Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

1

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN SEMPADAN SUB DAS PALANGKI


KECAMATAN IV NAGARI KABUPATEN SIJUNJUNG

Husnul Chotimah1, Erna Juita 2 , Afrital Rezki2


1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat
2
Dosen Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat
Husnulchotimah2410@gmail.com

ABSTRACT

This research is wanted to analyze river stream buffer changing of palangki


sub watershed at district of IV Nagari, Sijunjung. Type of this research is descriptive
qualitative. The data was gotten by distributing questionnaires to all societies who has
land along Palangki Sub watershed. The respondent is 61 people which were chisen
by using isedental sampling technique.Based on the analyzing, it got that 1) the uses
of palangki sub watershed are, a) the land use of river stream buffer at palangki sub
watershed in 2005, the largest land use is secondary forest using the area of 31191.51
ha and shrub land using the area of 1592.12 ha. b) the land use in 2010, the largest
land use is secondary forest using the area of 2489.19 ha, and dry land agriculture
1625.49 ha. c) the land use in 2015, the largest land use id forest secondary using the
area of 2470.11 ha and dry land culture 1493 ha. 2) the changing of the river stream
buffer at palangki sub watershed in 2005-2015, the largest is secondary forest,
changing about 4913.23 ha, secondary forest changes into dry land agriculture about
2531 ha and wet land changes into dry land agriculture of 786.37 ha. 3) the causes of
land changing at river stream buffer of palangki sub watershed are the people along it
wanted to increase their income and the land had converted into gold-mining area.

Keyword: The Use Land, The Changing Of Land Use, Causes Of Land Changing.

PENDAHULUAN Penetapan Garis Sempadan


Daerah sempadan adalah Sungai tak bertanggul di luar
kawasan sepanjang kiri kanan sungai kawasan perkotaan: a. Sungai Besar
termasuk sungai buatan yang yaitu sungai yang mempunyai
mempunyai manfaat penting untuk daerah pengaliran sungai seluas 500
mempertahankan kelestarian fungsi km2 atau lebih, b.Sungai Kecil yaitu
sungai.(Peraturan Menteri Pekerjaan sungai yang mempunyai daerah
Umum Nomor : 63/PRT/1993). pengaliran sungai seluas kurang 500
2

km2. Penetapan garis sempadan m garis sempadan ditetapkan


sungai tidak bertanggul di luar sekurang-kurangnya 30 m dihitung
kawasan perkotaan pada sungai dari tepi sungai pada waktu yang
besar dilakukan ruas per ruas ditetapkan (Peraturan Menteri
dengan mempertimbangkan luas Pekerjaan Umum Nomor :
daerah pengaliran sungai pada ruas 63/PRT/1993).
yang bersangkutan. Garis sempadan Menurut Peraturan Pemerintah
sungai tidak bertanggul di luar Nomor 35 Tahun 1991 Tentang
kawasan perkotaan pada sungai Sungai Pada Pasal 3 yang
besar ditetapkan, sedangkan pada mengatakan bahwa: Penetapan Garis
sungai kecil sekurang-kurangnya 100 Sempadan sungai dimaksudkan
m sedangkan pada sungai sekurang- sebagai upaya agar kegiatan
kurangnya 50 m dihitung dari tepi perlindungan, penggunaan dan
sungai pada waktu pengendalian atas sumber daya yang
ditetapkan.penetapan garis sempadan ada pada sungai termasuk danau
sungai tak bertanggul di dalam dan waduk dapat dilaksanakan
kawasan perkotaan didasarkan pada sesuai dengan tujuannya. penetapan
kriteria: a. sungai yang mepunyai garis sempadan sungai bertujuan
kedalaman tidak lebih dari 3 m, untuk agar fungsi sungai termasuk
garis sempadan ditetapkan sekurang- danau dan waduk tidak terganggu
kurangnya 10 m dihitung dari tepi oleh aktifitas yang berkembang
sungai pada waktu ditetapkan, disekitarnya dan agar kegiatan
b.sungai yang mempunyai pemanfaatan dan upaya peningkatan
kedalaman tidak lebih dari 3 m nilai manfaat sumber daya yang ada
sampai dengan 20 m garis sempadan disungai dapat memberikan hasil
dan ditetapkan sekurang-kurangnya secara optimal sekaligus menjaga
15 m dari tepi sungai pada waktu kelestarian fungsi sungai serta agar
ditetapkan, sungai yang mempunyai daya rusak air terhadap sungai dan
kedalaman maksimum lebih dari 20 lingkungan dapat dibatasinya.
3

Di daerah sempadan Sub-Das a. Fungsi sungai tidak


Batang Palangki adanya aktifitas terganggu oleh aktifitas
manusia seperti pertambangan yang berkembang
emas.Adanya pertambangan emas disekitarnya.
mengakibatkan aliran sungai rusak b. Kegiatan pemanfaatan dan
parah, lebar sungai yang dulunya upaya peningkatan nilai
sekitar 150 meter sekarang sudah memberikan hasil secara
menjadi 400 meter bahkan optimal sekaligus menjaga
penambangan tersebut sudah memakan kelestarian fungsi sungai .
badan jalan dan perkebunan warga. c. Daya rusak air sungai
Aktifitas pertambangan ini sudah terhadap lingkungannya
sangat mencemari daerah aliran sungai dapat dibatasi (Pasal 3
dan udara di sekitar areal Permen Nomor
pertambangan tersebut.Tidak hanya 28/Prt/M/2015).
sungai, tapi sawah-sawah dan Penggunaan Lahan
perkebunan yang berada dekat Menurut Peraturan Menteri
sempadan sungai juga di tambang Pertanian No
untuk mendapatkan emas dengan 79/Permentan/Ot.140/8/2013
bantuan alat berat. Penggunaan Lahan adalah
Penetapan garis sempadan penggolonggan penggunaan lahan
sungai dimaksudkan sebagai upaya berdasarkan kesesuaian atau
agar kegiatan perlindungan, kemampuannya untuk tujuan
penggunaan, dan pengendalian atas penggunaan tertentu.Lahan suatu
sumber daya yang ada pada sungai lingkungan fisik yang meliputi
dapat dilaksanakan sesuai dengan tanah, iklim, relief, hidrologi, dan
tujuannya. vegetasi dimana faktor-faktor
Penetapan garis sempadan tersebut mempengaruhi potensi
sungai bertujuan agar: penggunaannya.
4

Penggunaan lahan untuk mengarah pada banyaknya macam


pertanian secara umum dapat operasi dan konsep Termasuk
dibedakan atas : Perhitungan Sederhana, Klasifikasi,
1. Penggunaan Lahan Pertanian Penataan, Overlay Geometris dan
Tanaman Semusim adalah Permodelan Kartografis. Sedangkan
penggunaan lahan pertanian fotheringham (1994)
yang mengutamakan untuk mengkategorikan spasial analisis
tanaman musiman yang dalam dua bentuk yaitu, Analisis
dalam polanya dapat dengan Spasial berbasis GIS Sederhana
rotasi atau tumpang sari dan (Simple GIS-Based Spatial Analysis)
panen dilakukan setiap dan Analisis Spasial berbasis GIS
musim dengan periode Lanjutan (Advanced Gis-Based
biasanya kurang dari setahun. Spatial Analysis).
2. Pengunaan Lahan Pertanian Perbandingan kedua pakar
Tanaman Tahunan adalah diatas dapat dijelaskan lebih lanjut
penggunaan lahan pertanian bahwa Spatial Analysis merupakan
yang digunakan untuk informasi keruangan dimana
tanaman jangka panjang yang memberi penafsiran data yang
pergilirannya dilakukan dituangkan dalam bentuk simbol
setelah hasil tanaman tersebut sebagai gambaran dari keadaan
secara ekonomi tidak sebenarnya di lapangan. Informasi
produktif lagi seperti keruangan ini dapat disampaikan
tanaman perkebunan. dalam integrasi bentuk tabel
Analisis Spasial maupun peta. Selanjutnya dengan
Konsep Spatial Analysis Atau ragam operasi dan permodelan
Analisis Spasial pada intinya adalah keruangan menghasilkan suatu
keruangan di muka bumi. Sebagai delineasi wilayah kajian guna
perbandingan De Mers (1997) penuntukan studi tertentu.
mengemukakan “analisis spasial
5

Overlay adalah prosedur penting suatu citra adalah suatu proses


dalam analisis SIG (Sistem dimana piksel-piksel dengan
Informasi Geografis) dan karakteristik yang sama diasumsikan
kemampuan untuk menempatkan sebagai kelas yang sama,
grafis satu peta diatas grafis peta diidentifikasi dan ditetapkan dalam
yang lain dan menampilkan hasilnya suatu warna (Gibson dan power,
di layar komputer. Secara singkat 2000).
overlay menampilkan suatu peta METODE PENELITIAN
digital pada peta digital yang lain Berdasarkan analisis data jenis
beserta atribut-atributnya dan penelitian yang digunakan adalah
menghasilkan peta gabungan Deskriptif KuantitatifDeskriptif
keduanya yang memiliki informasi Kuantitatif disebut juga sebagai
atribut dari kedua peta tersebut. metode positivistik karena
Analisis Penginderaan jauh berlandaskan kepada filsafat
Analisis penginderaan jauh positifisme. Metode ini sebagai
adalah teknik analisis yang metode ilmiah karena telah
dilakukan tanpa bersentuhan dengan memenuhi kaidah – kaidah ilmiah
objek langsung.teknik klasifikasi yaitu konkrit / empiris, objektif,
penginderaaan jauh secara umum terukur, rasional, dan sistematis.
dapat dibedakan menjadi dua yaitu Metode ini juga disebut metode
klasifikasi visual dan klasifikasi discovery karena dengan metode ini
digital. Klasifikasi visual dilakukan dapat ditemukan dan dikembangkan
dengan interpretasi dan delineasi berbagai iptek baru. Metode ini di
citra secara langsung, sedangkan sebut metode kuantitatif karena data
klasifikasi digital dilakukan dengan penelitian berupa angka-angka dan
metode supervised atau unsupervised analisis menggunakan statistik. (
(didasarkan nilai digital citra) Sugiyono, 2013).
menggunakan perangkat lunak Metode Deskriptif Kuantitatif
tertentu. Klasifikasi digital pada digunakan untuk meneliti pada
6

populasi atau sampel tertentu, Data sekunder adalah data yang


pengumpulan data menggunakan menjadi sumber acuan dan analisis
instrument penelitian, analisis dan yang diperoleh dari perpustakaan
bersifat kuantitatif / statistik dengan dan instansi terkait yang termasuk
tujuan untuk menguji hipotesis yang data sekunder adalah pada Peta
telah diterapkan.( Sugiyono, 2013). Administrasi, Peta Das, Peta Geologi,
Penelitian ini dilakukan di Sub- Peta Topografi, Peta Penggunaan
Das Batang Palangki dan Nagari Lahan, dan Peta Lokasi Penelitian.
Palangki Kecamatan IV Nagari Analisis citra penginderaan jauh
Kabupaten Sijunjung. adapun Perubahan Penggunaan Lahan
penentuan lokasi penelitian ini Perubahan sempadan atau badan
berdasarkan atas pertimbangan yaitu sungai dilakukan berdasarkan
pada tahun 2005 daerah ini analisis terhadap perubahan
merupakan kawasan pertambangan penggunaan lahan menggunakan
yang mengakibatkan perubahan pada metode pendekatan dalam
Sempadan Sub- Das Batang Palangki. pengumpulan data adalah teknologi
Data primer penginderaan jauh yang digunakan
Data primer yang langsung untuk inventarisasi data, meliputi
diperoleh dilapangan, dalam hal ini identifikasi dan alokasi penyebaran
dapat dianalisa dan diamati adalah secara spasial dan ditunjang dengan
data primer yang dapat diperoleh survey lapangan.
dari Penggunaan Lahan Sempadan, Data yang digunakan meliputi
Pola Perubahan Penggunaan Lahan meliputi data primer dan sekunder
Sempadan Pada Sub-Das Batang sebagai berikut: data primer : citra
Palangki, dan Faktor Penyebab landsat dan data sekunder a. peta
terjadinya Perubahan Penggunaan administrasi, b.peta daerah aliran
Lahan. sungai, c.peta sampel survey
Data sekunder lapangan, d. citra.
7

Analisis spasial untuk Pola Perubahan


Penggunaan Lahan
Dalam teknik analisis Keterangan :

spasial menggunakan teknik overlay P = Persentase yang diperoleh

atau tumpang susun menggunakan f = Frekwensi jawaban yang

software arcview 3.3 untuk dicari

mengetahui perubahan penggunaan N = jumlah responden

lahan di daerah penelitian. Analisa HASIL DAN PEMBAHASAN

data sekunder digunakan untuk penggunaan pada tahun 2005

mengetahui faktor-faktor dominan seperti Hutan Lahan Kering 3.191,05

apa saja yang mempengaruhi ha, Permukiman 64,89 ha, Sawah

perubahan penggunaan lahan. 1592,12 ha, dan tanah terbuka 3,32

Teknik overlay adalah ha.penggunaan lahan pada tahun 2010

suatu informasi dalam bentuk grafis seperti Hutan Lahan Kering 2489,19

yang dibentuk dari penggabungan ha, perkebunan 17,08 ha, permukiman

berbagai peta individu (memiliki 71,11 ha, pertanian lahan kering

informasi atau database yang 1625,49 ha, sawah 640,36 ha, tanah

spesifik). terbuka 8,83 ha.penggunaan lahan

Rumus Formula Persentase untuk pada tahun 2015 seperti Hutan Lahan

Faktor yang mempengaruhi perubahan Kering Sekunder 2470,11 ha,

Teknik analisis data rumus Perkebunan 17,05 ha, Permukiman

yang digunakan yaitu rumus 96,88 ha, Pertanian Lahan Kering

persentase sesuai dengan jenis data 1493 ha, Sawah 747,15 ha, Tanah

yang dikumpulkan dalam Deskriptif Terbuka 27,08 ha.

maka digunakan analisis statistik Pertama, Penggunaan Lahan

Deskriptif, dengan rumus formula Pada Sempadan Sub Das Palangki

persentase (%) yang di kemukakan Kecamatan IV Nagari Kabupaten

oleh Sudijono (2010:43) yaitu: Sijunjung, penggunaan lahan pada


tahun 2005 yang paling luas seperti
8

Hutan Lahan Kering 3.191,05 ha, 7,40%, seterusnya Pertanian Lahan


penggunaan lahan pada tahun 2010 Kering menjadi Sawah 134,97 ha atau
yang paling luas seperti Hutan Lahan 1,28%, seterusnya Permukiman 129,61
Kering 2489,19 ha, penggunaan lahan ha atau 1,23%.Perubahan Penggunaan
pada tahun 2015 yang paling luas Lahan Tahun 2005 ke Tahun 2015
seperti Hutan Lahan Kering Sekunder yang paling luas Hutan Lahan Kering
2470,11 ha. Sekunder 4913,23 ha atau 46,94%,
Perubahan Penggunaan Lahan seterusnya Hutan Lahan Kering
Tahun 2005 ke Tahnu 2010 yang Sekunder menjadi Lahan Pertanian
paling luas Hutan Lahan Kering Lahan Kering 2531 ha atau 24,18%,
menjadi Perkebunan 2800,14 ha atau seterusnya Sawah 1508,58 ha atau
26,75%, seterusnya Hutan Lahan 14,41%, seterusnya Sawah menjadi
Kering Sekunder menjadi Pertanian Pertanian Lahan Kering 786,37 ha atau
Lahan Kering 2589,09 ha atau 24,73%, 7,51%, seterusnya Hutan Lahan
seterusnya Hutan Lahan Kering Kering Sekunder menjadi Sawah
Sekunder 2278,50 ha atau 21,77%, 225,61 ha atau 2,15%, seterusnya
seterusnya Sawah menjadi Pertanian Permukiman 138,00 ha atau 1,31%.
Lahan Kering 848,48 ha atau 8,45%, Perubahan penggunaan lahan
seterusnya Sawah menjadi Perkebunan tersebut diatas sejalan dengan
786,68 ha atau 7,51%, seterusnya pernyataan Rustiadi (2001) bahwa
Sawah 653,95 ha atau proses alih fungsi lahan umumnya
6,24%.perubahan penggunaan lahan berlangsung dari aktifitas dengan
dari Tahun 2010 ke Tahun 2015 yang economic land rent yang lebih rendah
paling Luas Perkebunan 3614,19 ha ke aktifitas-aktifitas dengan economic
atau 34,53%, seterusnya Pertanian land rent yang lebih tinggi. Namun
Lahan Kering 3329,45 ha atau 31,81%, disisi lain alih fungsi lahan pada
seterusnya Hutan Lahan Kering umumnya berlangsung dari aktifitas
Sekunder 2363, 70 ha atau 22,49%, dengan environmental rent yang lebih
seterusnya Sawah 774,60 ha atau tinggi ke aktifitas environmental rent
9

yang lebih rendah. Penggunaan lahan reponden menyatakan bahwa alasan


permukiman memiliki nilai economic untuk mengubah fungsi lahan karena
land rent yang lebih tinggi disbanding ingin berpenghasilan banyak, 15
penggunaan lahan lainnya. Oleh (25,59) responden menyatakan alasan
karena itu penggunaan lahan untuk mengubah fungsi lahan tertarik
permukiman akan terus meningkat karena ajakan teman, 26 (42,62)
luasannya. Sebaliknya penggunaan responden menyatakan alasan untuk
lahan hutan dan semak belukar akan mengubah fungsi lahan karena lahan
terus menurun. disekitar sudah berubah menjadi
Kedua, Pola Perubahan tambang emas.
Penggunaan Lahan pada Sub Das Ketiga, Faktor Penyebab
Palangki Kecamatan IV Nagari Perubahan Penggunaan Lahan Pada
Kabupaten Sijunjung di lihat pada Sub Das Batang Palangki Kecamatan
tahun 2005, 2010, dan 2015, IV Nagari Kabupaten Sijunjung,
berdasarkan kondisi di lapangan perubahan penggunaan lahan yang
perubahan penggunaan pada ketiga dilakukan masyarakat yang memiliki
tahun tersebut di peroleh dari peta RBI lahan di sepanjang sub das palangki
Bakosurtanal Lembar Sijunjung Tahun kecamatan IV nagari kabupaten
2008 dengan skala 1:250.000 dan citra sijunjung yaitu seperti perubahan
landsat TM + 7 tahun 2015. Perubahan sawah ke ladang, sawah jadi
penggunaan lahan pada tahun 2005 permukiman, sawah menjadi
sebanyak 4.851,38 ha, perubahan pertambangan emas yang dilakukan
penggunaan lahan pada tahun 2010 secara illegal yang dapat
sebanyak 4852,06 ha, dan perubahan mengakibatkan lahan yang menjadi
penggunaan lahan pada tahun 2015 lokasi pertambangan mengalami
sebanyak 4851,27 ha. kerusakan.
pangalihan fungsi lahan di Pengelolaan lahan yang seperti ini
sepanjang sempadan sub das palangki tidak sesuai dengan pendapat manik
dengan 61 responden, 20 (32,79) (2007), karena menurutnya
10

pengelolaan lahan adalah upaya yang 2489,19 ha, seterusnya Pertanian


dilakukan manusia dalam pemanfaatan Lahan Kering 1625,49 ha, Penggunaan
sebidang lahan sehingga produktifitas Lahan tahun 2015 yang Paling Luas
lahan tetap tinggi secara lestari ( dalam Hutan Lahan Kering Sekunder
waktu yang tidak terbatas, jangka 2470,11 ha, seterusnya Pertanian
panjang). Dalam pengelolaan lahan Lahan Kering 1493 ha, perubahan
adalah mencegah penurunan kualitas ( Penggunaan Lahan Tahun 2005 ke
kerusakan) lahan dengan cara Tahnu 2010 yang paling luas Hutan
memulihkannya ( misalnya pembuatan Lahan Kering menjadi Perkebunan
terasering, rorak, pemupukan, dan 2800,14 ha atau 26,75%,perubahan
lain-lain) sehingga produktivitas lahan penggunaan lahan dari Tahun 2010 ke
tetap tinggi untuk jangka panjang. Tahun 2015 yang paling Luas
KESIMPULAN Perkebunan 3614,19 ha atau 34,53%,
Dari hasil penelitian tentang seterusnya Pertanian Lahan Kering
Penggunaan Lahan, Perubahan 3329,45 ha atau 31,81%,Perubahan
Penggunaan Lahan,Dan Faktor Penggunaan Lahan Tahun 2005 ke
Penyebab Perubahan Penggunaan Tahun 2015 yang paling luas Hutan
Lahan pada tahun 2005, 2010, 2015 di Lahan Kering Sekunder 4913,23 ha
Sepanjang Sub Das Palangki atau 46,94%,Pangalihan Fungsi Lahan
Kecamatan IV Nagari Kabupaten Di Sepanjang Sempadan Sub Das
Sijunjung, maka hasil penelitian di Palangki dengan 61 responden, 20
simpulkan sebagai berikut : (32,79) reponden menyatakan bahwa
alasan untuk mengubah fungsi lahan
Penggunaan Lahan Tahun 2005
karena ingin berpenghasilan banyak,
yang paling luas Hutan Lahan Kering
15 (25,59) responden menyatakan
Sekunder 3191.51 ha, seterusnya
alasan untuk mengubah fungsi lahan
Semak Belukar 1592,12 ha,
tertarik karena ajakan teman, 26
Penggunaan Lahan tahun 2010 paling
(42,62) responden menyatakan alasan
Luas Hutan Lahan Kering Sekunder
untuk mengubah fungsi lahan karena
11

lahan disekitar sudah berubah menjadi Penguasaan Sungai Dan Bekas


tambang emas. Sungai.
DAFTAR PUSTAKA Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Kuantitatif Kualitatif Dan R&D:
dan Perumahan Rakyat Bandung: Alfabeta.
Republik Indonesia Peraturan Menteri Pertanian.Nomor.
Nomor.08/PRT/M/ 79/Permentan/Ot.140/8/2013.
2015.Tentang Penetapan Garis Tentang Pedoman Kesesuaian
Sempadan Jaringan Irigasi. Lahan Pada Komoditas
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Tanaman Pangan.
Nomor : 63/PRT/1993.Tentang
Garis Sempadan Sungai,
Daerah Manfaat Sungai,Daerah

You might also like