Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

Studi Deskriptif Kemampuan Interaksi Sosial Anak Tunagrahita Ringan Di Slb Siti Hajar Buduran

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS

STUDI DESKRIPTIF KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANAK


TUNAGRAHITA RINGAN

Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya


untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian
Program Sarjana Pendidikan Luar Biasa

Oleh:

Oleh :
HIKMAH RISQI AWALIA
NIM 12010044209

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

2016

1
Studi Deskriptif Kemampuan Interaksi Sosial Anak Tunagrahita Ringan Di Slb Siti Hajar Buduran

STUDI DESKRIPTIF KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANAK


TUNAGRAHITA RINGAN

Hikmah Risqi Awalia dan Siti Mahmudah


Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya, mutiakhairani56@gmail.com

ABSTRACT

This research had purpose to know and describe the social interaction of mild mentally retardation children in
special school through social dissociation process which happened to FK and VL in the form of competing behavior,
contravention, and quarreling. The technique of data collection used interview, observation, and documentation. The
data was analyzed through reduction data, display data, and conclusion drawing / verification. The technique of data
validation used was triangulation.
The research result indicated that mild mentally retardation children, FK and VL, could do social interaction,
however, there were several obstacles experienced especially in social dissociation process involving competition,
contravention, and quarreling. Here, this research had appeared that Fk and VL had competing behavior. Children
always wanted to complete their task first and they always wanted to be noticed by the teacher so that it emerged the
other behaviors such as self withdrawal, disturbing friends, asking repeatedly. The hostility and doubt to other people or
the self unconfident made the children withdrew from their environment or vice versa. And very often quarreling
happened between FK and VL, especially caused by FK, always triggered the conflict. The difficulty experienced by
the teacher in doing social interaction to the mentally retardation children, FK and VL, was: the teacher had to give
simple comprehension and repeating when the children did not understand the teacher’s instruction or order, the teacher
found difficulty to inform.
Keywords: Social interaction, special education

dengan manusia lainnya atau dengan kata lain


PENDAHULUAN telah ada interaksi. Dalam perkembangan
A. LATAR BELAKANG selanjutnya interaksi akan mempengaruhi proses
Seluruh anak di dunia ini terlahir dengan belajar, oleh sebab itu interaksi dapat berkembang.
berbagai macam kondisi yang berbeda antara satu sama Berkaitan dengan hal tersebut ada orang yang
lain. Sehingga setiap anak memiliki karakteristik yang interaksinya baik, dan sebaliknya ada orang yang
berbeda. Dengan perbedaan tersebut maka setiap anak interaksinya kurang baik (Walgito 2011 : 11)
memiliki kebutuhan khusus yang harus dipenuhinya. Interaksi sosial merupakan hubungan
Namun ada beberapa anak yang terlahir tidak sempurna sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara
sehingga mereka membutuhkan kebutuhan khusus yang individu, antara kelompok, maupun antara
lebih dari anak normal lain. Anak berkebutuhan khusus individu dengan kelompok. Interaksi terjadi
merupakan salah satu bagian dari keanekaragaman apabila dapat terjadi apabila memiliki dua syarat
manusia, mereka juga memiliki kebutuhan serta hak yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi
yang sama khususnya dalam bidang pendidikan. (Soerjono Soekanto 2014 : 61).
Salah satu anak berkebutuhan khusus adalah anak Selain itu anak tunagrahita mengalami
dengan keterbelakangan mental. Anak dengan masalah dalam hal penyesuaian diri yaitu kesulitan
keterbelakangan mental disebut juga dengan anak dalam berhubungan dengan kelompok maupun
tunagrahita yang mana dalam penelitian ini akan sering individu di sekitarnya dan hal ini dipengaruhi
disebutkan. “Anak tunagrahita adalah anak yang akibat kecerdasan yang di bawah rata-rata (amin
mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata – rata. 1997). Dilihat dari beberapa pengertian tersebut
Yang mana memiliki arti sama yang menjelaskan dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita
kondisi anak yang kecerdasannya di bawah rata–rata mengalami gangguan pada intelegensi dan
dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan keterampilan interaksi sosial terhadap sesama
ketidakcakapan dalam interaksi sosial” (Somantri, 2007 sehingga pendidikan dan pengajaran yang
: 103) diberikan memerlukan program khusus.
Interaksi sosial sendiri merupakan suatu SLB sebagai salah satu lembaga
hubungan sosial antar individu yang satu dengan penyelenggaraan pendidikan khusus sebaiknya
yang lain yang saling memengaruhi satu sama memberikan layanan khusus agar siswa
lainnya. Karena manusia adalah makhluk sosial, tunagrahita ringan dapat mengembangkan
secara alami manusia akan mengadakan hubungan keterampilan sosialnya. Sehingga dapat diterima
Studi Deskriptif Kemampuan Interaksi Sosial Anak Tunagrahita Ringan Di Slb Siti Hajar Buduran

oleh lingkungan sekitar dan dapat hidup mandiri. Siti Hajar Buduran khususnya pada proses
Dan melalui sekolah luar biasa anak dapat disosiatif serta upaya guru dalam menangani
berkumpul dengan teman lainnya dan melakukan anak tunagrahita ringan.
interaksi sosial. Di sekolah anak memasuki dunia 2. Interaksi sosial yang akan diteliti meliputi
yang berbeda. Anak dapat bersosialisasi dengan proses disosiatif pada interaksi sosial yang
teman sebaya maupun dengan teman lainnya yang dapat dilihat melalui kontak sosial dan
mana annak menjalin komunikasi dan kontak komunikasi anak.
sosial terhadap anak lain. Sekolah mempunyai 3. Penelitian ini hanya dilakukan untuk FK dan
peran penting dalam proses sosial anak yang dapat VL yang sering menimbulkan pertikaian atau
berfungsi untuk mengoreksi sikap dan tingkah konflik selama berada di SLB Siti Hajar
laku amak yang kurang baik seperti seringnya Buduran dan tidak dapat digeneralisasikan.
terjadi persaingan dan pertikaian antar siswa. 4. Peneliti ini hanya di lakukan di sekolah luar
Ditegaskan lagi bahwa anak tunagrahita biasa siti hajar selama anak berada di sekolah.
disamping kecerdasannya yang jauh dibawah rata– 5. Penelitian ini hanya sebatas pengumpulan
rata anak tunagrahita juga mengalami ketidak data melalui wawancara kepada guru dan
cakapan dalam berinteraksi sosial. Anak kepala sekolah serta observasi kepada anak
tunagrahita memiliki berbagai macam masalah tunagrahita ringan.
yang dialami salah satunya adalah masalah sosial
emosi dimana anak sulit untuk berpikir abstrak,
memiliki kepribadian yang labil, mudah E. TUJUAN PENELITIAN
tersinggung, mudah marah dan sering menggangu 1. Penelitian ini bertujuan untuk
orang lain. mengembangkan pengetahuan dan
mendeskripsikan interaksi sosial anak
B. FOKUS PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang yang telah tunagrahita di sekolah luar biasa.
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan
diuraikan diatas fokus permasalahan pada
penelitian ini adalah masalah interaksi sosial interaksi sosial anak tunagrahita ringan di
dalam proses disosiatif anak tunagrahita ringan sekolah luar luar biasa melalui proses
ketika berada di sekolah serta hambatan yang disosiasi sosial yang terjadi pada anak FK dan
dialami guru ketika melakukan interaksi sosial VL berupa perilaku persaingan, kontravensi,
dan pertikaian atau pertentangan.
dengan anak tunagrahita ringan FK dan VL.
3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan
hambatan yang dialami anak tunagrahita
C. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan fokus permasalahan yang dalam melakukan interaksi sosial ketika
ada, maka rumusan masalah dalam penelitian yang berada di sekolah luar biasa.
4. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan
akan diangkat menjadi topik bahasan adalah
1. Bagaimana Interaksi Sosial Anak Tunagrahita upaya yang dilakukan guru dalam
Ringan di Sekolah Luar Biasa Siti Hajar meningkatkan interaksi sosial anak
Buduran?. tunagrahita ketika berada di sekolah luar
2. Apa hambatan yang dihadapi guru dan kepala biasa.
sekolah ketika melakukan Interaksi sosial
dengan anak tunagrahita di Sekolah Luar F. MANFAAT PENELITIAN
Biasa Siti Hajar Buduran Terdapat beberapa manfaat yang diperoleh
3. Apa upaya guru dalam menangani melalui penilitian ini. Manfaat tersebut adalah
kemampuan interaksi sosial anak tunagrahita sebagai berikut :
ringan di sekolah luar biasa Siti Hajar 1. Manfaat teoritis
Buduran?. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat
untuk pengembangan dan menambah
D. Batasan Masalah ilmu pengetahuan khususnya pada bidang
Berdasarkan perumusan masalah diatas pendidikan khusus, serta sebagai sumber
maka batasan masalah yang akan diteliti dalam referensi atau acuan penelitian lain
penelitian ini yaitu : mengenai interaksi sosial anak
1. Penelitian ini hanya berfokus pada masalah tunagrahita ketika berada di sekolah.
interaksi sosial anak tunagrahita ringan di SlB

3
Studi Deskriptif Kemampuan Interaksi Sosial Anak Tunagrahita Ringan Di Slb Siti Hajar Buduran

2. Manfaat praktis c. Faktor Identifikasi


a. penelitian ini dapat bermanfaat guna Dalam psikologi, identifikasi
mengetahui tentang interakraksi merupakan dorongan untuk menjadi
sama (identik) dengan orang lain
sosial anak tunagrahita ketika berada
(Bimo Walgito, 2003: 72).
di sekolah khusus di SLB. d. Faktor Simpati
b. Penelitian ini bermanfaat untuk Proses simpati diarahkan
menambah pengetahuian dan dapat keseluruhan keadaan dan tingkah laku
memperoleh gambaran tentang individu, bukan tertarik pada salah satu
interaksi sosial anak tunagrahita bagian/bidang saja dari individu. Oleh
ketika berada di sekolah khususnya karena itu, proses simpati yang baik
dan benar, memakan waktu yang
di SLB
panjang guna memahami latar
c. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai belakang keadaan dari tingkah laku
acuan dalam melakukan upaya untuk individu lain (Slamet Santoso 2014 :
meningkatkan interaksi anak ketika 178)
berada di sekolah khususnya di SLB 3. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
d. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai “Interaksi sosial merupakan hubungan
acuan untuk mengembangkan sosial yang dinamis, menyangkut
hubungan antara individu, antara
layanan khusus bagi siswa
kelompok, maupun antara individu
tunagrahita khususnya untuk dengan kelompok. Interaksi terjadi
meningkatkan interaksi sosial siswa apabila dapat terjadi apabila memiliki dua
syarat yaitu adanya kontak sosial dan
KAJIAN PUSTAKA komunikasi“ (Soerjono Soekanto 2014 :
58)
A. Interaksi Sosial 4. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
1. Pengertian Interaksi Sosial Adapun bentuk – bentuk proses
Interaksi sosial merupakan suatu hubungan interaksi sosial dapat berupa kerja sama
sosial antar individu yang satu dengan yang lain yang (cooperation), persaingan (competition),
dan dapat berupa pertikaian (conflict),
saling memengaruhi satu sama lainnya. Karena manusia
serta adanya penylesaian yang bersifat
adalah makhluk sosial, secara alami manusia akan atau akomodasi (accomodation)
mengadakan hubungan dengan manusia lainnya atau Sedangkan menurut Gillin dan Gillin
dengan kata lain telah ada interaksi. Dalam (Soerjono Soekanto, 2014 :64), “ada dua
perkembangan selanjutnya interaksi akan golongan proses sosial sebagai akibat dari
mempengaruhi proses belajar, oleh sebab itu interaksi interaksi sosial, yaitu proses asosiatif dan
dapat berkembang. Berkaitan dengan hal tersebut ada proses disasosiatif. Yang mana dalam
penelitian ini, akan membahas proses
orang yang interaksinya baik, dan sebaliknya ada orang
asosiatif dan proses disasosiatif”.
yang interaksinya kurang baik (Walgito 2011 : 11) B. Tunagrahita
2. Ciri-ciri Interaksi Sosial 1. Pengertian Tunagrahita
Interaksi sebagai suatu proses memiliki dasar – “Tunagrahita adalah istilah yang
dasar yang kuat sehingga interaksi sosial tersebut dapat digunakan untuk menyebut anak yang
berlangsung secara lancar dan kuat serta dapat mencapai mempunyai kemampuan intelektual di
tujuan, yakni saling mempengaruhi satu sama lain. bawah rata–rata. Dalam kepustakaan
Menurut Gerungan, (2004 : 63-74) “Interaksi sosial bahasa asing digunakan istilah–istilah
dipengaruhi oleh faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan mental retardation, mentally retarded,
simpati sebagai berikut:” mental deficiency, mental defective, dan
a. Faktor Imitasi lain–lain. Istilah tersebut sesungguhnya
Imitasi merupakan salah satu proses sosial atau memiliki arti yang sama yang
tindakan seseorang untuk meniru oranglaim. Menurut menjelaskan kondisi anak
Gabriel tarde dalam Santoso 2014:167 “Imitasi adalah yangkecerdasannya jauh di bawah rata–
contoh–mencontoh yang dilakukan individu dari individu rata dan ditandai oleh keterbatasan
lain dalam kehidupan”. intelegensi dan ketidak cakapan dalam
b. Faktor Sugesti interaksi sosial”. (Somantri, 2007 : 103)
Sugesti merupakan proses sosial dimana seseorang
memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang
kemudian diterima oleh orang lain.
Studi Deskriptif Kemampuan Interaksi Sosial Anak Tunagrahita Ringan Di Slb Siti Hajar Buduran

AAMD (American Associations Mental Deficiency) B. TEMPAT PENELITIAN


memberikan pengertian tentang anak tunagrahita Penelitian ini dilaksanakan di SLB Siti
sebagai berikut: Hajar Buduran yang terletak di desa Wadungasih,
“Keterbelakangan mental menunjukkan fungsi Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur.
intelektual di bawah ratarata secara jelas dengan C. SUBJEK PENELITIAN
disertai ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku Subjek penelitian yang digunakan dalam
dan terjadi pada masa perkembangan Kauffman dan penelitian ini adalah 2 anak tunagrahita kelas III
Hallahan dalam Somantri, (2007:104).” SLB Siti Hajar yaitu FK dan VL, guru wali kelas
III, guru keterampilan, dan kepala sekolah serta
2. Karakteristik Tunagrahita teman ketunaan lainnya.
“Tunagrahita atau terbelakang mental merupakan
kondisi dimana perkembangan kecerdasannya D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap Menurut Sugiyono (2014:62) “Teknik
perkembangan yang optimal. Ada beberapa pengumpulan data merupakan langkah yang paling
karakteristik umum tunagrahita”. (Soemantri 2007 ; strategis dalam penelitian, karena tujuan utama
105) dari penelitian adalah mendapatkan data”. Dalam
a. Keterbatasan Intelegensi penelitian ini untuk mempermudah pelaksanaan
b. Keterbatasan Sosial penelitian maka digunakan teknik pengumpulan
c. Keterbatasan Fungsi-fungsi Mental Lainnya data berupa observasi, wawancara, pengumpulan
data dengan dokumen,
1. Observasi
Menurut Nasution (Sigiyono 2014:64),
“observasi adalah dasar semua ilmu
3. Klasifikasi Tunagrahita pengetahuan”. Sedangkan menurut Marshall
Soemantri (2007:106) mengklasifikasi (Sugiyono 2014:64), melalui observasi,
“Tunagrahita berdasarkan pada taraf intelegensinya, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna
yang terdiri dari tunagrahita ringan, sedang, dan dari perilaku tersebut. Dalam penelitian ini
berat” peneliti menggunakan observasi nonpartisipan
yang mana peneliti datang ke tempat kegiatan
orang yang diamati namun peneliti tidak ikut
Tabel 1 klasifikasi Anak Tunagrahia serta dalam kegiatan jadi peniliti hanya
berdasarkan Derajat Keterbelakangan sebagai pengamat. Obeservasi dilakukan
untuk mengamati proses interaksi sosial anak
Level IQ
Keterbelakangan tunagrahita ringan disekolah luar biasa siti
Standford Skala
Binet Weschler hajar buduran sidoarjo. Proses interaksi sosial
Ringan 68-52 69-55 yang diamati adalah proses disosiasi pada
Sedang 51-36 54-40 anak tunagrahita ringan khusus FK dan VL
Berat 32-20 39-25 yang mana proses disosiasi tersebut berupa
Sangat Berat 19 20 perilaku persaingan antar siswa yang terjadi,
kontravensi yang terjadi antar siswa serta
pertikaian atau pertentangan yang berlebihan
METODE PENELITIAN ataupun sebaliknya.
A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN 2. Wawancara
Pendekatan penelitian yang digunakan oleh Menurut Moleong (2014:186) “ wawancara
peneliti adalah pendekatan penelitian adalah percakapan dengan maksud tertentu.
kualitatif.“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang Percakapan dilakukan oleh dua pihak”.
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa Sedangkan menurut Esterberg (Sugiyono
yang dialami oleh subjek penelitian secara dan dengan 2015:72) “wawancara merupakan pertemuan
cara deskriptif dalam bentuk kata – kata dan bahasa, dua orang untuk bertukar informasi dan ide
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan melalui tanya jawab, sehingga dapat
memanfaatkan berbagai metode alamiah” (Moleong, dikonstruksikan makna dalam suatu topik
2014:6). tertentu”.

5
Studi Deskriptif Kemampuan Interaksi Sosial Anak Tunagrahita Ringan Di Slb Siti Hajar Buduran

Dalam penelitian ini jenis wawancara yang siswa berkebutuhan khusus lainya yang
digunakan adalah wawancara terstruktur. Menurut terlibat dalam kegiatan.
Sugiyono (2015:73) “ wawancara terstruktur a. Pedoman wawancara bagi guru kelas dan
digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila guru keterampilan bertujuan untuk
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan memperoleh informasi tentang proses
pasti tentang informasi yang di peroleh”. interaksi siswa tunagrahita ringan ketika
Sedangkan menurut Moleong (2014:190) “ berada di sekolah
wawancara tertstruktur adalah wawancara yang
pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan”. Oleh 2. Pedoman Observasi
karena itu sebelum melakukan wawancara peneliti Pedoman observasi membantu peniliti
akan menyiapkan instrumen berupa pertanyaan- untuk memperoleh data keseluruhan dalam
pertanyaan tertulis untuk setiap responden. Selain situasi sosial tertentu, sehingga peneliti
memabawa instrumen peneliti juga alat bantu rekam memperoleh pandangan yang menyeluruh.
guna memperlancar proses wawancara. Pedoman observasi dalam penelitian ini
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada digunakan selama proses kegiatan
guru wali kelas III, guru keterampilan, kepala sekolah penanaman sayur secara berkelompok
untuk menghasilkan data yang diperlukan tentang berlangsung dan diluar kegiatan penanaman
interaksi sosial anak di sekolah, khususnya untuk sayur.
mengetahui interaksi sosial anak tunagrahita ringan FK
dan VL melalui proses disosiasi sosial berupa perilaku 3. Alat perekam
persaingan, kontravensi, serta pertikaian atau Dalam penelitian ini digunakan alat
pertentangan yang terjadi pada saat disekolah. perekam untuk membantu peneliti merekam
jawaban dari narasumber atas jawaban dari
3. Dokumentasi wawancara yang diajukan serta untuk
“Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang merekam saat kegiatan berlangsung
sudah berlalu. Dokumentasi dapat berbentuk tulisan, sehingga peneliti dapat melihat interaksi
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang” siswa tunagrahita guna membantu observasi.
Sugiyono (2015:82). Studi dokumen merupakan Tujuan penggunaan alat perekam agar
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan peneliti lebih fokus saat melakukan
wawancara dalam penelitian kualitatif. wawancara dan observasi
Dalam penelitian ini dokumentasi yang diperlukan
adalah catatan jurnal guru tentang sosial emosi siswa
dan komunikasi siswa Tunagrahita Ringan serta foto- F. PENGUJIAN KEABSAHAN DATA
foto kegiatan yang diikut anak ketika di sekolah. Pengujian keabsahan data digunakan
untuk mengetahui dan mengukur tingkat
kepercayaan atau kredibelitas dari data yang
E. INSTRUMEN PENELITIAN diperoleh melalui :
Instrumen dalam penelitian ini adalah
peneliti sendiri, karena dalam penelitian kualitatif 1. Ketekunan/ Pengamatan
peneliti sebagai kata kunci. Pada penelitian ini Menurut Moleong (2014:329) “ketekunan
dalam proses pengumpulan data peneliti pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri
menggunakan 3 alat bantu sebagai berikut : dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat
1. Pedoman Wawancara relevan dengan persoalan atau isu yang sedang
Disusun agar proses wawancara tidak dicari dan kemudian memusatkan diri pada
menyimpang dari fokus, rumusan, dan hal-hal tersebut secara rinci.
batasan masalah yang telah ditentukan
diman fokus maslaha adalah proses interaksi 2. Triangulasi Data
sosial siswa tunagrahita ringan dalam Menurut Sugiyono (2015:82) “triangulasi
kegiatan penanaman sayur secara data diartikan sebagai teknik pengumpulan
berkelompok. Pedoman wawancara dibuat data yang bersifat menggabungkan dari
untuk kepala sekolah, guru wali kelas, guru berbagai teknik pengumpulan dara dan
keterampilan sosial, siswa tunagrahita, dan sumber data yang telah ada”. Dengan teknik
Studi Deskriptif Kemampuan Interaksi Sosial Anak Tunagrahita Ringan Di Slb Siti Hajar Buduran

pengumpulan data Triangulasi peneliti juga wawancara, observasi maupun study


dapat menguji kredibilitas data yaitu dokumen.
pengumpulan data berbagai sumber data. 2. Data display
Dalam penelitian kualitatif, penyajian
Peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
data yang berbeda-beda untuk mendapatkan bagan, hubungan antar kategori, flowcard, dan
data dari sumber yang sama. sejenisnya (Sugiyono, 2015:94). Menurut
Miles and Huberman (Sugiyono, 2015:94),
3. Pemeriksaan Sejawat Melalui Diskusi “yang paling sering digunakan untuk
Menurut Moleong (2014:332) “Teknik ini menyajikan data dalam penelitian kualitatif
dilakukan dengan cara mengeksposhasil adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Dalam penelitian ini data yang disajikan akan
sementara atau hasil ekhir yang diperoleh
cenderung berupa teks naratif dan sebagian
dalam bentuk diskusi dengan rekan sejawat.” dengan bagan.
dengan demikian pemeriksaan sejawat berarti 3. Conclution drawing/veryfication
pemeriksaan yang dilakukan dengan jalan Langkah ke tiga dalam penelitian ini
mengumpulkan rekan sebaya yang memiliki adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
pengetahuan umum yang sama tentang apa Dalam penelitian kualitatif kesimpulan masih
yang sedang diteliti, sehingga dapat me- bersifat sementara , dan akan berubah apabila
tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang
review persepsi, pandangan dan analisis yang
mendukung pada tahap pungumpulan data
sedang dilakukan. berikitnya. Penarikan kesimpulan akan
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan
G. TAHAP PENELITIAN sejak awal atau temuan baru yang sebelumnya
Moleong (2014:127) mengemukakan tahapan belum pernah ada. Temuan dapat berupa
penelitian terdiri dari tahapan pra lapangan, tahap deskripsi atau gambaran suatu objek yang
sebelumnya masih remang-remang atau gelap
pekerjaan lapanagan, dan analisis data.
menjadi jelas (Sugiyono, 2015:99). Dalam
1. Tahap Pra Lapangan penelitian ini penarikan kesimpulan dan
2. Tahapan Pekerjaan lapangan verifikasi data akan disusun secara deskriptif
3. Tahapan analisis data dan menjawab pertanyaan dari peneliti.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian interaksi sosial anak
H. TEKNIK ANALISI DATA tunagrahita ringan di sekolah berisi tentang
Teknik analisis data yang digunakan deskripsi hasil analisis penelitian yang telah
dalam penelitian ini adalah teknik analisis data terorganisasi dengan baik sesuai dengan masalah
kualitatif selama berada dilapangan, dengan yang ada di lapangan. Data penelitian akan
mengikuti konsep yang diberikan Miles and disajikan secara informatif, komunikatif, dan
Huberman dan Sparadley. relevan sesuai dengan rumusan masalah, fokus
Menurut Miles and huberman (Sugiyono permasalahan dan tujuan penelitian. Pada bab IV
2015:183), “mengumkakan bahwa aktivitas dalam pembahasan ini, akan dipaparkan hasil penelitian
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif berupa uraian deskriptif analisis yang bersifat
dan berlangsung secara terus menerus pada setiap kualitatif yaitu data yang dikumpulkan adalah
tahapan penelitian sehingga sampaituntas dan berupa kata-kata, gambaran-gambaran tentang
datanya sampai jenuh. Akyivitas dalam analisis hasil penelitian. Hasil penelitian yang akan
data yaitu data reduction, data display, dan dipaparkan diperoleh peneliti melalui wawancara
conclution drawing/verification”. pada narasumber, observasi secara langsung, serta
1. Reduction dokumentasi peristwa yang terjadi pada saat
Menurut Sugiyono (2015: 93), penelitian berlangsung yang telah dipilih oleh
“mereduksi data berarti merangkum, memilih peneliti.
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal- Masalah yang telah diteliti dalam
hal yang penting, mencari tema, dan polanya”.
penelitian ini adalah masalah interaksi sosial
Mereduksi data sangat penting untuk
melakukan seleksi data atau memilih data dalam proses disososiatif anak tunagrahita ringan
mana yang relevan yang akan digunakan. FK dan VL yang mana proses tersebut berupa
Data yang direduksi diperolehn melalui perilaku persaingan, kontravensi, serta pertikaian

7
Studi Deskriptif Kemampuan Interaksi Sosial Anak Tunagrahita Ringan Di Slb Siti Hajar Buduran

atau konflik. Yang mana hasil dari pengamatan berfungsi untuk mengoreksi sikap dan tingkah
dilapangan di peroleh bahwa anak tunagrahita laku amak yang kurang baik seperti seringnya
ringan mengalami gangguan dalam proses tersebut terjadi persaingan dan pertikaian antar siswa.
“Proses sosial disasosiatif merupakan proses Ditegaskan lagi bahwa anak tunagrahita
perlawanan (oposisi) yang dilakukan oleh disamping kecerdasannya yang jauh dibawah
individu-individu dan kelompok-kelompok dalam rata–rata anak tunagrahita juga mengalami
proses sosial di antara mereka pada suatu ketidak cakapan dalam berinteraksi sosial.
masyarakat Persaingan. Hal ini dapat dilihat dari Anak tunagrahita memiliki berbagai macam
proses interaksi sosial yang mana hasil penelitian masalah yang dialami salah satunya adalah
yang diperoleh meliputi deskriptipsi interaksi masalah sosial emosi dimana anak sulit untuk
sosial anak tunagrahita ringan, hambatan yang berpikir abstrak, memiliki kepribadian yang
dialami oleh guru dan kepala sekolah ketika labil, mudah tersinggung, mudah marah dan
berinteraksi dengan anak tunagrahita ringan, dan sering menggangu orang lain.
upaya guru untuk meningkatkan kemampuan Hal ini sesuai dengan kenyataan yang
interaksi sosial anak tunagrahita ringan ketika berada di lapangan. Bahwa anak tunagrahita
disekolah : kesulitan dalam menjalin interaksi sosial.
1. Deskripsi tentang interaksi sosial anak Anak sering menimbulkan permasalah seperti
tungrahita ringan pertikaian atau konflik. Salah satu Sekolah
Anak tunagrahita mengalami kesulitan Luar Biasa yang menampung Anak
dalam berinteraksi sosial. Ketidak mampuan tunagrahita adalah SLB Siti Hajar . Pada
anak tunagrahita ringan dalam berinteraksi sekolah ini ada dua siswa yang berinisial FK
tidak hanya disebabkan oleh faktor intelegensi dan VL anak tunagrahita ringan yang sering
yang rendah tetapi faktor lingkungan sekitar menimbulkan konflik atau pertikaian.
juga mempengaruhi interaksi sosialnya. Dalam berinteraksi dengan guru, FK
Interaksi sosial merupakan kunci kehidupan tidak mengalami kesulitan. Artinya FK tidak
sosial, tanpa interaksi sosial, kehidupan takut untuk memulai atau mengalami
bersama tidak mungkin ada, interaksi sosial komunikasi maupun kontak sosial dengan
dapat terjadi antara orang perorang, antara guru kelas maupun guru keterampilan. Dalam
kelompok, dan anatar oranng dengan beberapa kesempatan selalu mengawali untuk
kelompok. Melalui suatu kegiatan tertentu melakukan kontak sosial seperti bersalam
interaksi sosial anak tunagrahita dapat kepada guru ketika datang ke sekolah.
terlihat.. meminta bantuan kepada guru keterampilan
Dalam penelitian ini peneliti mengamati apabiila FK kesuliatan dalam membuat
interaksi sosial yang terjadi padda siswa keterampilan tangan. Dan melakukan
tunagrahita ringan kelas 3. Yang mana anak komunikasi secara baik. Namun terkadang FK
mengalami hambatan dalam melakukan sulit untuk mengendalikan emosinya seperti
interaksi sosial dengan sebayanya. Penelitian sulit untuk menahan agar tidak menggoda
dilakukan di Slb Siti Hajar Buduran sebagai temannya atau memicu terjadinya konflik.
salah satu lembaga penyelenggaraan Menurut hasil wawancara dengan guru
pendidikan khusus sebaiknya memberikan kelas “anak berkomunikasi seperti biasa, tidak
layanan khusus agar siswa tunagrahita ringan ada masalah, anak juga mampu bercerita
dapat mengembangkan keterampilan kepada guru terutama FK. Anak juga mampu
sosialnya. Sehingga dapat diterima oleh menjalin kontak sosial kepada guru maupun
lingkungan sekitar dan dapat hidup mandiri. temannya. Biasanya ketika datang di kelas
Dan melalui sekolah luar biasa anak dapat anak selalu bersalaman begitu pula sebelum
berkumpul dengan teman lainnya dan pulang sekolah, FK lebih seing lakukan
melakukan interaksi sosial. Di sekolah anak kontak dengan temannya seperti menolong
memasuki dunia yang berbeda. Anak dapat teman berjalan, memeluk teman sedang VL
bersosialisasi dengan teman sebaya maupun lebih tidak seperti itu, VL itu keblaikannya
dengan teman lainnya yang mana annak FK mbk, dia lebih senang diam, makanya FK
menjalin komunikasi dan kontak sosial sering menggoda VL dengan mangambil
terhadap anak lain. Sekolah mempunyai peran barangnya, memberi sesuatu yang tidak
penting dalam proses sosial anak yang dapat disukai virel, atau banyak lainnya, tapi
Studi Deskriptif Kemampuan Interaksi Sosial Anak Tunagrahita Ringan Di Slb Siti Hajar Buduran

inttinya anak-anak sudah mampu menjalin ringan FK dan VL. Namun ada kalanya guru
kontak sosial tapi kapsitasnya saja yang harus memahami anak dan mengulang apa
berdeda anatara anak satu dengan yang yang telah dilakukan guru.
lainnya. Saya lebih suka mengajak anak untuk Kesulitan yang dialami oleh guru adalah
bercerita tentang kegiatan yang dilakukan ketika melakukan interaksi sosial pada anak
anak. Biasanya FK sering menimbulkan tunagrahita FK dan VL, Guru harus
konflik atau memicu kemarahan teman memberikan pemahaman yang sederhana dan
lainnya.” memberikan pengulangan ketika anak tidak
Sedangkan guru keterampilan memahami perintah atau instruksi guru, guru
mengatakan ‘bisa, FK dan VL bisa mengalami kesulitan untuk memberitahu.
berkomunikasi seperti anak lain. Tapi Sikap FK yang sedang emosi membuat guru
namanya anak tunagrahita terkadang sulit kesulitan untuk mengendalikan FK. Sedang
untuk memahami instruksi, kadang saya harus VL yang lambat dan kurang memperhatikan
mengulang instruksisi yang saya berikan. membuat guru mengulangi instruksi hingga
Biasanya anak saya suruh menirukan beberapa kali.
pekerjaan yang saya lakukan, atau saya Hasil wawancara terhadap guru, Kalau
berikan contohnya dulu baru saya suruh dengan guru kelasnya FK dan Vl sangat
mengerjakan untuk membuat keterampilan, menurut tapi kalau dengan guru lain anak
tapi ya begitu saya harus terus memberikan cenderung tidak mau mendengarkan. Tidak
instruksi sampai selesai. seperti biasa, saya ada kesulitan untuk mengendalikan FK dan
memberikan pengertian atau penjelasan VL karena guru sering memberikan
kepada anak-anak, jika anak-anak terlihat memberikan hukuman maupun kehadiah jika
belum memahami saya mengulanginya lagi, anak melakukan aktivitasnya. Seperti
dan langsung memberikan contoh, anak-anak menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu. tidak
tidak sulit untuk diajak komunikasi ” ada kesulitan selama kegiatan belajar di ruang
Dan bapak kepala sekolah, “Anak-anak keterampilan ini, paling klau anak-anak nakal
klau sama saya biasa datang salim dan saya tinggal bilang sya bilangkan guru
mengucapkan salam, mereka bisa kelasnya masing-masing pasti anak-anak
berkomunikasi seperti biasa, tapi ada beberapa sudah takut dan mau mengerjakan tugas yang
anak yang malu, tapi klau FK itu anaknya saya berikan.
berani mbk, biasa saya juga mengajak mereka Pada uraian-uraian diatas dijelaskan
berbicara, biasa saya juga memberikan contoh bahwa anak tunagrahita ringan FK dan VL
membuang sampah anak-anak menirukannya, mampu melakukan interaksi sosial secara
kalau VL itu saya lihat dia sering menarik diri, wajar. Meskipun demikian, ada pula beberapa
biasa ketika teman-teman salim kepada saya hambatan yang dialami siswa tunagrahita
dia diam saja, VL itu cenderung diam dan ringan FK dan VL. Hambatan-hambatan
tidak memulai kontak sosial., tapi padda tersebut antara lain: cara melakukan
intinya anak SLB sisti hajar sudah mampu komunikasi atau berbicara terkadang anak
melakukan kontak. baiasanya saya mengajak kurang sopan, tidak mau bekerjasama dalam
mereka mengobrol atau bertanya, atau kelompoknya, selalu ingin menang sendiri,
menggoda mereka ketika sedang isttirahat, sulit untuk mengendalikan emosinya,
anak-anak ketika dipancing untuk bercerita kecenderungan untuk menarik diri, tidak
juga bisa kok mbk, apalagi FK anak itu mampu menganggapi pembicaraan, cenderung
banyak ngomong sering bercerita apa saja melakukan pendiam dan berbicara sendiri.
ketika saya tanya. Tapi berebeda dengan VL Masalah yang dihadapi guru lainnya ialah
dia lebih menarik diri.tapi kadang juga ikut ketika berkomunikasi oleh FK dan VL adalah
teman bercerita juga. Tapi lebih banyak memberikan instruksi kepada FK dan VK
diamnya.” guru harus mengulangi beberapa kali instruksi
2. Hambatan Yang Dialmi oleh guru Dan kepada FK karena FK kurang memahami apa
kepala sekolah. yang diperintahkan guru.
Guru dan kepala sekolah tidak begitu Guru kesulitan dalam mengendalikan
mengalami hambatan untuk melakukan emosi FK yang selalu inggin menang sendiri
interaksi sosial dengan anak tunagrahita dalam kelompoknya dan sering berbicara.

9
Studi Deskriptif Kemampuan Interaksi Sosial Anak Tunagrahita Ringan Di Slb Siti Hajar Buduran

Guru juga selalu membimbing VL dalam 3. Upaya yang dilakukan oleh Guru untuk
menyelesaikan tugasnya karena sering kali VL Meningkatkan Interaksi Sosial Anak
tidak paham apa yang diperintahkan oleh Tunagrahita Ringan
guru. “FK dan VL bisa berkomunikasi seperti Upaya yang dilakukan guru ketika
anak lain. Tapi namanya anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam interaksi sosial
terkadang sulit untuk memahami instruksi, dengan anak tunagrahita ringan FK dan VL
kadang saya harus mengulang instruksisi yang ialah dengan cara Guru memberikan motivasi
saya berikan. Biasanya anak saya suruh kepada FK dan VL. Guru sering melakukan
menirukan pekerjaan yang saya lakukan, atau tanya jawab kepada FK dan VL bersangkutan
saya berikan contohnya dulu baru saya suruh dengan kegiatan belajar. Meberikan perintah
mengerjakan untuk membuat keterampilan, untuk dilakukan FK dan VL seperti menyapu
tapi ya begitu saya harus terus memberikan kelas meminjamkan barang kepada teman
instruksi sampai selesai. ” kelas lainnya. Guru bersikap baik kepada VL.
Memberikan instruksi secara berulang Namun sesekali bersikap tegas karena VL
kali agar Fk dan VL memahami apa yang karena VL kurang fokus dan tidak
diperintahkan oleh guru. VL selalu mencari memperhatikan instruksi yang di perintahkan
perhatian guru. Dan Fk selalu melakukan oleh guru. upaya guru untuk meningkatkan
kejahilan kepada temannya. VL sedikir lebih interaksi sosial anak juga dengan cara
lambat daripada teman-temannya. Mengalami mengajak anak untuk saling membantu dan
kesulitan ketika memulai atau menjalin mengajak untuk bercerita tentang gambar
interaksi sosial. yang telah diberikn guru. Guru memancing
Guru sering kali bersikap tegas ketika FK VL yang cenderung pendiam dan kurang aktif
melakukan kejahilan ke teman lainnya. Guru untuk bertanya jawab.
juga bersikap tegas ketika VL tidak Guru memberikan instruksi melalui lisan
memperhatikan apa yang sedang di jelaskan mau perbuatan kepada FK maupun VL, ketika
guru. Guru bersikap baik terhadap FK dan kegiatan belajar mengajar berlangsung guru
VL, namun jika FK melakukan kesalahan selalu membimbing anak dan memberikan
guru menegurnya. Jika FK melakukan motivasi. Guru menggunakan bahasa yang
kejahilan kepada teman guru keterampilan dapat dipahami oleh FK dan VL. Sehingga
mencatatnya agar dilaporkan kepada guru anak dapat memahami instruksi yang telah
kelasnya. Ketika dengan VL guru bersifat diberikan guru. Guru sering kali bersikap
sabar dan membimbing VL hingga tugas tegas ketika FK melakukan kejahilan ke teman
selesai karena VL kurang aktif dalam lainnya. Guru juga bersikap tegas ketika VL
kegiatan. tidak memperhatikan apa yang sedang di
Siswa tunagrahita ringan FK mengalami jelaskan guru. kepada FK dan VL. Guru
hambatan dalam interaksi sosial dan sering melakukan tanya jawab kepada FK dan
emosionalnya. Adanya proses disosiasi yang VL bersangkutan dengan kegiatan belajar.
terjadi seperti adanya persaingan, kontravensi, Meberikan perintah untuk dilakukan FK dan
pertikaian/ konflik yang sering dilakukan oleh VL seperti menyapu kelas meminjamkan
FK sehingga membuat guru sangat sulit untuk barang kepada teman kelas lainnya.
mengendalikan. FK selalu ingin menjadi yang Guru membagi anak kedalam beberapa
pertama dan selalu diperhatikan. Sedangkan kelompok dan membagi tugas untuk setiap
VL cenderung lebih menarik diri dari teman- kelompok untuk mengerjakan kerajinan
teman lainnya. tangan. Disini anak diajarkan untuk bekerja
Sedangkan VL lebih cenderung untuk dalam kelompok dan bergantian. Memberikan
menarik diri kurang adanya proses disosiasi motivasi kepada anak agar dapat
yang terjadi. anak lebih mengalah dan tidak menyelesaikan kerajinan secara berkelompok.
pernah menimbulkan konflik. FK selalu ingin Guru bersikap baik terhadap FK dan VL,
menjadi yang pertama dan selalu diperhatikan. namun jika FK melakukan kesalahan guru
Sedangkan VL cenderung lebih menarik diri menegurnya. Jika FK melakukan kejahilan
dari teman-teman lainnya. kepada teman guru keterampilan mencatatnya
agar dilaporkan kepada guru kelasnya. Ketika
dengan VL guru bersifat sabar dan
Studi Deskriptif Kemampuan Interaksi Sosial Anak Tunagrahita Ringan Di Slb Siti Hajar Buduran

membimbing VL hingga tugas selesai karena Pada dasarnya anak Tunagrahita


VL kurang aktif dalam kegiatan menunjukan interaksi sosial yang berbeda-beda
Guru juga selalu memberikan motivasi
antara satu sama lainya. Fakta yang ada di
kepada FK ketika FK datang terlambat dan
tidak ingin mengerjakan tugas. Guru juga lapangan menunjukan bahwa ada beberapa anak
memberikan hukuman ketika tugas FK dan yang dapat berinteraksi dengan menjalin kontak
VL di diselesaikan. Guru bersikap baik
sosial maupun berkomunikasi dengan teman lain,
kepada FK dan VL, namun sesekali bersikap
tegas kepada keduanya kerana keduanya tidak namun ada pula beberapa anak yang mengalami
menurut kepada Guru. Guru mengajak FK dan kesulitan untuk menjalin interaksi sosial dengan
VL untuk melakukan senam bersama teman
teman-teman lainnya.
kelas lainnya agar FK dan VL dapat
berinteraksi dengan anak kelas lainya. Perkembangan sosial sebagai perolehan
Guru bersikap baik kepada VL. Guru juga kemampuan berperilaku yang sesuai dengan
sangat perhatian kepada FK dan VL ketika tuntutan sosial. Menurut Soemantri (2007:116)
terjadi sesuatu seperti perkelahian. Guru “Perkembangan Emosi, Penyesuaian Sosial, dan
bersikap sangat sabar ketika harus menunggu Kepribadian Anak Tunagrahita Ringan”. Pada
VL yang lebih lambat dari teman-temannya anak terbelakang mental ringan, kehidupan
ketika menyelesaikan tugas yang diberikan emosinya tidak jauh berbeda dengan anak normal,
oleh guru. Guru juga sering melakukan tanya akan tetatpi tidak sekaya anak normal. Mereka
dengan FK dan VL untuk memancing dapat mengekspresikan perasaan sedih tapi tetapi
komunikasi FK dan VL Meberikan instruksi sukar menggambarkan suasana terharu. Mereka
secara lisan maupun perbuatan. Membimbing bisa mengekspresikan kegembiraan tetapi sulit
Fk dan VL. Khususnya pada VL guru selalu mengungkapkan kekaguman. Penyesuaian diri
memberikan instruksi secara berulang-ulang merupakan proses psikologis yang terjadi ketika
hingga VL benar-benar mengerti. Guru juga kita mengahadapi berbagai situasi. Seperti anak
mengawali dengan bercerita atau melakukan normal, anak tunagrahita akan mnghayati suatu
tanya jawab kepada VL dan FK agar anak emosi, jika kebutuhannya terhalangi. Emosi-emosi
dapat memahami instruksi yang akan yang positif adalah cinta, girang, simpatik.
diberikan oleh guru. Sedangkan emosi negatif adalah perasaan takut,
giris, marah, benci.”
Anak tunagrahita mengalami kesulitan
B. Pembahasan.
dalam berinteraksi sosial. Ketidak mampuan anak
Dari hasil penelitian yang telah diperoleh
tunagrahita ringan dalam berinteraksi tidak hanya
dan dari paparan hasil observasi dan wawancara yang
disebabkan oleh faktor intelegensi yang rendah
diperoleh, maka peneliti mendapatkan gambaran secara
tetapi faktor lingkungan sekitar juga
menyeluruh mengenai kemampuan interaksi sosial
mempengaruhi interaksi sosialnya. Interaksi sosial
anak tunagrahita ringan di SLB Siti Hajar ketika di
merupakan kunci kehidupan sosial, tanpa interaksi
sekolah. Peneliti memperoleh gambaran mengenai
sosial, kehidupan bersama tidak mungkin ada,
interaksi sosial anak tunagrahita ringan VK dan FK
interaksi sosial dapat terjadi antara orang perorang,
yang peneliti mengamati proses disosiasi yang terjadi
antara kelompok, dan anatar oranng dengan
pada siswa yaitu berupa munculnya sikap persaingan,
kelompok. Melalui suatu kegiatan tertentu
kontravensi, serta konflik yang sering dimunculkan
interaksi sosial anak tunagrahita dapat terlihat..
oleh anak tunagrahita ringan FK dan VL, serta
Yang mana hasil dari pengamatan
kesulitan yang dialami oleh guru dan upaya guru untuk
dilapanagan di peroleh bahwa anak tunagrahita
meningkatkan interaksi sosial anak. Dibawah ini
ringan mengalami gangguan dalam proses tersebut
merupaka pembahasan mengenai hasil penelitian yang
“Proses sosial disasosiatif merupakan proses
telah dilakukan selama kurang lebih 2 bulan :.
perlawanan (oposisi) yang dilakukan oleh
individu-individu dan kelompok-kelompok dalam
proses sosial di antara mereka pada suatu
1. Deskriptif tentang interaksi sosial yang terjadi
masyarakat (Burhan Bungin dalam Triyani 2013
pada FK dan VL
:18)”. Sedangkan menurut Soerjono Soekanto
(2014: 81), “oposisi diartikan sebagai cara

11
Studi Deskriptif Kemampuan Interaksi Sosial Anak Tunagrahita Ringan Di Slb Siti Hajar Buduran

berjuang melawan seseorang atau sekelompok berada antara persaingan dan pertentangan
manusia untuk mencapai tujuan-tujuan yang atau pertikaian yang ditandai oleh gejala
diinginkan”. Proses disasosiaf atau oposisi adalah ketidakpastian mengenai diri seseorang atau
suatu rencana dan perasaan tidak suka yang
persaingan, kompetisi, dan konflik :
disembunyikan, kebencian, atau keragu-
a) Persaingan (Competition). raguan terhadap orang lain.”
Soerjono Soekanto (2014: 82) “persaingan Sesuai dengan definisi menurut soerjono
dapat diartikan sebagai suatu proses sosial diatas, bahwa di bawah diperoleh hasil
dimana indvidu atau kelompok – kelompok penelitian melalui observasi cacatatan
manusia bersaing mencari keuntungan melalui lapangan yaitu dimana tidak memunculkan
bidang – bidang kehidupan yang ada pada perilaku kontraversi yaitu ketidakpastian suatu
perasaan tidak suka yang disembunyikan, FK
suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian
dan VLFk selalu menurut apa yang telah
umum dengan cara menarik perhatian publik diperintahkan oleh guru kelasnya, namun
atau mempertajam prasangka yang telah ada ketika dengan guru lainnya anak cenderung
tanpa mempergunakan ancaman atau tidak mau menurut dan bersikap cuek dengan
kekerasan.”. guru lain. Misalnya saja ketika FK bertengkar
Sesuai dengan hasil observasi dan wawancara dengan teman lainnya guru lain mencoba
dalam penelitian bahwa adanya persaingan menasehati FK namun FK tidak
menghiraukannya, namun ketika wali
untuk menjadi pusat perhatian dengan cara
kelasnya yang memanggilnya dan bertanya
menarik perhatian orang lain. Disini dalam kepada FK apa yang terjadi FK menurut dan
penelitian ini sudah terlihat bahwa anak FK mau menjawab dan bercerita tentang apa yang
dan VL masing-masing memiliki sifat terjadi.
persaingan. Anak selalu ingin menyelesaikan Contohnya pada penlitian hari pertama,
tugasnya terlebbih dahulu dan anak selalu hari ini fk datang pukul 07.40 dan terlambat
masuk dalam kelas, kelas sudah dimulai dan
ingin diperhatikan oleh guru sehingga
telah selesai berdoa bersama. Fk masuk tanpa
memuncul perilaku-perilaku lain seperti mengetuk pintu namun mengucapkan salam.
menarik diri, mengganggu teman, bertanya Fk bersalaman dengan guru dan mengatakan
berulang-ulang. alasannya terlambat karena bangun kesiangan.
Hal ini selaras dengan hasil wawancara Fk terlihat dapat menjalin komunikasi dan
kepada guru. kontak sosial terlebih dahulu. Fk berdoa
P : bagaimana sikap FK ketika di kelas sendiri dan setelah itu mengeluarkan buku
pelajaran.
IN : anak cenderung selalu ingin diperhatikan
Contoh lain Guru mengajak untuk
dan sering memicu konflik, tetapi FK itu mengerjakan soal-soal menjelang ujian akhir
selalu selalesai terlebih dahulu ketika sekolah. Guru telah memberikan anak-anak
mengerjakan tugasnya. Biasanya saya selulu buku bank soal. Guru memberikan instruksi
berkata “ kalau tugasnya tidak selesai tidak untuk membuka buku padaha halaman
boleh pulang atau tidak boleh istirahat”. Dari tertentu mata pelajaran IPA. Semua anak
situ anak-anak akan bersaing untuk mulai membuka buku dan halaman yang
ditentukan guru Fk menjadi yang pertama
menyelesaikan tugasnya.
menemukan halaman. VL terlihat bingung
P : apa VL juga memunculkan sikap yang mencari halaman yang ditentukan Guru. FK
sama seperti FK? membantu VL untuk membuka halaman yang
IN : tidak, setiap anak memunculkan sikap dicari dengan menunjukan milik FK.. Guru
dan reaksi yang berbeda, kalau VL itu menginstruksikan anak-anak untuk membaca
cenderung ingin diperhatikan jadi anak ingin secara bergantian. Namun ketika temannya
membaca VL juga ikut membaca dengan
menyelesaikan tugasnya ketika guru
suara keras sehingga guru menegur VL,
membimbinganya. Selain itu VL juga sejenak VL terdiam kemudian ikut kembali.
cenderung lebih lama dalam mengerjakan Anak-anak berlomba untuk menjawab
tugas motivasi untuk menyelesaikan tugasnya pertanyaan. VL pun juga ikut menjawab
masih kurang jadi guru yang selalu pertanyaan tidak mau kalah dengan teman-
memberikan motivasi. teman lainnya. Terkadang VL juga membantu
teman sampingnya untuk membenarkan
jawabannya.
b) Kontravensi (contravention)
Menurut Soerjono (2014:87) “kontravensi
c) Pertentangan/Pertikaian (Conflict)
merupakan suatu bentuk proses sosial yang
Studi Deskriptif Kemampuan Interaksi Sosial Anak Tunagrahita Ringan Di Slb Siti Hajar Buduran

Menurut Burhan Bungin (Triyani 2013 Perkembangan sosial sendiri sebagai


:19) “Pertentangan dapat terjadi karena perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai
pribadi atau kelompok menyadariadanya dengan tuntutan sosial. Menurut Soemantri
perbedaan-perbedaan dengan pribadi atau
(2007:116) “Perkembangan Emosi, Penyesuaian
kelompok lain. Perbedaan tersebut misalnya
dalam ciri badaniah, emosi, unsur-unsur Sosial, dan Kepribadian Anak Tunagrahita
kebudayaan, pola perilaku, prinsip, politik, Ringan”.
maupun ideologi. Perbedaan ciri tersebut Pada anak terbelakang mental ringan,
dapat mempertajam perbedaan yang ada kehidupan emosinya tidak jauh berbeda dengan
hingga menjadi suatu pertentangan atau anak normal, akan tetatpi tidak sekaya anak
pertikaian di mana pertikaian itu dapat normal. Mereka dapat mengekspresikan perasaan
menghasilkan ancaman dan kekerasan fisik”
sedih tapi tetapi sukar menggambarkan suasana
Soerjono Soekanto (2014:95)
“pertentangan atau pertikaian merupakan terharu. Mereka bisa mengekspresikan
suatu proses sosial dimana individu atau kegembiraan tetapi sulit mengungkapkan
kelompok berusaha memenuhi tujuannya kekaguman. Penyesuaian diri merupakan proses
dengan jalan menantang pihak lawan dengan psikologis yang terjadi ketika kita mengahadapi
ancaman atau kekerasan. berbagai situasi. Seperti anak normal, anak
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian tunagrahita akan menghayati suatu emosi, jika
pada lapangan. Dalam penelitian ini ada anak
kebutuhannya terhalangi. Emosi-emosi yang
yang sering menimbulkan konflik atau
pertikaian yaitu FK Sepanjang kegiatan positif adalah cinta, girang, simpatik. Sedangkan
belajar mengajar Fk selalu membuat konflik emosi negatif adalah perasaan takut, giris, marah,
seperti malakukan kejahilan kepada teman benci.”
samping bangkunya dengan ngusap upil di Pendapat diatas sesuai dengan kenyatan
tubuh temannya. Fk selalu banyak bicara dan dilapangan pada saat penlitian berlangsung. Disni
menceritak hal yang kurang penting. Fk selalu
guru yang sangat berperan aktif dalam melakukan
mencari perhatian guru dan tidak bisa diam.
Namun ketika guru marah anak melakukan interaksi sosial. Anak sangat sulit mengungkapan
pembelaan . Fk selalu ingin menyelesaikan perasaannya. Seperti halnya VL yang sulit
tugasnya terlebih dahulu. Fk terlihat aktif mengungkapkan rasa sedih dan gembira. Guru
ketika dalam pembelajaran di kelas. dan kepala sekolah tidak begitu mengalami
Ketika beristirahat, semua siswa keluar kelas hambatan untuk melakukan interaksi sosial dengan
termasuk Fk. Fk membeli jajan diluar bersama anak tunagrahita ringan FK dan VL. Namun ada
siswa lainnya. Setelah selesai membeli jajan
kalanya guru harus memahami anak dan
Fk kembali lagi ke sekolah dan duduk di
depan ruang kelas bersama siswa lain. Fk suka mengulang apa yang telah dilakukan guru.
menggoda temannya dengan cara mengejek
temannya atau menyenggol teman lainnya. 3. Upaya yang dilakukan oleh Guru untuk
Sehingga teman lainnya berteriak dan Meningkatkan Interaksi Sosial Anak
mengadu kepada guru. Fk terlihat aktif di luar Tunagrahita Ringan
kelas anak bermain dengan teman seperti Upaya yang dilakukan guru ketika
biasa dan dapat berkomunikasi dengan
mengalami kesulitan dalam interaksi sosial dengan
ketunaan lainnya. Menolong temannya yang
tunadaksa untuk membeli jajan. anak tunagrahita ringan FK dan VL ialah dengan
cara Guru memberikan motivasi kepada FK dan
2. Hambatan Yang Dihadapi Guru Dan Kepala VL. Guru sering melakukan tanya jawab kepada
Sekolah Ketika Melakukan Interaksi Sosial FK dan VL bersangkutan dengan kegiatan belajar.
Dengan Anak Tunagrahita. Meberikan perintah untuk dilakukan FK dan VL
Anak tunagrahita memiliki keterbatasan seperti menyapu kelas meminjamkan barang
dalam perkembangan sosial emosinnya, hal ini kepada teman kelas lainnya. Guru bersikap baik
yang menyebabkan anak mengalami hambatan kepada VL. Namun sesekali bersikap tegas karena
ketika melakukan inetraksi sosial dengan orang VL karena VL kurang fokus dan tidak
lain. “Tunagrahita atau terbelakang mental memperhatikan instruksi yang di perintahkan oleh
merupakan kondisi dimana perkembangan guru. upaya guru untuk meningkatkan interaksi
kecerdasannya mengalami hambatan sehingga sosial anak juga dengan cara mengajak anak untuk
tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. saling membantu dan mengajak untuk bercerita
Ada beberapa karakteristik umum tunagrahita”. tentang gambar yang telah diberikn guru. Guru
(Soemantri 2007 ; 105) :

13
Studi Deskriptif Kemampuan Interaksi Sosial Anak Tunagrahita Ringan Di Slb Siti Hajar Buduran

memancing VL yang cenderung pendiam dan ulang hingga VL benar-benar mengerti. Guru juga
kurang aktif untuk bertanya jawab. mengawali dengan bercerita atau melakukan tanya
Guru memberikan instruksi melalui lisan jawab kepada VL dan FK agar anak dapat
mau perbuatan kepada FK maupun VL, ketika memahami instruksi yang akan diberikan oleh
kegiatan belajar mengajar berlangsung guru selalu guru.
membimbing anak dan memberikan motivasi.
Guru menggunakan bahasa yang dapat dipahami
KESIMPULAN DAN SARAN
oleh FK dan VL. Sehingga anak dapat memahami
A. Simpulan
instruksi yang telah diberikan guru. Guru sering
Berdasarkan hasil penelitian dari rumusan masalah
kali bersikap tegas ketika FK melakukan kejahilan
yang telah diteliti maka sipmulan dari penlitian ini
ke teman lainnya. Guru juga bersikap tegas ketika
bahwa anak tunagrahita ringan FK mampu
VL tidak memperhatikan apa yang sedang di
menjalin interaksi sosial secara wajar ketika di
jelaskan guru. kepada FK dan VL. Guru sering
sekolah luar biasa siti hajar buduran, hal ini berarti
melakukan tanya jawab kepada FK dan VL
bahwa anak mampu melakukan penyesuaian sosial
bersangkutan dengan kegiatan belajar. Meberikan
di sekolahnya. Sedang VL masih mengalami
perintah untuk dilakukan FK dan VL seperti
hambatan ketika melakukan interaksi sosial
menyapu kelas meminjamkan barang kepada
dengan orang disekitarnya. Maka hal ini dapat
teman kelas lainnya.
diambil kesimpulan
Guru membagi anak kedalam beberapa
Pertama anak tunagrahita ringan di SLB
kelompok dan membagi tugas untuk setiap
Siti Hajar Buduran khususnya kelas III yaitu FK
kelompok untuk mengerjakan kerajinan tangan.
mampu melakukan komunikasi dan kontak sosial
Disini anak diajarkan untuk bekerja dalam
dengan gurunya maupun dengan teman sebayanya
kelompok dan bergantian. Memberikan motivasi
tanpa adanya hambatan, namun terkadang anak
kepada anak agar dapat menyelesaikan kerajinan
masih mengalami proses disosiasi sosial seperti
secara berkelompok. Guru bersikap baik terhadap
pemicu konflik yang terjadi, emosional yang tidak
FK dan VL, namun jika FK melakukan kesalahan
terkendali, selalu ingin menjadi yang pertama, dan
guru menegurnya. Jika FK melakukan kejahilan
egosentris. Sedangkan untuk subjek VL terlihat
kepada teman guru keterampilan mencatatnya agar
mengalami hambatan ketika melakukan interaksi
dilaporkan kepada guru kelasnya. Ketika dengan
sosial terhadap orang lain. Berdasarkan penelitian
VL guru bersifat sabar dan membimbing VL
yang dilakukan VL terlihat beberapa kali kesulitan
hingga tugas selesai karena VL kurang aktif dalam
untuk mengawali komunikasi maupun kontak
kegiatan
sosial. Anak lebih cenderung untuk menarik
Guru juga selalu memberikan motivasi
dirinya.
kepada FK ketika FK datang terlambat dan tidak
Kedua, hasil proses interaksi sosial kedua
ingin mengerjakan tugas. Guru juga memberikan
anak FK dan VL dengan teman sebayanya maupun
hukuman ketika tugas FK dan VL di diselesaikan.
dengan gurunya berupa kontak sosial dan
Guru bersikap baik kepada FK dan VL, namun
komunikasi, seperti hal Fkdan VL sering bercerita
sesekali bersikap tegas kepada keduanya kerana
kepada guru tentang aktivas yang dilakukannya.
keduanya tidak menurut kepada Guru. Guru
Adanya kerjasama dengan temannya, anak jug
mengajak FK dan VL untuk melakukan senam
sering membantu teman lainnya ketika mengalami
bersama teman kelas lainnya agar FK dan VL
kesulitan. Dengan siswa ketunaan lainnyapun anak
dapat berinteraksi dengan anak kelas lainya.
terlihat dapat menjalin hubungan dengan baik
Guru bersikap baik kepada VL. Guru juga
dengan tetap bermain dengan teman lainnya.
sangat perhatian kepada FK dan VL ketika terjadi
Misalnya dengan membantu membelikan jajan
sesuatu seperti perkelahian. Guru bersikap sangat
teman lainnya, membantu berjalan anak ketunaan
sabar ketika harus menunggu VL yang lebih
lain, memsisahkan teman yang sedang berkelahi
lambat dari teman-temannya ketika menyelesaikan
dan lainnya.
tugas yang diberikan oleh guru. Guru juga sering
Ketiga anak tunagrahita ringan FK dan
melakukan tanya dengan FK dan VL untuk
VL mampun melakukan interaksi sosial dengan
memancing komunikasi FK dan VL Meberikan
anak berkebutuhan khusus lainnya. Dalam
instruksi secara lisan maupun perbuatan.
beberapa kesemptan anak melakukan kegiatan
Membimbing Fk dan VL. Khususnya pada VL
bersama-sama dengan siswa ketunaan lainnya
guru selalu memberikan instruksi secara berulang-
Studi Deskriptif Kemampuan Interaksi Sosial Anak Tunagrahita Ringan Di Slb Siti Hajar Buduran

seperrti melakukan senam sehat bersama ketika dialami siswa tunagrahita ringan FK dan VL.
sedang pelajaran olahraga, dan melakukan Hambatan-hambatan tersebut antara lain: cara
kegiatan keterampilan membaut kerajinan tangan melakukan komunikasi atau berbicara terkadang
bersama. anak kurang sopan, tidak mau bekerjasama dalam
Keempat anak tunagrahita ringan FK dan kelompoknya, selalu ingin menang sendiri, sulit
VL mampun menjalin interaksi sosial dengan guru untuk mengendalikan emosinya, kecenderungan
di sekolah. hal ini menghasilkan komunikasi yang untuk menarik diri, tidak mampu menganggapi
positif. Artinya anak tunagrahita ringan mampu pembicaraan, cenderung melakukan pendiam dan
menjalin komunikasi secara wajar dengan wali berbicara sendiri.
kelasnya. Dan bercerita, dan mampu lakukan tanya
jawab atau adanya respon ketika guru mengajak Sedangkan upaya yang dilakukan guru
berkomunikasi dengan anak tunagrahita ringan FK ketika mengalami kesulitan dalam interaksi sosial
dan VL. dengan anak tunagrahita ringan FK dan VL ialah
Sedang kesulitan yang dialami oleh guru dengan cara Guru memberikan motivasi kepada
adalah ketika melakukan interaksi sosial pada anak FK dan VL. Guru sering melakukan tanya jawab
tunagrahita FK dan VL adalah Guru harus kepada FK dan VL bersangkutan dengan kegiatan
memberikan pemahaman yang sederhana dan belajar. Meberikan perintah untuk dilakukan FK
memberikan pengulangan ketika anak tidak dan VL seperti menyapu kelas meminjamkan
memahami perintah atau instruksi guru, guru barang kepada teman kelas lainnya. Guru bersikap
mengalami kesulitan untuk memberitahu. Sikap baik kepada VL. Namun sesekali bersikap tegas
FK yang sedang emosi membuat guru kesulitan karena VL karena VL kurang fokus dan tidak
untuk mengendalikan FK. Sedang VL yang lambat memperhatikan instruksi yang di perintahkan oleh
dan kurang memperhatikan membuat guru guru. upaya guru untuk meningkatkan interaksi
mengulangi instruksi hingga beberapa kali. sosial anak juga dengan cara mengajak anak untuk
Pada uraian-uraian diatas dijelaskan saling membantu dan mengajak untuk bercerita
bahwa anak tunagrahita ringan FK dan VL mampu tentang gambar yang telah diberikn guru. Guru
melakukan interaksi sosial secara wajar. Meskipun memancing VL yang cenderung pendiam dan
demikian, ada pula beberapa hambatan yang kurang aktif untuk bertanya jawab.

15
Studi Deskriptif Kemampuan Interaksi Sosial Anak Tunagrahita Ringan Di Slb Siti Hajar Buduran

B. Saran rangka meningkatkan upaya interaksi sosial


Berdasarkan kesimpulan d atas, maka anak tungrahita ringan.
saran dalam penelitian ini adalah
DAFTAR PUSTAKA
sebagai berikut :
1. Guru hendaknya lebih sering Amin, Moch. 1995. Ortopedagogik Anak
ngajak VL dan untuk Tunagrahita. Jakarta Depdikbud.
berkomunikasi dan melakukan Gerungan. 2010. Psikologi Sosial. Bandung: PT
kontak sosial sehingga VL akan Refika Aditama.
lebih berani untuk memulai atau Kemis dan Ati Rosnawati. 2013. Pendidikan
Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita.
mengawali komunikasi dengan
Bandung: Luxima.
orang lain.
Moleong, Lexy J. 2014. Metodelogi Penelitian
2. Guru hendaknya bersikap lebih Kualitatif. Bandung: Remaja
tegas kepada FK agar anak tidak Roasdakarya.
terlalu emosional. Santoso, Slamet. 2014. Teori-teori Psikologi
3. Guru perlu menjalin komunikasi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
dengan orang tua siswa Soerjono, Soekanto. 2014. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo
tunagrahita. Dengan ada
Persada.
komunikasi tersebut guru dapat Sugiyono. 2015. Memahami Penelitian Kualitatif.
melakukan upaya lebih terencana Bandung: Alfabeta.
dan tepat sasasaran dalam rangka Sujihati, Soemantri. 2007. Psikologi Anak Luar
meningkatkan kemampuan Biasa. Bandung: Refika Aditama.
interaksi sosial anak tungarahita Walgito, Bimo. 2011. Teori-teori Psikologi Sosial.
ringan di slb siti hajar buduran. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Triyani. 2013. Interaksi Sosial Anak
Sebaiknya sekolah lebih memberikan fasilitas “Tunagrahita” Di SDN Kepuhan
kepada siswa tunagrahita ringan dalam Bantul (SD Inklusi). Universitas
Negeri Yogyakarta.

You might also like