Acne

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akne vulgaris adalah penyakit peradangan kronis dari folikel
pilosebasea yang diinduksi dnegan peningkatan produksi sebum, perubahan
pola keratinisasi, peradangan, dan kolonisasi dari bakteri Propionibacterium
acnes. Predileksi akne vulgaris pada daerah-daerah wajah, bahu bagian atas,
dada, dan punggung. Akne pada pada dasarnya merupakan penyakit pada
remaja, dengan 85% terjadi pada remaja dengan beberapa derajat keparahan.
Dimana didapatkan frekuensi yang lebih besar pada usia antara 15-18 tahun
pada kedua jenis kelamin. Pada umumnya, involusi penyakit terjadi sebelum
usia 25 tahun.
Akne vulgaris dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab yang
pasti belum diketahui secara pasti. Terdapat beberapa faktor yang diduga
dapat menyebabkan, antara lain : genetik, endokrin (androgen, pituitary
sebotropic factor, dsb), faktor makanan, keaktifan dari kelenjar sebasea, faktor
psikis, pengaruh musim, infeksi bakteri (Propionibacterium aknes),
kosmetika, dan bahan kimia lainnya.
Ada empat hal penting yang berhubungan dengan terjadinya akne
yakni peningkatan sekresi sebum, adanya keratinisasi folikel, bakteri, dan
peradangan (inflamasi). Akne pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan
tipe (komedo/papular, pustular/nodul) dan atau beratnya penyakit
( ringan/sedang/sedang-berat/berat). Lesi kulit dapat digambarkan sebagai
inflamasi dan non-inflamasi.
Diagnosis akne vulgaris dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisis, dan tes laboratorium. Diagnosis banding akne vulgaris
antara lain erupsi akneiformis, rosasea, dan dermatitis perioral.
Penatalaksanaan akne vulgaris berupa terapi sistemik, topikal, fisik, dan diet.
Pada umumnya prognosis dari akne ini cukup baik, pengobatan sebaiknya
dimulai pada awal onset munculnya akne dan cukup agresif untuk
menghindari sekuele yang bersifat permanen.

1
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan case report ini bertujuan untuk lebih memahami tentang
diagnosis dan penatalaksanaan pada Acne Vulgaris.

1.4 Metode Penulisan


Case report ini disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan yang merujuk
kepada berbagai literatur .

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2
2.1 Definisi
Akne vulgaris (AV) merupakan penyaki peradangan kronis folikel
pilosebasea dengan penyebab multi faktor dan manifestasi klinis berupa
komedo , papul, pustul, nodus serta kista.

2.2 Epidemiologi
Akne pada pada dasarnya merupakan penyakit pada remaja, dengan
85% terjadi pada remaja dengan beberapa derajat keparahan. Akne vulgaris
dimulai pada usia 12-15 tahun dengan puncak tingkat keparahan pada 17-21
tahun. Akne vulgaris adalah penyakit terbanyak remaja usia 15-18 tahun.
Setelah masa remaja kelainan ini berangsur berkurang, namun kadang-kadang
menetap sampai dekade ketiga terutama pada wanita.

2.3 Etiologi
Akne vulgaris dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab yang
pasti belum diketahui secara jelas, namun terdapat beberapa faktor yang dapat
menyebabkan, antara lain faktor intrinsik yaitu genetik, hormonal. Faktor
ektrinsik berupa stres, kosmetik, diet,faktor iatrogenik, banyak makan-
makanan berlemak dan tinggi karbohidrat.
1. Bakteri
Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne
adalah Propionibacterium aknes,  Stafilococcus epidermidis, dan
Pityrosporum ovale. Dari ketiga mikroba ini yang terpenting
yakni Propionibacterium aknes. Bakteri ini merupakan bakteri komensal
pada kulit. Pada keadaan patologik, bakteri ini membentuk koloni pada
duktus pilosebasea yang menstimulasi trigliserida untuk melepas asam
lemak bebas, memproduksi substansi kemotaktik pada sel-sel inflamasi,
dan menginduksi duktus epitel untuk mensekresi sitokin proinflamasi.
2. Genetik

3
Akne vulgaris mungkin merupakan penyakit genetik akibat adanya
peningkatan kepekaan unit pilosebasea terhadap kadar androgen yang
normal .
3. Hormon
Peningkatan kadar Hormon androgen, anabolik, kortikosteroid,
gonadadropin serta ACTH mungkin menjadi faktor penting pada
kegiatan sebasea . Kelenjar sebasea sangat sensitif terhadap hormon
androgen yang menyebabkan kelenjar sebasea bertambah besar dan
produksi sebum meningkat . Hormon estrogen dapat menjaga terjadinya
akne karena bekerja melawan dengan hormon androgen . Hormon
progesteron dalam jumlah fisiologis tidak mempunyai efektivitas
terhadap aktivitas kelenjar sebasea, akan tetapi terkadang progesteron
dapat menyebabkan menstruasi sebelum menstruasi . Pada wanita 60 –
70% menjadi lebih parah beberapa sebelum menstruasi dan menetap
sampai seminggu menstruasi .
4. Iklim
Di daerah yang mempunyai empat musim, biasanya akne
bertambah hebat pada musim dingin, dan dapat pula meningkat oleh
paparan cahaya matahari langsung yang mempunyai efek membunuh
bakteri dapat menembus epidermis bagian bawah dan dermis bagian atas
yang berpengaruh pada bakteri yang berada dalam kelenjar sebasea .
5. Faktor iatrogenik
Kortikosteroid baik topikal maupun sistemik dapat meningkatkan
keratinisasi duktus polisebasea. Androgen, gonadotropin, dan
kortikotropin dapat menginduksi akne pada dewasa muda. Kontrasepsi
oral dapat pula menginduksi terjadinya akne.
7. Kosmetik
Pemakaian bahan – bahan kosmetik tertentu secara terus menerus
dalam waktu yang lama dapat menyebabkan suatu akne yang ringan
yang terutama terdiri dari komedo tertutup dan beberapa lesi
papulovustula pada pipi dan dagu . bahan yang sering menyebabkan
akne biasa terdapat pada berbagai krim wajh seperti bedak dasar

4
(Foundation ), pelembab ( moisturizer), tabir surya (suncreen) dan krim
malam .
8. Psikis
Stres Psikis dapat menyebabkan sekresi ACTH yang akan
meningkatkan produksi androgen naiknya horhon androgen inilah yang
menyebakan kelenjar sebasea bertambah besar dan pruksi sebum
bertambah.
9. Kebersihan
Kebersihan yang buruk mempermudah timbulnya akne .
10. Infeksi
Propionibacterium aknes berperan dalam iritsi epitel folikel dan
mempermudah terjadinya akne .

2.4 Patogenesis
Patogenesis akne vulgaris sangat kompleks, dipengaruhi banyak faktor
dan kadang-kadang masih kontroversial. Ada empat hal penting yang
berhubungan dengan terjadinya akne, yakni peningkatan sekresi sebum,
adanya hiperproliferasi folikel pilosebasea, kolonisasi bakteri, dan peradangan
(inflamasi).
1. Peningkatan sekresi sebum
Acne biasanya mulai timbul pada masa pubertas pada waktu kelenjar
sebasea membesar dan mengeluarkan sebum lebih banyak dari sebelumnya.
Terdapat korelasi antara keparahan acne dengan produksi sebum.
Pertumbuhan kelenjar sebasea dan produksi sebum berada di bawah pengaruh
hormon androgen. Pada penderita acne terdapat peningkatan konversi hormon
androgen yang normal beredar dalam darah ke bentuk metabolit yang lebih
aktif (5-α- dehidrotestoteron).
Hormon ini mengikat reseptor androgen di sitoplasma dan akhirnya
menyebabkan proliferasi sel penghasil sebum. Meningkatnya produksi sebum
pada penderita acne disebabkan oleh respon organ akhir yang berlebihan
(end-organ hyperresponse) pada kelenjar sebasea terhadap kadar normal
androgen dalam darah, sehingga terjadi peningkatan unsur komedogenik dan

5
inflamatogenik sebagai penyebab terjadinya acne. Terbukti bahwa pada
kebanyakan penderita, lesi acne hanya ditemukan di beberapa tempat yang
kaya akan kelenjar sebasea.

Gambar 1. a) Hiperkeratosis primer b) Komedo c) Inflamasi


papul (pustul) d) Nodul
2. Hiperproliferasi folikel pilosebasea

Penelitian imunohistokimiawi menunjukkan adanya peningkatan


proliferasi keratinosit basal dan diferensiasi abnormal dari sel-sel keratinosit
folikular. Hal ini kemungkinan disebabkan berkurangnya asam linoleat
sebasea. Lapisan granulosum menjadi menebal, tonofilamen dan butir-butir
keratohialin meningkat, kandungan lipid bertambah sehingga lama kelamaan
menebal dan membentuk sumbatan pada orifisium folikel. Bahan-bahan
keratin mengisi folikel sehingga menyebabkan folikel melebar. Pada akhirnya
secara klinis terdapat lesi non-inflamasi (open/closed comedo) atau lesi
inflamasi.
3. Kolonisasi Bakteri
Terdapat tiga macam mikroba yang terlibat pada patogenesis acne
adalah Corynebacterium Acnes (Proprionibacterium Acnes), Staphylococcus
epidermidis dan Pityrosporum ovale (Malassezia furfur). Adanya seborea pada
pubertas biasanya disertai dengan kenaikan jumlah Corynebacterium Acnes,
tetapi tidak ada hubungan antara jumlah bakteri pada permukaan kulit atau
dalam saluran pilosebasea dengan derajat hebatnya acne.
Dari ketiga macam bakteri ini bukanlah penyebab primer pada proses
patologis acne. Beberapa lesi mungkin timbul tanpa ada mikroorganisme yang
hidup sedangkan pada lesi yang lain mikroorganisme mungkin memegang

6
peranan penting. Bakteri mungkin berperan pada lamanya masing–masing lesi.
Apakah bakteri yang berdiam di dalam folikel (resident bacteria) mengadakan
eksaserbasi tergantung pada lingkungan mikro dalam folikel tersebut.
4. Proses Inflamasi
P. acnes diduga berperan penting menimbulkan inflamasi pada akne
vulgaris dengan menghasilkan faktor kemoktatik dan enzim lipase yang akan
mengubah trigliserida menjadi asam lemak bebas, serta dapat menstimulasi
aktivasi jalur klasik dan alterntif komplemen.

Sel Sebasea
Komedo
Tertutup 1. Sebum
2. Asam lemak
- Akumulasi sebum P.Acnes Lesi
Mikrokomedo
- Folikel membesar Reaksi imunologi inflamasi

- Penumpukan materi keratin - Hiperproliferasi


-Granul kerato hialin
-Deskuamasi terganggu
Komedo
Terbuka Keratinosit Folikular

Gambar 1. Progresivitas Lesi pada Acne

2.5 Gejala Klinis


Predileksi akne umumnya pada wajah dan leher (99%), punggung
(60%), dada (15%) serta bahu dan lengan atas. Kadang-kadang pasien
mengeluh gatal dan nyeri. Sebagian pasien merasa terganggu secara estetis.
Terdapat beberapa tanda patognomonis seperti komedo berupa papul miliar
yang ditengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berwarna hitam disebut
komedo hitam (black comedo, open comedo) dan bila berwarna putih disebut
komedo putih atau komedo tertutup (white comedo, close comedo). Erupsi

7
kulit polimorfi dengan gejala predominan salah satunya, komedo, papul yang
tidak meradang dan pustul, nodus, dan kista yang meradang.

2.6 Diagnosis
Diagnosis akne vulgaris dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Saat ini klasifikasi yang
digunakan di Indonesia ( oleh FKUI atau RSCM ) untuk menentukan derajat
AV , yaitu ringan, sedang dan berat adalah klsifikasi menurut Lehmann dkk
(2002). Klasifikasi tersebut diadopsi dari 2 nd Acne Round table meeting
( South East Asia ). Regional Consesus on Acne Management, 13 januari
2003 , Ho Chi Minh City – Vietnam .
Diagnosis Akne vulgaris ditegakan atas dasar klinis dan pemeriksaan
ekskoriasi sebum, yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo
ekstraktor. Sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai masa padat
seperti lilin atau masa lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang berwarna
hitam .
Pemeriksaan histopatologi memperlihatkan gambaran tidak spesifik
berupa serbukan sel radang kronis disekitar folikel polisebasea dengan masa
sebum didalam folikel . Pada kista radang sudah menghilang diganti dengan
jaringan ikatan pembatas masa cair sebum yang bercampur dengan darah,
jaringan mati, dan keratin yang lepas .
Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang mempunyai peran
pada etiologi dan patogensis penyakit dapat dilakukan di laboratorium
mikrobiologi yang lengkap untuk tujuan penelitian, namun hasilnya sering
tidak memuaskan. Pemeriksaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit
(skin surface lipids ) dapat pula dilakukan untuk tujuan serupa. Pada akne
vulgaris kadar asam lemak bebas ( free fatty acid ) meningkat .
Gradasi yang menunjukan berat ringannya penyakit diperlukan bagi
pilihan pengobatan.

8
Tabel 1. Gradasi Akne
Derajat Lesi
Akne Ringan Komedo < 20, atau Lesi inflamasi <15 atau
total lesi < 30
Akne Sedang Komedo 20 – 100 atau lesi inflamasi 15 – 50
atau total lesi 30 - 125
Akne Berat Kista >5 atau Komedo <100 atau lesi inflamasi
> 50 atau total lesi > 125
Berdasarkan bentuk efloresensi terbanyak :
 Akne sistika : efloresensi terutama berbentuk kusta
 Akne papulosa : efloresensi terutama berupa papul
 Akne pustulosa : efloresensi terutama berupa pustula
 Akne konglobata :efloresensi terutama berupa nodus yang mengalami
infeksi

2.7 Diagnosa Banding


1. Erupsi Akneiformis
Erupsi Akneformis adalah peradangan folikuler akibat adanya iritasi
epitel duktus polisebacea yang terjadi karena eksresi substansi penyebab
(obat ) pada kelenjar kulit . Kelainan ini bukan merupakan reaksi alergi,
kelainan ini terjadi dengan manifestasi klinis papulpustular , monomorfiks
atau oligorpormiks, pada mulanya tanpa komedo . Komedo dapat terjadi
sekunder setelah sistem sebum ikut terganggu obat – obat yang biasanya
menyebabkan akne ini misalnya kortikosteroid , INH, barbiturat, bromide,
yodida, difenilhidantoin, crimetadion, ACTH dan lain – lain . Akne ini
dapat terjadi pada seluruh tubuh yang memiliki folikel sebacea. Dapat
disertai demam malaise , tidak terasa gatal dan dapat terjadi semua usia .

2. Folikulitis
Adalah peradangan folikel rambut yang disebabkan oleh
stafilococcus. Paling sering terdapat pada kulir kepala dan ekstremitas .
Penyakit ini dapat mengenai semua umur, lebih sering dijumpai pada anak
– anak, iklim panas dan daerah tropis . Manifestasi klinis dari folikulitis

9
adalah makula eritematosa disertai papul atau pustula yang ditembus oleh
rambut . Pasien biasanya mengeluhkan rasa gatal dan rasa terbakar
didaerah rambut.
3. Rosasea
Merupakan penyakit peradangan kronik didaerah muka dengan
gejala eritema , pustul , telangiektasi dan kadang – kadang disertai
hipertrofi kelenjar sebasea . Tidak terdapat komedo kecuali bila kombinasi
dengan akne .
2.8 Pengobatan
Tujuan :
1) Mempercepat penyembuhan
2) Mencegah pembentukan acne baru
3) Mencegah jaringan parut yang permanen
Tatalaksana AV secara garis besar dibagi atas
a) Prinsip umum
1. Diperlukan kerjasama antar dokter dan pasien
2. Harus berdasarkan :
 Penyebab atau faktor pencetus
 Patogenesis
 Keadaan klinis , gradasi akne
 Aspek psikologis
b) Menentukan gradasi dan diagnosis klinis
 Diagnosis klinis dan gradasi
 Aspek psikologis sebagian pasien AV memiliki rasa malu yang
berlebihan , rendah diri , perasaan cemas dan menyendiri, sehingga
memerlukan terapi lebih efektif.
c) Penatalaksanaan Umum
1. Mencuci wajah minimal 2 kali sehari
2. Hindari atau kurangi makanan yang mengandung lemak, minyak,
makanan pedas, kacang – kacangan, coklat dan keju
3. Hindari stres
4. Istirahat yang cukup

10
5. Mengkonsumsi sayur dan buah
6. Jangan memegang dan memencet jerawat
d) Penatalaksanaan medikamentosa
1. Berdasarkan gradasi ( berat - ringan ) akne
2. Diikuti dengan terapi pemeliharaan atau pencegahan

Tabel 2. Algoritma pengobatan Akne Vulgaris

Terapi Sistemik
a. Antibiotik oral
Antibiotik yang diberikan adalah Tetrasiklin (tetrasiklin,
doksisiklin,minosiklin) eritromisin, kotrimoksasole, dan klindamisin.
Antibiotik ini mengurangi peradangan akne dengan menghambat
pertumbuhan dari P.Aknes.
Tetrasiklin generasi pertama (tetrasiklin, oksitetrasiklin,
tetrasiklin klorida) merupakan obat yang sering digunakan untuk
akne. Obat ini digunakan sebagai terapi lini. Dalam 6 minggu
pengobatan menurunkan reaksi peradangan 50% dan biasa diberikan
dalam dosis 1 gram/hari (500mg diberikan dalam 2 kali), setelah
beberapa bulan dapat diturunkan 500 mg/hari. Karena absorbsinya

11
dihambat oleh makanan, maka obat ini diberikan 1 jam sebelum
makan dengan air untuk absorbs yang optimal.
Alternatif lain, tetrasiklin generasi kedua (doksisiklin)
diberikan 100mg-200mg/ hari dan 50 mg/hari sebagai maintainance
dose, (minosiklin) biasanya diberikan 100mg/hari. Golongan obat ini
lebih mahal akan tetapi larut lemak dan diabsorbsi lebih baik di
saluran pencernaan.
Eritromisin 1g/hari dapat diberikan sebagai regimen
alternative. Obat ini sama efektifnya dengan tetrasiklin, tapi
menimbulkan resistensi yang tinggi terhadap P.aknes dan sering
dikaitkan dengan kegagalan terapi.
Klindamisin merupakan jenis obat yang sangat efektif, akan
tetapi tidak baik digunakan untuk jangka panjang karena dapat
menimbulkan perimembranous colitis. Kotrimoksasole
(sulfometoksasol/trimetoprim, 160/800mg, dua kali sehari)
direkomendasikan untuk pasien dengan inadequate respon dengan
antibiotik yang lain dan untuk pasien dengan gram negative
folikulitis.
b. Isotretionoin oral
Isotretinoin oral merupakan obat sebosupressive paling
efektif dan diberikan untuk akne yang berat. Seperti retinoid lainnya,
isotretinoin mngurangi komedogenesis, mengecilkan ukuran
glandula sabaseus hingga 90% dengan menurunkan proliferasi dari
basal sebocyte, menekan produksi sebum invivo dan menghambat
diferensiasi termina sebocyte. Walaupun tidak berefek langsung
terhadap P.aknes, ini menghambat efek dari produksi sebum dan
menurunkan jumlah P.Aknes yang mengakibatkan inflamasi.
Terapi awal yang diberikan 1gram/kgBB/hari untuk 3 bulan
pertama, dan diturunkan 0.5mg/kgBB/hari, jika memungkinkan
dapat diberikan 0.2 untuk 3-9 bulan tambahan untuk mngoptimalkan
hasil terapi.

12
Hasil terapi dari isotretinoin menunjukkan perbaikan yang
lebih cepat untuk lesi inflamasi dibandingkan dnegan komedo.
Pustule menghilang lebih cepat daripada papul atau nodul, dan lesi
yang berlokasi di wajah, lengan atas, dan kaki daripada di punggung
dan badan.

Topikal

Penggunaan obat-obatan sebagai terapi topikal merupakan satu cara


yang banyak dipilih dalam mengatasi penyakit akne vulgaris. Ada berbagai
macam obat-obatan yang dipakai secara topikal, yaitu:

a. Retinoid topikal.
Mekanisme kerja dari retinoid topical:
- Mengeluarkan komedo yang telah matur.
- Menghambat pembentukan dan jumlah dari mikrokomedo.
- Menghambat reaksi inflamasi.
- Menekan perkembangan mikrokomedo baru yang penting untuk
maintenance terapi.
b. Tretinoin
Tretinoin merupakan retinoid pertama yang diperkenalkan
oleh Stuttgen dan Beer. Mengurangi komedo secara signifikan dan
juga lesi peradangan akne.
c. Isotretinoin
Isotretinoin tersedia dalam sediaan gel, mempunyai efikasi
yang sama dengan tretinoin, mereduksi komedo antara 48-78% dan
inflammatory lesi antar 24 dan 55% setelah 12 minggu pengobatan.13
d. Adapalene
Adapalene adalah generasi ketiga dari retinoid tersedia dalam
gel, cream, atau solution dalam konsentrasi 0.1%.dalam survey yang
melibatkan 1000 pasien ditunjukkan bahwa adapalen 0.1% gel
mempunya efikasi yang sama dengan tretinoin 0.025%.
e. Antibiotik Topikal

13
Keguanaan paling penting dan mendasar dari antibiotik
topical adalah rendah iritasi, tapi kerugiannya adalah menambah
obat-obat yang resisten terhadap P.aknes dan S. Aureus.Untuk
mengatasi masalah ini, klindamisin dan eritromisin ditingkatkan
konsentrasinya dari 1 menjadi 4% dan formulasi baru dengan zinc
atau kombinasi produk dengan BPO atau retinoid. Asam salisilat
efek utamanya adalah keratolitik, meningkatkan konsentrasi dari
substansi lain, selain itu juga mempunyai efek bakteriostatik dan
bakteriosidal.

Tindakan
1. Kortikosteroid intralesi
Akne cysts dapat diterapi dengan triamsinolon intralesi atau
krioterapi. Nodul-nodul yang mengalami inflamasi menunjukkan
perubahan yang baik Dalam kurun waktu 48 jam setelah disuntikkan
dengan steroid. Dosis yang biasa digunakan adalah 2,5 mg/ml
triamsinolon asetonid dan menggunakan syringe 1ml. Jumlah total obat
yang diinjeksikan pada lesi berkisar antara 0,025 sampai 0,1 ml dan
penyuntikan harus ditengah lesi. Penyuntikan yang terlalu dalam atau
terlalu superfisial akan menyebabkan atrofi. Injeksi glukokortikoid dapat
menurunkan secara drastic ukuran dari lesi nodular.Injeksi 0.05-0.25 ml
perlesi dari triamcinolone acetat dengan suspense (2.5-10mg/ml)
direkomendasikan sebagai anti inflamasi. Terapi jenis ini sangat
bermanfaat dibandingkan terapi lain untuk akne tipe nodular. Akan tetapi
harus diulang dalam 2-3 minggu.Manfaat utamanya adalah menghilangkan
lesi nodular tanpa insisi sehingga mengurangi pembentukan scar.

2. Ekstraksi Komedo
Pengangkatan komedo dengan menekan daerah sekitar lesi dengan
menggunakan alat ekstraktor dapat berguna dalam mengatasi akne. Secara
teori, pengangkatan closed comedos dapat mencegah pembentukan lesi
inflamasi. Dibutuhkan keterampilan dan kesabaran untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik.

14
3. Laser
4. Electrosurgery
5. Krioterapi
6. Terapi ultraviolet
Radiasi UV mempunyai efek untuk menghambat inflamasi dengan
menghambat aksi dari sitokin. Radiasi UVA dn UVB sebaiknya
diberikan secara bersama-sama untuk meningkatkan hasil yang ingin
dicapai. Fototerapi dapat diberikan dua kali seminggu.Radiasi
ultraviolet alami (UVR) yang didapat dari paparan matahari, 60%
dapat digunakan sebagai terapi tambahan pada akne, tetapi sekarang
terapi ini tidak dianjurkan lagi.

2.9 Prognosis
Prognosis umumnya bonam. Umumnya sembuh sebelum mencapai usia 30
– 40 tahun .
2.10 Kosmetik Medik untuk Acne Vulgaris
Kosmetik berasal dari bahasa Yunani yaitu kosmetikos yang berarti
keterampilan menghias atau mengatur. Menurut Kemenkes No
44/MenKes/Permenkes/1998 kosmetik adalah sediaan atau bahan yang siap
digunakan pada bagian luar badan yang berfungsi untuk melindungi agar
tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan
untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit. Pada acne terdapat
beberapa kosmetik medik antara lain :
• Terapi ultraviolet
Radiasi UV mempunyai efek untuk menghambat inflamasi dengan
menghambat aksi dari sitokin. Radiasi UVA dn UVB sebaiknya diberikan
secara bersama-sama untuk meningkatkan hasil yang ingin dicapai.
• Chemical Peeling
Terapi dimana terjadi pengelupasan lapisan epidermis dengan
menggunakan larutan kimia tertentu. Pengelupasan ini bertujuan untuk
mengangkat sel-sel kulit mati, kotoran dan minyak pada pori-pori (kulit
lebih bersih dan halus, merangsang pertumbuhan sel-sel baru yang lebih

15
sehat). Bahan-Bahan Kimia yang Digunakan Asam Salisilat (Salicylic
Acid) Asam Alfa Hidrosi (Alpha Hydroxy Acid-AHA) Retinoid Acid.
• Dermaroller
terapi menggunakan roller kecil yang dilengkapi dengan jarum-jarum
berukuran sangat kecil. Roller ini kemudian akan dijalankan di atas
permukaan wajah, atau bagian tertentu yang perlu "diperbaiki", seperti
bekas jerawat dan scar yang cukup dalam.
• Facial
serangkaian tindakan yang dilakukan untuk merawat wajah secara
keseluruhan. Umumnya, facial terdiri dari pemijatan, pembersihan wajah
dengan scrub, chemical peeling, mikrodermabrasi (pengelupasan kulit,
ekstraksi komedo dan diakhiri dengan pemberian masker wajah yang
disesuaikan dengan kulit pasien

16
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Penderita
Nama : Nn.A
Umur : 24 thn
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Karyawan BUMN
Alamat : Padang

Anamnesa
Keluhan utama
Wajah berjerawat sejak 2 bulan yang lalu
Riwayat penyakit sekarang :
• Wajah berjerawat sejak 2 bulan yang lalu
• Awalnya jerawat munculpada pipi kanan, kemudian menybar ke pipi
kiri dan dahi.
• Kadang-kadang jerawat terasa agak pedih dan gatal..
Riwayat Penyakit Dahulu :
• Pasien sudah pernag mengalami hal yang sama sebelumnya
Riwayat Pengobatan :
 Pasien sudah sering berobat ke klinik kecantikan dan dapat obat krim
dan tablet tapi jerawat hilang timbul

Riwayat Penyakit Keluarga


 Pasien 3 orang kakak beradik, 2 orang saudara pasien lainnya juga
bejerawat
Riwayat Kebiasaan :
• Pasien suka makan goreng – gorengan pedas dan berminyak.
• Pasien sering terlambat tidur.
• Pasien bekerja dari pagi sampai sore hari menggunakan makeup

17
• Pasien membersihkan wajah 2kali sehari dengan pembersih
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
• Keadaan umum : Baik
• Kesadaran : Compos mentis
• Kepala : Normochepal
• Leher : Dalam batas normal
• Thorax : Dalam batas normal
• Abdomen : Dalam batas normal
• Ekstremitas : Dalam Batas normal
• Genitalia : Dalam batas normal

Status Dermatologis
Lokasi : Pipi kanan, pipi kiri dan dahi
Distribusi : Regional
Bentuk : Tidak khas
Susunan : Tidak khas
Ukuran : Milier dan lentikuler
Efloresensi : Tampak papula eritem, pustula, erosi, white komedo, black
komedo, krusta, skuama

18
Status Venereologikus
Kelainan kuku : Kuku dan jaringan sekitar kuku tidak ditemukan kelainan
Kelainan rambut : Tidak ditemukan kelainan
Kelainan kelenjar limfe:Tidak terdapat pembesaran KGB
Pemeriksaan anjuran : -
Diagnosa Kerja :
Akne vulgaris tipe papulo-pustular derajat sedang
Diagnosa Banding :
- Erupsi Akneiformis
- Folikulitis
- Rosasea

Penatalaksanaan
Umum
• Perawatan kebersihan wajah
• Hindari / kurangi makanan yang mengandung lemak, minyak, makanan
pedas, kacang – kacangan, coklat dan keju
• Hindari stres
• Istirahat yang cukup
• Banyak konsumsi sayur dan buah
• Jangan memegang dan memencet jerawat
Terapi Sistemik :
 Antibiotik : Doksisiklin 1x100mg
Loratadin 2x10 mg
Terapi Topikal
 Retinoid 0,025% 1x1
 Benzoil peroksida gel 2,5% 2x1

19
RSUD dr. Acmad Mochtar Bukittinggi

Ruangan/Poliklinik: Kulit Dan Kelamin

Dokter: dr. U

SIP No: 3001/SIP/2016

Bukit Tinggi, 10 September 2019

R/ Retinoid acid 0,025% tube No.I

SUE (malam sebelum tidur)

R/ gel Benzoil Peroksida 2,5% tube No.I

SUE

R/ Doksisiklin tab 100 mg No XXI

S1 dd tab 1

R/ Loratadine tab 10 mg No. X

S1 dd tab 1

• Pro : Nn. A

• Umur : 24 th

Prognosis
 Quo ad vitam : Bonam
 Quo ad sanationam : Bonam
 Quo ad Kosmetikum : Dubia ad Bonam
 Quo ad fungtionam : Bonam

20
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Acne vulgaris (AV) adalah penyakit peradangan menahun unit
pilosebasea, ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodul, dan jaringan
parut. Tempat predileksi dari AV antara lain di muka, bahu, leher, dada,
punggung bagian atas dan lengan bagian atas. Penegakan diagnosis penderita AV
berdasarkan klinis dan pemeriksaan fisik. Keparahan derajat AV di tentukan
berdasarkan jumlah dan bentuk lesinya, yang dibagi menjadi derajat ringan,
sedang dan berat. Tujuan pengobatan dari Acne Vulgaris adalah menurunkan atau
mengeliminasi lesi primer secara klinik yaitu mikrokomedo yang merupakan prekursor
untuk semua lesi AV. Secara umum pencegahan AV yaitu dengan menghindari
pemencetan lesi dengan non higienis, memilih kosmetik yang non komedogenik dan
lakukan perawatan kulit wajah. Tatalaksana untuk AV diberikan sesuai dengan derajat
keparahannya. Edukasi pasien dan pemahaman mengenai dasar terapi diperlukan untuk
mencegah kompikasi dan menjamin keberhasilan terapi acne vulgaris.

21
DAFTAR PUSTAKA

Batra, Sonia. Acne. In: Ardnt KA, Hs JT, eds. Manual of


Dermatology Therapeutics 7th ed. Massachusetts:Lippincot Williams and
Wilkins; 2007. P:4-18
Dreno B, Poli F. Epidemiology of Acne. Dermatology, Acne
Symposium at the World Congres of Dermatology Paris July 2002. p:7-9.
2003
James WD, Berger TG, Elston DM. Acne. In : James W, Berger T,
Elston DM, eds. Andrews’ disease of the skin Clinical Dermatology 10 th
ed. Canada : El Sevier; 2000. p: 231-44.
Menaldi, Sri Linuwih dkk.2015.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Edisi Ketujuh.Jakarta: Badan Penerbit FKUI
Sheen, Barbara. Diseases and Disorders Acne. Framington Hills:
Lucent Books;2005. p:10-20.
Steigleder, G.K. dan Maibach, H.1. 1995. Atlas Saku Penyakit
Kulit. Jakarta: Binarupa Aksara.

22

You might also like