Professional Documents
Culture Documents
Full Paper Widyariset
Full Paper Widyariset
net/publication/311465961
CITATIONS READS
8 954
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Satrio Herbirowo on 27 January 2017.
DOI 153
Widyariset | Vol. 2 No. 2 (2016) Hlm. 153 - 160
154
Satrio Herbirowo dan Bintang Adjiantoro | Pengaruh Perlakuan Panas Terhadap...
kekuatan tarik, dan kekerasan permukaan Uji kekuatan tarik dilakukan meng-
yang terjadi. gunakan standar pembuatan sampel Japan
Industrial Standard (JIS) Z2201 dengan
dimensi yang sesuai dengan pengukuran
METODE (Gambar 2). Sebanyak delapan sampel
Pada penelitian ini spesimen yang diguna- dibuat sesuai dengan jumlah variasi
kan adalah baja nikel laterit dari sam- temperatur temper dan material awal.
pel proses pembuatan Nickel Pig Iron
(NPI) di UPT Pengolahan Mineral
LIPI-Lampung. Spesimen dalam bentuk
rod dipotong menjadi ukuran panjang
100 mm dan diameter 20 mm dengan
mengonfirmasi kandungan yang terdapat
dalam baja nikel laterit, dan ditambah
Gambar 2. Standar JIS Z2201 (JIS Handbook
dengan capaian komposisi Ni (>1%), 1994)
analisis kimia dilakukan dengan meng-
gunakan spektroskopi. Spesimen kemudian Uji kekerasan permukaan material di-
mendapatkan perlakuan panas austenitisasi lakukan dengan memotong ujung spesimen
pada suhu 900 °C selama satu jam lalu untuk mendapatkan permukaan yang rata
di-quenching dengan oli. Kemudian variasi agar siap dilakukan uji kekerasan sebanyak
suhu temper mulai dari 100 °C, 200 °C, lima titik dengan menggunakan alat
300 °C, 400 °C, 500 °C, dan 600 °C selama Hardness Rockwell C.
dua jam. Diagram alir penelitian disajikan Sebelum melakukan pengujian
pada Gambar 1. metalografi, spesimen yang telah diampelas
hingga halus dipoles dengan pasta alumina
5µ hingga 0,1µ sampai permukaan halus
mengilap. Sampel yang telah dipoles
kemudian dietsa dengan menggunakan
Vilella’s reagent (1 gr picric acid, 5 mL HCl,
dan 100 mL ethanol). Setelah spesimen
selesai disiapkan kemudian spesimen di-
observasi dengan menggunakan mikroskop
optik dan scanning electron microscope
(JEOL 6390A) untuk mengetahui struktur
mikro dan fasa yang terbentuk, serta frakto-
grafi dari permukaan patahan material.
155
Widyariset | Vol. 2 No. 2 (2016) Hlm. 153 - 160
Dengan kandungan C sebesar 0,4%, sampel perlakuan panas quench dan variasi
maka sampel ini dikategorikan sebagai temperatur temper terlihat bahwa semakin
baja karbon rendah. Kemudian ditinjau tinggi temperatur temper, maka kekuatan
dari kandungan paduannya, baja ini juga tarik maksimal dan luluh semakin menurun
termasuk baja paduan rendah karena tidak sedangkan untuk kelenturan dan keuletan
mengandung lebih dari 8% paduan di setiap semakin meningkat (Schonmetz 1985).
unsur paduannya. Jika kekuatan yang Pengujian Kekerasan Permukaan
dihasilkan bisa mencapai standar tertentu,
maka baja laterit bisa dirujuk sebagai baja Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
paduan rendah berkekuatan tinggi atau pengaruh dari hasil perlakuan panas quench
yang lebih dikenal dengan istilah baja High dan temper dalam peningkatan kekerasan
Strength Low Alloy Steel (HSLA). Hal itu baja.
disebabkan karena salah satu indikasi baja
HSLA adalah memiliki kandungan karbon
dengan rentang 0,05-0,25% (ASM 2001).
156
Satrio Herbirowo dan Bintang Adjiantoro | Pengaruh Perlakuan Panas Terhadap...
5 dengan perbesaran 500x. Gambar tersebut menjadi lebih keras dan getas (Wibawa
menunjukkan struktur mikro pada suhu 2013). Inklusi juga mulai memudar setelah
austenitisasi 900 ºC di suhu temper 100 °C, proses perlakuan panas menuju struktur
200 °C, 300 °C, 400 °C, 500 °C, dan mikro material yang tanpa inklusi dan
600 ºC berturut-turut. Pada Gambar 5(a) berdampak terhadap perubahan presipitasi
dapat dilihat bahwa struktur mikro dari karbida dan austenit sisa.
material awal tanpa perlakuan panas Penerapan perlakuan panas tempering
terdiri atas fasa ferit dan perlit dengan adalah untuk mengurangi tegangan sisa,
adanya inklusi yang tersebar akibat proses meningkatkan ketangguhan dan keuletan
pengecoran yang kurang bersih dari yang telah hilang atau berkurang selama
material dasar. Oleh karena itu dilakukan mengalami pengerasan martensit. Gambar
proses perlakuan panas untuk mem- 5(c) merupakan struktur mikro dari spesimen
perbaiki sifat dan struktur dari material setelah dilakukan proses temper atau
baja nikel laterit tersebut. Hal ini dapat pemanasan kembali pada temperatur 200 ºC
dilihat dari Gambar 5(b) bahwa dengan yang memiliki struktur ferit dengan fasa
proses pemanasan sampai temperatur sementit yang terdistribusi pada matriks-
austenit dan didinginkan dengan cepat nya. Matrik yang ulet dengan sebaran
(oil quenching) langsung terbentuk fasa partikel yang keras akan menghasilkan
martensit akibat dari terlambatnya unsur suatu logam yang tangguh. Fasa ferit
karbon bertransformasi yang membentuk merupakan fasa matrik dengan sifat lunak
struktur kristal BCT dan membentuk dan ulet. Fasa sementit yang terbentuk
fasa martensit yang berbentuk seperti sifatnya keras. Pada Gambar 5(d) yang
jarum-jarum yang membuat sifat material menggunakan temperatur temper lebih
Gambar 5. Struktur mikro baja nikel laterit austenitisasi 900 ºC pada variasi temper (a) non-treat, (b) quench,
(c) 200 ºC, dan (d) 600 ºC dengan perbesaran 500x
157
Widyariset | Vol. 2 No. 2 (2016) Hlm. 153 - 160
tinggi, martensit akan tereliminasi mem- dan C memiliki 55,055at.% selain dari fasa
bentuk martensit temper dengan partikel dan struktur mikro yang memengaruhi
karbida-karbida halus berbentuk spheroid sifat mekanik juga dari unsur paduan
yang mampu menahan deformasi plastik, dari Ni, Cr, dan Mo berpengaruh dalam
sehingga logam akan tetap memiliki meningkatkan sifat mekanik antara lain ke-
kekuatan cukup tinggi. Dengan demikian kerasan, kekuatan tarik, dan ketangguhan.
secara keseluruhan logam menjadi kuat
dan ulet (Thelning 1984). Pengujian Data Mapping EDX
Gambar 6. SEM analisis pada untuk spesimen austenitisasi 900 ºC dan temper 200 ºC (a) foto SEM dan (b)
spektrum EDS
158
Satrio Herbirowo dan Bintang Adjiantoro | Pengaruh Perlakuan Panas Terhadap...
Gambar 7. Mapping EDX sampel non treatment Gambar 8. Mapping EDX sampel tempering after
treatment
159
Widyariset | Vol. 2 No. 2 (2016) Hlm. 153 - 160
160