bivariat pada table 4.3 diatas, hasil dianalisis univariat ibu yang
uji statistik didapatkan p-value = memberikan ASI eksklusif jumlahnya
0,000 (p-value < α = 0,05) yang lebih sedikit (80,4%) dibandingkan yang
berarti ada hubungan pemberian asi memberikan ASI eksklusif (19,6%).
eksklusif dengan status gizi bayi di Menurut penulis dari hasil
wilayah kerja Puskesmas Kalianda penelitian yang didapat banyak faktor
Lampung Selatan 2019 dengan nilai yang berperan dalam pemberian ASI
OR 9,490 artinya responden yang Eksklusif antara lain seperti
tidak memberikan ASI eksklusif pengetahuan, pekerjaan, dukungan
kepada bayinya memiliki resiko 9,4 tempat bekerja, dukungan suami,
kali bayi akan mengalami status gizi peran petugas kesehatan. Adanya
kurang jika dibandingkan responden peran dari petugas kesehatan untuk
yang memberikan ASI eksklusif memberikan informasi yang baik dan
kepada bayinya. benar tentang pentingnya memberikan
ASI eksklusif dapat mempengaruhi
Pembahasan perilaku ibu dalam memberikan ASI
Univariat eksklusif.
1. Pemberian ASI eksklusif di
Wilayah Kerja Puskesmas 2. Status Gizi Bayi 7-12 bulan di
Kalianda Lampung Selatan 2019 Wilayah Kerja Puskesmas
Berdasarkan hasil penelitian Kalianda Lampung Selatan 2019
diketahui pemberian ASI eksklusif, Berdasarkan hasil olah data yang
berdasarkan hasil olah data yang dilakukan, diperoleh distribusi
dilakukan, diperoleh distribusi frekuensi status gizi adalah 60 (32,8%)
frekuensi pemberian ASI eksklusif bayi dengan status gizi kurang baik dan
adalah 103 (56,3%) bayi tidak ASI 123 (67,2%) bayi dengan status gizi
eksklusif dan 81 (43,7%) bayi ASI normal.
eksklusif. Sejalan dengan teori yang
Hal ini sejalan dengan teori menyatakan bahwa masa balita
Soetjiningsih (2013) bahwa faktor membutuhkan perhatian khusus karena
dalam mempengaruhi pemberian ASI terjadi tumbuh kembang anak dari segi
adalah faktor sosial budaya ekonomi fisik, psikomotorik, mental, dan sosial
(pendidikan formal ibu, pendapatan sehingga masa balita membutuhkan
keluarga dan status kerja ibu), faktor zat gizi yang sesuai, baik kualitas
kurangnya peran petugas kesehatan maupun kuantitas. Keterlambatan
sehingga masyarakat kurang mendapat intervensi kesehatan, gizi, dan

145
JANUARI [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2020 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 2, NOMOR 1 JANUARI 2020] HAL 140-150

psikososial mengakibatkan kerugian


yang tidak dapat diperbaiki atau Bivariat
digantikan di kemudian hari Hubungan Pemberian ASI Eksklusif
(Supariasa, 2012). Dengan Status Gizi Bayi 7-12 bulan di
Sejalan dengan hasil penelitian Wilayah Kerja Puskesmas Kalianda
yang dilakukan oleh Gunawan (2011) Lampung Selatan 2019
status gizi dinilai berdasarkan BB/PB,
diperoleh hasil normal sebanyak 277 Hasil uji statistik didapatkan
anak (89,9%) dan kurus 31 anak p-value = 0,000 (p-value < α = 0,05)
(10,10%). Dari 31 anak dengan status yang berarti ada hubungan pemberian
gizi kurang, terdapat 2 anak asi eksklusif dengan status gizi bayi di
mengalami perkembangan meragukan wilayah kerja Puskesmas Kalianda
dan dari 28 anak dengan Lampung Selatan 2019 dengan nilai OR
perkembangan meragukan mempunyai 9,490 artinya responden yang tidak
status gizi normal. memberikan ASI eksklusif kepada
Menurut peneliti banyak faktor bayinya memiliki resiko 9,4 kali bayi
yang mempengaruhi status gizi pada akan mengalami status gizi kurang jika
balita antara lain: penyakit yang di dibandingkan responden yang
derita, keturunan dan asupan dari memberikan ASI eksklusif kepada
makanan yang di makan, pola makan bayinya
yang dilakukan dan disiapkan, dengan Sejalan dengan teori menurut
mengkonsumsi makanan yang Roesli (2012) ASI merupakan makanan
dibutuhkan oleh tubuh maka tubuh pun yang higienis, murah, mudah
akan bertumbuh secara maksimal, diberikan, dan sudah tersedia bagi
namun jika seorang anak tidak bayi. ASI menjadi satu-satunya
mengkonsumsi makanan secara baik makanan yang dibutuhkan bayi selama
(memenuhi gizi yang diperlukan oleh 6 bulan pertama hidupnya agar
tubuh) maka kemungkinan yang akan menjadi bayi yang sehat.Komposisinya
terjadi adalah anak tidak dapat yang dinamis dan sesuai dengan
bertumbuh secara baik/optimal karena kebutuhan bayi menjadikan ASI
terhambat dari asupan makanan yang sebagai asupan gizi yang optimal bagi
di konsumsi. bayi. ASI dan plasma memiliki
Dengan mengkonsumsi makanan konsentrasi ion yang sama sehingga
yang memenuhi kebutuhan gizi maka bayi tidak memerlukan cairan atau
anak dapat berkembang secara makanan tambahan (Brown et
optimal, dikarenakan pada proses al,2005). ASI memiliki semua unsur-
pertumbuhan dan perkembangan unsur yang memenuhi kebutuhan bayi
dibutuhkan gizi yang baik bagi anak, akan gizi selama periode sekitar 6
ketika anak kekurangan gizi maka bulan, kecuali jika ibu megalami
kondisi yang akan didapati anak akan keadaan gizi kurang yang berat atau
lemah, cengeng, sulit untuk gangguan kesehatan lain. Komposisi
berkonsentrasi dan susah untuk bisa ASI akan berubah sejalan dengan
bersosialisi dengan teman sebaya kebutuhan bayi ASI lebih unggul
dikarenakan kondisi tubuhnya yang dibandingkan makanan lain untuk bayi
kekurangan asupan nutrisi dengan gizi seperti susu formula, karena
yang baik dan seimbang. Sedangkan kandungan protein pada ASI lebih
dengan anak yang berada pada kondisi rendah dibandingkan pada susu sapi
dimana asupan gizi nya baik, dia tidak sehingga tidak memberatkan kerja
akan sulit untuk berkonsentrasi, tidak ginjal, jenis proteinnya pun mudah
cengeng dan mudah untuk dicerna. Selain itu, ASI mengandung
bersosialisasi. lemak dalam bentuk asam amino

146
JANUARI [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2020 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 2, NOMOR 1 JANUARI 2020] HAL 140-150

esensial, asam lemak jenuh, dengan kebutuhan bayi. Semakin


trigliserida rantai sedang, dan banyak bayi mendapatkan ASI, maka
kolesterol dalam jumlah yang semakin kecil kemungkinan bayi
mencukupi kebutuhan bayi mengalami kegemukan di kemudian
(Soetjiningsih, 2013). hari, Asi mengandung berbagai bahan
Sejalan dengan penelitian cukup semua kuantitas zat gizi yang
Pertiwi, (2016), dalam penelitiannya diperlukan untuk kehidupan 6 bulan
“Hubungan Karakteristik ibu dengan pertama. Kandungan gizi dalam ASI
pemberian ASI Eksklusif dengan sudah sesuai dengan kebutuhan bayi
penyakit infeksi dan status gizi pada selama 6 bulan pertama, sehingga bayi
balita yang dilaksanakan di Semarang”, tidak perlu diberikan makanan
diperoleh adanya hubungan antara tambahan lain sebelum usia bayi 6
usia, pekerjaan , pengalaman bulan. Penyebab masalah nutrisi
menyusui sebelumnya dan tingkat adalah asupan, pencernaan dan
pendidikan ibu dengan status gizi absorpsi serta metabolisme, asupan
balita hubungan dengan sgnifikan gizi yang dikonsumsi seperti halnya
statistik p=0,017 ditemukan pada ASI, yang diberikan pada bayi sampai
pengujian hipotesis adanya hubungan usia 6 bulan sehingga mengoptimalkan
antara lama pemberian ASI Eksklusif pertumbuhan dan perkembangannya.
dengan status gizi balita. Komposisi yang terkandung di dalam
Menurut pendapat peneliti dari ASI pun juga sesuai dengan kebutuhan,
hasil penelitian diketahui dari 102 sehingga tidak perlu diberikan
responden dengan tidak ASI ekslusif makanan tambahan sampai bayi
sebanyak 52 (51,0%) bayi dengan status berusia 6 bulan sehingga pemberian
gizi kurang dan sebanyak 50 (49,0%) gizi yang cukup namun berkualitas
bayi dengan status gizi normal, hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan dan
dimungkinkan terjadi karena bayi perkembangan bayi.
mempunyai riwayat sering sakit, tetapi Hasil penelitian pada bayi yang
pada saat dilakukan penelitian bayi tidak asi eklusif di dapatkan 52
dalam keadaan sehat. Penyebab gizi responden (51%) status gizi kurang, hal
kurang tidak hanya karena makanan ini dikarenakan banyak faktor yang
yang tidak sesuai, tetapi juga karena mempengaruhi, antara lain asupan
penyakit. Anak yang mendapat yang masuk ke dalam tubuh bayi tidak
makanan yang baik tetapi sering sakit sesuai dengan kebutuhan, penyakit
diare atau demam dapat menderita yang di derita bayi dapat juga
gizi kurang. Demikian juga dengan mengakibatkan absorbs intake
anak yang makanannya tidak cukup makanan tidak seimbang.
baik maka daya tahan tubuh makin Menurut pendapat peneliti hasil
lemah dan mudah terserang penyakit. penelitian diatas secara umum
Kenyataan secara bersama-sama baik menunjukkan bahwa pemberian ASI
makanan penyakit merupakan ekslusif pada bayi selam 6 bulan
penyebab gizi kurang. pertama kehidupannya dapat
Hasil penelitian di dapatkan 81 mencegah gizi kurang. Secara teori hal
responden dengan ASI ekslusif itu beralasan dimana air susu ibu
sebanyak 8 (9,9%) bayi dengan status sangat penting untuk memnuhi
gizi kurang dan sebanyak 73 (90,1%) kebutuhan bayi dalam segala hal. ASI
bayi dengan status gizi normal. Hal ini merupakan makanan yang higienis,
dimungkinkan karena pemberian ASI murah, mudah diberikan, dan sudah
secara eksklusif akan mendukung tersedia bagi bayi. ASI menjadi satu-
pertumbuhan dan berat badan bayi, satunya makanan yang dibutuhkan bayi
karena komposisi ASI sudah sesuai selama 6 bulan pertama hidupnya agar

147
JANUARI [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2020 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 2, NOMOR 1 JANUARI 2020] HAL 140-150

menjadi bayi yang sehat. Komposisinya b. Mendemonstrasikan saat


yang dinamis dan sesuai dengan posyandu cara menyusui yang
kebutuhan bayi menjadikan ASI benar
sebagai asupan gizi yang optimal bagi c. Melakukan penyuluhan pada ibu
bayi. ASI dan plasma memiliki terutama ibu yang memiliki bayi
konsentrasi ion yang sama sehingga dan balita tentang pemberian ASI
bayi tidak memerlukan cairan atau eksklusif
makanan tambahan. ASI lebih unggul 2. Bagi peneliti lainnya
dibandingkan makanan lain untuk bayi Diharapkan peneliti lainnya
seperti susu formula, karena dapat melanjutkan penelitian ini
kandungan protein pada ASI lebih agar dapat lebih menyempurnakan
rendah dibandingkan pada susu sapi hasil penelitiannya hingga dapat
sehingga tidak memberatkan kerja membantu peningkatan
ginjal, jenis proteinnya pun mudah pengetahuan ibu tentang
dicerna. Selain itu, ASI mengandung pemberian ASI ekslusif sesuai
lemak dalam bentuk asam amino dengan umur bayi, misalnya
esensial, asam lemak jenuh, dengan menambah variabel
trigliserida rantai sedang, dan variabel lain berhubungan dengan
kolesterol dalam jumlah yang motivasi ibu dalam pemberian ASI
mencukupi kebutuhan bayi. eksklusif dan terus memantau
pertumbuhan bayinya.
Kesimpulan
1. Distribusi frekuensi pemberian DAFTAR PUSTAKA
ASI eksklusif adalah 103 (56,3%)
bayi tidak ASI eksklusif dan 80 Arikunto, S. (2013). Prosedur
(43,7%) bayi ASI eksklusif. Penelitian Suatu Pendekatan
2. Distribusi frekuensi status gizi Praktek.PT Rineka Cipta:
adalah 60 (32,8%) bayi dengan Jakarta.
status gizi kurang baik dan 123
(67,2%) bayi dengan status gizi Astuti, Sri. (2015). Asuhan Kebidanan
normal. Nifas Dan Menyusui.Semesta
3. Ada hubungan pemberian asi Medika:Jakarta.
eksklusif dengan status gizi bayi
7-12 bulan di Wilayah Kerja Astutik, (2015). Asuhan Kebidanan
Puskesmas Kalianda Lampung Masa Nifas Dan Menyusui.
Selatan 2019 dengan hasil uji Yogyakarta :Trans Infomedia.
statistik didapatkan p-value =
0,000, OR=9,490. Kementrian Kesehatan, 2017. Hasil
Pemantauan Status Gizi (Psg)
Saran Tahun 2016. Direktorat Gizi
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka Masyarakat Direktorat Jenderal
peneliti memberikan beberapa saran Kesehatan Masyarakat
yaitu : Kementerian Kesehatan 2017.
1. Di Puskesmas
a. Memberikan pelatihan kepada Dinas Kesehatan Lampung Selatan,
kader secara intensif sehingga (2018). Profil Kesehatan
dapat memberikan informasi lampung selatan . Lampung
kepada ibu dalam pemberian ASI selatan.
eksklusif sampai bayi usia 6
bulan.

148
JANUARI [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2020 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 2, NOMOR 1 JANUARI 2020] HAL 140-150

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Notoatmodjo, (2012). Promosi


(2017). Profil Kesehatan Kesehatan dan Ilmu Prilaku.
Lampung 2016. Lampung. Jakarta : Rineka Cipta.

Endarwati, D., & Sukoharjo, T. S. P. B. Notoatmodjo, (2012). Metodologi


M. (2018). Hubungan Pemberian Penelitian Kesehatan. Ed. Rev.
Asi Eksklusif dengan Berat Badan Jakarta: Rineka Cipta.
Bayi Usia 6 Bulan di Posyandu
Desa Mulur, Bendosari, Sukoharjo Riyanto, (2011). Aplikasi Metodologi
Relation The Provision Of Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Exclusive Breastfeeding to Baby Nuha Medika.
Weight Age 6 Months at Posyandu Roesli, (2013). ASI Eksklusif. Jakarta:
Village Of Mulur, Bendosari, Salemba Medika.
Sukoharjo. IJMS-Indonesian
Journal on Medical Science, 5(1). Saleha, (2009). Asuhan Kebidanan
Pada Masa Nifas. Jakarta:
Hamzah, D. F. (2018). Pengaruh Salemba Medika.
Pemberian Asi Eksklusif Terhadap
Berat Badan Bayi Usia 4-6 Bulan Siswanto, (2014). Metodelogi
Di Wilayah Kerja Puskesmas Penelitian Kesehatan dan
Langsa Kota. JUMANTIK (Jurnal Kedokteran. Jakarta: Pustaka
Ilmiah Penelitian Ilmu.
Kesehatan), 3(2), 8-
15.Kementrian Kesehatan RI Soetjiningsih, (2013). ASI dan
(2015). Infodatin: situasi dan Menyusui. Rineka Cipta: Jakarta.
analisis ASI eksklusif. Jakarta.
Sugiyono, (2014). Metode penelitian
Kementrian Kesehatan RI (2017). Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
pedoman penyelenggaraan Bandung: ALFABETA.
pekan ASI Sedunia . Jakarta.
Sulistyawati, (2009). Perawatan ibu
Kementrian Kesehatan RI (2018). Hasil nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Utama Riskesdas 2018.
Kementerian Kesehatan Badan Supardi, (2013). Metode Penelitian
Penelitian dan Pengembangan Keperawatan. Jakarta: PT Bumi
Kesehatan Jakarta. Aksara.

Laelatunnisa, T., Hartini, N. S., & Supariasa, I D. (2012). Penilaian Status


Susanto, N. (2016). Hubungan Gizi. Jakarta. Penerbit Buku.
Pemberian ASI Dengan Status Gizi Kedokteran EGC.
Balita Usia 6-23 Bulan di
Kelurahan Klitren Gondokusuman UNICEF Indonesia. (2018). ASI adalah
Yogyakarta Tahun 2016. Medika penyelamat hidup yang paling
Respati, 11(3). murah dan efektif di dunia.
https://www.unicef.org/indone
Maritalia, (2014). Asuhan Kebidanan sia/id/media_21270.html.
Nifas dan Menyusui. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar. Walyani. (2015). Asuhan Kebidanan
Nifas dan Menyusui. Yogyakarta:
PUSTAKABARUPRESS.

149
JANUARI [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2020 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 2, NOMOR 1 JANUARI 2020] HAL 140-150

WHO. (2017). asi-sumber-gizi-terbaik-


bagi-bayi.

150

You might also like