Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

VOLUME 15 No. 04 Desember z 2012 Halaman 166 - 174


Indiati, dkk.: Healthcare Failure Mode and Effect Analysis
Artikel Penelitian

HEALTHCARE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS:


PROSES PELAYANAN OPERASI DI RUMAH SAKIT

HEALTHCARE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS:


SURGERY CARE PROCEDURES IN HOSPITAL

Indiati1, Viera Wardhani2, Sri Andarini2


Rumah Sakit Al Huda Banyuwangi, Jawa Timur
1

2
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur

ABSTRACT potensial kegagalan. Faktor penyebab terjadinya potensi risiko


Background: Most of medical errors are preventable. High adalah kompetensi perawat yang kurang, tidak adanya dokter
number of adverse event and near miss cases in hospitals operator tetap, kurangnya supervisi, monitor dan evaluasi, serta
indicate opportunity for improvement. Therefore, efforts to banyaknya transisi yang mendorong terjadinya pengabaian
identify potential risks, recognize event as early as possible, prosedur komunikasi pada setiap transisi antar bagian atau
and set a barrier mechanism through implementation of Health antar shift. Semua faktor menggambarkan belum berkembang-
Care Failure Mode and Effect Analysis (HFMEA) are required. nya budaya keselamatan pasien.
This research was aimed to identify the risk of patient safety Kesimpulan: Komunikasi dan transisi dalam pelayanan pasien
incident (failure mode), in surgery care processes, the cause merupakan penyebab utama potensi insiden keselamatan
of failure mode in every stage and the prevention strategy pasien dalam proses operasi. Hal ini dapat dicegah dengan
using HFMEA in hospital setting. melakukan redesign proses pelayanan pasien operasi dan
Methods: This study employed an observation study to apply peningkatan kerja tim penyedia pelayanan.
HFMEA in surgical care processes. Data were collected through
direct observation of surgical preparation and procedures in Kata kunci: komunikasi, health failure more and effect analysis,
the ward and operating theatre, 18 interviews as well as proses operasi
document analysis and focus group discussions.
Result: W e found 25 activities that were not performed or PENGANTAR
partially performed leading to 26 potential failure modes and
four critical patient safety incidents. The main cause of the
Institute of Medicine (IOM) mendefinisikan medi-
potential risk is non-effective communication. This is caused cal error sebagai suatu kegagalan tindakan medis
by neglected or violation due to frequent care transitions yang disebabkan kegagalan perencanaan atau ke-
between departments and shifts, lack of supervision, lack of gagalan tindakan.1 Kejadian tidak diharapkan adalah
nurse competence, and absence of full-time surgeonts. These
findings show lack of patient safety culture as the underlying
suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang
cause. tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan
Conclusion: Poor communication and care transition is the atau karena tidak bertindak, dan bukan karena “un-
main causes of potential safety incident in surgery care derlying disease” atau kondisi pasien. Nyaris cedera
process. This can be prevented by process redesign and
health care teamwork improvement.
merupakan kejadian akibat melaksanakan suatu tin-
dakan atau tidak mengambil tindakan yang seharus-
Keywords: communication, health failure mode and effect nya diambil, yang nyaris dapat mencederai pasien.
analysis, surgery care Cedera ini belum terjadi karena keberuntungan, pen-
cegahan, atau peringanan.2
ABSTRAK
Latar belakang: Sebagian besar kejadian medical error meru- Rumah sakit (RS) merupakan organisasi yang
pakan kejadian yang dapat dicegah. Keberhasilan pencegahan sangat berisiko untuk terjadinya medical error. Mene-
terletak pada kemampuan sistem untuk mengidentifikasi potensi kan angka medical error akan meningkatkan mutu
risiko, mengenali kejadian sedini mungkin dan menetapkan suatu dan mengurangi biaya perawatan di bidang pelayanan
mekanisme barrier. Penelitian ini bertujuan untuk mengidenti-
fikasi potensi risiko insiden keselamatan pasien (failure mode) medis. Di Amerika Serikat setiap tahunnya hampir
pada proses pelayanan operasi, penyebab failure mode di 100 ribu kematian di RS yang seharusnya dapat
setiap tahapan proses dan strategi pencegahannya di RS. dicegah, menimbulkan kerugian mencapai $9 miliar
Metode: Studi observasional ini menggunakan HFMEA pada per tahun.3 Meskipun belum ada data secara nasio-
proses pelayanan operasi. Pengumpulan data dilakukan dengan
observasi persiapan dan prosedur operasi di ruang perawatan nal, angka kejadian medical error di Indonesia di-
dan kamar operasi, delapan belas wawancara, pemeriksaan perkirakan cukup tinggi sejalan dengan semakin ma-
dokumen, dan diskusi kelompok terfokus. raknya pemberitaan di media. Dari laporan insiden
Hasil: Terdapat 25 aktivitas yang tidak dilakukan ataupun di RS yang diteliti, nampak lebih dari separuh terma-
dilakukan dengan tidak lengkap yang menimbulkan 26 risiko
suk dalam kategori kejadian yang tidak diinginkan

166 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, No. 4 Desember 2012
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

(KTD), sebagian besar 75% kejadian di tahun 2010 antarsistem di dalam RS yang kompleks. Komplek-
dan 60% kejadian pada tahun 2011 adalah kasus sitas ini menimbulkan risiko yang tinggi terhadap
bedah atau pasien dengan tindakan operasi. kejadian insiden keselamatan pasien. Berwick8 me-
Sebagian besar KTD dapat dicegah.4 Keberha- nemukan bahwa apabila proses hanya terdiri dari
silan pencegahan dan pendekatan sistem terletak satu langkah maka kemungkinan salah adalah 1%.
pada kemampuan sistem untuk mengidentifikasi po- Apabila proses terdiri dari 25 langkah, maka ke-
tensi risiko, mengenali kejadian sedini mungkin dan mungkinan salah meningkat menjadi 22%, dan apa-
menetapkan suatu mekanisme barrier (pengham- bila proses terdiri dari 100 langkah, maka kemungkin-
bat). Salah satu metode yang dapat digunakan ada- an salah dapat mencapai 63%.
lah Health Care Failure Mode and Effect Analysis Untuk mengidentifikasi potensi risiko insiden
(HFMEA), suatu metode untuk mengenali proses failure mode pada proses pelayanan operasi maka
yang berisiko tinggi, penyebab kesalahan dan stra- perlu diketahui alur proses pelayanan pasien operasi
tegi untuk mencegah kesalahan tersebut secara yang diterapkan. Pada tahapan ini dikaji proses pela-
sistematis.5 yanan pasien operasi di rawat inap dan di kamar
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi operasi, mulai dari pengiriman ke kamar operasi hing-
risiko failure mode pada proses pelayanan pasien ga pasien kembali ke ruang rawat inap.
dengan tindakan operasi, penyebab failure mode di Gambar 1 menunjukkan bahwa proses pelayan-
setiap tahapan proses dan strategi pencegahannya. an operasi di RS ini dimulai dari pengiriman pasien
dari rawat inap menuju kamar operasi oleh perawat
BAHAN DAN CARA PENELITIAN rawat inap. Subproses selanjutnya serah terima pa-
Penelitian observasional ini dilakukan di satu sien di ruang transit kamar operasi oleh perawat ru-
RS menggunakan HFMEA. Cara pengumpulan data ang rawat inap kepada petugas kamar operasi, sign
menggunakan observasi, wawancara, pemeriksaan in, time out, dan sign out. Observasi pasien di ruang
dokumen dan diskusi kelompok melibatkan kelom- pulih sadar/Recovery Room (RR) diakhiri dengan
pok dokter jaga, dokter spesialis, perawat kamar subproses pengembalian pasien dari RR ke perawat
operasi, dan informan pendukung lainnya yang ter- rawat inap dilakukan di ruang transit kamar operasi.
masuk dalam tim seperti petugas laboratorium, petu- Proses pelayanan operasi di RS ini terdiri dari
gas radiologi, kepala bidang keperawatan. Total infor- tujuh subproses mulai dari persiapan pengiriman pa-
man berjumlah delapan belas orang.6 sien dari ruang rawat inap sampai diserahterimakan
Fokus penelitian ini adalah pada proses pela- ke rawat inap kembali. Dari seluruh subproses ter-
yanan pasien dengan tindakan operasi, penyebab dapat aktivitas yang berpotensi terjadi risiko. Semua
failure mode di setiap tahapan subproses dan strategi potensi risiko diakibatkan tidak adanya pengecekan
pencegahannya. Proses tersebut dibatasi pada pela- secara tertulis maupun verbal terhadap persiapan
yanan pasien operasi di rawat inap dan di kamar maupun tindakan yang akan dilakukan. Hal ini sesuai
operasi, mengingat interaksi petugas yang melaku- dengan penelitian yang dilakukan Gawande et al9,
kan tindakan operasi banyak terjadi di rawat inap yang menemukan 57 potensi kegagalan terkait de-
dan kamar operasi. Peneliti berprofesi sebagai dokter ngan gagalnya komunikasi pada saat serah terima
umum yang bekerja sebagai dokter jaga di rawat karena tidak mengikuti prosedur dan tidak melaku-
jalan, rawat inap dan Instalasi Gawat Darurat (IGD) kan pengecekan ulang. Kesalahan tersebut meng-
dengan pengalaman bekerja selama lima belas ta- akibatkan risiko tertinggalnya kasa dan instrumen
hun, dan pernah bertugas sebagai asisten bedah di pada saat operasi. Pada tahun 2011 Siagian10 mene-
kamar operasi. Saat ini menjabat sebagai kepala liti tentang pelaksanaan surgical patient safety ter-
bidang pelayanan medis. Analisis data dilakukan hadap adverse events pasca operasi bedah digestif
mengikuti analisis data kualitatif, dengan langkah di instalasi bedah RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Penelitian tersebut menyimpulkan pelaksanaan pro-
Kredibilitas data ditingkatkan melalui jangka waktu sedur surgical patient safety pada semua tahapan
observasi yang memadai, triangulasi serta secara sign in, time out, dan sign out tidak dilaksanakan
kontinyu melakukan konfirmasi dengan teman seja- secara lengkap. Pusat akademi kesehatan melaku-
wat dan dosen. kan penelitian terhadap kepatuhan tim bedah dalam
menjalankan prosedur keamanan terpadu yang di-
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adopsi dari crew resources management (CRM) avia-
Potensi Risiko pada Proses Pelayanan Operasi tion. Dari tiga puluh tim bedah yang diobservasi,
Tindakan operasi adalah tindakan yang multi- hanya 60% yang menjalankan prosedur keselamatan
disiplin, melibatkan berbagai keahlian dan pengalihan perioperatif.11

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, No. 4 Desember 2012 z 167
Indiati, dkk.: Healthcare Failure Mode and Effect Analysis

Jam 10.00 Perawat Perawat ruangan masuk ke ruang Jam 10 05 pasien diantar R. transit
menerima telpon perawatan sambil bertanya; “Mana ke kamar operasi oleh - Serah terima antara perawat
dari OK pasien keluarga yang laki2 ya? bade nyuwun perawat dengan ruang rawat inap dengan
yang siap operasi tulung mbantu nggledek pasien dateng mendorong tempat tidur petugas kamar operasi
bisa segera dikirim. kamar operasi (mau minta bantuan pasien dibantu oleh dengan menunjukkan status
(1a) ndorong pasien ke kamar operasi)”. “Bapak keluarga pasien. (1c) pasien (RM)
sampun siap operasi sakniki nggih? (1b) - “ Wes di suntik ATS? ” (2)

Jam 16.50 R. Operasi


- Operator masuk OK menanyakan sakit pasien dan membolak balik Jam 10.25 pasien diangkat dari ruang transit di bawa ke
status, membaca sekilas hasil laboratorium dan hasil radiologi kamar operasi, peneliti melihat semua petugas kamar operasi
- Operator memegang dan mengetuk-ngetukkan jarinya sambil berbicara ke ada di ruang santai petugas. Ketika peneliti bertanya pasien
perawat anestesi……”yo wes turokno…..” (3) dimana?... sama siapa?.... “Di kamar operasi, sendirian…” (3)

Jam 16.55 Jam 10.35


- Perawat anestesi membius pasien, - Operator datang
- Operator cuci tangan - Pasien sudah dalam kondisi siap dioperasi (3)
- Asisten melakukan desinfeksi lapangan operasi
- Perawat instrumentasi meneriakkan jumlah kasa yang disiapkan, Jam 10.45
- Anestesi bilang “Siap”, - Operator cuci tangan
- Operator melakukan irisan di perut pasien (4) - Melakukan desinfeksi pada area operasi.
- Melakukan operasi menjahit jari kaki pasien (4)

Operator dibantu asisten mencari organ yang bermasalah, ternyata memang


berasal dari appendiks yang perforasi.Kemudian dilakukan apendiktomi dan Jam 10.55 operator melepas jas operasi dan handschoen,
dicuci lagi sampai bersih, kemudian dipasang drain. (4) kemudian menulis laporan operasi di status RM pasien. (5)

Jam 17.40 operasi selesai nampak perawat instrumentasi menghitung kasa


yang dipakai, dan menata instrumen sambil bergumam lengkap. Operator Jam 11.10
- Pasien dibawa ke ruang pulih sadar diobservasi oleh perawat
menjahit luka. (5)
anestesi.
- Perawat RR mengobservasi vital sign (6)
Operator menulis laporan operasi dan instruksi di status RM pasien, sambil
mengingatkan jangan lupa memasukkan ketorolac suppositoria. (5)
Jam 12.30
- Pasien mulai sadar
Jam 18.20 pasien dimasukkan ruang RR yang terletak berseberangan dengan - Perawat RR menghubungi petugas ruang rawat, pasien
kamar operasi, diterima petugas RR :” Statuse endi?” Perawat anestesi :”Masih sudah bisa diambil. (6)
ditulis sama mas Ar ( perawat asisten)” Pr RR:” Gak perlu transfusi mas?
Gak…. suruh cek HB dulu .” petugas RR menulis di lembar observasi pasien.
Jam 12.45 perawat ruang rawat inap datang, kemudian
membawa pasien kembali tanpa memberitahu petugas kamar
Jam 19.10 nampak pasien mulai mengeluarkan suara dan petugas RR menulis operasi.(7)
di lembar observasi pasien, kemudian menelpon perawat ruangan mengatakan
kalau pasien siap diambil. (6)
Keterangan:

Jam 19.20 perawat ruang rawat inap datang, dan menanyakan instruksi khusus Observasi 1 Operasi debridement
Perawat RR :” lihat aja di instruksi operator, koyoke disuruh cek HB ” jawab (OBS-15032012-RIOK)
perawat RR dengan santai sambil menyerahkan status RM pasien.
Perawat RI :” yo wes mas terima kasih…..tak gowo yoo…. Jawab perawat RI
Observasi 2 Operasi Laparotomy
menerima status RM pasien kemudian mendorong tempat tidur pasien dibantu (OBS-07032012-OK)
keluarga pasien. (7)

Gambar 1. Bagan Alur Proses Pelayanan Pasien Operasi di Rumah Sakit

Penyebab Failure Mode dan Analisis Hazard tahapan pada HFMEA. Berdasarkan hasil dua ob-
Pelayanan Pasien Operasi servasi non-partisipatif pada operasi pembersihan lu-
Bagian ini membahas dan mengidentifikasikan ka kotor (debridement) dan operasi laparotomy
potensi risiko insiden, penyebab dan analisis ha- appendicitis perforasi yang membuka rongga perut,
zard pada pelayanan pasien operasi sesuai dengan terdapat perlakuan yang berbeda. Pada operasi mem-

168 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, No. 4 Desember 2012
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

buka rongga tubuh dilakukan proses penghitungan kan 26 aktivitas yang berpotensi terjadi kegagalan.
kasa oleh perawat instrumentasi dan pengecekan Setelah melakukan skoring didapatkan hazard score
diagnosis oleh operator, sedangkan pada operasi de- antara tiga sampai dengan delapan seperti terlihat
bridement hal ini tidak dilakukan. Peneliti mencoba pada bands risiko, yaitu derajat risiko yang digambar-
membandingkan dengan standar prosedur operasio- kan dalam empat warna (biru, hijau, kuning, merah).
nal (SPO) di RS ini, serta standar keselamatan pa- Warna biru dan hijau memerlukan investigasi seder-
sien WHO. hana, sedangkan kuning dan merah memerlukan
Dari 29 aktivitas pada tujuh subproses pelayan- investigasi komprehensif dengan root cause analy-
an operasi, teridentifikasi 25 aktivitas yang tidak dila- sis (RCA).
kukan ataupun dilakukan dengan tidak lengkap pada Pada risiko dengan skor 8 (ekstrim) harus dilaku-
proses pelayanan pasien operasi di RS dan hal ini kan RCA paling lama 45 hari, membutuhkan tindakan
dapat menimbulkan 26 risiko potensial kegagalan. segera, perhatian sampai ke tingkat manajer puncak
Ketika diklarifikasi dengan perawat kamar operasi (direktur). Hasil HFMEA proses pasien operasi di
dan operator dalam wawancara tidak terstruktur RS ini mengidentifikasi empat potensi risiko insiden
tentang proses operasi sign in, time out, dan sign ekstrim, yaitu:
out, keduanya mengkonfirmasi hal tersebut. 1. Terjadinya perdarahan selama proses operasi
pada subproses serah terima pasien di kamar
“Kata siapa? ...jane mulai dulu ya ada… Cuma operasi oleh perawat ruang rawat inap kepada
kitanya aja karena menganggap itu dah pe- petugas kamar operasi karena tidak dilakukan
kerjaan rutin jadi jarang dikerjakan...."
“Lha yaitu tadi, saya juga… kalau operasi cek pengecekan persediaan darah.
kecek (sederhana diperkirakan tanpa penyu- 2. Terjadinya perdarahan selama proses operasi
lit) jarang melakukan itu (time out), kalau ope- pada subproses persiapan sebelum dilakukan
rasi rodok rumit baru kita kerjakan....” anestesi pada pasien (sign in), karena tidak dila-
“Harus!!! (kata beliau dengan nada penuh
penekanan)… tapi ya itu tadi manusia... kalau kukan pengecekan persediaan darah.
gak pernah kena masalah gak mau hati-hati 3. Terjadinya perdarahan dari jaringan yang dipo-
dan seringkali menganggap pekerjaan seba- tong pada subproses sebelum pasien mening-
gai rutinitas saja… padahal lho… sing diadepi galkan kamar operasi (sign out) karena tidak
nyowo…."
”Kadose nggeh sami mawon dok, tergantung dilakukan pengecekan ulang perdarahan dan
tim operasinya dan kasusnya… ada operator tidak ada komunikasi verbal oleh seluruh
yang melakukan itu, meskipun gak sedetil anggota tim.
standar tapi kebany akan gak…. apalagi 4. Tidak terambilnya atau hilangnya bahan peme-
kasus-kasus mudah…." Sambil mengangkat
alis mata dan bahu. riksaan pada subproses sebelum pasien me-
ninggalkan kamar operasi (sign out) karena tidak
Tim operasi menganggap sebagai suatu rutinitas dilakukan komunikasi verbal dan pengecekan
yang sering dilakukan, sehingga menjadikan pe- ulang dokumen.
ngecekan jarang dilakukan.
Root Cause Analysis (RCA) Faktor Penyebab
”M ereka sih melakukan serah terima lihat Hasil analisis tentang faktor penyebab mengapa
ceklis… tapi gak ngecek bener gaknya yaaa… petugas kamar operasi di RS tidak melakukan
akhirny a kayak masalah persediaan darah prosedur operasi sesuai standar terutama masalah
yang tadi.”
“Jadi dari saya sendiri juga kalau serah teri- serah terima (hands off) menunjukkan:
ma juga ya ndak sesempurna itu karena me-
mang mungkin tadi betul belum pernah keta- a. Faktor Beban Kerja yang Berlebih
talan….” Beberapa diskusi dan wawancara yang meng-
“Tapi ngeceknya, ngecek. Tapi nggak nyam-
pek tanya ke pasiennya namanya betul apa gambarkan beban kerja yang berlebihan.
nggak seperti itu memang ndak. Hayo pingin
ruh aku sopo sing serah terima sampek detil ”Iya dok…..tapi bener ….petugas kita memang
kayak gitu.” masih kurang…. belum bisa full tim on site
“Ini saya juga nggak tau kenapa saya ndak semua…. apalagi ketambahan RR…. hhhhh”
melakukannya.” ”Kalau dihitung per shift harus on site semua
ya jelas kurang dok…."
Dari hasil DKT analisis hazard alur proses pela- ”Satu tim kan minimal harus ada anestesi,
asisten, instrumen dan omloop berarti mini-
yanan pasien operasi dari tujuh subproses didapat- mal harus ada 4 perawat jaga tiap shift....”

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, No. 4 Desember 2012 z 169
170
Tabel 1. Aktivitas Subproses Pelayanan Operasi
1. Persiapan 2. Serah Terima Pasien di 3. Persiapan 4. Persiapan 5. Sebelum Pasien 6. Selama pasien di 7. Serah Terima Pasien
z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, No. 4 Desember 2012

Pengiriman Kamar Operasi oleh Sebelum Sebelum insisi Meninggalkan RR dari RR ke Perawat
Pasien Perawat Ruang Rawat Anestesi (time out) Ruang Operasi Rawat Inap
Inap kepada Petugas (Sign In) (sign out)
Kamar Operasi
1. Pengecekan 4. Serah terima RM, catatan 8. Memastikan 13. Memasikan semua 19. Memeriksa 24. Serah terima hal- 27. Serah terima Pasien
identitas pre operasi secara identitas pasien anggota tim kelengkapan hal penting untuk meliputi, RM secara
pasien nama dokumen dan komunikasi nama no RM, lab, memperkenalkan instrument dan pemulihan pasien, dokumen dan
no RM, lab, ro, verbal ro, ECG nama danperannya alat, disampaikan meliputi tindakan komunikasi verbal
ECG secara verbal** yang telah
dilakukan, kondisi,
terapi, ke petugas
RR
2. Pengecekan 5. Serah terima identitas 9. Memastikan 14. Dokter bedah, 20. Memeriksa dan 25. Pengecekan ulang 28. Serah terima hal-hal

Indiati, dkk.: Healthcare Failure Mode and Effect Analysis


diagnosis pasien nama no RM, lab, kondisi anestesi dan melakukan vital sign (tensi, penting untuk pemulihan
rencana ro, ECG pasien(puasa, vital perawat konfirmasi pengecekan ulang nadi, suhu, pasien, meliputi tindakan
tindakan dan sign, lokasi secara verbal sumber-sumber pernafasan, yang telah dilakukan,
sisi operasi operasi, tanda mengenai perdarahan* perdarahan, kondisi, terapi lanjutan.
operasi, prosedur - Pasien balance cairan)**
yang akan - Sisi
dilakukan - Prosedur

3. Pengecekan 6. Serah terima diagnosis 10. Memastikan 15. Dokter bedah 21. Mengumpulkan dan 26. Observasi 29. Serah terima
ulang vital rencana tindakan dan sisi kelengkapan alat/ review keadaan menyiapkan bahan kesadaran, pemeriksaan tambahan
sign persiapan operasi implant, obat yang kritis atau pemeriksaan serta patensi jalan yang harus dilakukan,
lama puasa, diperlukan langkah-langkah pemberian label* napas, jumlah laborat, kontrol ro
darah, surat yang tidak cairan masuk dan
pernyataan diharapkan, lama keluar, kondisi
informed operasi, antisipasi luka dan drain**
concern, kehilangan darah
riwayat alergi
obat
7. Serah terima, persiapan, 11. Memastikan 16. Tim anestesi review 22. Konfirmasi tim
lama puasa, darah, surat adakah riwayat apakah ada tentang nama
pernyataan informed allergi keadaan pasien prosedur
concern, riwayat allergi yang perlu
obat* diperhatikan
12. Memastikan 17. Tim perawat review 23. Dokter bedah,
adakah risiko Sudah steril anestesi dan
perdarahan* (termasuk indicator perawat review
hasil)? Adakah hal-hal penting
masalah alat? untuk pemulihan
Jumlah kasa pasien
18. Konfirmasi
pemberian
antibiotik profilaksis

*: Aktivitas yang menyebabkan failure mode dengan skor ekstrim. **: Aktivitas yang dilakukan dengan lengkap sesuai WHO
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Tabel 2. Risk Grading M atrix


Sub Proses Extreme (8) High (6) Moderate (4) Low (3)
Persiapan pengiriman pasien 1 2
Serah terima pasien di kamar operasi oleh 1 3
perawat ruang rawat inap kepada petugas
kamar operasi
Persiapan sebelum pasien dianestesi/sign in 1 1 3
Persiapan sebelum pasien diinsisi/time out 1 4 1
Sebelum pasien meninggalkan ruang operasi 2 2
Selama pasien di ruang pulih sadar/recovery 1
room (RR)
Serah terima pasien dari RR ke perawat rawat 2 1
inap
Jumlah 4 8 13 1

Analisis beban kerja berdasarkan cara Demand7 c. Waktu Operasi Seringkali Malam Hari
menggunakan data di kamar operasi tahun 2011 Menimbulkan Kelelahan
menunjukkan rerata 5-6 pasien/hari. Jumlah tenaga Seluruh operator berstatus dokter tamu yang
di kamar operasi saat ini berjumlah empat belas o- hanya dapat menjalankan tugas di RS ini di luar jam
rang. Apabila satu kali operasi memerlukan empat kerja, yaitu sesudah pukul 14.00-07.00 WIB hari beri-
orang yang terdiri dari satu perawat anestesi, satu kutnya. Petugas kamar operasi ada yang merangkap
perawat asisten, satu perawat instrumentir, satu pe- dinas di bagian lain beberapa tidak sesuai kualifikasi,
rawat sirkuler, dan satu hari terbagi menjadi tiga shift, sehingga semua petugas mendapatkan jadwal dinas
maka jumlah tersebut memenuhi dengan kelebihan di luar jam dinas mereka. Dinas on call membuat
satu orang sebagai kepala urusan yang lebih banyak petugas tidak mengikuti proses dari awal, tidak da-
menangani manajemen. Bila satu shift cuti, libur, lam kondisi siaga, dan memperpanjang rantai tran-
atau sakit, maka akan kekurangan empat orang. Jadi sisi.
setelah diperhitungkan dikurangi perawat cuti, libur, “SC…..iki operasi yang kedua, jik kurang loro
sakit serta pengembangan dan pelatihan, kamar (2) maneh… ket mau bengi aku operasi 7, RSU
3 kene 4…….iki mau tak sambi visite bar iki
operasi seharusnya membutuhkan perawat tujuh tak mulih sik, mugo-mugo gak ada cito
belas orang, sehingga terdapat kekurangan tenaga op…… lanjutnya sambil menggeliatkan
empat orang perawat. badannya, nampak kalau beliau memang
kecapekan."
”Niki dok ….mbahas operasi mulai tadi malam
b. Kompetensi Petugas yang Tidak Sesuai gak leren….sepagian tadi SC 3 cystectomy
Dari hasil wawancara dan diskusi, dikatakan bah- 1...."
wa jumlah tenaga perawat di kamar operasi sebenar- ”Nggeh… semalam pak H operasi 4, mulai
nya masih mencukupi, namun kompetensinya yang jam 9 sampai jam 2, sorenya pak Y operasi
Orif Femur dan p M herniotomi....”
tidak sesuai yang disebabkan belum kurangnya so- ”Masalahnya dok, setelah operasi maraton
sialisasi dan belum ada pelatihan cara transisi dan kayak gitu……kayaknya 2 minggu capeknya
komunikasi yang benar. belum hilang.”

”Sebenarnya kalau jumlah tenaga cukup dok, Analisis dokumen operasi pada bulan Maret 2012
cuma kompetensinya yang belum sesuai..., mengkonfirmasi beban operasi yang tinggi. Terdapat
yang empat orang belum pernah mengikuti jumlah operasi yang melebihi enam pasien/hari terjadi
pelatihan...." dalam lima hari selama sebulan, bahkan ada yang
”Hhmm...mungkin belum semua tahu, bagi
teman–teman yang baru–baru memang mencapai dua belas pasien/hari.
banyak yang belum paham disosialisasikan."
d. Budaya Keselamatan Pasien Pada Petugas
Pengetahuan petugas tentang proses transisi mau- Beberapa diskusi dan wawancara menunjukkan
pun komunikasi diperoleh dari pengalaman mengikuti kebiasaan tim operasi, dokter operator, dan petugas
kakak kelas ataupun seniornya. lain yang belum mendukung budaya keselamatan
”Materi kuliah khusus gak ada dok… ya ikut- pasien pada dimensi organizational learning, hospi-
ikutan seniornya… di orientasi karyawan juga tal handoffs, and transitions (serah terima), open-
cuma disinggung sedikit....”
”Gak ada buk….paling yo melok-melok kakak ness (keterbukaan), respons non-punitive terhadap
kelas gitu....” kesalahan, dan frekuensi pelaporan kejadian.

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, No. 4 Desember 2012 z 171
Indiati, dkk.: Healthcare Failure Mode and Effect Analysis

“M ereka nggak fokus dengan keilmuannya pengetahuan dan kemampuan petugas, banyaknya
masing-masing. Tolong tidak usah diperintah transisi antarbagian dan antar-shift menimbulkan
ya… Masak kita harus tiap hari mengingat-
kan....” pengabaian atau violation yang merupakan faktor
“… karena mungkin pasti ditertawakan ‘apa individu menunjukkan belum berkembangnya budaya
–apaan sih rek–rek…’ mungkin seperti itu, keselamatan pasien.12,13 Hampir semua tahapan sub
karena memang budaya kita memang seperti proses serah terima pada proses pelayanan operasi
itu kadang–kadang dokternya masih di ruang
mana ‘tidurkan pasiennya’ itu yang sering di RS ini dilakukan tanpa pengecekan ulang secara
seperti itu. Jadi kita kadang–kadang ya sudah tertulis maupun verbal. Komunikasi yang terjadi
mungkin memang budaya kita sekarang ini adalah komunikasi searah yang mengakibatkan
sudah mengarah pada budaya cowboy.” beberapa informasi tidak tersampaikan. Temuan ini
“M enganggap serah terima dengan cara ini
itu sudah cukup dan selama ini tidak ada sesuai dengan laporan Agency for Healthcare Re-
masalah itu yang pertama.” search and Quality14, yang melakukan analisis ter-
hadap 2.966 kejadian yang tidak diharapkan, dengan
Gambaran tentang belum berkembangnya buda- kesimpulan bahwa akar permasalahan KTD dianta-
ya keselamatan pasien di RS ini nampak dari hasil ranya masalah komunikasi. Berdasarkan temuan itu
beberapa diskusi dan wawancara yang mengung- The Joint Commission on Acreditation of Healthcare
kapkan sering terjadi risiko potensi kegagalan, belum Organization (JCAHO) National Patient Safety Goal
ada mekanisme proaktif untuk mengantisipasi risiko telah menetapkan komunikasi efektif sebagai salah
dan pendekatan reaktif. satu strategi untuk mengurangi kejadian yang tidak
diharapkan dalam asuhan medis. Strategi yang dite-
“Tapi khan sering kita menemukan tertukar- rapkan oleh JCAHO dalam rangka proses komuni-
nya hasil laborat atau radiologi…." kasi yang efektif adalah standarisasi komunikasi
“Iya Dok. Kapan hari ada yang kehilangan hasil
CT scan.” hands-off.
“Sebenarnya kami juga sudah membuat eks- Violation (pelanggaran atau pengabaian) adalah
pedisi serah terima untuk laborat tapi ya tindakan yang sengaja tapi tidak bermaksud untuk
gitu… Kosong nggak pernah diisi… Pada saat melakukan kejahatan. Routine violations seringkali
dibutuhkan kita cari… eeee… kosong.”
“Betul… Mungkin evaluasi kita yang kurang, ditoleransi oleh organisasi (menjadi budaya), tidak
biasanya khan anget–anget tai ayam kalau ada dimaksudkan untuk berbuat jahat, menyakiti individu
masalah semua bergerak buat ini itu… bahkan tidak menyadari bahwa merupakan pelang-
setelah itu lupa.” garan. Hal ini biasa terjadi jika budaya organisasi
telah mendarah daging.15 Hasil temuan pelaksanaan
Berdasar analisis akar masalah didapatkan tiga prosedur proses pelayanan pasien operasi di RS ini
akar masalah. Akar masalah pertama adalah tidak mengungkapkan akibat kebiasaan anggota tim yang
lengkapnya perawat OK yang memenuhi kualifikasi menganggap tindakan yang sudah biasa dikerjakan
menyebabkan jadwal dinas jaga sebagian dibuat on tidak perlu dilakukan pengecekan lagi, maka dapat
call, perawat tidak mengikuti seluruh proses per- menimbulkan potensi risiko kegagalan yang tinggi.
siapan menyebabkan komunikasi yang tidak efektif. Seperti halnya dalam penelitian Beatty16 tentang
Akar masalah kedua, semua operator berstatus dok- pelanggaran prosedur keselamatan pasien yang ru-
ter tamu sehingga operasi banyak dilakukan sore tin yang dilakukan oleh petugas anestesi.
atau malam hari menyebabkan beban kerja yang
berlebihan. Hal ini menimbulkan keteledoran, me- Solusi Potensi Risiko
nyebabkan penurunan ketelitian, dan cenderung me- Setelah teridentifikasi adanya potensi insiden
lewati prosedur pengecekan. Akar masalah ketiga, dan penyebabnya kemudian dilakukan identifikasi
belum berkembangnya budaya keselamatan pasien tindakan dan luaran yang diharapkan, berdasarkan
menyebabkan tidak adanya supervisi dan pelatihan hazard score dan analisis pohon keputusan. Keluar-
prosedur serah terima yang benar, banyaknya transisi an yang diharapkan adalah berkembangnya budaya
pada satu bagian dan antar bagian selama prosedur keselamatan pasien dengan tumbuhnya kesadaran
operasi, menyebabkan prosedur tidak dilaksanakan, seluruh petugas yang terlibat untuk melaksanakan
menimbulkan dampak risiko kehilangan atau tidak semua prosedur operasi sesuai dengan standar se-
tersampaikannya informasi penting secara lengkap. cara konsisten, dengan melakukan komunikasi efek-
Faktor penyebab failure mode pada pada pene- tif dan memperpendek rantai transisi antar bagian
litian ini adalah faktor sistem dan faktor individu. Fak- dan antar pergantian jaga sehingga dapat memi-
tor sistem meliputi komunikasi yang tidak efektif an- nimalisasi insiden pada semua aktivitas subproses
tar petugas dan kurangnya supervisi, keterbatasan pelayanan pasien operasi di RS ini.

172 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, No. 4 Desember 2012
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Redesign Prosedur Pelayanan Pasien Operasi Keterbatasan penelitian ini adalah studi ini seba-
Hasil diskusi menggambarkan adanya kesepa- tas memberikan usulan rencana solusi dan rencana
katan untuk melakukan prosedur operasi sesuai tindakan berupa redesign proses pelayanan pasien
standar tapi tetap mengacu pada kemampuan yang operasi. Kesesuaian dan keberhasilan implementasi
ada. rancangan yang baru dalam meminimalkan potensi
“Hmmm… Anu Dok… kay akny a alur y ang risiko insiden keselamatan, perlu dikaji lebih lanjut.
ditunjukkan Dokter tempo hari yang mmm… Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menerapkan
kagungane WHO… video niku lho Dok… Jane
lek dikerjakne tenanan ya sip....” rancangan yang baru dan meneliti kepatuhan tim
“O… Iyo… Aku barusan ikut pelatihannya, OK dalam melaksanakan prosedur keselamatan
apik Bu… Kayak itu lho… ada briefing, de pasien. Penelitian tentang faktor penyebab potensi
briefing, sign in, time out dan sign out…tapi risiko pada proses pelayanan operasi sebelum pasien
ya…gak perlu sedetil itu....”
“Saya kemarin sudah membicarakan sama dipersiapkan untuk dikirim dan setelah pasien kem-
teman – teman OK, kita sepakat yang serah bali ke ruang perawatan masih sangat diperlukan.
terima dan yang melakukan pengecekan dan Identifikasi potensi risiko pada proses tersebut diha-
koordinator ceklis… omloop saja soalnya dia rapkan dapat meningkatkan keselamatan pasien
khan yang paling bebas bergerak.”
“Perawat yang ngirim adalah perawat yang yang dioperasi di RS ini.
ngecek persiapan pasien... Jadi… dia khan
harus ngecek kondisi pasien sesuai dengan KESIMPULAN DAN SARAN
ceklis sesaat sebelum dikirim.” Alur proses dan subproses pelayanan pasien
operasi di RS ini secara garis besar sudah sesuai
Perlu diadakan beberapa ceklis, yaitu ceklis standar WHO, akan tetapi tanpa pengecekan ulang
persiapan pengiriman pasien dari rawat inap, sign secara verbal maupun kelengkapan dokumen pada
in, time out, dan sign out. Untuk meminimalkan po- hampir setiap aktivitas. Terdapat 25 aktivitas yang
tensi risiko kegagalan dan memperpendek rantai tidak dilakukan ataupun dilakukan dengan tidak leng-
transisi, ditetapkan perawat rawat inap yang mengi- kap dan menimbulkan 26 risiko potensial kegagalan.
rim pasien ke OK adalah perawat yang sama dengan Dari 26 potensi risiko kegagalan terdapat empat po-
yang melakukan pengecekan sebelum mengirim pa- tensi risiko ekstrim pada subproses sign in dan sign
sien. Petugas OK yang menerima pasien atau yang out yang memerlukankan tindakan segera dan perha-
melakukan serah terima dengan perawat ruangan tian manajer puncak. Penyebab terjadinya potensi
adalah perawat sirkuler yang sekaligus bertugas se- risiko adalah komunikasi searah akibat proses tran-
bagai koordinator ceklis untuk melakukan konfirmasi sisi yang tidak dilakukan dengan benar.
perawat pada subproses sign in, time out, maupun Akar masalah dari proses transisi yang tidak
sign out. Kesepakatan yang lain operator tidak harus dilakukan dengan benar adalah banyaknya transisi
selalu mengikuti subproses sign in dan tidak perlu antar bagian dan antar pergantian jaga, perawat ka-
melakukan perkenalan terlebih dahulu antar anggota mar operasi tidak memenuhi kualifikasi dan belum
tim operasi. adanya dokter spesialis tetap. Hal ini menggambar-

Tabel 3. Tindakan yang Direkomendasikan


Tindakan
Akar Masalah Jangka Pendek Jangka Panjang
Jumlah perawat yang Memindahkan perawat yang sesuai - Pelatihan
memenuhi kualifikasi tidak kualifikasi dari unit lain ke OK - Evaluasi sistem pengembangan
mencukupi SDM
- Rekruitmen perawat sesuai
kualifikasi yang dibutuhkan
Tidak ada dokter spesialis MOU dengan pusat pendidikan - Advokasi ke pemda tentang
tetap pengadaan dokter spesialis.
- MOU dengan pusat pendidikan
Belum berkembangnya Mengadakan penyegaran berkala, Monitoring dan evaluasi berkala
budaya keselamatan supervisi rutin dengan waktu yang tidak
pasien ditentukan, laporan pagi atau audit
medis
Banyak transisi antar Redesign prosedur Evaluasi monitoring rutin berkala
bagian dan antar tentang pelaksanaan prosedur
pergantian jaga

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, No. 4 Desember 2012 z 173
Indiati, dkk.: Healthcare Failure Mode and Effect Analysis

kan belum berkembangnya budaya keselamatan 8. WHO. WHO Guidelines for Safe Surgery 2009
pasien. Safe Surgery Saves Lives. Geneva: WHO; 2009.
Studi ini menyarankan redesign prosedur, pela- 9. Gawande A, Studdert D, Orav E, Brennan T,
tihan dan penyegaran berkala tentang komunikasi Zinner M. Risk factors for retained instruments
efektif dan proses transisi, pemindahan petugas yang and sponges after surgery. N Engl J Med
memiliki kompetensi sesuai tapi masih bertugas di 2003;348:229-35.
unit lain, supervisi berkala, pengiriman perawat untuk 10. Siagian E. Pelaksanaan Surgical Patient Safety
pelatihan dan pengadaan dokter spesialis tetap. Re- terhadap Adverse Events Pasca Operasi Bedah
design proses dilakukan untuk memperpendek rantai Digestif di Instalasi Bedah RSUP Dr. Sardjito
transisi antara rawat inap dengan kamar operasi dan Yogyakarta [thesis]. Universitas Gadjah Mada.
transisi antara subproses sign in ke time out dan ke Yogyakarta. 2011.
sign out pada beberapa tindakan, yang disesuaikan 11. France DJ, Lee SL, Jackson T, Feistritzer NR,
dengan kemampuan dan kesepakatan tim. Higgins MS. An observational analysis of surgi-
cal team compliance with perioperative safety
REFERENSI practices after crew resource management train-
1. Aspden P, Wolcott J, Bootman JL, Cronenwett ing. The American Journal of Surgery 2008; 195:
LR, editors. Preventing Medication Errors. 546–53.
The National Academies Press. Washington 12. Reason J. Understanding Adverse Events, In
DC. 2007. Vincent CA, Ed. Clinical Risk Management.
2. DepKes RI. Panduan Nasional Keselamatan British Medical Journal 1997; 31: 54.
Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). Depkes 13. Reason J. Human Error: Models and Manage-
RI. Jakarta. 2008. ment British Medical Journal 2000; 320:768-770.
3. Paul B, Small SD. Reporting and preventing 14. Anonim. Hospital Survey on Patient Safety Cul-
medical mishaps: lessons from nonmedical near ture: 2008 Comparative Database Report
miss reporting systems British Medical Journal [internet]. 2008 [diakses tanggal 10 okt 2010].
[Clinical Review]. 2000; 320: 1 - 5. diakses dari: http://www.ahrq.gov/professionals/
4. Dubois RW, Brook, Robert. H. Preventable quality-patient-safety/patientsafetyculture/hospi-
Deaths: Who, How, Often, and Why? Ann Intern tal/2008/index.html
Med. 1988; 109: 582-589. 15. Phimister JR, Oktem U, Kleindorfer PR,
5. McDonough JE. Proactive Hazard Analysis and Kunreuther H, Koo CY. Near-Miss System
Health Care Policy. 2002. Analysis: Phase I[internet]. 2000[diakses
6. Bungin B. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT tanggal 10 okt 2010]. diakses dari: http://
Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2010. www.freewebs.com/sanayebetsa/nearmiss.pdf.
7. Setyowati A. Analisis kebutuhan tenaga kepe- 16. Beatty PCW, Beatty SF. Anaesthetists’ inten-
rawatan di rumah sakit. [Internet]. 2008 [cited tions to violate safety guidelines. Anaesthesia
2010 Apr 10]. Available from: http://www.scribd. 2004; 59:528–40.
com/doc/8537398/Analisis-Kebutuhan-Tenaga-
Perawatan-Rumah-Sakit.

174 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, No. 4 Desember 2012

You might also like